27
KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Dengan dosen pengampu : Nitiya Indriyana Disusun oleh : Afip Harfianto M Yogi Ariyanto Fahmi Azami Angga Aji 1

Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ilmu Komunikasi Semester 1

Citation preview

Page 1: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

Dengan dosen pengampu : Nitiya Indriyana

Disusun oleh :

Afip Harfianto

M Yogi Ariyanto

Fahmi Azami

Angga Aji

Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Jl. Mayjen Sutoyo No.2 Tangerang Telepon : (021 ) 55733252

1

Page 2: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

KATA PENGANTAR

2

Page 3: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… 3

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………….. 5

A. Latar Belakang ..………………………………………………………………………… 5

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………..5

C. Tujuan Penulisan ..………………………………………………………………………. 5

BAB II. PEMBAHASAN ……………………………………………………………………... 6

A. KOMUNIKASI NON VERBAL ……………………………………………………… 6

1. Asal Usul Bahasa ………………………………………………………………... 6

2. Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia ……………………………………….. 7

3. Keterbatasan bahasa …………………………………………………………….. 8

4. Kerumitan makna bahasa ………………………………………………………... 9

5. Nama sebagai symbol …………………………………………………………10

6. Bahasa gaul …………………………………………………………………….. 10

7. Bahasa wanita vs bahasa pria ………………………………………………… 12

8. Ragam bahasa inggris …………………………………………………………. 12

9. Pengalihan bahasa ……………………………………………………………… 12

10. Komunikasi konteks tinggi vs komunikasi konteks rendah ……………………. 13

B. KOMUNIKASI NONVERBAL ………………………………………………………14

1. Fungsi komunikasi nonverbal ………………………………………………….. 14

2. Klasifikasi pesan nonverbal ……………………………………………………. 15

3. Bahasa Tubuh …………………………………………………………………... 15

4. Sentuhan ………………………………………………………………………... 16

3

Page 4: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

5. Parabahasa ……………………………………………………………………... 16

6. Penampilan fisik ……………………………………………………………….. 17

7. Bau-bauan ……………………………………………………………………… 17

8. Orientasi ruang dan jarak pribadi ……………………………………………… 17

9. Konsep waktu ………………………………………………………………….. 18

10. Diam …………………………………………………………………………… 18

11. Warna ………………………………………………………………………...... 18

12. Artefak ……………………………………………………………………….,,,. 19

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………. . 20

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 21

4

Page 5: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Mengidentifikasi komunikasi verbal

2. Mengidentifikasi komunikasi non-verbal

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami akan memberikan beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah:

1. Dapat mengidentifikasikan komunikasi verbal

2. Dapat mengidentifikasikan komunikasi nonverbal.

5

Page 6: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI VERBAL

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata itu. Misalnya, kata rumah. Banyak ragam rumah. Ada rumah bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana.

Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk mempresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang bernagi sejumlah pengalaman serupa. Namun bila komunikasi melibatkan orang yang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda, dan konsekuensinya, proses abstraksi juga menyulitkan.

Misalnya, kata anjing dapat dimaknai secara berbeda, meskipun orang-orang membayangkan hewan yang sosoknya kurang lebih sama. Bagi sebagian orang, anjing adalah sahabat setia dan penjaga rumah yang baik, bagi sebagian orang lainnya, anjing menakutkan dan harus diindari, dan bagi sebagian orang lainnya lagi, anjing melukiskan jenis hewan yang dagingnya lezat dimakan.

1. ASAL-USUL BAHASA

Hingga kini belum ada teori yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku sosial. Konon makhluk-makhluk yang mirip manusia (hominid) dan menggunakan alat pemotong dari batu ini berkomunikasi secara naluriah, dengan bertukar tanda alamiah berupa suara, postur dan gerakan tubuh, sedikit lebih maju dari komunikasi hewan primata masa kini.

Dulu, ketika nenek moyang kita yang disebut Cro Magnon belum mampu berbahasa verbal, mereka berkomunikasi lewat gambar-gambar yang mereka buat pada tulang, tanduk, cadas, dan dinding gua yang banyak ditemukan di Spanyol, dan Prancis Selatan. Antara 40.000 dan 35.000 tahun lalu Cro Magnon mulai menggunakan bahasa lisan.

6

Page 7: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Sekitar 5000 tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Penyebaran sistem tulisan akhirnya sampai juga ke Yunani. Bangsa Yunani-lah yang kemudian menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Sistem tulisan dan bahasa lisan itu terus berkembang hingga kini.

Kita pun memasuki era cetak pada abad ke-15, yang beberapa abad kemudian disusul oleh era radio, era televise dan kini era computer. Kesemuanya telah merekam peradaban manusia untuk disempurnakan lagi oleh generasi-generasi mendatang lewat kemampuan mereka dalam berbahasa.

2. FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Mengapa manusia berbahasa dan mengapa terdapat banyak bahasa di dunia? Kemampuan berbahasa manusia, yang membedakan dari hewan lain yang lebih rendahmerupakan akibat dari pembesaran dan perkembangan otak manusia. Salah satu pandangan mengatakan bahwa orang-orang yang hidup di berbagai bagian dunia merasa perlu merancang solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalamhal ini, mereka menciptakan berbagai cara hidup, dan bersama hal itu, bahasa-bahasa berlainan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanjang hidup menggunakannya. Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam menggunakan bahasa. Misalnya ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang yang sama sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat kitafrustasi.

Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk indentifikasi sosial. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka yang lalu menjadi konvensi.

Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi:

Penamaan, merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi;

Interkasi, menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan;

Transmisi informasi, melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Bahasa dapat menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan.

7

Page 8: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

3. KETERBATASAN BAHASA

Berbicara tentang komunikasi verbal, yang porsinya hanya 35% dari keseluruhan komunikasi kita, banyak orang tidak sadar bahwa bahasa itu terbatas. Keterbatasan bahasa tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut.

Keterbatan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu; orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili reaitas, tetapi bukan realitas itu sendiri.

Kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh karena itu kita sulit menamai suatu objek.

Kualitas seseorang atau sesuatu yang ingin kita ungkapkan sebenarnya tidak sesederhana itu. Baik orang, benda atau peristiwa sebenarnya sulit untuk kita kategorikan sebagai baik atau buruk. Kesulitan menggunakan kata yang tepat juga dialami ketika ingin mengungkapkan perasaan. Pesan verbal biasanya lebih lazim kita gunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat factual-deskriptif-rasional.

Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang, yang menganut latar-belakang sosial budaya yang berbeda-beda. Kata-kata selalu, sering, setiap orang, semua orang dan dengan teratur, sebenarnya bersifat ambigu.

Kata-kata bersifat kontekstual sebenarnya mengisyaratkan bahwa aturan-aturan baku dalam berbahasa tidaklah mutlak. Misalnya, kata-kata sifat seperti adil menjadi keadilan; cantik menjadi kecantikan. Namun prinsip ini tidak berlaku untuk kata sifat malu; malu menjadi rasa malu bukan kemaluan.

Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat oleh konteks budaya. Menurut Hipotesis Sapir-Whorf, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan pemakainya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakainya untuk berpikir, melihat lingkungan dan alam semestadi sekitarnya dengan cara berbeda dan perilaku secara berbeda pula. Hipotesis yang dikemukakan Benjamin Lee Whorf menegaskan bahwa (1) tanpa bahasa kita tidak dapat berpikir; (2) bahasa mempengaruhi persepsi; dan (3) bahasa mempengaruhi pola berpikir.

8

Page 9: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Ketika kita menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang berlapis-lapis itu memaksa kita-sadar atau tidak- untuk memandang orang di hadapan kita dengan kategori tertentu.

Percampuradukan fakta, penafsiran dan penilaian

Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta(uraian), penafsiran (dugaan) dan penilaian. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mencampuradukkan fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan.

4. KERUMITAN MAKNA KATA

Lewis Carrol adalah seorang ahli matematika dan logika Inggris yang nama aslinya adalah Charles Lutwidge Dodgson. Ia dikenal bukan karena andilnya bagi matematika atau logika. Melainkan sebagai pengarang Alice’s adventure in Wonderland dan Through the Looking-Glass. Karya-karya besar ini terkadang disebut sastra “omong kosong”. Carroll sangat memperhatikan logika kata-kata dan bagaimana katakata merepresentasikan realitas.

Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali bila kita sendiri yang memaknainya. Kata-kata bukanlah objek yang diwakilinya, seperti juga peta bukanlah wilayah yang dipetakan. Jadi ketika kita berbicara dengan orang lain, kita hanya menyampaikan kata-kata, bukan makna. Kata-kata merangsang makna yang dianut orang lain terhadap kata-kata itu. Pembicaraan akan berjalan lancer bila makna yang kita berikan terhadap kata-kata mirip dengan makna yang diberikan orang lain terhadap kata-kata yang sama.

Kita keliru bila kita menganggap bahwa kata-kata itu mempunyai makna. Kitalah yang member makna pada kata. Dan makna yang kita berikan kepada kata yang sama bisa berbeda-beda. Tergantung pada konteks ruang dan waktu. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang.

9

Page 10: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Bahasa daerah vs bahasa daerah

Di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda. Tidak mengherankan bila terdpat kata-kata yang kebetulan sama atau hamper sama tetapi dimaknai secara berbeda atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.

Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalah-pahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama.

Bahasa daerah vs bahasa Indonesia

Sejumlah kata dari bahasa daerah juga digunakan dalam bahasa Indonesia, atau sebaliknya, kata-kata Indonesia terdengar seperti diselipkan dalam bahasa daerah, namun artinya sangat jauh berbeda.

5. NAMA SEBAGAI SIMBOL

Nama diri-sendiri adalah symbol pertama dan utama bagi seorang. Nama dapat melambangkan status, citarasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsure penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya. Penamaan seseorang, suatu objek atau suatu peristiwa ternyata tidak sederhana.

Nama adalah bagian dari konsep-diri yang sangat penting. Bahkan nama juga menunjukan kesadaran seseorang. Nama jelas bersifat simbolik. Nama yang dianggap bagus atau keren menimbulkan kesan positif pada pendengar atau pembaca nama itu.

6. BAHASA GAUL

Orang-orang punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan, volume dan yang pasti kosakatanya. Cara bicara dan pilihan kata ilmuwan berbeda dengan cara bicara dan pilihan kata pedagang. Sejumlah kata atau istilah punya arti khusus, unik, menyimpang atau bertentangan dengan arti yang lazim digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu.

10

Page 11: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya yaitu :

Sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang hidup di lingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar.

Berfungsi sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka.

Berfungsi sebagai sarana memelihara identitas dan solideritas kelompok. Memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang luar.

Bahasa kaum selebritits

Kalangan selebritis pun memiliki bahasa gaul. Perhatikanlah kata-kata yang digunakan oleh kelompok itu.

Baronang = baru; pinergini = pergi dan sebagainya.

Bahasa gaul ini bukan hanya alat komunikasi, namun juga alat identifikasi. Ada kebutuhan di antara pemakainya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang tidak diketahui banyak orang, terutama bila menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.

Bahasa gay dan bahasa waria

Di negara kita bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay (homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Misalnya, binaginus (bagus), cinakinep (cakep) dan sebagainya.

11

Page 12: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

7. BAHASA WANITA VS BAHASA PRIA

Wanita dan pria mempunyai kosakata berlainan. Sebabnya adalah sosialisasi mereka yang berbeda., khususnya minat mereka yang berlainan terhadap aspek kehidupan. Wanita lebih banyak pertanyaan daripada pria dan mereka menggunakannya sebagai strategi pemeliharaan percakapan. Wanita lebih cenderung memulai giliran berbicara dengan secara langsung mengakui andil pembicara sebelumnya.

Pria cenderung tidak mengakui apa yang dikatakan sebelumnya, melainkan menyatakan pendapatnya. Karena perbedaan gaya ini, wanita mungkin merasa bahwa komentar mereka diabaikan sementara pria merasa bahwa merubah komentar mereka secara emplisit menyatakan persetujuan.

Deborah Tannen (1991) mengatakan bahwa wanita cenderung menata pembicaraan secara kooperatif, sedangkan pria cenderung menatanya secara kompetitif.

8. RAGAM BAHASA INGGRIS

Bahasa Inggris yang lebih universal ternyata tidak konsisten dalam ejaannya, pengucapannya, pilihan kata juga maknanya. Bahasa Inggris berkembang menjadi beberapa ragam, antara lain; Inggris-Inggris (British English), Inggris-Amerika, Inggris-Australia, Inggris-Filipina, dan Inggris-Singapura.

Inggris – Amerika Inggris – Inggris

Center CentreTheater TheatreColor ColourFavor FavourOrganization OrganizationSocialization Socialization

9. PENGALIHAN BAHASA

Untuk melakukan komunikasi yang efektif, kita harus menguasai bahasa mitra komunikasi kita. Dalam konteks inilah kita setidaknya perlu menguasai bahasa Inggris untuk menjadi komunikator yang efektif. Komunikasi dalam bahasa dapat menimbulkan salah pengertian, bila kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita.

12

Page 13: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

10. KOMUNIKASI KONTEKS TINGGI VS KOMUNIKASI KONTEKS RENDAH

Setiap orang secara pribadi punya gaya khas dalam berbicara, bukan hanya caranya tetapi juga topic-topik yang dibicarakan. Kekhasan ini umumnya diwarisi seseorang dari kebudayaannya.

Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, terus terang. Contoh: komunikasi (program) komputer.

Budaya Konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi: pesan bersifat implisit, tidak langsung, tidak terus terang.

Pesan yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara. Pernyataan verbal bisa berbeda dengan pernyataan non verbalnya. Contoh: suku sunda-jawa yang berbicara berputar-putar tidak langsung pada inti masalah. Orang indonesia cenderung berbicara tidak langsung atau menggunakan komunikasi konteks tinggi demi untuk menjaga harmoni.

13

Page 14: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

B. KOMUNIKASI NONVERBAL

Pesan nonverbal adalaha semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh invidu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Definisi ini juga mnecakup perilaku yang disengaja atau tidak disengaja sebagia bagian dari peristiwa secara keseluruhan. Kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan pesan nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan.

Pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut. Contohnya, seorang Sunda akan membungkukkan badan –terkadang disertai dengan anggukan kepala- ketika lewat dihadapan orang lain, seraya mengucapkan “Punten”

1. FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Menurut Paul Ekhman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, yakni:

Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan “Saya tidak sungguh-sungguh”

Illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka

menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu

merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

Affect Display. Pembesaran manic-mata menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.

Lebih jauh lagi, dlam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.

Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya Anda menganggukkan kepala ketika anda mengataka “Ya” atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak”

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya Anda melambaikan tangan supaya mengucapkan “Selamat jalan”

14

Page 15: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal,jadi berdiri sendiri, misalnya Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti kata “tidak”) ketika seorang pengamen mendatangi mobil Anda.

Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya anda sebagai mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat jam tangan anda menjelang kuliah berakhir, sehingga dosen menutup kuliahnya.

Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seorang suami mengatakan, “Bagus! Bagus!” ketika dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya.

2. KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.

Pertama, bahasa tanda, acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tuna rungu

Kedua, bahasa tindakan, semua gerakan tubuh yang digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan

Ketiga, bahasa objek, pertunjukkan benda, pakaian, lambing nonverbal bersifat publik lainnya sepertik ukuran ruangan, bendera, gambar, music dan sebagainya, baik disengaja maupun tidak.

3. BAHASA TUBUH

Setiap anggota tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna aladah kematian.

Isyarat tangan

Isyarat tangan atau “berbica dengan tangan” termasuk apa yang disebuut emblem. Meski[un isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda; atau isyarat fisiknya berbeda, namun maksud sama.

15

Page 16: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Gerakan kepala

Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “tidak” seperti di Bulgaria, sementara isyarat “ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Inggris sama seperti orang Indonesia, menganggukkan kepala berarti mereka mendegar dan tidak berarti menyetujui. Di Yunani, orang mengatakan “tidak” dengan menyentakkan kepala ke belakang dan menengadahkan wajahnya. Gelengan kepala yang berarti “tidak” di Indonesia malah berarti “ya” di India Selatan.

Postur tubuh dan posisi kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial dan agama tertentu. Postur tubuh memang mempengaruhi citra-diri. Cara berjalan pun tampaknya dikategorikan menjadi cara berjalan yang maskuli atau feminim. Misalnya, di Indonesia, mahasiswi yang sering membawa buku dengan tangan di depan dada dikategorikan sebagai perilaku yang feminism. Sebaliknya, mahasiswi yang melipat buku catatannya dan memasukkannya dibelakang celananya akan dianggap maskulin.

Ekspresi wajah dan tatapan mata

Banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Kontak mata punya dua fungsi dalma komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk member tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, member tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

4. SENTUHAN

Sentuhan seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi-makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tampara, pukulan, cubitan, senggolan, belaian, pelukan, hingga sentuhan lembut sekilas. Sentuhan tidak bersifat acak. Melainkan suatu strategi komunikasi yang penting. Makna sentuhan itu sangat kompleks. Judee Burgoon menyimpulkan bahwa sentuhan adalah perilaku nonverbal yang provokatif, tapi paling sedikit dipahami.

5. PARABAHASA

Parabahasa atau vokalia merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dpat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada, intensitas suara, tawa, erangan, tangis, gerutuan, desahan

16

Page 17: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

dan sebagainya. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraan tapi karena cara menyampaikan yang lamban dan monoton.

6. PENAMPILAN FISIK

Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik busananya dan juga ornamen lain yang dipakainya.

Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan, nilai kenyamanan dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Banyak subkultur atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Orang mengenakan jubah atau jilbab sebagai tanda keagamaan dan keyakinan mereka.

Karakteristik fisik

Karakteristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot dan lipstik, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Daya tarik fisik merupakan cirri penting dalam teori kepribadian, meskipun bersifat implisit.

7. BAU-BAUAN

Bau-bauan, terutama yang menyenangkan telah berabad-abad digunakan orang untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang digunakan oleh hewan. Kebanyakan hewan menggunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, dan menarik lawan jenis. Suku primitive di pedalaman telah menggunakan tumbuhan sebagai bahan wewangian.

Setiap orang memiliki bau tubuh yang khas, berkat zat khas yang keluar dari tubuhnya, emskipun ia tidak memakai minyak wangi apapun.

8. ORIENTASI RUANG DAN JARAK PRIBADI

Setiap budaya punya cara khas dalam mengkonseptualisasi ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah, ataupun dalam berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall, mengungkapkan cara manusia menggunakan ruang dan pengaruh ruang terhadap komunikasi.

17

Page 18: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Ruang pribasi vs ruang publik

Setiap orang, baik ia sadar ataupun tidak, memiliki ruang pribadi, imajiner yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak nyaman. Misalnya, anda tiba-tiba duduk kursi yang disampingnya di duduki seseorang padahal ruang yang ada cukup lapang. Ia pasti akan memberikan reaksi, seperti bergeser ke samping atau meletakkan buku atau tas sebagai pembatas antara dia dan anda.

Posisi duduk dan pengaturan ruangan

Secara umum dapat dikatakan, semakin formal penataan ruangan, semakin formal pula komunikasi yang dikehendaki. Penataan ruang, baik ruang tertutup atau ruang terbuka, boleh jadi berkaitan dengan kepribadian, kebiasaan atau dilandasi oleh kepercayaan atau ideologi tertentu.

9. KONSEP WAKTU

Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu dipengaruhi oleh budayanya. Waktu berhubungan erat dengan perasaan hati dan perasaan manusia. Edward T. Hall membagi konsep waktu menjadi dua yaitu: waktu polikronik, memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi; waktu monokronik, cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam ke mada depan dan memperlakukannya sebagai identitas yang nyata dan bisa dipilih-pilih, dibuang, dihabiskan, dibagi, dihilang bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesengsaraan waktu.

10. DIAM

Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu yang dilihat, sesuatu yang didengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya.

11. WARNA

Kita sering menggunakan warna untuk menggambarkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Karena bersifat simbolik, warna bisa menimbulkan pertikaian.

18

Page 19: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

12. ARTEFAK

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.

Tanpa memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi komunikasi, termasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Bila perilaku nonverbal orang lain berbeda dengan perilaku nonverbal kita, sebenarnya itu bukan berarti salah, tapi secara kultural orang itu sedikit berbeda dengan kita.

19

Page 20: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam melakukan asuhan keperawatan, kemampuan menerapkan tehnik komunikasi memerlukan latihan, serta ketajaman perasaan. Komunikasi dalam keperawatan terbagi dua yaitu : komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Pada komunikasi verbal yang efektif harus memperhatikan ucapan jelas dan singkat, perbendaharaan kata, arti denotative dan konotatif, selaan dan kesempatan berbicara, waktu dan relevansi, serta humor. Sedangkan komunikasi non-verbal yang harus memperhatikan metakomunikasi, penampilan personal, intonasi, ekspresi wajah, sikap tubuh dan langkah, serta sentuhan.

Bagi kita dan generasi akan datang harus sepatutnya untuk mengetahui dan memahami komunikasi yang efektif dalam melakukan asuhan keperawatan baik komunikasi verbal maupun komunikasi non-verbal. Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang “jenis-jenis komunikasi” dapat kita baca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang jenis-jenis komunikasi serta mencari di internet.

20

Page 21: Komunikasi Verbal Dan Nonverbal

Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” Bandung; Rosda 2000 hal 259-436

21