Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT
DALAM PEMBELAJARAN DAUR AIR
PADA SISWA KELAS V SDN PAGONGAN 1
KECAMATAN DUKUHTURI
KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Riski Pangestika
1401415358
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1. “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur”. Harapan
selalu ada bagi orang yang percaya, hadapi setiap tantangan dalam hidup
dengan niat mencari ridho Nya, lakukan usaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuan disertai dengan doa (QS Yusuf : 87).
2. Akan ada masa dalam hidupmu ketika orang berkata kamu tidak dapat
melakukannya. Dan akan ada masa dalam hidupmu, ketika orang lain berkata
kamu tidak dapat menggapai impian dalam hidupmu. Inilah yang aku katakan
pada mereka “Never Say Never” (Justin Bieber).
3. Sukses tidaklah selamanya dan kegagalan bukan berarti hal yang fatal (Don
Shula).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :
1. Kedua orangtua, Ibu Sri Mulyani dan Bapak Gunadi.
2. Suami Febri Fransista dan anak Mikhael Abrisam Putra Fransista.
3. Keluarga besar.
vii
ABSTRAK
Pangestika, Riski. 2019. Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT dalam
Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal. Sarjana Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing: Mur Fatimah, S.Pd.,M.Pd. 382.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Motivasi Belajar, Model Tipe NHT.
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA. Pelaksanaan pembelajaran IPA masih monoton, guru
jarang melakukan praktik dan sering menggunakan metode konvensional seperti
ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung pasif. Dalam hal motivasi
siswa sangat kurang antusias dan kesiapan belajarnya juga kurang. Di kelas VB
guru sudah pernah menggunakan metode diskusi, namun masih banyak siswa
yang kebingungan, sedangkan di kelas VA yang belum pernah melakukan metode
diskusi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan media gambar
dalam pembelajaran IPA. Keadaan demikian mendorong peneliti untuk mencari
alternatif dalam membelajarkan IPA melalui model pembelajaran tipe NHT.
Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan model pembelajaran tipe NHT
ditinjau dari motivasi dan hasil belajar IPA di kelas V.
Desain penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design.
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pagongan 01 tahun
pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 46 siswa terdiri dari kelas VA dan VB.
Sampel penelitian ini yaitu semua anggota populasi. Kelas VA sebagai kelas
kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen, uji coba instrumen dilakukan di
kelas V SD Negeri Lawatan 01. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi wawancara, dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan uji prasyarat analisis, meliputi uji normalitas dan homogenitas, dan
uji hipotesis. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan independent samples t test
dan one samples t test.
Hasil penelitian uji hipotesis motivasi belajar siswa dengan perhitungan
menggunakan rumus independent samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (6,210>2,015), sehingga H01 ditolak. Hasil uji hipotesis hasil belajar
menggunakan rumus independent samples t test menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,390 > 2,015) sehingga H02 ditolak. Perhitungan uji keefektifan motivasi belajar
menggunakan uji one samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (8,003 >
2,074), sehingga H03 ditolak. Perhitungan uji keefektifan hasil belajar
menggunakan uji one samples t test menunjukkan bahwa, thitung > ttabel (3,228 >
2,074), sehingga H04 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran tipe NHT efektif ditinjau dari motivasi dan hasil
belajar IPA materi daur air pada siswa kelas V. Disarankan, guru hendaknya
mengunakan model pembelajaran tipe NHT karena terbukti efektif dalam motivasi
dan hasil belajar siswa.
viii
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT dalam
Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal”. Peneliti menyadari bahwa dalam melaksanakan
kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk belajar di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Achmad Rifai, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah mengizinkan dan mendukung dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian dan mendukung penyusunan skripsi ini.
5. Mur Fatimah, S.Pd.,M.Pd., dosen pembimbing yang telah membimbing,
memotivasi, dan menyarankan dalam penyusunan skripsi.
6. Drs. Teguh Supriyanto, M.Pd penguji utama dan Drs. Suwandi, M.Pd.,
penguji satu yang telah memberi masukan pada peneliti.
7. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membekali peneliti
dengan ilmu pengetahuan.
8. Staf Tendik PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah
membantu dalam hal administrasi.
ix
9. Tri Mujiasih, M.Pd., Kepala SD Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal dan
Drs. Suhato., Kepala SD Negeri Lawatan 01 Kabupaten Tegal yang telah
mengijinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian.
10. Sodikin, S.Pd., guru kelas VA dan Tri Susanto, S.Pd., guru kelas VB SD
Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal, serta guru kelas VA Ekowati Roso
Marheni, S.Pd., dan Evi Listiana S.Pd., guru kelas VB SD Negeri Lawatan
01 Kabupaten Tegal yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian.
11. Siswa kelas V SD Negeri Pagongan 01 Kabupaten Tegal yang telah turut
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
12. Teman-teman mahasiswa UNNES PGSD UPP Tegal angkatan 2015 yang
memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi.
Semoga semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Peneliti berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Tegal, 28 Juni 2019
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN REFERENSI DAN SITASI ..... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
PRAKATA ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ . 11
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ............................... 11
1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................................ 11
1.3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................... 12
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 13
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
1.5.1 Tujuan Umum ... ............................................................................... 14
1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................ ......................... 14
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................ ............... 15
1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 15
1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 15
2. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 17
2.1 Kajian Teori ...................................................................................... 17
2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................. 17
xi
2.1.2 Pengertian Pembelajaran ................................................................... 19
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ...................................... 21
2.1.4 Hasil Belajar Siswa ........................................................................... 23
2.1.5 Motivasi Belajar Siswa ..................................................................... 25
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ................................................... 27
2.1.7 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ................................................. 30
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 32
2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ..................................... 35
2.1.10 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT pada Pembelajaran
Daur Air ...................................................................................... 38
2.2 Kajian Empiris .................................................................................. 39
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 52
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 55
3. METODE PENELITIAN ................................................................ 57
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 57
3.2 Desain Eksperimen ........................................................................... 58
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... . 59
3.4 Populasi dan Sampel ......................................................................... 60
3.4.1 Populasi ............................................................................................. 60
3.4.2 Sampel ............................................................................................... 61
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................... 62
3.6 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 63
3.6.1 Model Pembelajaran Tipe NHT ........................................................ 63
3.6.2 Motivasi Belajar ................................................................................ 64
3.6.3 Hasil Belajar ...................................................................................... 65
3.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 65
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 65
3.7.2 Instrumen Penelitian ......................................................................... 67
3.8 Uji Persyaratan .................................................................................. 79
3.8.1 Uji Normalitas ................................................................................... 80
3.8.2 Uji Homogenitas ............................................................................... 80
xii
3.9 Teknik Analisis Data ......................................................................... 80
3.9.1 Analisis Deskriptif Data .................................................................... 81
3.9.2 Analisis Akhir .................................................................................. 82
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 85
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 85
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 86
4.1.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ................................................... 94
4.1.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ............................................ 108
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 119
4.2.1 Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT dan Model
Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa ......................... 119
4.2.2 Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT dan Model
Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa .............................. 122
4.2.3 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT Lebih Tinggi dari
Model Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa ............. 123
4.2.4 Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT Lebih Tinggi dari
Model Konvensional Ditinjau dari Hasil Belajar Siswa ................... 126
4.3 Implikasi Penelitian .......................................................................... 127
5. PENUTUP ........................................................................................ 129
5.1 Simpulan ........................................................................................... 129
5.2 Saran ................................................................................................. 131
5.2.1 Bagi Guru .......................................................................................... 131
5.2.2 Bagi Sekolah ..................................................................................... 132
5.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan ....................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 133
LAMPIRAN .................................................................................................... 140
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 34
3.1 Jumlah Siswa SDN Pagongan 1 ............................................................. 61
3.2 Kriteria Persentase Motivasi Belajar ..................................................... 69
3.3 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Motivasi Uji Coba .......................... 72
3.4 Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................. 74
3.5 Data Hasil Reliabilitas Instrumen Uji Coba Motivasi Belajar Siswa .... 75
3.6 Data Hasil Reliabilitas Instrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa .......... 75
3.7 Kategori Taraf Kesukaran Soal .............................................................. 76
3.8 Analisis Tingkat Kesukaran Soal............................................................ 77
3.9 Kriteria Pembanding Daya Beda Soal ................................................... 78
3.10 Analisis Daya Beda Soal ....................................................................... 79
3.11 Klasifikasi Gain (g) ............................................................................... 84
4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Eksperimen ........ 95
4.2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Kontrol ............... 96
4.3 Deskripsi Data Tes Awal Motivasi Belajar ........................................... 98
4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Motivasi Belajar .......................... 98
4.5 Deskripsi Data Nilai Tes Awal Hasil Belajar ........................................ 99
4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Hasil Belajar ............................... 99
4.7 Deskripsi Data Tes Akhir Motivasi Belajar ......................................... 100
4.8 Kriteria Nilai Three Box Method ........................................................... 102
4.9 Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................................ 103
4.10 Indeks Variabel Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................................... 106
4.11 Deskripsi Data Nilai Tes Akhir Hasil Belajar ...................................... 107
4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Hasil Belajar .............................. 107
4.13 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa .............................. 108
4.14 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ............................................. 109
4.15 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa .................................... 110
4.16 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa .......................................... 111
xiv
4.17 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Motivasi Belajar Siswa ......................... 113
4.18 Hasil Uji Perbedaan Nilai Tes Akhir ..................................................... 115
4.19 Hasil Uji Keefektifan Motivasi Belajar ................................................. 116
4.20 Hasil Uji Keefektifan Hasil Belajar ....................................................... 118
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bagan Paradigma Penelitian Sederhana ................................................. 12
2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 54
3.1 Nonequivalent Control Grup Design ..................................................... 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama dan Nilai UAS Siswa 5A (Kelas Eksperimen) ..................... 141
2. Daftar Nama dan Nilai UAS Siswa 5B (Kelas Kontrol) ............................ 142
3. Daftar Nama Kelas 5 (Kelas Uji Coba) ...................................................... 143
4. Uji Prasyarat Analisis Nilai UAS ............................................................... 144
5. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur .................................................... 146
6. Pedoman Penelitian .................................................................................... 148
7. Daftar Cocok Data Dokumen ..................................................................... 149
8. Silabus Pembelajaran ................................................................................. 150
9. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-1 ................. 152
10. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-2 ................. 154
11. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-3 ................. 156
12. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Eksperimen Ke-4 ................. 158
13. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-1 ....................... 160
14. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-2 ....................... 162
15. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-3 ....................... 164
16. Silabus Pengembangan Pembelajaran Kelas Kontrol Ke-4 ....................... 166
17. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 .......................................................... 168
18. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .......................................................... 179
19. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 .......................................................... 190
20. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 4 .......................................................... 202
21. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ................................................................ 212
22. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ................................................................ 223
23. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3 ................................................................ 234
24. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 4 ................................................................ 245
25. Kisi-kisi Soal Uji Coba IPA ....................................................................... 255
26. Soal Uji Coba ............................................................................................. 258
27. Kunci Jawaban Soal Uji Coba .................................................................... 263
28. Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar IPA ....................................... 264
xvii
29. Angket Uji Coba Motivasi Belajar IPA ..................................................... 265
30. Lembar Validitas Angket Motivasi Oleh Penilai Ahli I ............................. 269
31. Lembar Validitas Angket Motivasi Oleh Penilai Ahli II ........................... 274
32. Lembar Validitas Soal Objektif Oleh Penilai Ahli I .................................. 279
33. Lembar Validitas Soal Objektif Oleh Penilai Ahli II ................................. 284
34. Tabulasi Nilai Uji Coba Hasil Belajar ........................................................ 289
35. Tabulasi Nilai Uji Coba Angket Motivasi Belajar ..................................... 293
36. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Uji Coba .......................................... 298
37. Output Uji Reliabilitas Angket Motivasi Uji Coba .................................... 299
38. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................................. 301
39. Output Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ........................................................ 302
40. Hasil Penghitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ............................. 304
41. Hasil Penghitungan Daya Beda Soal Uji Coba .......................................... 305
42. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar IPA Siswa ............................................ 306
43. Angket Motivasi Belajar IPA ..................................................................... 307
44. Kisi-kisi Soal Tes IPA ............................................................................... 310
45. Soal Tes IPA ............................................................................................... 312
46. Daftar Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar Kelas Eksperimen .......... 316
47. Daftar Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................ 317
48. Uji Statistik Nilai Tes Awal Angket Motivasi Belajar IPA ....................... 318
49. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen ............................ 319
50. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Kontrol ................................... 320
51. Uji Statistik Nilai Tes Awal Hasil Belajar IPA .......................................... 321
52. Daftar Nilai Tes Akhir Angket Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ......... 322
53. Daftar Nilai Tes Akhir Angket Motivasi Belajar Kelas Kontrol ................ 323
54. Output Uji Normalitas dan Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa .... 324
55. Output Uji Perbedaan dan Keefektifan Data Motivasi Belajar Siswa ........ 325
56. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Eksperimen ........................... 327
57. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Kontrol .................................. 328
58. Output Uji Normalitas dan Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa .......... 329
59. Output Uji Perbedaan dan Keefektifan Data Hasil Belajar Siswa ............. 330
xviii
60. Deskriptor Pedoman Pelaksanaan Model Pembelajaran Tipe NHT .......... 332
61. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-1 .... 334
62. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-2 .... 335
63. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-3 .... 336
64. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran Tipe NHT Pertemuan Ke-4 .... 337
65. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ......... 338
66. Deskriptor Pedoman Observasi Pelaksanaan Model Konvensional ........... 339
67. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-1 ..................... 341
68. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-2 ..................... 342
69. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-3 ..................... 343
70. Lembar Pengamatan Model Konvensional Pertemuan Ke-4 ..................... 344
71. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran di Kelas Kontrol ................ 345
72. Daftar Sitasi Jurnal .................................................................................... 346
73. Foto Pelaksanaan Uji Coba Angket Motivasi ............................................ 351
74. Foto Pelaksanaan Uji Coba Model Pembelajaran Tipe NHT dan Soal ...... 352
75. Foto Pelaksanaan Pretest Angket dan Soal ................................................ 354
76. Foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen ......................................... 355
77. Foto Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol ............................................... 357
78. Foto Pelaksanaan Postest Angket dan Soal ................................................ 359
79. Surat Pengantar Ijin Penelitian ................................................................... 360
80. Surat Ijin Penelitian KESBANGPOL ......................................................... 361
81. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ................................................................. 362
82. Surat Bukti Penelitian ................................................................................. 363
83. Surat Bukti Uji Coba Instrumen ................................................................. 364
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan, dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, paradigma masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
`
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal terpenting bagi kehidupan manusia, karena
pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan mengemban tugas menghasilkan generasi yang baik, manusia yang
berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang baik dalam
mewujudkan kehidupan yang lebih baik (Munib, Budiyono, & Suryana 2015:32).
Oleh karena itu, dalam meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, mandiri, beriman,
bertakwa dan bertanggung jawab. Seperti yang dijabarkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II pasal 3:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 13 (1), maka
pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur yang secara lengkap
berbunyi: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang saling dapat melengkapi dan memperkaya”. Pendidikan adalah
bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta didik maupun seseorang
dalam pertumbuhan jasmani serta rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.
Dalam pengertian khusus, pendidikan merupakan bimbingan dari orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa dalam mencapai kedewasaan dalam cakupan
yang luas (Munib, Budiyono, & Suryana 2015:32). Jadi yang menjadi tujuan
pendidikan ialah kedewasaan. Kedewasaan memiliki banyak indikator antara lain,
manusia yang mandiri, bertanggung jawab, mampu memahami norma-norma serta
moral dalam kehidupan dan sanggup untuk menjalankan norma tersebut.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimulai sebelum manusia lahir
dan berlangsung sampai manusia meninggal dunia. Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat
1 menyebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Berdasarkan isi Undang-Undang diatas, pendidikan diartikan sebagai
usaha manusia untuk mengembangkan kemampuannya agar menjadi pribadi yang
3
Lam
piran
22
Lam
piran
22
dapat mengembangkan potensi diri yang berlangsung sepanjang hayat. Proses
pendidikan harus diatur agar pendidikan yang dilaksanakan menjadi bermakna,
berkualitas, dan menarik perhatian siswa. Pendidikan yang berkualitas adalah
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan mempunyai misi
mengembangkan potensi siswa agar menjadi generasi yang cerdas, bermoral baik
dan berbudi luhur sesuai dengan jati diri bangsa. Melalui pendidikan siswa dapat
belajar mengenai berbagai hal untuk mengembangkan diri secara optimal.
Potensi siswa dapat dikembangkan melalui tenaga yang berkompeten,
yaitu guru. Guru sebagai tokoh yang berpengaruh bagi siswa untuk mencapai
tujuan belajarnya. Guru menjadi orang tua kedua bagi siswa di sekolah,
diharapkan dapat membantu siswa agar memiliki kepribadian yang baik sehingga
menjadi generasi yang unggul. Generasi yang unggul akan menjadi pilar suatu
bangsa sehingga menjadi bangsa yang bermartabat.
Mendidik siswa agar belajar dari kehidupan yang telah ditanamkan oleh
guru merupakan tugas utama dari seorang guru (Munib, Budiyono, & Suryana
2015:49). Pada kenyataannya guru tidak hanya memberikan ilmu namun harus
memberikan pendidikan yang luas kepada siswa. Guru juga bertugas sebagai
fasilitator, pengelola kelas, demonstrator, mediator, serta sebagai evaluator. Guru
sebagai komponen penting dalam dunia pendidikan memiliki banyak peran yang
harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Apabila peran tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
Sudah seharusnya guru mampu menciptakan pembelajaran yang efektif bagi
siswa. Salah satunya yaitu dengan berkreativitas dan berinovasi menggunakan
4
Lam
piran
22
Lam
piran
22
model pembelajaran yang efektif dan menarik. Kemampuan guru dalam
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dapat memotivasi siswa
sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan siswa dapat tergantung pada kemahiran untuk belajar dan
memonitor cara belajar mereka sendiri (Trianto, 2011:143). Motivasi dapat
mendorong mental seseorang untuk melakukan sesuatu, salah satunya dorongan
untuk belajar, baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Tingkat berhasil atau
gagal belajarnya seorang siswa ditentukan oleh motivasi, belajar tanpa motivasi
akan menurunkan tingkat keberhasilan itu sendiri (Hamalik, 2013:161). Motivasi
sangat diperlukan dalam proses belajar, karena jika orang tidak punya motivasi
dalam belajar, dia tidak akan melakukan aktivitas belajar sekalipun merasa
memerlukannya (Djamarah, 2011:148). Dari pendapat para ahli kita dapat
mengetahui seberapa pentingnya motivasi dalam belajar. Siswa memerlukan
pembinaan untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Proses belajar yang kreatif
dari guru akan memacu siswa lebih bersemangat dalam belajar.
Rasa keingintahuan siswa yang tinggi, terkadang terbentur oleh sikap
malu dan kurang berani untuk bertanya. Mereka lebih memilih untuk diam dan
berusaha mengabaikan keingintahuanya. Berdasarkan hal tersebut, guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa agar tidak merasa malu dan
canggung. Oleh sebab itu guru harus menggunakan model yang lebih menarik
perhatian agar dapat menstimulasi siswa lebih aktif dan mau berpendapat. Pada
kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan model pembelajaran
yang bervariatif. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam
5
Lam
piran
22
Lam
piran
22
pembelajaran. Metode tersebut cenderung membuat siswa hanya terfokus kepada
guru, sehingga siswa hanya dapat mencatat dan mendengarkan tanpa banyak
beraktivitas. Hal inilah yang membuat siswa merasa bosan dan kurang
bersemangat. Metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan, menimbulkan
verbalisme, tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik dan
prosesnya satu arah yaitu dari guru ke siswa (Setijowati, 2016:37).
Penerapan metode ceramah lebih mengacu pada pembelajaran yang tidak
berpusat pada siswa dan monoton, yang mengakibatkan rasa ingin tahu siswa
rendah. Metode mengajar yang baik haruslah membangkitkan rasa ingin tahu
siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (Anitah (2011:5.5). Pembelajaran harus
melibatkan siswa untuk ikut aktif. Keterlibatan siswa akan membuat pembelajaran
lebih bermakna.
Penggunaan metode yang kurang efektif akan mengakibatkan kurangnya
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor. Guru harus pintar dalam membelajarkan
siswa agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Apabila hasil belajar siswa
kurang maka sebagai pendidik harus mengetahui faktor apa yang
mempengaruhinya. Ada tiga komponen pembelajaran yaitu tujuan, model dan
evaluasi (Subiyanto (1990) dalam Trianto, 2011:129).
Penggunaan model pembelajaran yang efektif berlaku untuk semua mata
pelajaran di sekolah dasar, termasuk mata pelajaran IPA. Ilmu pengetahuan alam
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di
6
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Indonesia. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pembelajaran di sekolah
dasar masih banyak yang dilaksanakan secara kovensional. Para guru belum
sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan
siswa serta belum menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi
berdasarkan karakter materi pelajaran. Salah satu penyebab utama kelemahan
pembelajaran adalah guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak seperti dalam
penilaian hanya memfokuskan pada penguasaan konsep anak saja (Susanto,
2016:166). Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya
terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja.
Pada mata pelajaran IPA akan lebih efektif apabila guru menggunakan
model yang bervariasi sebagai penunjang pembelajaran. IPA adalah mata
pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam dan IPA juga
membantu untuk berfikir logis terhadap kejadian sehari-hari. Sikap siswa yang
selalu ingin tahu dan tertarik untuk mendapatkan sesuatu yang baru mengharuskan
guru untuk lebih kritis dalam menyikapinya. Dengan melihat permasalahan yang
terjadi, maka guru harus memberikan motivasi-motivasi sehingga membangkitkan
dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini
guru harus mencari model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,
sehingga siswa tertarik dalam pembelajaran IPA.
Model pembelajaran merupakan perencanaan yang digunakan guru
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Trianto, 2014:51).
7
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran karena diarahkan oleh sebuah model
pembelajaran (Joyce (1992) dalam Trianto, 2011:5). Fungsi model pembelajaran
yaitu sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Ada enam macam model pengajaran yang sering digunakan guru
dalam mengajar yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas
(Arends (2001) dalam Trianto, 2014:53).
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain
atas tugas-tugas bersama, dan melalui belajar kooperatif siswa dapat belajar saling
menghargai satu sama lain. Manfaat lain yang di dapat siswa adalah mereka dapat
berinteraksi dengan teman-teman dalam kelompoknya serta mendorong siswa
berani mengemukakan pendapatnya. Salah satu hal terpenting dalam pembelajaran
adalah bagaimana pembelajaran itu dapat bermakna bagi siswa, mengajarkan
banyak hal tidak hanya tentang isi materi yang di sampaikan guru. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pengajaran secara berkelompok yang melibatkan
siswa dalam bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen
& Kauchak (1996) dalam Trianto, 2011:42)
Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA karena menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif di dalam
pembelajaran. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu NHT. Salah
satu pembelajaran kooperatif yaitu NHT yang di rancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional
8
Lam
piran
22
Lam
piran
22
(Trianto, 2011:62). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajran
dengan membentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5
siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, kemudian guru mengajukan
pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjuk salah
satu nomor untuk mewakili kelompok, guru harus memastikan bahwa pertanyaan
yang diajukan kepada siswa dapat membuat siswa berfikir bersama dalam
menemukan jawaban (Kurniasih & Sani, 2015:29).
NHT pertama kali dikembangkan oleh Kagen [Sic] (1993) yang
bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran yang telah mereka terima dari guru (Trianto, 2011:62). Dalam
penggunaan model ini maka pembelajaran akan terpusat kepada siswa, dan siswa
juga termotivasi untuk berpartisipasi aktif untuk mencoba dan melakukan sendiri
hal yang sedang dipelajari. NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat agar
siswa tidak sulit dalam bersosialisasi dengan teman-temannya (Huda, 2014:138).
Model ini dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa. Cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa dalam meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe
NHT sesuai di aplikasikan dalam pembelajaran IPA dengan materi Daur Air.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap masalah tersebut
diantaranya yaitu oleh Andriyani, Susilowati, & Mulyani (vol.4 hal.57-64 no.2
tahun 2015) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Heads
9
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Together (NHT) Dilengkapi Catatan Terbimbing Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kritis Dan Prestasi Belajar Pada Materi Hasil Kali
Kelarutan Kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe NHT
dilengkapi catatan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa (dari 58,89% pada siklus I menjadi 74,43% pada siklus II) dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa (pencapaian prestasi belajar aspek kognitif
siswa pada siklus I sebesar 62,25% pada siklus I menjadi 77,14% pada siklus II.
Pada aspek afektif, pencapaian siklus I sebesar 75,14% pada siklus I menjadi
77,58% pada siklus II).
Penelitian yang dilakukan oleh Astrawan (vo.3 no.4 hal.227-242) yang
berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 3 Tonggolobibi. Hasil
penelitian adalah tes hasil tindakan siklus I diperoleh persentase ketuntasan
klasikal sebesar 53,57%, persentase daya serap klasikal 55,71%. Pada siklus II
hasil tes tindakan meningkat. Siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal
sebesar 85,71%, persentase daya serap klasikal sebesar 76,07%. Berdasarkan hasil
tindakan siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 3
Tonggolobibi.
Penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup
banyak dilakukan di sekolah sebagai penelitian eksperimen. Namun di Sekolah
Dasar belum banyak dilakukan penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
10
Lam
piran
22
Lam
piran
22
tertarik untuk mengkaji model pembelajaran tipe NHT. Model pembelajaran tipe
NHT diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang menarik bagi siswa, agar
perhatian siswa lebih fokus pada proses pembelajaran yang dilakukan.
Permasalahan pembelajaran IPA masih terjadi di SD Negeri Pagongan 1
Kabupaten Tegal. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap guru
kelas VA dan VB pada tanggal 29 November dan 1 Desember 2018, diperoleh
informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA masih monoton, guru jarang
melakukan praktik dan sering menggunakan metode konvensional seperti
ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan cenderung pasif. Dalam hal motivasi
siswa sangat kurang antusias dan kesiapan belajarnya juga kurang. Di kelas VB
guru sudah pernah menggunakan metode diskusi, namun masih banyak siswa
yang kebingungan, sedangkan di kelas VA yang belum pernah melakukan metode
diskusi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan media gambar
dalam pembelajaran IPA.
Dari informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan guru
kelas, diketahui bahwa nilai hasil belajar UAS tahun pelajaran 2018/2019 mata
pelajaran IPA kurang memuaskan. SD Negeri Pagongan 1 mematok nilai KKM
sebesar 70, namun masih banyak siswa yang nilainya kurang dari KKM. Dari
siswa kelas VA maupun kelas VB yang berjumlah 46 siswa, hanya 13 siswa yang
melampaui batas KKM. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Tipe NHT
dalam Pembelajaran Daur Air pada Siswa Kelas V SDN Pagongan 1 Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal”.
11
Lam
piran
22
Lam
piran
22
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
(1) Guru sering menggunakan model konvensional sehingga pembelajaran
terkesan membosankan.
(2) Masih terbatasnya alokasi waktu saat pembelajaran, sehingga tidak
terselesaikannya materi pelajaran dan harus dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya.
(3) Kurangnya media pembelajaran bagi siswa, sehingga siswa sulit
memahami materi yang disampaikan guru.
(4) Rendahnya motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran.
(5) Masih terbatasnya fasilitas pembelajaran di sekolah, seperti liquid crystal
display (LCD).
1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian
Peneliti perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian
untuk memfokuskan penelitian dan menjelaskan hubungan antar variabel
penelitian. Uraiannya yaitu sebagai berikut:
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi
permasalahan sebagai berikut:
(1) Penelitian ini memfokuskan pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V materi
daur air.
12
Lam
piran
22
Lam
piran
22
(2) Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa
dalam proses pembelajaran IPA.
(3) Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA
dalam ranah kognitif C1, C2 dan C3.
(4) Populasi penelitian yang diambil yaitu: siswa kelas VA dan siswa kelas
VB SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2018/2019.
1.3.2 Paradigma Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu
asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat
kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pada penelitian ini, peneliti
menentukan dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Berdasarkan
pendapat Sugiyono (2017:64), variabel independen dalam bahasa indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Jadi variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran tipe NHT. Sementara
itu, variabel dependen yaitu motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA materi daur air. Hubungan antarvariabel tersebut dapat dibaca pada Gambar
1.1. r1
r2
Gambar 1.1 Bagan Paradigma Penelitian Sederhana
X1
1
Y1
Y2
13
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Keterangan :
X1 = Model pembelajaran tipe NHT
Y1 = Motivasi belajar siswa
Y2 = Hasil belajar siswa
(Thoifah, 2015:175).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan permasalahan
yang hendak diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
(1) Apakah ada perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa kelas V
materi daur air pada siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal
antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan yang
menggunakan pembelajaran konvensional?
(2) Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar materi daur air pada
siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal antara yang
menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan
pembelajaran konvensional?
(3) Apakah motivasi belajar siswa kelas V pada materi daur air antara yang
menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi daripada yang
menggunakan pembelajaran konvensional?
(4) Apakah hasil belajar siswa kelas V pada materi daur air antara yang
menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi daripada yang
menggunakan pembelajaran konvensional?
14
Lam
piran
22
Lam
piran
22
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu harapan yang akan dicapai dalam penelitian dan
menjadi patokan sebagai keberhasilannya. Tujuan penelitian dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Uraiannya sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang memiliki skala yang lebih luas. Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
tipe NHT dalam motivasi dan hasil belajar IPA materi daur air kelas V SDN
Pagongan 1 Kabupaten Tegal.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat rinci. Tujuan khusus penelitian
ini adalah:
(1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan yang signifikan
motivasi belajar siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam
pembelajaran IPA materi daur air antara yang menggunakan model
pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan model konvensional.
(2) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan yang signifikan
hasil belajar siswa kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam
pembelajaran IPA materi daur air antara yang menggunakan model
pembelajaran tipe NHT dan yang menggunakan model konvensional.
(3) Menganalisis dan mendeskripsi lebih tinggi mana motivasi belajar siswa
kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam pembelajaran IPA
15
Lam
piran
22
Lam
piran
22
materi daur air antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT
dan yang menggunakan model konvensional.
(4) Menganalisis dan mendeskripsi lebih tinggi mana hasil belajar siswa
kelas V SDN Pagongan 1 Kabupaten Tegal dalam pembelajaran IPA
materi daur air antara yang menggunakan model pembelajaran tipe NHT
dan yang menggunakan model konvensional.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, membantu dalam berbagai pihak yang
membutuhkan. Manfaat praktis artinya penelitian ini bermanfaat bagi berbagai
pihak untuk memperbaiki kinerja terutama bagi peneliti, pendidik, dan sekolah.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
untuk sekolah dan guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPA. Selain
itu juga sebagai refrensi dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran tipe NHT khususnya dalam pembelajaran IPA
materi daur air.
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti: guru, sekolah, dan peneliti.
16
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Penjelasan selengkapnya mengenai manfaat bagi pihak-pihak yang terkait yaitu
sebagai berikut:
1.6.2.1 Manfaat Bagi Guru
(1) Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan guru tentang
penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran.
(2) Sebagai bahan masukan pentingnya model pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
1.6.2.2 Manfaat Bagi Sekolah
(1) Bertambahnya informasi mengenai model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA materi daur air.
(2) Sebagai bahan masukan dalam menciptakan sistem pembelajaran IPA
yang lebih beragam dan menyenangkan.
1.6.2.3 Manfaat Bagi Peneliti
(1) Bertambahnya wawasan penggunaan model pembelajaran yang inovatif
dalam pembelajaran IPA materi daur air.
(2) Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai landasan bagi penelitian
selanjutnya mengenai model pembelajaran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka memuat beberapa bagian, antara lain: (1) kajian teoritis; (2) kajian
empiris; (3) kerangka berpikir; dan (4) hipotesis. Berikut uraian selengkapnya:
2.1 Kajian Teoritis
Kajian teoritis berisikan teori-teori para ahli yang di dapat dari buku yang
relevan dengan judul skripsi. Teori adalah konsep yang digunakan untuk melihat
hubungan antar variabel, sehingga berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena tertentu (Sugiyono, 2017:83). Pada penelitian ini, peneliti akan
mengemukakan beberapa landasan teori mengenai: (1) pengertian belajar, (2)
pengertian pembelajaran, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, (4) hasil
belajar siswa, (5) motivasi belajar siswa, (6) karakteristik siswa sekolah dasar, (7)
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar, (8) model
pembelajaran kooperatif, (9) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT), (10) penerapan model pembelajaran tipe NHT pada
pembelajaran daur air.
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar tidak terlepas dari manusia, kita dapat belajar dari kehidupan
yang kita jalani. Para ahli banyak yang merumuskan dan membuat tafsirannya
tentang belajar, namun pengertiannya berbeda-beda. Belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
18
Lam
piran
22
Lam
piran
22
informasi, menjadi kapabilitas baru yang dapat ditangkap oleh otak manusia
(Dimyati & Mudjiono, 2009:10).
Belajar adalah kegiatan yang melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga,
jadi perubahan yang ditimbulkan dari belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang (Djamarah, 2011:13). Belajar itu bukan
hanya mengingat, namun juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan, karena belajar bukan suatu tujuan
tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Belajar adalah kegiatan
dalam memperoleh perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2011:13).
Belajar tidak hanya upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah
pengetahuan, namun bagaimana hasil latihan dan pengalaman itu dapat merubah
perilaku peserta didik agar memiliki kemampuan berfikir efektif dan efisien untuk
menghadapi berbagai masalah, dengan berfikir maka perkembangan intelektual,
sikap dan keterampilannya akan mengalami peningkatan (Setijowati, 2016:1-2).
Daya berfikir siswa akan meningkat jika guru menerapkan cara belajar yang
benar, maka guru harus paham benar konsep belajar itu sendiri. Hal terpenting
yang menjadi pelajaran bagi guru adalah menyediakan lingkungan belajar untuk
siswa agar mendapatkan pengalaman belajar sehingga membentuk pengetahuan
yang terus berkembang.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang. Oleh
karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu
memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses
19
Lam
piran
22
Lam
piran
22
psikologis. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar
psikologi. Berikut disajikan beberapa pengertian tentang belajar: (1) Gagne &
Berliner (1983:252) menyatakan, belajar merupakan proses dimana suatu
organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman; (2) Morgan et.al.
(1986:140) menyatakan, belajar merupakan perubahan relatif permanen yang
terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman; (3) Slavin (1994:152)
menyatakan, belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh
pengalaman; (4) Gagne (1977:3) menyatakan, belajar merupakan perubahan
disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu
tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan (Rifa‟i
& Anni, 2015:64).
Belajar merupakan proses perubahan karena ada dukungan positif dari
luar, perubahan yang terjadi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
perubahan itu terjadi karena adanya proses latihan yang telah dilakukan oleh
seseorang (Anitah, 2011: 2.4). Setiap manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya akan mengalami perubahan sikap, pengetahuan, dan emosional
sesuai interksi yang dialaminya.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses yang dialami seseorang untuk mencari pengalaman yang
dapat merubah perilakunya baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktivitas dalam belajar dan mengajar yang
pelakunya adalah siswa dan guru, sedangkan mengajar merupakan serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi. Unsur utama dari
20
Lam
piran
22
Lam
piran
22
pembelajaran adalah pengalaman anak sehingga terjadi proses belajar.
Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa diluar siswa yang dirancang
untuk mendukung proses dalam belajarnya (Gagne (1981) dalam Rifa‟i & Anni,
2015:85). Peristiwa belajar dirancang agar peserta didik memproses informasi
nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
tujuan belajar pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang
belajar agar peserta didik mampu belajar optimal.
Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku,
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar
dalam bentuk ingatan jangka panjang (Rifa‟i & Anni 2015:86). Hasil belajar dapat
memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai potensi
yang dimilikinya (Gagne (1985) dalam Rifa‟i & Anni, 2015:86). Proses
pembelajaran adalah proses interaksi atau komunikasi antara pendidik dengan
peserta didik atau antar peserta didik. Pembelajaran adalah terjemahan dari
instruction yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan dan
guru sebagai fasilitator. Pembelajaran merupakan aktivitas mental, fisik, emosi
dan rohani pada diri pelajar itu sendiri dalam mencapai hasil belajar yang ingin
dicapai. Pembelajaran merupakan serangkaian proses kegiatan guru dan siswa
secara timbal balik yang berlangsung dalam situasi belajar (Setijowati, 2016:6).
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru secara sadar
dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi siswa, peran guru sangat
21
Lam
piran
22
Lam
piran
22
diperlukan untuk menunjang keberhasilan siswa dalam memahami materi yang
disajikan, guru berperan dalam mememberikan informasi, membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam belajar.
Pembelajaran adalah interaksi guru dengan siswa, baik interaksi secara
langsung maupun secara tidak langsung, interaksi langsung yaitu dengan tatap
muka dan interaksi tidak langsung dengan menggunakan media pembelajaran
(Rusman, 2012:134). Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola
pembelajaran. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran diatas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik
dan peserta didik, dimana antar keduanya terjadi komunikasi dua arah dalam
proses kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan/indikator yang telah
ditentukan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Peristiwa belajar yang terjadi pada siswa dapat diamati dari perbedaan
perilakunya. Adanya kinerja siswa belum tentu terjadi proses belajar, sebab yang
yang dipentingkan dalam makna belajar pada dasarnya dilihat dari ada tidaknya
perubahan perilaku setelah siswa belajar. Selain dipengaruhi oleh bagaimana cara
guru dalam memberikan pembelajaran, hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain. Menurut Rifa‟i & Anni (2015:78-79), faktor-faktor yang
memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal
dan eksternal peserta didik. Kondisi internalnya adalah: (1) kondisi fisik; (2)
22
Lam
piran
22
Lam
piran
22
kondisi psikis; (3) kondisi sosial. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas
kondisi internal yang dimiliki peserta didik akan bepengaruh pada kesiapan,
proses, hasil belajar, sedangkan faktor eksternalnya adalah: (1) variasi dan tingkat
kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon); (2) tempat belajar;
(3) iklim; (4) suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat. Kedua faktor
tersebut dapat mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar siswa. Belajar
yang berhasil mempersyaratkan guru memperhatikan faktor internal dan eksternal
siswa.
Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Anitah, 2011:2.7). Menurut
Djamarah (2011:176-177), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa yaitu dari luar dan dari dalam. Dari luar seperti: (1) lingkungan (alami dan
sosial budaya); (2) instrumental (kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru).
Dari dalam seperti: (1) fisiologis (kondisi fisiologis dan kondisi panca indra); (2)
psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).
Dari pendapat sebelumnya salah satu faktor dari luar adalah guru.
Kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran yang baik dan tidak monoton
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran. Menurut
Hamalik (2013:32), belajar efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional
yang ada, antara lain: (1) faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; (2) belajar
memerlukan latihan; (3) belajar siswa akan lebih berhasil, jika siswa merasa
mendapatkan kepuasan dalam proses belajarnya; (4) siswa yang belajar perlu
mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya; (5) faktor asosiasi
23
Lam
piran
22
Lam
piran
22
besar manfaatnya dalam belajar, karena pengalaman belajar antara yang lama
dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
umum faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan eksternal.
Keduanya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga akan diperoleh
perbedaan hasil dari setiap individu. Pengaruh antar faktor belajar tersebut sangat
besar pengaruhnya bagi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kerjasama yang baik
antara pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan.
2.1.4 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh setelah melalui proses
belajar, dimana hasil belajar bergantung pada diri siswa itu sendiri. Jika siswa
melakukan proses belajar dengan sungguh-sungguh, maka hasil belajar yang
diperoleh akan maksimal dan sebaliknya, jika siswa tidak sungguh-sungguh maka
hasilnya akan kurang maksimal. Rifa‟i & Anni (2015:67) menegaskan
hasil belajar sebagai berikut :
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan
perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik.
Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep.
Menurut Anitah (2011:2.19-2.20) untuk melihat hasil belajar yang
berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis dan ilmiah pada siswa sekolah dasar,
dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan: (1) kemampuan membaca; (2)
kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah pertanyaan; (3)
24
Lam
piran
22
Lam
piran
22
kemampuan mengorganisasi hasil identifikasi; dan (4) kemampuan melakukan
kajian secara menyeluruh. Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan di sekolah
dasar khususnya pada kelas tinggi. Hasil belajar adalah pengalaman belajar yang
didapat dari kemampuannya memproses suatu ilmu pengetahuan (Sudjana,
2016:22). Anitah (2011:2.19) berpendapat tentang hasil belajar sebagai berikut :
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan tindakan tindak
lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku
atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap,
fungsional, positif, dan disadari.
Menurut Bloom (Munzenmaier & Rubin, 2013) dalam Rifa‟i & Anni
(2015:68-71), tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: (1) ranah
kognitif menggambarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual; (2) ranah
afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai; (3) ranah psikomotorik
berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik. Pada dasarnya
perubahan perilaku yang dicapai siswa setelah belajar telah dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian tentang pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah
belajar, perubahan ini mencakup aspek kognitif atau pengetahuan tentang suatu
konsep, aspek afektif atau perubahan pada sikap siswa, dan aspek psikomotorik
atau perubahan yang berkaitan dengan pengolahan fisik. Oleh karena itu sebagai
seorang guru yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran
haruslah mampu menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Selanjutnya hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan pedoman
25
Lam
piran
22
Lam
piran
22
bagi guru untuk mengukur seberapa efektifnya pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2.1.5 Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah salah satu faktor penting bagi keberhasilan seseorang
dalam belajar. Seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor
pendorongnya yaitu motivasi belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh jika mempunyai motivasi yang tinggi. Hal tersebut sama dengan Anitah
(2011:1.9) yang berpendapat tentang motivasi belajar sebagai berikut :
Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas. Bila motornya
tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi; dan bila motornya lemah,
aktivitas yang terjadi pun lemah pula.Motivasi belajar berkaitan erat
dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu
sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan
yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi
belajar akan muncul dengan kuat.
Berbeda dengan Kompri (2016:4) menyatakan pengertian motivasi
sebagai berikut :
Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam individu untuk
melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan
yang direncanakan. Motivasi disini merupakan suatu alat kejiwaan untuk
bertindak sebagai daya gerak atau daya dorong untuk melakukan
pekerjaan.
Motivasi merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dari dalam
diri siswa dalam mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilakunya (Slavin
(1994) dalam Rifa‟i & Anni, 2015:99). Motivasi tidak hanya penting untuk
membuat peserta didik melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan
berapa banyak peserta didik dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau
26
Lam
piran
22
Lam
piran
22
informasi yang mereka hadapi. Tugas utama guru adalah merencanakan cara-cara
yang mendukung motivasi siswa. Walaupun motivasi merupakan prasyarat
penting dalam belajar, namun agar aktivitas belajar itu terjadi pada diri anak, ada
faktor lain seperti kemampuan dan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan
pula. Motivasi belajar penting diketahui oleh guru. Menurut Dimyati & Mudjiono
(2009:85-86), motivasi belajar penting diketahui oleh guru, antara lain untuk: (1)
membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar;
(2) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa; (3) meningkatkan dan
menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam peran seperti fasilitator,
teman, penyemangat, atau pendidik; (4) memberi peluang guru untuk “unjuk
kerja”. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Ada
banyak cara yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa, namun yang lebih
penting adalah motivasi yang timbul dari diri siswa itu sendiri, seperti dorongan
kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
Motivasi adalah perubahan yang terjadi pada seseorang sehingga muncul
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yang akan dicapai (Hamalik,
2013:158). Apabila seseorang mempunyai tujuan tertentu, maka dia akan
mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang
dapat dia lakukan. Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Maslow (1943)
dalam Djamarah (2011:149), menurutnya ia sangat percaya bahwa tingkah laku
manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri,
27
Lam
piran
22
Lam
piran
22
mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan inilah menurutnya
mampu memotivasi tingkah laku seorang individu.
Menurut Djamarah (2011:149-151), motivasi dibedakan dari dua sudut
pandang yakni, motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang
disebut “motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang
yang disebut “motivasi ekstrinsik”. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik
adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah keinginan dan kekuatan mental yang dimiliki seseorang untuk
bergerak kearah tujuan tertentu. Motivasi mempunyai peranan penting dalam
pembelajaran. Adanya motivasi belajar dalam diri siswa dapat menentukan
apakah siswa tersebut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat
mengakibatkan hasil belajar yang dicapai siswa akan berbeda-beda.
2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Guru perlu mengetahui sifat serta karakteristik anak usia SD agar dapat
memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan
potensi kecerdasan dan kemampuan siswa sesuai dengan kebutuhan dan harapan
orang tua pada khususnya serta masyarakat pada umumnya. Rasyidi (1993) dalam
Taufiq, Mikarsa, & Prianto (2011:1.7) menjelaskan pengertian Sekolah Dasar
sebagai berikut:
28
Lam
piran
22
Lam
piran
22
Sekolah Dasar merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social
institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh
masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis.
Dengan demikian, sebutan sekolah dasar merujuk pada satuan lembaga
sosial yang diberi amanah spesifik oleh masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan dasar penggalan pertama selama enam
tahun untuk dilanjutkan pada penggalan pendidikan dasar kedua selama 3
tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat.
Menurut Anitah (2011:2.20-2.24), tahapan perkembangan siswa dapat
dilihat dari aspek perkembangan berikut: (1) perkembangan fisik; (2)
perkembangan sosial; (3) perkembangan bahasa; (4) perkembangan kognitif; (5)
perkembangan moral; (6) perkembangan ekspresif; (7) aspek-aspek inteligensi;
(8) aspek kebutuhan siswa. Siswa SD mengalami masa transisi dari sekolah taman
kanak-kanak ke sekolah dasar. Pada masa SD pun karakter siswa kelas rendah (I-
III) berbeda dengan kelas tinggi (IV-VI). Tahap periode perkembangan ini
berkaitan dengan tahapan kognitif siswa pada setiap kelompok umurnya. Anak
pada usia SD akan mengalami perkembangan intelektual dan perkembangan
karakteristik berbeda lainnya.
Menurut Piaget (1950) dalam Susanto (2016:77), perkembangan kognitif
mempunyai beberapa tingkatan, antara lain: (1) tahap sensori motor (0-2 tahun),
anak belum memasuki sekolah; (2) tahap pra operasional (2-7 tahun), kemampuan
skema kognitifnya masih terbatas; (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun),
anak mampu berpikir secara sistematis; (4) tahap operasional formal (11-15
tahun), anak mampu mengoordinasikan ragam kemampuan kognitif.
Berdasarkan teori Piaget tersebut, siswa usia SD berada pada tahap
operasional konkret, dimana siswa sudah mampu mengoperasionalkan berbagai
29
Lam
piran
22
Lam
piran
22
logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan belum bisa berfikir secara
abstrak. Secara umum karakteristik pembelajaran di SD adalah kelas I dan II
berorientasi pada pembelajaran fakta, lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian
disekitar lingkungan siswa. Pada kelas III, siswa sudah dihadapkan pada konsep
generalisasi yang dapat diperoleh dari kejadian-kejadian yang konkret. Kelas IV,
V, dan VI siswa dihadapkan pada konsep-konsep atau prinsip-prinsip
penerapannya (Anitah, 2011: 2.30-2.31).
Siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain,
senang melakukan kegiatan, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka tertarik
untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan,
mendapatkan pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa keingintahuannya.
Salah satu prinsip pembelajaran di SD adalah prinsip motivasi, motivasi
mendorong siswa untuk belajar, baik dari dalam maupun dari luar diri anak,
sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya
(Susanto, 2016:87).
Mengacu pada karakteristik siswa tingkat sekolah dasar menurut para
ahli dapat disimpulkan bahwa, setiap siswa mempunyai pribadi yang unik yang
sedang berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan, serta membutuhkan
bimbingan dari lingkungan sekitar untuk menjadi individu dewasa. Oleh sebab itu,
rancangan pembelajaran yang hendak dilaksanakan guru harus memperhatikan
karakteristik siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran tipe NHT untuk
dilaksanakan pada pembelajaran siswa kelas V materi daur air karena model ini
sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri, motivasi siswa bisa saja didapat dari
30
Lam
piran
22
Lam
piran
22
luar diri siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran tipe
NHT siswa dapat belajar dan berdiskusi dengan teman sebayanya, hal ini dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan dalam kegiatan belajar. Sesuai dengan pendapat Anitah (2011:2.20-
2.24) bahwa siswa SD itu memerlukan kebutuhan sosial yaitu berinteraksi dengan
teman sebayanya.
2.1.7 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar
Sejak peradaban manusia, orang sudah menggunakan alam sebagai
sumber kehidupan. Mereka juga telah menggunakan pengamatan, juga abstraksi
untuk menemukan berbagai pengetahuan yang di dapat dari pengalaman sendiri.
Pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta,
konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan
bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar (Sapriati
2009:2.3). Pengertian dari IPA sendiri adalah suatu ilmu yang berisikan
pengetahuan tentang alam semesta dan seisinya (Fatimah, 2013:14).
Berbeda lagi dengan pendapat Wisudawati & Sulistyowati (2014:22),
menurutnya IPA adalah ilmu yang khusus mempelajari fenomena alam yang
faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan
hubungan sebab-akibatnya yang ditimbulkan suatu gejala. Carin & Sund (1993)
dalam Wisudawati & Sulistyowati (2014:24) juga menyatakan, “IPA sebagai
pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. IPA
adalah pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang
31
Lam
piran
22
Lam
piran
22
didasarkan atas pengamatan dan deduksi (Prihantoro (1986) dalam Trianto,
2014:136). Adapun Wahyana (1986) dalam Trianto (2014:136), menurutnya IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan
bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera
maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu apabila ingin
mengetahui hakikat IPA maka harus mengerti pengertian dari IPA terlebih dahulu.
IPA atau ilmu kealaman adalah llmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup
maupun benda mati yang diamati (Kardi & Nur, 1994) dalam Trianto (2014:136).
Berdasarkan kurikulum 2004, dalam Sapriati (2009:2.4-2.5) tujuan
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah:
Agar siswa mampu: 1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep IPA dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat; 3) mengembangkan keterampilan proses, memecahkan
masalah dan membuat keputusan; 4) berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 5) menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Menurut Wisudawati & Sulistyowati (2014:7-9), sains adalah sebuah
pengalaman pribadi sebagai hasil persentuhan antara anak dengan fenomena alam
sebelum mereka memasuki pendidikan sekolah. Banyak konsep IPA yang
dikembangkan oleh anak berasal dari kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan
bahwa anak-anak belajar sains melalui konsep yang mereka ciptakan/konstruk
32
Lam
piran
22
Lam
piran
22
sendiri. Sehingga, muncul paham yang disebut sebagai paham kontruktivisme.
Dengan demikian, tantangan pertama pembelajaran sains di sekolah adalah
memberikan akses kepada siswa terhadap pengalaman fisik dan membantu siswa
untuk mengkonstruksi konsep sains mereka sendiri, serta mengenalkan konsep
yang sudah disepakati bersama oleh masyarakat sains. Namun masih banyak guru
yang menerapkan pembelajaran sains konvensional yang dalam penyampaian
materi maupun praktikum IPA masih banyak mengandung instruksi/perintah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang alam dan seisinya, yang
berdasar pada prinsip serta proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa
terhadap konsep IPA. Pembelajaran IPA pada jenjang SD dilakukan sebagai bekal
untuk melanjukan ke jenjang berikutnya dan mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya.
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa lebih mudah memahami
suatu konsep karena mereka dapat saling berdiskusi satu sama lain. Menurut
Rusman (2012:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berkenaan dengan pengelompokan, menurut Rusman (2012:204) siswa
dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa; (2) latar belakang
kemampuan siswa; (3) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar
33
Lam
piran
22
Lam
piran
22
kemampuan siswa. Pengelompokan yang benar oleh guru dapat memungkinkan
pengelolaan kelas menjadi lebih efektif. Siswa tidak hanya belajar dari guru
m