3
Analisis Sistem Politik Menurut Robert A. Dahl, sistem politik adalah: “...As any Persistent Pattern of Human Relationships that involves, to a significant extent, control, influence, power, or authority “ atau mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungannya satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.. Almond & Powell, Membagi 3 Kategori Sistem Politik Yakni: 1. Sistem sistem primitif yang bekerja dengan sebentar sebentar istirahat. sistem politik ini sangat kecil kemungkinanya untuk mengubah perananya menjadi terspesialisasi atau lebih otonom. sistem ini lebih mencerminkan suatu kebudayaan yang samar samar dan bersifat keagamaan. 2. Sistem system tradisional dengan struktur struktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda beda dan satu kebudayaan “subyek” 3. Sistem sistem modern dimana struktur struktur politik yang berbeda beda berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik Suprastruktur dan infrastruktur Politik Suprastuktur Politik sering disebut sebagai bangunan atas politik / mesin politik resmi / lembaga-lembaga pembuat keputusan yang sah. Lembaga-lembaga itu mempunyai nama yang berbeda, semisal : Montesquieu menamakan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lembaga Suprastuktur berfungsi untuk membuat peraturan, melaksanakan peraturan, dan menyelesaikan masalah yang terjadi selama peraturan dilaksanakan Infrastuktur politik sering disebut sebagai bangunan bawah politik/mesin politik informal/mesin politik masyarakat. Terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat, yang dibentuk atas dasar kesamaan sosial, ekonomi, tujuan, dan lain-lain. Contohnya antara lain : Partai Politik, media massa, kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, dll. Pembagian Sistem Politik Sistem Politik Otoriter adalah sistem politik yang ditaktor dipimpin dan diputuskan oleh satu orang. Sistem Politik otoriter melahirkan paham komunisme. Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik pribadi, peniadaan hak-hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat. Nilai-nilai yang terkandung dalam komunis : - Monoisme (menolak adanya keaneragaman masyarakat) - Kekerasan merupakan alat yang sah. - Negara merupakan alat utk tercapainya komunisme. Sistem Politik Liberialisme adalah sesuatu yang total dlm masyarakat, bukan siapa kuat itu yang menang. Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok; pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas Nilai-nilai yang melandasi Liberialisme (Henry B Mayo): - Menyelesaikan masalah secara damai dan melembaga - Menjamin terselenggaranya perubahan masyarakat secara damai - Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur - Membatasi penggunaan kekerasan seminimal mungkin - Mengakui dan menganggap wajar adanya keaneragaman - Menjamin tetap tegaknya keadilan Sistem Integritas Merupakan Tekad bersama seluruh elemen masyarakat untuk menegakkan “Harkat dan Martabat Negara” Merupakan jalan bagi upaya memberantas korupsi secara menyeluruh (holistik) Mencegah kemungkinan terjadinya korupsi daripada menghukum setelah korupsi terjadi

Kisi-Kisi SosPol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

Analisis Sistem Politik Menurut Robert A. Dahl, sistem politik adalah: ...As any Persistent Pattern of Human Relationships that involves, to a significant extent, control, influence, power, or authority atau mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungannya satu sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.. Almond & Powell, Membagi 3 Kategori Sistem Politik Yakni:1. Sistem sistem primitif yang bekerja dengan sebentar sebentar istirahat. sistem politik ini sangat kecil kemungkinanya untuk mengubah perananya menjadi terspesialisasi atau lebih otonom. sistem ini lebih mencerminkan suatu kebudayaan yang samar samar dan bersifat keagamaan.2. Sistem system tradisional dengan struktur struktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda beda dan satu kebudayaan subyek3. Sistem sistem modern dimana struktur struktur politik yang berbeda beda berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik

Suprastruktur dan infrastruktur Politik Suprastuktur Politik sering disebut sebagai bangunan atas politik / mesin politik resmi / lembaga-lembaga pembuat keputusan yang sah. Lembaga-lembaga itu mempunyai nama yang berbeda, semisal : Montesquieu menamakan lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lembaga Suprastuktur berfungsi untuk membuat peraturan, melaksanakan peraturan, dan menyelesaikan masalah yang terjadi selama peraturan dilaksanakan

Infrastuktur politik sering disebut sebagai bangunan bawah politik/mesin politik informal/mesin politik masyarakat. Terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat, yang dibentuk atas dasar kesamaan sosial, ekonomi, tujuan, dan lain-lain. Contohnya antara lain : Partai Politik, media massa, kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, dll.

Pembagian Sistem Politik Sistem Politik Otoriter adalah sistem politik yang ditaktor dipimpin dan diputuskan oleh satu orang. Sistem Politik otoriter melahirkan paham komunisme. Bercirikan pemerintahan yang sentralistik, peniadaan hak milik pribadi, peniadaan hak-hak sipil dan politik, tidak adanya mekanisme pemilu yang terbuka, tidak adanya oposisi, serta terdapat pembatasan terhadap arus informasi dan kebebasan berpendapat. Nilai-nilai yang terkandung dalam komunis : Monoisme (menolak adanya keaneragaman masyarakat) Kekerasan merupakan alat yang sah. Negara merupakan alat utk tercapainya komunisme. Sistem Politik Liberialisme adalah sesuatu yang total dlm masyarakat, bukan siapa kuat itu yang menang. Bercirikan adanya kebebasan berpikir bagi tiap individu atau kelompok; pembatasan kekuasaan; khususnya dari pemerintah dan agama; penegakan hukum; pertukaran gagasan yang bebas; sistem pemerintahan yang transparan yang didalamnya terdapat jaminan hak-hak kaum minoritas Nilai-nilai yang melandasi Liberialisme (Henry B Mayo): Menyelesaikan masalah secara damai dan melembaga Menjamin terselenggaranya perubahan masyarakat secara damai Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur Membatasi penggunaan kekerasan seminimal mungkin Mengakui dan menganggap wajar adanya keaneragaman Menjamin tetap tegaknya keadilan

Sistem Integritas Merupakan Tekad bersama seluruh elemen masyarakat untuk menegakkan Harkat dan Martabat Negara Merupakan jalan bagi upaya memberantas korupsi secara menyeluruh (holistik) Mencegah kemungkinan terjadinya korupsi daripada menghukum setelah korupsi terjadi Dapat menuntut pertanggunggugatan horizontal Memasukkan upaya pendidikan dan penguatan masyarakat sebagai bagian yang sentral dalam upaya pemberantasan korupsi.

Manfaat Sistem Integritas Tercipta pelayanan publik yang: efektif dan effisien, transparan, ber-tanggung-gugat, dan partisipatif Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Berfungsinya sistem demokrasi untuk masyarakat luas bukan hanya untuk elit politik Terlindunginya hak asasi rakyat

Prinsip Integritas Pejabat Publik Tidak memikirkan diri sendiri: pemangku jabatan publik selalu mementingkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadinya Integritas (harkat dan martabat), bebas dari pengaruh uang atau konflik kepentingan dalam mengambil keputusan Obyektivitas, Mengambil keputusan sesuai dengan tolok ukur kemampuan, terutama dalam mengangkat pegawai atau menentukan kontrak. Tanggung gugat, pemegang jabatan publik bertanggungjawab kepada publik dan dapat digugat atas semua keputusan-keputusannya serta bersedia menempatkan diri di bawah pengawasan public Transparansi, Semua keputusan dan proses pengambilan keputusan di institusi publik dan oleh pejabat publik harus terbuka dan dapat diakses oleh public Kejujuran, Pemegang jabatan publik wajib melaporkan kekayaannya dan keluarganya secara jujur dan berkala kepada publik dan mengungkapkan apabila ada konflik kepentingan di dalam jabatan yang dipangkunya Kepemimpinan, Pemegang jabatan publik harus memberikan contoh dan keteladanan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip ini

Sebab-sebab Gerakan Sosial Teori deprivasiTeori ini mengatakan bahwa gerakan sosial muncul karena sebagian orang dalam masyarakat mederita deprivasi (kekurangan, kehilangan, penderitaan). Mereka tidak menikmati kesejahteraa. Deprivasi yang paling umum adalah diprivasi ekonomi. Mass-Society Teory (William Kornhauser)Menurut teori ini gerakan sosial muncul karena dibentuk oleh orang-orang yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal tidak merasa bermakna dalam masa yang besar, masyarakat yang kompleks. Structural-Strain Theory (Neil Smelser)Menurut Smelser ada enam kondisi sosial yang menyebabkan munculnya gerakan sosial. Kondisi-kondisi itu terdiri dari:

Tingkatan Gerakan Sosial Emergence, Gerakan sosial yang muncul karena kejadian yang tidak disangka-sangka atau darurat. Coalecence, Setelah gerakan sosial muncu, langkah berikutnya adalah koalisi sejumlah individu ke dalam organisasi yang secara aktif memasuki kehidupan publik, termasuk mengembangkan kepemimpinan baru, memformulasikan taktik dan kebijakan, dan membangun moral positif dan merekrut anggota baru. Pada level ini gerakan sosial mungking akan mendorong tindakan kolektif demonstrasi, penyadaran publik dan lain sebagainya. Bureaucratizatio, Setelah mapan, gerakan sosial akan mengembangkan organisasi formal seperti birokrasi dan lain sebagainya. Decline, Gerakan sosial secara inherent bersifat dinamis. Suatu ketika akan mapan namun pada saat yang lain akan mengalami dinamika baru.Hambatan didalam HAM1. Masih adanya sikap mental feodal di kalangan sekelompok orang Feodalisme bertentangan secara diametral dengan hak hak asasi manusia.2. Adanya kecurigaan dari beberapa individu yang mengkawatirkan bahwa gerakan yang memperjuangkan hak asasi manusia akan menyebabkan disintegrasi nasional, membahayakan persatuan dan kesatuan yang telah dibina berpuluh puluh tahun.3. Rendahnya kesadaran hukum dan kesadaran kemanusiaan masyarakat.4. Masih rendahnya kesadaran politik yang berimplikasi pada penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, dan juga dapat melahirkan kebijakan publik yang potensial memungkinkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.