16
Kejang Demam Sederhana pada Anak Disusun oleh : F8 Jennifer Tannus 102012155 Egidius ian andrian 102012346 Nico Stefan 102012010 Frans Pirman Sahala Calista Fernanda Christine Laurenza S Suli Intan Nurul Widya Putri Amalia Muhammad Nur Syaiful Bin Mohidin 102012490 1

Kejang Demam Sederhana

  • Upload
    yogidj

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berbagi file untuk semua itu mulia loh seperti ini caranya lewat scrib pasti bisa

Citation preview

Kejang Demam Sederhana pada Anak

Disusun oleh : F8Jennifer Tannus 102012155Egidius ian andrian 102012346Nico Stefan 102012010Frans Pirman SahalaCalista FernandaChristine Laurenza SSuli IntanNurul WidyaPutri AmaliaMuhammad Nur Syaiful Bin Mohidin 102012490

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

PendahuluanKejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang demam pada anak merupakan kelainan neurologik yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Kejang demam adalah tipe kejang yang paling sering terjadi pada anak. Walaupun telah dijelaskan oleh bangsa Yunani , baru pada abad ini kejang demam dibedakan dengan epilepsy. 1,2Kejang merupakan salah satu darurat medik yang harus segera diatasi.2 Kejang didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak paroksismal yang dapat dilihat sebagai kehilangan kesadaran, aktivitas motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom.1,2Pada umumnya kejang demam adalah penyakit yang tidak membahayakan dan memiliki risiko kompllikasi yang rendah. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain adalah kejang demam berulang, epilepsi, penurunan IQ, dan gangguan neurologis,Pengobatan kejang demam adalah dengan pemberian obat diazepam lewat anus dengan dosis yang sesuai berat badan, 5mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.3 Pemberian obat penghilang demam juga dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kejang demam, obat yang sering dipakai antara lain adalah parasetamol dan ibuprofen.Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.1Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung dari nilai ambang kejang masing-masing. Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang. Karena keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau bahkan menyebabkan kematian.2AnamnesisAnamnesis pasien dilakukan secara allo-anamnesis kepada orang terdekat dari pasien. Hal hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu : adanya kejang, jenis kejang (umum atau fokal), kesadaran, lama atau durasi kejang. Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang. Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK. Otitis media akut/OMA, dll). Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga. Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia).3Selain itu ada beberapa hal juga yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah faktor resiko terjadinya kejang demam yang merupakan perkiraan diagnosis dari skenario. Riwayat keluarga akan adanya kejang demam perlu ditanyakan. Selain itu, demam tinggi diatas 38C, gagal tumbuh, konsumsi alkohol dan rokok selama kehamilan, perawatan di rumah sakit selama lebih dari 28 hari kelahiran dan penitipan anak pada jasa penitipan anak perlu dikumpulkan dalam anamnesis. Adanya 2 faktor positif dari faktor diatas dapat meningkatkan kejadian kejang demam pertama sebanyak 30% pada anak.4

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dilakukan adalah menilai tahap kesadaran anak, kemudian melihat sekiranya ada tanda-tanda meningitis serta pemeriksaan neurologis lain.5 Tujuanutama daripemeriksaan fisik adalah untuk menentukan status neurologis, mengidentifikasi sumberinfeksi,dan menyingkirkaninfeksiSSP. Pemeriksaanfisik lengkapdilakukanuntuk mengidentifikasifokus infeksi,seperti infeksi pada telinga, saluran pernapasan bagian atas, paru-paru,kulit,saluran pencernaan,atau salurankemih. 1. Pada keadaan umum, yang dinilai adalah: Keadaan sakitnya Tampak sakit berat atau sedang Kesadaran CM, apatis,somnolen,sopor,koma,delirium Status mental dan tingkah lakuGembira,tenang,koperatif,gelisah,murung. Kelainan yang segera tampak seperti karakteristik tangisan kuat, lemah atau nada tinggi.2. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut: a. Bisa dilihat dari manifestasi kejang yang terjadi, misalnya : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.b. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, reaksi pupil terhadap cahaya negatif.c. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun-ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.3. Pemeriksaan status gizi Untuk menilai tumbuh kembang anak dan diplot pada grafik BB anak.4. Pemeriksaan tinggi badan anak/panjang badan Untuk menilai tumbuh kembang, diplot pd grafik tumbuh kembang (tinggi/ panjang badan anak).5. Pemeriksaan tanda vital Suhu meningkat pada pasien kejang demam, tekanan darah meningkat pada peningkatan tekanan intrakranial.

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5

Pemeriksaan cairan serebrospinal Dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.5Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5 Pencitraan Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.5

Working DiagnosisBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa kerja/working diagnosis Kejang Demam Sederhana. Diagnosa ini dibuat atas keluhan dan gejala klinis saat pasien datang ke dokter. Kejang Demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang sama. Diagnosa ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan Pungsi Lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi pada otak.Manifestasi klinis Kejang demam yang menyebabkannya diambil sebagai diagnosa penyakit antara lain ialah:5 Peningkatan suhu secara mendadak. Tidak adanya tanda-tanda inflamasi SSP sebelum atau selepas kejang. Tidak ada riwayat non-febrile seizures.Perbedaan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks dapat dilihat dalam tabel di bawah:5Simple/sederhana/Benign(70-80%)Kompleks/Atypical(20-30%)

Durasi 15 menitKejang fokalKejang rekurens (>1 kali dalam 24 jam)Ada riwayat gangguan neurologis atau defisit neurologis setelah kejang

Tabel 1: Perbedaan kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks

Kejang tonik-klonik adalah jenis kejang generalisata yang ditandai oleh munculnya secara mendadak kontraksi kuat dan kaku otot-otot lengan dan tungkai(kejang tonik), diikuti oleh kontraksi dan relaksasi ritmik otot-otot(kejang klonik). Kejang ini merupakan jenis kejang generalisata yang paling sering terjadi dan semula diberi nama kejang grandmal. Kejang generalisata lainnya mungkin bersifat tonik murni atau klonik murni.7

Differensial Diagnosis

PenyakitDefinisi dan manifestasi

Kejang Demam KompleksKejang yang terjadi saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.Kejang yang hanya terjadi pada satu sisi tubuh, berlangsung lama lebih dari 15 menit atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.2

MeningitisRadang selaput otak disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau toksin. Sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran nafas bagian atas.Gejalanya antara lain ialah timbulnya demam akibat infeksi, fotofobia(nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf-saraf kranialis, ketidakmampuan menekukkan dagu ke dada tanpa nyeri, nyeri dan kaku leher akibat iritasi saraf spinalis. Kesadaran turun.Pada pemeriksaan tanda rangsang meningeal didapatkan kaku duduk, Brudzisnky +, lasegues sign + dan Kernigs sign +.

EpilepsiDitandai oleh adanya sekumpulan gejala dan tanda klinis yang meliputi : jenis serangan, etiologi, anatomi, faktor pencetus, umur onset, berat penyakit, kronisitas dan prognosis.Gejalanya adalah episode gerakan yang tak terkawal, penurunan kesadaran, sensasi, perilaku dan emosi yang aneh, merenung ksosng beberapa detik dan spasme otot.

Tabel 2: Diagnosis banding Kejang demam

Manifestasi KlinisSebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama sakit, sering sewaktu suhu tubuh meningkat cepat, tetapi pada sebahagian anak,tanda pertama penyakit mungkin kejang dan pada yang lain, kejang terjadi saat demam menurun. Derajat demam bukan merupakan faktor kunci yang memicu kejang. Selama suatu penyakit, setelah demam turun dan naik kembali sebagian anak tidak kembali kejang walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama dan sebagian anak yang lain tidak mengalami kejang pada penyakit demam berikutnya walaupun tercapai tingkatan suhu yang sama. Sebagian besar pasien mengalami kejang demam jinak dan hanya akan sekali kejang selama suatu penyakit demam. Hanya 20% dari kejang demam pertama bersifat kompleks. Dari pasien yang mengalami kejang demam kompleks, sekitar 80% mengalami kejang demam kompleks sebagai kejang pertama. Anak yang berkemungkinan besar mengalami kejang demam kompleks tidak dapat diketahui secara pasti sebelum kejadian. Namun,mereka cenderung berusia kurang dari 18 bulan dan memiliki riwayat disfungsi neurologik atau gangguan perkembangan.1 Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.2Manifestasi klinis Kejang demam yang menyebabkannya diambil sebagai diagnosa penyakit antara lain ialah:5 Peningkatan suhu secara mendadak. Tidak adanya tanda-tanda inflamasi SSP sebelum atau selepas kejang. Tidak ada riwayat non-febrile seizures.

EtiologiTidak diketahui pasti tetapi tampaknya pengaruh genetik yang kuat serta demam.1 Penyebab kejang demam antara lain ialah: Suhu yang tinggiPeningkatan suhu tubuh yang cepat dan tinggi, dan kejang sering terjadi pada hari pertama demam. Ambang kejangTiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang itulah seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC. Infeksi virus dan bakteriaDemam yang menyebabkan kejang demam sering disebabkan oleh infeksi pada tubuh anak-anak. Penyakit tipikal pada anak, termasuklah infeksi virus roseola yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening di leher dan rash yang sering dikaitkan dengan kejang demam. Penyebab demam tiba-tiba sehingga kejang yang jarang terjadi tetapi serius ialah infeksi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis dan ensefalitis. Keadaan yang paling sering menyebabkan kejang demam adalah radang tenggorokan, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna, infeksi saluran kemih, campak dan cacar air.

EpidemiologiJumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.4 Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti.3 Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki. Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) penderita kejang demam.

PatofisiologiUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme terpenting otak adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam lipoid dan permukaan luar yang ionik. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.7 Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang lebih tinggi,kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahawa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penganggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.7Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama(lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnenia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya meningkatkan metabolisme otak. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.7 Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.2

PenatalaksanaanDalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu : 1. Mengatasi kejang secepat mungkin Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti. Apabila pasien dating dalam keadaan kejang, obat paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2mg.menit atau dalam waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10kg. atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg mg untuk anak diatas usia 3 tahun.10Jika kejang masih berlanjut : (1). Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal. (2). Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan.10Jika kejang masih berlanjut : (1). Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit. (2). Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30 menit dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.10Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.102. Pengobatan penunjang Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi. Pengisapan lender dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.10Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi semakin panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan. Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali, 3 4 kali sehari.103. Memberikan pengobatan rumat Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Kejang demam kompleks merupakan salah satu indikasi seorang pasien untuk dirawat di rumah sakit selain adanya hiperpireksia, pasien < 6 bulan, kejang demam yang pertama kali, dan terdapat kelainan neurologis. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:

Profilaksis intermitten Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat tubuh 38,50C. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.10Profilaksis jangka panjang Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari. Pengobatan jangka panjang dapat dipertimbangan jika terjadi hal berikut: kejang demam 2 kali dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada umur < 12 bulan, kejang demam 4 kali per tahun.Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah: Fenobarbital Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.Sodium valproat / asam valproat Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 1-2 tahun dan dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Efek samping yang dapat terjadi adalah gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.Fenitoin Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.8

4. Mencari dan mengobati penyebab Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.8

Prognosis Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.6 Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi kejang demam berulang,epilepsi, kelainan motorik, gangguan mental dan belajar. Angka rekurensi untuk kejang demam dilaporkan sebesar 25-50%. Faktor tunggal terpenting dalam memperkirakan rekurensi adalah usia anak saat kejang pertama. Anak yang mengalami kejang pertama pada usia 1 tahun memiliki kemungkinan 65% menderita kejang demam rekurens. Hal ini berbeda dengan kemungkinan 35% apabila awitan kejang adalah pada usia antara 1-2,5 tahun dan 20% setelah usia 2,5 tahun. Angka rekurensi juga meningkat pada anak yang perkembangannya abnormal sebelum kejang pertama dan pada mereka yang memiliki riwayat kejang febris pada keluarga. Anak yang mengalami demam dengan durasi lebih singkat sebelum kejang demam dan mengalami temperatur yang lebih rendah juga mempunyai resiko meningkat terkena kejang demam.7 Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan motorik, status epileptikus dan kematian pernah dilaporkan sebagai sekuele kejang demam.7

KesimpulanKejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP. Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dari epilepsi. Epilepsi menerangkan suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang rekuren nonmetabolik yang disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya. Kejang demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam, namun tidak sampai menginfeksi otak anak. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Penanganganan yang cepat akan mengurangkan resiko komplikasi.

Daftar Pustaka1. Marvin A.F. Kejang demam. Buku Ajar Pediatri Rudolf.Vol III. 20th ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta:2007. Pg2160-61.2. Marcdante K, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE, Nelson essentials of pediatrics, 6th edition. India: Reed Elsiever: 2012. Pg. 681-2.3. Wyatt JP, Illingworth R, Graham CA, Hogg K, Oxford handbook of emergency medcine. 4th edition. New York: Oxford University Press Inc.; 2012. 688-90.4. McPhee S.J., Papadakis M.A. 2010 Current medical diagnosis and treatment 24th edition. McGraw Hill Companies; 2010; 857-860.5. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009.6. Statham E. Febrile seizures. Learn Pediatrics. University of British Columbia. Diunduh dari http://learnpediatrics.com/body-systems/nervous-syste/febrile-seizures/. Diakses tanggal 13/01/2015.7. Elizabeth J.C. Gangguan kejang,epilepsi. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2001.p172-48. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta: 2006. h. 1 14.

2