Upload
kaptenmoki
View
753
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Para pekerja dan karyawan merasa nyaman dan aman didalam bekerja
2.Mengurangi maupun mengatasi kecelakaan saat bekerja karena terkena bahan-
bahan biologi dan kimia
3.Menjadikan karyawan atau pekerja rajin atau betah bekerja disuatu
perusahaan
4.Melindungi para karyawan atau pekerja tas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk meningkatkan produktifitas kerja.
B. LATAR BELAKANG
Bahan-bahan kimia dan biologi selain bermanfaat bagi manusia juga
mempunyai bahaya-bahaya atau dampak negatif. Dampak dari bahaya bahan-bahan
biologi dan kimia sangat berpengaruh bagi kesehatan para pekerja dan dapat pula
menimbulkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, bahaya bahan-bahan
biologi dan kimia serta penanggulangannya perlu dibahas dan diperhatikan dalam
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1.Banyak karyawan atau pekerja yang tidak menyadari bahwa berbagai macam
bahan biologi dan kimia dalam suatu lingkup kerja mempunyai banyak
bahaya.
2.Cara-cara untuk mengatasi bahaya bahan-bahan biologi dan kimia dalam
suatu ruang kerja.
D. RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana latar belakang penggunaan bahan-bahan biologi dan kimia?
2.Apa saja faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja?
3.Bagaimana penggunaan Nilai Ambang Batas?
4.Bagaimana pengelolaan dan pengendalian bahaya bahan-bahan kimia dan
bilogi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG PENGGUNAAN BAHAN-BAHAN BIOLOGI DAN
KIMIA
Toksikologi berarti ilmu tentang racun-racun. Oleh karena itu, toksikologi
industri dapat diartikansebagai ilmu tentang racun-racunyang digunakan, diolah,
dihasilkan ataupundiproduksi oleh suatu perusahaan. Racun merupakan bahan kimia yang
tersedia dalam jumlah dalam jumlah yang relatif sedikit dan berbahaya bagi kesehatan
maupun jiwa manusia. Dengan karakteristik racun yang seperti itu, maka bahan-bahan
kimia dan biologi harus digunakan sesuai dengan aturan dan kebutuhan.
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
Toksikologi industri dalam higene perusahaan dan kesehatan kerja sangat
penting peranannya dalam meninjau penyebab-penyebab penyakit akibat kerja yang
bersifat bahan kimia. Bahan-bahan kimia itulah yang merupakan racun-racun dalam
industri. Sifat dan derajad racun bahan-bahan kimia yang digunakan dalam industri
tergantung dari beberapa faktor antara lain :
1. Sifat-sifat fisik bahan kimia :
a. Gas yaitu bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
b. Uap yaitu bentuk gas dari zat-zat yang dalam keadaan biasa berbentuk
zat padat maupun zat cair dan dapat dikembalikan kepada wujud semula,
baik dengan meninggikan tekanan maupun dengan menurunkan suhu.
c. Debu yaitu partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan
alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat dan peledakan dari bahan-bahan organik misalnya
batu,kayu, biji logam, arang batu, dll.
d. Kabut yaitu titik asam halus dalam udara yang terjadi dari kondensasi
yang berbentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispersi
dengan cara-cara “splashing” dan “foaming”.
2. Sifat-sifat bahan-bahan yang bersifat partikel-partikel diudara :
a. Perangsang, misalnya kapas, sabun, bubuk beras.
b. Toxic, misalnya partikel-partikel Pb, As, Mn.
c. Penyebab fibrasis, misalnya debu kwats, asbes.
d. Penyebab alergi, misalnya kapas, tepung sari.
e. Inert, misalnya kapur alumunium.
3. Sifat-sifat Kimiawi dari bahan-bahan itu:
a. Jenis persenyawaan
b. Besar molekukul
c. Konsentrasi
d. Derajad larut dan jenis pelarut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK).
Sangat ditentukan dengan lingkungan kerja, kondisi alat kerja dan tenaga kerja atau
pekerja itu sendiri. Faktor-faktor pada tenaga kerja atau pekerja antara lain:
1. Usia
2. Habituasi
3. Daya menahan (tolerance)
4. Derajad kesehatan tubuh
Sedangkan jalan masuk bahan-bahan biologi dan kimia tersebut melalui
beberapa pintu yaitu:
1. Pernafasan, yaitu jalan masuk bahan dari udara.
2. Pencernaan, yaitu jalan masuk bahan-bahan di udara yang melekat pada
tenggorokan dan ditelan serta serta untuk bahan-bahan cair jmaupun padat.
3. Kulit, sebagai jalan masuk bahan-bahan cair atau bahan-bahan diudara yang
mengendap dipermukaan kulit.
Bahan – bahan kimia yang dapat menyebabkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) :
1. Timah hitam
2. Air raksa (Hg)
3. Arsen (As)
4. Nikel
5. Chromium
6. Cadmium
7. Vanadium
8. Fosfor
C. PENGGUNAAN NILAI AMBANG BATAS ( NAB ).
Nilai ambang batas adalah jalan keluar dari kenyataan bahwa di tempat kerja
tidak mungkin di usahakan tidak adanya bahan-bahan kimia sama sekali.Aplikasi dari
NAB dalam prakteknya tergantung dari ada tidaknya alat-alat analitik dan cara-cara
pengambilan contoh udara serta lokasi pengambilannya.NAB masih harus di nilai dan
dikoreksi dari sudut perubahan musim,keadaan cuaca,dan kemungkinan efek komulatif.
NAB dapat di peroleh dengan berbagai cara antara lain :
1. Penelitian dilapangan dengan supervisi medis.
2. Penelitian di lapangan tanpa supervisi modis, tetapi dengan laporan-laporan
angka dan kematian.
3. Percobaan hewan, walaupun enerapan hasilnya sulit di laksanakan pada
manusia.
4. Percobaan pada manusia, jika derajat keselamatannya cukup dijamin.
NAB yang dilaksanakan pada suatu perubahan ataupun ruang kerja mempunyai
tujuan tersendiri, sedangkan kegunaan NAB adalah :
1. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.
2. Padoman untu standar perencanaan dan desain pengendalian peralatan.
3. Substitusi bahan – bahan yang lebih dengan yang kurang beracun.
4. Membantu menentukan gangguan – gangguan kesehatan atau penyakit
akibat keracunan.
D. PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA BAHAN – BAHAN
KIMIA
a) Penyimpanan.
Bahan – bahan yang berbahaya harus disimpan dengan secara tepat,
bilamana ingin dicegah kemungkinan bahaya – bahayanya.
Dibawah ini disajikan keselamatan yang berkaitan dengan penyimpanan
bahan – bahan berbahaya sebagai berikut :
1. Bahan – bahan yang mudah meledak.
Tempat penyimpanan harus jauh dari bangunan – bangunan agar efek
pengaruh peledakan sekecil mungkin. Ruang ruang untuk penyimpanan bahan
peledak harus merupakan bangunan yang kokoh dan tetap dikunci walaupun
tidak dspergunakan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan didekat bangunan
yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan – bahan sisa yang dapat
terbakar, api terbuka atau nyala api. Tempat penyimpanan harus berjarak
paling sedikit 60 meter dari sumber tenaga, terowonga, lobang tambang,
jembatan, jalan raya atau bagunan. Ruang penyimpanan harus mendapatkan
ruang pengudaraan yang baikdan bebas dari kelembaba.lantai harus dibuat
dari bahan yang tidak menimbulkan api.
2. Bahan – bahan yang mengoksidasi.
Tempat penyimpanan secara terpisah dan sendiri, tetapi hal tersebut tidak
selau praktis sepeerti halnya pada saat pengangkutan. Adalah berbahaya untuk
menyimpan bahan – bahan yang mudah teroksidasi didekat cairan yang
mudah terbakar. Tempat penyimpanan bahan yang mengoksidasi harus seju,
mendapat pertukaran udara yang baik dan tahan api.
3. Bahan yang dapat terbakar
Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari setiap sumber panas atau
bahaya kebakaran. Bahan – bahan yang sangat mudah terbakar haeus
disimpan di tempat yang terpisah dari bahan oksidator kuat atau bahan –
bahan yang dapat terbakar sendiri. Tusukan atau alat listrik harus bebas nyala
api dan nyala api terbuka tidak diperkenankan untuk dipakai.
Instalasi listrik tempat penyimpanan ha4rus dihubungkan ketanah dan
harus diperiksa secara berkala.
4. Bahan – bahan beracun.
Wadah bahan – bahan beracun tidak mungkin dibuat sedemikian
sempurna sehingga tidak terjadi kebocoran – kebocoran. Uap bahan – bahan
beracun masuk kedalam udara dan oleh karenanya perlu pertukaran udara
yang baik. Jika panas mengakibatkan penguraian, tempat penyimpanan harus
sejuk dan pertukaran uadara yang baik, tidak terkena sinar matahaari
langsung, dan jauh dari sumber panas. Behan yang bereaksi satu dengan yang
lain harus disimpan secara terpisah.
5. Bahan – bahan korosif.
Daerah penyimpanan bahan – bahan korosif dari bagian bangunan yang
lainya dengan dinding dan lantai yang tidak tembus dan disertai perlengkapan
untuk menyalurkan yumpahan.
Bahan – bahan cair dan korosif kadang – kadang perlu disimpan dalam
wadah khusus, misalnya untuk asam florida dipakai botol timah hitam atau
gula perka. Asam florida tidak boleh disimpan dalam botol gelas atau dalam
botol khusus dekat gelas. Asam – asam koroisf harus disimpan dalam wadah
dari kiselgur atau bahan isolasi anorganik lain yang efektif. Perlengkapan
pertolongan pertama pancaran air untuk mandi dan air untuk cuci mata harus
tersedia di tempat penyimpanan.
b) Pancegahan
Dua segi utama dalam pencegahan kemungkinan keracunan sebagai akibat
dari pekerjaan yaitu :
1. Pengolahan bahan kimia yang sebaik – baiknya sehingga kemungkinan racun
masuk kedalam tubuh melaui penelanan atau kontak dari kulit dapat dicegah.
2. Pencegahan timbulnya, pemonitoran dan pengendalian bahan di udara
sehingga dicegah penghirupan racun.
c) Tindakan keamanan
1. Pemasangan label dan tanda.
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan 0
tulisan peringatan untuk wadah bahan berbahaya adalah tindakan pecegahan
yang esensial. Dalam pengangkutan lebih lanjut orang – orang yang
bersangkutan dengan transportasinya tidak pula mengenal bahaya –
bahayanya. Dalam hal inilah pemasangan label dan tanda adalah sangat
penting. Peringatan tentang bahaya dengan lambang – lambang tersebut
merupakan suatu syarat perlindungan penting, namun hal itu tak dianggap
dapat memberikan perlindungan secara lengkap atau denganya berartiusaha –
usaha keselamatan kerja lain sudah tidak diperlukan lagi.
2. Pengangkutan
Keamanan pengangkutan sehubungtan dengan bahan – bahan berbahaya
adalah sangat penting, agar dicegah bahaya bagi tenaga kerja, behaya terhadap
masyarakat dan kerusakan harta kekayaan termasuk alat angkutan.
Bagi angkutan udara, IATA mengeluarkan ketentuan – ketentuan
pengangkutan yang berkaitan dengan bahan – bahan berbahaya antara lain
larangan membawa bahan – bahan eksplosif dan bahan yang mudah terbakar.
Untuk angkatan laut, antara lain terdapat Norma-norma Maritim
Inernasional Bahan-bahan Berbahaya (International Maritime Dangerous
Goods Code).
Pada angkuatan dengan kapalberbagai faktoe harus diperhatikan yaiu
pengaturan muatan secara keseluruhan, pengaruh gerakan kapal dalam cuaca
buruk, dan pengaruhpengaruh perubahan suhu dan kelembaban terhadap
keselamatan bahan yang diangkut.
d) Program keselamatan dalam pekerjaan yang mengandung keracunan adalah
sebagai berikut :
1. Lingkungan kerja harus dipelihara dalam keadaan bersih.
2. Perlengkapan teknologi pengendal8ian ditempat penyimpanan harus
diterapkan secara tepat.
3. proses produksi diatur agar kemungkinan penghirupan, kontak dikuli,
termakan atau terminum racun dapat dicegah semaksimal mungkin.
4. pekerja – pekerja diberitahu,l waspada dan trampil dalam menghadapi bahaya
keracunan.
5. alat perlindungan diri harus tersedia dan dipakai semestinya.
6. kebersihan perorangan pada tenaga kerja dipelihara dan selalu ditingkatkan.
7. setiap kejadian kecelakaan harus diteliti adar tidak terulang lagi.
8. pemeriksaan kesehata pekerja harus dilaksanakan dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Latar belakang penggunaanbahan – abahan biologi dan kimiawi disesuaikan
dengan toksikologi industri
- Faktor – faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) dibedakan atas sifat –
sifat fisik bahan kimia, sifat partikel – partikel di udara, dan sifat bahan kimia
tersebut.
- Nilai Ambang Batas (NAB) digunakan sebagai perbandingan, pedoman
perencanaan dan desain pengendalian peralatan, substitusi bahan – bahan
beracun,l dan untuk membantu menentukan gangguan – gangguan kesehatan
akibat faktor kimiawi.
B. SARAN
a. Sebaiknya perusahaan atau tempat kerja lebih memperhatikan proses
pengelolaan bahan-bahan kimia dan biologi agar tidak menimbulkan
bahaya.
b. Sebaiknya progam keselamatan dalam pekerjaan lebih ditingkatkan untuk
meminimalkan resiko keracunan.
c. Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan penggunaan NAB karena NAB
sangat bermanfaat.
d. Penyimpanan bahan-bahan biologi dan kimia dalam suatu perusahaan
sebaiknya lebih diintensifkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suma’mur. (1984). Higene dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
2. Suma’mur (1989). Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: CV. Haji Masagung.
3. Ronald M Scott. (1995). Introduction to Industrial Hygiene. London:
Lewis Publisher.
4. International Labor Office. (1996). Ergonomic Checkpoint. Geneva:
International Labor Office.
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
RESIKO BAHAYA BIOLOGI DAN KIMIA
DISUSUN OLEH :
1. Aji Detar Asadi (06508134015)2. Asep Saputra (06508134025)3. Alga Risa Setiawan(06508134031)4. Ciptyadi Septiawan (06508134009)5. Sedyo Bifeberiharjo(06508134013)
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2006