Upload
rivandi-pranandita-putra
View
106
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara 2
Citation preview
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR EKOLOGI
ACARA II
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI
FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
Disusun oleh:
Nama : Rivandi Pranandita Putra
NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175
Gol/Kelompok : B1/ 6
Asisten : Sekar Putri Ningrum
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
ACARA II
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI
FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang terbatas ketersediaannya
pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan
hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut contohnya air, hara,
cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Kompetisi dapat berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka (Lei, 2004).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan
organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang
berkualitas tinggi lebih banyak. Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha
untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua
individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang
dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan,
oksigen, dan cahaya (Prasetyo, 2007).
Persaingan dapat terjadi di antara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspecific competition) dan dapat pula terjadi di antara jenis-jenis yang berbeda
(interspecific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan
menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis
yang berbeda (Ewusie, 2006).
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan
terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang.
Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang
lebih awal. Faktor utama yang mempengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama
diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan
(misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta
komponen dan daya hasil (Kartawinata, 2006).
Beberapa waktu terakhir, berbagai upaya memaksimalkan hasil tanaman
budidaya telah banyak dilakukan. Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan bibit
unggul atau pengaturan jarak tanam. Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah
pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam
penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik,
hal tersebut akan ikut berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Jarak tanam rapat akan
mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter spesies maupun intra spesies.
Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam
maka semakin tinggi pula tanaman tersebut dan semakin nyata akan berpengaruh terhadap
jumlah cabang, luas permukaan daun, dan pertumbuhan tanaman (Budiastuti, 2009).
Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi
lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan
makanan, dank arena mereka tak bergerak, ruang menjadi factor yang penting. Di atas
tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan
yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban, serta aliran udara pada permukaan
tanah (Kartawinata, 2006).
Secara lebih luas, kompetisi dapat dipilahkan menjadi empat macam, yaitu
kompetisi intraspesifik, interspesifik, intraplant competition, dan interplant competition.
Kompetisi intraspesifik merupakan persaingan antara organisme yang sama dalam lahan
yang sama. Kompetisi interspesifik merupakan persaingan antara organisme beda spesies
dalam lahan yang sama. Intraplant competition yaitu persaingan antar organ tanaman,
misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh
tanaman. Interplant competition yaitu persaingan antar dua tanaman berbeda atau
bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition)
(Kusno, 2005).
Adanya lebih dari satu spesies dalam satu habitat menaikkan ketahanan
lingkungan kapanpun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk
beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hukum
Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang
sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies
menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk
tersebut. Dengan demikian, keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi
terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesifik menghuni suatu ceruk
mikro yang terpisah (Anonim, 2004).
Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang
berbeda. Akan tetapi, apabila keduanya ditanam pada suatu media, bukan tidak mungkin
akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana
keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan
zat-zat hara dan sinar matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih
relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara
kacang hijau dan jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya
(Anonim, 2004).
III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara II yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra
Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
pada tanggal 25 April 2011. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, atara lain
timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Sementara itu, bahan-bahan
yang digunakan, yaitu tiga macam benih tanaman ; kacang tanah (Arachis hypogeae),
kacang tunggak (Vigna unguiculata), dan jagung (Zea mays), polybag, pupuk kandang,
kantong kertas, dan kertas label.
Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag
disiapkan sebanyak duabelas buah yang masing-masing diisi tanah sampai ¾ bagian.
Kemudian ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag sesuai dengan
perlakuan. Untuk perlakuan pertama, tiga polybag disiapkan untuk tanaman monokultur
Glycine max (kedelai), polybag I ditanam 4 biji kedelai, polybag II ditanam 6 biji kedelai,
dan polybag III ditanam 8 biji kedelai. Perlakuan kedua, tiga polybag disiapkan untuk
tanaman polikultur kedelai-jagung, polybag I ditanam 3 biji kedelai dan 3 biji jagung,
polybag II ditanam 4 biji kedelai dan 4 biji jagung, dan polybag III ditanam 5 biji kedelai
dan 5 biji jagung. Perlakuan ketiga, tiga polybag disiapkan untuk tanaman polikultur
kedelai-kacang tanah, polybag I ditanam 3 biji kedelai dan 3 biji kacang tanah, polybag II
ditanam 4 biji kedelai dan 4 biji kacang tanah, dan polybag III ditanam 5 biji kedelai dan 5
biji kacang tanah. Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuannya agar tidak tertukar
dengan perlakuan lain pada saat pengamatan. Tanaman disiram setiap hari. Pada saat
tanaman berumur satu minggu, dilakukan penjarangan pada tanaman, sehingga jumlah
tanaman monokultur kedelai pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah 2,4, dan 6;
jumlah tanaman polikultur kedelai-jagung pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah
1+1, 2+2, dan 3+3; demikian juga dengan jumlah tanaman polikultur kedelai-kacang tanah
pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah 1+1, 2+2, dan 3+3. Kemudian tanaman
terus diamati, diukur, dan disiram setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari (dihitung
sejak penjarangan). Ketika tanaman berumur 21 hari, tanaman kemudian dipanen lalu
dikering anginkan dan dioven sampai berat konstan. Pada percobaan ini dilakukan
pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen. Pada pengamatan tersebut diukur
tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tiap
jenis tanaman dari masing-masing polybag ditimbang untuk diketahui berat segarnya (gr),
kemudian tanaman dioven untuk diketahui berat keringnya. Dari seluruh data yang
terkumpul dapat dihitung reratanya, kemudian dibuat grafik garis tinggi tanaman dan
jumlah daun masing-masing perlakuan vs hari pengamatan, dan histogram berat segar dan
berat kering tanaman.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman
SampelTinggi Tanaman Hari Ke- (cm)
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai
2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51
4 13.51 19.06 21.42 24.70 27.25 31.63 34.79
6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15
Kedelai-Kc. tanah
1+1 9.79 13.66 18.88 21.00 23.67 27.05 30.25
2+2 8.93 12.67 17.41 19.87 21.72 24.07 26.34
3+3 7.38 11.11 15.10 17.21 19.86 21.55 24.86
Kedelai-Jagung
1+1 17.67 25.17 34.45 38.02 40.56 43.94 47.93
2+2 16.30 23.36 31.51 35.85 38.13 40.74 44.42
3+3 15.41 22.64 26.46 28.79 31.25 35.80 39.18
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal
adalah pada perlakuan kedelai monokultur 2, kemudian kedelai monokultur 4, dan
yang terendah adalah kedelai monokultur 6. Dengan demikian, pertumbuhan kedelai
yang paling baik adalah monokultur 2. Hal ini disebabkan dalam satu polybag tersebut
terjadi kompetisi yang tidak terlalu ketat karena hanya terdiri dari dua tanaman
sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi
dengan baik dibandingkan dengan tanaman pada monokultur 4 dan 6. Sedangkan,
tinggi tanaman yang terendah adalah pada monokultur 6 karena dalam satu polybag
terdiri dari 6 tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat ketat antar tanaman,
selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari menjadi
sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal
adalah pada perlakuan kedelai-kacang tanah polikultur 1+1, kemudian kedelai-kacang
tanah polikultur 2+2, dan yang terendah adalah kedelai- kacang tanah polikultur 3+3.
Dengan demikian, pertumbuhan tanaman yang paling baik adalah kedelai-kacang
tanah polikultur 1+1. Hal ini disebabkan dalam satu polybag tersebut terjadi kompetisi
yang tidak terlalu ketat karena hanya terdiri dari dua tanaman, sehingga kebutuhan air,
unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik dibandingkan
dengan tanaman pada polikultur 2+2 dan 3+3. Tinggi tanaman pada polikultur 2+2 dan
3+3 lebih rendah dari perlakuan kedelai-kacang polikultur 1+1 karena dalam satu
polybag terdiri dari banyak tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat ketat antar
tanaman baik kompetisi antar tanaman sejenis maupun kompetisi antar jenis tanaman,
selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari menjadi
sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal adalah
pada perlakuan kedelai-jagung polikultur 1+1, kemudian kedelai-jagung polikultur 2+2,
dan yang terendah adalah kedelai-jagung polikultur 3+3. Dengan demikian,
pertumbuhan tanaman yang paling baik adalah kedelai-jagung polikultur 1+1. Hal ini
disebabkan dalam satu polybag tersebut terjadi kompetisi yang tidak terlalu ketat karena
hanya terdiri dari dua tanaman sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya
matahari dapat terpenuhi dengan baik dibandingkan dengan tanaman pada polikultur
2+2 dan 3+3. Sedangkan, tinggi tanaman yang terendah adalah pada polikultur 3+3,
karena dalam satu polybag terdiri dari 6 tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat
ketat antar tanaman baik kompetisi antar tanaman sejenis maupun kompetisi antar jenis
tanaman, selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari
menjadi sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.
Polikultur kedelai-jagung lebih baik daripada kedelai-kacang Tanah karena rerata yang
didapat lebih besar. Rerata tinggi polikultur kedelai-kacang Tanah lebih kecil
disebabkan kompetisi antara kedelai-kacang Tanah lebih besar daripada kedelai-jagung
karena kedelai-kacang tanah sama-sana tanaman Legume yang membutuhkan banyak
nitrogen sehingga kompetisinya lebih besar.
B. Data Rata-rata Jumlah Daun
SampelJumlah Daun Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai2 4.00 4.43 5.58 5.97 6.13 10.58 12.034 4.00 4.23 5.08 5.37 6.02 8.36 11.126 4.00 4.07 4.40 5.10 5.23 7.18 10.25
Kedelai-Kc. tanah1+1 6.00 13.93 16.85 18.45 21.15 25.30 26.122+2 6.00 11.63 14.88 16.78 18.62 20.08 21.343+3 6.00 10.47 13.17 15.17 16.90 18.40 19.33
Kedelai-Jagung1+1 3.50 4.13 4.97 6.11 6.79 8.57 9.152+2 3.50 4.03 4.25 5.62 6.11 7.15 8.173+3 3.50 3.83 4.09 4.62 5.13 5.66 6.43
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari kedelai monokultur 2
lebih banyak dibandingkan dengan kedelai monokultur 4 dan 6. Hal ini disebabkan
karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan kedelai monokultur 2 tidak terlalu ketat
dibandingkan dengan perlakuan kedelai monokultur 4 dan 6 sehingga kebutuhan air,
unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu
tanaman dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak. Berbeda dengan
perlakuan kedelai monokultur 4 dan 6, pada kedua perlakuan ini kompetisi yang terjadi
lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari kurang
dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk pada perlakuan ini
lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kedelai monokultur 2.
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari polikultur kedelai-
kacang tanah 1+1 lebih banyak dibandingkan dengan polikultur kedelai-kacang tanah
2+2 dan 3+3. Hal ini disebabkan karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan
polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 tidak terlalu ketat dibandingkan dengan perlakuan
polikultur kedelai-kacang tanah 2+2 dan 3+3, sehingga kebutuhan air, unsur hara,
oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu tanaman
dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak. Berbeda dengan perlakuan
polikultur kedelai-kacang tanah 2+2 dan 3+3, pada kedua perlakuan ini kompetisi yang
terjadi lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari
kurang dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk pada
perlakuan ini lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai- kacang
tanah 1+1.
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari polikultur kedelai-jagung
1+1 lebih banyak dibandingkan dengan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3. Hal ini
disebabkan karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1
tidak terlalu ketat dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3,
sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan
baik, oleh karena itu tanaman dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak.
Berbeda dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3, pada kedua perlakuan
ini kompetisi yang terjadi lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan
cahaya matahari kurang dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk
pada perlakuan ini lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung
1+1.
C. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai dari Tiap Perlakuan
SampelTinggi Tanaman Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai
2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51
4 13.51 19.06 21.42 24.70 27.25 31.63 34.79
6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15
Kedelai-Kc.
tanah
1+1 13.97 19.03 22.90 25.57 28.88 33.00 36.72
2+2 13.46 17.54 21.61 24.76 26.21 29.37 32.28
3+3 11.02 15.13 18.36 20.62 23.39 25.38 30.06
Kedelai-Jagung
1+1 15.05 19.41 31.96 34.67 36.29 37.55 41.90
2+2 13.63 17.59 29.19 33.20 34.16 35.20 38.01
3+3 12.65 17.24 20.34 22.87 24.37 28.51 32.73
Grafik di atas menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang tingginya paling tinggi
adalah pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1, kemudian polikultur kedelai-
jagung 2+2, polikultur kedelai-kacang tanah 1+1, kemudian monokultur kedelai 2,
kemudian monokultur kedelai 4. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kedelai dapat
tetap tumbuh dan berkembang maksimal jika ditanam bersamaan dengan jagung dan
kacang tanah dengan dengan jarak tanam yang renggang. Hal ini dapat terjadi karena
tanaman jagung dan kacang tanah dapat membantu dalam penyediaan unsur N
(Nitrogen). Akar dari tanaman jagung dan kacang tanah dapat mengikat unsur N
sehingga tanaman kedelai dapat menyerap unsur N tersebut dengan lebih baik.
Sedangkan, bila kedelai ditanam dengan kacang tanah terlalu rapat akan menghambat
penyerapan unsur N karena kedelai dan kacang tanah sama-sama membutuhkan N
karena keduanya merupakan tanaman Legume.
D. Data Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai dari Tiap Perlakuan
SampelJumlah Daun Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7
Kedelai
2 4.00 4.43 5.58 5.97 6.13 10.58 12.03
4 4.00 4.23 5.08 5.37 6.02 8.36 11.12
6 4.00 4.07 4.40 5.10 5.23 7.18 10.25
Kedelai-Kc. tanah
1+1 4.00 5.20 6.15 7.23 7.89 11.10 12.08
2+2 4.00 4.50 5.00 6.13 7.10 8.28 10.10
3+3 4.00 4.05 4.33 5.00 5.30 6.10 7.24
Kedelai-Jagung
1+1 4.00 4.25 5.18 6.13 7.10 10.12 11.15
2+2 4.00 4.05 4.33 6.12 7.10 8.28 10.10
3+3 4.00 4.07 4.15 5.00 5.25 6.13 7.19
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah daun yang paling banyak ada pada
perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 dan perbedaannya sangat tipis dengan
monokultur kedelai 2. Pertambahan jumlah daun pada perlakuan monokultur kedelai 2
adalah yang paling menonjol dan yang paling cepat di antara perlakuan yang lain. Hal
ini disebabkan karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan monokultur kedelai 2 lebih
rendah dibanding perlakuan lainnya. Meskipun pada perlakuan monokultur kedelai 2,
polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-kacang tanah 1+1 sama-sama berjumlah dua
tanaman pada satu polybag, tetapi kompetisi yang terjadi pada perlakuan monokultur
kedelai 2 lebih kecil daripada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-
kacang tanah 1+1 karena pada monokultur kedelai 2 kompetisi yang terjadi adalah antar
tanaman yang sejenis sedangkan pada polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-kacang
tanah 1+1 kompetisi yang terjadi adalah antar jenis tanaman yang berbeda (antar
spesies).
C. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Kedelai
Sampel BB (gr) BK (gr)
Kedelai
2 3.24 0.81
4 2.88 0.99
6 2.36 1.11
Kedelai-Kc. tanah
1+1 3.66 0.35
2+2 3.05 0.45
3+3 1.96 1.15
Kedelai-Jagung
1+1 4.34 0.52
2+2 3.35 0.83
3+3 2.63 1.13
Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar dan berat kering kedelai pada tiap-tiap
perlakuan berbeda. Pada perlakuan monokultur kedelai, berat segar yang paling besar ada
pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan
polikultur kedelai-kacang tanah 3+3, sedangkan berat kering yang paling besar ada pada
perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 dan yang paling kecil pada polikultur
kedelai-jagung 1+1. Berat kering merupakan berat biomassa yang diperoleh dari
pengovenan tanaman. dengan dioven maka zat-zat yang dihasilkan oleh tanaman tersebut
akan hilang. Jadi selisih antara berat segar dan berat kering merupakan penentu banyaknya
zat yang dihasilkan oleh tanaman. Jika selisih antara berat segar dan berat kering semakin
besar maka zat yang dihasilkan oleh tanaman semakin banyak, dan sebaliknya jika selisih
antara berat segar dan berat keringnya kecil maka zat yang dihasilkan tanaman tersebut
juga kecil.
Dari data di atas diketahui bahwa selisih antara berat segar dan berat kering pada
perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 adalah yang paling besar dari perlakuan
monokultur kedelai. Jadi unsur/zat yang dihasilkan oleh tanaman pada polikultur kedelai-
jagung 1+1 adalah yang paling besar dari perlakuan lain. Sedangkan selisih antara berat
segar dan berat kering pada perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 adalah yang
paling kecil dari perlakuan. Jadi unsur/zat yang dihasilkan oleh tanaman pada polikultur
kedelai-kacang tanah 3+3 adalah yang paling sedikit dari perlakuan yang lain. Hal ini
dikarenakan kompetisi yang terjadi pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 lebih
kecil daripada kompetisi polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 sehingga produksi yang
dihasilkan oleh tanaman polikultur kedelai-jagung 1+1 lebih maksimal.
D. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Kacang Tanah
Sampel BB (gr) BK (gr)
Kedelai-Kc. Tanah
1+1 7.84 0.96
2+2 7.19 1.17
3+3 4.68 1.74
Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar kacang tanah yang paling besar pada
perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3, sedangkan berat kering
kacang tanah yang paling besar ada pada perlakuan 3+3 dan yang paling kecil pada
perlakuan 1+1. Selisih antara berat segar dan berat kering yang paling besar ada pada
perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3. Hal ini menunjukkan bahwa
zat yang dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan 1+1 adalah yang paling banyak
dibandingkan pada perlakuan lainnya karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan ini
lebih kecil dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi mempengaruhi
metabolisme, fotosintesis, dan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman.
E. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Jagung
Sampel BB (gr) BK (gr)
Kedelai-Jagung
1+1 8.87 1.89
2+2 8.12 2.86
3+3 6.66 3.56
Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar jagung yang paling besar pada
perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3, sedangkan berat kering
jagung yang paling besar ada pada perlakuan 3+3 dan yang paling kecil pada perlakuan
1+1. Selisih antara berat segar dan berat kering yang paling besar ada pada perlakuan
1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3. Hal ini menunjukkan bahwa zat yang
dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan 1+1 adalah yang paling banyak dibandingkan
pada perlakuan lainnya karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan ini lebih kecil
dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi mempengaruhi
metabolisme, fotosintesis, dan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman.
V. KESIMPULAN
1. Faktor abiotik yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman antara lain air,
cahaya, dan unsur hara.
2. Pertumbuhan tanaman, yang diwakili oleh tinggi tanaman dan berat tanaman menjadi
kurang optimal bila kompetisi yang terjadi sangat ketat.
3. Kompetisi paling ketat terjadi pada perlakuan polikultur (3+3) daripada perlakuan yang
lain karena populasi tanaman besar dan ketersediaan unsur abiotik yang sama pada
setiap perlakuan.
4. Kompetisi yang terjadi pada tanaman, baik kompetisi inter maupun intra spesifik sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Semakin banyak tanaman yang
diperlakukan, semakin besar pula persaingannya.
5. Kompetisi mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara, air, dan udara sehingga
pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, dan fotosintesis terganggu.
6. Kompetisi mengakibatkan gangguan pada cadangan makanan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, K. 2008. Competition (Biology). <http://en.wikipedia.org/wiki/Competition(biology)>. Diakses tanggal 21 Maret 2009.
Ayers, R. L., A. C. Gange, and D. M. Aplin. 2006. Intraspecific competition affect size, and size inequality of Plantago lanceolata L. Journal of Ecology 94:285-294.
Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ritchie, D. 1983. Biology. Addison Wesley Publishing Company Inc., Canada.
Rochman, A. 2002. Sifat agronomi dan daya saing tanaman tembakau dalam sistem tumpangsari tembakau-sorgum pada berbagai kerapatan tanaman. Ilmu Pertanian 9:11-19.
Sitompul, S. dan B. Guritno. 1982. Analisis Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.