28
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA II KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK Disusun oleh: Nama : Rivandi Pranandita Putra NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175 LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara 2

Citation preview

Page 1: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA II

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI

FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

Disusun oleh:

Nama : Rivandi Pranandita Putra

NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175

Gol/Kelompok : B1/ 6

Asisten : Sekar Putri Ningrum

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

ACARA II

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI

FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman

2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompetisi dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar

tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang terbatas ketersediaannya

pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan

hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut contohnya air, hara,

cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Kompetisi dapat berakibat pada pengurangan

kemampuan hidup mereka (Lei, 2004).

Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila

(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan

organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang

berkualitas tinggi lebih banyak. Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha

untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua

individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang

dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan,

oksigen, dan cahaya (Prasetyo, 2007).

Persaingan dapat terjadi di antara sesama jenis atau antar spesies yang sama

(intraspecific competition) dan dapat pula terjadi di antara jenis-jenis yang berbeda

(interspecific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan

menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis

yang berbeda (Ewusie, 2006).

Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan

terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang.

Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang

lebih awal. Faktor utama yang mempengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama

diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan

Page 3: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

(misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta

komponen dan daya hasil (Kartawinata, 2006).

Beberapa waktu terakhir, berbagai upaya memaksimalkan hasil tanaman

budidaya telah banyak dilakukan. Upaya-upaya tersebut dapat berupa penggunaan bibit

unggul atau pengaturan jarak tanam. Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah

pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam

penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik,

hal tersebut akan ikut berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Jarak tanam rapat akan

mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter spesies maupun intra spesies.

Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam

maka semakin tinggi pula tanaman tersebut dan semakin nyata akan berpengaruh terhadap

jumlah cabang, luas permukaan daun, dan pertumbuhan tanaman (Budiastuti, 2009).

Persaingan diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi

lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan

makanan, dank arena mereka tak bergerak, ruang menjadi factor yang penting. Di atas

tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan

yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban, serta aliran udara pada permukaan

tanah (Kartawinata, 2006).

Secara lebih luas, kompetisi dapat dipilahkan menjadi empat macam, yaitu

kompetisi intraspesifik, interspesifik, intraplant competition, dan interplant competition.

Kompetisi intraspesifik merupakan persaingan antara organisme yang sama dalam lahan

yang sama. Kompetisi interspesifik merupakan persaingan antara organisme beda spesies

dalam lahan yang sama. Intraplant competition yaitu persaingan antar organ tanaman,

misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh

tanaman. Interplant competition yaitu persaingan antar dua tanaman berbeda atau

bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition)

(Kusno, 2005).

Adanya lebih dari satu spesies dalam satu habitat menaikkan ketahanan

lingkungan kapanpun spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk

beberapa sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies. Hukum

Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni ceruk yang

sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies

menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari ceruk

Page 4: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

tersebut. Dengan demikian, keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi

terakhir, persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesifik menghuni suatu ceruk

mikro yang terpisah (Anonim, 2004).

Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang

berbeda. Akan tetapi, apabila keduanya ditanam pada suatu media, bukan tidak mungkin

akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana

keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan

zat-zat hara dan sinar matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih

relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara

kacang hijau dan jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya

(Anonim, 2004).

III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara II yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra

Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman,

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

pada tanggal 25 April 2011. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, atara lain

timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Sementara itu, bahan-bahan

yang digunakan, yaitu tiga macam benih tanaman ; kacang tanah (Arachis hypogeae),

kacang tunggak (Vigna unguiculata), dan jagung (Zea mays), polybag, pupuk kandang,

kantong kertas, dan kertas label.

Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag

disiapkan sebanyak duabelas buah yang masing-masing diisi tanah sampai ¾ bagian.

Kemudian ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag sesuai dengan

perlakuan. Untuk perlakuan pertama, tiga polybag disiapkan untuk tanaman monokultur

Glycine max (kedelai), polybag I ditanam 4 biji kedelai, polybag II ditanam 6 biji kedelai,

dan polybag III ditanam 8 biji kedelai. Perlakuan kedua, tiga polybag disiapkan untuk

tanaman polikultur kedelai-jagung, polybag I ditanam 3 biji kedelai dan 3 biji jagung,

polybag II ditanam 4 biji kedelai dan 4 biji jagung, dan polybag III ditanam 5 biji kedelai

dan 5 biji jagung. Perlakuan ketiga, tiga polybag disiapkan untuk tanaman polikultur

kedelai-kacang tanah, polybag I ditanam 3 biji kedelai dan 3 biji kacang tanah, polybag II

ditanam 4 biji kedelai dan 4 biji kacang tanah, dan polybag III ditanam 5 biji kedelai dan 5

biji kacang tanah. Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuannya agar tidak tertukar

Page 5: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

dengan perlakuan lain pada saat pengamatan. Tanaman disiram setiap hari. Pada saat

tanaman berumur satu minggu, dilakukan penjarangan pada tanaman, sehingga jumlah

tanaman monokultur kedelai pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah 2,4, dan 6;

jumlah tanaman polikultur kedelai-jagung pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah

1+1, 2+2, dan 3+3; demikian juga dengan jumlah tanaman polikultur kedelai-kacang tanah

pada polybag I, II, dan III berturut-turut adalah 1+1, 2+2, dan 3+3. Kemudian tanaman

terus diamati, diukur, dan disiram setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari (dihitung

sejak penjarangan). Ketika tanaman berumur 21 hari, tanaman kemudian dipanen lalu

dikering anginkan dan dioven sampai berat konstan. Pada percobaan ini dilakukan

pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen. Pada pengamatan tersebut diukur

tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tiap

jenis tanaman dari masing-masing polybag ditimbang untuk diketahui berat segarnya (gr),

kemudian tanaman dioven untuk diketahui berat keringnya. Dari seluruh data yang

terkumpul dapat dihitung reratanya, kemudian dibuat grafik garis tinggi tanaman dan

jumlah daun masing-masing perlakuan vs hari pengamatan, dan histogram berat segar dan

berat kering tanaman.

Page 6: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman

SampelTinggi Tanaman Hari Ke- (cm)

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai

2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51

4 13.51 19.06 21.42 24.70 27.25 31.63 34.79

6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15

Kedelai-Kc. tanah

1+1 9.79 13.66 18.88 21.00 23.67 27.05 30.25

2+2 8.93 12.67 17.41 19.87 21.72 24.07 26.34

3+3 7.38 11.11 15.10 17.21 19.86 21.55 24.86

Kedelai-Jagung

1+1 17.67 25.17 34.45 38.02 40.56 43.94 47.93

2+2 16.30 23.36 31.51 35.85 38.13 40.74 44.42

3+3 15.41 22.64 26.46 28.79 31.25 35.80 39.18

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal

adalah pada perlakuan kedelai monokultur 2, kemudian kedelai monokultur 4, dan

yang terendah adalah kedelai monokultur 6. Dengan demikian, pertumbuhan kedelai

yang paling baik adalah monokultur 2. Hal ini disebabkan dalam satu polybag tersebut

terjadi kompetisi yang tidak terlalu ketat karena hanya terdiri dari dua tanaman

sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi

dengan baik dibandingkan dengan tanaman pada monokultur 4 dan 6. Sedangkan,

Page 7: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

tinggi tanaman yang terendah adalah pada monokultur 6 karena dalam satu polybag

terdiri dari 6 tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat ketat antar tanaman,

selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari menjadi

sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal

adalah pada perlakuan kedelai-kacang tanah polikultur 1+1, kemudian kedelai-kacang

tanah polikultur 2+2, dan yang terendah adalah kedelai- kacang tanah polikultur 3+3.

Dengan demikian, pertumbuhan tanaman yang paling baik adalah kedelai-kacang

tanah polikultur 1+1. Hal ini disebabkan dalam satu polybag tersebut terjadi kompetisi

yang tidak terlalu ketat karena hanya terdiri dari dua tanaman, sehingga kebutuhan air,

unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik dibandingkan

dengan tanaman pada polikultur 2+2 dan 3+3. Tinggi tanaman pada polikultur 2+2 dan

3+3 lebih rendah dari perlakuan kedelai-kacang polikultur 1+1 karena dalam satu

polybag terdiri dari banyak tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat ketat antar

tanaman baik kompetisi antar tanaman sejenis maupun kompetisi antar jenis tanaman,

selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari menjadi

sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.

Page 8: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tinggi tanaman yang paling optimal adalah

pada perlakuan kedelai-jagung polikultur 1+1, kemudian kedelai-jagung polikultur 2+2,

dan yang terendah adalah kedelai-jagung polikultur 3+3. Dengan demikian,

pertumbuhan tanaman yang paling baik adalah kedelai-jagung polikultur 1+1. Hal ini

disebabkan dalam satu polybag tersebut terjadi kompetisi yang tidak terlalu ketat karena

hanya terdiri dari dua tanaman sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya

matahari dapat terpenuhi dengan baik dibandingkan dengan tanaman pada polikultur

2+2 dan 3+3. Sedangkan, tinggi tanaman yang terendah adalah pada polikultur 3+3,

karena dalam satu polybag terdiri dari 6 tanaman sehingga terjadi kompetisi yang sangat

ketat antar tanaman baik kompetisi antar tanaman sejenis maupun kompetisi antar jenis

tanaman, selain itu pemenuhan kebutuhan air, unsur hara, oksigen dan cahaya matahari

menjadi sangat terbatas sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak maksimal.

Polikultur kedelai-jagung lebih baik daripada kedelai-kacang Tanah karena rerata yang

didapat lebih besar. Rerata tinggi polikultur kedelai-kacang Tanah lebih kecil

disebabkan kompetisi antara kedelai-kacang Tanah lebih besar daripada kedelai-jagung

karena kedelai-kacang tanah sama-sana tanaman Legume yang membutuhkan banyak

nitrogen sehingga kompetisinya lebih besar.

Page 9: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

B. Data Rata-rata Jumlah Daun

SampelJumlah Daun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai2 4.00 4.43 5.58 5.97 6.13 10.58 12.034 4.00 4.23 5.08 5.37 6.02 8.36 11.126 4.00 4.07 4.40 5.10 5.23 7.18 10.25

Kedelai-Kc. tanah1+1 6.00 13.93 16.85 18.45 21.15 25.30 26.122+2 6.00 11.63 14.88 16.78 18.62 20.08 21.343+3 6.00 10.47 13.17 15.17 16.90 18.40 19.33

Kedelai-Jagung1+1 3.50 4.13 4.97 6.11 6.79 8.57 9.152+2 3.50 4.03 4.25 5.62 6.11 7.15 8.173+3 3.50 3.83 4.09 4.62 5.13 5.66 6.43

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari kedelai monokultur 2

lebih banyak dibandingkan dengan kedelai monokultur 4 dan 6. Hal ini disebabkan

karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan kedelai monokultur 2 tidak terlalu ketat

dibandingkan dengan perlakuan kedelai monokultur 4 dan 6 sehingga kebutuhan air,

unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu

tanaman dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak. Berbeda dengan

perlakuan kedelai monokultur 4 dan 6, pada kedua perlakuan ini kompetisi yang terjadi

lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari kurang

dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk pada perlakuan ini

lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kedelai monokultur 2.

Page 10: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari polikultur kedelai-

kacang tanah 1+1 lebih banyak dibandingkan dengan polikultur kedelai-kacang tanah

2+2 dan 3+3. Hal ini disebabkan karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan

polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 tidak terlalu ketat dibandingkan dengan perlakuan

polikultur kedelai-kacang tanah 2+2 dan 3+3, sehingga kebutuhan air, unsur hara,

oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu tanaman

dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak. Berbeda dengan perlakuan

polikultur kedelai-kacang tanah 2+2 dan 3+3, pada kedua perlakuan ini kompetisi yang

terjadi lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari

kurang dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk pada

perlakuan ini lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai- kacang

tanah 1+1.

Page 11: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun dari polikultur kedelai-jagung

1+1 lebih banyak dibandingkan dengan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3. Hal ini

disebabkan karena kompetisi yang terjadi dalam perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1

tidak terlalu ketat dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3,

sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan cahaya matahari dapat terpenuhi dengan

baik, oleh karena itu tanaman dapat membentuk daun dengan jumlah yang lebih banyak.

Berbeda dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung 2+2 dan 3+3, pada kedua perlakuan

ini kompetisi yang terjadi lebih ketat sehingga kebutuhan air, unsur hara, oksigen, dan

cahaya matahari kurang dapat terpenuhi dengan baik, oleh karena itu daun yang terbentuk

pada perlakuan ini lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan polikultur kedelai-jagung

1+1.

C. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai dari Tiap Perlakuan

SampelTinggi Tanaman Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai

2 14.36 19.96 22.73 25.83 28.32 32.51 36.51

4 13.51 19.06 21.42 24.70 27.25 31.63 34.79

6 11.93 16.31 19.15 22.24 24.27 28.15 31.15

Kedelai-Kc.

tanah

1+1 13.97 19.03 22.90 25.57 28.88 33.00 36.72

2+2 13.46 17.54 21.61 24.76 26.21 29.37 32.28

3+3 11.02 15.13 18.36 20.62 23.39 25.38 30.06

Kedelai-Jagung

1+1 15.05 19.41 31.96 34.67 36.29 37.55 41.90

2+2 13.63 17.59 29.19 33.20 34.16 35.20 38.01

3+3 12.65 17.24 20.34 22.87 24.37 28.51 32.73

Page 12: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Grafik di atas menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang tingginya paling tinggi

adalah pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1, kemudian polikultur kedelai-

jagung 2+2, polikultur kedelai-kacang tanah 1+1, kemudian monokultur kedelai 2,

kemudian monokultur kedelai 4. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kedelai dapat

tetap tumbuh dan berkembang maksimal jika ditanam bersamaan dengan jagung dan

kacang tanah dengan dengan jarak tanam yang renggang. Hal ini dapat terjadi karena

tanaman jagung dan kacang tanah dapat membantu dalam penyediaan unsur N

(Nitrogen). Akar dari tanaman jagung dan kacang tanah dapat mengikat unsur N

sehingga tanaman kedelai dapat menyerap unsur N tersebut dengan lebih baik.

Sedangkan, bila kedelai ditanam dengan kacang tanah terlalu rapat akan menghambat

penyerapan unsur N karena kedelai dan kacang tanah sama-sama membutuhkan N

karena keduanya merupakan tanaman Legume.

Page 13: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

D. Data Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai dari Tiap Perlakuan

SampelJumlah Daun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

Kedelai

2 4.00 4.43 5.58 5.97 6.13 10.58 12.03

4 4.00 4.23 5.08 5.37 6.02 8.36 11.12

6 4.00 4.07 4.40 5.10 5.23 7.18 10.25

Kedelai-Kc. tanah

1+1 4.00 5.20 6.15 7.23 7.89 11.10 12.08

2+2 4.00 4.50 5.00 6.13 7.10 8.28 10.10

3+3 4.00 4.05 4.33 5.00 5.30 6.10 7.24

Kedelai-Jagung

1+1 4.00 4.25 5.18 6.13 7.10 10.12 11.15

2+2 4.00 4.05 4.33 6.12 7.10 8.28 10.10

3+3 4.00 4.07 4.15 5.00 5.25 6.13 7.19

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah daun yang paling banyak ada pada

perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 1+1 dan perbedaannya sangat tipis dengan

monokultur kedelai 2. Pertambahan jumlah daun pada perlakuan monokultur kedelai 2

adalah yang paling menonjol dan yang paling cepat di antara perlakuan yang lain. Hal

ini disebabkan karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan monokultur kedelai 2 lebih

Page 14: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

rendah dibanding perlakuan lainnya. Meskipun pada perlakuan monokultur kedelai 2,

polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-kacang tanah 1+1 sama-sama berjumlah dua

tanaman pada satu polybag, tetapi kompetisi yang terjadi pada perlakuan monokultur

kedelai 2 lebih kecil daripada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-

kacang tanah 1+1 karena pada monokultur kedelai 2 kompetisi yang terjadi adalah antar

tanaman yang sejenis sedangkan pada polikultur kedelai-jagung 1+1 dan kedelai-kacang

tanah 1+1 kompetisi yang terjadi adalah antar jenis tanaman yang berbeda (antar

spesies).

C. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Kedelai

Sampel BB (gr) BK (gr)

Kedelai

2 3.24 0.81

4 2.88 0.99

6 2.36 1.11

Kedelai-Kc. tanah

1+1 3.66 0.35

2+2 3.05 0.45

3+3 1.96 1.15

Kedelai-Jagung

1+1 4.34 0.52

2+2 3.35 0.83

3+3 2.63 1.13

Page 15: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar dan berat kering kedelai pada tiap-tiap

perlakuan berbeda. Pada perlakuan monokultur kedelai, berat segar yang paling besar ada

pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan

polikultur kedelai-kacang tanah 3+3, sedangkan berat kering yang paling besar ada pada

perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 dan yang paling kecil pada polikultur

kedelai-jagung 1+1. Berat kering merupakan berat biomassa yang diperoleh dari

pengovenan tanaman. dengan dioven maka zat-zat yang dihasilkan oleh tanaman tersebut

akan hilang. Jadi selisih antara berat segar dan berat kering merupakan penentu banyaknya

zat yang dihasilkan oleh tanaman. Jika selisih antara berat segar dan berat kering semakin

besar maka zat yang dihasilkan oleh tanaman semakin banyak, dan sebaliknya jika selisih

antara berat segar dan berat keringnya kecil maka zat yang dihasilkan tanaman tersebut

juga kecil.

Dari data di atas diketahui bahwa selisih antara berat segar dan berat kering pada

perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 adalah yang paling besar dari perlakuan

monokultur kedelai. Jadi unsur/zat yang dihasilkan oleh tanaman pada polikultur kedelai-

jagung 1+1 adalah yang paling besar dari perlakuan lain. Sedangkan selisih antara berat

segar dan berat kering pada perlakuan polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 adalah yang

paling kecil dari perlakuan. Jadi unsur/zat yang dihasilkan oleh tanaman pada polikultur

kedelai-kacang tanah 3+3 adalah yang paling sedikit dari perlakuan yang lain. Hal ini

dikarenakan kompetisi yang terjadi pada perlakuan polikultur kedelai-jagung 1+1 lebih

kecil daripada kompetisi polikultur kedelai-kacang tanah 3+3 sehingga produksi yang

dihasilkan oleh tanaman polikultur kedelai-jagung 1+1 lebih maksimal.

D. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Kacang Tanah

Sampel BB (gr) BK (gr)

Kedelai-Kc. Tanah

1+1 7.84 0.96

2+2 7.19 1.17

3+3 4.68 1.74

Page 16: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar kacang tanah yang paling besar pada

perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3, sedangkan berat kering

kacang tanah yang paling besar ada pada perlakuan 3+3 dan yang paling kecil pada

perlakuan 1+1. Selisih antara berat segar dan berat kering yang paling besar ada pada

perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3. Hal ini menunjukkan bahwa

zat yang dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan 1+1 adalah yang paling banyak

dibandingkan pada perlakuan lainnya karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan ini

lebih kecil dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi mempengaruhi

metabolisme, fotosintesis, dan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman.

E. Data Rata-Rata Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Jagung

Sampel BB (gr) BK (gr)

Kedelai-Jagung

1+1 8.87 1.89

2+2 8.12 2.86

3+3 6.66 3.56

Page 17: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Grafik di atas menunjukkan bahwa berat segar jagung yang paling besar pada

perlakuan 1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3, sedangkan berat kering

jagung yang paling besar ada pada perlakuan 3+3 dan yang paling kecil pada perlakuan

1+1. Selisih antara berat segar dan berat kering yang paling besar ada pada perlakuan

1+1 dan yang paling kecil pada perlakuan 3+3. Hal ini menunjukkan bahwa zat yang

dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan 1+1 adalah yang paling banyak dibandingkan

pada perlakuan lainnya karena kompetisi yang terjadi pada perlakuan ini lebih kecil

dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi mempengaruhi

metabolisme, fotosintesis, dan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman.

Page 18: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

V. KESIMPULAN

1. Faktor abiotik yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman antara lain air,

cahaya, dan unsur hara.

2. Pertumbuhan tanaman, yang diwakili oleh tinggi tanaman dan berat tanaman menjadi

kurang optimal bila kompetisi yang terjadi sangat ketat.

3. Kompetisi paling ketat terjadi pada perlakuan polikultur (3+3) daripada perlakuan yang

lain karena populasi tanaman besar dan ketersediaan unsur abiotik yang sama pada

setiap perlakuan.

4. Kompetisi yang terjadi pada tanaman, baik kompetisi inter maupun intra spesifik sangat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Semakin banyak tanaman yang

diperlakukan, semakin besar pula persaingannya.

5. Kompetisi mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara, air, dan udara sehingga

pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, dan fotosintesis terganggu.

6. Kompetisi mengakibatkan gangguan pada cadangan makanan tanaman.

Page 19: Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Abiotik

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, K. 2008. Competition (Biology). <http://en.wikipedia.org/wiki/Competition(biology)>. Diakses tanggal 21 Maret 2009.

Ayers, R. L., A. C. Gange, and D. M. Aplin. 2006. Intraspecific competition affect size, and size inequality of Plantago lanceolata L. Journal of Ecology 94:285-294.

Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ritchie, D. 1983. Biology. Addison Wesley Publishing Company Inc., Canada.

Rochman, A. 2002. Sifat agronomi dan daya saing tanaman tembakau dalam sistem tumpangsari tembakau-sorgum pada berbagai kerapatan tanaman. Ilmu Pertanian 9:11-19.

Sitompul, S. dan B. Guritno. 1982. Analisis Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.