2
Kesalahpahaman karena kata "tak" (misunderstanding of pronunciation "ta") Dalam bidang teknik, terdapat istilah "non-destructive testing (NDT)" yang mana istilah ini biasa dipakai dalam menginspeksi berbagai macam peralatan yang terdapat pada industri, apakah masih layak pakai atau harus diperbaiki. Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini diterjemahkan menjadi "uji tak rusak". Sebenarnya saya kurang setuju dengan istilah tersebut. Menurut saya sebaiknya istilah tersebut diubah menjadi "pengujian tidak merusak". Tetapi sayang sekali, ternyata istilah "uji tak rusak" telah disahkan dalam sistem EYD (ejaan yang disempurnakan). Nah, cerita ini bermula dari inspeksi suatu bejana tekan pada pabrik X di daerah Riau. Ada seorang operator baru, orang Jawa, yang ditugaskan oleh supervisornya untuk menginspeksi bejana tersebut. Si operator tersebut diberi seperangkat peralatan ultrasonic testing. Karena namanya operator baru yang masih dalam masa training, maka bertanyalah dia kepada supervisor "Pak, saya ngerjain apa ya". Lalu sang supervisor menjawab "di sini ada bejana. Nah, ini kamu pakai untuk uji tak rusak". Kemudian sang supervisor pergi meninggalkan si operator. Apa yang dilakukan si operator? Ya, Anda benar! Tanpa pikir panjang si operator langsung merusak seperangkat alat ultrasonic testing tersebut. Kira-kira dua puluh menit kemudian, sang supervisor kembali untuk melihat pekerjaan si operator. Tentu saja dia sangat heran melihat alat-alat inspeksi yang telah dirusak oleh si operator. Dengan intonasi tinggi, sang supervisor pun bertanya kepada si operator "Apa-apaan kamu ini, bukannya kerja malah ngerusak barang". Tidak terima dengan ucapan supervisor, si operator

Kesalahpahaman Karena Kata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesalahpahaman Karena Kata

Citation preview

Kesalahpahaman karena kata "tak" (misunderstanding of pronunciation "ta")Dalam bidang teknik, terdapat istilah "non-destructive testing (NDT)" yang mana istilah ini biasa dipakai dalam menginspeksi berbagai macam peralatan yang terdapat pada industri, apakah masih layak pakai atau harus diperbaiki.

Dalam Bahasa Indonesia, istilah ini diterjemahkan menjadi "uji tak rusak". Sebenarnya saya kurang setuju dengan istilah tersebut. Menurut saya sebaiknya istilah tersebut diubah menjadi "pengujian tidak merusak". Tetapi sayang sekali, ternyata istilah "uji tak rusak" telah disahkan dalam sistem EYD (ejaan yang disempurnakan).

Nah, cerita ini bermula dari inspeksi suatu bejana tekan pada pabrik X di daerah Riau. Ada seorang operator baru, orang Jawa, yang ditugaskan oleh supervisornya untuk menginspeksi bejana tersebut. Si operator tersebut diberi seperangkat peralatan ultrasonic testing. Karena namanya operator baru yang masih dalam masa training, maka bertanyalah dia kepada supervisor "Pak, saya ngerjain apa ya". Lalu sang supervisor menjawab "di sini ada bejana. Nah, ini kamu pakai untuk uji tak rusak". Kemudian sang supervisor pergi meninggalkan si operator.

Apa yang dilakukan si operator? Ya, Anda benar! Tanpa pikir panjang si operator langsung merusak seperangkat alat ultrasonic testing tersebut.

Kira-kira dua puluh menit kemudian, sang supervisor kembali untuk melihat pekerjaan si operator. Tentu saja dia sangat heran melihat alat-alat inspeksi yang telah dirusak oleh si operator. Dengan intonasi tinggi, sang supervisor pun bertanya kepada si operator "Apa-apaan kamu ini, bukannya kerja malah ngerusak barang". Tidak terima dengan ucapan supervisor, si operator menjawab dengan Bahasa Jawa bercampur dengan Bahasa Indonesia "lah, wong sampean ki sing mbilang dewe yen arep ngerusak alat ini. Sampean bilang tak rusak, ya udah, sek saya tak rusak".

Dalam Bahasa Indonesia, kata "tak" berarti "tidak" atau "bukan", sedangkan dalam Bahasa Jawa, berarti "melakukan sesuatu"