28
LAPORAN KELOMPOK PROBLEM BASE LEARNING SISTEM TRAUMATOLOGY DAN EMERGENSI MODUL 1 KESADARAN MENURUN OLEH: KELOMPOK 9A IRSAN KURNIAWAN AMIRUDDIN 1102O90066 RESKI PURWASARI 1102070127 TARBIYANTHY NAJDAH CHAIRANI 1102090112 MILA KARMILAH 1102090132 HASMIA MUSLIMIN 110209149 ANDI PUSPA RATU 1102090003 ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH 1102090115 ASMA MUFIDAH ALHADAR 1102090109 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Kesadaran Menurun Trauma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Trauma

Citation preview

Page 1: Kesadaran Menurun Trauma

LAPORAN KELOMPOK

PROBLEM BASE LEARNING

SISTEM TRAUMATOLOGY DAN EMERGENSI

MODUL 1

KESADARAN MENURUN

OLEH:

KELOMPOK 9A

IRSAN KURNIAWAN AMIRUDDIN 1102O90066

RESKI PURWASARI 1102070127

TARBIYANTHY NAJDAH CHAIRANI 1102090112

MILA KARMILAH 1102090132

HASMIA MUSLIMIN 110209149

ANDI PUSPA RATU 1102090003

ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH 1102090115

ASMA MUFIDAH ALHADAR 1102090109

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

MODUL I

Page 2: Kesadaran Menurun Trauma

KESADARAN MENURUN

SKENARIO 1

Perempuan 21 tahun dibawa ke Pukesmas dalam keadaan tidak sadar. Setelah

diletakkan di tempat tidur dan diperiksa, Penderita tidak memberi respon dan tetap

mendengkur dengan irama napas 40 kali/menit. Muka kelihatan pucat, nadi radial

tidak teraba. Ditemukan jejas pada daerah pelipis kanan, bahu kanan dan perut kiri

bawah. Dari beberapa orang yang mengantar tidak satupun yang tinggal dan dapat

memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada penderita tersebut.

KATA-KATA KUNCI

1. perempuan, 21 tahun.

2. tidak sadar akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke otak

3. tidak memberi respon

4. mendengkur

5. irama napas 40 x/menit = tachypnea

6. pucat

7. nadi radial tidak teraba

8. jejas pada pelipis kanan, bahu kanan dan perut kiri bawah pasien

mengalami trauma tumpul.

PERTANYAAN

1. Bagaimana penanganan awal pada skenario?

2. Bagaimana penanganan selanjutnya?

3. Apa yang menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran?

4. Bagaimana tingkat ukuran kesadaran pasien pada skenario?

5. Bagaimana mekanisme trauma pada skenario ini?

JAWABAN :

1. Penanganan awal pada skenario?

cari bantuan dan memasang collar neck (imobilisasi servikal)

primary survey :

1. Airway

Page 3: Kesadaran Menurun Trauma

Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dengan

tetap memperhatikan kontrol servikal.1

Tujuan : membebaskan jalan nafas untuk menjamin jalan masuknya udara ke

paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.1

a. Pemeriksaan2,3

- Lihat (look). Apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya

menurun. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh

kekurangan oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan kulit

sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas

tambahan yang apabila ada merupakan bukti tambahan adanya gangguan

airway.

- Dengar (listen). Adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi

(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur

(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur

(snoring), berkumur (gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor)

mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.

Penderita yang melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin

mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap karena keracunan/batuk.

- Raba (feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea ada

ditengah. Juga merasakan adanya atau tidaknya, hembusan nafas penderita.

Tanda – tanda obstruksi jalan nafas 4

Mendengkur ( Snoring ), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara

mengatasi dengan chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring /

nasofaring dan pemasangan endotrakeal.

Berkumur ( Gargling ), penyebabnya adalah cairan di daerah

hipofaring. Carsa mengatasi dengan finger sweap, pengisapan /

suction.

Page 4: Kesadaran Menurun Trauma

Stridor ( crowing ), sumbatan di plica vokalis. Cara mengatasi dengan

cricotirotomi, trakeostomi.

Nafas cuping hidung ( flaring of the nostrils )

Retraksi trakea.

Retraksi thoraks

Tak terasa ada udara ekspirasi

Pada pasien didapatkan tanda- tanda obstruksi parsial yang disebabkan oleh

jatuhnya lidah kebelakang sehingga terjadi hambatan udara.

b. Penanganan

a. Tanpa alat membebaskan jalan nafas5

jaw trust karna dianggap yang paling aman dan menghindari

fraktur cervical. Finger swab untuk membersihkan jalan nafas dari

benda asing dan cairan.

Caranya : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan

sehingga barisan gigi bawah berada didepan barisan gigi atas. Atau

gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama dengan jari-jari

tarik dagu ke depan.

Finger swab untuk membebaskan jalan nafas dari benda asing

Page 5: Kesadaran Menurun Trauma

Suction untuk membersihkan jalan nafas dari cairan.

b. Dengan alat 4

Pipa orofaring untuk mengangkat pangkal lidah yang jatuh

kebelakang. Cara melakukan pipa orofaring :

- pakai sarung tangan

- buka mulut pasien dengan cara chin lift atau gunakan ibu

jari dan telunjuk

- siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya

- bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan mudah

masuk

- arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit

- masukkan separuh, putar lengkungan mengarah kebawah

lidah

- dorong pelan-pelan sampai posisi tepat

2. Breathing (ventilasi): 6

Pengertian : memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan

pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas

CO2.

Tujuan : menjamin prtukaran udara di paru-paru secara normal.

Periksa:

Adakah pertukaran hawa napas secara adekuat?

Page 6: Kesadaran Menurun Trauma

a. Ada/ tidak ada pernapasan

b. Frekuensi pernapasan

c. Keteraturan pernapasan

d. Besar/ atau kecil, kualitas pernapasan

e. Simetris/ asimetris, pola pernapasan

f. Pernapasan dada/ perut, fase pernapasan

g. Tanda distress pernapasan :

1. Gerakan cuping hidung

2. Tegangnya otot bantu pernapasan

3. Tarikan otot antar iga

Pada pasien didapatkan gangguan irama pernapasan, yaitu 40x/ permenit (N=

16-22x/menit) Artinya, pasien mengalami takipneu.

Pemberian oksigen :

Cara pemberian oksigen dapat dengan:

Oksigen medis (oksigen tabung)

Flowmeter/regulator

Humidifier

Nasal kanul

Face mask

Partial rebreather mask

Non rebreather mask

Venture mask

Bag valve mask (BVM)

a. Sungkup muka sederhana4

Aliran oksigen yang di berikan melalui alat ini sekitar 5-8 lt/menit

dengan kensentrasi 40-60 %

Cara pemasangan :

- Terangkan prosedur pada klien

- Atur posisi yang nyaman pada pasien

- Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan

humidefier

Page 7: Kesadaran Menurun Trauma

- Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi mulut dan

hidung pasien

- Lingkarkan karet sungkup pada kepala pasien agar sungkup muka

tidak lepas

- Alirkan oksigen sesuai kebutuhan

Keuntungan :

- Konsentrasi oksigen yang diperlukan lebih tinggi dari nasal kanul

- Sistem hemodifikasi dapat ditingkatkan

Kerugian

- Umumnya tdak nyaman bagi pasien

- Membuat rasa panas sehingga mengiritasi mulut dan pipi

- Aktifitas makan dan bicara terganggu

- Dapat menyebabkan mual dan muntah sehingga dapat

mengakibatkan aspirasi

- Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbonb

dioksida

b. Bag valve mask (BVM)7

BVM terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen

udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan

hidung penderita. Penggunaan BVM atau bagging sungkup

memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong seorang diri dalam

menggunakan amb bag harus dapat mempertahankan terbukanya jalan

nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup ke muka

korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging.

Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban

pada setiap pernafasan.

Page 8: Kesadaran Menurun Trauma

BVM sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong

yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas

dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras

bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada

korban.

BVM digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag

sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan

memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan

jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-

jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka

jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.

Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari BVM sekitar 20 %.

Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen. Untuk

kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung,

dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.

3.circulation:

Gangguan sirkulasi yang paling berbahaya adalah henti jantung dan syok.

a. Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi

karotis dalam 5- 10 detik

b. Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau

melemahnya nadi radialis/ cubitis/ brachialis/ femoralis, pasien tampak

pucat, perabaan ektremitas mungkin dingin, basah, dan memanjang watu

pengisian kapiler (>2 detik). 6

Periksa:6

a. Ada/ tidaknya sirkulasi , raba denyut radialis-cubitis- brachialis-

femoralis- karotis

b. Hitung frekuensi denyut

c. Keteraturan denyut

Page 9: Kesadaran Menurun Trauma

d. Besar volume denyut

e. Kekuatan angkat denyut

f. Perfusi perifer: hangat, merah, kering

g. Periksa tanda cedera kepala, dada, perut,tulang belakang dan tulang

panjang

Pada pasien didapatkan nadi radialis tidak teraba dan pasien tampak pucat.

Kemungkinan pasien mengalami syok, terutama syok hipovolemi.

Tindakan:6

Posisi shock : Kedua tungkai lebih tinggi dari jantung

pemberian cairan :8

Penanganan awal: RL sebagai pilhan pertama dan NaCl pilihan kedua.

Cairan hangat dosis samapi 2 L pada dewasa IV secara bolus, selanjutnya

keadaan pasien di monitor dan dosis disesuaikan kondisi pasien

Berdasarkan gejala klinik:

• 10-15% [500-750ml]- belum ada ↓TD (mekanisme kompensasi

mempertahankan CO)

• 15-30% [750-1500ml- ↓ TD , takiardia, hipoksemia, ↓ produksi urine

• 30-40% [1500-2000ml] –gangguan mekanisme kompensasi, syok sudah

disertai dengan asidosis berat

• 40-50% - stadium refrakter: kehilangan volume = kematian

Maka:

- Bila kehilangan 15% cairan maka diberikan kristaloid tanpa transfuse

- Bila kehilangan 15% - 30% cairan maka diberikan kristaloid + Koloid

tanpa transfuse darah

- Bila kehilangan 30% - 40% cairan maka diberikan kristaloid+ koloid

mungkin perlu transfuse darah.

- Bila kehilangan >40% cairan maka kristaloid+ koloid+ transfuse

darah.

Pada pasien sudah menunjukkan tanda- tanda syok tahap lanjut yaitu

gejala gangguan mekanisme konpensasi dimana nadi sudah tidak teraba

disertai tanda asidosis yaitu takipneu. Jadi, kemungkinan pasien sudah

kehilangan sekitar 30-40% (1500- 2000 ml) darah sehingga diberikan

Page 10: Kesadaran Menurun Trauma

kristaloid dan koloid yang memiliki berat molekul yang lebih besar

sehingga juga berfungsi sebagai sumbat perdarahan. Selain itu,

dipertimbangkan juga kemungkinan untuk transfusi darah.

Resusitasi Jantung Paru

Langkah-langkah yang harus di ambil pada sebelum memulai RJP

(American Heart Association) :10

a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) : dilakukan dengan

menggoyang penderita, bila penderita menjawab maka ABC dalam

keadaan baik.

b. Panggil bantuan bila petugas sendiri, maka jaringan mulai RJP

sebelum memanggil bantuan.

c. Posisi penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan

telungkup penderita di balikkan.

d. Periksa pernafasan dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi.

Pemeriksaan ini paling lama 3-5 detik. Bila penderita bernafas

penderita tidak memerlukan RJP.

e. Berikan pernafasan bantuan 2 kali. Bila pernafasan buatan kedua tidak

berhasil karena resisten/tahanan yang kuat maka airway harus

dibersihan dari obstruksi.

f. Periksa pulsasi arteri carotis (5-10 detik). Bila ada pulsasi dan

penderita bernafas dapat berhenti bila ada pulsasi dan bila penderita

tidak bernafas diteruskan nafas bantuan.

Langkah-langkah kompresi jantung paru:11

1. Letakkan satu telapak tangan di atas permukaan dinding dada pada 1/3

processu xypoideus (bagian ujung sternum). Tangan yang lain

diletakkan di atas tangan pertama.

2. Dengan jari-jari terkunci, lengan lurus dan kedua bahu tepat di atas

sternum korban, beri tekanan ventrikal ke bawah dengan kedalaman

sekitar 3-5 cm untuk dewasa. Tekanan berasal dari bahu bukan dari

tangan, sehingga tangan dan siku korban lurus dan tegak lurus dengan

dada korban. Tindakan ini akan memeras jantung yang letaknya dijepit

Page 11: Kesadaran Menurun Trauma

oleh dua bangunan tulang yang keras yaitu tulang dada dan tulang

punggung. Pijatan jantung yang baik akan menghasilkan denyut nadi

pada arteri carotis dan curah jantung sekitar 10-15% dari normal.

3. Pada gerakan penekanan, usahakan penekanan sternum ke bawah

selama ½ detik dan lepaskan dengan cepat tetapi kedua tangan tidak

boleh diangkat dari dada korban dan tunggu ½ detik kemudian agar

jantung dan pembuluh darah terisi cukup.

4. Kompresi harus teratur, halus dan continue. Dalam kondisi apapun

kompresi tidak boleh berhenti lebih dari 5 detik.

5. Lakukan pemberian nafas sebanyak 2 kali tiap setelah 30 kali pijatan

atau penekanan pada dada (jantung) dengan perbandingan 30:2.

6. Lakukan sebanyak 5 siklus, kemudian cek kembali arteri carotis

korban. Jika tetap tidak berdenyut, ulangi kembali siklus.

Sebagai tindakan tambahan:6

NGT/OGT untuk mengosongkan lambung dan menentukan apakah

perdarahan terjadi disebelah proksimal dari ligamentum treitez. Jika cairan

aspirasi permulaan dari lambung tampak jernih, selang nasogastrik

tersebut dibiarkan terpasang selama beberapa jam karena perdarahan

duodenum yang aktif dapat terjadi dengan hasil aspirasi nasogastrik yang

pada mulanya jernih. Jika hasil aspirasi tersebut tidak mengandung darah

selama periode perdarahan yang aktif, dapat disimpulkan bahwa

perdarahan aktif tersebut tidak berlangsung dibagian gastroduodenum dan

selang dapat dilepas. Tetapi, jika darah yang berwarna merah atau bahan

seperti ampas kopi teraspirasi lewat selang nasogastrik, irigasi lambung

dengan larutan garam faali(saline) harus dilakukan. Tindakan irigasi ini

Page 12: Kesadaran Menurun Trauma

memiliki 2 tujuan yaitu memberikan informasi kepada dokter tentang

kecepatan perdarahan dan membersihkan darah yang lama darai dalam

lambung sebelum dilakukan endoskopi. Jika perdarahan sudah berhenti dan

keadaan pasien stabil, pemeriksaan lanjut dengan

esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan.

Kateter Urine

Memudahkan penilaian terhadap adanya hematuria, evaluasi perfusi ginjal,

dan memantau produksi urin sebagai monitoring dari tindakan resusitasi

cairanatau untuk melihat balance cairan antara yang masuk dan yang

keluar.

4. Disability11

Evaluasi dengan metode AVPU, yaitu:

A = Alert/Awake : sadar penuh

V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah

P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri

U = Unresponsive : tidak bereaksi

Evaluasi dengan skala Koma Glasgow (GSC)

RESPON REAKSI NILAI

Reaksi mata membuka spontan

mengikuti perintah

bereaksi terhadap rangsang nyeri

tak ada reaksi terhadap rangsang (nyeri)

4

3

2

1

Reaksi verbal/bicara berorientasi baik

disorientasi/bingung

tidak sesuai/ satu kata saja

5

4

3

Page 13: Kesadaran Menurun Trauma

tidak mengerti/suara saja

tidak ada suara sama sekali

2

1

Reaksi motorik mengikuti perintah/bertujuan

menepis rangsangan

gerakan menghindar nyeri

gerakan fleksi (dekortikasi)

gerakan ekstensi (deserebrasi)

tak ada gerakan sama sekali

6

5

4

3

2

1

Serta menilai pupil

5. Exposure

Bersihkan pakaian pasien, hangatkan dengan selimut, cegah hipotermi,

gunakan pakaian yang layak.

2. Penanganan selanjutnya :

secondary survey8

1. anamnesis

Setiap pemeriksaan yang lengkap membutuhkan anamnesis mengenai riwayat perlukaan. Selain itu riwayat AMPLE perlu ditanyakan.Riwayat “AMPLE” terdiri atas : A : Alergi M : Medication P : Past illness ( penyakit penyerta ) / pregnancy L : Last meal E : Event/environment (lingkungan) yang berhubungan dengan

riwayat perlukaan/ cedera.2. Pemeriksaan fisis

Inspeksi : Multiple trauma : jejas pada pelipis kanan, bahu kanan,

perut kiri bawah

Page 14: Kesadaran Menurun Trauma

Palpasi : Adanya krepitasi pada daerah tulang yang mengalami trauma.

Kemungkinan di daerah pelipis, dan sekitar clavicula yang mengalami

fraktur. Terdapat juga nyeri pada daerah yang fraktur.

Perkusi : terdengar redup pada daerah yang mengalami perdarahan

intaabdominal

Auskultasi : suara tambahan serta irama denyut jantung pada

gangguan hemodinamik, serta menghilangnya suara bising usus.

pemeriksaan penunjang

radiologi : CT kepala, foto servical lateral, foto thorax AP, foto

abdomen, foto pelvis

DPL (Diagnostic peritoneal lavage): untuk menilai trauma tembus atau

trauma tumpu, dan adanya perdarahan intraperitoneal.

pemeriksaan analisa gas darah: utuk mengetahui kadar CO2 dalam

darah

hematokrit: untuk menilai sejauh mana kehilangan darah pasien dan

seberapa banyak transfusi yang dibutuhkan.

3. obat-obat emergency

Epinephrin Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi,

reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi. Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan

intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt

Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung

Lidokain (lignocaine, xylocaine) Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain

VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T

Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam

Page 15: Kesadaran Menurun Trauma

dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena

Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler

Sulfas Atropin Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan

memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)

selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.

Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.

dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc

Dopamin Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas

miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan

2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa

Magnesium Sulfat Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada

ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia

Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam

Morfin Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah

cardiac arrest. Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit

Kortikosteroid Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi

dan untuk mengurangi edema cerebri

Natrium bikarbonat

Page 16: Kesadaran Menurun Trauma

Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.

Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya. Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.

Kalsium gluconat/Kalsium klorida Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran

sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama

Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip

Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat

Furosemide Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah

hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia Dosis 20 – 40 mg intra vena

Diazepam Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah

dan tetanus Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.

3. Penyebab terjadinya penurunan kesadaran ?Penyebab kesadaran menurun :11

Asal patologis Penyebab utama Penyebab sekunder Lokasi

Intrakranial Vaskuler Hemorragik Intracerebral

Subarachnoid

Subdural

Extradural

Infark

Page 17: Kesadaran Menurun Trauma

Infeksi Meningitis

Encephalitis

Abses

Tumor Massa efect

Edema serebri

Post epilepsi

Trauma kepala Vaskuler

Hipoksia

ensefalopaty

Edema serebri

Ekstrakranial kardiovaskuler Syok

Hipertensi berat

Infeksi Septik

Metabolik Hiper/hipoglikemia

Gangguan elektrolit

4. Tingkat kesadaran pasien pada skenario ?

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadaprangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

Page 18: Kesadaran Menurun Trauma

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).12

Pada scenario : tingkat kesadarannya adalah dalam derajat 4 yaitu

koma. Kwantitas Kesadaran diukur dengan Glascow Coma Scale.

Seseorang yang dikatakan koma, GCS < 8

5. Mekanisme trauma pada skenario ?

Trauma Tumpul:

a. Tabrakan kendaraan

b. Tabrakan/ benturan organ

c. Pejalan kaki

Trauma kepala Kemungkinan fraktur cervikal

Trauma Abdomen

Page 19: Kesadaran Menurun Trauma

Karena tidak ada keterangan tentang apa yang terjadi pada korban, berdasar

kondisi korban, disimpulkan korban mengalami trauma tumpul akibat

tumbukan pada daerah abdomen dan juga jatuh tertumbuk pada daerah pelipis

dan bahu.

Penyebab jejas lakukan pemeriksaan tambahan USG abdomen, foto

thorax polos

Perdarahan daerah abdomen dapat menyebabkan timbulnya syok hipovolemik

(pucat, nadi lemah), perfusi O2 ↓ kesadaran ↓ lidah jatuh ke belakang

snooring sesak

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing PDdS. Pemeriksaan Neorologis. Neorologi Klinik

Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI; 2007.h.7-8.

hipoksia

Supalai O2 ke otak

Penimbunan asam laktat

Penekanan ARAS

Perdarahan intrakranial

Penekanan batang otak

Gangguan korteks cerebri

Penekanan pusat kesadaran

Kesadaran

menurun

perdarahan

Syok hipovolemi

Page 20: Kesadaran Menurun Trauma

2. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma

Life Support Untuk Dokter. United States of America: Komisi ATLS Pusat;

2006. h. 14-16

3. David Sprigings, John B. Chambers. Airway management and upper airway

obstruction. In: David Sprigings, John B. Chambers, editors. Acute Medicine

A Practical guide to the management of medical emergencies. Fourth Edition.

New York: Blackwell Publishing; 2008. p. 245-252.

4. Komisi trauma IKABI.ATLS untuk dokter Edisi 7. 2004

5. Sloane E. Sistem Pernafasan. In: Palupi Widyastuti S, editor. Anatomi dan

Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p.

266-9

6. Departemen Kesehatan. Seri PPGD Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

General Emergency Life Support (GELS). Edisi 3. Jakarta. Penerbit

Departemen Kesehatan RI. 2006

7. Ahmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. p. 33

8. Initial Assesment dan Resusitasi dalam Advence trauma life Support (ATLS)

Manual untuk Peserta Kursus. Jakarta : American College of Surgeons;2005

9. Harrison T.R. : Principles of Internal Medicine 16th edition, McGraw Hill,Inc,

2005.

10. Materi Teknis Medis Standar. Cetakan ketiga

11. Aryamehr Syahyad, Dr. Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). Makassar :

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis

Anestesi FK UNHAS ; 2003.h.1-40.