9
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050 II - 48 SENTRA 2016 KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA TANGERANG Idi Namara, Kurniati, Raditya Jaelani Universitas Ibn Khaldun, Bogor Kontak Person: Raditya Jaelani Jalan Kh. Sholeh Iskandar KM. 2, Kedung Badak Tanak Sareal, Kota Bogor, Telp: (0251) 8356884 E-mail: [email protected] Abstrak Sungai merupakan salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga keberadaan sumber air harus tetap dijaga baik secara kuantitas maupun kualitas. Penurunan kualitas air sungai sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak peduli terhadap lingkungan dan tidak mengindahkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Hasil pantauan Kementerian Lingkungan Hidup RI tahun 2014, disebutkan sungai sungai di Indonesia, hampir semuanya terindikasi tercemar berat atau sebanyak 75%, termasuk Sungai Cisadane yang berada di wilayah Kota Tangerang. Tingginya pencemaran di sungai tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Japan International Cooperation Agency (JICA), bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang pada tahun 2012. Saat ini Sungai Cisadane Kota Tangerang dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM, irigasi, dan keperluan industri. Mengingat pentingnya fungsi sungai Cisadane diperlukan penelitian mengenai tingkat pencemaran terkini sehingga bisa dilakukan klasifikasi dari kualitas air sungai tersebut berdasar peruntukan tata guna lahan. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan suatu fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) Menganalisis kualitas air sungai Cisadane Kota Tangerang berdasarkan 5 parameter (DO, TSS, TDS, BOD dan COD); (b) Melakukan klasifikasi kualitas air sungai Cisadane Kota Tangerang berdasarkan titik pantau. Sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah studi pustaka dan kajian literatu,. Adapun data yang digunakan adalah : data situasi sungaiCisadane dan data hasil uji laboraturium sampel air dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang Tahun 2010-2015.Kesimpulan dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam pengelolaan kualitas air Sungai Cisadane di Kota Tangerang. Kata kunci : DAS Cisadane, pencemaran air sungai, klasifikasi kualitas air 1. Pendahuluan Permasalahan air merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.Penggunaan air khususnya air bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat manusia terhindar dari penyakit.Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air, yang berfungsi sebagai pelarut dan peyusun segala sistem tubuh manusia. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak berdampak negatif bagi manusia, maka perlu diketahui kualitas sumber air. Selain dari segi kualitas, jumlah air juga harus memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Air digunakan manusia untuk mandi, minum, mencuci, pertanian, perikanan dan lain sebagainya.Masing-masing kegiatan tersebut memerlukan jumlah air yang beragam. Sumber air yang ada dipermukaan bumi dapat diolah menjadi air minum dengan berbagai teknik yang telah berkembang, sehingga kebutuhan air minum yang memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dapat terpenuhi bagi seluruh lapisan masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 mengenai klasisfikasi kualitas air sungai, maka kualitasair sungai harus berada pada kelas tertentu sesuai dengan regulasi tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh manusia. Didalam peraturan tersebut mengulas tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air merupakan penjabaran undang-undang tersebut diatas dalam bidang air dan air limbah. Menurut peraturan ini (Pasal 8) klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yakni; 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;

KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

II - 48 SENTRA 2016

KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE

KOTA TANGERANG

Idi Namara, Kurniati, Raditya Jaelani Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Kontak Person:

Raditya Jaelani

Jalan Kh. Sholeh Iskandar KM. 2, Kedung Badak Tanak Sareal, Kota Bogor, Telp: (0251) 8356884

E-mail: [email protected]

Abstrak

Sungai merupakan salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga keberadaan sumber air harus tetap dijaga baik secara kuantitas maupun kualitas. Penurunan kualitas air sungai sebagai akibat aktivitas manusia

yang tidak peduli terhadap lingkungan dan tidak mengindahkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Hasil pantauan

Kementerian Lingkungan Hidup RI tahun 2014, disebutkan sungai – sungai di Indonesia, hampir semuanya terindikasi

tercemar berat atau sebanyak 75%, termasuk Sungai Cisadane yang berada di wilayah Kota Tangerang. Tingginya pencemaran di sungai tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Japan International Cooperation Agency (JICA), bekerja

sama dengan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang pada tahun 2012. Saat ini Sungai Cisadane Kota

Tangerang dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM, irigasi, dan keperluan industri. Mengingat pentingnya fungsi

sungai Cisadane diperlukan penelitian mengenai tingkat pencemaran terkini sehingga bisa dilakukan klasifikasi dari kualitas air sungai tersebut berdasar peruntukan tata guna lahan. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

bermaksud mendeskripsikan suatu fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) Menganalisis kualitas air sungai

Cisadane Kota Tangerang berdasarkan 5 parameter (DO, TSS, TDS, BOD dan COD); (b) Melakukan klasifikasi kualitas air

sungai Cisadane Kota Tangerang berdasarkan titik pantau. Sedangkan metode penelitian yang dipakai adalah studi pustaka dan kajian literatu,. Adapun data yang digunakan adalah : data situasi sungaiCisadane dan data hasil uji laboraturium

sampel air dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang Tahun 2010-2015.Kesimpulan dari hasil penelitian ini

diharapkan mampu memberikan masukan dalam pengelolaan kualitas air Sungai Cisadane di Kota Tangerang.

Kata kunci : DAS Cisadane, pencemaran air sungai, klasifikasi kualitas air

1. Pendahuluan

Permasalahan air merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.Penggunaan air

khususnya air bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat manusia terhindar dari

penyakit.Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air, yang berfungsi sebagai pelarut dan peyusun

segala sistem tubuh manusia. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak berdampak

negatif bagi manusia, maka perlu diketahui kualitas sumber air. Selain dari segi kualitas, jumlah air

juga harus memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Air digunakan manusia untuk

mandi, minum, mencuci, pertanian, perikanan dan lain sebagainya.Masing-masing kegiatan tersebut

memerlukan jumlah air yang beragam. Sumber air yang ada dipermukaan bumi dapat diolah menjadi

air minum dengan berbagai teknik yang telah berkembang, sehingga kebutuhan air minum yang

memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dapat terpenuhi bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 mengenai klasisfikasi kualitas air

sungai, maka kualitasair sungai harus berada pada kelas tertentu sesuai dengan regulasi tersebut agar

dapat dimanfaatkan oleh manusia. Didalam peraturan tersebut mengulas tentang pengelolaan kualitas

air dan pengendalian pencemaran air merupakan penjabaran undang-undang tersebut diatas dalam

bidang air dan air limbah. Menurut peraturan ini (Pasal 8) klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4

(empat) kelas, yakni;

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

air yang sama dengan kegunaan tersebut;

Page 2: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2016 II - 49

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut diatas, dapat dipastikan bahwa kualitas air baku

harus mampu memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sehingga keberadaannya harus dalam

kondisi dilindungi dari pencemaran.Jika pencemaran pada air tidak bisa dikendalikan maka akan

menurunkan kualitas air, yang pada akhirnya akan menurunkan potensi kegunaan dari air baku

tersebut.Penurunan kualitas air sungai sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak peduli terhadap

lingkungan dan tidak mengindahkan kaidah pembangunan berkelanjutan (Jiao Ding et al, 2015).

Hasil pantauan Kementerian Lingkungan Hidup RI tahun 2014, disebutkan sungai – sungai di

Indonesia, hampir semuanya terindikasi tercemar berat atau sebanyak 75%. Indikasi pencemaran berat

tersebut diakibatkan oleh buangan limbah rumah tangga.Pencemaran akibat buangan limbah rumah

tangga atau limbah domestik ini masih ditambah lagi dengan limbah industri, limbah ternak, limbah

yang dihasilkan dari pasar, perkantoran, restoran, dan berbagai jenis usaha lainnya. Kota – kota besar

dan metropolitan di Indonesia umumnya memiliki persoalan sosial dan lingkungan yang demikian

kompleks, termasuk dalam persoalan beban pencemaran yang mempengaruhi kualitas air sungai

(Namara, 2016). Dampak negatif lainnya akibat pencemaran air sungai adalah kesehatan masyarakat,

adapun jenis penyakit yang timbul akibat penularan melalui air buangan antara lain, penyakit saluran

pencernaan. Seperti typhus, para typhus, dysentri, cholera, schistozominasis, dan lain sebagainya

(Hadi, 2010).

Kondisi ini juga terjadi pada Sungai Cisadane Kota Tangerang.Secara umum, persoalan yang

berada pada DAS Cisadane menyeluruh sangat beragam, mulai dari erosi; belum terkendalinya ruang

publik; ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan semakin mahal dan

langka baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga menimbulkan berbagai konflik antar sektor

maupun antar wilayah; fluktuasi ketersediaan air permukaan sangat tinggi, sehingga sering terjadi

kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut merupakan wujud dari

hulu DAS yang fungsi konservasinya telah jauh berkurang, belum adanya kesinergian antar wilayah

dalam bentuk role sharing antara Propinsi/Kabupaten/Kota - Propinsi/Kabupaten/Kota di daerah hilir

dalam rangka penanganan hulu DAS.

Sungai Cisadane Kota Tangerang merupakan sumber utama air baku bagi PDAM Kota

Tangerang yang dipakai untuk penyediaan air bersih untuk wilayah Tangerang. Berdasarkan hasil

penelitian Japan International Cooperation Agency (JICA), bekerja sama dengan Badan Lingkungan

Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang tahun 2012, 84% air sungai itu tercemar limbah domestik.

Adapun 14% lainnya tercemar limbah dari industri yang tidak pempunyai instalasi pengelolaan air

limbah (IPAL), sedangkan sisanya yang sekitar 2% berasal dari pencemaran limbah lainnya.

Gambaran mengenai tingkat kualitas Sungai Cisadane sangat diperlukan sebagai upaya pengelolaan

kedepan yang lebih baik lagi.

2. Metode Penelitian

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan data sekunder

dari Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang. Data yang dipakai selama 5 tahun ini akan dianalisis

melalui perbandingan dengan standar baku mutu kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah No 81

tahun 2001. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bagaimana kondisi kualitas air sungai Cisadane

berdasarkan penggunaan lahannya.

2.1. Obyek Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Sungai Cisadane segmen Kota Tangerang Provinsi Banten.

Page 3: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

II - 50 SENTRA 2016

Secara geografis Kota Tangerang terletak pada posisi 106036’ – 106042’ Bujur Timur (BT) dan

606’ – 6013’ Lintang Selatan (LS). Berdasarkan data BPS Kota Tangerang memiliki luas wilayah

184,24 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno Hatta sebesar 19,69 km2). Secara administrasi Kota

Tangerang terbagi menjadi 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan, namun yang termasuk wilayah

administrasi DAS Cisadane Kota Tangerang hanya ada 5 Kecamatan, yaitu :Cibodas, Pinang,

Karawaci, Tangerang, dan Neglasari. Kelima kecamatan tersebut memiliki ciri khas peruntukan lahan,

diantaranya lahan permukiman, lahan campuran, lahan terbuka, dan lahan industri.

2.2. Data Penelitian

Data yang dipakai adalah data yang berasal dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang

tahun 2010-2015. BLH secara rutin setiap tahun melakukan pengambilan sampel di 16 titik sungai

Cisadane. Dari 16 lokasi tersebut dibagi menjadi 3 klaster, yakni klaster permukiman, industri, dan

lahan campuran. Data dari 3 klaster inilah yang dianalisis pada penelitian ini. Adapun parameter yang

dipakai yakni, TDS (Total Dissolve Solid), TSS (Total Suspende Solid), DO, BOD, dan COD. Berikut

penjelasan mengenai 5 parameter yang dipakai pada penelitian ini.

a. TSS dan TDS

Kecerahan air sungai semakin ke hilir semakin rendah.Kecerahan air sungai dipengaruhi oleh

banyaknya materi tersuspensi yang ada di dalam air sungai. Materi ini akan mengurangi masuknya

sinar matahari ke air sungai (Cech 2005). Endapan tersuspensi dapat juga menyumbat insang ikan,

mencegah telur berkembang. Ketika suspended solid tenang di dasar badan air, dapat

menyembunyikan telur dan terjadi pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan pengerukan

yang memerlukan biaya operasional tinggi. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan

konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam didalam air (Margareth, 2009).

Sedangkan TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun

anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan.Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik

berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan.Sebagai contoh air buangan sering mengandung

molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, pada air buangan rumah tangga.

b. DO

Oksigen yang terlarut/DO dalam air sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan organism

akuatik.Sumber utama DO yaitu fotosintesis (Macan 1978; Angelier).Konsentrasi DO dapat menjadi

indikator adanya pencemaran organik (Tontowi & Sofia 2002).

c. BOD dan COD

Nilai BOD dan COD air sungai dapat menunjukkan banyaknya pencemar organik yang ada di dalam

air sungai (Novotny & Olem 1994).

Lokasi Penelitian

Page 4: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2016 II - 51

0100200300400500600

TSS Jembatan Cikokol

2.3. Operasional Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pengumpulan

berbagai data, telaah serta penjabaran data sekunder.Telaah dokumen dengan cara mengumpulkan

data-data melalui kepustakaan baik dari buku-buku, dokumen-dokumen, arsip-arsip dan lain-lain yang

berkaitan dengan fokus penelitian, baik dari kampus Universitas Ibn Khaldun, Pemerintah Kota

Tangerang, maupun hasil penelitian terdahulu.Dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan data

yang akurat dengan cara:

Studi Pustaka

Klaster lokasi sampel air menjadi 3 klaster, yakni ; permukiman, industri dan lahan campuran

Analisis data dengan mengklasifikasi kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82

tahun 2001, dengan menggunakan 5 parameter.

Hasil dan pembahasan pada bagian ini peneliti membandingkan data kualitas air tahun 2010-

2015 SLHD pada 3 klaster dengan standar baku kualitas air PP No 82 tahun 2001.

Kesimpulan dan saran menyimpulkan kondisi saat ini.

3. Hasil dan Pembahasan

Data hasil dari BLH (Badan Lingkungan Hidup) Pemerintah Kota Tangerang terdapat 16 lokasi

hasil penelitian, masing - masing lokasi memiliki fungsi lahan yang berbeda-beda. Secara garis besar

terdapat 3 jenis peruntukan lahan pada lokasi pengambilan sampel, yakni lokasi permukiman, industri,

campuran, sehingga analisis dilakukan berbasis pada 3 klaster, sesuai dengan pengelompokan wilayah

yang ada pada DAS Cisadane Kota Tangerang tersebut. Adapun pembagian klaster sebagai berikut:

Klaster 1 Permukiman: Jembatan Gading Serpong, SP. Rawa Besar, Jembatan Cikokol,

Jembatan Robinson, Jembatan Satria, SP. Benteng Jaya, dan SP. Letda Dadang

Klaster 2 Industri: Eretan Panunggangan, dan Pintu Air Sepuluh

Klaster 3 Campuran: Cicayur Hulu, Cicayur Hilir, SP. Cicayur, Cisarung Hulu, Cisarung Hilir,

SP. Cisarung, dan Eretan 3 Sewan

Dari 3 klaster ini diambil 3 (tiga) lokasi yang mewakili lokasi pengambilan sampel,yaitu; Jembatan

Cikokol (Permukiman); Eretan Panunggangan (industri);dan SP. Cisarung (Campuran).

Berikut data dan analisis tingkat pencemaran:

3.1. Jembatan Cikokol (Permukiman)

Tabel 1. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air di Jembatan Cikokol

Sumber: Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2016

3.1.a. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

Kandungan TSS dari tahun 2010 sampai

dengan 2015 bervariasi. Namun pada

periode 1, tahun 2011 kadar TSS di

Jembatan Cikokol melonjak hingga

melewati baku mutu III dan IV,

sehingga tidak layak untuk digunakan

untuk air minum maupun untuk

menyirami tanaman.

Page 5: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

II - 52 SENTRA 2016

0

50

100

150

TDS Jembatan Cikokol

01234567

DO Jembatan Cikokol

05

101520253035

BOD Jembatan Cikokol

020406080

100120

COD Jembatan Cikokol

3.1.b. Zat Padat Terlarut (TDS)

Kandungan TDS pada Jembatan

Cikokol selama kurun waktu 2010

hingga 2015 relatif aman apabila diolah

untuk air minum maupun digunakan

untuk kebutuhan lain.

3.1.c. Oksigen Terlarut (DO)

Kandungan Oksigen Terlarut (DO)

pada Jembatan Cikokol sempat

beberapa kali menyentuh baku mutu

III pada

3.1.d. Bio Oxygen Demand (BOD)

Kadar BOD pada Jembatan Cikokol

pada tahun 2010 dan 2011 relatif

aman. Namun pada tahun 2011, 2013,

2014, dan 2015 kadar BOD

mengalami lonjakan melewati standar

baku mutu IV, sehingga tidak layak

untuk penggunaan air minum.

3.1.e. Chemical Oxygen Demand (COD)

Kadar COD pada Jembatan Cikokol

pada periode 1 tahun 2011, mencapai

batas tidak aman karna melewati baku

mutu IV.

Page 6: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2016 II - 53

0

100

200

300

400

500

TSS Eretan Panunggangan

020406080

100120140

TDS Eretan Panunggangan

01234567

DO Eretan Panunggangan

3.2. Eretan Panunggangan (Industri) Tabel 2. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air di Eretan Panunggangan

Sumber: Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2016

3.2.a. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

Kadar TSS pada periode 2 tahun 2010

hampir menyentuh bakumutu III dan

IV.

3.3.b. Zat Padat Terlarut (TDS)

Kandungan TDS pada Jembatan

Cikokol selama kurun waktu 2010

hingga 2015 relatif aman apabila diolah

untuk air minum maupun digunakan

untuk kebutuhan lain.

3.3.c. Oksigen Terlarut (DO)

Kadar Oksigen Terlarut (DO) pada

Eretan Panunggangan dari tahun 2010

hingga 2015 relatif aman. Namun terjadi

fluktuasi yang signifikan pada tahun

2011 dan 2014 yang menyentuh batas

baku mutu III dan IV.

Page 7: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

II - 54 SENTRA 2016

0102030405060

BOD Eretan Panunggangan

0

50

100

150

200

COD Eretan Panunggangan

0

100

200

300

400

TSS SP.Cisarung

3.3.d. Bio Oxygen Demand (BOD)

Kadar BOD pada Eretan Panungganan

melewati baku mutu IV, sehingga tidak

layak untuk dikonsumsi. Dan

menglami lonjakan ekstrim pada

periode 1 tahun 2011.

3.3.e. Chemical Oxygen Demand (COD)

Kadar COD pada Eretan

Panunggangan relatif aman dari tahun

2010 hingga 2015, karna tidak

menyentuh batas baku mutu III.

Namun mengalami lonjakan ekstrim

melebihi baku mutu IV pada periode 1

2011.

3.5. SP. Cisarung (Campuran)

Tabel 3. Hasil Pengujian Parameter Kualitas Air di SP. Cisarung

Sumber: Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2016

3.5.a. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

Kadar TSS pada SP. Cisarung tinggi

pada tahun 2010, kemudian cukup

stabil hingga 2014, dan angka TSS

kembali meninggi pada tahun 2015.

Namun angka TSS pada SP. Cisarung

belum melewati batas baku mutu III

dan IV.

Page 8: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2016 II - 55

020406080

100120140

TDS SP.Cisarung

0

2

4

6

8

DO SP. Cisarung

010203040

BOD SP. Cisarung

0

20

40

60

COD

3.5.b. Zat Padat Terlarut (TDS)

Kandungan TDS pada SP. Cisarung

bervariasi dari tahun 2010 sampai

2015. Namun angka tersebut masih

aman karna masih jauh di bawah baku

mutu I.

3.5.c. Oksigen Terlarut (DO)

Kandungan Oksigen Terlarut pada SP.

Cisarung relatif stabil. Namun

mengalami penurunan hingga baku

mutu IV pada tahun 2014.

3.5.d. Bio Oxygen Demand (BOD)

Kadar BOD pada SP. Cisarung relatif

aman hingga tahun 2013. Kemudian

mulai tinggi pada 2013 dan 2014 hingga

melewati batas baku mutu IV, dan

kembali rendah pada 2015, namun masih

dalam baku mutu III dan IV.

3.5.e. Chemical Oxygen Demand (COD)

Kadar COD pada SP. Cisarung

fluktuatif dan bervariasi. Angka COD

cukup tinggi melampaui batas

bakumutu III pada tahun 2010, 2012,

2013, dan 2014. Dan menurun pada

2013 dan 2015.

4. Kesimpulan

Berdasarkan data dari BLH Pemerintah Kota Tangerang dandata tiap titik sampel yang

mewakili tiap klaster, dapat penulis simpulkan bahwa kualitas air sungai Cisadane Kota Tangerang

tiap periode dan tahunnya fluktuatif. Namun secara garis besar, kualitas air sungai terbilang kurang

Page 9: KLASIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI CISADANE KOTA …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016 ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

II - 56 SENTRA 2016

baik, terutama pada tahun 2011 dan 2014 kadar pencemaran yang ditunjukkan seringkali melewati

batas baku mutu III dan IV.

Mengingat tingginya tingkat pencemaran pada Sungai Cisadane Kota Tangerang, diperlukan

perhatian yang lebih dari pemerintah kota maupun masyarakat Kota Tangerang untuk menanggulangi

masalah pencemaran air sungai. Sehingga air sungai dapat digunakan dengan lebih amandan leluasa

oleh masyarakat Kota Tangerang.

Referensi

[1] Jiao Ding, Yuan Jiang, Lan Fu Qi Liu, Qiuzhi Peng dan Muyi Kang (2015). Impacts of Land Use on Surface

Water Quality in Subtropical River Basin : A Case Study of the Dongjiang River Basin Southeastern China.

ASCE Journal

[2] Ratna Siahaan, Andry Indrawan, Dedi Soedharma, dan Lilik B.Prasetyo.Jurnal Ilmiah Sains. WATER

QUALITY OF CISADANE RIVER, WEST JAVA-BANTEN.Vol. 11 No. 2, Oktober 2011.

[3] Abdullah, 2015. Drainase Merupakan Fasilitas Dasar Sebagai Sistem Guna Memenuhi Kebutuhan

Masyarakat Dalam Perencanaan Kota. Aria. Surabaya

[4] Dimitri Fairizi, 2015, Analisis Dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan Perumnas Talang Kelapa Di

Subdas Lambidaro Kota Palembang, Andi. Palembang

[5] Martha, Joyce dan Adidarma, Wanny, 1989. Mengenai Dasar-Dasar Hidrologi, Nova, Bandung

[6] PERATURAN MENTERI PU RI, Direktorat Jendral Pengairan, 2014.Keputusan Direktur Jendral Pengairan

Nomor: 1451/KPTS/A/2014 Tentang Standar Perencanaan Drainase.Jakarta

[7] Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi. Yogyakarta

[8] Namara, Idi. Model Pengelolaan Kualitas Air Sungai Berbasis Resiko Terkait Perubahan Tata Guna Lahan

Melalui Pendekatan System Dynamic (Studi Kasus Sungai Cisadane Kota Tangerang).Laporan Pendahuluan

Penelitian. Universitas Indonesia. 2016.