31
JOURNAL READING Anemia Defesiensi Besi saat Kehamilan dan Pospartum: Patofisiologi dan Efek dari Pemberian Oral dan Terapi Intravena Pembimbing dr. Gede S Dhyana M. A, Sp.OG Diajukan oleh: Adjeng Retno Bintari, S.Ked J510165040 Ligar Hervian, S.Ked J510165070 Mira Candra Karuniawati, S.Ked J510165010 KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSETRI DAN GINEKOLOGI RSUD SUKOHARJO

Kekurangan zat besi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kekurangan zat besi.docx

JOURNAL READING

Anemia Defesiensi Besi saat Kehamilan dan Pospartum: Patofisiologi dan Efek dari Pemberian Oral dan Terapi Intravena

Pembimbing

dr. Gede S Dhyana M. A, Sp.OG

Diajukan oleh:

Adjeng Retno Bintari, S.Ked J510165040

Ligar Hervian, S.Ked J510165070

Mira Candra Karuniawati, S.Ked J510165010

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSETRI DAN GINEKOLOGI RSUD SUKOHARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: Kekurangan zat besi.docx

TUGAS STASE OBSTETRI GINEKOLOGI

JOURNAL READING

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anemia Defesiensi Besi saat Kehamilan dan Pospartum: Patofisiologi dan Efek dari Pemberian Oral dan Terapi Intravena

Oleh:Adjeng Retno Bintari, S.Ked J510165040

Ligar Hervian, S.Ked J510165070

Mira Candra Karuniawati, S.Ked J510165010

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Obsetri dan Ginekologi Program

Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing :

dr. Gede Sri Dhyana M. A, Sp.OG (……………………..)

Dipresentasikan dihadapan :

dr. Gede Sri Dhyana M. A, Sp.OG (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. Donna Dewi Nirlawati (…………………..)

Page 3: Kekurangan zat besi.docx

Hindawi Publishing CorporationJournal of PregnancyVolume 2012, Article ID 630519, 10 pagesdoi:10.1155/2012/630519

Review ArticleAnemia Defesiensi Besi saat Kehamilan dan Pospartum: Patofisiologi dan Efek dari Pemberian Oral dan Terapi Intravena

Alhossain A. Khalafallah1,2 dan Amanda E.Dennis2,3

1Department of Haematology, Launceston General Hospital, Launceston, Tasmania 7250, Australia2School of Human Life Sciences, University of Tasmania, Australia3Department of Obstetrics and Gynaecology, Launceston General Hospital, Tasmania 7250, Australia

Correspondence should be addressed to Alhossain A. Khalafallah, [email protected]

Received 3 February 2012; Re ised 4 April 2012; Accepted 18 April 2012

Academic Editor : Nils Milman

Copyright © 2012 A. A. Khalafallah and A. E. Dennis. This is an open acce ss ar ticl e dist r ibuted under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Anemia defisiensi besi adalah gangguan yang paling umum di dunia, yang mempengaruhi lebih dari dua miliar orang. database global Organisasi Kesehatan Dunia pada anemia memperkirakan prevalensi 14% berdasarkan pada analisis regresi berdasar. Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi ADB pada wanita hamil di negara-negara industri adalah 17,4% sedangkan kejadian ADB di negara-negara berkembang meningkatkan secara signifikan hingga 56%. Meskipun suplemen zat besi oral banyak digunakan untuk pengobatan ADB, tidak semua pasien merespon secara memadai terhadap terapi besi oral. Hal ini disebabkan beberapa faktor termasuk efek samping dari zat besi oral yang menyebabkan kepatuhan yang buruk dan kurangnya kemanjuran. Efek samping, pra dominan ADB kenyamanan pencernaan, terjadi pada sebagian besar pasien yang memakai preparat besi oral. Sebelumnya, penggunaan besi intravena telah dikaitkan dengan efek samping yang tidak diinginkan dan kadang-kadang serius dan karena itu dimanfaatkan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, baru tipe II dan III kompleks besi telah dikembangkan, yang menawarkan kepatuhan yang lebih baik dan toleransi serta kemanjuran tinggi dengan keamanan dengan profil yang baik. Singkatnya, besi intravena dapat digunakan secara aman untuk produk besi dan koreksi anemia selama dan setelah kehamilan.

1. Defisiensi zat besi pada wanitaKekurangan gizi zat besi adalah gangguan yang paling umum di dunia, yang

mempengaruhi lebih dari dua miliar orang di seluruh dunia, dengan wanita hamil pada risiko tertentu. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwaAnemia Defisiensi Zat Besi, atau Iron Deficiency Anaemia (ADB) pada kehamilan adalah

Page 4: Kekurangan zat besi.docx

sebuahmasalahsignifikan di seluruh dunia dengan tingkat prevalensi yang berkisar dari rata-rata 14% dari wanita hamil di negara-negara industri, hingga rata-rata 56% (berkisar 35-75%) di negara-negara berkembang [2, 3].

Selain itu, ADB tidak hanya mempengaruhi sejumlah besar perempuan dan anak-anak di negara berkembang, tapi juga dianggap menjadi satu-satunya kekurangan nutrisi yang lazim di negara maju juga. Jumlah pasien dengan kekurangan zat besi dan ADB adalah luar biasa yaitu melebihi dari 2 miliar orang, sekitar 30% dari populasi dunia, kekurangan zat besi dengan prevalensi variabel, distribusi, dan faktor-faktor yang berkontribusi di berbagai belahan dunia [1-3].

Kekurangan zat besi lebih banyak mempengaruhi perempuan daripada kondisi lainnya, dibandingkan dengan krisis epidemic kesehatan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi dengan berbagai manifestasi dan harus dianggap sebagai penyakit kronis yang perlahan-lahan berkembang, yang justru sering diremehkan dan tADBk diobati di seluruh dunia meskipun beberapa peringatan dan kesadaran dikampanyekan oleh WHO [1-3].

Tingginya prevalensi ADB pada wanita memiliki konsekuensi kesehatan yang cukup besar dengan disusul bahaya ekonomi sosial, termasuk hasil kehamilan yang buruk, kinerja pendidikan terganggu, dan penurunan kapasitas kerja dan produktivitas [1-4].

Karena besarnya dan konsekuensi dari anemia defisiensi besi di dunia, terutama pada wanita di masa subur mereka, beberapa konferensi internasional tentang gizi telah membahas masalah ini dalam rangka untuk mengurangi prevalensi defisiensi zat besi pada wanita usia subur tanpa keberhasilan yang besar [1-6]. Konsekuensi dari ADB telah dipelajari secara luas [17-10]. Namun, masih ada kekurangan data tentang dampaknya pada kesejahteraan pasien.

Suplementasi zat besi yang ditargetkan, diet kaya akan zat besi, maupun keduanya, dapat memperbaiki kekurangan zat besi. Namun, variabilitas senyawa besi bioavailable membatasi nilainya terhadap kekurangan gizi zat besi. Oleh karena itu, tindakan-tindakan laboratorium terhadap penyimpanan zat besi harus dimanfaatkan untuk menentukan kekurangannya dan memantau terapinya [3-6].

Ulasan ini menyoroti pentingnya ADB pada kehamilan dan membahas pengobatan yang tepat untuk menghindari komplikasi serius dari anemia.

1. Metabolisme Zat BesiKeseimbangan metabolisme zat besi pada orang sehat umumnya mencerminkan

tiga variabel: asupan gizi, kehilangan zat besi, dan permintaan saat ini. Asupan gizi zat besi berkaitan dengan jumlah besi yang dicerna dalam makanan dan kemampuan untuk menyerap zat besi dari saluran pencernaan [4]. Jumlah zat besi yang diserap sangat bergantung pada ada atau tidaknya kelainan pada saluran cerna atau gangguan penyakit lainnya (seperti penyakit peradangan kronis) yang dapat mengakibatkan suatu tanda dari peraturan protein zat besi dan peptida yang disebut hepsidin, yang akan memblokir penyerapan zat besi [11-13].

Sumber utama zat besi pada manusia berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag dari sistem retikuloendotelial termasuk limpa atau dengan kata lain, pasokan zat besi internal yang diperbaharui. Studi terbaru menunjukkan bagaimana tubuh manusia mampu mengatur naik turunnya penyerapan zat besi dalam menanggapi status zat besi yang berubah melalui intestinal dan protein hati [12-15].

Page 5: Kekurangan zat besi.docx

2.1. Metabolisme Zat Besi dalam Kehamilan. Selama kehamilan, hepcidin janin mengontrol perpindahan plasenta oleh zat besi dari dalam plasma ibu ke sirkulasi janin. Ketika konsentrasi hepcidin janin rendah, zat besi memasuki plasma darah dengan tingkat yang tinggi. Ketika konsentrasi hepcidin tinggi, ferroportin diinternalisasi, dan besi terjebak dalam enterosit, makrofag, dan hepatosit. Kebutuhan harian zat besi eksternal sedikit mendekati antara 1 mg sampai 8 mg per hari [16]. Namun, zat besi eksternal semakin diperlukan untuk menyeimbangkan permintaan yang meningkat untuk zat besi terutama dengan persyaratan fisiologis selama pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui [16, 17]. Permintaan signifikan yang meningkat untuk zat besi ini diperlukan untuk mengembangkan janin dan plasenta selain untuk mendukung volume darah ibu. Selain itu, wanita hamil memang cendrung kehilangan zat besi selama dan setelah melahirkan [16-18].Total hilangnya zat besi yang berhubungan dengan kehamilan dan menyusui adalah sekitar 1000 mg [16, 17]. Oleh karena itu dianjurkan penyisihan makanan sehari-hari untuk zat besi pada kehamilan adalah 27 mg termasuk 8 mg pada populasi orang dewasa yang tidak hamil. Menyusui memerlukan asupan diet harian sebanyak 10 mg [16-18].

2. Penanda Laboratorium dalam Status Zat Besi3.1. Anemia Defisiensi dalam ADB pada Wanita Hamil Maupun ADB tidak Hamil.

Anemia pada kehamilan secara umum didefinisikan sebagai Hb <110 g/L atau <115 g/L di beberapa pedoman praktek klinis dengan sedikit variasi sesuai dengan trimester kehamilan. Namun, tingkat hemoglobin <100 g/L mengindikasikan anemia pada setiap tahap selama kehamilan yang harus dilakukan investigasi dan pengobatan karena berpotensi mengalami konsekuensi yang serius bagi ibu dan bayinya, dengan peningkatan risiko hambatan pertumbuhan dalam kandungan dan kelahiran prematur. Sementara itu, anemia pada wanita usia reproduksi didefinisikan sebagai Hb <120 g/L atau di beberapa studi <115 g/L karena ini adalah laboratorium dan penduduk tertentu [7-10].

3.2. Definisi Defisiensi Zat Besi (ID). Kekurangan zat besi dapat diklasifikasikan sebagai ID yang parah ketika tingkat serum ferritin berada di bawah 20-30 mg/L, dan ID yang ringan atau sedang jika tingkat serumferritin berada di bawah 70-100 mg/L. Tingkat feritin dianggap sebagai penanda pengganti untuk ID. Namun, serum feritin merupakan reaktan fase akut dan dapat diangkat dalam kasus peradangan atau infeksi, oleh karena itu tes yang bersamaan dengan penanda inflamasi dianjurkan dalam kasus anemia dengan peningkatan feritin tidak termasuk dalam sebab yang reaktif. ID kemungkinan besar tidak akan ada jika feritin level berada di atas 100 mg/L [10].Meskipun studi tentang penyimpanan besi di sumsum tulang umumnya dianggap sebagai penanda definitif kekurangan zat besi, tetapi merupakan prosedur praktis dan invasif untuk diajukan pada kebanyakan pasien. Pengukuran reseptor larutan transferin dan serum feritin menyediakan alat untuk diagnosis yang akurat dari ADB. Namun, reseptor transferin bukan tes yang baik dengan standar yang dapat diandalkan dengan presisi yang tinggi di sebagian besar laboratorium di seluruh dunia [21]. Sementara itu, penghitungan feritin adalah sebuah tes otomatis mudah yang ditampilkan di sebagian besar laboratorium di dunia. Namun, penggunaannya terbatas dalam kasus peradangan atau infeksi karena berpengaruh pada respon fase akut dan

Page 6: Kekurangan zat besi.docx

mempengaruhi nilai yang negative dalam hasil tes [19, 20]. Tes laboratorium umum yang tersedia untuk menentukan status zat besi, yaitu serum besi, transferin, total kapasitas pengikat besi (TIBC), saturasi transferin, dan feritin secara luas digunakan dalam praktek klinis di seluruh dunia [19, 20].Larutan TFR (sTfR) terdapat dalam plasma manusia dan dianggap sebagai bentuk dari reseptor jaringan yang ada sebagai reseptor transferin kompleks dan karena itu tampak kekurangan jaringan zat besi [21]. Protein lain yang memainkan peran penting dalam metabolisme zat besi adalah hepsidin, yang dibuat khusus oleh hepatosit dan disekresi ke dalam sirkulasi darah. Hepsidin adalah molekul berukuran kecil terdiri dari peptADB asam 25-amino, yang diekskresi melalui ginjal dan kemudian dapat dideteksi dan diukur melalui urin. Selanjutnya, ekskresi hepsidin menunjukkan regulasi yang dipicu pada tingkat lokasi produksi. Hepsidin beredar di plasma feroportin dan merespon berbagai stimulus yang mengatur kandungan zat besi dan serum besi [15].Studi terbaru menunjukkan bahwa tingkat hepsidin menurun pada defisiensi zat besi. Pengukuran kadar hepsidin darah atau urin dapat dicapai dengan spektrometri massa dan immunoassay dalam serum, plasma, dan urin [22]. Namun, utilitas diagnostik hepsidin serum pada defisiensi zat besi belum didefinisikan dalam aplikasi klinis [23]. Namun demikian, hepsidin tampaknya menjadi penunjang yang akurat yang dapat mencerminkan status zat besi yang sebenarnya dengan keterbatasan lebih yang sedikit.Secara keseluruhan, teknologi baru seperti retikulosit hipokromik dan pengujian retikulosit hemoglobin, sTfR, dan hepsidin dilaporkan telah berkembang dengan sensitivitas tinggi, spesifisitas, reproduktifitas, dan efektivitas biaya [19-24]. Hal ini dapat memungkinkan untuk menawarkan alat screening yang handal untuk defisiensi zat besi di masa depan. Perlu dicatat bahwa tidak ada data spesifik dalam menangani perbedaan tanda tersebut dalam yang hamil dibandingkan populasi tidak hamil. Namun, pada prinsipnya, tidak ada perubahan penting yang harus terjadi dalam metabolisme zat besi pada ibu hamil dibandingkan populasi non-hamil, kecuali jika permintaan zat besi meningkat seperti yang dibahas sebelumnya.

3.3. Strategi Terkini untuk Menilai Defisiensi Zat Besi Selama KehamilanHitungan darah lengkap dan nilai MCV untuk memungkinkan diagnosis anemia mikrositik dianggap sebagai alat screening yang baik untuk ADB. Namun, di beberapa tempat di dunia di mana hemoglobinopati sudah lazim digunakan dan kemungkinan terkait dengan microcytosis, studi zat besi di tingkat feritin tertentu yang menjadi penanda pengganti bagi ADB. Menurut tingkat feritin, kekurangan zat besi dapat diklasifikasikan sebagai ID parah ketika tingkat feritin <30 mg/L atau ringan-sedang ID jika feritin <100 mg/L dan>30 mg/L (ada kisaran normal antara 20 dan 464 dengan laboratorium dan metode khusus). Dalam kasus feritin yang meningkat atau >100 mg/L dengan anemia secara bersamaan, dapat berakibat reaktif dengan penyebab umum seperti infeksi yang harus disingkirkan dan penyebab lain anemia yang harus diperiksa sesuai prosedur yang ada. Tes pelengkap lainnya dalam studi zat besi seperti besi serum, kapasitas pengikatan besi, dan saturasi transferin dapat membantu dalam mengkonfirmasikan diagnosis ADB.

Page 7: Kekurangan zat besi.docx

4. Oral Versus Intravenous Iron Untuk Pengobatan Kekurangan Zat Besi Pada Wanita Usia Reproduksi Dan Kehamilan.

Terapi besi Oral adalah pengobatan yang paling banyak diresepkan untuk anemia kekurangan zat besi, namun ada banyak hal yang dapat mencegah suplementasi terapi besi oral yang berhasil mengelola ADB. Misalnya banyak pasien tidakk merespon obat untuk terapi besi oral karena kesulitan yang terkait dengan konsumsi tablet dan efek samping. Efek samping mungkin memainkan peran penting dalam hal ini [25, 26]. Selain itu adanya penyakit pencernaan mungkin mempengaruhi penyerapan zat besi dan dengan demikian mengurangi efek obat yang diterima dari terapi ini [27, 29].

Efek samping dari terapi oral iron termasuk gangguan pencernaan yang ditandai oleh kolik, mual muntah, diare dan sembelit dan terjadi di sekitar 50% pasien yang menggunakan terapi ini [13, 27, 29].

Selanjutnya, resep terapi besi oral yang paling sering di resepkan terdiri garam besi [25,27]. Obat dengan kandungan garam besi ditandai dengan harga obat yang rendah dan variabel penyerapan di dalam tubuh. Penyerapan dapat dibatasi oleh konsumsi makanan tertentu serta kerusakan mukosa luminal [27, 29]. Namun senyawa ini umumnya kurang larut dan sedikit ketersediaan hayatinya [29].

Dosis sulfat besi biasa yang direkomendasikan untuk pengobatan kekurangan zat besi adalah setidaknya 80 mg sehari zat besi, yang setara dengan 250 mg besi sulfat tablet (Abbot, australasia, Pty Ltd).

Penyerapan besi memerlukan medium asam, karena penyerapan akan dikurangi oleh asupan antasid atau inhibitor pompa proton dan histamin reseptor antagonis. Gangguan penyerapan besi dapat terjadi dengan asupan obat tertentu, yang dapat mengurangi manfaat yang diterima dari pengobatan oral besi [29].

Tantangan utama dalam pengelolaan ADB berkaitan dengan tolerabilitas dan efek samping dari terapi besi dalam bentuk yang berbeda-berbeda. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan dosis terapi besi yang sesuai serta jangka waktu pengobatan untuk berhasil mengisi cadangan besi. Walaupun oral besi secara luas digunakan di seluruh dunia, efektivitas oral besi sebagian besar terganggu oleh kurangnya penyerapan, kualitas yang buruk, meningkatkan efek (sampai 56%) dan penghentian pengobatan (sampai 20%) [4, 26, 29].

Oleh karena itu, pemberian zat besi secara parenteral dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengobatan ADB dan cenderung menjadi lebihsering digunakan karena memungkinkan dosis tinggi besi diberikan dengan cepat dalam pengobatan tunggal [30, 32].4.1. Efek Samping dari Besi VI.

Dulu, pemberian zat besi secara intravena dikaitkan dengan efek samping yang tidak diinginkan terbatas dalam penggunaannya [33, 34]. Namun, akhir-akhir ini tipe pengobatan zat besi baru yaitu pengobatan zat besi kompleks II dan III telah dikembangkan menjadi lebih baik dan dapat digunakan untuk mempercepat penyimpanan zat besi dalam tubuh [34, 35].Meskipun bukti peningkatan keselamatan persiapan terbaru, baik dalam populasi umum dan hamil, pemberian zat besi melalui intavena menjadi kurang dimanfaatkan

Page 8: Kekurangan zat besi.docx

karena masalah sebelumnya dengan pengobatan menggunakan terapi intavena ini [7, 8, 30].Review dari infus berupas besi dextran antara 481 pasien dari kedua jenis kelamin mengungkapkan bahwa sekitar 25% dari pasien memiliki efek samping ringan, yang cukup membatasi. Namun sekitar 2% mengalami reaksi alergi yang parah dan sekitar 0,6% dianggap sebagai reaksi anafilaksis. Sebagian besar dari reaksi ini terjadi segera selama pengujian dosis infus. [36].Besi glukonat dianggap memiliki tingkat reaksi yang lebih rendah oleh karena itu dosis uji tADBk dianjurkan dengan hanya 3,3 kejadian alergi per juta dosis per tahun dengan besi glukonat [37]. Tidak ada reaksi mengancam kehidupan akibat infus besi glukonat. Di sisi lain ada 31 kematian antara 196 reaksi alergi / anafilaksis yang diakibatkan oleh besi dextran [37].Tingginya insidensi reaksi negatif besi dextran, termasuk kejadian serius telah dibatasi penerapannya dalam kehamilan [38-40, 43]. Sementara penerapan glukonat besi dianggap aman, namun tetap tidak praktis dalam teori karena memerlukan beberapa infus dengan implikasi besar pada sistem sumber daya kesehatan yang terbatas serta kepatuhan pasien.Saat ini, bentuk – bentuk baru dari terapi besi intravena yang telah dikembangkan dan tersedia yang memungkinkan dokter untuk dengan aman mengelola dosis besi yang relatif tinggi dalam pengobatan dosis tunggal.

4.2. Intravena Versus Terapi oral besi dalam KehamilanTerapi besi intravena, termasuk sukrosa besi dilakukan pada percobaan acak terkontrol dengan peningkatan efektivitas terapi besi intravena hanya atau dalam kombinasi dengan besi oral, dibandingkan dengan besi oral hanya berdasarkan tingkat Hb [41 -43].Dosis besi sukrosa tunggal IV telah dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan terjadinya trombosis. Sebaliknya, dosis kecil 6 sukrosa. Terapi besi intravena diberikan dalam dosis harian 5 dosis untuk 45 wanita hamil juga ditoleransi dengan baik. Dalam studi pertama yang memanfaatkan terapi besi intravena sukrosa, tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat hb yang sewaktu-waktu diukur pada hari ke 8, 15, 21 dan 30, dan pengiriman antara besi intravena sukrosa besi sulfat dalam oral. Sebaliknya, pada percobaan yang lain dengan dosis kecil 6 besi sukrosa, terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat Hb mendukung kelompok besi terapi intravena sukrosa yang diukur pada 2 dan 4 minggu setelah administrasi dan pengiriman besi IV [41]. Namun, kedua percobaan yang diberikan pada besi IV sukrosa memiliki usaha yang lebih besar dari pasien untuk datang ke rumah sakit untuk 6 infus dalam waktu yang singkat sebanyak tuntutan tambahan sumber daya rumah sakit [41, 42].Selain itu, persiapan besi yang relatif baik seperti besi intravenous polymaltosa menunjukkan adanya keselamatan yang tinggi dalam pengobatan ADB pada populasi umum dan kebidanan tanpa dosis maksimum pengobatan [30]. Dosis total besi polymaltose IV dihitung sesuai dengan berat tubuh pasien dan entri tingkat Hb dengan mengacu pada pedoman produk sebagai berikut: dosis besi dalam mg ( 50 mg

Page 9: Kekurangan zat besi.docx

per 1 mL) = berat badan dalam kg (maksimum 90) x target Hb (120 g / L ) – Hb sebenarnya di g / L x konstan faktor (0,24) besi depot ( 500). Infus besi polymaltose menunjukkan kemanjuran tinggi pada tingkat keamanannya di Amerika Serikat selama kehamilan dalam sidang terbesar, baru saja diterbitkan [30].Dalam studi ini, dua ratus orang Kaukasia yang hamil pada usia 18 tahun atau lebih, diidentifikasi sebagai ADB moderat, didefinisikan dengan Hb ≤115 g/L range (RR) 120–160 g/L) dan besi rendah berdasarkan kadar ferritin serum <30 μg/L (RR 30–440 μg/L). pemberian single infuse IV pada besi besi polymaltose secara IV pada lengan (Ferrosig, Sigma Pharmaceuticals, Australia) dalam waktu 1 minggu setelah 12 minggu kehamilan, diikuti oleh terapi oral secara bertahap. Pengobatan IV besi dipercayakan selama trimester kedua dan ketiga. Terapi oral untuk pengobatan lengan terdiri dari besi sulfat 250mg, tablet (zat besi 80mg, Abbott Australasia, Pty, Ltd) untuk diambil setiap hari dalam waktu dua hari setelah pemesanan sampai pengiriman [30]. Pada preenlolment tidak ada perbedaan yang signifikan dalam asupan makanan yang mengandung besi atau asupan suplemen antara dua kelompok berdasarkan kuesioner yang dirancang khusus untuk menangani isu-isu ini. Para peserta akan ditindaklanjuti selama kehamilan dan setelah persalinan menindaklanjuti rata-rata selama 32 bulan. Status besi dan hemoglobin ditentukan pada waktu studi sebagai baseline, maka dilakukan sebelum melahirkan dan 4 minggu setelah melahirkan [30].Seperti yang dilaporkan pada studi asli, pada pengiriman proporsi wanita rendah disbanding tingkat ferrotin normal adalah 79 % untuk wanita yang diperlakukan dengan oral besi dibandingkan dengan 4.5% untuk wanita yang menerima IV besi (P < 0.001) [30]. Persentase wanita pada pengiriman dengan tingkat Hb adalah 29 %<116 g/L , dalam kelompok oral besi versus 16 % dalam kelompok IV besi (P = 0.04) [30].Sebagai kebiasaan yang dilakukan di institut kami, telah dilakukan lebih dari 1000 infus IV besi polymaltose untuk pengobatan ADB pada kehamilan selama 5 tahun terakhir. Sebagian besar wanita ditoleransi IV besi polymaltose baik tanpa efek samping yang besar. Tidak ada catatan anafilaksis atau kematian yang sekunder untuk IV besi pada kelompok pasien ini.Dalam data yang belum diterbitkan, dikumpulkan sebagai tindak lanjut studi persidangan asli, ada peningkatan yang signifikan dalam kesehatan umum wanita yang menerima IV besi. Lamanya waktu menyusui lebih lama (P = 0.04) pada wanita yang telah menerima besi polymaltose IV( P < 0.001). Wanita dengan status besi yang lebih baik cenderung lebih sedikit merasa kecewa (P = 0.005) dan sedikit depresi klinis setelah melahirkan (P = 0.003).Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting mempertimbangkan Hb dan status besi sebagai penanda pengganti untuk penilaian kesejahteraan wanita, tidak hanya selama kehamilan, tetapi juga selama periode setelah melahirkan. Namun studi lebih lanjut akan dilakukan untuk memperluas temuan ini. Selain itu, laporan terbaru menunjukkan kelayakan cepatnya infus besi polymaltose selama lebih dari 2 jam. Namun dosis uji besi polymaltose harus pertama diberikan selama 30 menit dan premedication dengan antihistamin atau steroid dosis rendah dianjurkan sebelum pengobatan besi agar bisa diterima dengan baik.

Page 10: Kekurangan zat besi.docx

Meta analysis komprehensif terbaru dan review oleh Reveiz et al [7] dari sebuah literatur antara 1970 sampai muncul pada perawatan yang berbeda untuk ADB dari kehamilan yang menunjukkan kurangnya kualitas kehamilan secara klinis dan efek klinis bayi pada wanita dengan ADB, terlepas dari tingginya insiden dan beban penyakit yang terkait. Selama periode ini, hanya ada satu uji efek IV besi versus oral dalam pengobatan ADB selama kehamilan yang memenuhi kriteria kualitas yang ketat [7, 30].

5. Data Terbaru Pada Pengobatan ADB Dalam Periode Pasca MelahirkanPersiapan baru besi intravenous (Tabel 1) sedang menunggu persetujuan untuk

digunakan selama kehamilan pada fase II dan III uji klinis dari badan organisasi di Europe dan di Amerika Serikat. Namun demikian, mereka dapat berpotensi digunakan saat ini dalam populasi wanita yang tidak hamil untuk pengobatan pasca melahirkan, pre melahirkan, dan anemia kekurangan zat besi menurut persetujuan otoritas kesehatan daerah.

Dalam percobaan acak untuk menilai keamanan dan kemanjuran dari intravenous ferric carboxymaltose dalam pengobatan pasca melahirkan ADB, 227 perempuan di uji coba pada IV ferric carboxymaltose dengan 1000 mg dosis maksimum ( hingga 3 mingguan dosis ) dibandingkan dengan 117 perempuan yang menerima oral ferrous sulfat 100 mg dua kali sehari [52].

Besi intravenous carboxymaltose sama efektifnya dengan oral ferrous sulfat dengan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok pada satu waktu meskipun masa pengobatannya lebih pendek dan total dosis besinya lebih rendah (rata-rata 1.3 g IV iron versus 16.8 g oral besi). Selain itu, dalam kelompok besi carboxymaltose IV, kenaikan tingkat ferritin yang secara signifikan lebih besar daripada di sulfat ferrois (P <0.0001) menunjukkan suksesnya aksesibilitas erythropoeiesis [52].

Pada studi multicenter acak yang dikendalikan, 291 wanita secara langsung setelah melahirkan dengan hemoglobin diacak untuk menerima 1000 mg IV besi carboxymaltosa (143 perempuan) diulang dalam seminggu untuk menghitung penempatan dosis ( dosis maksimum 2,5 g), atau ferrous sulfat (148 perempuan) secara teratur tiga kali sehari selama 6 minggu (total dosis 40,9 g) [53]. Ferric carboxymaltosa pada wanita mencapai hemoglobin (>120 g/L) dalam jangka waktu yang lebih pendek dengan hemoglobin tetap (>120 g/L) pada hari ke 42. Selain itu, munculnya hemoglobin mencapai 30 g/L secara signifikan lebih cepat dalam kelompok besi IV daripada kelompok oral dalam mencapai kadar feritin serum yang lebih tinggi. Obat yang berhubungan dengan kejadian buruk sedikit terjadi pada ferric carboxymaltosa [53].

Dalam fase 3 percobaan acak, telah dinilai 174 perempuan yang menerima IV ferric carboxymaltosa dengan dosis total 1,4 g dibandingkan dengan perempuan yang menerima 325 mg ferrous sulfat tiga kali selama 6 minggu [54]. Pasien yang mendapat IV ferric carboxymaltosa mencapai kenaikan hemoglobin >20 g/L lebih cepat daripada kelompok oral besi ( 7 hari dibandingkan dengan 14 hari pada kelompok oral besi P < 0.001). Kelompok besi IV secara signifikan mencapai kenaikan hemoglobin >30 g/L setiap saat (86,3 % dibandingkan dengan 60,4 % pada kelompok oral besi P < 0.001) dan lebih memungkinkan untuk mencapai hemoglobin >120 g/L ((90.5% dibandingkan

Page 11: Kekurangan zat besi.docx

dengan 68.6%, P < 0.001). Pada saat itu tidak ada reaksi obat yang serius di kedua kelompok [54].

Pada skala acak yang besar, percobaan multicenter fase 3 terkontrol, 477 wanita dengan ADB dan pendarahan rahim ditetapkan menerima ferric carboxymaltosa IV (230 wanita ) dengan dosis maksimum 1000 mg diulang tiap seminggu untuk mencapai dosis total yang telah diperhitungkan, atau 325 mg oral ferrous sulphate ( 65 mg besi dasar ) 3 kali harian selama 6 minggu dengan dosis total 40,9 g pada 226 wanita [55]. Sebanyak 21 pasien tidak menerima pengobatan yang ditetapkan pada studi ini.

Sekitar 82% besi IV mencapai hemoglobin sebesar ≥20 g/L versus 62% pada oral besi P < 0.001. Wanita yang mencapai hemoglobin sebesar ≥30 g/L yaitu 53% versus 36% pada kelompok oral besi IV (P < 0.001). Dan juga selebihnya wanita (73%) mencapai hemoglobin normal >120g/L pada kelompok besi IV dibandingkan dengan 50% pada kelompok oral besi (P < 0.001). Tidak ada insiden obat yang merugikan. Percobaan ini menunjukkan bahwa pasien dengan ADB dikarenakan oleh pendarahan rahim yang menerima besi carboxymaltosa IV, sepertinya akan lebih mendapatkan hemoglobin normal dengan mengisi kembali persediaan besi [55].

Secara keseluruhan, persiapan besi intravenous yang baru menunjukkan sebuah revolusi medis secara efektif, cepat dan aman dalam hal kekurangan zat besi [46-55]. Hal tersebut secara positif merefleksikan pengobatan ADB dalam populasi yang berbeda dengan penerapan dosis tunggal pengobatan besi intravenous dengan ketersediaan besi yang efektif dan oleh sebab itu menghasilkan ADB yang objektif dan subjektif. Meskipun kekurangan zat besi merupakan pelopor dari ADB, banyak studi klinis membicarakan hal tersebut mirip dengan ADB.

6. Efektifitas BiayaBiaya satu tablet besi sulfat adalah sekitar USD $0.3, sehingga biaya rata-rata

sepanjang satu kehamilan dihitung menjadi antara $54 dan $89. Biaya polymaltose besi yang mengandung 500 mg adalah $50, sehingga biaya pengobatan rata-rata adalah $100. Di Australia, biaya kunjungan rawat jalan rumah sakit dan waktu menyusui untuk zat besi IV menambahkan biaya sekitar $60- $100 sampai biaya obat yang bervariasi sesuai dengan sistem kesehatan yang berbeda. Biaya persiapan besi carboxymaltose yang baru diperkirakan sekitar $272 per total rata-rata dosis 1000 mg yang dibandingkan dengan $280 untuk 1000 mg sukrosa besi (Tabel 2). Analisis biaya ini dapat berubah sesuai dengan sistem kesehatan dan negara yang berbeda-beda.

7. Menghindari Transfusi ADB BeratDalam kasus ADB berat, transfusi darah telah menjadi pendekatan yang efisien

dan tradisional untuk memperbaiki anemia, terutama jika pasien ADB merespon terapi zat besi oral atau ketika koreksi yang cepat dari anemia secara klinis diperlukan. Meskipun ada kekurangan data mengenai penghindaran transfusi darah selama kehamilan, percobaan baru-baru ini menyelidiki pengobatan ADB dengan lisan dibandingkan dengan zat besi IV pada kehamilan menunjukkan bahwa ADB tidak satupun dari kedua kelompok tersebut menerima pengobatan transfusi darah untuk memperbaiki anemia selama kehamilan. Namun dua pasien (0,9%) pada kelompok zat besi oral menerima transfusi darah pada periode postpartum [30].

Page 12: Kekurangan zat besi.docx

Saat ini, pengembangan formulasi besi dengan intravena baru menawarkan dosis yang lebih tinggi dalam suatu administrasi,menyediakan perawatan dokter dengan menggunakan besi intravena sebagai pengobatan yang efektif, cepat, dan aman untuk ADB [46-55], dengan menghindari penggunaan transfusi darah yang diketahui bahayanya [56]. Ada peningkatan penelitian berbasis bukti yang mendukung keamanan dan kemanjuran dari zat besi IV di ADB. Semakin banyak juga bukti untuk kekurangan zat besi lisan dalam hal efek samping , kurangnya kepatuhan serta kurangnya penyerapan dan efek lambat yang sering dipertanyakan pada pasien ADB [34, 35, 42].

Tabel 1: Ketersediaan persiapan intravenous (IV) besi

Nama persiapan IV besi Status terdaftar Indikasi Dilakukantes

Durasi infus

Dosis max pada infus tunggal

Referensi

*Ferumoxytol (Feraheme, AMAG Pharmaceutical, Inc, USA)

FDA disetujui Pengobatan anemia defisiensi besi pada pasien CKD dewasa**

Tidak 1 menit 510 mg [46, 47]

*Fericc carboxymaltose (Ferinject,Vifor Pharma, Glattbrugg, Switzerland)

Disetujui di Europe, FDA-persetujuan dicari

Pengobatan anemia defisiensi besi pada pasien dewasa

Tidak 15 menit 20 mg/kg dengan dosis maksimal

1000mg

[48, 49]

*Besi isomaltoside (Monofer, Pharmacosmos, A/S, Holback, Denmark)

Disetujui di Europe, FDA-persetujuan dicari

Pengobatan anemia defisiensi besi pada pasien CKD dewasa**

Tidak 60 menit TADBk ada dosis maksimal yang diberikan pada nilai 20mg/kg

[50, 51]

FDA, Food and Drug Administration; CKD, penyakit ginjal kronis; Max, maximum. *Tidak tersedia data pada kehamilan; Namun, jika keuntungan dari pengobatan dinilai lebih besar berpotensi beresiko pada janin, pengobatan harus dibatasi pada satu atau tiga semester pada kehamilan. *persetujuan dicari diperpanjang.

Kunjungan antenatal atau penilaian postpartum FBC dan penelitian tentang zat besi

Page 13: Kekurangan zat besi.docx

Hb normal berkisar (115-160 g/L) Ferritin normal berkisar (30-464 g/L) CRP; C- reaktif protein kisaran normal <5mg/L *pemberian besi dengan dosis >80mg sehari direkomendasikan **pemberian besi IV tidakk harus dimulai pada trimester pertama Regulasi untuk pemberian besi IV pada kehamilan berlaku

Pertimbangan yang harus diberikan pada pasien yang mana:

Intorelansi pemberian besi oral dan IV Kehamilan ganda Mempunyai malabsorbsi Vegetarian Akibat lain dari anemia Memiliki kondisi yang membutuhkan persalinan yang segera

Gambar 1: pengobatan untuk anemia pada kehamilan dan periode postpartum berdasarkan different randomized dan non random trials [7, 25, 30, 41, 42, 52-55].

Anemia Ringan-sedang Hb100-115 g/L

Hb > 115 g/LFerritin Normal

Hb normal >115 g/LFrerritin rendah < 100 /L

Anemia rendah Hb , 100 g/L

Ferritin ≥100

Hb <100 g/LFeritin ≥ 100

Hb <100g/LFerritin 30-100

Hb <100 g/LFerritin <30

Pemberian besi oral*

Pember-ian besi oral*

Normal Followup

Pemberian besi oral*

Test CRP dan tidak termasuk akibat lain

Ferritin <100

Pemberian besi IVPP yang di

Jika CRP tercapai

Menilai kembali dalam 4 minggu

Hb rendah <100 g/LFerritin rendah <30

Area penelitian antara IV

Menilai kembali dalam 4 minggu

crossover

Page 14: Kekurangan zat besi.docx

Tabel 2: Perbandingan biaya dan perbandingan antara pemberian besi oral dan IV

Produk Nama Cara pemberian Dosis Harga

Ferror-Liquid (AFT

Pharmaceutical)

Ferrous sulphate

Cairan oral 250n mL

(30mg/5mL)

90mg/15 mL/hari

$19.35 perbotolTotal biaya selama

kehamilan $309

Ferro-Tab (AFT Pharmaceutical)

Ferrous funarate 200mg

Tablet oral 60 tablel 67.5 mg/hari

$11.62 per paketBiaya pertablet $0,2Total biaya selama

kehamilan $54

FGF (abbott)Ferrous sulfate 250mg (+ asam

folat)

Tablet oral 30 tablet 80 mg/hari

$ 7 per paketBiaya pertablet $0,23

Total biaya selama kehamilan $62

Fefol (pharmacare laboratories)

Ferrous sulfate 270 mg (+ asam folat)

Tablet oral 30 tablet 87mg/hari

$9.95 per paketBiaya pertablet $0,33

Total biaya selama kehamilan $89

Ferro-F-tab (AFT pharmaceutical)

Ferrous fumarate 310 mg (+ asam

folat)

Tablet oral 60 tablet 100 mg/hari

$12.79 per paketBiaya pertablet $0,21

Total biaya selama kehamilan $57

Ferrogard C (abbott)

Ferrous sulfate 325 mg

Tablet oral 30 tablet 105 mg/hari

$8.16 per paketBiaya pertablet $0,27

Total biaya selama kehamilan $73

Ferro-gradument (abbot)

Ferrous sulfate 325 mg

Tablet oral 30 tablet 105 mg/hari

$6.56 per paketBiaya pertablet $0,21

Total biaya selama kehamilan $57

Pemberian besi IV

Ferrum-H (Vifor Pharma Pty Ltd)

Iron polymaltose

IV 100 mg ampul, perpaket

5 ampul

Tidak ada dosis

maksimum pada

pemberian dosis

tunggal

$49.57 untuk 5x100 mg

Ferrosig (sigma pharmaceutical)

Iron polymaltose

100 mg ampul

1V 100 mg ampul, perpaket

5 ampul

Tidak ada dosis

maksimum pada

pemberian dosis

tunggal

$49.57 untuk 5x100 mg

Page 15: Kekurangan zat besi.docx

Venofer (aspen pharmacare) Iron sucrose

IV 100 mg ampul, perpaket

5 ampul

Maksimal pemberian

dosis tunggal 300

mg

$139.48 untuk 5x100mg

Ferinject (Vifor)Ferric

carboxymaltose

IV 100 mg dan 500 mg ampul

Maksimal pemberian

tunggal 1000mg

100 mg: $35/vial500 mg: $136/vial

MonoFer, (Pharmacosmos)

Iron isomaltoside

IV 100 mg ampul

TADBk ada dosis

maksimum pada

pemberian dosis

tunggal

Tidak tersedia

Feraheme, (AMAG

pharmaceuticals, inc.)

Ferumoxytol IV 100 mg ampul

Pemberian dosis

tunggak 510 mg

Tidak tersedia

Biaya berdasarkan Pharmaceutical Benefit Scheme (PBS) daftar harga di Australia di AUD yang mana setara dengan USD (1:1) saat di analisis. Tetapi perkiraan harga karena ada variabilitas yang cukup tergantung pembelian di Negara tersendiri.

Persyaratan umum di berbagai situasi klinis adalah kebutuhan untuk keamanan, keefektifan, lebih tinggi, serta dosis yang lebih jarang untuk mencapai hasil klinis yang optimal. Tujuan utama dari strategi tersebut termasuk pengurangan biaya keseluruhan, bantuan untuk sistem kesehatan yang kewalahan, meningkatkan kenyamanan pasien, meningkatkan kepatuhan, pemeliharaan akses vena, dan mengurangi transfusi darah. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi permintaan transfusi darah, terutama dalam hal pasokan jangka pendek. Selain itu, beberapa dari persiapan besi baru seperti besi carboxymaltose dan besi isomaltoside tidak memerlukan dosis uji coba, dan oleh karena itu, memudahkan penerapan besi intravena secara tepat waktu dan menghemat biaya. Hal ini tentu akan meningkatkan penggunaan besi intravena dalam praktek klinis.

8. KesimpulanWHO telah mengakui masalah ADB pada populasi umum sebagai kekurangan

gizi paling melemahkan seluruh dunia di abad dua puluh satu, mencatatkan perempuan menjadi berisiko sangat tinggi. Masalah seperti itu, jika diabaikan dan tADBk ditangani dengan benar, dapat memiliki dampak buruk pada seluruh populasi dengan konsekuensi serius. Oleh karena itu, penggunaan besi intravena harus dipertimbangkan sebagai pilihan pengobatan yang efektif, cepat, dan aman dalam beberapa situasi klinis. Algoritma untuk pengobatan anemia defisiensi zat besi pada kehamilan dan periode postpartum ADB di dasari oleh percobaan prospektif acak yang berbeda, seperti diusulkan pada Gambar 1. Besi intravena semakin digunakan untuk menghindari atau mengurangi permintaan

Page 16: Kekurangan zat besi.docx

transfusi darah, atau untuk memenuhi penyimpanan zat besi secara cepat dan efektif. Pilihan pengobatan ADB harus mempertimbangkan formulasi besi intravena yang baru-baru dikembangkan, yang dianggap sebagai tonggak dalam pengelolaan ADB.

Secara keseluruhan, dunia yang berkembang adalah yang paling rentan, terutama yang paling miskin dan yang berpenduduk paling berpendidikan namun dipengaruhi oleh kekurangan zat besi secara tidak proporsional, dan karena itu mereka memiliki sebagian besar keuntungan dengan pemberantasan ADB. Selain itu, kesadaran akan besarnya skala masalah ADB selama kehamilan dan juga untuk populasi wanita non-hamilakan membantu para praktisi kesehatan dalam mengenali metode diagnosis dan pengobatan yang layak dan penting dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut. Sebuah pedoman konsensus yang ditetapkan oleh para ahli dunia dalam mengelola ADB pada wanita dan pada populasi umum menggabungkan terapi besi intravena baru dengan pendekatan global dari aspek kesehatan dan ekonomi dari ADB, harus dipertimbangkan.

Hal ini bermanfaat dalam mempertimbangkan algoritma manajemen ADB yang komprehensif dan universal yang menawarkan pilihan pengobatan berbasis bukti yang berbeda dan alamat kondisi setempat. Namun, negara-negara berkembang dengan ADB yang lazim justru sering kekurangan sumber daya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengadaptasi program yang layak dengan tujuan memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia secara efektif. Mungkin memprioritaskan pengobatan ADB dan meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat dari masalah kronis yang menghancurkan sangatlah penting, dan merupakan kunci untuk keberhasilan dan kesinambungan program seperti ini. Tentu saja, keberhasilan pemberantasan ADB akan menghasilkan manfaat besar bagi kesehatan dan produktivitas masyarakat, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

Permasalaahan menarikPenulis mengatakan ADB tidak ada konflik yang menarik pada hubungan untuk

penelitian ini. Terdapat asosiasi nonfinansial yang mungkin relevan atau terlihat relevan untuk kertas persetujuan.

PengakuanPenulis ingin mendapat pengakuan untuk membantu ibu Mary Sexton, bidang

patologi, Rumah Sakit Umum Launceston, ibu Yvonne Hablutzel, bidang farmasi, Rumah Sakit Umum Launceston dalam menyiapkan naskah.

Daftar Pustaka [1] D.deBenoist, E.McLean, I.Egli, and M.Cogswell, “World-wide prevalence of anaemia

1993–2005,” 2008.[2] World Health Organization [ WHO], “ The Prevalence of Anaemia in Women: a

tabulation of available informa-tion,” Division of Family Health, Mater nal Health and Safe Mother hood Programme, Division of Health Protection and Promotion, Nutrition Programme; WHO, 2nd ed. World Health Organization, Geneva, Switzerland, 1992.

[3] ACC/SCN ( United Nations Administ r ative Committee on Coordination/Standing Committee on Nutrition), “Fifth report on the world nutrition situation: Nutrition for improved development outcomes,” Genev a, Switzerland, [email protected] , 2004.

Page 17: Kekurangan zat besi.docx

[4] M . B. Zimmermann and R. F. Hurrell, “Nutritional iron deficiency,” Lancet, vol. 370, no. 9586, pp. 511–520, 2007.

[5] G.F.Maberly, F.L.Trowbridge, R.Yip, K.M.Sullivan, and C. E. West, “Prog r ams against micronutrient malnutrition:ending hidden hunger,” Annual Review of Public Health, vol.15, pp. 277–301, 1994.

[6] “Iron deficiency anaemia: assessment, prevention and control,” World Health Organization Publication WHO/NHD/01.3, 2001.

[7] L . Reveiz, G. M. Gyte, L.G. Cuervo, and A. Casasbue-nas, “ Treat ments for iron-deficiency anaemia in pregnancy,” Cochrane Data base of Systematic Reviews, no. 10, Article IDCD003094, 2011.

[8] A . Khalafallah and M . Mohamed, “Nutritional iron defi-ciency,” in Anemia, InTech, Rijeka, Croatia, 2012.

[9] A. C. Looker, P. R. Dallman, M. D. Carroll, E. W. Gunter, and C. L. Johnson, “ Prevalence of iron deficiency in the United States,” Journal of the American Medical Association, vol. 277, no.12, pp. 973–976, 1997.

[10] A. F. Goddard, M . W. James, A . S. McInt y re, and B. B. Scott, “Guidelines for the management of iron deficiency anaemia,”Gut, vol. 46, pp. 1 –5, 2000.

[11] E. V. Valore and T. Ganz, “Posttranslational processing of hep-cidin in human hepatocy tes is mediated by the prohormone convertase furin,” Blood Cells, Molecules, and Diseases, vol. 40,no. 1, pp. 132–138, 2008.

[12] E. G. Me y ron-Holtz, S. Moshe-Belizowski, and L. A. Cohen, “Apossible role for secreted ferritin in tissue iron distribution,”Journal of Neural Transmission , vol. 118, pp. 337–347, 2011.

[13] B. Galy, D. Fer r ing-App el, S . W. S auer et al., “Iron regulatory proteins secure mitochondrial iron sufficiency and function,” Cell Metabolism, vol. 12, pp. 194–201, 2010.

[14] D. A. Weinstein, C. N. Roy, M. D. Fleming , M . F. Loda, J. I.Wolfsdorf, and N. C. Andrews, “Inappropriate expression of hepcidin is associated with iron refractory anemia: implica-tions for the a nemia of chronic disease,” Blood, vol. 100, no. 10, pp. 3776–3781, 2002.

[15] E. Nemeth and T. Ganz, “ The role of hepcidin in iron metabolism,” Acta Haematologica, vol. 122, no. 2-3, pp. 78–86.

[16] Panel on Micronutrients, Food and Nutrition Board, Institute of Medicine—National Academy of Sciences. Dietary refer-ence intakes: recommended intakes for individuals, vitamins,2001.

[17] “Dietar y Reference Intakes for Vitamin A, Vitamin K , Arsenic, Boron, Chromium, Copper, Iodine, Iron, Manganese, Molyb-denum, Nickel, Silicon, Vanadium, and Zinc,” pp. 772–773,National Academy Press, Washington, DC, USA.

Page 18: Kekurangan zat besi.docx

[18] Institute of Medicine, “ Dietary Reference Intakes ( DRIs ) for Vitamin A, Vitamin K, Arsenic, Boron, Chromium, Copper, Iodine, Iron, Manganese, Molybdenum, Nickel, Silicon, Vana-dium, and Zinc,” National Academy Press, Washington, DC,USA, 2002.

[19] G. H. Guyatt, A.D.Oxman, M.Ali, A.Willan, W. McIlroy, and C. Patterson, “Laboratory diagnosis of iron-deficiency anemia: an overview,” Journal of General Internal Medicine, vol. 7, no.2, pp. 145–153, 1992.

[20] T. M. Hansen and N . E . Hansen, “Serum ferritin as indicator of iron responsive anaemia in patients with rheumatoid arthritis,” Annals of the Rheumatic Diseases, vol.45, no.7, pp.596–602, 1986.

[21] K. Punnonen, K. Irjala, and A. Rajam¨aki, “Serum transferring receptor and its ratio to serum ferritin in the diagnosis of iron deficiency,” Blood, vol. 89, no. 3, pp. 1052–1057, 1997.

[22] E. H. J. M. Kemna, H. Tjalsma, V. N. Po dust, and D. W.Swinkels, “Mass spectrometry-based hepcidin measurements in serum and urine: analytical aspects and clinical implica-tions,” Clinical Chemistry, vol. 53, no. 4, pp. 620–628, 2007.

[23] S. R. Pasr icha, Z . McQuilten, M. Westermanetal., “Serum hepcidin as a diagnostic test of iron deficiency in pre-menopausal female blood donors,” Ha e m atol og ica, vol. 96, no.8, pp. 1099–1105, 2011.

[24] G. Zini, A. Di Mario, M. Garzia, M. Bianchi, and G. D’Onofr io,“Reticulocyte population data in di fferent er y thropoietic states,” Journal of Clinical Pathology, vol. 64, no. 2, pp. 159–163, 2011.

[25] A. Kumar, S. Jain, N. P. Singh, and T. Singh, “Oral versus high dose parenteral iron supplementation in pregnancy,”International Journal of Gynecology and Obstetrics , vol. 89, no.1, pp. 7 –13, 2005.

[26] P. Jacobs, G. Johnson, and L. Wood, “Oral iron therapy in human subjects, comparative absorption between ferrous salts andironpolymaltose,” Journal of Medicine, vol. 15, no.5-6, pp.367–377, 1984.

[27] D. G. Maxton, R. P. H . Thompson, and R. C. Hider, “Absorption of iron from ferric hydroxy pyranone complexes,”British Journal of Nutrition, vol. 71, no. 2, pp. 203–207, 1994.

[28] N. Sharma, “ Iron absorption: I PC therapy is superior to conventional iron salts,” Obstetr ics & Gynecolog y, pp. 515–519, 2001.

[29] P. Geisser, “Invitro studies on interactions of iron salts and complexes ith food-stuffs and medicaments,” Arzneimittel - For schung, vol. 40, no. 7, pp. 754–760, 1990.

[30] A. Khalafallah, A. Dennis, J. Bates et al., “A prospective randomized, controlled trial of intravenous versus oral iron for moderate iron deficiency anaemia of pregnancy,” Journal of Internal Medicine, vol. 268, no. 3, pp. 286–295, 2010.

Page 19: Kekurangan zat besi.docx

[31] M. Au er bach , H . B allard , and J. Glaspy, “Clinical update: intravenous iron for anaemia,” Lanc et, vol. 369, no. 9572, pp.1502–1504, 2007.

[32] A. Jenkins, “ Using iron dextran to treat iron-deficiency anaemia,” Hospital Pharmaist, vol. 12, no. 6, pp. 224–225, 2005.

[33] R. Lawrence and M. Helenek, “ Development and comparison of iron dextran products, ” PDA Journal of Pharmaceutical Science and Technology, vol. 52, no. 5, pp. 190–197, 1998.

[34] M. Auerbach, L. T. Goodnough, D. Picard, and A. Maniatis, “ The role of intravenous iron in anemia management and transfusion avoADBnce,” Transfusion , vol. 48, no. 5, pp. 988–1000, 2008.

[35] M.Auerbach andG.M.Rodgers,“Intravenousiron,” New England Journal of Medicine, vol. 357, no. 1, pp. 93–94, 2007.

[36] R. D. Hamst r a, M. H. Block, and A . L. Schocke t, “Intravenous iron dextra nin clinical medicine,” Journal of the American Medical Association , vol. 243, no. 17, pp. 1726–1731, 1980.

[37] G. Faich, J. St robos, and G. R . Matzke, “Sodium ferric gluconate complex in sucrose: safer intravenous iron therapy than iron dextrans,” American Journal of Kidney Diseases, vol.33, no. 3, pp. 464–597, 1999.

[38] D. L. Burns and J. J. Pomposelli, “ Toxicity of parenteral iron dextran therapy,” Kidney International, Supplement, vol. 55, no. 69, pp. S119–S124, 1999.

[39] B.Michael,D.W.Coyne,S.Fishbaneetal., “Sodium ferric gluconate complex in hemodialysis patients: adverse reactions compared to placebo and iron dextran,” Kidney International ,vol. 61, no. 5, pp. 1830–1839, 2002.

[40] S. Fishbone and E. A . Kowalski, “ The comparative safety of intravenous iron dextran, iron saccharate , and sodium ferric gluconate,” Seminar s in Dialysis, vol. 13, no. 6, pp. 381–384, 2000.

[41] F. Bayoumeu, C . Subir an-Buisset, N. E. Baka, H. Legagneur, P. Monnier- Barbarino, and M. C. Laxenaire, “Iron therapy in iron deficiency anemia in pregnancy : intravenous route versus oral route,” American Journal of Obstetrics and Gynecology, vol.186, no. 3, pp. 518–522, 2002.

[42] R. A. Al, E . Unlubilgin, O. Kandemir, S . Yalvac, L. Cakir, and A .Haberal, “Intravenous versus or al iron for treatment of anemiain pregnancy : a randomized trial,” Obstetrics and Gynecology, vol. 106, no. 6, pp. 1335–1340, 2005.

[43] L. Reveiz, G . M . Gyte, and L . G . Cuervo, “ Treatments for iron-deficiency anaemia in pregnancy,” Cochrane Database of Systematic Reviews, no. 2, Article IDCD003094, 2007.

[44] M. Garg , G. Morrison, A. Friedman, A . Lau, D. Lau, and P. R. Gibson, “A rapid infusion protocolis safe for total dose iron polymaltose: time for change,” Inter nal Medicine Journal , vol.41, no. 7, pp. 548–554, 2011.

Page 20: Kekurangan zat besi.docx

[45] A. Manoharan, R. Ramakrishna, and B. Pereir a, “Delayed adverse reactions to total-dose intravenous iron poly maltose,” Inter nal Medicine Journal , vol. 39, no. 12, p. 857, 2009.

[46] Monograph ferumoxytol (Feraheme). AMAG Pharmaceuti-cals In c., 2009.

[47] M. H. Rosner and M . Auerbach, “Ferumoxytol for the treatment of iron deficiency,” Expert Review of Hematology, vol. 4, no. 4, pp. 399–406, 2011.

[48] S. Kulnigg , S. Stoinov, V. Simanenkov et al., “A novel intravenous iron for mulation for treatment of anemia in inflammatory bowel disease: the ferric car boxy maltose (FERINJECT) randomized controlled trial,” American Jour-nal of Gastroenterology, vol. 103, no. 5, pp. 1182–1192, 2008.

[49] W. Qunibi, Q. Dinh, and J. B enjamin, “Safety and tolerability profile of ferric car boxy maltose ( FCM) a new high dose intr avenous iron, a cross ten multi-center trials,” Journal of the American Society of Nephrology, vol. 18, SU-PO1029, 2007.

[50] P. A. Kalra, “Introducing iron isomalto side 1000 (Monofer) development rationale and clinical experience ,” NDT Plus , vol.4, no. 1, pp. i10–i13, 2011.

[51] M. R. Jahn, H. B. Andreasen, S. F ¨utterer et al., “A comparative study of the physicochemical proper ies of iron isomaltoside 1000 (Monofe), a new intravenous iron preparation and its clinical implications,” European Jour nal of P har maceut ic s and Biophar maceutics, vol. 78, no. 3, pp. 480–491, 2011.

[52] C. Breymann, F. Gliga, C. Be jenar iu, and N. St rizhova, “Comparative efficacy and safety of intravenous ferric car-boxy maltose in the treatment of postpartum iron deficiency anemia,” International Journal of Gynecology and Obstetrics, vol. 101, no. 1, pp. 67–73, 2008.

[53] M. H. Seid, R. J. Der m an, J. B. B aker, W. B anach, C. Goldberg , and R. Rogers, “Fer iccar boxy maltose injection in the t reat ment of postpar tum iron deficiency a nemia: a randomized cont rolled clinical trial,” American Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 199, no. 4, pp. 435.e1–435.e7, 2008.

[54] D. B. Van Wyck, M. G. Mar tens, M. H. Seid, J. B. Baker, and A. Mangione, “Intravenous ferric car boxy maltose compared with oral iron in the treat ment of postpartum anemia: a randomized controlled trial,” Obstetrics and Gynecology, vol.110, no. 2 I, pp. 267–278, 2007.

[55] L. T. Goodnoug h, D. B. Van Wyck, A. Mangione, J. Morrison, P. E. Hadley, and J. A. Jehle, “Large-dose intravenous ferric carboxymaltose injection for iron deficiency anemia in heavy uterine bleeding: a randomized, controlled trial,” Transfusion , vol. 49, no. 12, pp. 2719–2728, 2009.

[56] J. P. Is bister, A . Shander, D. R . Spahn, J. Erhard , S . L . Farmer, and A . Hofmann, “Adverse blood transfusion outcomes: establishing causation,” Transfusion Medicine Reviews , vol. 25, no. 2, pp. 89–101, 2011.

Page 21: Kekurangan zat besi.docx

[57] M. Ai ck in and H . Gensler, “Ad justing for multiple testing when reporting research results: the Bonferronivs Holm methods,” American Jour nal of Public Health ,vol. 86, no.5,pp.726–728, 1996.