26
1 KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI Pudyo Susanto (UPT PPL UM) Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya terdiri dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran, yang dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan suatu metode pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran, melainkan merupakan metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain. Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas. 1. Diskusi Terbimbing Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa untuk berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis, sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang utama adalah membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen, divergen dan evaluatif. Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997) Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus, prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”. Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk merangsang timbulnya keterampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing), dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang efektif?”. Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif. Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, terbentuknya keterampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?” Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan, mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya. Keterampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi, pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit cangkokan atau biji?”

keterampilan membimbing diskusi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: keterampilan membimbing diskusi

1

KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI

Pudyo Susanto (UPT PPL UM)

Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya

terdiri dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran,

yang dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan

suatu metode pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran,

melainkan merupakan metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain.

Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas.

1. Diskusi Terbimbing

Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa

untuk berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan

analisis, sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang

utama adalah membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif. Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan

konvergen, divergen dan evaluatif.

Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997)

• Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus, prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”.

• Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk merangsang timbulnya keterampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing), dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang efektif?”.

• Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif. Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, terbentuknya keterampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?”

• Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan, mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya. Keterampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi, pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit cangkokan atau biji?”

Page 2: keterampilan membimbing diskusi

2

Diskusi terbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan pada siswa

untuk berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik. Dalam hal ini guru

harus berhati-hati dalam membimbing siswa dengan pertanyaan aplikatif dan

analisis sampai mereka tiba pada pengetahuan dan pemahaman khusus. Diskusi

dengan pertanyaan konvergen termasuk pembelajaran berujung tertutup (close-

ended activity), artinya kegiatan diskusi diakhiri dengan satu kesimpulan yang

benar.

Diskusi dengan pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu

berpikir divergen dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan

evaluasi. Diskusi dengan menggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan

pembelajaran yang berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi diakhiri

dengan masih adanya masalah baru yang siswa ingin tahu jawabannya. Dengan

demikian siswa pulang dengan membawa rasa keingintahuan, dan terangsang untuk

memikirkan dan memecahkan sendiri keingintahuannya. Dalam diskusi yang

menggunakan pertanyaan divergen, guru dan siswa mungkin sama-sama belum tahu

jawabannya, dan mereka bersama-sama mencarinya.

Diskusi terbimbing juga dapat menggunakan pertanyaan konvergen dan

divergen sekaligus. Dalam hal ini, pertanyaan analisis diberikan lebih dulu,

kemudian diteruskan dengan pertanyaan sintesis dan evaluasi.

Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan klasikal

atau kelompok kecil. Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut.

1) Pendahuluan. Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriviu pelajaran

sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan yang akan

dilaksanakan.

2. Pertanyaan Inti. Tahap ini meliputi dua hal berikut.

a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar dari

topik yang dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen materi yang

perlu disampaikan tidak banyak.

b. Guru memimpin diskusi: (1) memberi pertanyaan, (2) memberi

kesempatan kepada siswa untuk menjawab atau bertanya, mengatur

lalu lintas diskusi. Dalam diskusi yang bersifat konvergen guru

mengambil kesimpulan satu jawaban benar dari setiap pertanyaan,

Page 3: keterampilan membimbing diskusi

3

jika jawaban siswa bervariasi atau berbeda satu sama lain. Dalam

diskusi konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban yang

secara logika benar untuk menarik kesimpulan. Berbagai

kemungkina jawaban itu disampaikan kepada siswa sebagai masalah

yang perlu mereka pikirkan untuk mencari jawabannya melalui

kegiatan lain, misalnya: percobaan, dan eksperimen.

3 Penutup. Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara: (1) merangkum isi

pelajaran (untuk pertanyaan konvergen), atau menyajikan masalah baru untuk

dipelajari pada waktu dan dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2) mengadakan

evaluasi formatif.

Diskusi Bebas (Kelompok Kecil)

Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran guru

hanya sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator. Diskusi bebas

sebaiknya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kelompok kecil. Diskusi bebas dapat

dilaksanakan dengan panduan pertanyaan, atau tanpa panduan pertanyaan. Bila

digunakan panduan pertanyaan, sebaiknya digunakan pertanyaan divergen. Jika

tidak menggunakan panduan, siswa bebas memilih atau menemukan masalah

sendiri untuk dipecahkan. Pelaksanaan diskusi bebas dapat menggunakan strategi

belajar kooperatif.

Keterampilan membimbing Diskusi

Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru.

Keterampilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut

(Hasibuan, dkk., 1988).

1) Memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan cara

berikut.

• Memberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan masalah

umum yang akan dipecahkan,

• Mengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi ber-

langsung.

Page 4: keterampilan membimbing diskusi

4

• Mencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah, dan

mengem-balikan pembicaraan ke masalah semula.

• Mencatat hsil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi

berlanjut ke masalah berikutnya.

2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan, bila ada gagasan yang kurang

jelas penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama.

3) Menganalisis pandangan siswa,yang berbeda pendapatnya; analisis ini dapat

digunakan untuk membimbing siswa ke arah berpikir kritis dan kreatif,

misalnya dengan meminta siswa mengajukan argumen atas pendapatnya.

4) Meningkatkan urunan siswa, dengan:

• pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir

• memberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan penuh

perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab

• memberi waktu cukup untuk berpikir

5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi:

• memotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat

• mencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak

• menghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi

• mencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang

sama

6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan:

• membuat rangkuman

• memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi

• mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.

Page 5: keterampilan membimbing diskusi

5

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS

BIDANG STUDI IPA

Keterampilan Dasar Mengajar I, Keterampilan Dasar Mengajar II,

Keterampilan Dasar Mengajar III merupakan keterampilan dasar mengajar yang

perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa

bidang-bidang studi yang ber-macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang

khas, keterampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu

dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menyebabkan kekhasan

ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan

pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains

Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran

yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains.

Pemahaman terhadap sains telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai

produk produk sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan

bertindak (Science as a way of thinking and acting), sains sebagai keterampilan

proses sains (Science is process science skills), sains sebagai proses penyelidikan

ilmiah (Science as a way of investigating). Perubahan pemahaman terhadap

hakekat sains tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan

sains semakin mengarah pada makna yang hakiki dari belajar dan pembelajaran

sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan sains

lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan

motivasi dan aktivitas diri siswa (competence-based learning) daripada pembekalan

pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based

learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan keterampilan proses sains

dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia menandakan

bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya

Page 6: keterampilan membimbing diskusi

6

keterampilan proses sains pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan

keilmuan melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada

akhir-akhir ini para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan

baru (misalnya pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka

menganjurkan agar dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi

kesempatan belajar dalam lingkungan yang memberdayakannya untuk membangun

sendiri konsep-konsep sains selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya,

sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk

menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang

mendorong terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di

sekolah tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan

lingkungan sekitar dengan menggunakan keterampilan proses sains. Metode-metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat

konstruktivisme terutama adalah metode eksperimen, metode demonstrasi, metode

karya wisata, dan metode proyek. Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih

efektif kalau disertai dengan metode-metode yang lain, misalnya: metode diskusi,

metode simulasi.

Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan

keterampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran

tersebut di atas. Keterampilan dasar mengajar untuk pembelajaran dengan metode-

metode khusus bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam) akan meningkatkan

intensitas pembelajaran kompetensi, mungkin bukan hanya kompetensi dibidang

sains, melainkan juga kompetensi di berbagai aspek kehidupan manusia.

B. Keterampilan Mengajar Demonstrasi

1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi

Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakan

dalam pembelajaran sains. Demonstrasi digunakan untuk memperagakan:

Page 7: keterampilan membimbing diskusi

7

1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop.

2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah

tebu menjadi gula.

3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaan

untuk menguji adanya karbohidrat dalam tepung.

4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains,

misalnya: fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang dipasang secara

seri atau paralel.

5. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk

memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran sains, demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada

siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains, dan mealkukan inkuari

ilmiah, antara lain:

1. meningkatkan keterampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,

2. memberi inspirasi untuk meningkatkan keterampilan memprediksi, inferensi,

dan komunikasi.

3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.

4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.

5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.

Demonstrasi meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak

guru), mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan

bahan ajar lebih konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyaksikan atau mengalami kejadian atau keterampilan nyata

sambil memperhatikan penjelasan.

Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri

sendiri dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama

dengan metode lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi

sebagai metode yang berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat

dijalankan dengan mengikuti prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam

Louisell (1992). Ia membagi prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.

1. Pembukaan.

Page 8: keterampilan membimbing diskusi

8

2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.

3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap

pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga

hal:

a. Mempelajari dan menguasai konsep dan keterampilan yang akan

didemonstra-sikan,

b. Memecah-mecah konsep atau keterampilan menjadi komponen-komponen

lebih kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,

c. Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini

perlu dibuat persiapan tertulis).

4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan

pengalaman-nya ke situasi yang kompleks.

Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

awal, inti dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 5.1 Tahap-Tahap Demonstrasi (Joice and Well, dalam Louisell, 1992)

Tahap pembelajaran

Tahap Demonstrasi Keterangan

Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepa-da siswa.

Awal

Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.

Menggali pengetahuan awal sis-wa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari.

Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep. Inti Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkon-trol.

Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat da-ta, menganalisis data, dan pena-rikan kesimpulan. Bila diperlu-kan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi.

Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya ke situasi yang kompleks.

Kegiatan pemantapan: tugas ru-mah, proyek, dll.

Page 9: keterampilan membimbing diskusi

9

Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran sebagai kombinasi

metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan

pada awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran,

demonstrasi dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta

menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti

pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk menunjukkan fakta, atau menjelaskan

konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran demonstrasi dapat digunakan untuk

menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan penilaian terhadap pengalaman

langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan keterampilan proses sains.

Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa diberi pertanyaan

tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.

2. Keterampilan Khusus Berdemonstrasi

Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk

meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat

dilaksanakan sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran, atau sebagai

salah satu metode dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di

awal pelajaran, dengan tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan

awal siswa, dan memotivasi belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai

kecakapan dan keterampilan berdemon-strasi.

a. Prademonstrasi

1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan

khusus demonstrasi ada dua macam: (1) demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan

untuk menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif, (2) demonstrasi

pada pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk

memecahkan masalah, (3) demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi

gambaran mengenai aplikasi konsep.

2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan

didemonstrasikan. Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus

amatan oleh siswa ketika demonstrasikan.

Page 10: keterampilan membimbing diskusi

10

3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini

adalah menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi

informasi yang dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.

4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. Lihat Tabel 5.1. Disamping

prosedur sebagaimana dikemukakan pada Tabel 5.1, hal yang perlu dirancang

adalah urut-urutan penyajian demonstrasi jika informasi yang akan ditampilkan

merupakan beberapa seri informasi. Urutan seri informasi perlu dirancang.

b. Pelaksanaan Demonstrasi

1) Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang

dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.

2) Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang

diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Demonstrator dapat

melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang

teramati. Perhatikan contoh berikut ini.

Gambar 5.1 Neraca Carticius

Gambar 3.1 adalah gambar Neraca Carticius untuk

mendemonstrasikan benda tenggelam dan terapung. Botolnya

dalah botol plastik yang berisi air, tabung di dalamnya

adalah gelas tabung reaksi. Jika botol dipejet di bagian

sampingnya, tabung reaksi makin tenggelam, dan bila pejetan

dilepaskan tabung kembali terapung. Jika pada waktu

memejet botol sambil diangkat dari meja, siswa akan

melihatnya bahwa tabung reaksi tenggelam karena botol

diangkat.

Ketika pejetan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan

tampak seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal,

tabung reaksi tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke

dalam tabung reaksi bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi

berkurang ketika pejetan dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi

seperti itu sangat menarik, layaknya bermain sulap.

3) Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel

pengamatan.

Page 11: keterampilan membimbing diskusi

11

4) Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas

oleh semua anggota kelas.

c. Pasca Demonstrasi

1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk

menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan

masalah dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat

diajukan sendiri oleh guru.

2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa

mengajak siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.

C. Keterampilan Mengajar Eksperimen

1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen

Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran sains,

kerena hal eksperimen itulah yang membedakan sains dengan mata pelajaran lain.

Metode eksperimen dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan studi

alamiah yang menggunakan langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi:

observasi, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan

penarikan kesimpulan. Karena dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak

keterampilan proses yang perlu digunakan, maka metode ini merupakan strategi

yang penting untuk membelajarkan keterampilan proses kepada siswa, terutama

keterampilan proses terintegrasi.

Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau

generalisasi hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Sehubungan dengan penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi

eksperimen sederhana, eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka

(open-ended experimen) (Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya pembagian

ini, guru tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas sains akan

memakan waktu banyak, pelaksanaannya rumit dana adanya kesulitan yang lain.

Page 12: keterampilan membimbing diskusi

12

a. Eksperimen sederhana

Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana,

sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk

menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan

masalah, 2) pelaksanaan percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan

kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan

terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap

variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang

berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.

Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung

beras mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan,

yang dilakukan dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras,

kemudian mengamati bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil

kesimpulan, siswa cikup diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk

mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan

perubahan warna yodium menjadi biru.

b. Eksperimen terkontrol

Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomena-

fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang

berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman

pot baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat

disimpulkan begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena

orang berpikir bahwa faktor lain juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-

variabel seperti itu dapat diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen

terkontrol. Dalam metode ini dibuat eksperimen dengan menggunakan dua

kelompok tanaman pot yang medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok

tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi

urea.

Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang

perlu dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3)

pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan

Page 13: keterampilan membimbing diskusi

13

varibel terkontrol), 4) pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7)

pengambilan kesimpulan. Dalam metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang

dibuat bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak

perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang munculnya masalah

baru).

Contohnya sebagai berikut:

Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari yang lain?

Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.” Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea,

kelompok yang lain tidak dipupuk urea. Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan

medium tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.

Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi selama waktu tertentu.

Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II.

Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.

c. Eksperimen berujung-terbuka

Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang

sama dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada

eksperimen berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka

untuk dipermasalahkan lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat

menimbulkan masalah baru atau hipotesis baru, sementara pada eksperimen

berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban yang tidak perlu

dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu, tingkat kesukaran dari metode

eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks, misalnya: variabel bebas yang

dimanipulasi dapat lebih dari satu, analisis data dapat dibuat lebih kompleks. Di

samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan metode eksperimen

tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan oleh guru, pada

metode eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan masalah,

menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri.

Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan

tanaman padi yang dicontohkan di atas, setelah ada kesimpulan bahwa urea

menyebabkan daun menjadi lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi

Page 14: keterampilan membimbing diskusi

14

kesempatan untuk mengamati gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi

dalam penggunaan urea; misalnya: batang padi menjadi lemas dan roboh.

Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk menemukan masalah baru:

“Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan mudah roboh?

Seterusnya, masalah tersebut dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai mereka

mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran yang

sedang dibahas, masalah baru itu tidak harus dijawab sekaligus.

2. Keterampilan Menjalankan Metode Eksperimen

Sama dengan demonstrasi, eksperimen dapat dilaksanakan pada tahap

awal pelajaran, dan inti pelajaran. Bahkan, eksperimen dapat dilaksanakan pada

akhir atau penutupan pelajaran. Eksperimen pada awal pelajaran digunakan untuk

menampilkan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motivasi

belajar siswa. Eksperimen pada inti pelajaran berfungsi untuk menjelaskan konsep,

atau memberi fasilitas kepada siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang

ingin dipecahkan. Dengan kata lain, demosntrasi pada Inti Pelajaran digunakan

untuk membantu siswa menemukan konsep yang dipelajari.

Ada bebera ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan

eksperimen: (1) eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu

variabel terikat, (2) kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa, (3) siswa

dapat melakukan kegiatan inkuari bebas. Hal ini berbeda dengan pembelajaran

demomstrasi; demonstrasi biasanya dilakukan oleh guru, inkuari yang dijalani oleh

siswa adalah inkuari terbimbing.

Keterampilan mengajar eksperimen dapat dipisah menjadi tiga tahap,

yaitu persiapan, pelaksanaan, penutup.

a. Keterampilan Menyiapkan Eksperimen.

1) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen.

2) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai

de-ngan topik pelajaran.

Page 15: keterampilan membimbing diskusi

15

3) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru

menerjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi

informasi dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen.

4) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan

pembelajaran dalam eksperimen, yang meliputi: kegiatan awal, inti, dan penutup.

b. Pelaksanaan Eksperimen

1) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk: menyajikan fenomena

dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awa siswa, dan

menarik memotivasi belajar siswa. Keterampilan guru yang diperlukan adalah:

• Memandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Keterampilan ini

diperlukan karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa

kelompok kecil.

• Memandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang

esensial, khususnya yang menimbulkan konflik kognitif.

• Menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa. Kegiatan ini di

dahului dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen.

Selanjutnya, guru mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik

kognitf, dan mengevaluasi jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal

siswa dapat digali.

2) Pada kegiatan inti, guru:

• Membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya-jawab pada

penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk

menemukan masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang

dipelajari, dan diteruskan lagi sampai ditemukan hipotesis.

• Membimbing kerja kelompok. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa

dipandu untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini

merupakan kegiatan kerja kelompok kecil atau perseorangan. Lihat Bab

IV mengenai keterampilan membimbing kerja kelompok kecil dan

pengajaran perseorangan.

Page 16: keterampilan membimbing diskusi

16

• Membimbing diskusi kelompok kecil, untuk pencatatan data, analisis

data, dan penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan di

kelompok kecil, atau secara klasikal.

c. Mengakhiri eksperimen.

1) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, guru

memberi pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif, atau memberi msalah baru

untuk dipecahkan melalui eksperimen di luar jan pertemuan.

2) Mengevaluasi perolehan belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara

formal (tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar

melalui pengalaman langsung (tes penampilan)

3) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan, dan

membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan

pengembangan sikap.

D. Keterampilan Mengajar Bermain Peran (Simulasi)

1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Simulasi

Bermain peran atau simulasi adalah suatu metode pembelajaran dimana

siswa mempelajari fakta, konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman yang

terdramati-sasikan. Dalam pembelajaran IPA yang menggunakan metode simulasi

siswa-siswa di-minta untuk bermain “drama”. Dalam permainan drama itu siswa-

siswa yang terlibat ditugaskan untuk memainkan peran dari orang, banda, kejadian

atau situasi alam yang menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Misalnya,

dalam pembelajaran konsep perputaran (rotasi) dan peredaran (revolusi) bumi dan

bulan dalam sistem tata surya, siswa ditugaskan untuk berperan sebagai matahari,

bumi dan bulan. Untuk mempelajari bahwa bulan berotasi sekalil dan berevolusi

terhadap bumi sekali selama 30 hari, siswa yang berperan sebagai bulan diminta

untuk berdiri menghadapkan wajahnya ke anak yang berperan sebagai bumi,

kemudian bergerak mengelilingi bumi dengan wajahnya tetap menghadap ke bumi

selama berkeliling.

Page 17: keterampilan membimbing diskusi

17

Bila ditugasi untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan

belajar sungguh-sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan

peran itu secara sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan dan karena

mereka ingin berpenampilan sebaik-baiknya dihadapan guru dan teman-temannya.

Permainan peran menyajikan suatu konteks pemecahan masalah yang menuntut

siswa untuk menggunakan keterampilan berpikit tingkat tinggi. Permainan peran

membawa segmen-segmen kurikulum lebih dekat kepada siswa, dan

mengaktualisasikan situasi-situasi yang jauh dari pengamatannya menjadi

pengalaman yang dekat dengan dirinya. Permainan peran memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengalami atau menghayati banyak kejadian yang tidak dapat

diamati secara langsung. Permainan peran mempunyai keunggulan lebih dari

mengamati kejadian-kejadian melalui film atau video. Permainan peran itu

merupakan suatu pengalaman dimana siswa menampilkan interpretasinya tentang

realita.

Simulasi dapat mempunyai tingkat struktur yang bervariasi. Pada anak

muda peran-perannya dapat dirinci secara detil untuk menampilkan fakta-fakta dan

pengambilan kesimpulan yang bersifat tertutup. Pada siswa yang lebih tua atau

lebih berpengalaman peran-perannya dapat berujung-terbuka untuk membuat

interpretasi individual.

Selama simulasi peran, guru harus membuat perencanaan, membuat

struktur, merancang vasilitas, dan berdiskusi mengenai peran-peran yang dimainkan

bersama atau oleh siswa. Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat

mengimplemen-tasikan suatu kegiatan simulasi adalah: (1) menjelaskan tugas, (2)

mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi poermainan, (3)

memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan

membantu pemain jika diperlukan, (4) memberi kesempatan kepada siswa untuk

menjalankan kegiatan bermain peran, (5) memberi kesempatan berdiskusi tentang

kegiatan, menggali implikasinya

Guru harus membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan

kerjasama agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi. Jika siswa

khawatir untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu

mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas, maka mereka akan tidak

Page 18: keterampilan membimbing diskusi

18

kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain peran. Maka dari itu,

guru perlu membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak

mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan. Guru yang gagal

membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para siswa menolak untuk

bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

2. Keterampilan Mengajar Simulasi

Pembelajaran dengan simulasi merupakan alternatif kedua untuk

diterapkan dalam pembelajaran sains, jika pembelajaran dengan

eksperimen/demonstrasi. Pada pengajaran eksperimen dan demonstrasi siswa

memperoleh pengalaman langsung. Dalam pembelajaran dengan simulasi

pengalaman siswa juga bersifat langsung, tetapi tida dari media realia, tetapi media

yang disimulasikan. Bila digali dengan seksama ternyata banyak konsep dan prinsip

dalam sains (khususnya biologi) yang tidak dapat diajarkan dengan eksperimen,

demonstrasi atau melalui pengamatan laungsung lain dapat diajarkan dengan

simulasi. Pada akhir-akhir ini, permainan/simulasi banyak digunakan dalam

pembelajaran lingkungan hidup. Dengan kreativitas tinggi, pembelajaran tentang

tumbuhan, hewan dan manusia banyak yang dapat digali untuk diajrkan dengan

permainan/simulasi. Karena peranan pembelajaran dengan simulasi dalam

pembelajaran sains cukup penting, maka gur perlu memiliki keterampilan khusus

untuk mengajar dengan simulasi.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan guru harus memiliki kecakapan untuk:

1) membuat perencanaan simulasi, yang meliputi pemilihan topik pelajaran,

perumusan tujuan pengajaran, menganalisis konsep atau prinsip yang

cocok untuk dismulasikan, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar,

dan evaluasi pembelajaran.

2) membuat struktur, artinya: membuat rancangan jalannya

permainan/simulasi yang dituangkan dalam bentuk skenario,

Page 19: keterampilan membimbing diskusi

19

3) merancang fasilitas, yaitu memilih, dan membuat peralatan yang

diperlukan untuk simulasi,

4) berdiskusi dengan siswa (atau membimbing siswa untuk mendiskusikan)

untuk menentukan peran-peran yang akan dimainkan, hal ini perlu

dilakukan karena banyak siswa enggan untuk ditugasi untuk memegang

peran yang akan dimainkan karena malu; dalam hal ini guru harus cakap

untuk meyakinkan bahwa permainan peran itu bukan pekerjaan yang

memalukan melainkan bermanfaat untuk kemajuan belajar.

b. Pelaksanaan Simulasi

Pekerjaan guru pada tahap pelaksanaan simulasi adalah:

1) menjelaskan tugas kepada pemain peran,

2) mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi

pemain,

3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan

membantunya jika diperlukan,

4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan permainan/simulasi,

c. Pasca Simulasi

Setalah permainan/simulasi selesai dikerjakan, guru memberi kesempatan

berdiskusi kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menggali

implikasinya.

Keterampilan khusus yang perlu dikuasai untuk mengefektifkan kegiatan

simulasi adalah:

• membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama, agar

siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi,

• membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak

mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan, terutama jika

siswa khawatir untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut

tidak mampu mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas,

sehingga mereka tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan

bermain peran. guru perlu.

Page 20: keterampilan membimbing diskusi

20

• Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para

siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang

antusias.

E. Keterampilan Mengajar di Luar Ruangan

1. Manfaat Pengajaran di Luar Ruangan

Mengajar di luar ruangan juga merupakan alternatif yang perlu mendapat

prioritas untuk pembelajaran sains dibandingkan dengan pengajaran yang bersifat

verbalistik. Sebenarnya banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di luar

ruangan, antara lain:

(1) fenomena-fenomena alam demikian banyak yang muncul dan saling terkait

dengan sangat rumit, sehingga sulit dipelajari hubungannya satu sama lain;

dengan demikian fakta yang dijumpai banyak tetapi konsep dan

prinsip/generalisasinya sulit ditangkap,

(2) memerlukan waktu, dan dan tenaga lebih banyak dibandingkan dengan belajar

di dalam ruangan.

Meskipun demikian, kalau pengajaran di luar ruangan dikelola dengan

baik banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa.

(1) Fakta dan fenomena yang banyak dijumpai menjadi pengetahuan yang sulit

dilupakan.

(2) Banyak kejadian-kejadian menakjubkan dapat dijumpai untuk membangkitkan

rasa ingin tahu dan memotivasi keinginan belajar,

(3) Banyak masalah diperoleh dari kejadian-kejadian yang menakjubkan, dan

diantara masalah-masalah yang dijumpai banyak terdapat masalah yang terkait

dengan masalah hidup yang sesungguhnya, misalnya: tanah longsor, gunung

gundul.

(4) Banyak tantangan dijumpai siswa di lingkungan alam, dan parta siswa dapat

menghadapi dan mengatasi secara bersama atau dengan bekerja sama, sehingga

siswa dapat memperoleh pengetahuah dan kecakapan untuk menghadapi hidup dan

kehidupan.

Page 21: keterampilan membimbing diskusi

21

(5) Banyak manfaat rekreatif diperoleh anak, misalnya: pemandangan yang indah,

gerakan bebas yang menggembirakan (berlari-lari, meloncat-loncat, berteriak-

teriak), ayang tidak dapat dijumpai dan dilakukan di sekolah.

2. Keterampilan Mengajar di Luar Ruangan

Jika pengajaran diluar ruangan dapat dan perlu dilaksanakan, guru perlu

menguasi keterampilan untuk menjalankannya.

a. Persiapan

Kecakapan dan keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru untuk

menjalankan pengajaran di luar ruangan adalah:

1) menentukan tujuan dan topik pembelajaran,

2) menyusun organisasi (panitia) pelaksana untuk urusan-urusan teknis,

3) membimbing siswa (panitia) untuk mempersiapkan segala keperluan untuk

kegiatan belajar di luar ruangan: lokasi sasaran, surat-menyurat, peralatan,

tranportasi, akomodasi, dana, dan lain-lain.

4) mempersiapkan petunjuk kerja lapangan; petunjuk kerja lapangan harus

disiapkan dengan baik karena di lapangan yang luas guru sering tidak bisa

selalu berada di sekitar siswa, sehingga dengan petunjuk lapangan itu siswa

dapat bekerja secara mandiri,

5) mempersiapkan jadwal; jadawal perlu disusun secara bijaksana sehingga ada

keseimbangan antara tugas akademik dengan tugas yang bersifat rekreatif,

dengan alokasi waktu yang betul-betul dapat dipenuhi nantinya.

b. Pelaksanaan

Kecakapan dan keterampilan guru untuk mengajar pada pelaksanaan

belajar di luar ruangan:

1) mengawasi, dan memonitor kegiatan, perilaku, dan kondisi siswa selama

kegiatan; pengawasan, monitoring kegiatan/perilaku/kondisi itu perlu dijalankan

secara disiplin dan tegas tetapi tidak menimbulkan tekanan perasaan dan fisik pada

siswa,

2) mengawasi dan memonitor kerja siswa; pekerjaan ini tidak mudah dilaksanakan,

karena guru sering berada di tempat yang jauh dari individu atau kelompok siswa,

Page 22: keterampilan membimbing diskusi

22

3) menjaga ketercapaian target perolehan belajar; tanpa ada kontrol perolehan

belajar mungkin lebih banyak rekreatifnya dari pada akademiknya.

4) menjaga dan membangun iklim hubungan kerja dan hubungan sosio-emosional

antar individu yang kondusif untuk terselesaikannya tugas-tugas belajar,

5) membangun keprcayaan siswa terhadap dirinya, agar dapat menjadi motivator

yang handal, khususnya dengan menunjukkan kecakapan mengatasi masalah

dimana tidak ada siswa yang dapat mengatasinya,

6) memberi bantuan, kalau diperlukan.

c. Pasca Kegiatan

Keterampilan mengajar yang diperlukan pada tahap pasca kegiatan belajar

di luar ruangan adalah:

1) memberi arahan dan contoh untuk mengembalikan kebersihan dan ketertiban

lingkungan yang digunakan

2) mengawasi dan menjalankan kegiatan pengemasan dan perawatan peralatan

yang sudah digunakan,

3) memonitor, membimbing pembuatan laporan hasil kerja dan menagih hasilnya

pada waktu yang dutentukan.

F. Keterampilan Membimbing Diskusi

Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya

terdiri dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran,

yang dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan

suatu metode pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran,

melainkan merupakan metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain.

Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas.

2. Diskusi Terbimbing

Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa

untuk berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan

analisis, sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang

Page 23: keterampilan membimbing diskusi

23

utama adalah membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif. Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan

konvergen, divergen dan evaluatif.

Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997)

Diskusi trbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan pada siswa

untuk berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik. Dalam hal ini guru

harus berhati-hati dalam membimbing siswa dengan pertanyaan aplikatif dan

analisis sampai mereka tiba pada pengetahuan dan pemahaman khusus. Diskusi

dengan pertanyaan konvergen termasuk pembelajaran berujung tertutup (close-

ended activity), artinya kegiatan diskusi diakhiri dengan satu kesimpulan yang

benar.

Diskusi dengan pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu

berpikir divergen dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan

evaluasi. Diskusi denganmmenggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan

pembelajaran yang berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi diakhiri

• Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus, prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”.

• Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk merangsang timbulnya keterampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing), dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang efektif?”.

• Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif. Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, terbentuknya keterampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?”

• Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan, mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya. Keterampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi, pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit cangkokan atau biji?”

Page 24: keterampilan membimbing diskusi

24

dengan masih adanya masalah baru yang siswa ingin tahu jawabannya. Dengan

demikian siswa pulang dengan membawa rasa keingintahuan, dan terangsang untuk

memikirkan dan memecahkan sendiri keingintahuannya. Dalam diskusi yang

menggunakan pertanyaan divergen guru dansiswa mungkin sama-sama belum tahu

jawabannya, dan mereka bersama-sama mencarinya.

Diskusi terbimbing juga dapat menggunakan pertanyaan konvergen dan

divergen sekaligus. Dalam hal ini pertanyaan analisis diberikan lebih dulu,

kemudian diteruskan dengan pertanyaan sintesis dan evaluasi.

Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan klasikal

atau kelompok kecil. Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut.

1) Pendahuluan. Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriview pelajaran

sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan yang akan

dilaksanakan.

2. Pertanyaan Inti. Tahap ini meliputi dua hal:

a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar dari topik yang

dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen materi yang perlu disampaikan tidak

banyak.

b. Guru memimpin diskusi: (1) memberi pertanyaan, (2) memberi kesempatan

kepada siswa untuk menjawab atau bertanya, mengatur lalulintas diskusi. Dalam

diskusi yang bersifat konvergen guru mengambil kesimpulan satu jawaban benar

dari setiap pertanyaan, jika jawaban siswa bervariasi atau berbeda satu sama lain.

Dalam diskusi konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban yang secara

logika benar untuk menarik kesimpulan. Berbagai kemungkina jawaban itu

disampaikan kepada siswa sebagai masalah yang perlu mereka pikirkan untuk

mencari jawabannya melalui kegiatan lain, misalnya: percobaan, dan eksperimen.

3 Penutup. Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara: (1) merangkum isi

pelajaran (untuk pertanyaan konvergen), atau menyajikan masalah baru untuk

dipelajari pada waktu dan dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2) mengadakan

evaluasi formatif.

Diskusi Bebas (Kelompok Kecil)

Page 25: keterampilan membimbing diskusi

25

Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran guru

hanya sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator. Diskusi bebas

sebaiknya dilaksanakandalam bentuk kegiatan kelompok kecil. Diskusi bebas dapat

dilaksanakan dengan panduan pertanyaan, atau tanpa panduan pertanyaan. Bila

digunakan panduan pertanyaan sebaiknya digunakan pertanyaan divergen. Jika

tidak menggunakan panduan, siswa bebas memilih atau menemukan masalah

sendiri untuk dipecahkan. Pelaksanaan diskusi bebas dapat menggunakan strategi

belajar kooperatif.

Keterampilan membimbing Diskusi

Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru.

Ketram-pilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut

(Hasibuan, dkk., 1988).

1) Memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:

• Memberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan masalah

umum yang akan dipecahkan,

• Mengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi ber-

langsung.

• Mencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah, dan

mengem-balikan pembicaraan ke masalah semula.

• Mencatat hsil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi

berlanjut ke masalah berikutnya.

2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan, bila ada gagasan yang kurang

jelas penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama.

3) Menganalisis pandangan siswa,.yang berbeda pendapatnya; analisi ini dapat

digunakan untuk membimbing siswa kerarah berpikir kritis dan kreatif,

misalnya dengan meminta siswa mengajukan argumen atas pendapatnya.

4) Meningkatkan urunan siswa, dengan:

• pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir

• memberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan penuh

perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab

Page 26: keterampilan membimbing diskusi

26

• memberi waktu cukup untuk berpikir

5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi:

• memotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat

• mencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak

• menghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi

• mencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang

sama

6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan:

• membuat rangkuman

• memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi

• mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.