293
JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110

KEMENTERIAN PERHUBUNGANppid-dev.dephub.go.id/files/keuangan/LK_Audited_2017... · 2019. 9. 17. · KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 022 UNTUK PERIODE YANG

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110

  • KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

    LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 022

    UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR

    PADA 31 DESEMBER 2017

    (AUDITED)

  • Daftar Isi – i

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii -

    Daftar Isi i

    Daftar Tabel ii

    Daftar Grafik vi

    Ringkasan iv Ringkasan 1 1

    I. Laporan Realisasi Anggaran 3 3

    II. Neraca 4 4

    III. Laporan Operasional 6

    IV. Laporan Perubahan Ekuitas 8

    V. Catatan atas Laporan Keuangan 5

    A. Penjelasan Umum 9

    B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 23

    C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 42

    D. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Operasional 95

    E. Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Perubahan Ekuitas 107

    F. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya 115

  • Daftar Tabel – ii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 : Rincian jumlah Satker pada Masing-masing Eselon I 15

    Tabel 2 : Kriteria Kualitas Piutang 19

    Tabel 3 : Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap 21

    Tabel 4 : Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud 22

    Tabel 5 : Uraian Anggaran Pendapatan dan Belanja Semula dan Setelah Revisi 23

    Tabel 6 : Uraian Pagu Anggaran Semula dan Setelah Revisi Berdasarkan

    Program

    23

    Tabel 7 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan 25

    Tabel 8 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa per 31 Desember

    2017

    27

    Tabel 9 : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum

    per 31 Desember 2017

    28

    Tabel 10 : Perbandingan Realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 31

    Desember 2016

    29

    Tabel 11 : Rincian Perbandingan Pendapatan Negara Bukan Pajak

    Non BLU dan BLU

    29

    Tabel 12 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017 30

    Tabel 13 : Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program per 31

    Desember 2017

    31

    Tabel 14 : Perbandingan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017 dan 31

    Desember 2016

    31

    Tabel 15 : Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai per 31 Desember 2017 dan

    31 Desember 2016

    32

    Tabel 16 : Perbandingan Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2017 dan

    31 Desember 2016

    33

    Tabel 17 : Uraian Jenis Belanja Barang Operasional 33

    Tabel 18 : Uraian Jenis Belanja Barang Non Operasional 34

    Tabel 19 : Uraian Jenis Belanja Pemeliharaan 35

    Tabel 20 : Uraian Jenis Belanja Barang untuk Diserahkan Kepada

    Masyarakat/Pemda yang terdapat pada Ditjen Perhubungan Darat

    dan Ditjen Perhubungan Laut

    36

    Tabel 21 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal per 31 Desember 2017 dan 31

    Desember 2016

    37

    Tabel 22 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Tanah per 31 Desember 2017

    dan 31 Desember 2016

    38

    Tabel 23 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin per 31

    Desember 2017 dan 31 Desember 2016

    38

    Tabel 24 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan per 31

    Desember 2017 dan 31 Desember 2016

    39

    Tabel 25 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan per

    31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016

    40

    Tabel 26 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya per 31 Desember

    2017 dan 31 Desember 2016

    40

    Tabel 27 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal Badan Layanan Umum per 31

    Desember dan 31 Desember 2016

    41

    Tabel 28 : Rincian Aset Lancar Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016 42

  • Daftar Tabel – iii

    Tabel 29 : Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I 43

    Tabel 30 : Rincian Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I 43

    Tabel 31 : Rincian Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2017 dan 31

    Desember 2016

    44

    Tabel 32 : Saldo Kas BLU per Satker BLU Per 31 Desember 2017 dan 31

    Desember 2016

    45

    Tabel 33 : Rincian Investasi Jangka Pendek BLU per 31 Desember 2017 46

    Tabel 34 : Mutasi Belanja Dibayar Dimuka 46

    Tabel 35 : Pendapatan Yang Masih Harus Diterima per Eselon I 47

    Tabel 36 : Mutasi Pendapatan Yang Masih Harus Diterima 47

    Tabel 37 : Piutang Bukan Pajak Menurut Jenisnya 48

    Tabel 38 : Piutang Bukan Pajak per Eselon I 48

    Tabel 39 : Mutasi Piutang Bukan Pajak per Eselon I 49

    Tabel 40 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Bukan Pajak per Eselon I 49

    Tabel 41 : Bagian Lancar TP/TGR Per Eselon I 50

    Tabel 42 : Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR 50

    Tabel 43 : Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU per Satker BLU 51

    Tabel 44 : Mutasi Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU 52

    Tabel 45 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Kegiatan Operasional

    BLU

    53

    Tabel 46 : Rincian Piutang Dari Kegiatan Non-operasional BLU 54

    Tabel 47 : Mutasi Piutang Dari Kegiatan Non-operasional BLU 54

    Tabel 48 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Kegiatan Non-

    operasional BLU

    55

    Tabel 49 : Rincian Persediaan per Satker BLU per 31 Desember 2017 55

    Tabel 50 : Rincian Persediaan per Eselon I 56

    Tabel 51 : Daftar Persediaan per Akun per 31 Desember 2017 57

    Tabel 52 : Posisi Aset Tetap 58

    Tabel 53 : Rincian Aset Tetap Per Eselon I 58

    Tabel 54 : Rincian Aset Tanah per Satker BLU 59

    Tabel 55 : Tanah per Eselon I 60

    Tabel 56 : Mutasi Tanah 60

    Tabel 57 : Rincian Peralatan dan Mesin per Satker BLU 61

    Tabel 58 : Peralatan dan Mesin per Eselon I 62

    Tabel 59 : Mutasi Peralatan dan Mesin 62

    Tabel 60 : Rincian Gedung dan Bangunan per Satker BLU 63

    Tabel 61 : Gedung dan Bangunan per Eselon I 64

    Tabel 62 : Mutasi Gedung dan Bangunan 64

    Tabel 63 : Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Satker BLU 65

    Tabel 64 : Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Eselon I 66

    Tabel 65 : Mutasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan 66

    Tabel 66 : Rincian Aset Tetap Lainnya per Satker BLU 67

    Tabel 67 : Aset Tetap Lainnya per Eselon I 68

    Tabel 68 : Mutasi Aset Tetap Lainnya 68

    Tabel 69 : Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan per Satker BLU 69

    Tabel 70 : Konstruksi Dalam Pengerjaan per Eselon I 69

    Tabel 71 : Mutasi Konstruksi Dalam Pengerjaan 70

    Tabel 72 : Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per Eselon I per 31

    Desember 2017

    70

  • Daftar Tabel – iv

    Tabel 73 : Rincian Piutang Tagihan TP/TGR per Satker 71

    Tabel 74 : Mutasi Penyisihan Piutang TP/TGR 71

    Tabel 75 : Rincian Piutang Jangka Panjang Lainnya per Eselon I per 31

    Desember 2017 dan 2016

    72

    Tabel 76 : Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang

    Lainnya

    79

    Tabel 77 : Aset Lainnya per Eselon I 80

    Tabel 78 : Rincian Aset Lainnya Menurut Jenisnya 80

    Tabel 79 : Rincian Aset Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 81

    Tabel 80 : Rincian Aset Tak Berwujud per Satker BLU 82

    Tabel 81 : Mutasi Aset Tak Berwujud 82

    Tabel 82 : Aset Tak Berwujud per Eselon I 83

    Tabel 83 : Rincian Aset Tak Berwujud Menurut Jenisnya 83

    Tabel 84 : Mutasi Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan 83

    Tabel 85 : Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan per Eselon I 84

    Tabel 86 : Rincian Aset Lain-lain Per Satker BLU 85

    Tabel 87 : Aset Lain-lain Per Eselon I 85

    Tabel 88 : Mutasi Aset Lain-lain 85

    Tabel 89 : Rincian Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya

    per Eselon I

    86

    Tabel 90 : Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Eselon I 87

    Tabel 91 : Mutasi Utang Kepada Pihak Ketiga per Eselon I 87

    Tabel 92 : Mutasi Hibah Yang Belum Disahkan Per Eselon I 90

    Tabel 93 : Rincian Hibah Yang Belum Disahkan Per Satker 90

    Tabel 94 : Rincian Hibah Yang Belum Disahkan pada Ditjen Perhubungan

    Udara

    91

    Tabel 95 : Rincian Pendapatan Diterima Dimuka 92

    Tabel 96 : Rincian Pendapatan Diterima Dimuka pada BPSDM 92

    Tabel 97 : Mutasi Pendapatan Diterima Dimuka 93

    Tabel 98 : Rincian Utang Jangka Pendek Lainnya per Eselon I 93

    Tabel 99 : Mutasi Utang Jangka Pendek Lainnya per Eselon I 94

    Tabel 100 : Rincian Ekuitas per Eselon I 94

    Tabel 101 : Rincian Pendapatan Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember

    2017 dan 2016

    95

    Tabel 102 : Rincian Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya Per Eselon I untuk

    Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    96

    Tabel 103 : Rincian per Jenis Beban Operasional untuk Tahun yang Berakhir

    pada 31 Desember 2017 dan 2016

    96

    Tabel 104 : Rincian Beban Pegawai untuk Tahun yang Berakhir pada 31

    Desember 2017 dan 2016

    97

    Tabel 105 : Beban Persediaan untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

    2017 dan 2016 Per Eselon I

    98

    Tabel 106 : Rincian Beban Barang dan Jasa untuk Tahun yang Berakhir pada 31

    Desember 2017 dan 2016

    98

    Tabel 107 : Rincian Beban Pemeliharaan TA 2017 99

    Tabel 108 : Beban Pemeliharaan TA 2017 dan TA 2016 Per Eselon I 99

    Tabel 109 : Rincian Beban Perjalanan Dinas untuk Tahun yang Berakhir pada 31

    Desember 2017 dan 2016

    100

  • Daftar Tabel – v

    Tabel 110 : Rincian Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat

    untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    100

    Tabel 111 Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk Tahun yang

    Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    101

    Tabel 112 Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih

    untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    102

    Tabel 113 : Beban Lain-lain Per Eselon I untuk Tahun yang Berakhir pada 31

    Desember 2017 dan 2016

    103

    Tabel 114 : Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional untuk Tahun yang

    Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    103

    Tabel 115 : Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang

    Berakhir pada TA 2017 dan TA 2016

    104

    Tabel 116 : Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang Berakhir

    pada TA 2017 per Eselon I

    104

    Tabel 117 : Beban Pelepasan Aset Non Lancar untuk Tahun yang Berakhir pada

    TA 2017 dan TA 2016 104

    Tabel 118 : Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Untuk

    Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2017 dan 2016

    105

    Tabel 119 : Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya untuk Tahun yang

    Berakhir pada TA 2017 dan TA 2016

    105

    Tabel 120 : Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional untuk Tahun yang

    Berakhir pada 31 Desember 2017 dan 2016

    106

    Tabel 121 : Surplus/Defisit Laporan Operasional untuk tahun yang berakhir pada

    31 Desember 2017 dan 2016

    106

    Tabel 122 : Ekuitas Awal per Eselon I 107

    Tabel 123 : Surplus/Defisit LO per Eselon I 107

    Tabel 124 : Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas 108

    Tabel 125 : Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas per Eselon I 108

    Tabel 126 : Koreksi Nilai Persediaan per Eselon I 109

    Tabel 127 : Rincian Koreksi Nilai Persediaan TA 2017 109

    Tabel 128 : Koreksi Nilai Aset Non Revaluasi per Eselon I 110

    Tabel 129 : Koreksi Lain-lain per Eselon I 111

    Tabel 130 : Rincian Lain-lain per Jenis Koreksi 111

    Tabel 131 : Transaksi Antar Entitas per Eselon I 111

    Tabel 132 : Transaksi Antar Entitas dari Jenis Transaksi 112

    Tabel 133 : Transfer Keluar dan Transfer Masuk per Eselon I 112

    Tabel 134 : Rincian Pengesahan Hibah 113

    Tabel 135 : Kenaikan Ekuitas 114

    Tabel 136 : Ekuitas Akhir 114

    Tabel 137 : Rincian Nilai Revaluasi Tanah per Unit Eselon I 116

    Tabel 138 : Rincian Nilai Revaluasi Gedung dan Bangunan per Unit Eselon I 117

    Tabel 139 : Rincian Nilai Revaluasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Unit Eselon I 117

    Tabel 140 : Jenis-Jenis Kegiatan Kepelabuhanan yang Dikonsesikan 119

    Tabel 141 : Terminal yang Telah Terbit BAST dan Sudah Memperoleh Nomor

    Register Hibah

    128

    Tabel 142 : Terminal yang Telah Tanda Tangan BAST-P3D 129

    Tabel 143 : Terminal yang Belum Tanda Tangan BAST-P3D 129

    Tabel 144 : UPPKB yang Telah Terbit BAST dan Sudah Memperoleh Register

    Hibah

    130

  • Daftar Grafik – vi

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017

    30

  • Daftar Lampiran – vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Perbandingan Realisasi PNBP Per Eselon I Tahun Anggaran 2017

    Lampiran 2 : Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai per Eselon I Tahun Anggaran 2017

    Lampiran 3 : Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Eselon I Tahun Anggaran 2017

    Lampiran 4 : Perbandingan Realisasi Belanja Modal per Eselon I Tahun Anggaran 2017

    Lampiran 5 : Rincian Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2017

    Lampiran 6 : Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2017

    Lampiran 7 : Rincian Saldo Kas di Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2017

    Lampiran 8 : Rincian Saldo Kas dan Bank BLU per 31 Desember 2017

    Lampiran 9 : Rincian Investasi Jangka Pendek per 31 Desember 2017

    Lampiran 10 : Rekapitulasi Persediaan Kementerian Perhubungan Tahun 2017

    Lampiran 11 : Rincian Aset Tetap dan Penyusutannya Tahun 2017

    Lampiran 12 : Rekapitulasi Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan per Eselon I Kementerian

    Perhubungan TA. 2017

    Lampiran 13 : Akumulasi Penyusutan per Jenis Aset Tetap per Eselon I

    Lampiran 14 : Rincian Pendapatan Jasa I per Jenis Pendapatan per Eselon I TA 2017

    Lampiran 15 : Rincian Pendapatan Jasa Layanan Umum per Jenis Pendapatan per Eselon I TA

    2017

    Lampiran 16 : Rincian Beban Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 17 : Rincian Beban Pegawai per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 18 : Rincian Beban Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 19 : Rincian Beban Barang Non Operasional per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 20 : Rincian Beban Perjalanan Dinas per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 21 : Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 22 : Rincian Beban Penyisihan Piutang per Jenis Beban per Eselon I TA 2017

    Lampiran 23 : Rincian Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya per Eselon I TA 2017

    Lampiran 24 : Rincian Koreksi Aset Non Revaluasi

    Lampiran 25 : Rincian Transaksi Transfer Antar Eselon I Tahun 2017

    Lampiran 26 : Rincian Rekapitulasi Penerimaan Hibah Langsung per Jenis Hibah pada

    Kementerian Perhubungan

    Lampiran 27 : Daftar Nilai BPYBDS per Satker per 31 Desember 2017

    Lampiran 28 : Laporan Prestasi Kerja Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) di

    Lingkungan Kementerian Perhubungan Posisi s/d 31 Desember 2017

    Lampiran 29 : Rincian Eliminasi Pendapatan dan Beban BLU per 31 Desember 2017

  • Ringkasan – 1

    RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

    Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan Tahun 2017 ini telah disusun dan disajikan sesuai

    dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

    dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

    Laporan Keuangan ini meliputi :

    1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

    Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya,

    yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai

    dengan 31 Desember 2017.

    Realisasi Pendapatan Negara pada Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar Rp7.300.814.746.270,00

    berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak atau mencapai 68,24 persen dari estimasi Pendapatan-

    LRA sebesar Rp10.698.632.175.002,00.

    Realisasi Belanja Negara pada Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar

    Rp41.405.517.365.629,00 atau mencapai 86,37 persen dari alokasi anggaran sebesar

    Rp47.941.453.295.000,00.

    2. NERACA

    Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada

    31 Desember 2017.

    Nilai Aset per 31 Desember 2017 dicatat dan disajikan sebesar

    Rp229.936.091.495.426,00 yang terdiri atas : Aset Lancar sebesar

    Rp8.373.325.541.990,00, Aset Tetap (neto) sebesar Rp215.483.425.550.574,00, Piutang Jangka

    Panjang (neto) sebesar Rp8.983.063.743,00, dan Aset Lainnya (neto) sebesar

    Rp6.070.357.339.119,00.

    Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp2.031.223.593.991,00 dan

    Rp227.904.867.901.435,00.

    3. LAPORAN OPERASIONAL

    Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari

    operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos

    luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan

    Operasional untuk periode sampai dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar

    Rp7.143.320.883.973,00, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp26.126.883.160.422,00

    sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai (Rp18.983.562.276.449,00),

    Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar

    (Rp218.032.755.152,00) dan Rp0,00 sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar

    (Rp19.201.595.031.601,00).

  • Ringkasan – 2

    4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

    Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun

    pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2017 adalah

    sebesar Rp203.339.539.420.851,00, ditambah Defisit-LO sebesar

    (Rp19.201.595.031.601,00) kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi senilai

    Rp8.846.624.317.059,00 dan transaksi antar entitas senilai total

    Rp34.920.299.195.126,00, sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2017 adalah

    senilai Rp227.904.867.901.435,00.

    5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

    Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar

    terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,

    Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK

    adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan

    serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas

    laporan keuangan.

    Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan

    tanggal 31 Desember 2017 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca,

    Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun Anggaran 2017 disusun dan

    disajikan dengan menggunakan basis akrual.

  • Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan ini - 4 -

    II. NERACA

    KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (BA 022)

    NERACA

    PER 31 DESEMBER 2017 DAN 31 DESEMBER 2016 (dalam Rupiah)

    CATATAN 31-Des-17 31-Des-16

    C.1

    Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.1 7.929.652.381,00 859.388.280,00

    Kas di Bendahara Penerimaan C.1.2 1.241.057.661,00 10.523.336.581,00

    Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.3 27.484.286.145,00 49.022.442.474,00

    Kas pada BLU C.1.4 737.030.441.915,00 617.171.167.084,00

    Investasi Jangka Pendek - BLU C.1.5 79.000.000.000,00 130.048.904.121,00

    Belanja Dibayar di Muka (Prepaid ) C.1.6 12.247.000,00 382.933.058,00

    Uang Muka Belanja (Prepayment ) C.1.7 0,00 3.417.500.000,00

    Pendapatan yang Masih Harus Diterima C.1.8 199.145.435.459,00 327.312.125,00

    Piutang Bukan Pajak C.1.9 274.210.888.813,00 326.073.373.974,00

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang Bukan Pajak C.1.10 (22.455.062.296,00) (19.480.385.764,00)

    Bagian Lancar TP/TGR C.1.11 149.580.000,00 1.674.506.347,00

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TP/TGR C.1.12 (747.900,00) (20.141.251,00)

    Piutang dari Kegiatan Operasional BLU C.1.13 48.815.532.767,00 40.783.861.098,00

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang dari Kegiatan Operasional BLU C.1.14 (2.634.798.339,00) (674.835.681,00)

    Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU C.1.15 1.348.210.637,00 382.812.869,00

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU C.1.16 (9.469.928,00) (44.383.042,00)

    Persediaan C.1.17 7.022.058.287.675,00 6.654.518.610.092,00

    Persediaan BLU C.1.18 0,00 114.106.400.012,00

    JUMLAH ASET LANCAR 8.373.325.541.990,00 7.929.072.802.377,00

    C.2

    Tanah C.2.1 75.742.121.286.401,00 63.654.919.517.655,00

    Tanah BLU C.2.2 0,00 1.821.683.818.034,00

    Peralatan dan Mesin C.2.3 43.493.459.809.414,00 30.130.184.368.278,00

    Peralatan dan Mesin BLU C.2.4 0,00 7.420.731.481.676,00

    Gedung dan Bangunan C.2.5 23.274.257.931.008,00 15.706.596.549.556,00

    Gedung dan Bangunan BLU C.2.6 0,00 4.149.406.371.922,00

    Jalan Irigasi dan Jaringan C.2.7 107.378.546.316.060,00 101.963.539.465.504,00

    Jalan Irigasi dan Jaringan BLU C.2.8 0,00 515.046.656.586,00

    Aset Tetap Lainnya C.2.9 3.207.799.393.553,00 2.756.825.830.347,00

    Aset Tetap Lainnya BLU C.2.10 0,00 97.225.650.457,00

    Konstruksi Dalam Pengerjaan C.2.11 32.109.534.219.729,00 19.585.663.678.623,00

    Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU C.2.12 0,00 1.016.948.465.442,00

    Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.2.13 (69.722.293.405.591,00) (58.416.425.598.364,00)

    JUMLAH ASET TETAP 215.483.425.550.574,00 190.402.346.255.716,00

    C.3

    Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.1 9.289.750.741,00 8.745.916.711,00

    Penyisihan Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.3.2 (306.686.998,00) (1.133.438.584,00)

    Piutang Jangka Panjang Lainnya C.3.3 28.766.646.208,00 17.953.902.454,00

    Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Jangka Panjang Lainnya C.3.4 (28.766.646.208,00) (17.953.902.454,00)

    JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG 8.983.063.743,00 7.612.478.127,00

    C.4

    Kemitraan dengan Pihak Ketiga C.4.1 347.594.837.654,00

    Aset Tidak Berwujud C.4.2 2.226.511.102.716,00 1.719.767.297.762,00

    Aset Tak Berwujud BLU C.4.3 0,00 221.116.224.553,00

    Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan C.4.4 27.384.526.240,00 25.380.655.740,00

    Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan BLU C.4.5 0,00 578.816.800,00

    Aset Lain-Lain C.4.6 4.689.311.508.841,00 4.525.392.754.043,00

    Aset Lain-lain BLU C.4.7 0,00 21.689.844.661,00

    Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.4.8 (1.220.444.636.332,00) (919.686.999.357,00)

    JUMLAH ASET LAINNYA 6.070.357.339.119,00 5.594.238.594.202,00

    229.936.091.495.426,00 203.933.270.130.422,00

    URAIAN

    ASET

    ASET TETAP

    ASET LANCAR

    PIUTANG JANGKA PANJANG

    ASET LAINNYA

    JUMLAH ASET

  • Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan ini - 6 -

    III. LAPORAN OPERASIONAL

    KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (BA 022)

    LAPORAN OPERASIONAL

    UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2017

    DAN 31 DESEMBER 2016

    (dalam Rupiah)

    CATATAN 31 Desember 2017 31 Desember 2016

    D.1

    PENDAPATAN

    PENDAPATAN OPERASIONAL D.1.1

    Pendapatan PNBP Lainnya 7.143.320.883.973,00 6.231.912.881.761,00

    Pendapatan Badan Layanan umum7.143.320.883.973,00 6.231.912.881.761,00

    D.1.2

    Beban Pegawai D.1.2.1 3.340.726.445.973,00 3.132.630.741.086,00

    Beban Persediaan D.1.2.2 412.917.920.786,00 496.957.827.677,00

    Beban Barang dan Jasa D.1.2.3 5.129.384.425.097,00 4.807.359.230.035,00

    Beban Pemeliharaan D.1.2.4 3.544.063.300.577,00 3.428.997.769.207,00

    Beban Perjalanan Dinas D.1.2.5 1.229.406.500.393,00 1.096.570.483.903,00

    Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat D.1.2.6 2.377.920.830,00 19.930.518.774,00

    Beban Penyusutan dan Amortisasi D.1.2.7 12.452.897.769.477,00 10.778.751.302.467,00

    Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.1.2.8 14.986.611.289,00 8.436.237.097,00

    Beban Lain-lain D.1.2.9 122.266.000,00 19.064.433.506,00

    26.126.883.160.422,00 23.788.698.543.752,00

    SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL D.2 (18.983.562.276.449,00) (17.556.785.661.991,00)

    D.3

    Surplus/Defisit Pelepasan Aset Non Lancar D.3.1 (132.151.058.341,00) (574.490.143.047,00)

    Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 5.791.068.971,00 3.247.158.622,00

    Beban Pelepasan Aset Non Lancar 137.942.127.312,00 577.737.301.669,00

    Surplus/Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00

    Pendapatan Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00

    Beban Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00

    Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya D.3.2 (85.881.696.811,00) (73.159.845.446,00)

    Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 857.311.225.528,00 570.129.744.076,00

    Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 943.192.922.339,00 643.289.589.522,00

    D.3.3 (218.032.755.152,00) (647.649.988.493,00)

    SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (19.201.595.031.601,00) (18.204.435.650.484,00)

    JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

    URAIAN

    BEBAN OPERASIONAL

    JUMLAH BEBAN

    KEGIATAN NON OPERASIONAL

    KEGIATAN OPERASIONAL

    JUMLAH PENDAPATAN

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 9

    PENJELASAN UMUM A. PENJELASAN UMUM

    Dasar

    Hukum

    Entitas dan

    Rencana

    Strategis

    A.1. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN

    PERHUBUNGAN

    Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015, Kementerian

    Perhubungan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan

    di bidang transportasi untuk membantu Presiden dalam

    menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas

    tersebut Kementerian Perhubungan menyelenggarakan fungsi-fungsi

    sebagai berikut:

    1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan

    pelayanan, keselamatan, dan keamanan transportasi, serta

    peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan kapasitas sarana dan

    prasarana transportasi;

    2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelayanan,

    keselamatan, dan keamanan transportasi, serta peningkatan operasi,

    aksesabilitas, konektivitas sarana dan prasarana transportasi;

    3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

    penyelenggaraan pelayanan, keselamatan, dan keamanan

    transportasi, serta peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan

    kapasitas sarana dan prasarana transportasi di daerah;

    4. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang transportasi;

    5. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia transportasi;

    6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

    organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;

    7. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan

    Kementerian Perhubungan;

    8. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

    jawab Kementerian Perhubungan; dan

    9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

    Perhubungan.

    Kantor Pusat Kementerian Perhubungan berkedudukan di Jalan Medan

    Merdeka Barat Nomor 8, Jakarta Pusat.

    A.1.1. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN

    PERHUBUNGAN 2015 – 2019

    1. VISI DAN MISI

    Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan

    Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan

    tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun

    visi pembangunan Tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya

    Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

    Berlandaskan Gotong Royong”. Sedangkan upaya untuk

    mewujudkan visi tersebut adalah melalui Tujuh Misi

    Pembangunan, yaitu:

    V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 10

    a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga

    kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi

    dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

    mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

    kepulauan;

    b. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan

    demokratis berlandaskan negara hukum;

    c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan

    memperkuat jati diri sebagai negara maritim;

    d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,

    maju, dan sejahtera;

    e. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

    f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang

    mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

    g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam

    kebudayaan.

    2. SASARAN

    Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor

    transportasi dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan

    permasalahan dan capaian pembangunan tahun 2010-2014, maka

    sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis

    Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam 3

    aspek yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan

    transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan

    tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan

    transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai

    tambah.

    a. Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi

    yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara,

    mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu

    mengkoneksikan seluruh pelosok tanah air;

    b. Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan

    transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang

    dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing

    internasional, profesional, mandiri, dan produktif;

    c. Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan

    perhubungan yang mampu mendorong perwujudan

    kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national

    security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi,

    politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan

    dan keamanan) secara berkesinambungan dan

    berkelanjutan (sustainable development).

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 11

    Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun

    2015 - 2019, dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Keselamatan dan Keamanan Transportasi

    Aspek keselamatan dan keamanan transportasi, meliputi:

    1) Menurunnya angka kecelakaan transportasi;

    2) Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam

    penyelenggaraan transportasi.

    b. Pelayanan Transportasi

    Aspek pelayanan transportasi, meliputi:

    1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana

    transportasi;

    2) Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah dan

    kompetensi sesuai dengan kebutuhan;

    3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan

    kebutuhan;

    4) Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan

    dalam mewujudkan good governance;

    5) Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi

    kebijakan bidang perhubungan;

    6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan

    meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan

    pada sektor transportasi;

    7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam

    mewujudkan clean governance;

    c. Kapasitas Transportasi

    Aspek kapasitas transportasi, meliputi :

    1) Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi

    dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan

    multimoda;

    2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang;

    3) Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan

    bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur

    Indonesia;

    4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal

    perkotaan;

    5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema

    sistem manajemen transportasi perkotaan.

    Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan

    pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional

    yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini tentunya memiliki

    keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman

    bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali

    menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara

    khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan

    transportasi.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 12

    Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian

    Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi

    alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun 2015-

    2019, sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan

    sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan

    sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang

    tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sehingga sasaran

    Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung

    dengan sembilan agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini

    memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa

    konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang

    transportasi akan mendukung sembilan agenda prioritas nasional

    selama lima tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi

    dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian

    Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting untuk lebih

    menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis

    pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini

    kaitannya dengan aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan,

    dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas

    pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan

    pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara

    lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik

    masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan

    dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih

    baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian

    penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam

    mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi

    untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    A.1.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN

    PERHUBUNGAN

    Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-

    2019 dalam pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah

    kebijakan pembangunan transportasi nasional yang tertuang didalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun

    2015-2019. Kebijakan dan strategi tersebut juga disinergikan dengan

    arah kebijakan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang (RPJP) Kementerian Perhubungan 2005-2025 yang

    menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan sektor

    transportasi berkelanjutan.

    Dalam menjabarkan sasaran nasional, Rencana Strategis

    Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menerjemahkan

    beberapa sasaran menjadi beberapa bagian yang saling berkorelasi,

    dimana interkoneksi tersebut juga akan sejalan dengan sasaran

    pembangunan pada Unit Kerja Eselon I. Pemikiran di atas sebagai

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 13

    dasar pertimbangan penyusunan strategi dilakukan sebagai bagian

    dari perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan di

    Kementerian Perhubungan yang berkorelasi pada sasaran

    Kementerian Perhubungan yang telah disusun sebelumnya.

    Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-

    2019 dikelompokkan menjadi tiga aspek, meliputi keselamatan dan

    keamanan, pelayanan, serta kapasitas transportasi.

    1. Keselamatan dan Keamanan

    Keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan pelayanan

    transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan

    nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan

    tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan,

    kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Tingkat keselamatan

    dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua sasaran

    yaitu menurunnya angka kecelakaan transportasi, dan

    menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam

    penyelenggaraan transportasi.

    2. Pelayanan Transportasi

    Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan

    tujuh sasaran, yaitu: (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana

    dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM transportasi

    dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan,

    (3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan,

    (4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam

    mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan

    dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang

    perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-

    GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah

    lingkungan pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya

    kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean

    governance.

    3. Kapasitas Transportasi

    Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi,

    Kementerian Perhubungan menetapkan lima sasaran, yaitu:

    (1) Meningkatnya kapasitas sarana dan

    prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi

    antarmoda dan multimoda, (2) Meningkatnya

    produksi angkutan penumpang dan barang,

    (3) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana,

    perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur

    Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal

    perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi

    dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 14

    A.1.3. UNIT KERJA DAN JUMLAH SATKER

    Kementerian Perhubungan terdiri atas sembilan Unit Eselon I, yaitu:

    a. Sekretariat Jenderal:

    Sekretariat Jenderal merupakan Unit Eselon I yang mempunyai

    tugas melaksanakan menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan

    tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada

    seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan.

    b. Inspektorat Jenderal:

    Inspektorat Jenderal merupakan Unit Eselon I yang mempunyai

    tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan

    Kementerian Perhubungan.

    c. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat:

    Direktorat Jenderal Perhubungan Darat merupakan Unit Eselon I

    yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi darat.

    d. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut:

    Direktorat Jenderal Perhubungan Laut merupakan Unit Eselon I

    yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi laut.

    e. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara:

    Direktorat Jenderal Perhubungan Udara merupakan Unit Eselon I

    yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan di bidang penerbangan.

    f. Direktorat Jenderal Perkeretaapian:

    Direktorat Jenderal Perkeretaapian merupakan Unit Eselon I yang

    mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan

    kebijakan di bidang perkeretaapian.

    g. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan:

    Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan merupakan

    Unit Eselon I yang mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian

    dan pengembangan di bidang transportasi.

    h. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan:

    Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan

    merupakan Unit Eselon I yang mempunyai tugas

    menyelenggarakan pelaksanaan pengembangan sumber daya

    manusia di bidang transportasi.

    i. Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

    dan Bekasi :

    Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

    dan Bekasi merupakan Unit Eselon I yang mempunyai tugas

    mengembangkan, mengelola, dan meningkatkan pelayanan

    transportasi secara terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,

    Tangerang, dan Bekasi dengan menerapkan tata kelola organisasi

    yang baik.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 15

    Tabel 1. Rincian Jumlah Satker

    pada Masing-Masing Eselon I

    No. Unit Eselon I Jumlah

    Satuan Kerja

    1. Sekretariat Jenderal 19

    2. Inspektorat Jenderal 1

    3. Ditjen Perhubungan Darat 47

    4. Ditjen Perhubungan Laut 329

    5. Ditjen Perhubungan Udara 172

    6. Ditjen Perkeretaapian 14

    7. Badan Litbang Perhubungan 5

    8. Badan Pengembangan

    SDM Perhubungan

    31

    9. Badan Pengelola

    Transportasi Jabodetabek

    1

    JUMLAH TOTAL 619

    Termasuk di dalam jumlah Satker pada Kementerian Perhubungan di

    atas adalah 31 (tiga puluh satu) satker Badan Layanan Umum (BLU),

    yaitu sejumlah 23 (dua puluh tiga) Satker di bawah Unit Eselon I Badan

    Pengembangan SDM Perhubungan dan 8 (delapan) Satker di bawah

    Unit Eselon I Ditjen Perhubungan Udara.

    Pendekatan

    Penyusunan

    Laporan

    Keuangan

    A.2. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

    Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2017 (Audited) ini merupakan

    laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh

    Kementerian Perhubungan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui

    Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual

    maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan

    dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan

    operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. SAI terdiri dari

    Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem

    Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-

    BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan

    Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan

    Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan SIMAK-BMN

    adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan

    aset lainnya untuk diperbandingkan dengan neraca dan laporan barang

    milik negara serta laporan manajerial lainnya.

    Basis

    Akuntansi

    A.3. BASIS AKUNTANSI

    Kementerian Perhubungan menerapkan basis akrual dalam penyusunan

    dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan

    Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan

    Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 16

    pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan

    peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas

    diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi

    yang yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat

    kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar

    Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintahan.

    Dasar

    Pengukuran

    A.4. DASAR PENGUKURAN

    Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan

    memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran

    yang diterapkan Kementerian Perhubungan dalam penyusunan dan

    penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai

    perolehan historis.

    Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi

    atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh

    aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya

    ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang

    bersangkutan.

    Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.

    Transaksi yang menggunakan mata uang asing ditranslasi terlebih

    dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

    Kebijakan

    Akuntansi

    A.5. KEBIJAKAN AKUNTANSI

    Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017 telah

    mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan

    akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,

    aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas

    pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

    Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini

    merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan

    Kementerian Perhubungan. Di samping itu, dalam penyusunannya telah

    diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di

    lingkungan pemerintahan.

    Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam

    penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan adalah

    sebagai berikut :

    Pendapatan-

    LRA

    1. Pendapatan- LRA

    a. Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas

    Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam

    periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak

    pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 17

    b. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas

    Umum Negara (KUN).

    c. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas

    bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak

    mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan

    pengeluaran).

    d. Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber

    pendapatan.

    Pendapatan-

    LO

    2. Pendapatan- LO

    a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui

    sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang

    bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

    b. Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas

    pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya

    aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan

    pendapatan-LO pada Kementerian Perhubungan adalah

    sebagai berikut :

    1) Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional

    antara nilai dan periode waktu sewa.

    2) Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat

    keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan.

    c. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas

    bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak

    mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan

    pengeluaran).

    d. Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

    Belanja 3. Belanja

    a. Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

    Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride

    tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

    pembayarannya kembali oleh pemerintah.

    b. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.

    c. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,

    pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

    pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan

    Perbendaharaan Negara (KPPN).

    d. Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja

    dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi

    akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

    Beban

    4. Beban

    a. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

    dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat

    berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

    kewajiban.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 18

    b. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya

    konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau

    potensi jasa.

    c. Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan

    selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi

    diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

    Aset

    5. Aset

    Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang

    Jangka Panjang dan Aset Lainnya.

    Aset Lancar

    a. Aset Lancar

    1) Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan

    segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk

    dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan.

    2) Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai

    nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca

    dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.

    3) Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga

    disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam

    bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.

    4) Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

    a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/

    Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung

    dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak

    dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang

    mempunyai kekuatan hukum tetap.

    b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila

    terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan

    didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan

    hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa

    diukur dengan andal.

    c) Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat

    direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan

    dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih.

    Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang

    yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya

    penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan

    penyisihannya adalah sebagai berikut :

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 19

    Tabel 2. Kriteria Kualitas Piutang

    Kualitas

    Piutang Uraian

    Penyisihan

    (%)

    Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh

    tempo 0,5

    Kurang

    Lancar

    Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat

    Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan 10

    Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat

    Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50

    Macet

    1. Satu bulan terhitung sejak tanggal

    Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan

    pelunasan 100

    2. Piutang telah diserahkan kepada

    Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

    5) Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul

    berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan

    penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan

    diterima pengembaliannya dalam waktu 12 bulan setelah

    tanggal pelaporan.

    6) Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti

    Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 bulan setelah

    tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.

    7) Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik

    pada tanggal neraca dikalikan dengan:

    a) harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan

    pembelian;

    b) harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi

    sendiri;

    c) harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila

    diperoleh dengan cara lainnya.

    Aset Tetap

    b. Aset Tetap

    1) Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang

    dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan

    publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu

    tahun.

    2) Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau

    harga wajar.

    3) Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan

    minimum kapitalisasi sebagai berikut:

    a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan

    peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau

    lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 20

    b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya

    sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta

    rupiah);

    c) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai

    minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan

    sebagai beban kecuali pengeluaran untuk tanah,

    jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa

    koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

    4) Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan

    operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena

    aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan

    organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak

    sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau

    masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset

    Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.

    5) Aset tetap yang secara permanen dihentikan

    penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada

    usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.

    c. Penyusutan Aset Tetap

    1) Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai

    sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari

    suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap

    didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan

    No.01/PMK.06/2013 sebagaimana diubah dengan PMK

    No. 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik

    Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

    2) Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap : a) Tanah; b) Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan c) Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan

    dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat

    dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola

    Barang untuk dilakukan penghapusan.

    3) Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap

    dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan

    adanya nilai residu.

    4) Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan

    metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai

    yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap

    semester selama Masa Manfaat.

    5) Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan

    berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

    59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam

    Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset

    Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum

    tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 21

    Tabel 3. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

    Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat

    Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun

    Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun

    Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d 40 tahun

    Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 tahun

    Piutang

    Jangka

    Panjang

    d. Piutang Jangka Panjang

    1) Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang

    diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu

    lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

    2) Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan

    Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai

    berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang

    dapat direalisasikan.

    Aset

    Lainnya

    e. Aset Lainnya

    1) Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset

    tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset

    Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan

    angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,

    aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas

    yang dibatasi penggunaannya.

    2) Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat

    neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi

    akumulasi amortisasi.

    3) Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan

    dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan

    atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak

    dilakukan amortisasi.

    4) Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan

    berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

    620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka

    Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak

    Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum

    tabel masa manfaat adalah sebagai berikut :

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Halaman 22

    Tabel 4. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud

    Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat (tahun)

    Software Komputer 4

    Franchise 5

    Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

    10

    Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan Varietas Tanaman Semusim.

    20

    Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman Tahunan

    25

    Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram.

    50

    Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70

    5) Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan

    sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi

    akumulasi penyusutan.

    Kewajiban 6. Kewajiban

    a. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu

    yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya

    ekonomi pemerintah.

    b. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban

    jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

    1) Kewajiban Jangka Pendek

    Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka

    pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo

    dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

    Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak

    Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan

    Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang,

    dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

    2) Kewajiban Jangka Panjang

    Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka

    panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo

    dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

    Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai

    kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi

    berlangsung.

    Ekuitas 7. Ekuitas

    Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban

    dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas

    disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 23

    B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI

    ANGGARAN

    Selama periode berjalan, Kementerian Perhubungan telah melakukan

    revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini

    disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan

    adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta

    kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber

    pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut:

    Tabel 5. Uraian Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Semula dan Setelah Revisi

    (dalam Rupiah)

    ANGGARAN ANGGARAN

    SEMULA SETELAH REVISI

    Pendapatan

    Penerimaan Perpajakan - -

    Penerimaan Negara Bukan Pajak 10,322,227,243,827.00 10,698,632,175,002.00

    Penerimaan Hibah - -

    Jumlah Pendapatan 10,322,227,243,827.00 10,698,632,175,002.00

    Belanja

    Belanja Pegawai 3,819,151,877,000.00 3,836,496,736,000.00

    Belanja Barang 13,722,192,120,000.00 12,538,286,942,000.00

    Belanja Modal 28,360,448,557,000.00 31,566,669,617,000.00

    Jumlah Belanja 45,901,792,554,000.00 47,941,453,295,000.00

    31 Desember 2017

    Uraian

    Sedangkan apabila dilihat dari program-program Kementerian

    Perhubungan, maka perubahannya adalah sebagai berikut:

    Tabel 6. Uraian Pagu Anggaran Semula dan

    Setelah Revisi Berdasarkan Program

    (dalam Rupiah)

    KODE URAIAN PROGRAM

    31 Desember 2017

    ANGGARAN SEMULA

    ANGGARAN SETELAH REVISI

    01.01 Prog Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kemenhub

    526.832.963.000,00 536.027.315.000,00

    01.03 Prog Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenhub

    90.310.512.000,00 90.310.512.000,00

    01.04 Prog Penelitian dan Pengembangan Kemenhub

    124.163.000.000,00 116.194.498.000,00

    01.05 Prog. Pengembangan SDM Perhubungan

    3.337.661.310.000,00 2.952.656.310.000,00

    01.06 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat

    4.210.040.062.000,00 3.922.665.769.000,00

    01.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

    7.464.174.816.000,00 7.196.237.318.000,00

    01.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut

    10.828.715.563.000,00 10.530.078.016.000,00

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 24

    KODE URAIAN PROGRAM 31 Desember 2017

    ANGGARAN SEMULA

    ANGGARAN SETELAH REVISI

    01.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara

    8.099.752.417.000,00 7.815.563.426.000,00

    01.10 Program Pengelolaan Transportasi Jabodetabek

    120.444.000.000,00 120.444.000.000,00

    02.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

    527.706.826.000,00 1.411.943.807.000,00

    02.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut

    208.860.000.000,00 208.860.000.000,00

    03.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

    482.540.000.000,00 482.540.000.000,00

    04.05 Program Pengembangan SDM Perhubungan

    108.410.767.000,00 28.944.694.000,00

    04.06 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat

    4.400.224.000,00 2.400.001.000,00

    04.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut

    501.435.904.000,00 499.933.555.000,00

    04.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transp. Udara

    698.347.058.000,00 747.596.136.000,00

    06.05 Program Pengembangan SDM Perhubungan

    901.793.091.000,00 1.256.934.383.000,00

    06.09 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara

    117.644.041.000,00 261.032.773.000,00

    09.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

    5.250.000.000,00 5.250.000.000,00

    11.08 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut

    0,00 6.078.620.000,00

    19.07 Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Perkeretaapian

    7.543.310.000.000,00 9.749.762.162.000,00

    Total Belanja

    45.901.792.554.000,00

    47.941.453.295.000,00

    Realisasi Pendapatan Rp7,30 triliun

    B.1 PENDAPATAN

    Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember

    2017 adalah sebesar Rp7.300.814.746.270,00 atau mencapai 68,24% dari

    estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp10.698.632.175.002,00.

    Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan Kementerian

    Perhubungan adalah sebagai berikut:

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 25

    Tabel 7. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan

    (dalam Rupiah)

    1. Pendapatan dari Pengelolaan

    BMN

    1.296.975.944.564,00 40.716.053.049,00 3,14

    2. Pendapatan Jasa 8.189.588.313.438,00 5.577.146.986.628,00 68,10

    3. Pendapatan Kejaksaan, Peradilan

    & Hasil Tindak Pidana Korupsi

    - 124.097.400,00 -

    4. Pendapatan Pendidikan 130.616.114.000,00 11.670.029.376,00 8,93

    5. Pendapatan Gratifikasi dan Uang

    Sitaan Hasil Korupsi

    - 117.827.500,00 -

    6. Pendapatan Iuran dan Denda - 42.417.419.351,00 -

    7. Pendapatan Lain-lain - 333.277.780.207,00 -

    8. Pendapatan Jasa Layanan

    Umum

    940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88

    9. Pendapatan Hasil Kerjasama

    BLU

    32.916.646.000,00 113.001.759.922,00 343,30

    10. Pendapatan BLU Lainnya 107.813.409.000,00 35.776.519.374,00 33,18

    JUMLAH 10.698.632.175.002,00 7.300.814.746.270,00 68,24

    Uraian

    31 Desember 2017

    Estimasi Pendapatan Realisasi % Real

    Angg.

    Realisasi pendapatan sampai dengan 31 Desember 2017 mencapai

    68,24%. Target penerimaan pendapatan tahun 2017 tidak tercapai antara

    lain disebabkan :

    1. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat :

    a. Belum semua kendaraan yang diproduksi dilakukan pengajuan

    penerbitan SRUT oleh pihak APM sehingga tidak tercapai

    sebesar Rp14.754.996.804,00;

    b. Jasa Kompetensi Pengawakan Angkutan Umum tidak tercapai

    sebesar 200 Juta Rupiah dikarenakan aturan tentang petunjuk

    teknis pemungutan Jasa Kompetensi Pengawakan Angkutan

    Umum masih dalam proses penyusunan.

    2. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut :

    a. Dihapuskannya tarif PNBP untuk kapal perintis pada jasa

    kenavigasian di PP Nomor 15 Tahun 2016 sehingga berdampak

    pada berkurangnya penerimaan PNBP Jasa Kenavigasian;

    b. Jasa barang dan tambat di TUKS dan Tersus tidak diberlakukan

    lagi pada PP No. 15 Tahun 2016;

    c. Belum optimalnya pemungutan Jasa Mastercable (Telegram

    Radio) dikarenakan masih kekurangan SDM operasional;

    d. Belum optimalnya pemungutan terhadap PNBP atas

    pendelegasian wewenang kepada BKI dikarenakan agreement

    baru disepakati pada Bulan April 2017;

    e. Kurangnya pemahaman UPT terhadap ketentuan pengenaan

    tarif dan pelaksanaan terkait dengan peraturan PNBP yang

    berlaku di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut yaitu adanya

    penyesuaian PP Tarif dari PP. 11 Tahun 2015 ke PP. 15 Tahun

    2016 yang sebelumnya dalam pengenaan tarif PNBP atas

    pemeriksaan dan penerbitan per sertifikat/endorsement kapal

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 26

    dipungut dalam satu tarif, namun sejak PP. 15 Tahun 2016

    berlaku dilakukan pemisahan antara pemeriksaan dan

    penerbitan. Adapun dalam pelaksanaannya masih terdapat

    pemungutan hanya satu kali tarif pemeriksaan untuk penerbitan

    beberapa sertifikat/endorsement kapal;

    f. Dari 1.389 Tersus dan TUKS, yang aktif beroperasi sejumlah

    1.251 terminal dan yang tidak aktif sebanyak 138 terminal,

    sehingga mengurangi pendapatan pada Jasa penggunaan

    perairan, Jasa Labuh, Jasa Rambu serta VTS;

    g. Belum berjalannya konsesi pelabuhan non-existing dan konsesi

    BUP lainnya;

    h. Volume kunjungan kapal TA 2017 hanya tercapai

    3.321.929.600 GT atau Rp973.471.364.738,00 (68,34%) dari

    volume target sebesar 4.861.148.549 GT atau

    Rp1.424.530.162.125,00, sedangkan Volume kunjungan kapal

    TA 2016 hanya tercapai 3.477.881.492 GT atau

    Rp1.019.172.122.724,00 (71,54%) dari volume target sebesar

    4.861.450.226 GT atau Rp1.424.618.566.849,00.

    3. Adapun kendala pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara

    lain tidak tercapainya target PNBP non fungsional dari sewa lahan

    pada 5 (lima) Bandara BUBU yang belum mendapatkan persetujuan

    dari DJKN.

    4. Direktorat Jenderal Perkeretaapian :

    a. Proyeksi penerimaan TAC berdasarkan kontrak IMO adalah sebesar Rp1.650.000.000.000,00 namun dikarenakan adanya

    penghematan dari IMO sebesar Rp419.934.998.000,00

    menyebabkan kontrak IMO turun menjadi sebesar

    Rp1.230.065.002.000,00. Target semula dari penerimaan TAC

    adalah sebesar Rp1.246.334.000.000,00 namun dikarenakan

    adanya penghematan IMO maka penerimaan TAC hanya

    mencapai Rp838.858.533.547,00 dan tidak tercapai sebesar

    Rp407.475.466.453,00;

    b. Jasa Sertifikasi Sarana dan Prasarana Perkeretaapian tidak tercapai sebesar Rp5.388.006.000,00 dikarenakan kekurangan

    tenaga penguji sarana dalam penerbitan sertifikasi sarana dan

    prasarana;

    c. Jasa non fungsional tidak tercapai sebesar Rp158.206.420.595,00 dikarenakan belum optimalnya pemanfaatan sewa lahan milik

    Ditjen Perkeretaapian.

    5. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia :

    a. Adanya Diklat Pemberdayaan Masyarakat yang dibiayai dari Pagu Rupiah Murni sehingga mengurangi kapasitas diklat yang

    dibiayai dari dana masyarakat;

    b. Adanya pembatasan biaya diklat dari APBD bagi Aparatur Pemerintah Daerah untuk mengirimkan peserta diklat teknis

    kepada BPSDMP;

    c. Bermunculannya lembaga diklat swasta yang menyelenggarakan pelatihan sejenis yang dilakukan BPSDM Perhubungan;

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 27

    d. Kondisi ekonomi makro terutama angkutan laut yang cenderung menurun;

    e. Pemberlakuan STCW 1978 Amandemen 2010 yang berakhir pada Bulan Juli 2017.

    Pendapatan dari pengelolaan BMN mengalami kenaikan sebesar 287,83%

    antara lain bersumber dari pendapatan sewa tanah, gedung, bangunan,

    pendapatan sewa peralatan dan mesin serta pendapatan dari KSP Tanah,

    Gedung, dan Bangunan sebagai dampak dari mulai diberlakukannya

    Kerja Sama Pemanfaatan aset-aset di lingkungan Kementerian

    Perhubungan yang dikelola oleh Pihak Ketiga melalui Perjanjian

    Kerjasama Pemanfaatan Aset.

    Pendapatan Jasa juga mengalami kenaikan antara lain dari pendapatan

    tempat hiburan/taman/museum dan pungutan, pendapatan hak dan

    perijinan, pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan dan

    pendapatan jasa bandar udara, kepelabuhan dan kenavigasian. Nilai

    realisasi pendapatan jasa untuk periode 31 Desember 2017 pada

    Kementerian Perhubungan cukup signifikan yaitu sebesar

    Rp5.577.146.986.628,00 atau sebesar 68,10% dari estimasinya yaitu

    sebesar Rp8.189.588.313.438,00. Adapun rincian estimasi dan realisasi

    pendapatan jasa tersebut adalah sebagai berikut :

    Tabel 8. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa per 31 Desember 2017

    (dalam Rupiah) No. Uraian Estimasi

    Pendapatan Realisasi

    Pendapatan %

    Real

    1. Pendapatan Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya

    0,00 0,00 0,00

    2. Pendapatan Tempat Hiburan/Taman/ Museum dan Pungutan Usaha

    300.000.000,00 1.651.777.000,00 550,59

    3. Pendapatan Hak dan Perijinan

    163.313.052.000,00 31.404.470.000,00 19,23

    4. Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan

    1.823.058.517.000,00 537.043.787.475,00 29,46

    5. Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan Kenavigasian

    6.202.916.744.438,00 4.165.033.619.060,00 67,15

    6. Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/Jasa Giro

    0,00 3.984.678,00 0,00

    7. Pendapatan Bea Lelang

    0,00 2.700.000,00 0,00

    8. Pendapatan Jasa Lainnya

    0,00 842.006.648.415,00 0,00

    TOTAL 8.189.588.313.438 5.577.146.986.628 68,10

    Berdasarkan tabel di atas, realisasi pendapatan jasa yang nilainya paling

    signifikan adalah Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan

    Kenavigasian senilai Rp4.165.033.619.060,00 dan Pendapatan Jasa

    Lainnya sebesar Rp842.006.648.415,00. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 28

    1. Realisasi Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan

    Kenavigasian senilai Rp4.165.033.619.060,00. Dari nilai tersebut

    realisasi pendapatan terbesar terdapat pada Ditjen Perhubungan Laut

    senilai Rp3.290.205.881.024,00 berupa Pendapatan Jasa

    Kepelabuhanan (Jasa Kapal, Jasa Barang, Jasa Pelayanan Alat dan

    Jasa Kepelabuhanan Lainnya).

    Pendapatan Jasa Konsesi pada Ditjen Perhubungan Laut merupakan

    bagian dari Pendapatan Jasa Kepelabuhanan di atas yang

    direalisasikan sebesar Rp474.358.901.939,00.

    2. Realisasi Pendapatan Jasa Lainnya senilai Rp842.006.648.415,00.

    Dari nilai tersebut realisasi pendapatan terbesar terdapat pada Ditjen

    Perhubungan Perkeretaapian senilai Rp838.858.533.547,00 berupa

    Pendapatan TAC (Track Access Charge).

    Selain pendapatan jasa, nilai pendapatan yang cukup signifikan

    diantaranya adalah pendapatan jasa layanan umum. Pendapatan jasa

    layanan umum pada periode 31 Desember 2017 pada Kementerian

    Perhubungan adalah sebesar Rp1.146.566.273.463,00 atau sebesar

    121,88% dari estimasinya yaitu sebesar Rp940.721.748.000,00.

    Adapun rincian estimasi dan realisasi pendapatan jasa layanan umum

    tersebut adalah sebagai berikut :

    Tabel 9. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum per 31 Desember 2017

    (dalam Rupiah) No Uraian Estimasi

    Pendapatan Realisasi

    Pendapatan %

    Real

    1. Pendapatan Jasa Layanan Pendidikan

    771.571.563.000,00 812.811.223.437,00 105,34

    2. Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan

    94.220.050.000,00 105.539.820.056,00 112,01

    3. Pendapatan Jasa Bandar Udara, Kepelabuhanan dan Kenavigasian

    60.606.630.000,00 205.551.198.212,00 339,16

    4. Pendapatan Penyediaan Barang

    0,00 66.275.000,00 0,00

    5. Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa lainnya

    14.323.505.000,00 21.760.375.558,00 151,92

    6. Pendapatan Pengelolaan Fasilitas Umum Milik Pemerintah

    0,00 802.881.200,00 0,00

    7. Pendapatan dari Pengelolaan BMN

    0,00 34.500.000,00 0,00

    TOTAL 940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88

    Berdasarkan tabel di atas, nilai realisasi Pendapatan Jasa Layanan Umum

    yang paling signifikan adalah Pendapatan Jasa Layanan Pendidikan

    senilai Rp812.811.223.437,00 yang terdapat pada Unit Eselon I Badan

    Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM).

    Satker di lingkungan BPSDM yang menghasilkan Pendapatan Jasa

    Layanan Pendidikan terbesar berada pada BP2IP Barombong senilai

    Rp108.262.686.500,00, Poltekpel Surabaya senilai Rp86.675.629.800,00,

    dan BP3IP Jakarta senilai Rp86.670.087.900,00.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 29

    Jenis pendapatan lain yang juga mengalami kenaikan dibanding tahun

    sebelumnya yaitu Pendapatan Hasil Kerjasama BLU, kenaikannya adalah

    sebesar 132,44% yang berasal dari pendapatan kerjasama perorangan,

    lembaga/badan usaha, dan pemerintah daerah.

    Rincian perbandingan realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 2016

    adalah sebagai berikut:

    Tabel 10. Perbandingan Realisasi PNBP per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016

    (dalam Rupiah)

    JUMLAH %

    1. Pendapatan dari Pengelolaan BMN 40.716.053.049,00 10.498.471.302,00 30.217.581.747,00 287,83

    2. Pendapatan Jasa 5.577.146.986.628,00 5.003.076.530.924,00 574.070.455.704,00 11,47

    3. Pendapatan Bunga - 358.676,00 (358.676,00) (100,00)

    4. Pendapatan Kejaksaan, Peradilan &

    Hasil Tindak Pidana Korupsi 124.097.400,00 37.820.050,00 86.277.350,00 228,13

    5. Pendapatan Pendidikan 11.670.029.376,00 6.433.319.508,00 5.236.709.868,00 81,40

    6. Pendapatan Gratifikasi dan Uang

    Sitaan Hasil Korupsi 117.827.500,00 10.000.000,00 107.827.500,00 1.078,28

    7. Pendapatan Iuran dan Denda 42.417.419.351,00 59.702.735.298,00 (17.285.315.947,00) (28,95)

    8. Pendapatan Lain-lain 333.277.780.207,00 484.144.288.081,00 (150.866.507.874,00) (31,16)

    9. Pendapatan Jasa Layanan Umum 1.146.566.273.463,00 1.077.006.771.913,00 69.559.501.550,00 6,46

    10. Pendapatan Hasil Kerjasama BLU 113.001.759.922,00 48.615.955.411,00 64.385.804.511,00 132,44

    11. Pendapatan BLU Lainnya 35.776.519.374,00 20.816.991.552,00 14.959.527.822,00 71,86

    Jumlah 7.300.814.746.270,00 6.710.343.242.715,00 590.471.503.555,00 8,80

    NAIK (TURUN) URAIAN 31 DESEMBER 2017 31 DESEMBER 2016

    Tabel 11. Rincian Perbandingan Pendapatan Negara Bukan Pajak Non BLU dan BLU

    (dalam Rupiah)

    KODE URAIAN ESTIMASI PENDAPATAN REALISASI (NETTO) %

    4231 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN 1.296.975.944.564,00 40.716.053.049,00 3,14

    4232 Pendapatan Jasa 8.189.588.313.438,00 5.577.146.986.628,00 68,10

    4234 Pendapatan Kejaksaan, Peradilan & Hasil

    Tindak Pidana Korupsi - 124.097.400,00 -

    4235 Pendapatan Pendidikan 130.616.114.000,00 11.670.029.376,00 8,93

    4236 Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan

    Hasil Korupsi - 117.827.500,00 -

    4237 Pendapatan Iuran dan Denda - 42.417.419.351,00 -

    4239 Pendapatan Lain-lain - 333.277.780.207,00 -

    Total A 9.617.180.372.002,00 6.005.470.193.511,00 62,45

    4241 Pendapatan Jasa Layanan Umum 940.721.748.000,00 1.146.566.273.463,00 121,88

    4243 Pendapatan Hasil Kerjasama BLU 32.916.646.000,00 113.001.759.922,00 343,30

    4249 Pendapatan BLU Lainnya 107.813.409.000,00 35.776.519.374,00 33,18

    Total B 1.081.451.803.000,00 1.295.344.552.759,00 119,78

    Jumlah Total (A+B) 10.698.632.175.002,00 7.300.814.746.270,00 68,24

    A. PNBP Non BLU

    B. PNBP BLU

    Rincian perbandingan realisasi PNBP per Eselon I per 31 Desember 2017

    diuraikan dalam Lampiran 1.

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 30

    Realisasi Belanja Rp41,41 triliun

    B.2 BELANJA

    Realisasi belanja Kementerian Perhubungan pada 31 Desember 2017

    adalah sebesar Rp41.405.517.365.629,00 atau 86,37% dari anggaran

    belanja sebesar Rp47.941.453.295.000,00. Rincian anggaran dan realisasi

    belanja per 31 Desember 2017 tersaji sebagai berikut :

    Tabel 12. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2017

    (dalam Rupiah)

    Anggaran Realisasi % Real Angg.

    Belanja Pegawai 3.836.496.736.000,00 3.043.695.140.258,00 79,34

    Belanja Barang 12.538.286.942.000,00 11.048.634.588.657,00 88,12

    Belanja Modal 31.566.669.617.000,00 27.372.774.972.945,00 86,71

    Total Belanja Kotor 47.941.453.295.000,00 41.465.104.701.860,00 86,49

    Pengembalian Belanja 0,00 (59.587.336.231,00) 0,00

    Total Belanja 47.941.453.295.000,00 41.405.517.365.629,00 86,37

    Uraian31 Desember 2017

    Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik

    berikut ini:

    Grafik 1. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja

    per 31 Desember 2017

    (dalam Rupiah)

    Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program per 31 Desember 2017

    adalah sebagai berikut :

  • Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan

    Halaman 31

    Tabel 13. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja

    Menurut Program per 31 Desember 2017

    (dalam Rupiah)

    ANGGARAN REALISASI

    01.01

    Prog Dukungan Manajemen

    dan Pelaksanaan Tugas Teknis

    Lainnya Kemenhub

    536.027.315.000,00 487.515.412.244,00 90,95

    01.03

    Prog Pengawasan dan

    Peningkatan Akuntabilitas

    Aparatur Kemenhub

    90.310.512.000,00 83.075.157.797,00 91,99

    01.04Prog Penelitian dan

    Pengembangan Kemenhub116.194.498.000,00 97.137.904.761,00 83,60

    01.05Prog. Pengembangan SDM

    Perhubungan2.952.656.310.000,00 2.747.356.452.793,00 93,05

    01.06

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Darat

    3.922.665.769.000,00 3.467.003.457.658,00 88,38

    01.07

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Perkeretaapian

    7.196.237.318.000,00 6.060.304.888.321,00 84,21

    01.08Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp. Laut10.530.078.016.000,00 9.759.853.078.210,00 92,69

    01.09

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Udara

    7.815.563.426.000,00 7.120.933.148.914,00 91,11

    01.10Program Pengelolaan Transp.

    Jabodetabek120.444.000.000,00 111.302.639.771,00 0,00

    02.07

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Perkeretaapian

    1.411.943.807.000,00 746.286.013.817,00 52,86

    02.08Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp. Laut208.860.000.000,00 56.945.469.864,00 27,26

    03.07

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Perkeretaapian

    482.540.000.000,00 455.314.613.847,00 94,36

    04.05Program Pengembangan SDM

    Perhubungan28.944.694.000,00 14.920.324.938,00 51,55

    04.06

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Darat

    2.400.001.000,00 1.657.445.150,00 69,06

    04.08Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp. Laut499.933.555.000,00 294.750.999.788,00 58,96

    04.09

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Udara

    747.596.136.000,00 443.385.594.923,00 59,31

    06.05Program Pengembangan SDM

    Perhubungan1.256.934.383.000,00 1.042.029.572.020,00 82,90

    06.09

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Udara

    261.032.773.000,00 184.208.564.921,00 70,57

    09.07

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Perkeretaapian

    5.250.000.000,00 0,00 0,00

    11.08

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Udara

    6.078.620.000,00 6.046.034.000,00 99,46

    19.07

    Program Pengelolaan dan

    Penyelenggaraan Transp.

    Perkeretaapian

    9.749.762.162.000,00 8.225.490.591.892,00 84,37

    47.941.453.295.000,00 41.405.517.365.629,00 86,37

    URAIAN PROGRAM 31 Desember 2017

    %KODE

    Total Belanja

    Tabel 14. Perbandingan Realisasi Belanja

    per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016

    (dalam Rupiah)

    JUMLAH %

    Belanja Pegawai 3.034.278.286.490,00 2.875.855.662.461,00 158.422.624.029,00 5,51

    Belanja Barang 11.020.238.052.613,00 10.647.869.415.601,00 372.368.6