22
B. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA 1. Sejarah Praktik kedokteran dalam pengertian luas pada hakikatnya adalah perwujudan idealisme dan spirit pengabdian seorang dokter, sebagaimana yang diikrarkan dalam Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Dalam perkembangannya kemudian, seluruh aspek kehidupan di dunia ini mengalami perubahan paradigma secara bermakna, termasuk dalam profesi kedokteran, dengan akibat terjadi pula perubahan orientasi dan motivasi pengabdian tersebut pada diri sebagian dokter. Sebagai dampak perubahan yang semakin global, individualistik, materialistik, dan hedonistik tersebut, maka perilaku dan sikap tindak profesional di sebagian kalangan dokter juga berubah. Masyarakat kemudian juga semakin memandang negatif profesi kedokteran karena melihat dan menyaksikan maraknya praktik-praktik kedokteran yang semakin jauh dari nilai-nilai luhur Sumpah Dokter dan KODEKI. Masyarakat atau pasien merasa perlu "melindungi diri" terhadap perilaku hedonistik dan unethical para dokter itu. Kode etik kedoktran Indonesia pertama kali disusun tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran yang dilaksanakan di Jakarta. Bahan rujukan yang digunakan adalah Kode Etik Kedokteran Internasional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar ke-22 Ikatan Dokter Sedunia. Seperti halnya dengan Kode Etik Internasional yang mengalami berbagai panyempurnaan, Kode Etik Kedokteran Indonesia pun mengalami perubahan-perubahan, yaitu melalui Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran ke-2 yang dilaksanakan di Jakarta, untuk kemudian pada tahun 1983 dinyatakan berlaku bagi semua dokter di Indonesia melalui surat keputusan No.434/MENKES/SK/X/1983 tanggal 28 Oktober 1983. Pada Musyawarah Kerja Nasional IDI XIII, 1993, Kode Etik Kedokteran Indonesia itu telah diubah menjadi 20 pasal. Sebagai pedoman dalam perilaku, Kode Etik Kedokteran Indonesia mengandung beberapa ketentuan yang semuanyan tertuang dalam kedua puluh pasalnya. Secara umum pasal-pasal tersebut dapat dibedakan atas lima bagian, yaitu : Kewajiban umum seorang dokter Kewajiban dokter terhadap penderita Kewajiban dokter terhadap teman sejawat Kewajiban dokter terhadap diri sendiri Penutup 2. Definisi Kode Etik Kedokteran Kode etik Kedokteran adalah suatu landaskan atas norma-norma etik dalam praktik seorang dokter yang mengatur hubungan manusia umumnya dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. Khusus di Indonesia- azas itu adalah Pancasila sebagai landasan idiil dan UndangUndang Dasar 1945 sebagai landasan struktural. Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter Indonesia, baik yang bergabung secara fungsional terikat dalam Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian

Kode Etik Kedoktran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kodeki

Citation preview

Page 1: Kode Etik Kedoktran

B. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA            1. Sejarah

Praktik kedokteran dalam pengertian luas pada hakikatnya adalah perwujudan idealisme dan spirit pengabdian seorang dokter, sebagaimana yang diikrarkan dalam Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Dalam perkembangannya kemudian, seluruh aspek kehidupan di dunia ini mengalami perubahan paradigma secara bermakna, termasuk dalam profesi kedokteran, dengan akibat terjadi pula perubahan orientasi dan motivasi pengabdian tersebut pada diri sebagian dokter. Sebagai dampak perubahan yang semakin global, individualistik, materialistik, dan hedonistik tersebut, maka perilaku dan sikap tindak profesional di sebagian kalangan dokter juga berubah.

Masyarakat kemudian juga semakin memandang negatif profesi kedokteran karena melihat dan menyaksikan maraknya praktik-praktik kedokteran yang semakin jauh dari nilai-nilai luhur Sumpah Dokter dan KODEKI. Masyarakat atau pasien merasa perlu "melindungi diri" terhadap perilaku hedonistik dan unethical para dokter itu.

Kode etik kedoktran Indonesia pertama kali disusun tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran yang dilaksanakan di Jakarta. Bahan rujukan yang digunakan adalah Kode Etik Kedokteran Internasional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar ke-22 Ikatan Dokter Sedunia.            Seperti halnya dengan Kode Etik Internasional yang mengalami berbagai panyempurnaan, Kode Etik Kedokteran Indonesia pun mengalami perubahan-perubahan, yaitu melalui Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran ke-2 yang dilaksanakan di Jakarta, untuk kemudian pada tahun 1983 dinyatakan berlaku bagi semua dokter di Indonesia melalui surat keputusan No.434/MENKES/SK/X/1983 tanggal 28 Oktober 1983. Pada Musyawarah Kerja Nasional IDI XIII, 1993, Kode Etik Kedokteran Indonesia itu telah diubah menjadi 20 pasal.            Sebagai pedoman dalam perilaku, Kode Etik Kedokteran Indonesia mengandung beberapa ketentuan yang semuanyan tertuang dalam kedua puluh pasalnya. Secara umum pasal-pasal tersebut dapat dibedakan atas lima bagian, yaitu : Kewajiban umum seorang dokter

Kewajiban dokter terhadap penderita

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat

Kewajiban dokter terhadap diri sendiri

Penutup

2. Definisi Kode Etik KedokteranKode etik Kedokteran adalah suatu landaskan atas norma-norma etik dalam

praktik seorang dokter yang mengatur hubungan manusia umumnya dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. Khusus di Indonesia- azas itu adalah Pancasila sebagai landasan idiil dan UndangUndang Dasar 1945 sebagai landasan struktural.

Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para dokter Indonesia, baik yang bergabung secara fungsional terikat dalam Ikatan Dokter Indonesia, maupun secara fungsional terikat dalam organisasi di bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran, dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa, telah merumuskan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

Fungsi dari Kode etik kedokteran ini adalah : Memberikan perlindungan kepada pasien

Meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi

Page 2: Kode Etik Kedoktran

Memberikan kepastian hokum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

Tujuan kode etik kedoteran : Agar seorang dokter dapat menaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran

Agar seorang dokter dan dokter gigi dapat bekerja dengan sepenuh hati dalam memberikan pelayanan kesehatan

Menjungjung tinggi norma luhur dalam menjalankan pekerjaan maupun kehidupan pribadinya

Agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dengan etik dan moral

Agar tidak memberikan keterangan palsu tentang pasien

3.      Prinsip Etika KedokteranPrinsip adlah berpihak pada pasien, artinya dalam mengambil tindakan seorang

dokter harus mempertimbangkan manfaat dan resiko yang sekecil mungkin, termasuk resiko biaya.

Prinsip etika Kedokteran tersebut meliputi : Autonomy, yaitu prinsip moral dokter untuk selalu menghargai dan menghormati hak otonomi pasien, terutama dalam hal hak untuk memperoleh informasi yang jujur dan benar serta hak untuk melakukan apa-apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya.

Beneficience, yaitu melakukan tindakan untuk kebaikan pasien

Non-Malefience, yaitu prinsip moral yang selalu berorientasi kepada kebaikan pasien dan tidak melakukan tindakan yang memperburuk keadaan pasien.

Justice, yaitu sikap keadilan dan tidak diskriminatif

Altruisme, yaitu pengabdian profesi dokter sebagai profesi seumur hidup dan aplikasinya untuk masyarakat.

4. Kode etik kedokteran Gigi Indonesia

(SK MENTERI KESEHATAN RI NO. 128/MENKES/SK/III/1981)1.      Adalah menjadi kewajiban semua dokter gigi yang menjalankan praktek di Indonesia

untuk mentaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik kedokteran gigi Indonesia.

2.      Seorang dokter gigi berkewajiban untuk bekerja dengan penuh pengabdian bagi kepentingan pelayanan kepada masyarakat bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi dan bagi martabat profesi kedokteran gigi.

3.      Sebagai manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dokter gigi berkewajiban menjunjung tinggi norma hidup yang luhur, dalam kehidupan pribadinya dan dalam menjalankan pekerjaannya.

4.      Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter gigi janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan etik, misalnya :

        Melakukan perbuatan-perbutan yang bersifat memuji diri sendiri, baik yang menyangkut kepandaiannya, peralatannya, maupun cara pengobatannya

        Melakukan usaha-usaha untuk menarik perhatian umum, melalui cara yang tidak wajar, supaya praktek lebih dikenal orang

Page 3: Kode Etik Kedoktran

        Menjual obat di tempat praktek, bukan dengan maksud memberikan pertolongan pertama

        Melakukan tindakan kedokteran gigi tanpa indikasi bahwa tindakan itu perlu dilakukan hanya dengan maksud mendapatkan keuntungan belaka dari tindakan itu

        Meminta uang jasa atau menetapkan tarif pengobatan yang tidak wajar yang melampaui batas-batas yang tidak lazim

        Mempergunakan gelar yang tidak menjadi haknya        Melakukan atau mencoba melakukan tindakan-tindakan yang bersifat asusila terhadap

penderita di kamar prakteknya5. Seorang dokter gigi hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya

      5. Pelanggaran Etika Kedokteran            a. Pelanggaran Etika Murni Menarik Imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter dan dokter gigi.

 Dalam melakukan pekerjaannya, seorangdokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi. Seorang dokter dapat menerima imbalan jasanya, jika diberikan dengan keikhlasan, sepengetahuan atau atas kehendak penderita. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.

Seorang dokter yang baik tidak menyalahkan sejawatnya di depan pasiennya (walaupun itu benar), tetapi secara bijaksana membahas kasusnya dengan sejawatnya dan sebaliknya mengembalikan pasien sejawatnya yang pertama kali dikunjungi pasien tersebut. Memuji diri sendiri di depan pasien.

Pada dasanrnya dokter sama sekali tidak boleh melibatkan diri dalam berbagai kegiatan promosi, karena promosi tersebut terkait dengan kepentingan-kepentingan yang sering kali bertentangan atau tidak menunjang tugas mulia seorang dokter. Perbuatan dokter sebagai pemeran langsung atau iklan promosi komoditi yang dimuat media masa atau elektronik merupakan perbuatan tercela, karena tidak dapat disingkirkan penafsiran adanya suatu niat lain untuk memuji diri sendiri. Walaupun hal itu dilakuakn dalam wahana ilmiah kedokteran, dianggap juga sebagai perbuatan tercela, apalagi jika tidak berlandaskan pengetahuan kedokteran tertinggi dalam bidangnya, sehingga tidak diyakini sebagai produk yang layak diberikan kepada pasien, sehingga untuk dirinya sendiri maupun kepada sanak keluarganya bila mengalami hal yang sama. Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran berkesinambungan.

Dokter mengabaikan kesehatan dirinya.

b. Pelanggaran Etikolegal Pelayanan kedokteran di bawah standar

Menerbitkan surat keterangan palsu

Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan kedokteran

Abortus Provokatus

Pelecehan seksual

c. Kasus MalprakterTolak ukur praktek kedokteran dianggap criminal jika :

Page 4: Kode Etik Kedoktran

Bertentangan dengan hokum

Akibatnya dapat dibayangkan

Akibatnya dapat dihindarkan

Perbuatannya dapat dipersalahkan

6. Prosedur penanganan pelanggaran etika kedokteranPada tahun 1985 Rapat Kerja antara P3EK, MKEK dan MKEKG telah menghasilkan pedoman kerja yang menyangkut para dokter antara lain sebagai berikut :

1.      Pada prinsipnya semua masalah yang menyangkut pelanggaran etik diteruskan lebih dahulu kepada MKEK.

2.      Masalah etik murni diselesaikan oleh MKEK.3.      Masalah yang tidak murni serta masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK

dirujuk ke P3EK propinsi.4.      Dalam sidang MKEK dan P3EK untuk pengambilan keputusan, Badan Pembela Anggota

IDI dapat mengikuti persidangan jika dikehendaki oleh yang bersangkutan (tanpa hak untuk mengambil keputusan).

5.      Masalah yang menyangkit profesi dokter atau dokter gigi akan ditangani bersama oleh MKEK dan MKEKG terlebih dahulu sebelum diteruskan ke P3EK apabila diperlukan.

6.      Untuk kepentingan pencatatan, tiap kasus pelanggaran etik kedokteran serta penyelesaiannya oleh MKEK dilaporkan ke P3EK Propinsi.

7.      Kasus-kasus pelanggaran etikolegal, yang tidak dapat diselesaikan oleh P3EK Propinsi, diteruskan ke P3EK Pusat.

8.      Kasus-kasus yang sudah jelas melanggar peraturan perundang-undangan dapat dilaporkan langsung kepada pihak yang berwenang. Pedoman penilaian kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran

Etik lebih mengandalkan itikad baik dan keadaan moral para pelakunya dan untuk mengukur hal ini tidaklah mudah. Karena itu timbul kesulitan dalam menilai pelanggaran etik, selama pelanggaran itu tidak merupakan kasus-kasus pelanggaran hukum. Dalam menilai kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran, MKEK berpedoman pada :

         Pancasila         Prinsip-prinsip dasar moral umumnya         Ciri dan hakekat pekerjaan profesi         Tradisi luhur kedokteran         LSDI         KODEKI         Hukum kesehatan terkait         Hak dan kewajiban dokter         Hak dan kewajiban penderita         Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran         Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran senior.

Selanjutnya, MKEK menggunakan pula beberapa pertimbangan berikut, yaitu:         Tujuan spesifik yang ingin dicapai         Manfaat bagi kesembuhan penderita         Manfaat bagi kesejahteraan umum         Penerimaan penderita terhadap tindakan itu         Preseden tentang tindakan semacam itu         Standar pelayanan medik yang berlaku

Page 5: Kode Etik Kedoktran

Jika semua pertimbangan menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran etik, pelanggaran dikategorikan dalam kelas ringan, sedang atau berat, yang berpedoman pada :

         Akibat terhadap kesehatan penderita         Akibat bagi masyarakat umum         Akibat bagi kehormatan profesi         Peranan penderita yang mungkin ikut mendorong terjadinya pelanggaran         Alasan-alasan lain yang diajukan tersangka

Bentuk-bentuk sanksi Dalam pasal 6 PP no.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Sipil terdapat uraian tentang tingkat dan jenis hukuman, sebagai berikut :

         Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :         Hukuman disiplin ringan

Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :a. Teguran lisan

b. Teguran tulisan, dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

         Hukuman disiplin sedang, Hukuman disiplin beratJenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

a.       Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahunb.      Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun,

danc.       Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun         Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :a.       Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu

tahunb.      Pembebasan dari jabatanc.       Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri

Sipil, dand.      Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil

Pada kasus-kasus pelanggaran etikolegal, di samping pemberian hukuman sesuai peraturan tersebut di atas, maka selanjutnya diproses ke pengadilan.

7.            Hukum Yang Terkait Dengan Kode Etik KedokteranSumber dan dasar hukum kewajiban dokter pasien adalah:

a.Dunia Kesehatan        Sumpah Hippocrates (460-377 S.M.)

b. Internasional

        Deklarasi Jenewa/ World Medical Association (WMA) (1948).        Declaration of Human Rights PBB        International Code of Medical Ethics/ WMA (1949)        Konstitusi WHO (Jenewa, 1976)        Deklarasi Helsinki dari WMA

c. Indonesia        UUD-45 : Sila II.Kemanusiaan yang adil dan beradab.        No. 26 (1960): Lafal Sumpah Dokter

Page 6: Kode Etik Kedoktran

        PP 434/MenKes/SK/X/1983: KODEKI        PP No. 585/MENKES/PER/IX/1989: Persetujuan tindakan medik        UU No.23 (1992): Tentang Kesehatan        PP No. 32 (1996): Tentang Tenaga Kesehatan        UU No. 29(2004): Praktik Kedokteran

d. PERATURAN PEMERINTAH        PP No.26(1960) tentang Lafal Sumpah Dokter.        Permenkes: No. 554 (1982) tentang Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik

Kedokteran.        PP No. 434/MenKes/SK/X/1983: KODEKI        Permenkes: No.585(1989) tentang Persetujuan Tindakan Medik        Permenkes: No. 749a(1989) tentang Rekam Medis        PP RI No. 32 (1996) tentang Tenaga Kesehatan

e. Declaration of Human Rights (PBB)        Hak merdeka dan hak yang sama        Dihormati sebagai manusia dimanapun        Tidak boleh diperlakukan kejam        Sama di depan hokum        Berhak atas pendidikan, pekerjaan dan jaminan sosial        Hak memberikan pendapat        Hak mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan diri sendiri dan keluarga

f. SUMPAH DOKTER INDONESIA (PP No.26 -1960/SK Menkes No. 434-1983)        Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan:        Hidup berbakti untuk kepentingan keperikemanusiaan.        Memelihara martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran        Menjalankan tugas secara terhormat dan bersusila sesuai martabat dokter        Mengutamakan kepentingan masyarakat        Merahasiakan segala sesuatu yang merupakan kerahasiaan dokter.        Tidak menggunakan pengetahuan kedokteran yang bertentangan dengan

perikemanusiaan        Menghormati setiap hidup insani, mulai dari saat pembuahan.        Mengutamakan kesehatan penderita        Berikhtiar sungguh-sungguh tidak terpengaruh oleh faktor agama, bangsa, suku,

kelamin, politik, kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita.        Memberikan penghormatan dan terima kasih yang selayaknya kepada guru-guru saya.        Memperlakukan TS sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan.        Mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.        Mengikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh, dan dengan mempertaruhkan

kehormatan diri saya.

8. Hak dan Kewajiban DokterDidalam memberikan layanan kedokteran, dokter mempunyai hak dan kewajiban

sebagaimana tercantum dalam Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran; Kode Etik Kedokteran Indonesia; Pernyataan IDI; Lampiran SK PB IDI dan Surat edaran Dirjen Yanmed No: YM 02.04.3.5.2504 th. 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.

Page 7: Kode Etik Kedoktran

      Hak DokterHak dokter adalah kekuasaan atau kewenangan dokter untuk mendapatkan atau

memutuskan untuk berbuat sesuatu:        Hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional.        \Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional serta berdasarkan hak otonomi dan kebutuhan medis pasien yang sesuai dengan jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.

        Hak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, profesi dan etika.

        Hak untuk mengakhiri atau menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi dan wajib menyerahkan pasien kepada dokter lain, kecuali untuk pasien gawat darurat.

        Hak atas ‘privacy’ (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan).

        Hak memperoleh informasi yang lengkap dari jujur dari pasien atau keluarganya.        Hak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak

puas terhadap pelayanannya.        Hak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun oleh pasien.        Hak mendapatkan imbalan jasa profesi yang diberikan berdasarkan perjanjian dan atau

ketentuan atau peraturan yang berlaku di rumah sakit.

     Kewajiban Dokter1.Sumber dan Dasar Hukum kewajiban Dokter antara lain:

        Kewajiban Dokter (PP NO. 32-1996)Pasal 21  : Mematuhi Standar profesi tenaga kesehatanPasal 22 : 1. Menghormati hak pasien

  2. Menjaga kerahasiaan pasien  3. Memberikan informasi kondisi dan tindakan yang akan dilakukan4. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.5. Membuat dan memelihara rekam medis

Kewajiban Dokter (UU No. 29-2004)

Pasal 51Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur serta

kebutuhan medis pasien;1. Merujuk pasien kedokter lain apabila tidak mampu;2. Merahasiakan segala sesuatu tentang pasien;3. Melakukan pertolongan darurat;4.Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perekmbangan ilmu kedokteran

KEWAJIBAN DOKTER (“KODEKI”-18 Pasal)

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.

Page 8: Kode Etik Kedoktran

Pasal 2Seorang dokter harus senantiasa berupaya melakukan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

Pasal 5Tiap perbuatan atau ansehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperolah persetujuan pasien.

Pasal 6Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7aSepramg dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7bSeorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubugnan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7cSeorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7dSetiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8

Page 9: Kode Etik Kedoktran

Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9Setiap dokter dalam bekerja sama dangan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 10Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan SUATU permeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya

Pasal 12Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.

Pasal 13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada citacitanya yang luhur.

Page 10: Kode Etik Kedoktran

.      9. kewajiban dan hak pasien Hak dan Kewajiban Pasien

Didalam mendapatkan layanan kesehatan, pasien mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana Surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997; UU.Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI, sebagai berikut :

Hak Pasien

Hak pasien dalam hukum kedokteran bertumpu dan berdasarkan atas dua hak asasi manusia yaitu Hak untuk pemeliharaan kesehatan (The right of health care) dan Hak untuk menentukan nasib sendiri (The right to self determination)

Sumber dan Dasar Hukum hak pasien adalah: HAK PASIEN (PP No.32 -1996)

Pasal 23Pasien berhak atas ganti rugi akibat terganggunya kesehatan, cacat atau

kematian karena kelalain tenaga kesehatanGanti rugi dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

HAK PASIEN (UU No.29-2004)

Pasal 52 Mendapatkan penjelasan lengkap tentang tindakan medis.

Meminta pendapat dokter lain.

Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis

Menolak tindakan medis dan

Mendapatkan isi rekam medis

HAK-HAK PASIEN (KODEKI)

Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya dan hak untuk mati secara wajar

Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran

Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi

Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan

Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya

Menolak dan menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran

Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang merujuk

Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi

Memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan rumah sakit

Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniawan dan lain-lainnya selama perawatan.

Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya

Page 11: Kode Etik Kedoktran

Pada dasarnya hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien. Dari sumber dan dasar hukum diatas dapat diambil kesimpulan hak-hak pasien adalah sebagai berikut:

Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran/ kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.

Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.

Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.

Hak atas ’second opinion’ / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

Hak atas ”privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.

Hak untuk memperoleh informasi / penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.

Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam berobat dan atau masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).

Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu ketertiban dan ketenangan umum/ pasien lainya.

Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit.

Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap dirinya.

Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

Hak transparansi biaya pengobatan/ tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).

Hak akses / ‘inzage’ kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis miliknya.

Kewajiban PasienSumber dan Dasar Hukum Kewajiban Pasien adalah:

KEWAJIBAN PASIEN (KODEKI)

1. Memeriksakan diri sedini mungkin

2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya

3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter

4. Menandatangani surat PTM dan lain-lain

5. Yakin pada dokter dan yakin akan sembuh

Page 12: Kode Etik Kedoktran

C. REGULASI UNDANG-UNDANG1.      UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Sistematika UU Kesehatana. BAB I (ketentuan umum)            Pasal 1 ini mengenai tentang : Praktik kedokteran Dokter dan dokter gigi Konsil kedokteran Indonesia Sertifikasi Kompetensi Registrasi Registrasi ulang Surat izin praktik Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi Sarana pelayanan kesehatan Pasien Profesi kedokteran atau kedokteran gigi Organisasi profesi Kolegium kedokteran Indonesia dan Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia Majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia Menteri

b. BAB II (Asandan tujuan) Pasal 2 menyangkut asa praktik kedokteran Pasal 3 menyangkut tujuan praktik kedokteran

c. BAB III (Konsil Kedokteran Indonesia)

Pasal 4 dan 5 menyangkut tempat dan kedudukan Pasal 6 sampai 10 tentang fungsi, tugas, dan wewenang Pasal 11 sampai 21 tentang susunan organisasi dan keanggotaan Pasal 22 sampai 24 tentang tata kerja Pasal 25 tentang pembiayaan

d. BAB IV (Standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi) Pasal 26 tentang standard pendidikan profesi

e. BAB V ( Pendidikan dan pelatihan kedokteran dan kedokteran gigi) Pasal 27 dan 28

f. BAB VI ( Tentang registrasi dokter dan dokter gigi) Pasal 29, 30, 31, 32, 33, 34, dan 35

g. BAB VII (Penelenggaraan praktik kedokteran) Pasal 36 tentang surat izin praktik (juga termasuk pasal 37 dan 38) Pasal 39 sampai 43 tentang pelaksanaan praktik Pasal 44 tentang standard pelayanan

Page 13: Kode Etik Kedoktran

Pasal 45 tentang persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi Pasal 46 tentang rekam medis (juga termasuk pasal 47) Pasal 48 tentang rahasia kedokteran Pasal 49 tentang kendali mutu dan kendali biaya Pasal 50 dan 51 tentang hak dan kewajiban dokter atau doter gigi Pasal 52 dan 53 tentang hak dan kewajiban pasien Pasal 54 tentang pembinaan

h. BAB VIII (Disiplin dokter dan dokter gigi) Pasal 55 sampai 65 tentang majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia Pasal 66 tentang pengaduan Pasal 67 dan 68 tentang pemeriksaan Pasal 69 tentang keputusan Pasal 70 tentang pengaturan lebih lanjut

i. BAB IX (Pembinaan dan pengawasan) Pasal 71 sampai 74 tentang pembinaan dan pengawasan

j. BAB X (keputusan pidana) Pasal 75 sampai 80 tentang ketentuan pidana

k. BAB XI (ketentuan penutup) Pasal 85 sampai 88 tentang ketentuan penutup

2. UU RI No.29 Tahun 2004

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.4. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.7. Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.9. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.10. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.

Page 14: Kode Etik Kedoktran

11. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. 

BAB IIASAS DAN TUJUAN

Pasal 2Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien. 

Pasal 3Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :a. memberikan perlindungan kepada pasien;b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; danc. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

BAB IIIKONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Bagian KesatuNama dan Kedudukan

 Pasal 4

(1) Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.(2) Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden. 

BAB VPENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN GIGI

Pasal 27Pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi, untuk memberikan kompetensi kepada dokter atau dokter gigi, dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran atau kedokteran gigi.

Pasal 28(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.(2) Pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi kedokteran atau kedokteran gigi.

Page 15: Kode Etik Kedoktran

 BAB VII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

Bagian KesatuSurat Izin Praktik

Pasal 36Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.

Bagian KeduaPelaksanaan Praktik

Pasal 39Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.  Pasal 41(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.

Pasal 42Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Bagian KetigaPemberian Pelayanan

Paragraf 1Standar Pelayanan

Pasal 44(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan. 

Paragraf 2Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi

Pasal 45(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

Page 16: Kode Etik Kedoktran

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;c. alternatif tindakan lain dan risikonya;d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dane. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. 

Paragraf 3Rekam Medis

Pasal 46(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 4Rahasia Kedokteran

Pasal 48(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran.(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundangundangan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri. 

Paragraf  5Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi

Pasal 50Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :

Page 17: Kode Etik Kedoktran

a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dand. menerima imbalan jasa.

Pasal 51Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban:a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dane. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

Paragraf  6Hak dan Kewajiban Pasien

Pasal 52Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;d. menolak tindakan medis; dane. mendapatkan isi rekam medis.

Pasal 53Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban:a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dand. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 75(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana

Page 18: Kode Etik Kedoktran

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 76Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 77Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 78Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 79Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang:a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1);b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atauc. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Pasal 80(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin.

D. ORGANISASI KEDOKTERAN GIGI INDONESIA

Page 19: Kode Etik Kedoktran

          1. KKI (Konsil Kedokteran Indonesia)

Konsil Kedokteran Indonesia Indonesia atau KKI merupakan suatu badan otonom, mandiri, non struktural dan bersifat independen, yang bertanggung jawab kepada Presiden RI. Mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

KKI bertugas melakukan registrasi dokter dan dokter gigi. Mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.

KKI memiliki wewenang menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi. Mengesahkan standar kompetensi. Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi. Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi. Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.

Visi : Terwujudnya dokter dan dokter gigi profesional yang melindungi pasien

Misi : Meningkatkan kualitas hidup manusia melalui dokter dan dokter gigi yang profesional

Tata Nilai : Konsil Kedokteran Indonesia menjunjung tinggi nilai integritas, profesionalisme kemitraan, dan respek pada kemanusiaan

Strategi Utama  1 : Menerapkan sistem registrasi & monitoring dokter dan dokter gigi secara online diseluruh Indonesia.Sasaran :  Setiap dokter dan dokter gigi yang melaksanakan praktik kedokteran telah teregistrasi dan terjamin kompetensinya.  Sistim monitoring dokter gigi berfungsi secara aktif dan online diseluruh indonesia.

Strategi Utama  2 : Menegakkan profesionalisme dokter dan dokter gigi dalam praktik kedokteran.Sasaran :  Setiap dokter dan dokter gigi menerapkan profesionalisme dalam praktik kedokteran.  Setiap pasien memperoleh jaminan praktik kedokteran yang aman.

Strategi Utama  3 : Memastikan standar nasional pendidikan profesi dokter dan dokter gigi.Sasaran :  Setiap institusi pendidikan dokter dan dokter gigi telah menerapkan standar nasional pendidikan.  Setiap dokter dan dokter gigi yang melaksanakan praktik kedokteran mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan(Continuing Professional Development).  Setiap perkembangan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi di Indonesia memenuhi rambu dan aturan yang jelas.

Page 20: Kode Etik Kedoktran

Strategi Utama  4 : Meningkatkan kemitraan dengan organisasi profesi, instansi pemerintah dan non pemerintah untuk menerapkan praktik kedokteran yang melindungi masyarakat.Sasaran :  Seluruh masyarakat menyadari hak dan kewajibannya, memperoleh perlindungan hukum dalam praktik kedokteran.  Setiap dokter dan dokter gigi memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan praktik kedokteran.  Setiap organisasi profesi, instansi pemerintah dan non pemerintah menjalankan perannya dalam melaksanakan UU Praktik Kedokteran.

2.      PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia)PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) merupakan satu-satunya organisasi

profesi yang menghimpun dokter gigi di Indonesia. PDGI didirikan pada tanggal 22 Januari 1950 di Bandung, atau kini telah berusia lebih dari 50 tahun.Pengurus Besar PDGI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dan saat ini memiliki 12 Pengurus Wilayah dan 119 Cabang PDGI di seluruh Indonesia. (terlampir)

Pada Kongres PDGI XXI tahun 2002 dilaporkan bahwa jumlah total anggota PDGI yang tercatat di seluruh cabang adalah sebesar + 7000 anggota, atau merupakan 60% dari jumlah dokter gigi se-Indonesia. Belum semua lulusan dokter gigi terdaftar sebagai anggota PDGI, tetapi dengan akan diterapkannya sistem registrasi dokter gigi melalui Konsil Kedokteran Gigi Indonesia (KKGI) diharapkan jumlah anggota PDGI akan bertambah.

Ditingkat Internasional PDGI merupakan “country member” pada berbagai organisasi antara lain:

APDF/APRO (Asia Pacific Dental Federation/Asia Pacific Regional Organizations)  Organisasi Dokter Gigi Regiona

FDI (Federation Dentaire Internationale) – Organisasi Dokter Gigi se-duniaPada tahun 2007, Indonesia (PDGI) diharapkan menjadi tuan rumah untuk APDF Congress.

Tujuan PDGIMenyumbangkan darma baktinya demi kepentingan bangsa dan  negara.Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut serta kesehatan umum dalam rangka

menunjang kesejahteraan rakyat IndonesiaMemajukan ilmu kedokteran gigi dalam arti yang seluas-luasnya Meningkatkan kesejahteraan anggota

Sejarah Singkat PDGIPersatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) atau Indonesian Dental Association (IDA)

merupakan satu-satunya organisasi profesi yang menghimpun dokter gigi di Indonesia. PDGI didirikan pada tanggal 22 Januari 1950 di Hotel Savoy Homann Bandung.Pendiri  PDGI  antara lain :1.  R.G. Soeria Soemantri2.  F. Karthaus3.  Kwa Kong Ing4.  Rd. Adang Djajadiredja5.  The Se Hon6.  Siem Kie Hian7.  E. Kaltofen

Page 21: Kode Etik Kedoktran

8.  Tjen A Pat9.  Siem Kie Liat10. Tjiook Kim Tjing 11. RM Soelarko12. F. H. Lie13. Birkenfeld