15
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negeri yang tidak kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) 1966. Setelah dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Soeharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. 12 Maret 1967 Jendral Soeharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.

Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

  • Upload
    farchan

  • View
    106

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah

Citation preview

Page 1: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Soekarno. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde

lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negeri yang tidak

kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa

pemberontakan G30S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan

mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia

melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar. Orde Baru hadir dengan

semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada

masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam

jangka waktu tersebut,ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi

bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,

kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto ditandai dengan keluarnya Surat

Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) 1966. Setelah dikeluarkan Supersemar

maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai

dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga

tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin

besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Soeharto berhasil

memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Pada tanggal 23 Februari 1967,

MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri

Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan

Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan

menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. 12 Maret 1967 Jendral

Soeharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini

menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.

Page 2: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka rumusan masalah adalah seperti berikut :

1. Bagaimana sejarah lahirnya Orde Baru ?

2. Bagaimana kehidupan politik masa Orde Baru?

3. Apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde Baru?

4. Bagaimana tindakan sosial pada masa Orde Baru?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka tujuannya adalah seperti berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Orde Baru

2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi politik masa Orde Baru

3. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde Baru

4. Untuk mengetahui apa saja tindakan sosial pada masa Orde Baru

1.4 Manfaat Masalah

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka manfaatnya adalah seperti berikut :

1. Memahami sejarah lahirnya Orde Baru

2. Memahami kondisi poltik masa Orde Baru

3. Memahami apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde Baru

4. Memahami tindakan sosial atau kehidupan sosial masa Orde Baru

Page 3: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Lahirnya Orde Baru

2.1.1 Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :

1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa

Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan

darat yang sudah berlangsunglama..

3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai

600% sedangkanupaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan

kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan

masyarakat.

4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa

pembunuhan besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat

melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi

Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di

masyarakat bergabungmembentuk Kesatuan Aksi berupa ³Front

Pancasila´ yang selanjutnya lebih dikenaldengan ³Angkatan 66´ untuk

menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30September

19656.

6. Kesatuan Aksi ‘Front Pancasila’ pada 10 Januari 1966 di depan

gedung DPR-GR mengajukan tuntutan ‘TRITURA’ (Tri Tuntutan

Rakyat).

7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan

Pembentukan KabinetSeratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat

sebab rakyat menganggap di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh yang

terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah

upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa

Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah

dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)

Page 4: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

4

9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah

yang sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden

mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR)

yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang

dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau

dan sulit dikendalikan.

2.1.2 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :

Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan.

Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat

kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan

membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai

presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme

inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya

Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada

Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa

untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto

sebagai pejabatPresiden RI.

Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan

pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno.

Tanggal 12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik

Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan

dimulainya kekuasaan Orde Baru. PadaSidang Umum bulan Maret 1968 MPRS

mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.

Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata kehidupan bernegara

yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945. Sejalan dengan tujuan tersebut maka ketika kondisi politik bangsa Indonesia

mulai stabil untuk melaksanankan amanat masyarakat maka pemerintah

mencanangkan pembangunan nasional yang diupakan melalui program

pembangunan jangka pendek dan pembangunan jangka panjang.

Page 5: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

5

Pemerintahan Orde Baru senantiasa berpedoman pada tiga konsep

pembangunan nasional yang terkenal dengan sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu :

(1) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi;

dan (3) stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

2.1.3 Proses Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru

Berkuasanya Orde Baru ternyata menimbulkan banyak perubahan yang

dicapai bangsa Indonesia melalui tahapan pembangunan di segala bidang.

Pemerintahan Orde Baru berusaha meningkatkan peran negara dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, sehingga langkah-langkah yang diambil adalah mencapai

stabilitas ekonomi dan politik.

Merujuk hasil Sidang Umum IV MPRS yang mengambil suatu keputusan

untuk menugaskan Jenderal Soeharto selaku pengembang Surat Perintah Sebelas

Maret yang sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 untuk

membentuk kabinet baru. Kabinet baru diberi nama Kabinet Ampera yang

merupakan singkatan dari Kabinet Amanat Penderitaan Rakyat selanjutnya diberi

tugas untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan dalam

melaksanakan pembangunan nasional. Tugas ini yang dikelak terkenal dengan

sebutan ”Dwi Darma Kabinet Ampera”. Sedangkan program kerja terkenal dengan

sebutan Catur Karya Kabinet Ampera, yaitu: (1) memperbaiki kehidupan rakyat

terutama dibidang sandang dan pangan; (2) melaksanakan pemilihan umum dalam

batas waktu seperti yang tercantum dalam ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966

yaitu pada 5 Juli 1968;(3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk

kepentingan nasional, sesuai dengan Tap No. XI/MPRS/1966; (4) melanjutkan

perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan

manifestasinya.

Pada 21 Maret 1968 Jenderal Soeharto selaku Pejabat Presiden

menyampaikan laporan kepada Sidang Umum V MPRS Tahun 1968 tentang

pelaksanaan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera, yang dilaporkan pertama

kali bahwa telah dilaksanakan usaha mendudukkan kembali posisi, fungsi, dan

hubungan antar lembaga negara tertinggi sesuai dengan yang diatur dalam UUD

1945.

Page 6: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

6

2.2 Kondisi Politik Masa Orde Baru

2.2.1 Politik dalam negeri era orde baru.

A. Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet

Awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet

AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper

yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk

melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut

Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut.

1) Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan

pangan

2) Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli

1968.

3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan

nasional.

4) Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam

segala bentuk dan manifestasinya.

B. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik

Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi

bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi)

sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada

ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga

kekuatan sosial-politik, yaitu:

1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU,

Parmusi, PSII, danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5

Januari 1973 (kelompok partai politik Islam).

2) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai

Katolik, PartaiMurba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik

yang bersifat nasionalis).

3) Golongan karya (Golkar).

C. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru

Pemilihan umum pada masa orde baru diadakan setiap lima tahun sekali dan

telah dilaksanakan sebanyak enamkali. Tujuan pemilu tersebut untuk memilih

Page 7: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

7

anggota MPR, DPR, DPRD 1 dan 11. Keanggotaan MPR, yaitu seluruh anggota

DPR, utusan daerah dan golongan. Setiap lima tahun sekali MPR mengadakan

sidang umum. MPR berwenang memilih dan mengangkat presiden dan wakil

presiden. Presiden dan kabinetnya berkewajiban menjalankan tugasnya sesuai

dengan UUD 1945 melaksanakan GBHN, mempertanggungjawabkan tugasnya

tersebut pada akhir masa jabatannya. DPR bertugas mengawasi jalannya

pemerintahan/tugas presiden. Mekanisme tugas dan kerja lembaga negara lain

menyesuikan UUD 1945 dan UU yang mengaturnya.

Pada masa orde baru kehidupan politiknya diatur dalam UU berikut ini.

1. UU No.1 Tahun 1985 tentang pemilihan umum.

2. UU No.2 Tahun 1985 tentang susunan dan kedudukan MPR dan DPR.

3. UU No.3 Tahun 1985 tentang partai politik dan golongan karya.

4. UU No.4 Tahun 1985 tentang preferendum.

5. UU No.5 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan (Ormas).

Sistem politik yang adalah otoriter dan tidak demokratis, dimana kekuasaan

eksekutif terpusat dan tertutup dibawah kontrol lembaga kepresidenan, dalam

penyelenggaraan negara dan pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN.

Pemerintahan orde baru pimpinan soekarto berlangsung selama 32 tahun namun

kehidupan politik pada waktu itu dinilai gagal. Sistem politik yang berlaku adalah

oteriter dan tidak demokratis dimana kekuasaan eksekutif terpesat dan tertutup

dibawah kontro lembaga kepresidenan dalam penyelenggaraan negara dan

pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN. Selanjutnya pemerintahan orde baru

juga dinilai gagal karena telah menciptakan pemerintahan yang sentralistik yaitu

mekanisme hubungan pusat dan daeraah cenderung menganut sentralisasi kekuasaan

sehingga menyebabkan kesenjangandan ketidakadilan antara pemerintahan pusat dan

pemerintahan daerah

Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan

pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali,

yaitu: tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan1997.

1. Pemilu 1971

a. Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana para

pejabat negara termasuk perdana menteri yang berasal dari partai peserta pemilu

dapat ikut menjadi calon partai secara formal.

Page 8: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

8

b. Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu

sudah ada dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD.

c. Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih 460 orang anggota

DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang diangkat.

d. Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236

kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi),

Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai

Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu

kursipun).

2. Pemilu 1977

Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU

No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai sehingga

ditetapkan bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari

Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99

kursi untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI.

3. Pemilu 1982

Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara

Golkar secara nasional meningkat. Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh

tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan Golkar berhasil merebut kemenangan dari

PPP. Golkar berhasil memperoleh tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI

kehilangan 5 kursi.

4. Pemilu 1987

Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987

adalah:

a. PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding dengan

pemilu 1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam

(pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila) dan diubahnya

lambang partai dari kabah menjadi bintang.

b. Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi.

c. PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP PDI

sebagai hasil kongres tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.

5. Pemilu 1992

Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan

perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299

Page 9: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

9

kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat

menjadi 56 kursi.

6. Pemilu 1997

Pemilu ke enam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya:

1. Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 % dengan

perolehan kursi 325 kursi.

2. PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan perolehan

kursi 27 kursi.

3. PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya mendapat 11 kursi di

DPR. Hal ini disebabkan karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI

Soerjadi dan PDI Megawati Soekarno Putri.

Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa

demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib

dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).

Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan

Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar

yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi

perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan

Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan.

Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan

lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa

catatan.

2.2.2 Upaya-Upaya Pembaruan Politik Luar Negeri

Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, pemerintah Orde Baru juga

mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upaya-

upaya pembaruan dalam politik luar negeri.

1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

Sebelumnya pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia pernah keluar dari PBB

sebab Malaysia diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Keaktifan Indonesia dalam PBB ditunjukkan ketika Menteri Luar Negeri Adam

Malik terpilih menjadi ketua Majelis Sidang Umum PBB untuk masa sidang tahun

1974.

Page 10: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

10

2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)

Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan

RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan

kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia

Pada tanggal 11 Agustus 1966, Indonesia melaksanakan persetujuan

normalisasi hubungan dengan Malaysia yang pernah putus sejak tanggal 17

September 1963. Persetujuan normalisasi ini merupakan hasil Persetujuan Bangkok

tanggal 29 Mei sampai tanggal 1 Juni 1966. Dalam pertemuan tersebut, delegasi

Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik, sementara Malaysia

dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Tun Abdul Razak.

Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang disebut Persetujuan Bangkok

(Bangkok Agreement), isinya sebagai berikut.

a. Rakyat Sabah dan Serawak diberi kesempatan untuk menegaskan kembali

keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi

Malaysia.

b. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.

c. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.

4. Berperan dalam Pembentukan ASEAN

Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara

pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama

menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand

menandatangi kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus

1967. Deklarasi tersebut menjadi awal berdirinya organisasi ASEAN.

2.2.3 Dampak Positif dan Negatif Kebijakan Politik Pemerintahan Orde Baru

A. Dampak Positif Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orde baru.

Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga

kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat.

Situasi keamanan pada masa ORBA relatif aman dan terjaga dengan baik karena

pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan

dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat

mengontrol parpol.

Page 11: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

11

B. Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah Orde baru :

Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.

a. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.

b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan

benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas

yang diinginkan, sementara 2 paratai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta

citra sebagai Negara demokrasi.

c. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk

melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden

melalui MPR Suharto selalu terpilih.

d. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak

mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.

e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.

f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa dan

benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan

besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi

TNI/Polri.

g. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum yang sangat

lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerimtah yang

berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi

uang rakyat.

2.3 Keadaan Ekonomi Pada Masa Orde Baru

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya

mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-

unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah

berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi nasioanl terutama pada usaha

mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan Negara dan pengamanan

kebutuhan pokok rakyat . Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya

kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih

650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan

Page 12: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

12

yang telah direncanakan pemerintah.Oleh karena itu pemerintah menempuh cara

sebagai berikut :

2.4 Keadaan Sosial Pada Masa Orde Baru

Orde Baru harus mengahadapi masalah-masalah sosial yang lebih besar

daripada yang dihadapi para reformis dimasa politik Etis. Hal ini terjadi sebagian

karena Belanda gagal menyelesaikan masalah-masalah ini beberapa dekade

sebelumnya, dan sebagian lagi karena berlalunya waktu dan pergolakan yang terjadi

sejak penahlukan Jepang membuat masalah tersebut kin kompleks. Belanda gagal

memenuhi kesejahteraan bangsa yang pada tahun 1930 berpenduduk 60,7 juta.

Karena kelalaian selama beberapa dekade lalu dan mndesaknya kebutuhan untuk

lebih dahulu mengendalikan ekonomi bangsa ditahun-tahun setelah 1965, maka

mungkin tak mengejutkan jika pemerintahan Orde Baru awalnya tidak mampu

berkontribusi banyak dalam memenuhi kesejahteraan penduduknya, yang pada

sensus tahun 1971 telah mencapai 119,2 juta jiwa dan 147,3 jutapada tahun 1980.

Page 13: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

13

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lahirnya orde baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti

dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa

presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang

terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Suharto

guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara.

Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Suharto.

Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari penataan politik

dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden

dan dibentuklah Kabinet Pembangunan, penyederhanaan dan pengelompokan partai

politik, pemilihan umum serta mengadakan Perpera di Irian Barat pada 2 Agustus

1969. Kedua, melakukan penataan politik luar negeri yaitu dengan kembali menjadi

anggota PBB serta normalisasi hubungan dengan beberapa negara.

Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat

mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya

pembangunanekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan

Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun pada akhir tahun 1997

Indonesia dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk ditambah dengan KKN yang

merajalela.

Dalam bidang social budaya pada masa orde baru telah mengalami kemajuan.

Antara lainmakin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas

pendidikan dasar sudah makin merata dengan adanya program wajib belajar 9 tahun.

Ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka

Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3.2 Saran

Dengan permasalahan yang dialamai oleh pemerintahan pada masa Orde

Baru, seperti dengan banyaknya uatang luar negri bangsa indonesia untuk

pembangunan, meskipun pembangunan berjalan dengan lancar, tapi inonesia

menanggung utang yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman tersebut

terjadi sentralisasi dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi.

Page 14: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

14

Oleh karena itu penulis memberikan salah terhada permasalah tersebut. Yaitu

lakukan otonomi daerah kepada seluruh propinsi,sehingga potensi-potensi yang ada

pada dareah tersebut bisa dioptimalkan dengan seefisien mungkin. Harus terjadi

transparansi dalam sistem keuangan sehingga masyarakat bisa mengerti.

Page 15: Kondisi Politik Dalam Negeri Pada Masa Orde Baru

15

DAFTAR PUSTAKA

As’ad Djamhari, Saleh. 1979. Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI (1945 Sekarang).

Cet. Ke-2. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI

Notosusanto, Nugraha. 2008. Sejarah Nasional Indonesia 6, Jakarta : Balai Pustaka.

M.C Rickleft, 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2400. Jakarta : Serambi Ilmu

Semesta.

Rina, 2008. Dinamika Kehidupan Poltik, Ekonomi, Sosial masa Orde Baru . [serial

on line]. http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-

orde-baru/. [13 februari 2013]