12
A. Pengertian Hukum Kontrak (contract of law; bahasa Inggris) atauovereencomstrech (dalam bahasa Belanda) mengandung pengertian keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan Ketentuan Umum Hukum Kontrak Belanda, pengertian kontrak adalah suatu perbuatan hukum (juridical act), yang dibuat dengan formalitas yang memungkinkan, dan diijinkan oleh hukum yang berwenang-dan dibuat bersesuaian dan harus ada ungkapan niat dari satu atau dua pihak secara bersama-sama yang saling bergantung satu sama lain(interdependent). Kontrak ini bertujuan untuk menciptakan akibat hukum untuk kepentingan satu pihak dan juga untuk pihak lain. Kontrak merupakan golongan dari ‘perbuatan hukum’, perbuatan hukum yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum dikarenakan adanya niat dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa perbuatan hukum adalah kontrak. B. Unsur-Unsur Hukum Kontrak 1. Unsur sensiali Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan

Kon Trak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kontrak

Citation preview

Page 1: Kon Trak

A.  Pengertian

Hukum Kontrak (contract of law; bahasa Inggris) atauovereencomstrech (dalam

bahasa Belanda) mengandung pengertian keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan

akibat hukum.

Berdasarkan Ketentuan Umum Hukum Kontrak Belanda, pengertian kontrak adalah

suatu perbuatan hukum (juridical act), yang dibuat dengan formalitas yang memungkinkan,

dan diijinkan oleh hukum yang berwenang-dan dibuat bersesuaian dan harus ada ungkapan

niat dari satu atau dua pihak secara bersama-sama yang saling bergantung satu sama

lain(interdependent). Kontrak ini bertujuan untuk menciptakan akibat hukum untuk

kepentingan satu pihak dan juga untuk pihak lain.

Kontrak merupakan golongan dari ‘perbuatan hukum’, perbuatan hukum yang

dimaksud adalah suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum dikarenakan adanya niat

dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa perbuatan

hukum adalah kontrak.

B. Unsur-Unsur Hukum Kontrak

1. Unsur sensiali

Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa adanya

kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam

kontrak jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga dalam kontrak jual beli,

kontrak tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.

2. Unsur Naturalia

Unsur Naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila

tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan

demikian, unsur naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak.

Sebagai contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara

otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat

tersembunyi.

Page 2: Kon Trak

3. Unsur Aksidentalia

Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada satu mengikat para pihak jika para pihak

memperjanjikannya. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan

bahwa apabila pihak debitur lalai membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang

sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula

oleh klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu kontrak, yang bukan

merupakan unsure esensial dalam kontrak tersebut.

C. Syarat Sahnya Kontrak

1. Kesepakatan

Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak.

Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah

adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Terjadinya kesepakatan dapat

terjadi secara tertulis dan tidak tertulis.

Para pihak yang melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan baik

dengan akta di bawah tangan maupun dengan akta autentik. Akta di bawah tangan merupakan

akta yang dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang membuat akta

seperti notaris, PPAT, atau pejabat lain yang diberi wewenang untuk itu.

Berbeda dengan akta di bawah tangan yang tidak melibatkan pihak berwenang dalam

pembuatan akta, akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang

berwenang.

            Perbedaan prinsip antara akta di bawah tangan dengan akta autentik adalah karena

jika para pihak lawan mengingkari akte tersebut, akta di bawah tangan selalu dianggap palsu

sepanjang tidak dibuktikan keasliannya, sedangkan akta autentik selalu dianggap asli, kecuali

terbukti kepalsuannya. Artinya, jika suatu akta di bawah tangan disangkali oleh pihak lain,

pemegang akta di bawah tangan dibebani untuk membuktikan kaslian akta tersebut,

sedangkan kalau suatu akta autentik disangkali pemegang akta autentik tidak perlu

membuktikan keaslian akta autentik tersebut tetapi pihak yang menyangkalilah yang harus

membuktikan bahwa akta autenti tersebut adalah palsu. Oleh karena itu, pembuktian akta di

bawah tangan disebut pembuktian keaslian sedangkan pembuktian akta autentik adalah

pembuktian kepalsuan.

Page 3: Kon Trak

2. Kecakapan

Syarat kecakapan untuk membuat suatu perikatan, harus dituangkan secara jelas

mengenai jati diri para pihak. Pasal 1330 KUH Perdata, menyebutkan bahwa orang-orang

yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah :

a.    Orang-orang yang belum dewasa, belum berusia 21 tahun dan belum menikah

b.    Berusia 21 tahun tetapi di bawah pengampuan seperti gelap mata, dungu, sakit

ingatan, atau pemboros dan;

c.    Orang yang tidak berwenang.

Sebetulnya ada satu lagi yang dianggap oleh KUH Perdata tidak cakap hukum

yaitu perempuan, akan tetapi saat ini undang-undang sudah menetapkan lain yaitu

persamaan kedudukan perempuan dan laki-laki.

3. Hal tertentu

Dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para pihak,

objek perjanjian tersebut dapat berupa barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak

berbuat sesuatu. Hal tertentu ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang,

keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu.

Untuk menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu juga harus

dijelaskan dalam kontrak seperti “berjanji untuk tidak saling membuat pagar pembatas antara

dua rumah yang bertetangga”. 

4. Sebab yang halal

Istilah kata halal yang dimaksud di sini bukanlah lawan kata haram dalam hukum

Islam, tetapi yang dimaksud sebab yang halal adalah bahwa isi kontrak tersebut tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 

Isi perjanjian harus memuat/causa yang diperbolehkan. Apa yang menjadi obyek atau

isi dan tujuan prestasi yang melahirkan perjanjian harus tidak bertentangan dengan undang-

undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Page 4: Kon Trak

D. Asas-asas hokum kontrak

1. Asas Konsensuil

Konsensuil secara sederhana diartikan sebagai kesepakatan. Dengan tercapainya kesepakatan

antara para pihak lahirlah kontrak, meskipun kontrak pada saat itu belum dilaksanakan. Hal

ini berarti juga bahwa dengan tercapinya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan

kewajiban  bagi mereka yang membuatnya (atau dengan kata lain perjanjian itu bersifat

obligatoir). Asas konsensuil dapat dilihat pada Pasal 1320 ayat 1 BW bahwa salah satu syarat

sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak.

2. Asas Pacta Sunt Servanda (Perjanjian Itu Mengikat Para Pihak)

Asas pacta sunt servanda biasa juga disebut asas kepastian hukum (certainty). Asas ini

bertujuan  agar hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat

oleh para pihak. Asas ini dapat disimpulkan diambil dari Pasal 1338 ayat 1 BW yang

menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

3. Asas Kebebasan Berkontrak

Sebagian sarjana hukum tetap berpatokan pada Pasal 1338 ayat 1 BW perihal asas kebebasan

berkontrak. Kebebasan yang dimaksud di sini terbagi dalam beberapa hal yakni:

1. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak  (yes or no)

2. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian (who).

3. Bebas  menentukan isi atau klausul perjanjian (substance).

4. Bebas menentukan bentuk perjanjian (form)

5. Kebebasan-kebebasan lainnya yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan (other freedom).

4. Asas Iktikad Baik (geode trouw)

Asas iktikad baik diakomodasi melalui Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan “perjanjian

harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak

kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau

keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

Page 5: Kon Trak

Kesepakatan atau consensus sebagai syarat utama lahirnya kontrak, masih ada hal lain yang

harus diperhatikan yaitu syarat sahnya kontrak sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1320

BW yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Sutu hal tertentu;

4. dan sebab yang halal

E. Jenis-Jenis Kontrak

Secara rinci pembagian atau penggolongan kontrak ada yang membagi berdasarkan

sumbernya, namanya, bentuknya, aspek kewajibannya maupun aspek larangannya. Di dalam

Pasal 1319 BW dan artikel 1355 NBW ditegaskan dua jenis kontrak menurut namanya, yaitu

kontrak nominat dan kontrak innominat. Kontrak nominat adalah kontrak yang dikenal dalam

BW misalnya sewa menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai,

pinjam meminjam, pemberian kuasa, penanggungan utang, dan perdamaian. Sedangkan

kontrak innominat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,

misalnya leasing, beli sewa,franchise, kontrak rahim, joint venture, kontrak karya, keagenan

dan production sharing.

Disamping pembagian kontrak bernama dan kontrak tidak bernama, dalam hukum

perdata dikenal berbagai macam jenis kontrak, bentuk tersebut diantaranya:

1.      Kontrak bersyarat;

2.      Kontrak dengan ketetapan waktu;

3.      Kontrak mana suka (alternatif);

4.      Kontrak tanggung menanggung;[3]

5.      Kontrak yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi;

6.      Kontrak dengan ancaman hukuman;

Page 6: Kon Trak

A. Kontrak Bersyarat

Kontrak bersyarat adalah kontrak yang digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang

dan peristiwa tersebut belum tentu akan terjadi. Kontrak ini dapat dibagi atas dua yakni

kontrak dengan syarat tangguh dan kontrak dengan syarat batal.

Kontrak syarat tangguh adalah suatu kontrak yang mana untuk lahirnya kontrak tersebut

digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan datang dan belum tentu akan terjadi,

misalnya seorang akan menyewakan rumahnya kepada orang lain kalau ia lulus untuk

sekolah ke luar negeri. Sedangkan kontrak dengan  syarat batal adalah berakhir kontrak

tersebut digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan belum tentu akan terjadi,

misalnya jika seorang menyewakan rumahnya sampai ia menikah, artinya kontrak sewa-

menyewa tersebut berlangsung sampai pemilik rumah tersebut menikah.

B. Kontrak  dengan Ketetapan Waktu

Beda halnya dengan kontrak bersyarat, kontrak dengan ketetapan waktu tidak menangguhkan

terjadinya atau lahirnya kontrak, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaan kontrak.

Dalam kontrak dengan ketetapan waktu, suatu kontrak tersebut sudah lahir, cuma

pelaksanaannya yang ditangguhkan, misalnya dalam suatu kontrak para pihak suatu waktu

tertentu untuk melakukan pembayaran.

C. Kontrak Mana Suka atau Alternatif

Kontrak semacam ini, si berutang dibebaskan jika ia  menyerahkan salah satu dari dua barang

atau lebih yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak boleh memaksa si berpiutang

untuk menerima sebagian dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lainnya.

Misalnya si A mempunyai suatu tagihan uang seratus ribu rupiah pada seorang petani

(anggaplah si B) yang sudah lama tidak dibayarnya. Kemudian anatara si A dan si B

mengadakan suatu perjanjian, bahwa si  A akan dibebaskan dari utangnya kalau ia

menyerahkan kudanya atau sepuluh kwintal berasnya.

Page 7: Kon Trak

RESUME HUKUM KONTRAK

Muhammad Said Honggowongso

E0014245

Fakulras Hukum

Univwesitas Sebelas Maret Surakarta