Upload
dangminh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI
KEPENDUDUKAN BERGERAK
DI KABUPATEN PATI
Skripsi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RADHITYO AJI K.B
I 0307080
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI PENENTUAN LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN
BERGERAK DI KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Oleh :
Radhityo Aji Kusumo Bawono
I 0307080
Telah disidangkan di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana
Teknik.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 3 Januari 2013
Tim Penguji :
1. Roni Zakaria S.T., M.T. (……………………………)
NIP 19750304 200012 1 006
2. Yusuf Priyandari S.T., M.T. (……………………………)
NIP 19791222 200312 1 001
3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T (……………………………)
NIP 197111041999031001
4. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT (……………………………)
NIP. 197601221999032001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik,
Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT
NIP. 19711104 199903 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono
NIM : I 0307080
Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak
Di Kabupaten Pati
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh
atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir
yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau
gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung
segala konsekuensinya.
Surakarta, 1 Februari 2013
Radhityo Aji K. B
I 0307080
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Radhityo Aji Kusumo Bawono
NIM : I 0307080
Judul TA : Studi Penentuan Lokasi Layanan Registrasi Kependudukan Bergerak
Di Kabupaten Pati
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari
Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi
dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun
internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya
ilmiah
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 1 Feruari 20123
Radhityo Aji K. B
I 0307080
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi ini. Penyusunan laporan skripsi ini tentu tidak terlepas dari peran
banyak pihak, baik dalam hal materi maupun dorongan semangat. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala kemudahan dan kekuatan yang besar
sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
2. Ibunda, Ayah, kakak dan adik, serta keluarga besar yang selalu memberi
dukungan, semangat dan doa yang tak pernah putus.
3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Industri Universitas Sebelas Maret dan selaku dosen Penguji I atas masukan
dan saran untuk laporan skirpsi.
4. Bapak Roni Zakaria, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I atas kesabaran,
ilmu dan motivasi yang diberikan selama masa pengerjaan laporan skripsi.
5. Bapak Yusuf Priyandari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II dan Kepala
Laboratorium OPSI atas waktu, kesabaran, motivasi dan ilmu yang telah
diberikan selama masa kuliah dan pengerjaan laporan skirpsi.
6. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T., selaku dosen penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya hasil skripsi
yang lebih baik.
7. Bapak Murman Budiyanto S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademis atas
bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan
hingga penyelesaian skripsi.
8. Bapak Kunto dan seluruh pegawai Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati atas
kesempatan, kemudahan, dan kenyamanan yang diberikan selama menjalani
penelitian skripsi di kantor.
9. Seluruh dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu-ilmu teknik
industri yang bermanfaat, baik dalam konsep maupun praktek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. Mba Yayuk, mba Rina, mba Tutik dan karyawan Teknik Industri Universitas
Sebelas Maret atas kerjasama, dukungan dan bantuannya selama menjalani
masa-masa kuliah.
11. Bayu, Fathir, Dewangga, Dinar, Seto, Alfian dan seluruh penghuni kost
Wisma Indry atas dukungan dan teman satu atap selama hidup di Solo.
12. Seluruh Asisten OPSI mulai angkatan 2006 hingga 2009 atas bantuan selama
pengerjaan laporan skripsi.
13. Seluruh teman-teman angkatan 2007 teknik industri atas dukungan dan
kebersamaan selama ini.
14. Semua pihak yang belum tertulis di atas, yang telah membantu dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya bagi siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran
dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I0307080, STUDI PENENTUAN
LOKASI LAYANAN REGISTRASI KEPENDUDUKAN BERGERAK DI
KABUPATEN PATI. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Desember 2012.
Menurut undang-undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63,
warga negara Indonesia diwajibkan untuk memiliki KTP, termasuk penduduk
Kabupaten Pati. Dari data Dinas Catatan Sipil tahun 2011, Kabupaten Pati memiliki
jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 899.267
jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah berumur 17 tahun ke
atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati, hanya 498.485 jiwa yang
telah memilik KTP, sehingga prosentase penduduk yang memiliki KTP hanya
sebesar 55,43%. Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati membuat solusi untuk
menambah prosentase penduduk yang memiliki KTP dengan membuat layanan
mobile unit. Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit
bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa yang dianggap
potensial. Penelitian ini bertujuan menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile
unit kartu penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu
penduduk, jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal
Tahap penelitian diawali dengan mengumpulkan data jumlah penduduk
yang belum memiliki kartu penduduk, data jarak alternatif pemberhentian dengan
desa sekitar dan data kekuatan sinyal. Kemudian data-data tersebut diolah dengan
menggunakan model set covering problem untuk menentukan lokasi alternatif
pemberhentian mobile unit kartu penduduk. Data yang diolah dibagi menjadi tiga,
berdasarkan setiap provider, yaitu provider Telkomsel, provider Indosat dan
provider Excelcomindo. Running model set covering problem menggunakan
software Risk Solver Platform V9.0.
Penelitian ini menghasilkan tiga solusi lokasi alternatif pemberhentian
mobile unit kartu penduduk disertai dengan kekuatan sinyal masing-masing lokasi
alternatif dan jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh satu titik lokasi alternatif.
Solusi pertama adalah lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk
untuk provider Telkomsel, solusi kedua adalah lokasi alternatif pemberhentian
mobile unit kartu penduduk untuk provider Indosat dan solusi ketiga adalah lokasi
alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk untuk provider Excelcomindo.
Kata kunci : Kabupaten Pati, model set covering problem, Kartu Tanda Penduduk
xv + 138 halaman; 24 gambar; 18 tabel; 8 lampiran
Daftar pustaka : 15 (1989-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Radhityo Aji Kusumo Bawono, NIM : I0307080, STUDY OF
DETERMINATION LOCATION SERVICES REGISTRATION MOVING
POPULATION IN DISTRICT PATI.. thesis. Surakarta : Industrial
Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Desember
2012.
According to law number 23 of 2006 the population of Article 63, citizens
of Indonesia are required to have ID cards, including resident Pati. Of the Civil
Service data in 2011, Pati has a population of 1,190,993 inhabitants. Of the total
population, 899,267 required to have an identity card because it has been aged 17
years and over, but according to the Department of Civil Pati, only 498,485 having
an ID card, so the percentage of residents who have ID cards by only 55.43%. Office
of Civil Pati create solutions to increase the percentage of residents who have ID
cards by making mobile service unit. Mobile unit is the residence registration
services in the form of mobile units, where the service will visit some villages that
are considered potential locations. This study aims to determine the location of the
mobile unit stops alternate identity cards based on the number of people who do not
have identity cards, an alternative distance dismissal with surrounding villages and
signal strength
Research phase begins with collecting data on number of people who do not
have identity cards, an alternative distance data stops with surrounding villages and
data signal strength. Then the data is processed by using the model set covering
problem to determine the location of the mobile unit stops alternate identity cards.
The processed data is divided into three, based on each provider, the provider
Telkomsel, Indosat and provider Excelcomindo provider. Running the model set
covering problem using Risk Solver Platform V9.0 software.
This research resulted in the dismissal of three alternative locations of
mobile solutions unit card along with the signal strength of each alternative location
and the number of people who can be served by one point an alternative location.
The first solution is an alternative location dismissal mobile unit Telkomsel resident
card to the provider, the second solution is the dismissal of alternative locations for
the mobile unit provider Indosat resident cards and third solution is the dismissal of
alternative locations for the mobile unit provider Excelcomindo resident card.
Keyword : Pati Regency, model set covering problem, identity card, mobile unit.
xv + 138 pages; 24 figures; 18 tables; 8 appendixes
Bibliography : 15 (1989-2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH....................
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...........................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
ABSTRACT........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR RUMUS.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xii
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. I-1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... I-3
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... I-3
1.4 Asumsi ......................................................................................... I-3
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... I-4
1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... I-4
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Facility Location .......................................... ............................... II-1
2.1.1 Pengertian Facility Location .......................................... ........... II-1
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi ............. II-2
2.1.3 Model Pemilihan Lokasi ........................................ ................... II-3
2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis ....................................... II-9
2.3 Data Spasial .......................................... ....................................... II-10
2.3.1 Format Data Spasial .......................................... ........................ II-11
2.3.1.1 Data Vektor ...................................................................... II-11
2.3.1.2 Data Raster ...................................................................... II-12
2.3.2 Sumber Data Spasial .......................................... ....................... II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2.3.2.1 Peta Analog ...................................................................... II-13
2.3.2.2 Data Sistem Penginderaan Jarak Jauh .............................. II-13
2.3.2.3 Data Hasil Pengukuran Lapangan .................................... II-13
2.3.2.1 Data GPS (Global Positioning System) ............................ II-13
2.4 Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS ............ II-14
2.4.1 Peta.......................... ................................................................... II-14
2.4.2 Proyeksi Peta .......................................... ................................... II-14
2.4.2.1 Pengelompokkan Proyeksi Peta ....................................... II-14
2.4.2.1.1 Berdasarkan Mempertahankan Sifat Aslinya ...... II-14
2.4.2.1.2 Berdasarkan Bidang Proyeksi yang Digunakan... II-15
2.4.2.2 Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) ............ II-15
2.4.2.2.1 Sifat-Sifat Proyeksi UTM .................................... II-15
2.4.2.2.2 Sistem Koordinat UTM ....................................... II-16
2.4.2.2.2 Metoda Penentuan Posisi ..................................... II-17
2.4.3 Sistem Koordinat .......................................... ............................ II-17
2.4.4 Metode Penetuan Sistem Global (GPS) ..................................... II-19
2.4.4.1 Sistem GPS ....................................................................... II-19
2.4.4.1.1 Bagian Angkasa ................................................... II-20
2.4.4.1.2 Bagian Pengontrol ............................................... II-20
2.4.4.1.3 Bagian Pengguna ................................................. II-20
2.4.4.2 Metoda-Metoda Penentuan Posisi dengan GPS ............... II-21
2.5 Kekuatan Sinyal .............................................................. ............ II-22
2.5 Kartu Tanda Penduduk .............................................................. .. II-24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flowchart Penelitian .................................................................. .... III-1
3.2 Penjelasan Flowchart Penelitian . .................................................... III-2
3.2.1 Tahapan Pengamatan.......................... ....................................... III-2
3.2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data.......................... ................. III-3
3.2.3 Tahap Analisis .......................... ................................................ III-9
3.2.4 Kesimpulan dan Saran.......................... ..................................... III-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data …………………….. ....................................... IV-1
4.1.1 Peta Digital Kabupaten Pati.......................... ............................. IV-1
4.1.2 Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa Dan Kantor
Kecamatan.......................... ....................................................... IV-2
4.1.3 Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala
Desa dan Kantor Kecamatan .......................... ........................... IV-2
4.1.4 Data Kependudukan.......................... ......................................... IV-3
4.2 Pengolahan Data ……………………………………….. .............. IV-4
4.2.1 Pemetaan Data Koordinat Kantor Kepala Desa dan
Kecamatan.......................... ....................................................... IV-4
4.2.2 Pengolahan Data Kependudukan.......................... ..................... IV-4
4.2.3 Pengolahan Data From-to Chart Antar Titik Alternatif
Pemberhentian dengan Tiap Desa.......................... .................... IV-6
4.2.4 Pengolahan Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian
dengan Tiap Desa.......................... ............................................. IV-6
4.2.5 Menentukan Titik Alternatif Lokasi Terpilih dengan
Set Covering Problem.......................... ...................................... IV-6
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Kriteria Penentuan Titik Alternatif Pemberhentian
Mobile Unit ........................................... ......................................... V-1
5.1.1 Analisis Demand.......................... .............................................. V-1
5.1.2 Analisis Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian
Mobile Unit.......................... ...................................................... V-3
5.1.3 Analisis Kekuatan Sinyal.......................... ................................. V-4
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................... ............... VI-1
6.2 Saran ............................................................................... ............... VI-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data koordinat Kecamatan Dukuhseti……………………………... IV-2
Tabel 4.2 Data kekuatan sinyal Kecamatan Dukuhseti …………………….... IV-3
Tabel 4.3 Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti………………………... IV-3
Tabel 4.4 Data demand Kecamatan Dukuhseti ……………………………... IV-5
Tabel 4.5 Data kependudukan dan data jarak yang siap diolah untuk
Kecamatan Dukuhseti ………………………................................... IV-7
Tabel 4.6 Data from-to chart Kecamatan Dukuhseti …………………….... IV-8
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Data jarak antar titik alternatif pemberhentian untuk Kecamatan
Dukuhseti…………………………...................................................
Data sinyal Kecamatan Dukuhseti yang telah diberikan nilai mutlak
Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel………….......
Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat ……..................
Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo ………....
..............
IV-8
IV-9
IV-11
IV-12
IV-14
Tabel 5.1 Demand Kecamatan Dukuhseti …………………………………..... V-1
Tabel 5.2 Titik alternatif mobile unit untuk Kecamatan Dukuhseti…………... V-1
Tabel 5.3 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil......................... V-3
Tabel 5.4 Demand Kecamatan Trangkil Titik………..................................... V-3
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil …………...........
Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati………
Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati ……
V-4
V-4
V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi …………………………………………. II-3
Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete ……………………... II-4
Gambar 2.3 Vektor ……………………………………………………………… II-11
Gambar 2.4 Raster………………………………………………………………. II-12
Gambar 2.5 Perbandingan Proyeksi.………......................................................... II-14
Gambar 2.6 Bidang Datar.………………………………………………………. II-15
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Bidang Kerucut …………………………………………………….
Bidang Silinder …………………………………………………….
Sistem koordinat UTM …………………………………………….
Pembagian Wilayah menggunakan UTM ………………………….
Sistem Kordinat ……………………………………………………
Sistem Kordinat Toposentrik……………………………………….
Prinsip GPS…………………………………………………………
Bagian Utama GPS …………………………………………………
Konstelasi Satelit di Luar Angkasa ………………………………...
Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS ………………………
Tampilan aplikasi MDMA …………………………………………
Mekanisme Pengurusan KTP ………………………………………
II-15
II-15
II-16
II-16
II-18
II-18
II-19
II-19
II-20
II-21
II-23
II-25
Gambar 3.1 Flowchart metodologi penelitian ………………………………….. III-1
Gambar 4.1 Peta digital Kabupaten Pati................................................................ IV-1
Gambar 4.2 Grafik data kependudukan Kecamatan Dukuhseti ………………… IV-4
Gambar 4.3 Plotting koordinat kantor kepala desa dan kecamatan …………….. IV-5
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Grafik Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati
Grafik Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten
Pati ....................................................................................................
V-5
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR RUMUS
Rumus 2.1 Fungsi Tujuan network model Melkote & Daskin ……………….... II-6
Rumus 2.2 Batasan persamaan arus (flow equation)……………………............ II-6
Rumus 2.3 Batasan satu titik demand ………………………............................. II-6
Rumus 2.4 Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun …... II-7
Rumus 2.5 Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif …………. II-7
Rumus 2.6 Batasan total permintaan tidak bernilai negatif…………………….. II-7
Rumus 2.7
Rumus 2.8
Fungsi tujuan model penentuan lokasi ritel ………………………..
Batasan persamaan arus (flow equation)...........................................
II-7
II-8
Rumus 2.9
Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk
minimal sebanyak 4000 orang …………..........................................
II-8
Rumus 2.10 Batasan single –assignment property …………................................ II-8
Rumus 2.11 Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun………… II-9
Rumus 2.12 Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan………............. II-9
Rumus 2.13 Nonnegatif Constraints ...................................................................... II-9
Rumus 2.14 Binary Constrains .............................................................................. II-9
Rumus 3.1 Fungsi tujuan model set covering problem ....................................... III-7
Rumus 3.2 Batasan persamaan arus (flow equation)............................................ III-8
Rumus 3.3 Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar
dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut......................
III-8
Rumus 3.4 Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand
diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut....
III-8
Rumus 3.5 Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit
yang akan digunakan .........................................................................
III-9
Rumus 3.6 Nonnegatif Constraints ...................................................................... III-9
Rumus 3.7 Binary Constrains .............................................................................. III-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lampiran Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan
Kantor Kecamatan .............................................................................
L-1
Lampiran II Lampiran Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala
Desa dan Kantor Kecamatan................................................................
L-10
Lampiran III Lampiran Data Kependudukan.......................................................... L-19
Lampiran IV Lampiran Grafik Data Kependudukan .............................................. L-28
Lampiran V Lampiran data kependudukan dan data jarak yang siap diolah oleh
software Risk Solver Platform V9.0 ..................................................
L-39
Lampiran VI Lampiran data sinyal yang telah diberikan nilai ............................. L-47
Lampiran VII Lampiran Data From-to Chart Antar Titik Alternatif
Pemberhentian Dengan Tiap Desa.....................................................
L-56
Lampiran VIII Lampiran Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian Dengan
Tiap Desa...........................................................................................
L-66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang kajian teori dan landasan teori yang digunakan
untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan. Pengetahuan tentang Facility
location, sistem informasi geografis, data spasial, peta, proyeksi peta, sistem
koordinat, survey, GPS, kekuatan sinyal dan kartu tanda penduduk.
2.1. Facility Location
2.1.1. Pengertian Facility Location
Facility location adalah suatu proses pengidentifikasian lokasi geografis
terbaik dari suatu fasilitas produksi atau jasa (Reid, 2005). Menurut Krajewsky
(2005) facility location adalah suatu proses pemilihan lokasi geografis untuk
operasi-operasi suatu perusahaan.
Dalam penentuan lokasi ada 3 alternatif pilihan yang dapat diambil.
Pertama tidak berpindah lokasi tetapi memperluas failitas yang telah ada (on-site
expansion). Kedua, membangun atau menambah fasilitas-fasilitas yang baru (
new location). Pilihan ketiga adalah menutup fasilitas yang ada dan berpindah ke
lokasi lain (relocation). On-site expansion mempunyai manfaat menjaga proses
manajerial menjadi satu, mengurangi waktu dan biaya konstruksi, serta
menghindari pemisahan operasi. Manfaat dari new location atau relocation adalah
dapat memperoleh tenaga kerja yang lebih produktif, dapat memajukan
perusahaan dengan mengaplikasikan teknologi baru, dan dapat mengurangi
transportation cost.
Pemilihan facility location diperlukan karena berbagai alasan, yaitu
sebagai berikut :
1. Memulai bisnis baru.
2. Memperluas usaha dan lokasi yang telah ada sudah tidak memenuhi.
3. Membuka cabang baru.
4. Lokasi dipindah karena waktu sewa telah habis.
5. Alasan sosial, ekonomi dan politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 2
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Manajer pada industri manufaktur maupun jasa, harus mempertimbangkan
banyak faktor ketika menetukan suatu lokasi yang diinginkan, meliputi kedekatan
dengan konsumen dan supplier, biaya tenaga kerja serta biaya transportasi.
Manajer secara umum dapat mengabaikan factor-faktor yang tidak sesuai
setidaknya dengan satu dari dua kondisi berikut ini (Krajewsky, 2005):
1. Faktor harus sensitif terhadap lokasi. Ini berarti manajer sebaiknya tidak
mepertimbangkan suatu faktor yang tidak terpengaruh oleh keputusan
pemilihan lokasi. Contohnya, jika perilaku-perilaku konsumen sama pada
semua alternatif lokasi, maka perilaku konsumen tersebut bukan merupakan
suatu faktor.
2. Faktor harus mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Contohnya, meskipun lokasi yang
berbeda akan mempunyai jarak yang berbeda dengan supplier, tetapi jika
transportasi dan komunikasi dapat dijangkau dengan pengiriman semalam,
fax atau cara lain, maka jarak terhadap supplier tersebut sebaiknya
dipertimbangkan sebagai suatu faktor.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi menjadi dapat
dibagi menjadi 2 yaitu dominant factors dari secondary factors. Dominant factors
adalah faktor-faktor yang diturunkan dari competitive priorities (cost, quality,
time, flexibility) dan mempunyai dampak tertentu terhadap biaya dan penjualan.
Secondary factors juga penting untuk diperhatikan tetapi manajemen dapat
menurunkan atau bahkan mengabaikan beberapa dari secondary factors jika faktor
lain ternyata lebih penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan penentuan
lokasi menurut Murary (2009) adalah sebagai berikut :
1. Kedekatan dengan pasar.
2. Integrasi dengan bagian lain dalam suatu organisasi
3. Ketersedian skill dan tenaga kerja
4. Site cost.
5. Ketersedian fasilitas lain seperti : perumahan, rumah sakit dan lain-lain.
6. Ketersedian input (dekat dengan supplier).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 3
7. Kedekatan dengan jasa seperti : air, udara, drainase dan fasilitas
pembuangan.
8. Kesesuaian dengan suhu dan kondisi tanah.
9. Peraturan daerah setempat.
10. Ruang untuk ekspansi.
11. Perangkat keamanan.
12. Kondisi sosial, politik dan budaya
13. Pajak daerah, batasan ekspor atau impor.
2.1.3. Model Pemilihan Lokasi
Model Lokasi pada dasarnya memodelkan hubungan antara titik
permintaan dan titik lokasi fasilitas pelayanan. Variabel keputusan pada model
lokasi umumnya menentukan dimana lokasi-lokasi optimal untuk dibangun
fasilitas pelayanan. Asumsi dan fungsi obyektif pada model lokasi adalah
berbeda-beda menurut variannya. Pemodelan lokasi diklasifikasikan menjadi 4
macam, yaitu analytical models, continous models, network models, dan discrete
models (Daskin, 2008). Pengklasifikasian pemodelan lokasi dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1 Klasifikasi Model Lokasi
Sumber : Daskin. “What You Should Know About Location Modeling”(2008)
Analytical models berasumsi bahwa alternatif lokasi fasilitas dan alternatif
titik-titik permintaan keduanya tersebar kontinyu (uniform) pada suatu area.
Continous models merupakan model dengan permintaan hanya muncul pada
lokasi atau titik tertentu, tetapi alternatif lokasinya mencakup seluruh titik pada
area tersebut. Network models dan discrete models keduanya berasumsi bahwa
alternatif lokasi dan titik tertentu saja dalam area. Network model mengasumsikan
Location
Models
Analytic
models
Continuous
Models
Network
Models
Discrete
Models
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 4
adanya network / patch atau jalan yang menghubungkan titik permintaan dengan
titik alternatif lokasi sementara discrete models tidak memerlukan asumsi seperti
itu.
Lebih rinci lagi, Daskin (2008) membagi discrete models menjadi varian-
variannya yang dapat dilihat pada gambar 2.2. Discrete models terdiri dari 3
cabang, yaitu covering base models, median base models, p dispersion. Dalam
model ini menunjukkan bahwa adanya batasan-batasan permintaan pada suatu
titik (node) yang sekaligus dijadikan sebagai titik alternatif lokasi. Dalam model
lokasi discrete sendiri di bagi lagi menjadi beberapa bagian model.
Gambar 2.2 Uraian (Breakdown) Model Lokasi Discrete
Sumber : Daskin. “What You Should Know About Location Modeling”(2008)
Kelompok covering-based model dibedakan menjadi tiga model
berdasarkan fungsi objektifnya, yaitu set covering, max covering dan p_center.
Variabel keputusan ketiga model ini adalah sama yaitu dimana lokasi-lokasi yang
optimal untuk dibangun fasilitas pelayanan sehingga fungsi objektif tercapai.
1. Set Covering Problem
Model set covering bertujuan meminimumkan jumlah titik lokasi fasilitas
pelayanan tetapi dapat melayani semua titik permintaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 5
2. Maximal Covering Problem
Model lokasi maximal covering menunjukkan adanya suatu batasan pada
banyaknya fasilitas untuk dijadikan sebagai lokasi. Model max covering
memiliki fungsi objektif untuk memaksimumkan jumlah titik permintaan
yang terlayani dengan batasan hanya tersedia sejumlah p titik lokasi fasilitas
pelayanan yang dapat melayani titik-titik permintaan tersebut.
3. P-Center Problem
Model p-center fungsi obyektifnya adalah meminimumkan rata-rata jarak
terjauh (coverage distance) antara titik permintaan dan titik lokasi fasilitas
pelayanan. Fungsi objektif dalam model p-center sering disebut MinMax
objective.
Model lainnya adalah model p-median atau sering disebut Weber Problem.
Model p-median memiliki fungsi obyektif untuk meminimumkan rata-rata jarak
berbobot antara titik lokasi fasilitas pelayanan dan titik permintaan. Fixed Charge
model memiliki fungsi objektif untuk meminimumkan total biaya tetap (biaya
investasi) dan biaya variabel (transportation cost) yang ditanggung oleh fasilitas
pelayanan dan konsumen..
Melkote dan Daskin (2008) mengembangkan network model untuk
menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif minimasi
total biaya investasi yang ditanggung oleh fasilitas pelayanan dan biaya
transportasi yang ditanggung oleh konsumen. Adapun model matematikanya
dijelaskan sebagai berikut :
A. Notasi
N : Kumpulan beberapa titik-titik permintaan dalam sebuah network.
L : Kumpulan links dalam satu network.
di : besarnya permintaan pada titik i.
M : total besarnya permintaan pada network N
tij : Biaya transportasi per unit flow on link yang ditanggung konsumen.
fi : Biaya pembangunan fasilitas baru di titik i
Ki : Kapasitas fasilitas di titik i
cij : Biaya pembangunan link baru yang menghubungkan titik i dan titik j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 6
B. Fungsi tujuan
Tujuan dari model ini adalah meminimalkan total biaya dengan rumusan
sebagi berikut:
Minimasi ijij
Lji
ii
Ni
ijij
Lji
XcZfYt
),(),(
(2.1)
C. Variabel Keputusan
1, jika dibangun fasilitas pelayanan di titik i
Zi =
0, jika tidak
1, jika dibangun link yang menghubungkan titik i dan titik j
Zi =
0, jika tidak
Yi = flow on link (i,j)
Wi = total demand yang dilayani oleh fasilitas di titik i
D. Batasan persamaan arus (flow equation)
Sistem yang berlaku dalam model ini adalah customer-to-server dimana
permintaan bergerak menuju fasilitas untuk dilayani oleh karena itu
diperlukan suatu persamaan yang mengatur arus (flow) permintaan ke dan
dari fasilitas pelayanan.
Inbound flow = Outbond flow, dimana inbound flow (arus ke fasilitas)
merupakan total Inbound demand ditambah demand di node sedangkan
outbond flow (arus dari fasilitas) merupakan outbond demand ditambah
demand yang terlayani di node, sehingga diperoleh persamaan :
iij
Ni
iij
Nj
WYdY
, i N (2.2)
E. Batasan satu titik demand
Single-Assignment Property menjadi acuan dalam masalah pelayanan.
Maksud dari Single-Assignment Property adalah bahwa setiap satu titik
permintaan akan dilayani oleh satu fasilitas saja sehingga tidak ada
pembagian demand ke titik fasilitas lainnya. Berdasarkan acuan tersebut,
maka diperoleh rumusan sebagai berikut
Wi≥ KiZi, i N (2.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 7
F. Batasan bahwa arus (flow) hanya melalui jalur yang dibangun.
Yij ≥ MXij (i,j) L (2.4)
G. Batasan arus (flow) yang mengalir tidak bernilai negatif
Xij 1,0 , (i,j) L (2.5)
H. Batasan total permintaan tidak bernilai negatif
Wi ≥ 0, i N (2.6)
Network model yang telah dikembangkan oleh Melkote dan Daskin (2008)
digunakan pada penelitian Eko Liquiddanu dan Yusuf Priyandari yang berjudul
“Pengembangan model lokasi jaringan ritel minimarket dalam upaya melindungi
pasar tradisional dan menghindari persaingan tidak sehat antar peritel”. Pada
penelitian tersebut terdapat beberapa penyesuian model agar dapat digunakan
dalam studi kasus penelitian tersebut.
Secara matematik, model penentuan lokasi ritel disajikan sebagai berikut :
A. Fungsi Tujuan
Minimasi = ZfZYYti
iiijji
R
Rj
ji .))((21
598
1
(2.7)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166(indeks ini adalah indeks dari titik lokasi usulan yang
telah disaring dari sebelumnya berjumlah 166 titik menjadi 33 titik)
Dengan :
Tji = besar biaya transportasi yang ditanggung oleh konsumen dari titik
permintaan (j)
Yji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi
minimarket usulan i.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket dibangun dan
bernilai 0 jika tidak
fi = besar biaya pembangunan tiap lokasi minimarket
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 8
B. Batasan
1. Batasan persamaan arus (flow equation)
iiiji
R
Rj
WYZY
0
598
1
(2.8)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166
dengan :
Yji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi
minimarket usulan i.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i
digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
Y0i = jumlah konsumen yang tidak terlayani oleh minimarket usulan i.
Wi = jumlah konsumen yang dilayani oleh minimarket i.
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW
2. Batasan lokasi area minimarket memiliki jumlah penduduk minimal sebanyak
4000 orang.
4000))1((598
1
iji
R
Rj
ZMY (2.9)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166
dengan:
Yji = jumlah konsumen dari j (mewakili titik RW) menuju titik lokasi
minimarket usulan i.
M = bilangan riil yang sangat besar.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i
digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
j = menyatakan titik permintaan konsumen tiap RW
3. Batasan single –assignment property
ii ZW 4000 (2.10)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166
dengan :
Wi = jumlah konsumen yang dilayani oleh minimarket i.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 9
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i
digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
4. Batasan skenario jumlah minimarket yang ingin dibangun
LZ i
i
166
21
(2.11)
dengan :
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i
digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
L = jumlah minimarket yang ingin dibangun
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
5. Batasan lokasi minimarket yang saling berpotongan
Batasan ini memastikan supaya apabila terdapat dua lokasi minimarket
usulan yang saling berdekatan sehingga memiliki wilayah pelayanan yang
berpotongan maka hanya akan dipilih satu lokasi usulan saja untuk melayani
dua area pelayanan tersebut.
1 ii ZZ (2.12)
dengan :
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila minimarket usulan i
digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
i = menyatakan titik lokasi minimarket usulan
6. Nonnegatif Constraints
0iW dan 00 iY (2.13)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166
7. Binary Constrains
)1,0(iZ (2.14)
Untuk i = 21, 26, 27….., 166
2.2. Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang
selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 10
yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
(Aronoff, 1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:
” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk
memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu
informasi berbasis geografis ”.
Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem
yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara
manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis
merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak
tema yang saling berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan
berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa
dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan
data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi
yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga
aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend,
pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya.
Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri
dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan
perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan
sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan
menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG.
2.3. Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial
yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu
sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya
berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
(attribute) yang dijelaskan berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 11
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
2.3.1. Format Data Spasial
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode
penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data
spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:
2.3.1.1. Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam
kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir
pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua
buah garis).
Gambar 2.3 Vektor
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam
merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk
analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas
kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan
spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah
ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 12
2.3.1.2. Data Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis
direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture
element).
Gambar 2.4 Raster
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya.
Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan
bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan
bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi
resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran file-nya dan sangat tergantung pada
kapasistas perangkat keras yang tersedia.
Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan,
data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta
kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran
file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi
matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file
yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan
secara matematis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 13
2.3.2. Sumber Data Spasial
Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa
sumber antara lain :
2.3.2.1. Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi,
kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta
analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi
format vektor melalui proses digitasi sehingga dapat menunjukan koordinat
sebenarnya di permukaan bumi.
2.3.2.2. Data Sistem Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara
berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di
ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh
berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya
direpresentasikan dalam format raster.
2.3.2.3. Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan
tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya:
batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan
hutan dan lain-lain.
2.3.2.4. Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi
SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya
teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan
mengenai GPS akan diterangkan selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 14
2.4. Peta, Proyeksi Peta, Sistem Koordinat, Survey dan GPS
Data spasial yang dibutuhkan pada SIG dapat diperoleh dengan berbagai cara,
salah satunya melalui survei dan pemetaan yaitu penentuan posisi/koordinat di
lapangan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas beberapa hal yang berkaitan
dengan posisi/koordinat serta metoda-metoda untuk mendapatkan informasi posisi
tersebut di lapangan.
2.4.1. Peta
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di
atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan
proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi
maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu
diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada
peta.
2.4.2. Proyeksi Peta
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk
menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu
dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat
didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke
bidang datar.
2.4.2.1. Pengelompokan Proyeksi Peta
2.4.2.1.1. Berdasar Mempertahankan Sifat Aslinya
1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)
2. Bentuk yang tetap (konform)
3. Jarak yang tetap (ekuidistan)
Perbandingan dari daerah yang sama untuk proyeksi yang berbeda :
Gambar 2.5 Perbandingan Proyeksi
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 15
2.4.2.1.2. Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan
1. Bidang datar
2. Bidang kerucut
3. Bidang silinder
Gambar 2.6 Bidang Datar Gambar 2.7 Bidang Datar
Gambar 2.8 Bidang Silinder
2.4.2.2. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu
proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi.
2.4.2.2.1. Sifat-sifat Proyeksi UTM
1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi
pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian
pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga
bola bumi dibagi menjadi 60 zone.
3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.
5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 16
2.4.2.2.2. Sistem Koordinat UTM
Gambar 2.9 Sistem koordinat UTM
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian
tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga
ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter
utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.
Gambar 2.10 Pembagian Wilayah menggunakan UTM
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone
UTM, dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54
(meridian sentral 93° – 141° BT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 17
2.4.2.2.3. Metoda Penentuan Posisi
Metoda penentuan posisi adalah cara untuk mendapatkan informasi koordinat
suatu objek (contoh koordinat titik batas, koordinat batas persil tanah dan lain-
lain) di lapangan. Metoda penentuan posisi dapat dibedakan dalam dua bagian,
yaitu metoda penentuan posisi terestris dan metoda penentuan posisi extra-
terestris (satelit).
Pada metoda terestris penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi.
Beberapa contoh metoda yang umum digunakan adalah :
1. Metode poligon.
2. Metode pengikatan ke muka.
3. Metode pengikatan ke belakang.
4. Dan lain-lain.
Pada metode ekstra terestris penentuan posisi dilakukan berdasarkan
pengamatan terhadap benda atau objek di angkasa seperti bintang, bulan, quasar
dan satelit buatan manusia, beberapa contoh penentuan posisi extra terestris
adalah sebagai berikut :
1. Astronomi geodesi.
2. Transit Dopler.
3. Global Positioning System (GPS).
4. Dan lain-lain.
2.4.3. Sistem Koordinat
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua-dimensi atau
tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem
koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter
berikut, yaitu :
a) Lokasi Titik Nol dari Sistem Koordinat
Posisi suatu titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap
suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat
berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah
satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 18
b) Orientasi dari Sumbu-sumbu Koordinat
Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan
dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameter-parameter
pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum
digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat
Geodetik (L,B,h), yang keduanya diilustrasikan pada gambar berikut :
Gambar 2.11 Sistem Kordinat
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat
toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U)
yang diilustrasikan pada gambar berikut.
Gambar 2.12 Sistem Kordinat Toposentrik
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk
mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga
dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 19
proyeksi tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal
Traverse Mercator (UTM).
2.4.4. Metode Penentuan Posisi Global (GPS)
GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang
dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS
dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di
muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter
sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan
dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z,
1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke
belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS
seperti gambar berikut :
Gambar 2.13 Prinsip GPS
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
2.4.4.1 Sistem GPS
Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola
dalam suatu sistem GPS yang terdiri dari dari 3 bagian utama yaitu bagian
angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai, seperti gambar berikut :
Gambar 2.14 Bagian Utama GPS Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 20
2.4.4.1.1. Bagian Angkasa
Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi, jumlah
satelit GPS adalah 24 buah.Satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6
bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit ± 20.200 Km dari permukaan
bumi.
Gambar 2.15 Konstelasi Satelit di Luar Angkasa
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang
pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2). Dengan mengamati sinyal-
sinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang cukup, kemudian data yang
diterima tersebut dapat dihitung untuk mendapatkan informasi posisi, kecepatan
maupun waktu.
2.4.4.1.2. Bagian Pengontrol
Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi untuk
memonitor dan mengontrol kelaikgunaan satelit-satelit GPS. Stasiun kontrol ini
tersebar di seluruh dunia, yaitu di pulau Ascension, Diego Garcia, Kwajalein,
Hawai dan Colorado Springs. Di samping memonitor dan mengontrol fungsi
seluruh satelit, juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.
2.4.4.1.3. Bagian Pengguna
Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di
darat, laut, udara maupun di angkasa. Alat penerima sinyal GPS (Receiver GPS)
diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 21
digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu. Secara umum
Receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Receiver militer
2. Receiver tipe navigasi
3. Receiver tipe geodetik
2.4.4.2 Metoda-metoda Penentuan Posisi dengan GPS
Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah
pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit
GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 2.16 Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS
Sumber : "Gis konsorsium Aceh-Nias" (2007)
Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metoda
diantaranya :
a) Metoda absolut,
Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang
hanya menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan
cara absolut ini adalah sebagai berikut :
1. Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi).
2. Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan
jarak ke beberapa satelit sekaligus.
3. Hanya memerlukan satu receiver GPS.
4. Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) atau bergerak
(kinematik).
5. Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 22
Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metoda penentuan posisi absolut ini
umumnya menggunakan data pseudorange dan metoda ini tidak dimaksudkan
untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi.
b) Metoda Relatif (Differensial)
Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metoda differensial
adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui
koordinatnya, pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam
selang waktu tertentu. Selanjutnya dari data hasil pengamatan diproses/dihitung
akan didapat perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut
juga dengan baseline antar titik yang diukur. Karakteristik umum dari metoda
penentuan posisi ini adalah sebagai berikut :
1. Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah
diketahui koordinatnya.
2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui.
3. Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau
mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias.
4. Bisa menggunakan data pseudorange atau fase.
5. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan
dm.
6. Aplikasi utama : survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi
dan navigasi dengan ketelitian tinggi.
2.5. Kekuatan Sinyal
Kekuatan sinyal biasa di ukur sebagai Receive Signal Strength Indicator
(RSSI). RSSI adalah radio penerima teknologi generik metrik, yang biasanya
terlihat oleh pengguna dari perangkat yang berisi penerima, tetapi langsung
diketahui pengguna jaringan nirkabel IEEE 802.11. Dalam sistem RSSI IEEE
802.11 adalah kekuatan sinyal yang diterima relatif dalam lingkungan nirkabel,
dalam unit sewenang-wenang. RSSI merupakan indikasi dari tingkat daya yang
diterima oleh antena. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah RSSI (atau kurang
negatif dalam beberapa perangkat), semakin kuat sinyal. (Wikipedia,2011)
Satuan sinyal dari RSSI adalah dBm atau dB milliWatt. satuan dB (Decibel)
merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 23
Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B"
merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari
sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu sinyal. Sedangkan
dBm (dB milliWatt) merupakan satuan kekuatan sinyal atau daya pancar (Signal
Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW (milliWatt) beban
daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar
yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dBm).( Purbo, 2008).
Kekuatan sinyal terdapat batasan dalam menentukan apakah kekuatan sinyal
tersebut baik atau buruk. Hal ini diungkapkan oleh Marc Proulx, dalam artikel di
Koran Kompas berjudul “AXIS Sukses Uji Jaringan Sepanjang Jalur Mudik” yang
ditulis oleh Tenni Purwanti dan Tri Wahono, skala pengukuran kekuatan sinyal
adalah sangat bagus apabila berada di kisaran 0 hingga -75 dBm, apabila berada di
kisaran -75 hingga -85 dBm maka termasuk bagus, dan apabila berada di kisaran -
85 hingga -125 dBm, maka dianggap buruk.
Terdapat beberapa aplikasi yang dapat mengukur kekuatan sinyal suatu
lokasi. Salah satu aplikasi pengukur kekuatan sinyal adalah Mobile Data
Monitoring Application (MDMA). Aplikasi ini dapat mengukur kekuatan sinyal
dengan satuan dBm dan dapat mengukur berbagai jenis kekuatan sinyal seperti
HSDPA, 3G, EDGE dan GRPS. Contoh tampilan aplikasi MDMA dapat dilihat
pada gambar 2.17.
Gambar 2.17 Tampilan aplikasi MDMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 24
2.6. Kartu Tanda Penduduk
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti
diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku diseluruh Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-undang kependudukan nomor 23
tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa “Penduduk WNI dan orang asing yang
memiliki izin tinggal tetap yang berumur 17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah
kawin atau pernah kawin wajib memiliki kartu tanda penduduk (KTP).
Penduduk Indonesia adalah Warga Negara Indonesia dan orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia. Setiap penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1
(satu) KTP dan wajib dibawa pada saat bepergian. Penduduk yang telah berusia
60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku seumur hidup. KTP berlaku
secara Nasional dan mempunyai masa berlaku :
Untuk WNI berlaku selama 5 (lima) tahun.
Untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin
Tinggal Tetap
Manfaat dan Kegunaan KTP adalah dokumen kependudukan utama yang
menjadi bukti resmi identitas diri yang dapat digunakan sebagai syarat
kelengkapan administrasi dalam mengurus berbagai kepentingan dan hak-hak
seseorang sebagai penduduk dan warga Negara Indonesia.
Pengurusan KTP melalu beberapa prosedur yang harus di lakukan oleh
penduduk yang akan membuat atau memperpanjang KTP. Berikut akan disajikan
mekanisme pengurusan KTP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 25
Kepala Desa / LurahPenduduk
· Penduduk mengisi dan menandatangani
formulir permohonan KTP
· Petugas mencatat dalam buku harian
· Petugas melakukan verifikasi dan validasi
data
· Kepala Desa/Lurah menandatangani
formulir permohonan KTP
· Petugas menyerahkan formulir
permohonan kepada penduduk untuk
diteruskan ke Camat
Camat
· Petugas melakukan verifikasi dan validasi
data kependudukan
· Camat menandatangani formulir
permohonan KTP
· Petugas menyerahkan formulir
permohonan kepada penduduk untuk
diteruskan kepada Instansi Pelaksana
· Petugas melakukan verifikasi dan validasi
data kependudukan
· Camat menandatangani formulir
permohonan KTP
· Petugas menyerahkan formulir
permohonan kepada penduduk untuk
diteruskan kepada Instansi Pelaksana
Instansi Pelaksana
Gambar 2.18 Mekanisme Pengurusan KTP Sumber : Dinas Catatan Sipil Indonesia. " Sosialisasi Kartu Tanda Penduduk" ( 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan
masalah, penetapan asumsi serta sistematika yang digunakan dalam penelitian.
Tujuan penulisan bab ini untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan
yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasal 13 UU No 23 Tahun 2009 tentang Administrasi Kependudukan telah
mengamanatkan bahwa setiap warga negara wajib memiliki Nomor Induk
Kependudukan (NIK) (Ayat 1), berlaku seumur hidup (Ayat 2), dan dicantumkan
dalam setiap dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, surat
izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hak atas
tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Ayat 3). Selain itu Undang-
undang kependudukan nomor 23 tahun 2006 Pasal 63 menyatakan bahwa
“Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yang berumur
17 (tujuh belas) tahun ke atas atau telah kawin atau pernah kawin wajib memiliki
kartu tanda penduduk (KTP). Tidak hanya KTP saja yang wajib dimiliki oleh
penduduk Indonesia, ada beberapa data kependudukan yang wajib dimiliki oleh
penduduk Indonesia, antara lain adalah akta kelahiran, surat nikah, surat kematian,
kartu keluarga dan lain-lain.
Menurut undang-undang di atas maka masyarakat di Kabupaten Pati
diwajibkan untuk memiliki KTP. Dari data Dinas Catatan Sipil, Kabupaten Pati
memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.190.993 jiwa. Dari jumlah penduduk
tersebut, 899.267 jiwa diwajibkan memiliki kartu tanda penduduk karena telah
berumur 17 tahun ke atas, tetapi menurut Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati,
hanya 498.485 jiwa yang telah memilik KTP. Prosentase penduduk yang memiliki
KTP hanya sebesar 55,43%. Menurut hasil survei Dinas Catatan Sipil Kabupaten
Pati pada tahun 2011, rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP di
indikasikan karena kurangnya kesadaran penduduk untuk mengurus kartu
penduduknya sendiri dan jarak yang jauh antara kantor kepala desa dengan kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 2
kecamatan yang membuat warga enggan untuk membuat KTP atau
memperpanjang KTP.
Pemerintah Kabupaten Pati membuat solusi untuk menangani dua indikasi
rendahnya jumlah penduduk yang memiliki KTP. Solusi kurangnya kesadaran
penduduk untuk mengurus kartu penduduk adalah dengan melakukan sosialisasi
pentingnya kartu kependudukan. Sosialisasi ini dilakukan oleh pengurus desa
setempat langsung kepada warganya. Solusi untuk jarak yang jauh antara kantor
kepala desa dengan kantor kecamatan adalah dengan membuat layanan mobile
unit.
Mobile unit adalah layanan registrasi kependudukan yang berupa unit
bergerak, dimana layanan ini akan mengunjungi beberapa lokasi desa dalam satu
kecamatan yang dianggap potensial. Mobile unit dapat berupa kendaran roda dua
maupun kendaran roda empat. Dengan mobile unit ini penduduk yang akan
mengurus pembuatan maupun perpanjangan KTP tidak perlu lagi datang ke kantor
kecamatan untuk mengurus pembuatan ataupun perpanjangan KTP, tetapi hanya
perlu mendatangi mobile unit.
Hal yang diperlukan untuk memfasilitasi mobile unit ini adalah efesiensi
pelayanan, yaitu lokasi penentuan desa yang akan dijadikan titik alternatif
pemberhentian mobile unit, karena mobile unit tidak mungkin dapat melayani
seluruh desa di Pati sehingga hanya ada beberapa lokasi saja yang akan dijadikan
alternatif pemberhentian mobile unit. Alternatif lokasi pemberhentian mobile unit
ini diharapkan sesedikit mungkin tetapi dapat mencakup semua titik demand.
Penentuan lokasi ini akan didasarkan oleh tiga kriteria, yaitu demand, jarak
antar titik alternatif pemberhentian mobile unit dan kekuatan sinyal. Semakin
banyak jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk ( demand ) maka
lokasi tersebut semakin berpotensi dijadikan lokasi alternatif pemberhentian
mobile unit. Kemudian jarak antara titik pemberhentian mobile unit dengan desa
sekitar akan menjadi pertimbangan juga. Selain jumlah penduduk dan jarak,
kekuatan sinyal di calon titik alternatif tersebut juga ikut mempengaruhi
penentuan lokasi, dikarenakan mobile unit bersifat semi-online dan membutuhkan
sinyal yang baik untuk pengiriman data. Ada tiga provider yang akan diukur
kekuatan sinyalnya yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo. Pemilihan ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 3
provider ini didasarkan bahwa ketiga provider tersebut memiliki jumlah BTS
terbanyak di Indonesia. Provider Telkomsel memiliki 51.006 BTS (Achmad R.N,
2012) provider Indosat memiliki BTS 19.253(PT Indosat Tbk, 2012) BTS dan
provider Excelcomindo memiliki 30.700 BTS (Rina Garmina, 2012).
Penentuan lokasi ini menggunakan metode Set Covering Problem yang
mengacu pada network model yang dikembangkan oleh Eko Liqquidanu untuk
menentukan titik-titik lokasi fasilitas pelayanan dengan fungsi objektif biaya
transportasi yang ditanggung oleh konsumen.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dirumuskan suatu masalah yaitu :
“Bagaimana menetukan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu
penduduk berdasarkan jumlah penduduk yang belum memiliki kartu penduduk,
jarak alternatif pemberhentian dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal?”
1.3. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam masalah ini lebih terarah dan tidak terlalu meluas
serta untuk memahami permasalahan yang akan dibahas, maka perlu kiranya ada
batasan permasalahan. Adapun batasan-batasan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Titik lokasi layanan hanya di pusatkan pada kantor kepala desa dan
kantor kecamatan.
b. Provider telekomunikasi yang digunakan hanya Telkomsel, Indosat
dan Excelcomindo.
c. Data Kependudukan yang digunakan adalah data kependudukan
periode April – Juni 2011.
1.4. Asumsi
a. Traffic data dari layanan mobile unit ke server di Kantor Catatan Sipil
Kabupaten Pati dapat di transfer melalui sinyal GPRS.
b. Pengumpulan data jarak antar desa menggunakan pendekatan visual.
c. Pertumbuhan penduduk tahun 2012 diabaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 4
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan titik-titik
lokasi kunjungan untuk tiap kecamatan yang
memungkinkan dijadikan titik lokasi alternatif pemberhentian mobile unit.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah membantu Dinas Catatan Sipil
Kabupaten Pati untuk menentukan alternatif lokasi mobile unit untuk setiap
kecamatan.
1.7. Sistematika Penulisan
Pada bagian ini menguraikan gambaran umum mengenai tata cara penyusunan
laporan kerja praktek dan isi pokok dari laporan ini.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan tugas akhir,
manfaat yang diperoleh dari hasil tugas akhir, batasan masalah yang
berfungsi membatasi laporan agar tidak terlalu luas dan menentukan secara
spesifik area pembahasan yang akan dilakukan, asumsi yang berfungsi
untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, dan
sistematika penulisan yang berisi urutan penulisan bab dalam tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat konsep dan teori pendukung penelitian dalam pengolahan data.
Sumber diperoleh dari referensi-referensi terkait.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum (gambaran
terstruktur tahap demi tahap proses penyelesaian masalah yang
digambarkan dalam bentuk flowchart).
BAB IV PENGUMPULAN DAN PEGOLAHAN DATA.
Berisi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan
pengolahannya secara bertahap.
BAB V ANALISIS
Berisi uraian analisa dan interpretasi hasil pengolahan yang telah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan hasil dari pengolahan data dan analisa serta saran-saran
yang diperlukan dalam mendapatkan hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang urutan langkah-langkah dalam melakukan laporan
Tugas Akhir ini mulai dari awal perumusan masalah hingga membuat kesimpulan
yang dapat menjawab masalah yang ada.
3.1 Flowchart Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitan
Tinjauan Pustaka
Karakterisasi Sistem
Pengumpulan Data
1. Peta digital Kabupaten Pati
2. Data titik-titik kordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan.
3. Data kekuatan sinyal tiap titik kordinat kantor kepala desa dan kantor
kecamatan.
4. Data jumlah penduduk, wajib KTP dan KTP aktif untuk tiap desa.
Pengolahan data kependudukan
Pengolahan data jarak antara desa
dengan titik alternatif
Pemberhentian mobile unit.
Penentuan titik alternatif pemberhentian
mobile unit dengan Set Covering Problem
Analisa dan Interpretasi hasil
Kesimpulan dan saran
Selesai
Tahap
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Tahap Pengamatan
Tahap Analisis
Kesimpulan dan
Saran
Pengolahan data from-to chart antar titik
alternatif pemberhentian dengan tiap desa
Pemetaan data koordinat kantor kepala
desa dan kecamatan
Gambar 3.1 Flowchart metodologi penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 2
3.2 Penjelasan Flowchart
Pembuatan laporan Tugas Akhir dilakukan dalam beberapa tahapan yang
digambarkan dalam flowchart berikut uraiannya secara singkat.
3.2.1 Tahap pengamatan
a. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun
sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan
masalahnya dengan teori yang didapat dari bangku kuliah maupun dari referensi.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menetukan lokasi
alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk berdasarkan jumlah
penduduk yang belum memiliki kartu penduduk, jarak alternatif pemberhentian
dengan desa sekitar dan kekuatan sinyal.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasil dari
pembahasan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitan ini adalah menentukan titik-titik
kunjungan untuk tiap daerah yang memungkinkan dijadikan titik alternatif
pemberhentian mobile unit.
c. Tinjauan Pustaka
Tinjuan pustaka dilakukan untuk mencari rumusan-rumusan dan konsep
teoritis dari berbagai literature yang dapat dipakai sebagai landasan untuk
penelitian serta untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat bagi peneliti
dalam menerapkan suatu metode yang digunakannya. Sumber yang dipakai untuk
studi pustaka berupa buku-buku, jurnal dan referensi lain tentang konsep Sistem
Informasi Geografis (SIG), teori facility location dan laporan penelitan pada
bidang yang sama.
3.2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Pengumpulan Data
Penelitian Tugas akhir ini dilakukan di Kabupaten Pati dalam kurun waktu
bulan April hingga bulan September. Langkah awal yang dilakukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 3
penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data yang diperlukan. Data diperoleh
pada saat penelitian di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Pati. Selain data dari
Kantor Catatan Sipil Kabupaten Pati, data lapangan diperoleh dengan survei
langsung ke tiap kantor kepala desa dan kantor kecamatan. Setelah data yang
dibutuhkan diterima maka dilakukan pengecekan apakah data tersebut sudah
benar-benar lengkap. Jika belum maka kita mencari tambahan data yang kita
perlukan, sehingga setelah data tersebut lengkap maka kita dapat berlanjut ke
langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
1. Peta Digital Kabupaten Pati.
Peta digital yang digunakan adalah Peta Umum Indonesia Basis Desa. Peta
ini berupa Peta Indonesia dengan batas desa yang ada di seluruh Indonesia.
Karena penelitian hanya di Kabupaten Pati, maka peta ini dipotong hingga
hanya terdapat peta Kabupaten Pati saja. Peta digital Kabupaten Pati
digunakan sebagai visualisasi penelitian. Peta ini didapat dari Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta ini
menggunakan software ArcGis sebagai pengolahannya. Sedangkan untuk
tingkat ketelitian peta ini mencapai hingga tingkat ketelitian wilayah desa.
Sedangkan untuk revisi peta terakhir pada tahun 2009.
2. Data koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan.
Data ini diperoleh dengan studi lapangan, yaitu datang langsung ke lokasi
kantor kepala desa dan kantor kecamatan lalu mencatat koordinat
menggunakan GPS. Koordinat yang digunakan adalah koordinat lintang
dan bujur. Data ini akan digunakan sebagai input dalam peta digital.
3. Data kekuatan sinyal tiap titik koordinat kantor kepala desa dan kantor
kecamatan.
Data Kekuatan Sinyal diperoleh dengan melakukan pengecekan dan
pencatatan sinyal terhadap 3 provider jaringan telekomunikasi GSM yaitu
Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (XL) menggunakan Software
MDMA ( Mobile Data Monitoring Application ) di tiap kantor kepala desa
dan kantor kecamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 4
4. Data Kependudukan.
Data kependudukan Kabupaten Pati diperoleh dari Kantor Dinas Catatan
Sipil Kabupaten Pati. Data ini mencakup jumlah penduduk di tiap desa,
jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP, beserta jumlah penduduk
yang memiliki KTP aktif. Data jumlah kependudukan yang digunakan
adalah data periode bulan April hingga Juni.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data diperlukan untuk mencari solusi dari masalah yang sedang
diteliti agar pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data
dilakukan terhadap seluruh data yang dibutuhkan. Langkah-langkah pemecahan
masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pemetaan data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan.
Melakukan plotting titik koordinat kantor kepala desa dan kecamatan
yang ada kedalam peta digital Kabupaten Pati, Peta digital yang digunakan
adalah peta digital Bakosurtanal dengan ketelitian wilayah hingga tingkat
desa.
2. Pengolahan data kependudukan.
Data penduduk diolah untuk menentukan selisih antara jumlah wajib KTP
dengan jumlah KTP aktif. Sehingga akan diperoleh potensi atau demand
untuk setiap desa. Dikarenakan titik kantor kecamatan memiliki demand
yang sama pada desa utama untuk kecamatan tersebut, maka titik yang
digunakan hanya titik kantor kepala desa sedangkan titik kantor kecamatan
tersebut tidak digunakan. Pengurangan titik ini hanya dilakukan pada desa
utama yang terdapat kantor kecamatan dan kantor kepala desa. Hal ini
disebabkan calon titik alernatif diharuskan memiliki demand.
3. Pengolahan data from-to chart antar titik alternatif pemberhentian dengan
tiap desa.
Data from-to chart adalah data antar titik alternatif dengan tiap desa dalam
satu kecamatan. Data ini digunakan untuk memudahkan dalam
pengumpulan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap
desa. Data ini mempertimbangkan apakah antar desa dapat dilalui dengan
menarik garis lurus pada peta. Garis lurus tidak dapat digunakan apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 5
terdapat barrier dalam peta, seperti gunung, sungai, sawah, tambak dan
tidak terdapatnya jalan yang menghubungkan antar desa. Dalam
mengumpulan data from-to chart, digunakan aplikasi Google Earth dan
Google Maps. Google Earth digunakan untuk pertimbangan penarikan
garis lurus, karena dalam Google Earth dapat dilihat apakah terdapat
barrier atau tidak. Sedangkan Google Maps digunakan untuk pengukuran
jarak yang akan digunakan dalam data jarak antar titik alternatif
pemberhentian dengan tiap desa . Terdapat beberapa batasan dalam
menarik garis lurus pada peta, batasan tersebut antara lain :
a.1) Garis lurus dapat digunakan apabila terdapat jalan yang
menghubungkan tiap desa.
a.2) Garis lurus tidak dapat digunakan apabila terdapat barrier antar desa
yang akan ditarik garis lurus.
a.3) Apabila terdapat desa yang tidak dapat ditarik garis lurus
dikarenakan jalan yang berkelok, tetapi tidak terdapat barrier yang
menghalangi maka akan dilakukan pengecekan jarak, yaitu jarak
dengan menarik garis lurus dan jarak yang didapat dari Google
Maps. Jika selisih jarak dengan menarik garis lurus dan jarak dari
Google Maps tidak berbeda jauh maka dianggap dapat ditarik garis
lurus.
a.4) Khusus Kecamatan Pati, Sukolilo dan Juwana tidak digunakan from-
to chart dikarenakan seluruh desa dapat menggunakan Google Maps
sebagai pengumpulan data jarak.
a.5) Selain menggunakan Google Maps dan Google Earth, penarikan
garis lurus dipertimbangkan langsung oleh peneliti karena peneliti
sudah melakukan survei langsung ke tiap desa.
4. Pengolahan data jarak antar titik alternatif pemberhentian dengan tiap
desa.
Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to
chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut
dalam Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik
garis lurus maka dalam data jarak akan berisi jarak yang unlimited (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 6
diasumsikan bernilai 99). Khusus untuk kecamatan yang tidak
menggunakan data from-to chart, data jarak diperoleh dari Google Maps.
5. Menentukan titik alternatif lokasi terpilih dengan Set Covering Problem.
Untuk memilih titik alternatif pemberhentian mobile unit, digunakan
model yang dikemukakan oleh Eko Liquiddanu (2009) yaitu Set Covering
Problem. Dikarenakan terdapat tiga provider yang digunakan dalam
penentuan titik alternatif pemberhentian mobile unit, maka terdapat tiga
perhitungan set covering untuk masing-masing provider.
Data sinyal ini di gunakan dalam perhitungan set covering problem, untuk
memudahkan perhitungan set covering problem setiap data sinyal akan
diberikan nilai dengan ketentuan sebagai berikut:
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran 0 dBm hingga -65 dBm
diberikan nilai 1.
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -66 dBm hingga -70
dBm diberikan nilai 1,1.
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -71 dBm hingga -75
dBm diberikan nilai 1,2.
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -76 dBm hingga -80
dBm diberikan nilai 1,3.
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -81 dBm hingga -85
dBm diberikan nilai 1,4.
Kekuatan sinyal yang berada pada kisaran -86 dBm hingga -90
dBm diberikan nilai 1,5.
Kekuatan sinyal yang bernilai kurang dari -91 dBm diberikan nilai
99
Menurut pendapat ahli, sinyal dengan kekuatan sinyal -91 dBm sudah
tidak layak lagi digunakan sebagai sarana pengiriman data digital.
Sehingga desa dengan kekuatan sinyal kurang dari -91 dBm diberikan nilai
99 dalam perhitungan set covering problem.
Pemberian nilai sinyal dalam perhitungan set covering problem digunakan
hanya semata-mata untuk memudahkan dalam perhitungan set covering
problem. Bila suatu titik alternatif pemberhentian mobile unit memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 7
kekuatan sinyal di kisaran -89 dBm hingga --95 dBm diberikan nilai 1,5,
maka pada perhitungan set covering problem menghasilkan jumlah
perkalian yang lebih besar bila dibandingkan dengan suatu titik alternatif
pemberhentian mobile unit yang memiliki kekuatan sinyal di kisaran -68
dBm hingga -74 dBm yang diberikan nilai 1,1. Sedangkan dalam fungsi
tujuan set covering problem adalah mencari hasil paling minimum,
sehingga titik alternatif pemberhentian mobile unit yang memiliki
kekuatan sinyal buruk tidak akan terpilih. Hal ini juga berlaku sebaliknya
untuk titik alternatif pemberhentian mobile unit yang memiliki kekuatan
sinyal baik akan terpilih. Nilai kekuatan sinyal di simbolkan Si pada
perhitungan set covering problem.
Hasil dari set covering adalah minimasi jarak, minimasi jarak ini di
konversi dalam bentuk rupiah agar lebih valid datanya. Konversi jarak ke
rupiah di hitung dengan asumsi 1 liter bensin dapat menempuh 45km.
Sehingga konversi rupiah yang digunakan adalah 100 rupaih per km orang.
Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Fungsi tujuan:
Minimasi = )))((( iiijji
Nj
ji PSZYYd
(3.1)
Untuk i = titik-titik alternatif pemberhentian mobile unit.
dengan :
dji = jarak yang ditempuh dari titik demand (j) menuju ke titik
alternatif pemberhentian mobile unit i.
Yji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif
pemberhentian mobile unit i.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif
pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
Si = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile
unit
Si1 = nilai kekuatan sinyal pada titik alternatif pemberhentian mobile
unit setelah diberikan nilai mutlak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 8
P = Konversi rupiah (100 rupiah per km orang)
i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
j = menyatakan titik demand tiap desa.
b. Batasan
b.1) Batasan persamaan arus.
iiji
Nj
WZY
(3.2)
dengan :
Yji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif
pemberhentian mobile unit i.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif
pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
W1 = jumlah total demand desa yang dilayani oleh titik alternatif
pemberhentian mobile unit i.
i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
j = menyatakan titik demand tiap desa.
b.2) Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar
dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut.
DZMY iji
Nj
))1(( (3.3)
dengan:
Yji = demand j (mewakili titik desa) menuju titik alternatif
pemberhentian mobile unit i.
M = bilangan riil yang sangat besar.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif
pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
D = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung.
i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
j = menyatakan titik demand tiap desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 9
b.3) Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand
diatas rata-rata total demand yang dilayani di kecamatan tersebut.
ii ZDW (3.4)
dengan :
Wi = jumlah total demand yang dilayani titik alternatif
pemberhentian mobile unit.
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif
pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
D = rata-rata total demand di kecamatan yang akan dihitung.
b.4) Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit
yang akan digunakan. Jumlah titik jumlah titik alternatif
pemberhentian mobile unit yang akan digunakan telah ditentukan di
awal.
LZ i
i
(3.5)
dengan:
Zi = variabel biner (0,1) yang bernilai 1 apabila titik alternatif
pemberhentian mobile unit i digunakan dan bernilai 0 jika tidak.
L = jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan
digunakan.
i = menyatakan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
b.5) Nonnegatif Constraints
0iW (3.6)
b.6) Binary Constrains
)1,0(iZ (3.7)
3.2.3 Tahap Analisis
Membahas tentang penentuan titik lokasi pemberhentian mobile unit kartu
penduduk beserta alasan yang mendasari pemilihan lokasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 10
3.2.4 Kesimpulan dan Saran
Setelah laporan Tugas Akhir selesai dan dari masalah yang ada akan dapat di
simpulkan dan dapat menjadi saran bagi Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati
dalam menentukan lokasi pemberhentian mobile unit kartu penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memaparkan keseluruhan proses observasi, pengumpulan data, dan
pengolahannya, serta penjelasan teknis untuk mendapatkan nilai-nilai sebagai alat
bantu dalam pemecahan masalah dengan beberapa metode dan data kuesioner.
4.1. Pengumpulan Data
4.1.1. Peta Digital Kabupaten Pati
Peta digital Kabupaten Pati yang digunakan mencapai tingkat ketelitian
hingga batas desa. Peta didapat dari Bakosurtanal dan revisi terakhir peta pada
tahun 2009. Peta digital Kabupaten Pati dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah
ini.
Gambar 4.1 Peta digital Kabupaten Pati
Sumber : Bakosurtanal Indonesia”(2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 2
4.1.2. Data Titik-Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kantor
Kecamatan
Data titik koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan digunakan
sebagai titik alternatif pemberhentian mobile unit. Terdapat 426 titik yang
mencakup 21 titik kantor kecamatan dan 405 titik kantor kepala desa. Data ini
diperoleh dengan studi lapangan, yaitu datang langsung ke lokasi kantor kepala
desa dan kantor kecamatan lalu mencatat koordinat menggunakan GPS. Koordinat
yang digunakan adalah koordinat lintang dan bujur. Data ini akan digunakan
sebagai input dalam peta digital.Titik-titik koordinat kantor kepala desa dan
kantor kecamatan untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada tabel 4.1.
Sedangkan untuk tabel koordinat kantor kepala desa dan kantor kecamatan
seluruh kabupaten pati dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.1 Data koordinat Kecamatan Dukuhseti
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A B C D
Kecamatan 06°28'32.06" 111°02'15.86"
Bakalan 06°30'15.99" 111°02'31.42"
Ngagel 06°29'28.51" 111°02'19.07"
Kenanti 06°29'18.97" 111°02'32.21"
Grogolan 06°29'00.73" 111°00'20.26"
Dukuhseti 06°27'20.79" 111°01'51.09"
Alasdowo 06°28'33.87" 111°02'18.00"
Kembang 06°26'59.86" 111°00'36.82"
Tegalombo 06°26'19.80" 111°00'11.67"
Puncel 06°26'45.72" 110°59'14.58"
Banyutowo 06°27'30.31" 111°02'49.14"
Dumpil 06°30'31.29" 111°01'21.06"
Wedusan 06°29'22.66" 110°58'33.96"
Kecamatan
Dukuhseti
Desa / Kelurahan Garis lintang selatan Garis bujur timurKecamatan
4.1.3. Data Kekuatan Sinyal Tiap Titik Koordinat Kantor Kepala Desa dan
Kantor Kecamatan.
Terdapat tiga data kekuatan sinyal untuk masing-masing titik koordinat.
Tiga data tersebut didapat dari pengecekan sinyal tiga provider, yaitu Telkomsel,
Indosat dan Excelcomindo (XL). Untuk satuan pengecakan sinyal yang digunakan
adalah dBm. Data Kekuatan Sinyal diperoleh dengan melakukan pengecekan dan
pencatatan sinyal terhadap 3 provider jaringan telekomunikasi GSM yaitu
Telkomsel, Indosat dan Excelcomindo (XL) menggunakan Software MDMA (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 3
Mobile Data Monitoring Application ) di tiap kantor kepala desa dan kantor
kecamatan.Data kekuatan sinyal untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada
table 4.2. Sedangkan untuk tabel kekuatan sinyal seluruh titik koordinat kantor
kepala desa dan kantor kecamatan Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.2 Data kekuatan sinyal Kecamatan Dukuhseti
Telkomsel Indosat XL
Kecamatan -79 -79 -67
Bakalan -85 -77 -95
Ngagel -67 -79 -81
Kenanti -85 -89 -87
Grogolan -95 -87 -103
Dukuhseti -83 -80 -90
Alasdowo -81 -80 -92
Kembang -84 -89 -88
Tegalombo -82 -79 -80
Puncel -90 -80 -87
Banyutowo -85 -77 -93
Dumpil -85 -78 -82
Wedusan -95 -89 -101
Desa / Kelurahan
Kekuatan Signal GPRS / EDGE
(dBm)
Kecamatan
Dukuhseti
Kecamatan
4.1.4. Data Kependudukan.
Data kependudukan meliputi total jumlah penduduk tiap desa, jumlah
penduduk yang wajib memiliki KTP tiap desa dan jumlah penduduk yang
memiliki KTP aktif tiap desa. Data yang diperoleh mencakup keseluruhan desa
yang ada di Kabupaten Pati. Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti dapat
dilihat pada tabel 4.3 dan untuk grafiknya dapat dilihat pada gambar 4.1.
Sedangkan untuk tabel data kependudukan seluruh desa di Kabupaten Pati dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3 Data kependudukan Kecamatan Dukuhseti
Bakalan 6459 4832 2672
Ngagel 5898 4411 2440
Kenanti 4493 3361 1859
Grogolan 3932 2941 1626
Dukuhseti 9268 6932 3834
Alasdowo 5336 3991 2207
Kembang 6740 5042 2788
Tegalombo 5617 4201 2323
Puncel 1685 1260 697
Banyutowo 3370 2521 1394
Dumpil 2247 1681 929
Wedusan 1123 840 465
Jumlah 56168 42014 23234
Penduduk Wajib KTP KTPKecamatan Desa / Kelurahan
Kecamatan Dukuhseti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 4
Gambar 4.2. Grafik data kependudukan Kecamatan Dukuhseti
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Pemetaan Data Koordinat Kantor Kepala Desa dan Kecamatan.
Data koordinat kantor kepala desa dan kecamatan dilakukan plotting
kedalam peta digital Kabupaten Pati dengan bantuan aplikasi ArcGis. Hasil
plotting dapat dilihat pada gambar 4.3.
4.2.2. Pengolahan Data Kependudukan
Pengolahan data kependudukan digunakan untuk mencari demand untuk
setiap desa. Demand diperoleh dari selisih jumlah penduduk yang wajib memiliki
KTP dengan jumlah penduduk yang memiliki KTP aktif. Data ini akan digunakan
pada pengolahan set covering. Semakin besar demand pada suatu desa, maka
kemungkinan desa tersebut dapat menjadi calon lokasi pemberhentian mobile unit.
Data demand untuk kecamatan pati dapat dilihat pada tabel 4.5. Sedangkan data
demand untuk keseluruhan kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada
lampiran data kependudukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 5
Gambar 4.3 Plotting koordinat kantor kepala desa dan kecamatan
Tabel 4.4 Data demand Kecamatan Dukuhseti
Bakalan 6459 4832 2672 2160
Ngagel 5898 4411 2440 1972
Kenanti 4493 3361 1859 1502
Grogolan 3932 2941 1626 1315
Dukuhseti 9268 6932 3834 3099
Alasdowo 5336 3991 2207 1784
Kembang 6740 5042 2788 2254
Tegalombo 5617 4201 2323 1878
Puncel 1685 1260 697 563
Banyutowo 3370 2521 1394 1127
Dumpil 2247 1681 929 751
Wedusan 1123 840 465 376
Jumlah 56168 42014 23234 18780
Kecamatan Dukuhseti
Kecamatan Desa / Kelurahan Penduduk Wajib KTP KTP Selisih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 6
4.2.3. Pengolahan Data From-to Chart Antar Titik Alternatif Pemberhentian
Dengan Tiap Desa.
Data from-to chart berupa data antar desa dalam satu kecamatan apakah
antar desa tersebut dapat ditarik garis lurus dalam pengukuran jaraknya dengan
mempertimbangkan apakah terdapat jalan yang dapat dilalui dan terdapat barrier
yang menghalangi garis lurus tersebut. Terdapat beberapa batasan dalam
menentukan penarikan garis lurus antar desa seperti yang telah disebutkan pada
bab sebelumnya. Dalam menarik garis lurus digunakan aplikasi Google Earth
sebagai alat bantunya. Data from-to chart untuk desa Dukuhseti dapat dilihat pada
tabel 4.6.
4.2.4. Pengolahan Data Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian dengan
Tiap Desa.
Data jarak mengacu pada data from-to chart, apabila dalam data from-to
chart dapat ditarik garis lurus maka akan dihitung jarak garis lurus tersebut dalam
Google Earth. Apabila dalam data from-to chart tidak dapat ditarik garis lurus
maka dalam data jarak akan berisi jarak yang unlimited ( diasumsikan bernilai 99).
Data jarak untuk Kecamatan Dukuhseti dapat dilihat pada tabel 4.7. Sedangkan
data jarak untuk seluruh kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada lampiran.
4.2.5. Menentukan titik alternatif lokasi terpilih dengan Set Covering
Problem.
Sebelum menentukan titik alternatif mobile unit terpilih dengan
menggunakan model set covering, terlebih dahulu menentukan jumlah titik
alternatif mobile unit yang akan digunakan untuk setiap kecamatan. Jumlah titik
alternatif mobile unit yang akan digunakan berjumlah tiga titik untuk setiap
kecamatan. Jumlah tiga titik ini didasarkan pada jam kerja untuk 1 hari pelayanan
mobile unit adalah delapan jam. Pelayanan dimulai dari jam 08.00 WIB hingga
16.00 WIB, untuk setiap titik alternatif mobile unit dibatasi melayani hanya dua
jam saja sehingga tiga titik alternatif akan memiliki waktu pelayanan enam jam.
Dua jam tersisa digunakan untuk waktu menempuh seluruh perjalanan ke tiap titik
alternatif mobile unit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 7
Hasil titik alternatif mobile unit terpilih merupakan hasil pengolahan data
menggunakan bantuan software Risk Solver Platform V9.0 dengan memasukkan
model yang telah dibuat sebelumnya. Running model dilakukan dengan
memasukkan batasan-batasan yang telah ditentukan pada model set covering.
Kemudian dengan menggunakan model yang telah dikembangkan, dilakukan
pencarian untuk menemukan tiga titik alternatif mobile unit yang memiliki jarak
paling minimum dan demand yang dapat terlayani paling maksimal serta kekuatan
sinyal yang terbaik. Running model dilakukan untuk setiap kecamatan dan setiap
provider. Tiga titik alternatif mobile unit yang terpilih untuk setiap kecamatan
berdasarkan setiap provider dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berikut adalah data kependudukan, data jarak dan data kekuatan sinyal
yang telah diberikan nilai mutlak untuk Kecamatan Dukuhseti. Data
kependudukan mencakup demand dan total demand setiap desa serta rata-rata
total demand di kecamatan Dukuhseti. Data jarak mencakup data jumlah desa
yang dapat terlayani dan total jarak desa yang dapat terlayani untuk setiap desa.
Data inilah yang akan di-running menggunakan software Risk Solver Platform
V9.0 dengan model set covering.
Tabel 4.5 Data kependudukan dan data jarak yang siap diolah untuk Kecamatan
Dukuhseti
Bakalan 2160 13710 8 419.9
Ngagel 1972 13710 8 413.8
Kenanti 1502 13710 8 414.2
Grogolan 1315 9484 6 613.6
Dukuhseti 3099 17090 10 232.4
Alasdowo 1784 15588 9 321.1
Kembang 2254 9297 6 610.3
Tegalombo 1878 11081 7 519.1
Puncel 563 8170 5 707.5
Banyutowo 1127 16527 9 328.8
Dumpil 751 14086 9 329.7
Wedusan 376 5822 5 715.5
Demand di
desa iDesa / Kelurahan
Kecamatan
Dukuhseti
Total
demand di
desa i
Desa yg
tercover
Rata-rata
demand
12356
KecamatanTotal jarak yg
tercover (km)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 8
Tabel 4.6 Data from-to chart Kecamatan Dukuhseti Lokasi Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan
Bakalan √ √ √ √ √ × × × √ √ ×
Ngagel √ √ √ √ √ × × × √ √ ×
Kenanti √ √ √ √ √ × × × √ √ ×
Grogolan √ √ √ × √ × × × × √ ×
Dukuhseti √ √ √ × √ √ √ √ √ √ ×
Alasdowo √ √ √ √ √ × √ × √ √ ×
Kembang × × × × √ × √ √ √ × √
Tegalombo × × × × √ √ √ √ √ × √
Puncel × × × × √ × √ √ × × √
Banyutowo √ √ √ × √ √ √ √ × √ ×
Dumpil √ √ √ √ √ √ × × × √ √
Wedusan × × × × × × √ √ √ × √
√ = jalur desa A ke B dapat ditarik garis lurus
× = jalur desa A ke B tidak dapat ditarik garis lurus
Tabel 4.7 Data jarak antar titik alternatif pemberhentian untuk Kecamatan Dukuhseti (km) Lokasi Bakalan Ngagel Kenanti Grogolan Dukuhseti Alasdowo Kembang Tegalombo Puncel Banyutowo Dumpil Wedusan
Bakalan 0 1.5 1.8 4.6 5.5 3.1 99 99 99 5.1 2.2 99
Ngagel 1.5 0 0.5 3.8 4 1.7 99 99 99 3.7 2.6 99
Kenanti 1.8 0.5 0 4.1 3.9 1.4 99 99 99 3.4 3.1 99
Grogolan 4.6 3.8 4.1 0.0 99 3.8 99 99 99 99 3.3 99
Dukuhseti 5.5 4 3.9 99 0 2.4 2.4 3.6 5.0 1.8 5.8 99
Alasdowo 3.1 1.7 1.4 3.8 2.4 0 99 5.6 99 2.1 4.0 99
Kembang 99 99 99 99 2.4 99 0 1.4 3 4.2 99 5.7
Tegalombo 99 99 99 99 3.6 5.6 1.4 0 1.9 5.3 99 6.3
Puncel 99 99 99 99 5.0 99 2.6 1.9 0 99 99 5
Banyutowo 5.1 3.7 3.4 99 1.8 2.1 4.2 5.3 99 0 6.1 99
Dumpil 2.2 2.6 3.1 3.3 5.8 4.0 99 99 99 6.1 0 5.5
Wedusan 99 99 99 99 99 99 5.7 6.3 5 99 5.5 0.0
IV - 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 9
Tabel 4.8 Data sinyal Kecamatan Dukuhseti yang telah diberikan nilai
Telkomsel Indosat XL Telkomsel Indosat XL
Bakalan -85 -77 -95 1.4 1.3 1.6
Ngagel -67 -79 -81 1.1 1.3 1.4
Kenanti -85 -89 -87 1.4 1.5 1.5
Grogolan -95 -87 -103 1.6 1.5 99
Dukuhseti -83 -80 -90 1.4 1.3 1.5
Alasdowo -81 -80 -92 1.4 1.3 1.6
Kembang -84 -89 -88 1.4 1.5 1.5
Tegalombo -82 -79 -80 1.4 1.3 1.3
Puncel -90 -80 -87 1.5 1.3 1.5
Banyutowo -85 -77 -93 1.4 1.3 1.6
Dumpil -85 -78 -82 1.4 1.3 1.4
Wedusan -95 -89 -101 1.6 1.5 99
Nilai Kekuatan SinyalDesa / Kelurahan
Kekuatan Signal GPRS /
EDGE (dBm)
Kecamatan
Dukuhseti
Kecamatan
Contoh perhitungan manual set covering problem untuk Kecamatan
Dukuhseti dengan provider Telkomsel dapat dilihat dibawah ini.
Minimasi = )))((2( iiji
Nj
ji PSZYd
=Nj
(2.0Bakalan-Bakalan((2160)ZBakalan)100.1,4)+(2.1,5Ngagel-
Bakalan)((1972)ZBakalan)100.1,4+(2.1,8Kenanti-Bakalan((1502)ZBakalan)100.1,4 +
......(2.99Bakalan-Wedusan((376)ZWedusan)100.1,4
= (302400.ZBakalan) + (828240.ZNgagel) + (757008.ZKenanti) +......+
(10422720.ZWedusan)
Dari fungsi tujuan di atas maka tentukan titik alternatif lokasi terpilih yang
sesuai dengan batasan-batasan dari model set covering. Batasan-batasan tersebut
adalah :
Batasan persamaan arus.
iiji
Nj
WZY
untuk i=Desa Bakalan
(2160.ZBakalan) + (1972.ZNgagel) + (1502.ZKenanti) + ...... (376.ZWedusan) =
(2160+1972+1502+.....0)
Batasan total demand yang menuju ke titik alternatif lebih besar dari dari rata-
rata total demand di kecamatan tersebut.
DZMY iji
Nj
))1((
(2160.ZBakalan + (M (1-ZBakalan))) + (1972.ZNgagel + (M (1-ZNgagel))) +
(1502.ZKenanti + (M (1-ZKenanti))) + ...... (376.ZWedusan+ (M (1-ZWedusan)))
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 10
≥ 12356
Batasan titik alternatif mobile unit memiliki kapasitas demand diatas rata-rata
total demand yang dilayani di kecamatan tersebut.
ii ZDW
untuk i = Bakalan
(2160+1972+1502+.....0) ≥ 12356.ZBakalan
Batasan skenario jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit yang akan
digunakan. Jumlah titik jumlah titik alternatif pemberhentian mobile unit
yang akan digunakan telah ditentukan di awal.
LZ i
i
Zbakalan + ZNgagel + ZKenanti + ...... ZWedusan = 3
Nonnegatif Constraints
0iW
untuk i = Bakalan
(2160+1972+1502+.....0) ≥ 0
Binary Constrains
)1,0(iZ
Langkah selanjutnya adalah memilih titik alternatif lokasi terpilih yang
sesuai dengan batasan-batasan set covering dan fungsi tujuan terkecil (minimum).
Terpilihlah titik alternatif mobile unit yaitu Desa Dukuhseti, Alasdowo dan
Banyutowo.
Titik alternatif mobile unit terpilih hasil pengolahan data menggunakan
bantuan software Risk Solver Platform V9.0 dengan memasukkan model set
covering untuk seluruh kecamatan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 11
Tabel 4.9 Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Dukuhseti -83 17090 9
Alasdowo -81 15588 9
Banyutowo -82 16527 10
Payak -65 14652 8
Karangsari -85 13875 8
Sumur -85 14208 8
Sendangrejo -80 9082 13
Jepat Lor -77 12651 19
Keboromo -76 11847 18
Karanglegi -81 19098 15
Tlutup -74 15274 13
Kertomulyo -76 17076 12
Pagerharjo -65 15612 14
Tlogoharum -82 12313 11
Wedarijaksa -78 14502 13
Sumberejo -86 10996 9
Jembulwunul -80 11005 9
Sidomulyo -69 10917 10
Pati Kidul -78 7802 29
Pati Wetan -60 7802 29
Sidoharjo -77 7802 29
Cebolek Kidul -74 20337 19
Purworejo -64 21768 21
Margoyoso -62 20220 19
Dadirejo -69 17253 16
Langse -80 14980 14
Margorejo -67 15300 15
Gunungsari -81 11920 11
Lahar -88 12054 11
Regaloh -75 12305 11
Gembong -77 22292 11
Pohgading -79 22292 11
Wonosekar -85 22292 11
Kayen -87 18247 13
Purwokerto -82 18247 12
Sumbersari -61 16704 12
Beleadi -62 25015 18
Sukolilo -80 25015 18
Sumbersoko -77 25015 18
Penanggungan -82 15303 20
Plumbungan -76 15458 20
Tanjang -76 14698 19
Gembong
Kayen
Sukolilo
Wedarijaksa
Gunungwungkal
Pati
Margoyoso
Margorejo
Cluwak
Tayu
Trangkil
Dukuhseti
Tlogowungu
Gabus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 12
Tabel 4.9 Titik alternatif mobile unit untuk provider Telkomsel (lanjutan)
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Karangwono -72 12934 14
Mojomulyo -76 12514 14
Tambakromo -65 12302 13
Kedungmulyo -79 14799 18
Sendangsoko -73 15149 17
Sidomulyo -79 16166 18
Sriwedari -81 22150 20
Sumberrejo -70 19921 18
Tamansari -73 18542 17
Kropak -71 13172 24
Kudur -68 14250 26
Mintorahayu -66 14668 27
Pucakwangi -60 18588 18
Triguno -73 17850 17
Wateshaji -84 17932 17
Sejomulyo -69 18595 29
Tluwah -76 18595 29
Trimulyo -78 18595 29
Jembangan -72 18103 14
Lengkong -72 16899 14
Mangunlegi -65 18388 15
Pucakwangi
Juwana
Batangan
Tambakromo
Jakenan
Jaken
Winong
Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Dukuhseti -80 17090 9
Alasdowo -80 15588 9
Banyutowo -77 16527 10
Payak -79 14652 8
Karangsari -80 13875 8
Sumur -79 14208 8
Dororejo -90 10073 17
Jepat Lor -80 12651 19
Keboromo -73 11847 18
Karanglegi -72 19098 15
Krandan -70 17617 14
Kertomulyo -75 17076 12
Bumiayu -86 15164 13
Tlogoharum -79 12313 11
Wedarijaksa -76 14502 13
Cluwak
Tayu
Trangkil
Dukuhseti
Wedarijaksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 13
Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat (lanjutan)
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Jembulwunul -75 11005 9
Sidomulyo -75 10917 10
Ngethuk -80 8409 7
Pati Wetan -70 7802 29
Semampir -73 7802 29
Sidoharjo -70 7802 29
Cebolek Kidul -76 20337 19
Purworejo -67 21768 21
Margoyoso -66 20220 19
Badegan -87 14451 15
Dadirejo -72 17253 16
Margorejo -88 15300 15
Guwo -68 14445 13
Suwatu -79 13543 12
Tlogorejo -90 12657 11
Gembong -71 22292 11
Pohgading -79 22292 11
Wonosekar -79 22292 11
Kayen -81 18247 13
Pesagi -87 16820 12
Purwokerto -74 18247 12
Beleadi -89 25015 17
Gadudero -80 25015 17
Sukolilo -88 25015 17
Plumbungan -83 15458 20
Tanjang -90 14698 19
Tlogoayu -77 13405 19
Karangwono -69 12934 14
Mojomulyo -71 12514 14
Tambakromo -69 12302 13
Kalimulyo -89 13709 16
Sendangsoko -87 15149 17
Sidomulyo -88 16166 18
Sriwedari -87 22150 20
Sumberagung -77 19232 17
Sumberrejo -86 19921 18
Kudur -68 14250 26
Mintorahayu -72 14668 27
Tawangrejo -77 14265 25
Pucakwangi -73 18588 18
Triguno -84 17850 17
Wateshaji -68 17932 17
Gembong
Kayen
Sukolilo
Gunungwungkal
Pati
Margoyoso
Margorejo
Tlogowungu
Pucakwangi
Gabus
Tambakromo
Jakenan
Jaken
Winong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 14
Tabel 4.10 Titik alternatif mobile unit untuk provider Indosat (lanjutan)
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Sejomulyo -84 18595 29
Tluwah -89 18595 29
Trimulyo -75 18595 29
Batursari -87 17840 15
Jembangan -88 18103 14
Mangunlegi -86 18388 15
Juwana
Batangan
Tabel 4.11 Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Dukuhseti -90 10073 9
Ngagel -81 13710 8
Dumpil -82 14086 9
Payak -80 14652 8
Plaosan -75 16095 10
Sumur -86 14208 8
Sendang rejo -84 9082 13
Jepat Lor -75 12651 19
Keboromo -79 11847 18
Karanglegi -70 19098 15
Tlutup -73 15274 13
Krandan -74 17617 14
Bumiayu -89 15164 13
Tlogoharum -86 12313 11
Wedarijaksa -78 14502 13
Jembulwunul -87 11005 9
Perdopo -79 8194 7
Sidomulyo -89 10917 10
Pati Wetan -71 7802 29
Semampir -74 7802 29
Sidoharjo -72 7802 29
Cebolek Kidul -80 20337 19
Purworejo -70 21768 21
Margoyoso -69 20220 19
Wangunrejo -79 13104 13
Margorejo -81 15300 15
Sukoharjo -82 15084 14
Guwo -83 14445 13
Suwatu -84 13543 12
Tlogorejo -76 12657 11
Wedarijaksa
Gunungwungkal
Pati
Margoyoso
Margorejo
Cluwak
Tayu
Trangkil
Dukuhseti
Tlogowungu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 15
Tabel 4.11 Titik alternatif mobile unit untuk provider Excelcomindo (lanjutan)
Kecamatan Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah desa
yang tercover
Klakah Kasian -87 20665 10
Pohgading -84 22292 11
Ketanggan -76 22292 11
Durensawit -79 17947 13
Pasuruhan -89 16936 12
Purwokerto -83 18247 12
Beleadi -79 25015 17
Sukolilo -80 25015 17
Sumbersoko -82 25015 17
Penanggungan -88 15303 20
Tlogoayu -82 13405 19
Tanjang -77 14698 19
Karangwono -87 12934 14
Mojomulyo -88 12514 14
Sitirejo -88 10698 11
Jakenan -84 14004 15
Sidomulyo -83 16166 18
Kedungmulyo -74 14799 18
Sriwedari -90 22150 20
Sumberrejo -81 19921 18
Tegalarum -90 18635 17
Mintorahayu -77 14668 27
Tanggel -85 12913 25
Tawangrejo -76 14265 25
Pucakwangi -77 18588 18
Bodeh -82 18465 18
Wateshaji -76 17932 17
Sejomulyo -89 18595 29
Karangrejo -81 18595 29
Kebonsawahan -77 18595 29
Lengkong -87 16899 14
Jembangan -90 18103 14
Mangunlegi -89 18388 15
Pucakwangi
Juwana
Batangan
Gabus
Tambakromo
Jakenan
Jaken
Winong
Gembong
Kayen
Sukolilo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil pengolahan data
model set covering problem.
5.1. Analisis Kriteria Penentuan Titik Alternatif Pemberhertian Mobile
Unit
5.1.1. Analisis Demand
Kriteria yang digunakan dalam penentuan titik alternatif pemberhentian
mobile unit adalah demand ( jumlah penduduk yang belum memiliki KTP).
Semakin banyak demand suatu calon titik alternatif maka akan semakin besar
kemungkinan titik tersebut dijadikan titik alternatif pemberhentian mobile unit.
Tabel 5. 1 Demand Kecamatan Dukuhseti
Bakalan 2160 13710
Ngagel 1972 13710
Kenanti 1502 13710
Grogolan 1315 9484
Dukuhseti 3099 17090
Alasdowo 1784 15588
Kembang 2254 9297
Tegalombo 1878 11081
Puncel 563 8170
Banyutowo 1127 16527
Dumpil 751 14086
Wedusan 376 5822
Total
demand di
desa i
Rata-rata total
demand
12356
KecamatanDemand di
desa iDesa / Kelurahan
Kecamatan Dukuhseti
Tabel 5.2 Titik alternatif mobile unit untuk Kecamatan Dukuhseti
Provider Desa Terpilih Sinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah
desa yang
tercover
Dukuhseti -83 17090 10
Alasdowo -81 15588 9
Banyutowo -82 16527 9
Dukuhseti -80 17090 10
Alasdowo -80 15588 9
Banyutowo -77 16527 9
Dukuhseti -90 17090 10
Ngagel -81 13710 8
Dumpil -82 14086 9
Telkomsel
Indosat
Excelcomindo
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa tiga desa pada Kecamatan Dukuhseti
dengan total demand terbesar ada pada desa Dukuhseti (17090), Alasdowo
(15588) dan Banyutowo (16527). Tiga desa tersebut terpilih sebagai titik alternatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
pemberhentian mobile unit untuk provider Telkomsel dan Indosat seperti yang
telihat pada tabel 5.2. Desa Kembang (2254), Desa Bakalan (2160 dan Desa
Tegalombo (1878) tidak terpilih sebagai titik alternatif walaupun memiliki
demand desa di atas demand Desa Alasdowo (1784) dan Desa Banyutowo (1127)
dikarenakan keempat desa tersebut memiliki total demand dibawah total demand
desa Alasdowo dan Desa Banyutowo. Selain itu total demand Desa Tegalombo
(11081) dibawah rata-rata total demand Kecamatan Dukuhseti (12356). Diketahui
bahwa model set covering memiliki batasan total demand yang menuju ke titik
alternatif lebih besar dari dari rata-rata total demand di kecamatan tersebut.Hal ini
membuktikan bahwa semakin besar total demand disuatu titik maka titik tersebut
semakin besar kemungkinan menjadi titik alternatif pemberhentian mobile unit.
Hal berbeda terjadi pada provider Excelcomindo yang memilih Desa
Ngagel dan Dumpil sebagai titik alternatif walalupun kedua desa tersebut
memiliki total demand dibawah total demand desa Banyutowo dan Desa
Alasdowo. Hal ini disebabkan pada provider Excelcomindo Desa Banyutowo dan
Desa Alasdowo memiliki kekuatan sinyal kurang dari -90 yang berarti kedua desa
tersebut tidak dapat terpilih sebagai titik alternatif pemberhentian mobile unit.
5.1.2. Analisis Jarak Antar Titik Alternatif Pemberhentian Mobile Unit
Model Set Covering Problem memiliki fungsi tujuan minimasi jarak
tempuh yang harus dilalui oleh demand. Hasil dari perhitungan set covering
kriteria jarak diwakili total jarak yang telayani oleh satu titik alternatif
pemberhentian mobile unit. Apabila semakin kecil total jarak yang terlayani pada
satu titik alternatif, maka titik tersebut semakin besar kemungkinan menjadi titik
alternatif pemberhentian mobile unit.
Hasil perhitungan set covering problem dengan fungsi tujuan minimasi
jarak, menghasilkan titik alternatif pemberhentian mobile unit yang dapat
melayani desa lebih banyak dari titik alternatif pemberhentian lain. Semakin
banyak desa yang terlayani maka semakin kecil total jarak yang terlayani pada
titik alternatif tersebut. Hal ini disebabkan pemberian nilai unlimited ( 99 ) untuk
desa yang tidak terlayani. Desa yang tidak terlayani ini identik dengan desa yang
tidak dapat ditarik garis lurus pada data from-to chart.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
Pada pembahasan analisis demand, Kecamatan Trangkil memiliki
perbedaan pada titik alternatif terpilih untuk setiap provider. Pada tabel 5.3
provider Telkomsel memilih Desa Karanglegi, Tlutup dan Keryomulyo, provider
Indosat memilih Desa Karanglegi, Krandan dan Kertomulyo dan provider
Excelcomindo memilih Desa Karanglegi, Tlutup dan Krandan. Provider
Telkomsel memilih Desa Tlutup dan provider Indosat memilih Desa Krandan dan
provider Excelcomindo memelih kedua desa tersebut. Terdapat kesamaan dari
desa-desa terpilih tersebut selain total demand yang diatas rata-rata, yaitu total
jarak yang tercover dari desa-desa tersebut adalah total jarak yang terkecil bila
dibandingkan desa-desa lainnya pada kecamatan Trangkil. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 5.5. Desa Karanglegi memiliki total jarak yang tecover sebesar 158,6
km, desa Tlutup memiliki 336,8 km, Desa Kertomulyo memiliki 337,9 km, dan
Desa Krandan memiliki 236,6 km.
Tabel 5.3 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil
ProviderDesa
TerpilihSinyal
jumlah
penduduk yg
terlayani
jumlah
desa yang
tercover
Karanglegi -81 19098 15
Tlutup -74 15274 13
Kertomulyo -76 17076 12
Karanglegi -72 19098 15
Krandan -70 17617 14
Kertomulyo -75 17076 12
Karanglegi -70 19098 15
Tlutup -73 15274 13
Krandan -74 17617 14
Telkomsel
Indosat
Excelcomindo
Tabel 5.4 Demand Kecamatan Trangkil
Mojoagung 1313 13854
Ketanen 1189 12933
Kajar 1412 16796
Karangwage 1040 16896
Rejoagung 1436 12492
Sambilawang 1783 15915
Pasucen 1015 17176
Tegalharjo 1139 5646
Karanglegi 1535 19098
Kadilangu 1362 15274
Tlutup 1114 15274
Krandan 1164 17617
Kertomulyo 2328 17076
Guyangan 1808 13172
Trangkil 3418 14254
Asempapan 1709 13152
Total
demand di
desa i
Rata-rata
demand
Kecamatan Trangkil
Kecamatan
14789
Demand di
desa iDesa / Kelurahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
Tabel 5.5 Desa terlayani dan total jarak Kecamatan Trangkil
Mojoagung 12 436,6
Ketanen 11 524,5
Kajar 13 340,4
Karangwage 13 342,7
Rejoagung 9 723,1
Sambilawang 12 433,1
Pasucen 13 355,5
Tegalharjo 6 1020,4
Karanglegi 15 158,6
Kadilangu 13 336,8
Tlutup 13 336,8
Krandan 14 236,6
Kertomulyo 13 337,9
Guyangan 11 527,9
Trangkil 11 525,5
Asempapan 11 533,6
Desa / KelurahanDesa yg
tercover
Kecamatan Trangkil
KecamatanTotal jarak
yg tercover
5.1.3. Analisis Kekuatan Sinyal
Layanan registrasi kependudukan bergerak menggunakan sistem semi-
online sehingga membutuhkan sinyal yang baik agar pengiriman data dari mobile
unit ke server dapat berjalan lancar. Semakin baik kekuatan sinyal maka semakin
baik pula pengiriman datanya. Oleh karena itu, kekuatan sinyal mempengaruhi
dalam penentuan titik alternatif pemberhetian mobile unit. Semakin kuat sinyal
pada suatu desa, maka desa tersebut semakin baik bila dijadikan titik alternatif
pemberhentian mobile unit.
Menurut Marc Proulx (2001), skala pengukuran kekuatan sinyal adalah
sangat baik apabila berada di kisaran 0 hingga -75 dBm, apabila berada di kisaran
-75 hingga -85 dBm maka termasuk baik, dan apabila berada di kisaran -85
hingga -125 dBm, maka dianggap buruk. Dari skala pengukuran ini dibuat grafik
perbandingan kekuatan sinyal seluruh titik alternatif pemberhentian mobile unit
Kabupaten Pati
Tabel 5.6 Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati
Telkomsel Indosat Excelcomindo
Sangat Baik 27 23 11
Baik 33 22 34
Buruk 3 18 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan kekuatan sinyal titik alternatif Kabupaten Pati
Dari grafik 5.1 terlihat bahwa provider Telkomsel banyak memilih titik
alternatif dengan kekuatan sinyal baik dan sangat baik, provider Indosat lebih
merata dalam pemilihan titik alternatif, sedangakan provider Excelcomindo lebih
banyak memilih titik alternatif dengan kekuatan sinyal buruk dan baik. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan sinyal masing-masing provider tersebut. Pada tabel 5.8
terlihat bahwa provider Telkomsel memiliki jumlah desa dengan kekuatan sinyal
sangat baik sebanyak 204 desa, kekuatan sinyal baik sebanyak 138 desa dan
kekuatan sinyal buruk sebanyak 63 desa. Provider Indosat memiliki desan dengan
kekuatan sinyal sangat baik sebanyak 185 desa, kekuatan sinyal baik sebanyak
131 desa dan kekuatan sinyal buruk sebanyak 89 desa. Sedangkan provider
Excelcomindo memiliki desan dengan kekuatan sinyal sangat baik sebanyak 78
desa, kekuatan sinyal baik sebanyak 139 desa dan kekuatan sinyal buruk sebanyak
188 desa. Bila dilihat dari data tersebut maka wajar provider Telkomsel banyak
memilih alternatif dengan kekuatan sinyal baik dan sangat baik. Begitu pula
dengan provider Excelcomindo yang lebih banyak memilih titik alternatif dengan
kekuatan sinyal buruk dan baik.
Tabel 5.7 Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati
Telkomsel Indosat Excelcomindo
Sangat Baik 204 185 78
Baik 138 131 139
Buruk 63 89 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan kekuatan sinyal seluruh desa di Kabupaten Pati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil pengolahan data dan
analisis yang telah dilakukan sebelumnya
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Model set covering problem dapat digunakan untuk menentuan lokasi
alternatif pemberhentian mobile unit kartu penduduk, dengan didasarkan
tiga kriteria yaitu demand, kriteria jarak antar titik alternatif pemberhentian
mobile unit dan kriteria kekuatan sinyal.
2. Titik-titik lokasi kunjungan untuk tiap kecamatan yang
memungkinkan dijadikan titik lokasi alternatif pemberhentian mobile unit
terlampir pada Bab IV, tabel 4.9 untuk provider Telkomsel, tabel 4.10
untuk provider Indosat dan tabel 4.11 untuk provider Excelcomindo.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah:
1. Hasil penentuan lokasi alternatif pemberhentian mobile unit kartu
penduduk dapat digunakan sebagai acuan untuk Kantor Dinas Catatan
Sipil Kabupaten Pati dalam memilih lokasi pemberhentian mobile unit.
2. Kantor Dinas Catatan Sipil Kabupaten Pati dapat mempertimbangkan
salah satu dari ketiga provider yang akan digunakan sebagai pengiriman
data kependudukan.