34
Kebijakan Umum Sistem Manajemen Mutu

Kebijakan smm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Kebijakan smm

Kebijakan Umum Sistem Manajemen Mutu

Page 2: Kebijakan smm

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMMENTERI

PEKERJAAN UMUM

Staf Ahli Menteri

BP KONSTRUKSI BALITBANG SETJEN

DITJEN TARUANG

DITJENPENGEL. SDA

DITJEN BINA MARGA

DITJEN CIPTA KARYA

ITJEN

Wakil Menteri

Page 3: Kebijakan smm

Kapus Bina Usaha Jakons

Kapus Bina Pnyelengg.Konst

Kapus Bina . Kmpt.Pelat.Konst

KepalaBadan Pembinaan Konstruksi

Sekretaris Badan

Kapus BinaKeahl.Tek. Konst

Kabid Bang Usaha

Kabid Sar Usaha

Kabid Bang Reg Usaha

Kabid PengadaanJakons

Kabid Bang.Kualitas & Amdal

Kabid Bang. Adm.Kontr

Kabid Komp.ahli.Konstr

Kabid Dik.Ahli. Konstr

Kabid Teknik Konstr

Kabid Komp.Trampil.kons

Kabid Latih.Manaj.Teknik Konstr.

Kabid Latih.Trampil Konst

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Page 4: Kebijakan smm

STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN

KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN

KONSTRUKSI

BID. ADMINISTRASI KONTRAK

KONSTRUKSI

BID. KUALITAS KONSTRUKSI DAN ANDAL KONSTRUSI

Subbag T U:•Adm Kant/Pegawai•RT Pusat PPK•TU Kapus PPK

Subbid Wilayah Barat

Rekomendasi penyelenggaraan pengadaan wil. Barat

Monev penyelenggaraan pengadaan

Standar dan pedoman

BID. PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

Subbid Wilayah Timur

Rekomendasi penyelenggaraan

pengadaan wil. Timur Monev penyelenggaraan pengadaan Standar dan pedoman

Subbid Kualitas Konstruksi

Pengembangan sistem kualitas konstruksi

Penyiapan Standar & Pedoman

Pembinaan TeknisSubbid Andal Konstruksi

Pengembangan andal konstruksi

Penyiapan Standar & Pedoman

Pembinaan Teknis

BALAI KAJIAN PENYELENGGAAN

KONSTRUKSI

Subbid Pengaturan Penyiapan Standar &

Pedoman, Juklak dan Pengembangan SI Kontrak Konstruksi

Subbid Pemberdayaan dan Monitoring

Bintek Administrasi Kontrak Monev Kontrak Konstruksi

Subbag T U:•Adm Kant/Pegawai•RT/TU BKPK

Seksi Program dan Pelayanan Teknis

Penyusunan Program Bantek SMM, SMK3, dan PBJ

Page 5: Kebijakan smm

PP 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan jasa konstruksi

PEMERINTAH PUSAT,

PEMERINTAH DAERAH:

-PEM. PROPINSI

-PEM. KABUPATEN

-PEM. KOTA

melakukan

•Pengaturan,

•Pemberdayaan

•Pengawasan

PEMBINAAN

PIHAK YANG DIBINA :- Penyedia Jasa- Pengguna Jasa- Masyarakat

Page 6: Kebijakan smm

6

Perlu diterapkan SMMPerlu diterapkan SMM

Perlu upaya peningkatan mutu, cara kerja dan hasil kerja pembangunan Pra Sarana ke PU ansejalan dengan Kebutuhan /Harapan Masyarakat

dan tuntutan Global

Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja Mutu Konstruksi merupakan salah satu indikator kinerja penyelenggaraan pembangunan yang harus penyelenggaraan pembangunan yang harus dipertanggungjawabkandipertanggungjawabkan

LATAR BELAKANG

Page 7: Kebijakan smm

Definisi Mutu KonstruksiDefinisi Mutu KonstruksiDefinisi Mutu KonstruksiDefinisi Mutu Konstruksi

7

Mutu (SNI): Derajat yang dicapai oleh karakteristik produk dalam memenuhi

persyaratan/kebutuhan/harapan pelanggan.

Di Lingkungan Kementerian PU:

Konstruksi infrastruktur dikatakan bermutu baik apabila memenuhi kebutuhan/harapan masyarakat yang dijabarkan:(1) Sesuai persyaratan/spesifikasi/NSPM yang telah ditetapkan (2) Efektif dan efesien(3) Tepat Pemanfaatannya (4) Hadir pada saat dibutuhkan

Page 8: Kebijakan smm

Pembangunan Prasarana & Sarana (bidang ke PU an ) sebagai

Pendorong Laju Pertumbuhan Ekonomi

Keberadaan Prasarana & Sarana (bidang ke PU an) mempunyai

peranan penting

Kegiatan Konstruksi (bidang ke PU an)

harus bermutu baik (Fisik, dan Fungsi)

Peran pelaksana konstruksi (Bidang ke PU an) sangat

menentukan

PENYEDIA JASA PENGGUNA JASA

Peran Pelaksana Konstruksi Peran Pelaksana Konstruksi

Page 9: Kebijakan smm

Kondisi yang ada pada Tahap Paska Konstruksi

• Kebanyakan bangunan yang rusak tergolong bangunan baru (10 - 20 Tahun)

• Bangunan yang lebih tua ternyata lebih tahan terhadap gempa. Mengapa ?

• Kemungkinan telah terjadi krisis mutu (quality crises)

20

Page 10: Kebijakan smm

SEBAB-SEBAB KERUSAKAN

Kesalahan/Kelalaian Manusia

• dalam Perencanaan : faktor gempa tak dihitung, perhitungan struktur tidak memadai

• dalam Pelaksanaan : pengurangan mutu (dibawah spesifikasi)

• bahan bermutu rendah

Bencana alam (natural disaster) murni Gempa telah diperhitungkan namun yang terjadi melebihi intensitas yang diperkirakan atau bersifat unik (tiga dimensi)

21

Page 11: Kebijakan smm

Kondisi yang ada Dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi

• Sering pihak pemilik memerintahkan perubahan-perubahan terhadap gambar rencana

• Kurang setara hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa

• Kurangnya pemahaman spesifikasi teknis bagi pelaksana dan pengawas

• Ketersediaan peralatan laboratorium sebagai laboraturium rujukan di daerah sudah tidak memadai

• Kurang memadainya ketersediaan alat-alat • Kurang memadainya pemahaman operator konstruksi • Jenis penyelesaian sengketa yang sering digunakan adalah negosiasi

karena lebih mudah dan tidak mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan dan memuaskan semua pihak

• Kontraktor berusaha sebisa mungkin menghindari konflik dengan pihak pemilik karena kekawatiran menyebabkan kehilangan pekerjaan

• Permasalahan lainnya adalah kondisi lapangan, kontrak, persyaratan kontrak dan administrasi kontrak

19

Page 12: Kebijakan smm

Harapan ke DepanHarapan ke DepanKedepanContoh-contoh kondisi saat Ini

Jembatan Rutuh

Oprit Rutuh

Lantai berlubang

KUAT & AWETKUAT & AWETKUAT & AWETKUAT & AWET

MULUSMULUSMULUSMULUS

INDAHINDAHINDAHINDAH

Jembatan Berlubang

Aspal Lantai Berlobang

Berkarat

Abutment RuntuhSebelum dipakai

Jembatan RutuhSebelum dipakai

Page 13: Kebijakan smm

13

CONTOH KASUS MUTU PEMELIHARAAN

TIDAK TERCAPAI

CONTOH KASUS MUTU PEMELIHARAAN

TIDAK TERCAPAI

- Korosi Struktur Baja

- Bantalan ?

- Korosi Struktur Baja

- Bantalan ?

Page 14: Kebijakan smm

The development of Quality Management

1950 19901960 200020001970 1980

Quality ControlQuality ControlMutu adalah pemisahanProduk dari produk jelektanpa ada input balik keproses produksi.

FINAL INSPECTION

Quality AssuranceQuality AssuranceMutu dibangun selamaProses produksi berjalan

Aktivitas inspection diubah kedalam proses produksi,prevention dan hal yang berorientasi proses.

Quality ManagementQuality ManagementMutu di definisikan, direncanakan dan diawasi oleh perusahaan secara keseluruhan.

Komitmen dari management dan partisipasi semua karyawanserta selangkah demi selangkahdilakukan improvement.

Page 15: Kebijakan smm

PENGENDALIAN MUTU PRODUK (QUALITY CONTROL)• Orientasi pada produk akhir & bersifat korektif

(perbaikan)

Proses

Produksi

Quality Control

Tolak

Dibuang

Masukan

(INPUT)

Keluaran

(OUTPUT)

SISTEM PENCAPAIAN MUTU

DiterimaDiserahkan/dibelioleh pengguna

produk (customer)

Page 16: Kebijakan smm

JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE) • Orientasi lebih pada proses atau tahapan pekerjaan

dalam pemenuhan standar & prosedur• Bersifat preventif (pencegahan)

Masukan (Input)

Proses Produksi

PengendalianKualitas

Keluaran (Output)

SISTEM PENCAPAIAN MUTU

Page 17: Kebijakan smm

PENCAPAIAN MUTU BERDASARKAN SMM

Masukan (Input)

Proses Produksi

PengendalianKualitas

Keluaran (Output)

Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS)

TindakanKorektif

TindakanPencegahan

Peningkatan &Perbaikan

Page 18: Kebijakan smm

18

1. UU NO. 18 TAHUN 1999, TENTANG JASA KONSTRUKSI

2. PP NO. 29 TAHUN 2000, TENTANG PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

3. KEPPRES NO 80 / 2003 – TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH

– Pengguna Jasa (Pasal 48)

– Penyedia Jasa (Lampiran I, Bab II.D.1.b

2.b.3.g )

4. Kepmen No 339 / KPTS / M/ 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah

5. SMM Departemen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009 (Proses penyempurnaan dari Kepmen 362)

PERATURAN YANG TERKAIT DENGANPENYELENGGARAAN MANAJEMEN MUTU

Page 19: Kebijakan smm

1.UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi

Tujuan :

1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jakon utk mewujudkan

1. Struktur usaha yg kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan2. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas

2. Mewujudkan penyelenggaraan jakon yg menjamin

1. Kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban

2. Dipenuhinya ketentuan yang berlaku3. Mewujudkan peran masyarakat dibidang jakon

8

Page 20: Kebijakan smm

UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi

PP. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa KonstruksiPP. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa KonstruksiPP. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi

Mengatur:• Jenis Usaha ( Perencanaan, Pengawasan, Pelaksanaan ),

BentukUsaha ( Perseorangan, Badan Usaha), dan Bidang Usaha ( ASMET )

• Persyaratan Usaha, Keahlian dan Keterampilan• Tanggung Jawab Profesional• Pengikatan Pekerjaan Konstruksi

Pemilihan Penyedia Jasa Kewajiban Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa Kontrak Kerja Konstruksi

• Kegagalan Bangunan • Pengawasan Masyarakat/Gugatan Masyarakat• Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi• Sangsi bagi Penyelenggara Konstruksi• Pembinaan Jasa Konstruksi

14

Page 21: Kebijakan smm

UU. No 18 Tahun 1999, Tentang Jasa Konstruksi(Bab VI(Bab VI tentang Kegagalan Bangunan, pasal 25 dan pasal 26)

21

Pasal 25 : Pengguna Jasa dan Jasa Penyedia wajib bertanggung jawab atas kegagalan

bangunan. Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga, selaku penilai ahli.

Pasal 26 : Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan

perencana atau pengawas konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.

Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.

15

Page 22: Kebijakan smm

2. PP No. 29/2000 tentang PenyelenggaraanJasa Konstruksi :

• Kegagalan Konstruksi : Hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis sebagian atau seluruhnya (Pasal 31) Masa Konstruksi

• Kegagalan bangunan : Keadaan bangunan yang tidak berfungsi dari segi teknis, manfaat, keselamatan, kesehatan kerja atau keselamatan umum (Pasal 34) Setelah Serah Terima Akhir

• Kedua kejadian tersebut akibat kesalahan Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa

23

Page 23: Kebijakan smm

Peran dan Kompetensi Penilai Ahli

• Tim Assesor kegagalan bangunan secara teknis dibentuk sesuai dengan PP 29 pasal 36 dimana disebutkan :

”Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih Penilai Ahli yang professional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. Penilai Ahli dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa”,

serta pasal 37 yaitu: ”Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat

(1) harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.”

27

Page 24: Kebijakan smm

• dan pasal 38 yaitu:

”Penilai Ahli, bertugas untuk antara lain : menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan; menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan, menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat kesalahan yang dilakukan; Menetapkan besarnya kerugian serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan: Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian. Selanjutnya, penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan Instansi yang mengeluarkan izin pembangunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya”.

28

Page 25: Kebijakan smm

3. KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Bagian Kedua Pengawasan, Pasal 48

Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah pengangkatannya :

- menyusun organisasi, uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harus dicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.

- melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan dan hasil kerja pada setiap kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam pelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan. 

- wajib menyimpan dan memelihara seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.

- Dst...

Page 26: Kebijakan smm

KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lampiran 1, Bab II, D, 1, b

D. Pelaksanaan Kontrak 1. Ketentuan Umum

b. Penggunaan Program Mutu

1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan disepakati Pejabat Pembuat Komitmen pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan; 

2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:  a) informasi pengadaan barang/jasa; b) organisasi proyek,

Pejabat Pembuat Komitmen dan penyedia barang/jasa; c) jadual pelaksanaan; d) prosedur pelaksanaan pekerjaan; e) prosedur instruksi kerja; f) pelaksana kerja.

Page 27: Kebijakan smm

KEPPRES 80/2003 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lampiran 1, Bab II, D, 2, b,3,g

D. Pelaksanaan Kontrak 2. Jasa Pemborongan b. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak

3)Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah:

a) organisasi kerja; b) tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan; c) jadual pelaksanaan pekerjaan; d) jadual pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil; e) penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan; f) pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja; g) penyusunan program mutu proyek.

Page 28: Kebijakan smm

Ketentuan mengenai Penilaian pada prakualifikasi :

kepemilikan sertifikasi ISO untuk Badan Usaha Besar dan

Penilaian atas penyampaian “PROGRAM MUTU” untuk

Badan Usaha Kecil dan Menengah.

4. Kepmen No 339/KPTS/M/2003 tgl. 31 Des. 2003. Tentang : Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah

Page 29: Kebijakan smm

5. Permen PU No. 04/PRT/M/2009, tanggal 16 Maret 2009 Tentang : Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) Dep. PU (Pengganti Kepmen 362/KPTS/M2004)

BAB VII PENYELENGGARAAN KEGIATAN

7.1. RENCANA MUTU Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit

Pelaksana Kegiatan, dan Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana Mutu.

Dokumen Rencana Mutu dibedakan sebagai berikut: 1. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU), merupakan dokumen rencana

penetapan kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang disusun oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin mutu.

2. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), merupakan dokumen SMM Pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka menjamin mutu.

3. Rencana Mutu Kontrak (RMK), merupakan dokumen SMM yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin mutu.

Page 30: Kebijakan smm

• APAKAH SUDAH DITERAPKAN DITEMPAT ANDA?APAKAH SUDAH DITERAPKAN DITEMPAT ANDA?

Page 31: Kebijakan smm

31

1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu

2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna konstruksi

3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan (efisiensi dari segi waktu dan biaya)

4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) - As Built Drawings

5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif (melibatkan semua personil, adanya mekanisme kerja yang jelas)

Tujuan Penyelenggaraan SMM Tujuan Penyelenggaraan SMM

Page 32: Kebijakan smm

Strategi Pencapaian MutuStrategi Pencapaian Mutu

32

Dimulai dari PIMPINAN pada setiap level dengan menetapkan KEBIJAKAN MUTU dan melaksanakannya secara konsisten.

Peningkatan mutu harus diperlakukan sebagai suatu PROSES yang berkelanjutan.

Usaha pencapaian mutu harus didasarkan dengan merubah pola pikir:

DariMencari siapa yang salah

Menjadi:Menghindari kesalahan

Karena:

Perbaikan mutu memerlukan lebih banyak Waktu, Dana, SDM, dan Moral

Page 33: Kebijakan smm

33

A BERUSAHA AGAR:

* TIDAK TERJADI KEGAGALAN BANGUNAN DAN * MEMPEROLEH MUTU KONSTRUKSI YG BAIK PADA SETIAP KEGIATAN YANG DITANGANIN MULAI DARI PERENCANAAN, PENGAWASAN, PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN.

B LEBIH MENGUTAMAKAN TANGGUNG JAWAB MORAL

C BERPEGANG KEPADA SISTEM MANAJEMEN MUTU:

1. MEMBUAT RMP DAN RMK UNTUK SETIAP KEGIATAN:

a. Tahap Perencanaan b. Tahap Pelaksanaan dan Pengawasannya c. Tahap Rehabilitasi dan Pemeliharaan

2. MENGONTROL PELAKSANAANNYA DAN MEMPERBAIKI KEKURANGAN YANG ADA

TUGAS KITA ADALAH:TUGAS KITA ADALAH:

Page 34: Kebijakan smm