Upload
rizkysamuraiflamenco
View
119
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat.
Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli
untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini
bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan
hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasarvertikal. Oleh
karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil seperti
pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang nantinya
dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan didirikan dan
segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran KDV serta pengolahan
datanya telah tersedia di dalam laporan ini.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.
2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.
3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas
mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran
1.4 Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut
adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
2
a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
b. Persiapan pengukuran
c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
d. Pengukuran sipat datar profil melintang.
1.5 Metode Penulisan
Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum survey
dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan studi
literatur.
1.6 Studi Lapangan
Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil pengamatan
praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau pengamatan langsung di
lapangan.
1.7 Studi Literatur
Metode penulisan yang digunakan untuk menghitung data hasil pengamatan lapangan
serta penyusunan laporan adalah dengan metode literatur atau berdasarkan rumusan-rumusan
yang didapat dari berbagai macam sumber buku yang berhubungan dengan ilmu ukur tanah.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang
rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka airlaut rata-
rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran tinggi adalah
menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B,
sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Hadan titik B letak lebih tinggi daripada titik A,
maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B
adalah jarak antara duabidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung,tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang
nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Beda
tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini
misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
yang cukup t mkop-eliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
Theodolit.
c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis
bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar
(waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode
pengukuran yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasil pengukuran sipat datar.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
4
2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif
akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup
layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.
2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan
yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-
titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat
diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diaturter lebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan cara
menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara
kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar
untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tiggi h dapat
ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua mistar yang
dipasang di atas kedua titik A dan B.
2.4 Macam-Macam Alat Ukur Sipat Datar
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi empat
macamutama, yaitu:
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
5
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan
diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu
putar. Arah Garis Nivo dan Bidik
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya searah dengan garis
bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari
bagian bawah alat ukur penyipat datar.
Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada keadaan di lapangan,
adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:
a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan
diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya telah berdiri
rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a. Setelah di ketahui a,
pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang sama terhadap titik B, maka di
ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b. Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h)
dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak
gelembung nivou harus berada di tengah-tengah.
b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk
suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B, Arahkan garis
bidik dengan gelembung di tengah–tengah ke titik A (belakang) dan ke titik B (muka) yang
telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan pada dua mistar berturut– turut ada b
(belakang) dan m (muka). Bila selalu diingat, bahwa angka–angka pada rambu selalu
menyatakan jarak antara angka dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti,
bahwa beda tinggi antara titik–titik A dan B ada h = b – m.
c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tdak diantara titik A dan B, tidak pula diatas
salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi
diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B
sekarang adalah berrturut-turut b dan m lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah,
bahwa beda tinggi t = b – m. 7
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
6
2.5 Penyetelan Instrumen Sipat Datar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar adalah :
- Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.
- Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
- Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.
Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari teleskopnya.
- Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.
Gambar 2.1 Dumpy Level (type kekar)
Keterangan:
1. Teropong
2. Nivo Tabung
3. Pengatur nivo
4. Pengatur diafragma
5. Kunci horizontal
6. Skrup kiap
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
7
7. Tribrach
8. Trivet
9. Kiap (leveling head)
10. Sumbu ke-1 6
2.6 Kesalahan-keslahan Pada Sipat Datar
Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi
sebagaiberikut :
1. kesalahan acak
2. kesalahan sistematis
3. kesalahan Blunder
2.7 Pengenalan Alat Ukur
Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat
datar (waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat
tulis dan kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
a. Waterpass Bagian – bagian penting dari alat waterpass Teropong jurusan Teropong
jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa- lensa yang terdiri dari
lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat
kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat
goresan benang silang.
Nivo adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah
horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya Nivo dibagi menjadi dua macam yaitu Nivo
kotak dan Nivo tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah Nivo kotak. Nivo kotak,
terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga
bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol),
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
8
bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil
kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung
pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah Nivo. Nivo kotak dikatakan
seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga
sekrup penyetel. Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya : Sekrup koreksi Nivo,
mengatur agar garis arah Nivo berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong
dan sumbu tegak. Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar
berubah terhadap garis arah Nivo dan sumbu tegak. Sekrup penyetel, mengatur kedudukan
bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah. Sekrup helling, mengatur kedudukan
garis bidik dan garis arah Nivo bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.
b. Mistar / Rambu ukur Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4
meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar
ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada
blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih
dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena
dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada Nivo.
d. Pita Ukur Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita
ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan Nivo tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel
pengukuran untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan
menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
9
h. Patok kayu dan paku Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil
pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan
menggunakan patok/paku. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar
dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak
jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu
ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang
tentu itu. Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara
menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan
antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat
penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil
paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling
memperkecil.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
10
BAB III
TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR
3.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan berbagai metoda
pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktik pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
3.2 Tujuan Instruksional Khusus
Pengukuran Sipat Datar KDV Dapat menyebutkan jenis – jenis alat yang digunakan
pada pengukuran sipat datar KDV. Dapat menyebutkan tahapan – tahapan pengukuran sipat
datar KDV. Dapat menggambarkan bentuk formulir ukuran yang digunakan. Dapat
memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat datar yang digunakan. Dapat membuat tabel
untuk pengolahan data sipat datar KDV. Dapat memasukan angka – angka hasil survey ke
dalam tabel. Dapat memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual
maupun secara komputerisasi. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur
memanjang pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.
3.3 Prosedur Persiapan Peralatan
o Alat sipat datar optis ( catat nomor serinya )
o Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
o Unting – unting
o Rambu ukur 2 buah
o Alat tulis dan formulir ukuran
o Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
o Pita ukur 1 buah
o Meteran 1 buah
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
11
o Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )
o Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )
o Bon peminjaman alat dan absensi kelompok
3.4 Prosedur Pengukuran
Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk menentukan
beda tinggi tanah, diantaranya:
- Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,
- Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir peminjaman alat,
- Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
- Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
- Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
- Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
- Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
- Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
- Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki kiap keluar atau
kedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
- Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
- Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
- Membidik rambu ukur belakang dan visir,
- Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
- Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas teropong,
- Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical diafragma
berhimpitdengan bagian tengah rambu,
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
12
- Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), BA
BB
- Periksa syarat BT 0 . 001 , jika sesuai teruskan dengan langkah 2 berikutnya, jika tidak
ulangi pembacaan,
- Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( B A B B ) x100 ,
- Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
- Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
- Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
- Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-patok pada
jalur ukuran,
- Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia
(buat slagnya genap),
- Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang bawah (BB),
dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
- Mengukur jarak belakang (db) dan muka (dm) (jarak mendatar) menggunakan pita ukur,
- Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag satu, dan.NB :
Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /tipe – x. jika salah
angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.
3.5 Prosedur Pengolahan Data
Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV. Masukan nilai kesalahan garis
bidik kedalam tabel Masukan nilai benang atas BT,BB, d belakang d muka kedalam tabel
Hitung BT koreksi disetiap slag Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah
koreksi belakang dan muka Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menggunakan beda
tinggi setiap slag Hitung jarak pita ukur setiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan
jarak muka Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak slag
Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total jarak pengukuran
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
13
Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal ( BTbk – BTmk
) dengan perkalian Control beda tinggi hasil koreksi Menghitung tinggi titik – titik
pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.
3.6 Prosedur Penggambaran
-Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar
- Prinsip skala vertical berbeda dengan skala horizontal ( skala horizontal kurang dari skala
vertical )
- Tetapkan ukuran kertas ( lebih baik menggunakan kertas millimeter )
- Contoh skala horizontal 1:100 dan skala vertical 1:2
- Design / rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar, legenda, notasi dan
skala gambar ( sebaiknya di grafis )
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
14
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK
4.1 Lokasi Pengukuran
Gambar 4.1 Lokasi pengukuran CAD
Gambar 4.2 Gambar Lokasi pengukuran CAD
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
15
Gambar4.3 Gambar Lokasi Pengukuran Citra Satelit
4.2 Waktu Pengukuran
1. Hari : Selasa
Tanggal : 3 Februari 2015
Kegiatan : Pengenalan alat sipat datar dan Praktik Pengukuran KDV serta
mencari nilai KGB
Pukul : 15.00 sampai selesai
Lokasi : Parkiran FPTK UPI
2. Hari : Selasa
Tanggal : 10 Februari 2015
Kegiatan : Pengukuran Sipat Datar
Pukul : 15.00 sampai selesai
Lokasi : Sekitar Gedung FPOK UPI
3. Hari : Jum’at
Tanggal : 13 Februari 2015
Kegiatan : Pengukuran Sipat Datar
Pukul : 13.00 sampai selesai
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
16
Lokasi : Sekitar Gedung FPOK UPI
4.3 Pelaksanaan Praktikum
Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya
bersama rekan dari kelompok 5 melaksankan praktikum pengukuran sipat datar di sekitaran
FPOK UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum
pengukuran sipat datar.
3. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan rambu
ataupun alat sipat datar.
4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan kontur yang
ada di lapangan
5. Jumlah slag yang di buat 20 slag. Setelah di buat 20 slag, kasih tanda dengan paku dan cat.
7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.
8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program
excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
17
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Tabel 1 Data yang Diperoleh
KGB yang akan dipergunakan diperoleh dari hasil perhitungan berikut ini:
Tabel 2 Sumber Data KGB
= -0.000088
BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd
1 1-2 1.661 1.621 1.58 0.733 0.692 0.652 8 8 16
2 2-3 1.85 1.81 1.77 1.214 1.175 1.135 8 8 16
3 3-4 1.63 1.59 1.55 1.34 1.3 1.26 8 8 16
4 4-5 1.45 1.43 1.41 1.33 1.31 1.29 4 4 8
5 5-6 1.456 1.433 1.411 1.174 1.152 1.13 4.5 4.5 9
6 6-7 1.76 1.745 1.73 0.885 0.87 0.855 3 3 6
7 7-8 1.998 1.983 1.968 1.06 1.045 1.03 3 3 6
8 8-9 0.68 0.646 0.612 1.757 1.723 1.689 7 7 14
9 9-10 1.465 1.39 1.315 1.325 1.25 1.175 15 15 30
10 10-11 1.365 1.29 1.215 1.575 1.5 1.425 15 15 30
11 11-12 1.26 1.16 1.06 1.82 1.72 1.62 20 20 40
12 12-13 1.095 1.078 1.06 1.51 1.492 1.475 3.5 3.5 7
13 13-14 1.12 1.08 1.04 1.68 1.64 1.6 8 8 16
14 14-15 1.055 1.015 0.975 1.875 1.835 1.795 8 8 16
15 15-16 0.715 0.665 0.615 2.225 2.175 2.125 10 10 20
16 16-17 1.575 1.5 1.425 1.405 1.33 1.255 15 15 30
17 17-18 1.42 1.32 1.22 1.63 1.53 1.43 20 20 40
18 18-19 1.405 1.345 1.285 1.375 1.315 1.255 12 12 24
19 19-20 1.675 1.635 1.595 0.552 0.512 0.472 8 8 16
19 20-1 1.259 1.238 1.218 1.42 1.4 1.38 4 4 8
Slag No. TitikBacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)
BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd doptisb doptism Ʃdoptis
1 1-2 1.449 1.408 1.368 1.438 1.399 1.359 8.17 7.85 16.02 8.1 7.9 16
2 2-3 1.439 1.4 1.362 1.429 1.39 1.3515 7.69 7.7 15.39 7.7 7.75 15.45
doptisSlag No. Titik
Bacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)
BTb1 - BTm1 BTb2 - BTm2
db1 + dm1 db2 + dm2( )-KGB = )(
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
18
5.3 Analisa Data Hasil Pengukuran
Diketahui Titik Tinggi = 909,5
Nilai KGB = -0,000088
Rumus Yang Di Gunakan
1. Btbk : BTb-(kgb.db)
2. BTmk : BTm-(kgb.dm)
3. ∆H : BTbk-BTmk
4. ∑d : db + dm
5. Bobot :
6. ∆Hk : ∆H-(
7. Ti : T + ∆Hk
8. Kemiringan :
x 100%
x 100%
9. :
a= 14.395 +910 GK1
28.79 b= 14.395
+909 GK2
Skala 1:200
Tinggi titik Awal = GK1- [(a/(a+b)*(GK1-GK2)]
= 910 – [(14.395 /(14.395 +14.395)*(910-909)]
= 909.5 m
Tinggi titik Awal = GK2- [(b/(a+b)*(GK2-GK1)]
= 909 – [(14.395 /(14.395 +14.395)*( 909-910)]
= 909,5 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
19
MENCARI BTmk, BTbk, ∆H dan ∑d
Rumus :
BTmk : BTm-(kgb.dm)
BTbk : BTb-(kgb.db) ,kgb = -0,000088
∆H : BTbk-BTmk
∑d : db + dm
Slag 1
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.621 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.621 - ( -0.000703799 )
= 1.621703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 0.692 - ( -0.000088 . 8 )
= 0.692 - ( -0.000703799 )
= 0.693 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.621 - 0.692
= 0.929 m
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Slag 2
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.81 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.81 - ( -0.000703799 )
= 1.810703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.175 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.175 - ( -0.000703799 )
= 1.176
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.81 - 1.175
= 0.635
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
20
Slag 3
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.59 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.59 - ( -0.000703799 )
= 1.590703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.300 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.300 - ( -0.000703799 )
= 1.301 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.59 - 1.3
= 0.29 m
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Slag 4
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.43 - ( -0.000088 . 4 )
= 1.43 - ( -0.000351899 )
= 1.430351899 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.310 - ( -0.000088 . 4 )
= 1.310 - ( -0.000351899 )
= 1.310 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.43 - 1.31
= 0.12 m
∑d = dm + db
= 4 + 4
= 8 m
Slag 5
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.433 - ( -0.000088 . 4.5 )
= 1.433 - ( -0.000395887 )
= 1.433395887 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
21
= 1.152 - ( -0.000088 . 4.5 )
= 1.152 - ( -0.000395887 )
= 1.152
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.433 - 1.152
= 0.281
∑d = dm + db
= 4.5 + 4.5
= 9 m
Slag 6
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.745 - ( -0.000088 . 3 )
= 1.745 - ( -0.000263924 )
= 1.745263924 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 0.870 - ( -0.000088 . 3 )
= 0.870 - ( -0.000263924 )
= 0.870
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.745 - 0.87
= 0.875
∑d = dm + db
= 3 + 3
= 6 m
Slag 7
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.983 - ( -0.000088 . 3 )
= 1.983 - ( -0.000263924 )
= 1.983263924 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.045 - ( -0.000088 . 3 )
= 1.045 - ( -0.000263924 )
= 1.045
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.983 - 1.045
= 0.938
∑d = dm + db
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
22
= 3 + 3
= 6 m
Slag 8
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 0.646 - ( -0.000088 . 7 )
= 0.646 - ( -0.000615824 )
= 0.646615824 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.723 - ( -0.000088 . 7 )
= 1.723 - ( -0.000615824 )
= 1.7236
ΔH = BTbk – BTmk
= 0.646 - 1.723
= -1.077
∑d = dm + db
= 7 + 7
= 14 m
Slag 9
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.39 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.39 - ( -0.001319622 )
= 1.391319622 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.250 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.250 - ( -0.001319622 )
= 1.251
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.39 - 1.25
= 0.14
∑d = dm + db
= 15 + 15
= 30 m
Slag 10
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.29 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.29 - ( -0.001319622 )
= 1.291319622 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
23
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.500 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.500 - ( -0.001319622 )
= 1.501 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.29 - 1.5
= -0.21 m
∑d = dm + db
= 15 + 15
= 30 m
Slag 11
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.16 - ( -0.000088 . 20 )
= 1.16 - ( -0.001759497 )
= 1.161759497 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 0.692 - ( -0.000088 . 8 )
= 0.692 - ( -0.000703799 )
= 0.693 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.16 - 1.72
= -0.56 m
∑d = dm + db
= 20 + 20
= 40 m
Slag 12
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.078 - ( -0.000088 . 3.5 )
= 1.078 - ( -0.000307912 )
= 1.078307912 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.492 - ( -0.000088 . 3.5 )
= 1.492 - ( -0.000307912 )
= 1.492 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.078 - 1.492
= -0.414
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
24
∑d = dm + db
= 3.5 + 3.5
= 7 m
Slag 13
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.08 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.08 - ( -0.000703799 )
= 1.080703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.640 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.640 - ( -0.000703799 )
= 1.641
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.08 - 1.64
= -0.56
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Slag 14
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.015 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.015 - ( -0.000703799 )
= 1.015703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.835 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.835 - ( -0.000703799 )
= 1.836
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.015 - 1.835
= -0.82
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Slag 15
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 0.665 - ( -0.000088 . 10 )
= 0.665 - ( -0.000879748 )
= 0.665879748 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
25
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 2.175 - ( -0.000088 . 10 )
= 2.175 - ( -0.000879748 )
= 2.176
ΔH = BTbk – BTmk
= 0.665 - 2.175
= -1.51
∑d = dm + db
= 10 + 10
= 20 m
Slag 16
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.5 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.5 - ( -0.001319622 )
= 1.501319622 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.330 - ( -0.000088 . 15 )
= 1.330 - ( -0.001319622 )
= 1.331
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.5 - 1.33
= 0.17
∑d = dm + db
= 15 + 15
= 30 m
Slag 17
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.32 - ( -0.000088 . 20 )
= 1.32 - ( -0.001759497 )
= 1.321759497 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.530 - ( -0.000088 . 20 )
= 1.530 - ( -0.001759497 )
= 1.532 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.32 - 1.53
= -0.21 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
26
∑d = dm + db
= 20 + 20
= 40 m
Slag 18
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.345 - ( -0.000088 . 12 )
= 1.345 - ( -0.001055698 )
= 1.346055698 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 1.315 - ( -0.000088 . 12 )
= 1.315 - ( -0.001055698 )
= 1.316 m
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.345 - 1.315
= 0.03 m
∑d = dm + db
= 12 + 12
= 24 m
Slag 19
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.635 - ( -0.000088 . 8 )
= 1.635 - ( -0.000703799 )
= 1.635703799 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 0.512 - ( -0.000088 . 8 )
= 0.512 - ( -0.000703799 )
= 0.513
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.635 - 0.512
= 1.123
∑d = dm + db
= 8 + 8
= 16 m
Slag 20
BTbk = BTb – ( Kgb.db)
= 1.238 - ( -0.000088 . 4 )
= 1.238 - ( -0.000351899 )
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
27
= 1.238351899 m
BTmk = BTm – ( Kgb.dm)
= 0.512 - ( -0.000088 . 8 )
= 0.512 - ( -0.000703799 )
= 0.513
ΔH = BTbk – BTmk
= 1.238 - 1.4
= -0.162
∑d = dm + db
= 4 + 4
= 8 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
28
TITIK KONTROL
Menghitung ∑(∑d) dan ∑( ΔH)
∑(∑d) = ∑d1 + ∑d2 + ∑d3 + ∑d4 + ∑d5 +
∑d6 + ∑d7 + ∑d8 + ∑d9 + ∑d10 +
∑d11 + ∑d12 + ∑d13 + ∑d14 + ∑d15 +
∑d16 + ∑d17 + ∑d18 + ∑d19 + ∑d20
= 16 + 16 + 16 + 8 + 9 +
6 + 6 + 14 + 30 + 30 + 40
+ 7 + 16 + 16 + 20 + 30 +
40 + 24 + 16 + 8
= 368 m
∑( ΔH ) = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3 + ΔH4 + ΔH5 +
ΔH6 + ΔH7 + ΔH8 + ΔH9 + ΔH10 +
ΔH11 + ΔH12 + ΔH13 + ΔH14 + ΔH15 +
ΔH16 + ΔH17 + ΔH18 + ΔH19 + ΔH20
= 0.9290 + 0.6350 + 0.2900 + 0.1200 + 0.2810 +
0.8750 + 0.9380 + -1.0770 + 0.1400 + -0.2100
+ -0.5600 + -0.4140 + -0.5600 + -
0.8200 + -1.5100 + 0.1700 + -0.2100 +
0.0300 + 1.1230 + -0.1620
= 0.008 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
29
MENCARI BOBOT
Rumus :
Bobot =
, dik ∑(∑d) = 368 m
Slag 1 Bobot =
= 0.043478261
Slag 2 Bobot =
= 0.043478261
Slag 3 Bobot =
= 0.043478261
Slag 4 Bobot =
= 0.02173913
Slag 5 Bobot =
= 0.024456522
Slag 6 Bobot =
= 0.016304348
Slag 7 Bobot =
= 0.016304348
Slag 8 Bobot =
= 0.038043478
Slag 9 Bobot =
= 0.081521739
Slag 10 Bobot =
= 0.081521739
Slag 11 Bobot =
= 0.108695652
Slag 12 Bobot =
= 0.019021739
Slag 13 Bobot =
= 0.043478261
Slag 14 Bobot =
= 0.043478261
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
30
Slag 15 Bobot =
= 0.054347826
Slag 16 Bobot =
= 0.081521739
Slag 17 Bobot =
= 0.108695652
Slag 18 Bobot =
= 0.065217391
Slag 19 Bobot =
= 0.043478261
Slag 20 Bobot =
= 0.02173913
TITIK KONTROL
∑bobot = bobot1 + bobot2 + bobot3 + bobot4 + bobot5 + bobot6 + bobot7 + bobot8 +
bobot9 + bobot10 + bobot11 + bobot12 + bobot13 + bobot14 + bobot15 +
bobot16 + bobot17 + bobot18 + bobot19 + bobot20
= 0.04348 + 0.04348 + 0.04348 + 0.02174 + 0.02446+ 0.01630 + 0.01630+
0.03804 + 0.08152 + 0.08152 + 0.10870 + 0.01902 + 0.04348 + 0.04348 +
0.05435 + 0.08152 + 0.10870 + 0.06522 + 0.04348 +0.02174
= 1
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
31
MENCARI ∆Hk
Rumus : ∆Hk : ∆H – (∑∆h.bobot)
Slag No. Titik ΔHK = ΔH – ( ∑ΔH . bobot )
1 1-2 ΔHK = 0.929 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= 0.929 - ( 0.000347826 )
= 0.928652174
2 2-3 ΔHK = 0.635 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= 0.635 -( 0.000347826 )
= 0.634652174
3 3-4 ΔHK = 0.29 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= 0.29 -( 0.000347826 )
= 0.289652174
4 4-5 ΔHK = 0.12 – ( 0.008 . 0.02173913 )
= 0.12 -( 0.000173913 )
= 0.119826087
5 5-6 ΔHK = 0.281 – ( 0.008 . 0.024456522 )
= 0.281 -( 0.000195652 )
= 0.280804348
6 6-7 ΔHK = 0.875 – ( 0.008 . 0.016304348 )
= 0.875 -( 0.000130435 )
= 0.874869565
7 7-8 ΔHK = 0.938 – ( 0.008 . 0.016304348 )
= 0.938 -( 0.000130435 )
= 0.937869565
8 8-9 ΔHK = -1.077 – ( 0.008 . 0.038043478 )
= -1.077 -( 0.000304348 )
= -1.077304348
9 9-10 ΔHK = 0.14 – ( 0.008 . 0.081521739 )
= 0.14 -( 0.000652174 )
= 0.139347826
10 10-11 ΔHK = -0.21 – ( 0.008 . 0.081521739 )
= -0.21 -( 0.000652174 )
= -0.210652174
11 11-12 ΔHK = -0.56 – ( 0.008 . 0.108695652 )
= -0.56 -( 0.000869565 )
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
32
= -0.560869565
12 12-13 ΔHK = -0.414 – ( 0.008 . 0.019021739 )
= -0.414 -( 0.000152174 )
= -0.414152174
13 13-14 ΔHK = -0.56 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= -0.56 -( 0.000347826 )
= -0.560347826
14 14-15 ΔHK = -0.82 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= -0.82 -( 0.000347826 )
= -0.820347826
15 15-16 ΔHK = -1.51 – ( 0.008 . 0.054347826 )
= -1.51 -( 0.000434783 )
= -1.510434783
16 16-17 ΔHK = 0.17 – ( 0.008 . 0.081521739 )
= 0.17 -( 0.000652174 )
= 0.169347826
17 17-18 ΔHK = -0.21 – ( 0.008 . 0.108695652 )
= -0.21 -( 0.000869565 )
= -0.210869565
18 18-19 ΔHK = 0.03 – ( 0.008 . 0.065217391 )
= 0.03 -( 0.000521739 )
= 0.029478261
19 19-20 ΔHK = 1.123 – ( 0.008 . 0.043478261 )
= 1.123 -( 0.000347826 )
= 1.122652174
20 20-1 ΔHK = -0.162 – ( 0.008 . 0.02173913 )
= -0.162 -( 0.000173913 )
= -0.162173913
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
33
MENCARI Ti
Ti1 = 909.5 m
Ti2 = Ti1 + ΔHK1
= 909.5 + 0.928652174
= 910.4286522 m
Ti3 = Ti2 + ΔHK2
= 910.4286522 + 0.634652174
= 911.0633043 m
Ti4 = Ti3 + ΔHK3
= 911.0633043 + 0.289652174
= 911.3529565 m
Ti5 = Ti4 + ΔHK4
= 911.3529565 + 0.119826087
= 911.4727826 m
Ti6 = Ti5 + ΔHK5
= 911.4727826 + 0.280804348
= 911.753587 m
Ti7 = Ti6 + ΔHK6
= 911.753587 + 0.874869565
= 912.6284565 m
Ti8 = Ti7 + ΔHK7
= 912.6284565 + 0.937869565
= 913.5663261 m
Ti9 = Ti8 + ΔHK8
= 912.6284565 + -1.510434783
= 911.1180217 m
Ti10 = Ti9 + ΔHK9
= 912.4890217 + 0.139347826
= 912.6283696 m
Ti11 = Ti10 + ΔHK10
= 912.6283696 + -0.210652174
= 912.4177174 m
Ti12 = Ti11 + ΔHK11
= 912.4177174 + -0.560869565
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
34
= 911.8568478 m
Ti13 = Ti12 + ΔHK12
= 911.8568478 + -0.414152174
= 911.4426957 m
Ti14 = Ti13 + ΔHK13
= 911.4426957 + -0.560347826
= 910.8823478 m
Ti15 = Ti14 + ΔHK14
= 910.8823478 + -0.820347826
= 910.062 m
Ti16 = Ti15 + ΔHK15
= 910.062 + -1.510434783
= 908.5515652 m
Ti17 = Ti1 6 + ΔHK16
= 908.5515652 + 0.169347826
= 908.720913 m
Ti18 = Ti1 7 + ΔHK17
= 908.720913 + -0.210869565
= 908.5100435 m
Ti19 = Ti18 + ΔHK18
= 908.5100435 + 0.029478261
= 908.5395217 m
Ti20 = Ti19 + ΔHK19
= 908.5395217 + 1.122652174
= 909.6621739 m
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
35
MENCARI KEMIRINGAN
Slag Kemiringan = ∆HK : ∑d . 100%
1 Kemiringan = 0.928652174 : 16 .100% = 0.05804 %
( Naik )
2 Kemiringan = 0.634652174 : 16 .100% = 0.03967 %
( Naik )
3 Kemiringan = 0.289652174 : 16 .100% = 0.01810 %
( Naik )
4 Kemiringan = 0.119826087 : 8 . 100% = 0.01498 %
( Naik )
5 Kemiringan = 0.280804348 : 9 . 100% = 0.03120 %
( Naik )
6 Kemiringan = 0.874869565 : 6 . 100% = 0.14581 %
( Naik )
7 Kemiringan = 0.937869565 : 6 . 100% = 0.15631 %
( Naik )
8 Kemiringan = -1.077304348 : 14 . 100% = -0.07695 %
( Turun )
9 Kemiringan = 0.139347826 : 30 . 100% = 0.00464 %
( Naik )
10 Kemiringan = -0.210652174 : 30 . 100% = -0.00702 %
( Turun )
11 Kemiringan = -0.560869565 : 40 .100% = -0.01402 %
( Turun )
12 Kemiringan = -0.414152174 : 7 . 100% = -0.05916 %
( Turun )
13 Kemiringan = -0.560347826 : 16 . 100% = -0.03502 %
( Turun )
14 Kemiringan = -0.820347826 : 16 . 100% = -0.05127 %
( Turun )
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
36
15 Kemiringan = -1.510434783 : 20 . 100% = -0.07552 %
( Turun )
16 Kemiringan = 0.169347826 : 30 . 100% = 0.00564 %
( Naik )
17 Kemiringan = -0.210869565 : 40 . 100% = -0.00527 %
( Turun )
18 Kemiringan = 0.029478261 : 24 . 100% = 0.00123 %
( Naik )
19 Kemiringan = 1.122652174 : 16 . 100% = 0.07017 %
( Naik )
20 Kemiringan = -0.162173913 : 8 . 100% = -0.02027 %
( Turun )
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ke tinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian
tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level
- MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada
satu pilar dengan titik kerangka dasar vertikal. Maka Para mahasiswa mampu memahami,
mendeskripsikan, dan mengaplikasikan penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan
metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan
pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan
laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut
penyusun berlapang dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca
demi kesempurnaanpenyusunan laporan ini di kemudian hari. Akhirnya tiada kata yang dapat
penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga
mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-
Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagisegenap pembaca pada umumnya dan bagi
penyusun
5.2 Saran
Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi waterpass
Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai
Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.
Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.
Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling bekerjasama dalam
pelaksanaan pengukuran.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
38
DAFTAR PUSTAKA
Purwaamijaya, Iskandar Muda. DR.Ir.Drs.MT. 2008.Teknik Survei dan Pemetaan Untuk
SMK.Jakarta.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. DR.Ir.Drs.MT. 2011.Petunjuk Survei dan
Pemetaan.Bandung.
Wibowo, Adityo. 2008. Laporan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal. Bandung.
Nuryani, Nuri Hastuti. 2008. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Bandung.
Wongsocitro, Soetomo. 1983. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : PT. Pradnya Pratama.
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
39
LAMPIRAN
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
40
PERALATAN
Waterpass Automatic Level Topcon AT F3 Payung
Unting-unting / Plumb bob Pita Ukur
Rambu Ukur Statif / Tripod
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
41
LOKASI PENGUKURAN DAN TITIK PATOK
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Metode Sipat Datar | Kelompok 7
42
RESUME
BAb BTb BBb BAm BTm BBm db dm Ʃd doptisb doptism Ʃdoptis
1 1-2 1.661 1.621 1.58 0.733 0.692 0.652 8 8 16 8.1 8.1 16.2
2 2-3 1.85 1.81 1.77 1.214 1.175 1.135 8 8 16 8 7.9 15.9
3 3-4 1.63 1.59 1.55 1.34 1.3 1.26 8 8 16 8 8 16
4 4-5 1.45 1.43 1.41 1.33 1.31 1.29 4 4 8 4 4 8
5 5-6 1.456 1.433 1.411 1.174 1.152 1.13 4.5 4.5 9 4.5 4.4 8.9
6 6-7 1.76 1.745 1.73 0.885 0.87 0.855 3 3 6 3 3 6
7 7-8 1.998 1.983 1.968 1.06 1.045 1.03 3 3 6 3 3 6
8 8-9 0.68 0.646 0.612 1.757 1.723 1.689 7 7 14 6.8 6.8 13.6
9 9-10 1.465 1.39 1.315 1.325 1.25 1.175 15 15 30 15 15 30
10 10-11 1.365 1.29 1.215 1.575 1.5 1.425 15 15 30 15 15 30
11 11-12 1.26 1.16 1.06 1.82 1.72 1.62 20 20 40 20 20 40
12 12-13 1.095 1.078 1.06 1.51 1.492 1.475 3.5 3.5 7 3.5 3.5 7
13 13-14 1.12 1.08 1.04 1.68 1.64 1.6 8 8 16 8 8 16
14 14-15 1.055 1.015 0.975 1.875 1.835 1.795 8 8 16 8 8 16
15 15-16 0.715 0.665 0.615 2.225 2.175 2.125 10 10 20 10 10 20
16 16-17 1.575 1.5 1.425 1.405 1.33 1.255 15 15 30 15 15 30
17 17-18 1.42 1.32 1.22 1.63 1.53 1.43 20 20 40 20 20 40
18 18-19 1.405 1.345 1.285 1.375 1.315 1.255 12 12 24 12 12 24
19 19-20 1.675 1.635 1.595 0.552 0.512 0.472 8 8 16 8 8 16
20 20-1 1.259 1.238 1.218 1.42 1.4 1.38 4 4 8 4.1 4 8.1
Slag No. TitikdoptisBacaan Belakang Bacaan Muka Jarak (d)
368 367.7Ʃ(Ʃd) =
Ʃ(Ʃd)-Ʃ(Ʃdoptis) =
Ʃ(Ʃdoptis) =
0.3
BTbk BTmk
1.6217 0.692703799 0.9290 0.04348 0.92865 0.05804 909.500 Naik
1.8107038 1.175703799 0.635 0.04348 0.63465 0.03967 910.429 Naik
1.5907038 1.300703799 0.29 0.04348 0.28965 0.01810 911.063 Naik
1.4303519 1.310351899 0.12 0.02174 0.11983 0.01498 911.353 Naik
1.4334 1.1524 0.281 0.02446 0.28080 0.03120 911.473 Naik
1.7453 0.8703 0.875 0.01630 0.87487 0.14581 911.754 Naik
1.9832639 1.045263924 0.938 0.01630 0.93787 0.15631 912.628 Naik
0.6466158 1.723615824 -1.077 0.03804 -1.07730 -0.07695 913.566 Turun
1.3913196 1.251319622 0.14 0.08152 0.13935 0.00464 912.489 Naik
1.2913196 1.501319622 -0.21 0.08152 -0.21065 -0.00702 912.628 Turun
1.1617595 1.721759497 -0.56 0.10870 -0.56087 -0.01402 912.418 Turun
1.0783079 1.492307912 -0.414 0.01902 -0.41415 -0.05916 911.857 Turun
1.0807038 1.640703799 -0.56 0.04348 -0.56035 -0.03502 911.443 Turun
1.0157038 1.835703799 -0.82 0.04348 -0.82035 -0.05127 910.882 Turun
0.6658797 2.175879748 -1.51 0.05435 -1.51043 -0.07552 910.062 Turun
1.5013 1.3313 0.17 0.08152 0.16935 0.00564 908.552 Naik
1.3218 1.5318 -0.2100 0.10870 -0.21087 -0.00527 908.721 Turun
1.3460557 1.316055698 0.03 0.06522 0.02948 0.00123 908.510 Naik
1.6357 0.5127 1.123 0.04348 1.12265 0.07017 908.540 Naik
1.2384 1.4004 -0.162 0.02174 -0.16217 -0.02027 909.662 Turun
0.008 1 0
Ket
Jumlah Ʃ =>
TiKemiringan
%
Koreksi∆H Bobot ∆Hk