12
Tugas Analisis Sistem Kelompok 13 (Surabaya) Oleh : 1. Angga Nur Fardiansah (19310857) 2. Frezka Fahlun Kurniazfa (19310882) 3. Muhammad Algazhali (19310896)

Kelompok 13 (Surabaya)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ex Ex Ex

Citation preview

Page 1: Kelompok 13 (Surabaya)

Tugas Analisis Sistem

Kelompok 13 (Surabaya)

Oleh : 1. Angga Nur Fardiansah (19310857)

2. Frezka Fahlun Kurniazfa (19310882)

3. Muhammad Algazhali (19310896)

Page 2: Kelompok 13 (Surabaya)

2.1.2.4 Surabaya

Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dan juga kota Metropolitan kedua

terbesar di Indonesia. Letak Geografis Surabaya berada pada 070 9’ – 07

0 21’ LS dan 112

0 36’ -

1120 54’ BT.

Sebagai kota Metropolitan, Surabaya merupakan pusat perdagangan dan perindustrian

yang mengakibatkan padatnya arus lalulintas di wilayah tersebut. Dengan adanya program

pemerintah dalam membangun jalan tol di atas laut dari Jakarta menuju Surabaya, maka akses

menuju Surabaya akan semakin mudah. Sehingga lalulintas yang masuk dan keluar akan

semakin padat. Berikut masalah-masalah yang ada di Surabaya:

1. Pencemaran Air, Udara dan Tanah

Pencemaran air, udara dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak

bisa dihindari Kota Surabaya sebagai dampak berbagai aktivitas kota metropolitan yang semakin

meningkat. Pencemaran air meliputi pencemaran air sungai dan air bersih (air sumur). Kondisi

Page 3: Kelompok 13 (Surabaya)

air sungai di Surabaya ternyata belum memenuhi baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No.

82 Tahun 2001 maupun Perda Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air (hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup, 2009).

Sedangkan penentuan kualitas air bersih (air sumur) berdasarkan parameter dari Permenkes RI

No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Kualitas air bersih Kota Surabaya selama 3 tahun terakhir (2007-2009) digambarkan pada

bar-chart di atas. Dari hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup, air bersih Kota Surabaya

yang masih memenuhi baku mutu pada tahun 2007 mencapai 93,6% dan tahun 2008 mencapai

97,5%. Sedangkan pada tahun 2009 air bersih yang masih memenuhi baku mutu hanya mencapai

58,2% (dari 428 sampel yang diambil dan diuji, 249 sampel masih memenuhi baku mutu kualitas

air bersih dan 179 sampel sudah tidak memenuhi baku mutu). Diperoleh fakta bahwa kualitas air

bersih Kota Surabaya antara tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan kualitas yang

sangat drastis.

Dalam upaya meningkatkan kualitas air di perairan Kota Surabaya perlu diketahui

gambaran awal beban pencemaran yang ditimbulkan akibat aktifitas kegiatan usaha yang

berpotensi menghasilkan air limbah di saluran drainase kota yang akhirnya akan bermuara di

badan air sungai. Beban pencemaran air limbah dari suatu kegiatan usaha dapat diukur dari

konsentrasi kadar BOD, COD dan TSS.

Page 4: Kelompok 13 (Surabaya)

Untuk menurunkan beban pencemaran perairan diharapkan semua kegiatan usaha yang

berpotensi menghasilkan air limbah melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke

saluran drainase kota. Melalui kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan,

kegiatan usaha yang menghasilkan air limbah di kota Surabaya sampai akhir tahun 2009,

prosentase penurunan beban BOD per tahun telah menurun sampai 41,63 %, prosentase

penurunan beban COD per tahun menurun sampai 59,90 % dan prosentase penurunan beban TSS

per tahun menurun sampai 46,57 %. Selain penurunan kualitas air, kualitas udara di Kota

Surabaya dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dari hasil

monitoring udara ambient oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya.

Dari tabel diketahui bahwa jumlah hari dengan kualitas udara baik di Kota Surabaya tiap

tahun keadaannya naik turun, yaitu 26 hari pada tahun 2006, naik menjadi 60 hari tahun 2007,

kemudian naik lagi menjadi 86 hari tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah hari dengan

kualitas udara baik menurun sangat drastis, hanya 24 hari (menurun 28% dari tahun

sebelumnya). Sebaliknya, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat hampir stagnan mulai

tahun 2006-2008 (masing-masing 5 hari, 5 hari, dan 8 hari). Sedangkan pada tahun 2009, jumlah

hari dengan kualitas udara tidak sehat melonjak menjadi 30 hari. Bagan penurunan kualitas udara

ambient Kota Surabaya 4 tahun terakhir (2006-2009) digambarkan pada gambar berikut ini.

Page 5: Kelompok 13 (Surabaya)

Dari hasil pemantauan kualitas udara selama tahun 2006-2009, telah terjadi

kecenderungan penurunan parameter dominan pada PM10 dan CO, sedangkan O3 dan SO2

cenderung naik. Hal ini dipicu oleh tingginya suhu udara. Dengan bantuan sinar ultraviolet, NOX

(Oksida Nitrogen) bereaksi dengan HC (Hidrokarbon) dari emisi gas buang kendaraan bermotor

yang akan memicu pelepasan radikal bebas atom O (reaksi photochemical) yang selanjutnya

berikatan dengan O2 membentuk O3. Selain pencemaran air dan udara, satu lagi pencemaran

yang mengancam kelangsungan kehidupan Kota Surabaya adalah pencemaran tanah.

Pencemaran tanah selain disebabkan karena kondisi air tanah yang sudah tercemar, juga

disebabkan oleh aktivitas manusia, Saat ini pengolahan limbah manusia di Kota Surabaya masih

mengandalkan septictank yang sulit diawasi persyaratannya. Secara umum, efisiensi pengolahan

dengan metode septictank hanya 60-70%. Sehingga hasil pengolahan yang dialirkan ke

lingkungan melalui tanah belum 100% aman dari zat-zat dan kuman yang membahayakan.

Dengan jumlah penduduk kota yang hampir mencapai 3 juta jiwa, maka dapat dibayangkan

jumlah zat pencemar yang dibuang ke air dan tanah tiap harinya terus makin banyak. Jumlah zat

pencemar akan lebih besar jika ditambah dari limbah industri yang belum diolah dengan baik

yang tidak diperhatikan. Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel tanah pada tahun

2009, kondisi tanah di Kota Surabaya yang masih memenuhi baku mutu sekitar 80%.

Page 6: Kelompok 13 (Surabaya)

2. Permasalahan Lingkungan Perkotaan

Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya yang dominan saat ini adalah population

dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat, masalah persampahan, masalah

sanitasi kota, dan water quality (kualitas air). Permasalahan kepadatan Kota Surabaya semakin

kompleks dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama penduduk yang

tidak tetap. Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah

lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk

bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk.

Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di Kota Surabaya, diakui telah melampau kemampuan

daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga berimbas pada kualitas hidup

manusia yang makin rendah.

Masalah persampahan di Kota Surabaya terutama masih banyaknya sampah yang dibuang

ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya sampah, sungai tidak

dapat berfungsi sebagaimana semestinya (fungsi transportasi, konservasi, rekreasi, dan

sebagainya) akibat air yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem sungai akibat zat-zat

berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut. Selain masalah sampah di sungai, timbunan

sampah di berbagai sudut kota berpotensi menimbulkan berbagai penyakit, terutama penyakit

yang disebabkan oleh nyamuk, lalat, kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus

yang merupakan vector (pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu indikator

seberapa baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan bahwa penyebab pemanasan

global bukan hanya karena produksi CO2 yang berlebihan, tapi juga disebabkan oleh zat CH4

yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah yang akan terbawa ke atmosfir dan merusak

lapisan ozon.

Page 7: Kelompok 13 (Surabaya)

Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama (pengumpulan,

pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini karena permasalahan sampah yang

semakin kompleks, terutama kesulitan mendapat tempat pembuangan akhir serta berkembangnya

jumlah dan ragam sampah perkotaan. Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu

mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah).

Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan

tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau

pemanfaatan limbah. Keuntungan dari metode ini adalah: mengurangi ketergantungan terhadap

TPA (tempat pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan, dan

terciptanya peluang usaha bagi masyarakat. Metode minimalisasi sampah mencakup tiga usaha

dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali), dan

recycle (mendaur ulang).

Permasalahan lainnya adalah sanitasi perkotaan. Masalah sanitasi di Kota Surabaya

terutama disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang sulit dirubah, terutama masyarakat yang

tinggal di pinggir sungai yang masih menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan.

Buruknya sanitasi perkotaan akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat,

terutama munculnya berbagai penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit.

Oleh karena itu, perlu pembinaan intensif warga tentang masalah kebiasaan ber-sanitasi.

Kedepannya perlu perencanaan jaringan perpipaan air limbah (Sewerage System) kota yang

Page 8: Kelompok 13 (Surabaya)

diselenggarakan per distrik agar biaya investasi dapat ditekan serta pengelolaan tidak mahal.

Masalah sanitasi kota selalu berkaitan dengan masalah kualitas air dan aspek penyebaran bibit

penyakit di perkotaan.

Kualitas air di Kota Surabaya yang semakin menurun (baik air tanah maupun air

permukaan) disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: erosi tanah selama konstruksi bangunan,

limbah industri, luapan air kotor dan septictank, banjir, serta kontaminasi air hujan di permukaan

tanah dan jalanan. Karena antara jaringan air bersih dan sanitasi saling berkaitan, maka dalam

perencanaan dan pembangunan jaringannya harus ada keterpaduan diantara keduanya dengan

jaringan jalan dan tata hijau kota.

3. Permasalahan Sungai

Permasalahan sungai perlu mendapat perhatian karena Kota Surabaya dilalui oleh aliran

sungai Brantas yang sangat penting bagi kelangsungan hidup Kota Surabaya. Sungai mempunyai

berbagai fungsi yang sangat vital, yaitu sebagai penyedia bahan baku kebutuhan air minum,

fungsi rekreasi, fungsi komunikasi, dan konservasi (ekosistem air sungai). Aliran air permukaan

di Kota Surabaya dimulai dari Dam Mlirip (Kabupaten Mojokerto), kemudian melewati

Sidoarjo, Gresik, akhirnya sampai sampai di Dam Jagir Wonokromo (Surabaya). Di Dam Jagir,

aliran air terpecah menjadi dua, yaitu Kalimas yang mengalir ke utara sampai pelabuhan dan

Kali Wonokromo yang mengarah ke timur sampai Selat Madura.

Ketiga sungai ini mempunyai fungsi yang berbeda. Kali Surabaya, fungsi pokoknya

untuk menyediakan bahan baku air minum (PDAM) bagi masyarakat kota, disamping juga

menyediakan air untuk proses produksi. Sedangkan Kalimas dan Kali Wonokromo fungsi

pokoknya adalah untuk drainase kota, kegiatan perikanan, peternakan, mengaliri tanaman, serta

pariwisata air. Oleh karena itu keberadaan sungai di Kota Surabaya perlu dijaga kelestariannya.

Page 9: Kelompok 13 (Surabaya)

Caranya antara lain dengan menjaga dari timbunan sampah, menjaga fungsi sempadan sungai

sebagai daerah lindung, menjaga dari aliran limbah dan zat berbahaya lainnya yang akan

merusak ekosistem air sungai, dan sebagainya. Kondisi sungai dan kualitas air di Surabaya saat

ini agak memprihatinkan, karena pendangkalan dan beban pencemaran yang tinggi dari kegiatan

industri/usaha. Penanganannya, Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya telah melakukan

monitoring secara berkala dengan pengambilan sampling air sungai dan uji lab untuk mengetahui

baku mutu kualitas air. Selain itu, juga dilakukan upaya revitalisasi dengan jalan pembersihan

dari sampah dan pengerukan endapan sungai.

4. Permasalahan Wilayah Pesisir dan Laut

Kota Surabaya yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa mempunyai posisi yang

sangat strategis sebagai kota pelabuhan, rekreasi dan konservasi. Di sisi lain, daerah pesisir

mempunyai sisi negatif karena menjadi muara dari zat-zat buangan yang dibawa oleh aliran

sungai. Zat buangan tersebut berasal dari limbah industri, limbah cair permukiman (sewage),

limbah cair perkotaan (urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian dan perikanan

budidaya. Dalam zat buangan tersebut mengandung berbagai bahan pencemar yang berupa

sedimen, unsur hara (nutriens), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme eksotik,

organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan

oksigen terlarut dalam air laut berkurang). Dampak yang timbul dengan dengan adanya berbagai

bahan pencemaran tersebut adalah kerusakan ekosistem bakau, terumbu karang, kehidupan dari

jenis-jenis biota (ikan, kerang, keong), terjadi abrasi, dan hilangnya benih bandeng dan udang.

Dengan mengkaji fenomena tersebut, perlu peraturan perundangan untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut dan mempertahankan kelestarian ekosistem perairan pesisir. Contoh

peraturan tersebut adalah mewajibkan perusahaan-perusahaan penghasil limbah untuk lebih

Page 10: Kelompok 13 (Surabaya)

dahulu men-treatment limbahnya sebelum dibuang ke saluran buangan kota yang bermuara di

pesisir pantai dan laut. Masalah kerusakan daerah pesisir dan laut perlu segera ditangani,

mengingat ketergantungan warga Surabaya terhadap sumber daya pesisir dan laut cukup besar

untuk kelangsungan hidupnya, dimana fungsi kawasan pesisir dan laut adalah sebagai pelabuhan

(transportasi), daerah rekreasi dan konservasi.

Guna menentukan sistem yang tepat bagi pengendalian dan pengelolaan kawasan ini,

secara periodik perlu dilakukan pencataan kualitas air laut, apakah memenuhi baku mutu atau

tidak. Dengan mengetahui status baku mutu kualitas air laut, dapat ditentukan tindakan yang

tepat untuk penanganannya. Tahun 2008, Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya melakukan

pengambilan beberapa titik sample air laut. Sampling tersebut dianalisis oleh balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Hasil analisisnya disajikan dalam

tabel di bawah ini.

Sedangkan pada tahun 2009, pengambilan 6 sampel air laut di kawasan Pelabuhan

Tanjung Perak menunjukkan bahwa semua memenuhi baku mutu kualitas air laut guna kegiatan

pelabuhan terutama dari uji biologi (fecal Coli dan total Cola), sedangkan pada uji kimia juga

memenuhi persyaratan. Untuk parameter kekeruhan, semua lokasi titik pantau kondisi air laut

tidak memenuhi syarat. Bisa disimpulkan bahwa kualitas air laut Kota Surabaya mengalami

Page 11: Kelompok 13 (Surabaya)

pencemaran ringan, sehingga perlu segera pemulihan terhadap kualitas air laut tersebut untuk

dikembalikan kepada fungsi semula sebagai daerah rekreasi, konservasi, dan tranportasi.

Salah satu cara guna memulihkan kualitas air laut dan mengembalikan keseimbangan

lingkungan wilayah pesisir dan laut adalah mencegah masuknya zat pencemar dan

mempertahankan keseimbangan lingkungan wilayah pesisir dengan menanam mangrove di

sepanjang pesisir. Selain menjaga keseimbangan lingkungan pesisir dan laut, keberadaan hutan

mangrove juga berfungsi sebagai sarana rekreasi dan edukasi warga akan pentingnya menjaga

keseimbangan lingkungan hidup di pesisir. Saat ini, keberadaan hutan mangrove di pantai

Surabaya mulai digalakkan, misalnya di Bozem Wonorejo dan Gunung Anyar.

Analisis SWOT pada Surabaya dalam pembangunan jalan tol di atas laut Jakarta –

Surabaya adalah sebagai berikut:

Strength:

1. Dengan adanya pembangunan tol di atas laut Jakarta – Surabaya, perjalanan dari dan

menuju Surabaya menjadi lebih cepat karena jalan tol ini membentang diatas laut utara

jawa dan tidak ada persimpangan sebidang yang dapat mengganggu kelancaran lalulintas

pada jalan tol tersebut.

2. Jalan tol ini dapat meningkatkan perekonomian karena dengan adanya jalan tol ini akses

pengiriman menjadi lebih cepat dan mudah.

Weakness:

1. Dapat mengganggu alur pelayaran dari dan menuju Surabaya, karena memungkinkan

terjadinya suatu titik konflik antara alur pelayaran dan jalan tol tersebut.

Page 12: Kelompok 13 (Surabaya)

2. Pendekatan Interface, untuk mendukung kelancaran dalam pembangunan proyek ini perlu

adanya pendekatan interface dalam menentukan pintu keluar dan masuk Tol.

Opportunity:

1. Dengan adanya tol di atas laut Jakarta – Surabaya dapat Mengurangi kemacetan jalan

pantura, karena sebagian kendaraan akan lebih memilih melalui jalan tol tersebut.

Threat:

1. Pembangunan tol di atas laut Jakarta – Surabaya perlu mempertimbangkan rencana

Pemerintah daerah Surabaya yang akan melakukan pengoptimalan pelabuhan dengan

membangun pelabuhan baru di sekitar pelabuhan Tanjung Perak. Jadi,

Denah pintu masuk dan keluar Tol diatas Jakarta - Surabaya untuk wilayah Surabaya

adalah seperti pada gambar berikut ini: