19
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia merupakan salah satu bentuk dari pengaruh Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia, antara lain: 1. Kerajaan Kutai Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai yang berupa tujuh buah yupa. a. Aspek Politik Dari salah satu yupa yang ditemukan, dapat diketahui tentang silsilah raja Kutai. Yupa tersebut menyebutkan bahwa yang memerintah saat itu adalah Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Kudungga. Menurut Purbacaraka, Kudungga adalah nama asli Indonesia. Pada masa kekuasaan Kudungga, diduga pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha belum ada. Kemudian, pada saat Aswawarman berkuasa, pengaruh Hindu-Buddha mulai tersebar. Hal tersebut dibuktikan dari prasasti yang menyebutkan bahwa Aswawarman disebut sebagai Wangsakerta (pendiri keluarga raja) yang menunjukkan pemakaian bahasa Sansekerta. b. Aspek Ekonomi Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan ekonomi masyarakat Kutai,tetapi dari banyaknya persembahan yang diberikan raja dapat disimpulkan bahwa ekonomi Negara Kutai cukup baik. Hal ini ditunjang letaknya di tepi sungai dan kemampuan dagang serta pelayaran. c. Aspek Sosial dan Budaya Kondisi sosial masyarakat Kutai pada abad ke-5 sudah teratur dan telah berbentuk sebuah kerajaan besar. Ini mengubah kebiasaan berorganisasi masyarakat pada saat itu yang semula bersifat kesukuan menjadi kerajaan. Artinya, kehidupan social masyarakat Kutai sudah berkembang dan dinamis. Dalam pelapisan masyarakat terdapat golongan Brahmana, Ksatria, dan masyarakat umum. Sementara di bidang kebudayaan dapat dikatakan Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan

Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di IndonesiaMunculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia merupakan salah satu bentuk dari pengaruh Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia, antara lain:

1. Kerajaan Kutai Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti Kutai yang berupa tujuh buah yupa.a. Aspek PolitikDari salah satu yupa yang ditemukan, dapat diketahui tentang silsilah raja Kutai. Yupa tersebut menyebutkan bahwa yang memerintah saat itu adalah Mulawarman, anak Aswawarman, cucu Kudungga. Menurut Purbacaraka, Kudungga adalah nama asli Indonesia. Pada masa kekuasaan Kudungga, diduga pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha belum ada. Kemudian, pada saat Aswawarman berkuasa, pengaruh Hindu-Buddha mulai tersebar. Hal tersebut dibuktikan dari prasasti yang menyebutkan bahwa Aswawarman disebut sebagai Wangsakerta (pendiri keluarga raja) yang menunjukkan pemakaian bahasa Sansekerta.b. Aspek EkonomiTidak banyak yang diketahui tentang kehidupan ekonomi masyarakat Kutai,tetapi dari banyaknya persembahan yang diberikan raja dapat disimpulkan bahwa ekonomi Negara Kutai cukup baik. Hal ini ditunjang letaknya di tepi sungai dan kemampuan dagang serta pelayaran.c. Aspek Sosial dan BudayaKondisi sosial masyarakat Kutai pada abad ke-5 sudah teratur dan telah berbentuk sebuah kerajaan besar. Ini mengubah kebiasaan berorganisasi masyarakat pada saat itu yang semula bersifat kesukuan menjadi kerajaan. Artinya, kehidupan social masyarakat Kutai sudah berkembang dan dinamis. Dalam pelapisan masyarakat terdapat golongan Brahmana, Ksatria, dan masyarakat umum.Sementara di bidang kebudayaan dapat dikatakan Kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan atau Vratyastoma. Upacara ini mulai dilaksanakan sejak zaman Aswawarman. Menurut para ahli, pemimpin upacara tersebut adalah para Brahmana dari India. Namun, sejak zaman Mulawarman, upacara tersebut dipimpin oleh Brahmana dari orang Indonesia asli. Ini membuktikan bahwa orang Indonesia asli memiliki kercerdasan yang tinggi. Misalnya, dalam hal penguasaan bahasa Sansekerta sebagai bahasa resmi kaum Brahmana.d. Berakhirnya Kerajaan KutaiKerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Page 2: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

2. Kerajaan TarumanegaraTarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu tertua di Jawa. Prasasti-prasasti yang

menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Tarumanegara ditemukan di Bogor, Jakarta, dan daerah Banten Selatan. Prasasti-prasasti tersebut antara lain prasasti Ciaruten yang ditemukan di tepi Sungai Citarum Bogor, prasasti Kebon Kopi yang ditemukan di Kampung Muara Hilir, dan prasasti Tugu yang ditemukan di Cilincing, Jakarta.a. Aspek PolitikKerajaan Tarumanegara diperkirakan muncul pada abad ke-5. Raja yang berkuasa adalah Purnawarman dengan pusat kekuasaannya di daerah Bogor. Raja Purnawarman merupakan raja yang cakap dan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.b. Kehidupan Sosial Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.c. Kehidupan EkonomiPrasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan teratur.d. Kehidupan BudayaDilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.e. Runtuhnya Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

Gambar : Peta Letak Prasasti Kerajaan Tarumanegara

Page 3: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

NO

Nama Raja Tahun Memerintah

1. Jayasingawarman 358-382 M2. Dharmayawarman 382-395 M3. Purnawarman 395-434 M4. Wisnuwarman 434-455 M5. Indrawarman 455-515 M6. Candrawarman 515-535 M7. Suryawarman 535-561 M8. Kertawarman 561-628 M9. Sudhawarman 628-639 M10. Hariwangsawarman 639-640 M11. Nagajayawarman 640-666 M12. Linggawarman 666-669 M

Raja-raja Tarumanegara:

3. Kerajaan SriwijayaSriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.a. Struktur pemerintahan

Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.

Page 4: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc
Page 5: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

b. Aspek kehidupan ekonomiDilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malak yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia Tenggara. Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk terjun dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan.c. Aspek kehidupan socialKerajaan Sriwijaya karena letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan internasional menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh asing. Masyarakat Sriwijaya juga telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia perdagangannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama-nama India, adat-istiadat, serta tradisi dalam Agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara.d. Aspek kehidupan budayaMenurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.e. Aspek kehidupan AgamaKerajaan Sriwijaya merupakan pusat pertemuan antara para jemaah agama Budha dari Cina ke India dan dari India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di Kerajaan Sriwijaya berkembang ajaran Budha Mahayana. Bahkan perkembangan ajaran agama Budha di Kerajaan Sriwijaya tidak terlepas dari pujangga yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya diantaranya Dharmapala dan Sakyakirti. Dharmapala adalah seorang guru besar agama Budha dari Kerajaan Sriwijaya. Ia pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala).f. Faktor penyebab keruntuhana. Berulang kali diserang kerajaan Colomandalab. Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diric. Terdesak perkembangan kerajaan di Thailandd. Terdesak pengaruh kerajaan Singasarie. Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijayaf. Kurangnya raja yang berwibawag. Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara

Page 6: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

4. Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram di Jawa Timura. Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha. Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.

- Aspek Kehidupan Politik- Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama

dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya). Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat.

- Aspek Kehidupan Sosial

- Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama

Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan saling bertoleransi.

Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi

Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam

membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan gotong royong yang

telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.

- Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya

kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk

desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu

bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.

- Aspek Kehidupan Ekonomi

- Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan

Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga

Page 7: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan

banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor

hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian

telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Usaha perdagangan juga

mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan

untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran

Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas

perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di

kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan

perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan

perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

- Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha

- Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan

dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari

Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak

(tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu,

seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari,

cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha,

misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan

candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Selain tiu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair. 

- Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno

Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota

kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini

disebabkan oleh:

1) Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar:

2) Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi;

3) Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.

Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa

Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke

Jawa Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih

wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini

Page 8: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses

pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan

Mataram Kuno di Jawa Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.

b. Mataram di Jawa Timur

Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada 929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluass hingga ke Jawa Timur. Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.

- Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Mataram di Jawa Timur Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa perubahan baru dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur sosial dari masa Kutai hingga Majapahit mengalami perkembangan yang ber-evolusi namun progresif. Dunia perekonomian pun mengalami perkembangan: dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai tukar uang.

- Dalam hal kepemilikan tanah, transportasi, perpajakan, dan tenaga kerja; kehidupan rakyat Medang Kamulan menyerupai Mataram, karena Medang Kamulan tak lain adalah kelanjutan Mataram, hanya nama dinastinya saja yang berbeda. Toh, yang berbeda hanya perpindahan wilayah kekuasaan dari barat ke timur.

- Masa pemerintahan Mpu Sindok lalu Sri Isana Tunggawijaya, merupakan masa yang damai. Namun, sejak pemerintahan Dharmawangsa Teguh, politik Kerajaan cenderung mengarah ke luar negeri. Tujuannya adalah untuk merebut dominasi perdagangan di perairan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk keperluan ini, Dharmawangsa Teguh membangun armada militer yang tangguh. Dengan kekuatan militer ini, Medang Kamulan menaklukkan Bali, lalu mendirikan semacam koloni di Kalimantan Barat. Dengan armada ini pula, Medang Kamulan kemudian menyerang Sriwijaya, walaupun tidak menang.

- Dharmawangsa pun mengembangkan pelabuhan Hujung Galuh di selatan Surabaya dan Kembang Putih (Tuban) sebagai tempat para pedagang bertemu. Ketika Airlangga berkuasa, kerajaan menjaga hubungan damai dengan kerajaan-kerajaan tetangga demi kesejahteraan rakyat. Ini diperlihatkan dengan mengadakan perjanjian damai dengan Sriwijaya. Kerajaan pun memperlakukan umat Hindu dan Buddha sederajat.

Page 9: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

5. Kerajaan KediriKerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di

Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.A. SumberSejarah1. Prasati sirah keting (1140 M) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.2. Prasati yang ditemukan tulung agung kertosono, berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 117-1130 M).3. Prasasti Ngantang (1135 M) tentang raja Jayabaya member hadiah rakyat desa Ngantang sebidang tanah bebas pajak.4. Prasasti Jaring (1181 M) tentang raja Gandra yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti kebo waruga dan tikus janata.5. Prasasti Kamulan (1194 M) tentang raja Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediri berhasil mengalahkan musuh di katang-katang.6. Buku cina yang berjudul Chu Fan Chai karangan Chu Ju Kuam (1220 M) yang mengambil cerita dari buku Ling Wai Taita (1778 M) karanga Chu Ik Fei tentang kerajaan Kediri pada abad B. Aspek Kehidupan PolitikPada abad ke 10 pusat pemerintahan di Jawa Tengah dipindahkan ke Jawa Timur karena ada suatu hal, pada awalnya wilayah kekuasaan kerajaan Kediri meliputi daerah Kediri, Madiun, dan daerah bagian barat kerajaan Medang Kamulan.Raja-raja yang pernah memerintah :1. Raja Jayawarsa (1140 M)2. Raja Baweswara (117 – 1130 M)3. Raja Jayabaya (1135 – 1157 M)4. Raja Sarweswara dan Raja Aryeswara (tidak diketahui)5. Raja Gandra (1181 M)6. Raja Kertajaya (1190 – 1222 M)C. Kehidupan SosialPada masa raja Jayabaya terdapat usaha untuk memberikan perlindungan terhadap para ahli sastra seperti penyair dan pengarang sehingga mereka bisa mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kitab Lubdhaka yang memberikan pelajaran moral tentang tinggi rendahnya martabat seseorang tidak ditentukan berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan berdasarkan tingkah lakunya.D. Kehidupan EkonomiKehidupan perekonomian rakyat Kediri menurut catatan pedagang cina yang dikumpulkan jadi kronik-kronik kerajaan yang disebutkan bahwa :1. Kadiri banyak menghasilkan beras.2. Barang dagangan yang laku dipasaran pada masa itu adalah meas, perak gading, kayu cendana, dsb.3. Letak kerajaan Kediri sangat strategis dalam pelayaran perdagangan antara Indonesia

Page 10: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

Timur dan Indonesia barat.E. Kehidupan BudayaAbad ke 12 M memiliki arti sangat penting dalam masa selanjutnya. kerajaan Kediri banyak meninggalkan pelajaran untuk mengembangkan kerjaan diantaranya :1. Suatu Negara bisa maju jika kondisi ekonomi stabil.2. Keadaan politik harus stabil agar kekuatan bangsa tidak kurang.3. Kehidupan kebudayaan harus diperluas, untuk menambah kejayaan bangsa.

Hasil karya sastra:1. Krisnayana, dari jaman pemerintahan raja Jayawarsa.2. Bharatayuda, karangan Empu Sedah dan Empu Panuluh.3. Arjuna Wiwaha karangan Empu Kanwa.4. Hariwangsa karangan Empu Panuluh5. Bhamakarya pengarangnya tidak jelas.6. Smaradhana karangan Empu Dharmaja.7. Wartasancaya dan Lubdhaka karangan Empu Tanakung.

F. Runtuhnya Kediri

Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.

6. Kerajaan SingasariKerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang

didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di daerah Singosari, Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan 70 tahun sebelum mengalami keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang merupakan pengawalnya.

Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian

Page 11: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

a. ASPEK KEHIDUPAN SOSIALKetika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah – daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.

b. ASPEK KEHIDUPAN EKONOMIKeadaan perekonomian Kerajaan Singasari yaitu ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil – hasil bumi.

c. ASPEK KEHIDUPAN BUDAYADitemukan peninggalan candi – candi dan patung – patung diantaranya candi Kidal, candiJaga, dan candi Singasari. Sedangkan patung – patung yang ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (Kedua patung Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

d. ASPEK KEHIDUPAN AGAMADiangkat seorng Dharmadyaksa (kepala agama Buddha). Disamping itu ada pendeta Maha Brahmana yang mendampingi Raja, dengan pangkat Sangkhadharma. Sesuai dengan agama yang dianutnya, Kertanegara didharmakan sebagai Syiwa Buddha di candi Jawi, di Sagala bersama – sama dengan permaisurinya yang diwujudkan sebagai Wairocana Locana, dan sebagai Bairawa di candi Singasari. Terdapat prasasti pada lapik (alas) arca Joko Dolog yang ada di taman Simpang di Surabaya, yang menyebutkan bahwa Kertanegara dinobatkan sebagai Jina atau Dhyani Buddha yaitu sebagai Aksobya. Sedangkan arca Joko Dolog itu sendiri merupakan arca perwujudannya. Sebagai seorang Jina ia bergelar Jnanasiwabajra.

Page 12: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

7. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah nama sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293. Setelah Raja Kertanegara gugur dalam peristiwa penyerangan Raja Jayakatwang (Raja Kediri), berakhirlah riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta petinggi kerajaan lainnya tewas dalam penyerangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) segera melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan mendapat perlindungan dari Arya Wiraraja, penguasa Sumenep. Raja Jayakatwang sangat menghormati Arya Wiraraja sehingga Raden Wijaya diampuni. Setelah mendapat pengampunan dari Raja Jayakatwang, Raden Wijaya beserta pengikutnya diizinkan untuk membabat hutan Tarik (sekarang menjadi Desa Trowulan, Jawa Timur) untuk dijadikan desa. Disinilah kemudian berdiri pusat Kerajaan Majapahit.

a. Kehidupan politik

Kerajaan Majaphit adalah kerajaan besar yang pernah tumbuh dan berkembang di Nusantara setelah kerajaan Sriwijaya. Mengingat daerah kekuasaannya yang sangat luas itu tentu memerlukan sistem pemerintahan yang baik. Sistem pemerintahan dan politik di Kerajaan Majapahit sudah teratur baik dan berjalan lancar. Raja – raja kerajaan majapahit sebagai negaranya ulung, juga sebagai politikus – politikus yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan mahapatih Gajah mada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa.

b. Kehidupan sosial dan ekonomi

Rakyat Majapahit saat itu hidup makmur dan sentosa. Perhatian raja terhadap rakyat sangat besar. Wujud dari perhatian itu diantaranya usaha memajukan bidang – bidang perdagangan, pertanian, pelayaran dan usaha – usaha lainnya. Kerajaan Majpahit memiliki kemampuan untuk membangun dan mesejahterakan rakyatnya.

Di bidang Agama pemerintahan membiayai pembangunan sarana – sarana peribadatan untuk semua agama yang dianut masyarakatnya. Karena agama yang dianut masyarakat majpahit bermacam – macam.

Kebudayaan majapahit sudah sangat maju, seirama dengan kemajuan penduduknya dalam berbagai bidang. Banyak hasil budaya zaman Majapahit yang sampai ditangan kita, seperti candi, arca, prassati dan kitab – kitab kuno yang sangat tinggi nilai sejarahnya.

c. Bukti atau Sumber – sumber Kerajaan Majapahit

- Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca tahun 1365. Kitab ini merupakan kitab

yang berisikan sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit. Di dalam kitab

Negarakertagama termuat isilah pancasila.

- Kitab Sotasoma, Karya Mpu Tantular

Isi : tentang riwayat Sotasoma (anak raja) yang menjadi pendeta Budha. Ia mau

Page 13: Kerajaan hindu buddha di nusantara.doc

mengorbankan dirinya untuk kepentingan umum.

Ungkapan Bhinneka Tunggal Ika : tan hana dharmamangrwa terdapat dalam kitab ini.

- Kitab Arjunawiwaha, karya Mpu Tantular berisi tentang raja raksasa yang berhasil

ditundukan oleh raja Arjuna Shasrabhu.

d. Keruntuhan Majapahit

Sepeninggal Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan. Pemberontakan tersebut antara lain ialah pemberontakan Ranggalawe, Sora, dan Kuti selama masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328), serta pemberontakan Sadeng dan Keta pada masa Tribhuwanatunggadewi (1328-1350). Pemberontakan baru dapat berakhir pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Setelah masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, pamor Kerajaan Majapahit semakin menurun. Pada 1522, Kerajaan Majapahit hancur akibat terjadinya perang saudara. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Majapahit ialah munculnya Kerajaan Malaka dan berkembangnya kebudayaan Islam di Nusantara.

- Peta Kekuasaan Majapahit