97
KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik Serah Terima Aset Pasar Tradisional di Tangerang Selatan Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhamad Rizky 1110112000043 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

  • Upload
    trannhi

  • View
    239

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN

Studi Konflik Serah Terima Aset Pasar Tradisional di

Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhamad Rizky

1110112000043

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang Berjudul :

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN: Studi Konflik Serah Terima

Aset Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Oktober 2014

Muhamad Rizky

Page 3: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

ii

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN: Studi Konflik Serah Terima

Aset Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

Muhamad Rizky

NIM : 1110112000043

Dibawah Bimbingan

Dr. Haniah Hanafie, M.Si

NIP. 19610524 200003 2 002

JURUSAN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 4: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Muhamad Rizky

NIM : 1110112000043

Progam Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul :

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN: Studi Konflik Serah Terima

Aset Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji :

Jakarta, 7 Oktober 2014

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ali Munhanif, Ph. D Dr. Haniah Hanafie M.Si

NIP. 19651212 199203 1 004 NIP. 19610524 200003 2 002

Page 5: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN

Studi Konflik Serah Terima Aset Pasar Tradisional di Tangerang Selatan

Oleh :

Muhamad Rizky

1110112000043

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13

November 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua Sekretaris

Ali Munhanif, Ph.D M. Zaki Mubarak, M.Si

NIP. 19651212 199203 1 004 NIP. 19730927 200501 1 008

Penguji I Penguji II

Dr. Agus Nugraha, M.Si Suryani, M.Si

NIP. 19680801 200003 1 001 NIP. 19770424 200710 2 003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 November

2014.

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta,

Ali Munhanif, Ph.D

NIP. 19651212 199203 1 004

Page 6: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang konflik aset di daerah pemekaran yaitu

terkendalanya serah terima aset daerah khususnya aset pasar tradisional di Kota

Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

penyebab, dampak yang ditimbulkan, dan proses penyelesaian dari serah terima

aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan.

Peneliti menggunakan Teori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah.

Peneliti menemukan bahwa setelah pemekaran daerah Kota Tangerang Selatan

terdapat kendala dalam serah terima aset daerah khususnya badan usaha milik

daerah (BUMD) yang salah satunya adalah pasar tradisional. Metodologi yang

digunakan adalah kualitatif. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten

Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, tepatnya di Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang, Dinas Pengelolaan Pendapatan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang Selatan dan PD.Pasar

Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dari penelitian yang dilakukan berdasarkan studi lapangan dalam bentuk

wawancara dan observasi, peneliti menemukan bahwa faktor penghambat dalam

serah terima aset tersebut terdiri dari beberapa faktor diantaranya faktor struktural

yaitu perdebatan dalam undang-undang dan peraturan yang digunakan oleh kedua

Pemerintah Daerah, faktor kepentingan yaitu kepentingan dalam pengelolaan

badan usaha milik daerah (BUMD) yang mempunyai pendapatan yang dapat

dijadikan pendapatan asli daerah (PAD), faktor hubungan antar manusia yaitu

perbedaan pendapan antara elit kedua Pemerintah Daerah dan faktor data yaitu

ketidak sesuaian data yang dibutuhkan untuk dilakukannya serah terima aset pasar

tradisional. Akibat yang ditimbulkan adalah pengelolaan pasar tradisional yang

tidak optimal mengakibatkan kesemrawutan, kemacetan, dan penumpukan

sampah sehingga pasar tradisional di Tangerang Selatan tidak tertata dengan baik

yang menghambat pembangunan Kota Tangerang Selatan. Proses penyelesaian

sampai saat ini yang dilakukan adalah pertemuan antara pihak yang bersangkutan

untuk membahas permasalahan dalam kelanjutan serah terima aset BUMD

PD.Pasar dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan terakhir akan meminta bantuan

kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk membantu dalam memfasilitasi

serah terima aset daerah yang berupa badan usaha milik daerah (BUMD) termasuk

didalamnya aset pasar tradisional yang berada di Kota Tangerang Selatan.

Page 7: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

“Konflik Aset di Daerah Pemekaran: Studi Konflik Serah Terima Aset Pasar

Tradisional di Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya dari awal

hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan didalamnya. Oleh karena itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Ali Munhanif, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dr. Haniah Hanafie M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih

telah sabar dan ikhlas, serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing dan memberikan masukan serta nasehat kepada peneliti, dan

memberikan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Agus Nugraha, M.Si dan Ibu Suryani M.Si sebagai Dosen

penguji skripsi yang telah menguji dan memberi masukan kepada peneliti.

6. Bapak Sugeng Setiarso selaku Kasi Mutasi Aset Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang Selatan,

Bapak Sutono sebagai Kasubag Inventarisasi bidang aset Badan Pengelola

Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang dan Bapak

Nurachman sebagai Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten

Page 8: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

vii

Tangerang. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk diwawancari

dan meminta data untuk keperluan penelitian.

7. Orang tua tercinta Alm. Bapak Sagimin dan Ibu Miyem serta Nenek

tercinta Mbah Ketip yang memberikan segala bentuk dukungan berupa

finansial dan moral sehingga skripsi ini dapat selesai.

8. Kakak dan adik peneliti, Purwowidodo, Purwaningsihati dan Adi Surya

Muhammad Kurniawan serta keponakan peneliti, Carissa Aqila

Maheswari Widodo dan Bima Kafaf Faiz Jabar Sa’adan yang selalu

memberikan dukungan dan hiburan kepada peneliti.

9. Ryandi Hermawan, M. Rizal Habibi, Novian Dwi Cahyo, Galih Priyo

Jatmiko, Rizki Andika, Wahyu Windiasko, M. Erdiansyah, Dara Amalia

dan teman-teman SMAN 90 Jakarta serta Warlux. Terima kasih telah

menjadi sahabat baik peneliti dan memberi semangat selama penelitian.

10. Choir, Angga, Ikbal, Dona, Faisal, Yosep, Febrian, Ferdian, Indra, Ismet,

Fadil, Imam, Ramdhan, Enda, Ujang, Abdau, Ade, Adi, Sandi, Ikhsan

Sopyan, Adeandri dan seluruh sahabat Ilmu Politik 2010. Terima kasih

telah memberikan semangat dan tidak pernah lelah membantu skripsi

peneliti dari awal sampai akhir.

11. Keluarga KKN AGORITMA 2013, yang selalu memberikan semangat

kepada peneliti.

12. Seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

persatu.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi

para pembaca sekalian.

Jakarta, 7 Oktober 2014

Muhamad Rizky

Page 9: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN........................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.............................. iv

ABSTRAK.......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR....................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah............................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian.......................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka................................................................................ 9

E. Metodelogi Penelitian......................................................................... 12

F. Sistematika Penelitian......................................................................... 15

BAB II LANDAAN TEORI

A. Konflik .............................................................................................. 18

1. Pengertian Konflik……................................................................. 19

2. Penyelesaian Konflik..................................................................... 21

B. Pemekaran Wilayah ........................................................................... 24

1. Konsep Pemekaran Wilayah.......................................................... 24

2. Hak dan Kewajiban Daerah ......................................................... 30

3. Aset Daerah................................................................................... 40

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANGERANG DAN KOTA

TANGERANG SELATAN

A. Kabupaten Tangerang........................................................................ 43

1. Sejarah.....................................................................................… 43

2. Letak Geografis................ ........................................................... 46

B. Kota Tangerang Selatan..................................................................... 47

1. Sejarah......................................................................................... 47

2. Letak Geografis............................................................................ 49

BAB IV KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN

A. Konflik Serah Terima Aset Daerah

Kota Tangerang Selatan.................................................................... 50

1. Aset Daerah Kota Tangerang Selatan ......................................... 50

2. Konflik Serah Terima Aset Pasar Tradisional

di Kota Tangerang Selatan............................................................ 53

Page 10: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

ix

B. Faktor Penghambat Serah Terima Aset Pasar Tradisional

Kota Tangerang Selatan.................................................................... 57

1. Faktor Stuktural............................................................................ 58

2. Faktor Kepentingan..................................................................... 63

3. Faktor Nilai................................................................................. 65

4. Faktor Hubungan Antar Manusia................................................ 66

5. Faktor Data................................................................................. 67

C. Dampak Terkendalanya Serah Terima Aset Pasar Tradisional

di Kota Tangerang Selatan ................................................................ 69

D. Proses Penyelesaian Serah Terima Aset Pasar Tradisional

di Kota Tangerang Selatan dari Kabupaten Tangerang…………..… 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 79

B. Saran ................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... xi

LAMPIRAN

Page 11: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

x

DAFTAR TABEL

Tabel IV.I. Nilai Aset Daerah yang Diserahkan

Kabupaten Tangerang kepada

Kota Tangerang Selatan.................................................... 55

Tabel IV.II Aset PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang di Wilayah

Tangerang Selatan…......................................................... 63

Tabel IV.III Pendapatan, Biaya, dan Laba (Rugi)

PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2013...........................

Page 12: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Negara Republik Indonesia sebagai Negara kesatuan yang mempunyai

daerah begitu luas, menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan dengan memberikan kesempatan daerah untuk menyelengarakan

otonomi daerah. Persoalan kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu aspek

yang mendapat perhatian hingga saat ini. Dalam salah satu kebijakan

desentralisasi politik, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian di revisi ke dalam Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Proses

peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi disebut pemerintah

daerah dengan otonomi, yaitu dengan diserahkannya urusan pemerintah kepada

pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi

pemerintahan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan tugas ini antara lain

menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan

Page 13: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

2

kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan meningkatkan daya

saing daerah dalam proses pertumbuhan.1

Kebijakan desentralisasi melalui otonomi daerah yang diikuti dengan kebijakan

pemekaran daerah mengakibatkan perubahan pola perkembangan wilayah. Dalam

kurun waktu sepuluh tahun sejak keluarnya Undang-Undang Otonomi Daerah

tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Pemekaran Daerah tahun 2000 jumlah

daerah otonom bertambah hampir dua kali lipat.2 Saat ini jumlah Daerah Otonom

di Indonesia sampai dengan bulan Juli 2013 berjumlah 539, yang terdiri atas 34

provinsi, 412 kabupaten, dan 93 kota (tidak termasuk 5 kota administratif dan 1

kabupaten administratif di Provinsi DKI Jakarta).3 Semakin banyaknya daerah

otonom yang diikuti oleh rendahnya pencapaian tujuan pemekaran daerah

menjadikan suatu permasalahan akibat semakin besarnya beban

pendanaan otonomi.

Pemekaran wilayah biasanya merupakan wujud dari keinginan masyarakat

di suatu daerah untuk lebih tumbuh dan berkembang dari segi ekonomi, politik,

sosial, budaya dan keamanan. Pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah

solusi untuk mempercepat proses pembangunan melalui peningkatan kualitas dan

kemudahan memperoleh pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat. Pemekaran

wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan

1 HAW. Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005),

h. 17. 2Djoko Harmantyo, Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah dan Pola

Perkembangan Wilayah di Indonesia, artikel diakses dari http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-

geografi/dosen/makalah-seminar/496-2/ pada tanggal 27 Januari 2013. 3 Diakses dari http://otda.kemendagri.go.id/index.php/data-otda/data-

provkabkota?format=pdf pada 18 Desember 2014.

Page 14: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

3

pemerintah daerah dalam meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah

dan pengelolaan pembangunan.

Berkembangnya wilayah administratif yang berbatasan dengan kota-kota

besar menjadi cikal bakal terbentuknya daerah otonom baru dari pemekaran

daerah induknya. Salah satu daerah hasil pemekaran yang berbatasan langsung

dengan DKI Jakarta dan menjadi daerah termuda di Provinsi Banten adalah Kota

Tangerang Selatan yang merupakan hasil dari proses pemekaran wilayah

Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan resmi menjadi daerah otonom

baru pada 29 Oktober 2008 dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 51

Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang ditandatangani

oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 November 2008.4 Kota

Tangerang Selatan meliputi 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Ciputat, Ciputat

Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu.

Sebagai daerah otonom baru, Pemerintah Kota Tangerang Selatan

menyelenggarakan pemerintahan daerah yang mencakup bidang pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Untuk menjalankan berbagai kegiatan

pemerintahan tersebut, diperlukan penanganan yang baik dalam rangka

pembangunan daerah dan jika perlu daerah dapat melakukan kerjasama yang

saling menguntungkan. Tetapi bisa saja terjadi permasalahan-permasalahan

kepentingan antara daerah dengan pihak lain, yang mengakibatkan terjadinya

perselisihan. Perselisihan itu sendiri dapat muncul karena adanya kepentingan

4 Abdul Rojak, Sirojudin, M. Istijar Nusantara, Sejarah Berdirinya Kota Tangerang

Selatan (Tangsel: Green Komunika, 2010), h. 21.

Page 15: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

4

masing-masing daerah yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang terjadi antara pemerintah kabupaten/kota, yang berada dalam satu provinsi.5

Proses pelaksanaan pemerintahan daerah setelah pembentukan daerah

otonom baru memang tidak semudah yang dibayangkan. Harapan yang cukup

besar akan terlaksanannya pelayanan yang baik bagi masyarakat dan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat di daerah otonomi baru tidak serta merta

dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Pemekaran Kabupaten Tangerang

dengan membentuk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2008 sampai saat ini

masih saja menyimpan masalah, salah satunya adalah masalah pembagian aset

milik daerah dan proses penyerahannya dari Kabupaten Tangerang kepada Kota

Tangerang Selatan.

Permasalahan pembagian dan penyerahan aset daerah yang mendapat

sorotan sampai saat ini adalah belum diserahkannya 6 pasar tradisional yang

berada di Kota Tangerang selatan. Keenam pasar tradisional tersebut adalah Pasar

Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar Bintaro, Pasar Cimanggis dan Pasar

Gedung Hijau.6 Proses penyerahan aset daerah sebenarnya sudah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan. Dimana didalam pasal 13 yang membahas tentang Personel, Aset dan

Dokumen di jelaskan bahwa penyerahan aset dan dokumen dilakukan paling

lambat 5 (lima) tahun sejak pelantikan pejabat Walikota. Apabila penyerahan dan

5 M. Aries Djanuri, dkk, Sistem Pemerintahan Daerah (Jakarta: Universitas Terbuka,

2010), h. 8.17. 6“Pemkot Tunggu Surat Bupati Zaki Soal Aset Pasar,” Tangsel Pos, 13 Desember 2013,

h. 3.

Page 16: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

5

pemindahan aset serta dokumen tidak dilaksanakan oleh Bupati Tangerang,

Gubernur Banten selaku wakil Pemerintah wajib menyelesaikannya.

Merujuk pada Undang-Undang pembentukan Kota Tangerang Selatan,

nampaknya masih menyimpan masalah yang belum dapat terselesaikan untuk

mengurusi aset daerah Kabupaten Tangerang yang seharusnya diserahkan kepada

Kota Tangerang Selatan. Penyerahan aset daerah khususnya aset 6 pasar

tradisional yang berada di dalam teritorial Kota Tangerang Selatan yang akan

mendukung terselenggaranya pelayanan masyarakat dalam bidang perdagangan

diharapkan sudah terselesaikan sebelum peringatan hari jadi Kota Tangerang

selatan yang ke-5. Namun pada kenyataannya sampai saat ini setelah 5 tahun

berdirinya Kota Tangerang Selatan yang bertepatan pada tanggal 29 Oktober 2013

aset ini belum juga diserahkan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Aset 6 pasar tradisional ini masih menjadi perebutan yang belum jelas arah

penyelesaian yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Secara normatif

Kabupaten Tangerang diharuskan menyerahkan aset daerah tersebut sebagaimana

yang diamanatkan dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 51 Tentang Pembentukan

Kota Tangerang Selatan. Jika sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Tangerang

belum menyerahkan aset tersebut, bisa dikatakan Bupati Tangerang melanggar

UU yang akan menjadi sengketa dan itu harus dimediasi oleh pihak provinsi.

Pemkot Tangerang Selatan melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset

Daerah (DPPKAD) akan mengambil alternatif dengan meminta bantuan kepada

Gubernur Banten untuk memfasilitasi penyelesaian masalah aset ini.7

7Ibid., h. 3.

Page 17: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

6

Kondisi pasar-pasar tersebut saat ini menjadi sangat tidak layak dan sulit

untuk dilakukan penataan. Bahkan, pembersihan sampah pasar pun menjadi

terkendala karena sering kali tidak terangkut oleh petugas. Dengan masih

dikelolanya pasar tradisional oleh Kabupaten Tangerang, Pendapatan Asli daerah

(PAD) dari retribusi pasar tidak masuk ke Kota Tangerang Selatan melainkan

masuk ke Kabupaten Tangerang. Seharusnya pendapatan dari retribusi pasar bisa

dimanfaatkan kembali untuk melakukan penataan pasar. Faktor ekonomi seperti

ini yang diduga kuat menjadi salah satu hal yang meyebabkan terjadinya sengketa

aset daerah pasca pemekaran wilayah. Pihak Kabupaten Tangerang selaku daerah

induk hingga saat ini masih melakukan kajian terkait penyerahan aset tersebut

terutama dengan masalah kontrak dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah pihak

swasta.

Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena melihat realita di era

otonomi daerah seperti sekarang ini, yang seharusnya daerah mempunyai

kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri dalam memberikan

pelayanan dan mempercepat pembangunan masih harus terganjal dengan masalah-

masalah seperti sengketa aset daerah. Aset daerah seharusnya menjadi salah satu

pemasukan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pembangunan di daerah

otonom baru. Konflik atas aset daerah ini terjadi antara dua Kota/Kabupaten yang

berada dalam satu provinsi dimana kedua belah pihak sama-sama ingin

memperoleh dan mempertahankan kepentingan daerahnya, Pemerintah Kabupaten

Tangerang sebagai daerah induk seharusnya menjalin kerjasama yang baik dengan

Pemerintah Kota Tangerang Selatan guna meningkatkan kesejahteraan bersama

Page 18: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

7

dan mencegah ketimpangan antar daerah. Maka dari uraian pernyataan masalah

diatas, peneliti melakukan penelitian tentang permasalahan aset di daerah

pemekaran karena belum diserahkannya aset daerah berupa 6 pasar tradisional

(Pasar Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar Bintaro, Pasar Cimanggis

dan Pasar Gedung Hijau) selama 5 tahun berdirinya Kota Tangerang Selatan oleh

Pemerintah Kabupaten Tangerang.

B. Pertanyaan Penelitian

Skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa tentang permasalahan

aset daerah yang terjadi di Kota Tangerang Selatan. Peneliti membatasi penulisan

sengketa aset yang dimaksud khususnya pada permasalahan dalam serah terima 6

aset pasar tradisional yaitu Pasar Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar

Bintaro, Pasar Cimanggis dan Pasar Gedung Hijau yang sampai saat ini belum

diserahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Peneliti memfokuskan untuk

mengetahui jawaban dari pertanyaan sebagai berikut:

1. Mengapa serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan

mengalami kendala?

2. Apa dampak yang ditimbulkan dari terkendalanya serah terima aset

pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan?

3. Bagaimanakah proses penyelesaian serah terima aset pasar tradisional

antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang

selatan?

Page 19: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian:

a. Untuk mengetahui mengapa serah terima aset pasar tradisional di Kota

Tangerang Selatan mengalami kendala.

b. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari terkendalanya serah

terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan.

c. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian serah terima aset

pasar tradisional antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Kota

Tangerang selatan.

2. Manfaat penelitian:

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang terdiri dari manfaat

akademis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Akademis

1) Penelitian ini bermanfaat memberi informasi mengapa serah terima

aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan mengalami kendala.

2) Penelitian ini bermanfaat memberi informasi dampak yang

ditimbulkan dari terkendalanya serah terima aset pasar tradisional di

Kota Tangerang Selatan.

3) Penelitian ini bermanfaat memberi informasi bagaimana proses

penyelesaian serah terima aset pasar tradisional antara Pemerintah

Kabupaten Tangerang dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

4) Penelitian ini memberi manfaat bagi pengembangan Ilmu Politik

dalam hal otonomi daerah khususnya dalam bidang pemekaran

Page 20: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

9

wilayah, yang menggambarkan tentang realita setelah pemekaran

wilayah yang masih meninggalkan masalah seperti sengketa aset

daerah.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi literatur keilmuan

serta menjadikan penulisan ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu

Politik.

2) Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu yang

akan datang.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, sebelumnya telah terdapat penelitian yang mengkaji

tentang permasalahan aset daerah di era otonomi. Pertama, Jurnal ilmiah yang

berjudul “Sengketa Wilayah Perbatasan Gunung Kelud antara Pemerintah

Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri ditinjau dari Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan

Daerah” dengan nama peneliti Ade Laurens mahasiswa Universitas Surabaya.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan perbedaan dengan penelitian yang

penulis buat diantaranya mengenai aset daerah yang menjadi sengketa dan daerah

yang bersengketa yang diteliti oleh penulis sebelumnya adalah sengketa

perbatasan objek pariwisata Gunung Kelud yang merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Kediri. Dalam

pengelolaan aset ini antara Pemerintah Kabupaten Blitar dengan Pemerintah

Kabupaten Kediri tidak membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan

Page 21: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

10

kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah, melainkan kedua

daerah ini mempermasalahkannya sehingga menjadikan konflik antar wilayah.

Sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada permasalahan serah

terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan.

Kedua, penelitian yang berjudul “Sengketa Pasca Pemekaran Kota dan

Kabupaten Tasikmalaya” yang dilakukan oleh Fitriyani Yuliawati, S.IP dan

Subhan Agung, S.IP, MA dari laboratorium ilmu politik FISIP Universitas

Siliwangi Tasikmalaya. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa sengketa aset

daerah antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya terjadi karena

masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda dalam sengketa

tersebut. Kabupaten Tasikmalaya menginginkan agar penyerahan aset tersebut

dibarengi dengan ganti rugi untuk Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan pihak Kota

Tasikmalaya berpegang pada peraturan yang ada tentang pembentukan Kota

Tasikmalaya. Dari penelitian ini yang membedakan adalah peneliti lebih terfokus

pada permasalahan serah terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan.

Ketiga, Peneliti membahas buku yang terkait dengan Otonomi Daerah

yang di dalamnya juga terdapat konflik dalam Otonomi Daerah diantaranya

konflik sumber pendapatan dan pengelolaan aset daerah yaitu buku yang ditulis

oleh Pheni Chalid berjudul “Otonomi Daerah: Masalah, Pemberdayaan, dan

Konflik”. Dalam buku ini dijelaskan bahwa konflik pengelolaan sumber

pendapatan daerah terjadi karena kekurangpahaman daerah atas pembagian

kepemilikan aset daerah antara provinsi dan kabupaten/kota. Sebagai contoh

Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah tingkat II yang tidak memiliki sumber

Page 22: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

11

daya alam (SDA). Untuk itu pemerintah Kabupaten Sidoarjo berupaya

menginvetarisasi peluang-peluang yang dapat meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD). Salah satu peluang yang coba dibidik adalah kawasan Bandara

Juanda yang secara geografis berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo, namun

sebenarnya merupakan aset provinsi. Selain itu Pemerintah Daerah Sidoarjo juga

menuntut adanya pembagian dari pajak dan retribusi pajak kendaraan bermotor

(PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) yang ditarik oleh

provinsi.

Konflik pengelolaan aset yang menjadi sumber pendapatan asli daerah

tidak hanya terjadi antara daerah, tapi juga antara pusat dan daerah, karena

ketidakjelasan pembagian aset. Seperti yang terjadi antara pemerintah DKI Jakarta

dengan Pemerintah Pusat dalam hal pengelolaan Bandara Internasional Soekarno-

Hatta, jalan tol, dan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, kawasan Kemayoran dan

Senayan. Pengelolaan kelima aset tersebut berdasarkan UU 25/1999 seharusnya

berada dalam kewenangan pemerintah daerah DKI, namun demikian dalam

praktiknya pemerintah pusat masih enggan menyerahkan pengelolaan kelima aset

tersebut ke tangan pemerintah daerah DKI Jakarta. Adapun hal yang membedakan

dari buku ini terletak pada aset daerah dan daerah yang bermasalah, yaitu peneliti

memfokuskan pada permasalahan serah terima aset pasar tradisional di Kota

Tangerang Selatan.

Page 23: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

12

E. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif akan menghasilkan prosedur analisis dan tidak

menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Secara prosedur

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan

perilaku yang diamati, seperti dinyatakan oleh Lexy J. Moleong dalam buku

metode penelitian kualitatif.8 Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam

mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif, karena sesuai dengan

penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu melihat sedetail mungkin permasalahan

aset daerah di Kota Tangerang Selatan yang terfokus pada serah terima 6 aset

pasar tradisional (Pasar Ciputat, Pasar Jombang, Pasar Serpong, Pasar Bintaro,

Pasar Cimanggis dan Pasar Gedung Hijau).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah disebutkan maka pelaksanaan

dalam penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten

Tangerang, khususnya pada institusi Pemerintah Daerah yang berwenang

menangani aset daerah. Sedangkan waktu penelitian dilakukan secara bertahap

hingga penelitian selesai.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah pertemuan antara peneliti dan responden,

dimana pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung

8Lexy J.Moleong.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Rosdakarya,2006). H. 4.

Page 24: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

13

oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat

atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara juga dapat

dilakukan dengan telepon.9 Dalam penelitian ini, Peneliti melakukan wawancara

dengan informan sejumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari dinas dan perusahaan

yang mengelola aset daerah yaitu: 1). Sugeng Setiarso sebagai Kasi Mutasi Aset

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) Kota

Tangerang Selatan, 2). Sutono sebagai Kasubag Inventarisasi bidang aset Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang dan 3).

Nurachman sebagai Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.

Kedua dinas dan perusahaan daerah tersebut adalah pihak yang berwenang dalam

mengurusi aset daerah khususnya pasar tradisional yang diharapkan dapat

memberikan informasi sedetail mungkin kepada peneliti dalam menyelesaikan

penelitian tentang permasalahan aset daerah yang terjadi antara Kota Tangerang

Selatan dan Kabupaten Tangerang. Maka dalam pemilihan narasumber, peneliti

menggunakan purposive sampling. Informan ditentukan selaras dengan maksud

dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam

penelitian ini.10

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara, recorder dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar

peneliti dapat menyaring apa saja yang seharusnya ditanyakan agar fokus pada

permasalahan yang diteliti. Recorder digunakan untuk merekam subjek yang

difokuskan yaitu Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan Pemerintah Kabupaten

9 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.

67. 10

Lisa Harrison, Metode Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 26.

Page 25: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

14

Tangerang yang menangani aset daerah. Buku catatan dipergunakan untuk

mencatat hal-hal yang tidak direkam.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi dilakukan untuk memeroleh data

sekunder melalui literatur dengan tujuan untuk memeroleh bahan-bahan yang

memberikan penjelasan dari bahan primer maupun hasil penelitian, jurnal, karya

tulis, dokumen-dokumen resmi seperti: Undang-Undang pembentukan daerah,

surat-surat resmi dan sebagainya.

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data diperoleh dari telaah dokumen-dokumen yang peneliti

masukan serta hasil dari observasi dan wawancara yang akan dilakukan oleh

peneliti. Sebelum digunakan dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih

dahulu sesuai dengan jenis dan karakteristik yang menyertainya. Berdasarkan

sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung dari wawancara.11

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan dari dokumen-dokumen

yang ada.

5. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian dilakukan untuk mengelola data yang sudah

dikumpulkan, peneliti menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara

11

Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia,

2011), h. 146.

Page 26: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

15

sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.12

Analisis deskriptif

dalam kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskripsi, penjernihan dan

penempatan data pada konteksnya masing-masing, dan seringkali digambarkan di

dalam kata-kata dari pada di dalam angka-angka. Untuk itu data perlu disusun

kedalam pola tertentu, kategori tertentu, tema tertentu atau pokok permasalahan

tertentu. Karenanya setiap hasil dari pengumpulan data, baik itu dari hasil

wawancara, observasi ataupun dari sejumlah dokumen perlu di reduksi dan

dimasukan kedalam pola, kategori, fokus, atau tema tertentu yang sesuai. Hasil

reduksi tersebut perlu di tampilkan secara tertentu untuk masing-masing pola,

kategori, fokus, atau tema yang hendak dipahami dan dimengerti

permasalahannya. Pada akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-

kesimpulan tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya.13

Adapun untuk panduan penulisan, penelitian ini berdasarkan pada buku

Panduan Penyusunan Proposal & Penulisan Skripsi, yang di terbitkan oleh

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, maka dalam skripsi ini pembahasannya

akan terbagi menjadi lima bab dan masing-masing bab akan terbagi lagi menjadi

sub-sub bab yang terdiri sebagai berikut:

12

Ibid., h. 100. 13

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h.

256.

Page 27: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

16

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini menjelaskan teori dan konsep yang di

gunakan dalam penelitian ini yaitu teori konflik dan konsep

pemekaran wilayah.

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANGERANG

DAN KOTA TANGERANG SELATAN

Dalam bab ini membahas gambaran umum daerah

Kabupaten Tangerang sebagai daerah induk dan Kota

Tangerang Selatan sebagai daerah hasil pemekaran.

BAB IV PERMASALAHAN ASET DAERAH KOTA

TANGERANG SELATAN

Dalam bab ini menjelaskan permasalahan serah terima aset

pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan yang

membahas penyebab permasalahan, dampak yang

ditimbulkan dan proses penyelesaiannya.

Page 28: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

17

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan

dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan memberikan

saran yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk

memperoleh solusi atas permasalahan tersebut.

Page 29: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

18

BAB II

LANDASAN TEORI

Telah disebutkan sebelumnya bahwa fokus penelitian ini adalah

permasalahan serah terima aset daerah yaitu 6 pasar tradisional antara Kota

Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Berkaitan dengan tema tersebut,

permasalahan ini merupakan salah satu kasus dari sejumlah permasalahan atas

aset pasca pemekaran daerah yang terjadi di daerah lain. Hal ini ditunjukan

dengan beberapa bahasan ataupun studi berkaitan dengan tema tersebut yang

beberapa diantaranya digunakan dalan penelitian ini sebagai referensi.

Oleh karena itu, dalam bab ini diuraikan secara teoretis mengenai konflik

di era otonomi. Disamping itu juga perlu di kemukakan konsep pemekaran

wilayah sebagai batasan yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Konflik

Di dalam dunia politik, kegiatan untuk mempengaruhi proses perumusan

dan pelaksanaan kebijakan umum merupakan upaya untuk mendapatkan dan/atau

mempertahankan nilai-nilai. Dalam memperjuangkan upaya itu, sering terjadi

perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan bahkan pertentangan yang bersifat

fisik diantara pelbagai pihak. Dalam hal ini antara pihak yang berupaya

mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang berupaya keras mempertahankan apa

yang selama ini telah mereka dapatkan, antara pihak yang sama-sama berupaya

Page 30: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

19

keras untuk mendapatkan nilai-nilai yang sama dan pihak yang sama-sama

mempertahankan nilai-nilai yang selama ini mereka kuasai.14

1. Pengertian Konflik

Konflik secara sederhana dapat diartikan sebagai perselisihan atau

persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok

yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau

menyingkirkan atau mengalahkan atau menyisihkan.15

Di dalam dunia politik:

“tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan abadi, kecuali kepentingan

abadi.” Sehingga konflik kepentingan identik dengan konflik politik. Realitas

politik selalu diwarnai oleh dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling

berbenturan. Benturan kepentingan tersebut disebabkan oleh gejala satu pihak

ingin merebut kekuasaan dan kewenangan, di pihak lain terdapat kelompok yang

berusaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan yang sudah ada di

tangan mereka.16

Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan,

seperti kerusuhan, kudeta, terorisme dan revolusi. Konflik mengandung arti

benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar individu

dan individu, kelompok dan kelompok dengan pemerintah. Masing-masing pihak

yang berkonflik berupaya untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber

yang sama, yang kemudian akan menuju kearah kesepakatan dan kekerasan bukan

14

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 10. 15

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 348. 16

Ibid., h. 353.

Page 31: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

20

satu-satunya cara penyelesaian.17

Konflik politik digambarkan secara umum

sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara sejumlah

individu, kelompok ataupun organisasi dalam upaya mendapatkan dan/atau

mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan

pemerintah.18

Otonomi daerah seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan

pemerintahan daerah dapat terlaksana dengan baik apabila penyelenggaraan

urusan pemerintahan diiringi dengan sumber-sumber pendapatan yang cukup

kepada daerah. Salah satu sumber pendapatan daerah adalah yang berasal dari

aset-aset yang dimiliki oleh daerah tersebut. Maka aset daerah menjadi penting

dalam mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh daerah. Namun pada

kenyataannya pasca pemekaran sebuah daerah, aset daerah menjadi perebutan

antar daerah yang menimbulkan permasalahan. Sehingga penelitian ini

menggunakan perspektif teori konflik dalam bingkai otonomi daerah.

Pada dasarnya konflik tercipta dari kompetisi memperebutkan akses

terhadap otoritas (kekuasaan) dan sumber ekonomi atau kemakmuran dari aktor-

aktor yang berkepentingan.19

Pada era otonomi daerah, daerah mempunyai porsi

kewenangan yang sangat besar. Sehingga daerah akan merasa terancam

17

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 191. 18

Ibid.,h. 193. 19

Syamsul Hadi, dkk, DisintegrasiPasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan

Dinamika Internasional, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 272.

Page 32: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

21

kepentingan politik dan ekonominya bila gagal mempertahankan sumber-sumber

yang bisa meningkatkan pendapatan daerah. Hal tersebut dapat menjadi latar

belakang timbulnya konflik dan kesalahpahaman antar daerah.

Otonomi sering diterjemahkan oleh kabupaten/kota lebih dari sekedar

dapat mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga tidak mau dicampuri oleh

pihak lain walaupun dalam konteks koordinasi dan sinkronisasi antar daerah. Di

samping itu, kabupaten/kota sering menerjemahkan otonomi ini sebagai

kewenangan untuk menggali pendapatan daerah yang sebanyak-banyaknya

melalui pajak dan retribusi serta eksploitasi sumber daya alam dengan

mengabaikan kepentingan jangka panjang dan generasi mendatang.20

Pruitt dan Rubin dalam Teori Konflik Sosial21

menjelaskan bahwa konflik

terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi

kedua belah pihak dan lebih jauh masing-masing pihak memiliki alasan untuk

percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri

mereka sendiri atau mereka percaya bahwa mereka berhak memiliki obyek

tersebut. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya obyek bernilai

yang dianggap berhak dimiliki oleh masing masing pihak sehingga menimbulkan

konflik.

2. Penyelesaian Konflik

Konflik merupakan gejala yang tidak mungkin dapat dihilangkan, maka

konflik hanya dapat diatur mekanisme penyelesaiannya. Perbedaan, persaingan,

20

Nanang Kristiyono, “Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah antara Kota Magelang

dengan Kabupaten Magelang; Analisis terhadap Faktor-faktor Penyebab dan Dampaknya,” (Tesis

Magister Ilmu Politik, Universitas Dipinegoro Semarang, 2008), h. 11. 21

Dean G. Pruit & Jeffrey Z Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), h. 26.

Page 33: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

22

dan pertentangan dalam upaya mendapatkan dan/atau mempertahankan nilai-nilai

yang dianggap penting dapat diselesaikan melalui mekanisme yang disepakati

bersama. Dialog dan musyawarah untuk mencapai mufakat, dialog untuk

mengadakan pemungutan suara (voting), atau perpaduan keduanya merupakan

beberapa bentuk mekanisme untuk mencapai kesepakatan berupa keputusan

politik. bentuk lain dari kesepakatan itu berupa kerjasama dalam bentuk koalisi

dan aliansi untuk membuat dan melaksanakan keputusan. Sebagaimana

dinyatakan oleh Gaetano Mosca, pemerintahan akan dapat berjalan dengan baik

dan stabil serta berhasil apabila terjadi koalisi atau kerjasama antara satu atau

lebih kekuatan politik.22

Apabila pertentangan itu belum juga dapat mencapai

kesepakatan antara pihak yang berkonflik dan dianggap akan menggangu

kepentingan umum kalau tidak ditangani, maka permasalahan tersebut dapat

dibawa ke lembaga pengadilan (lembaga pemerintah), dimana pemerintah

bertindak sebagai mediator maupun sebagai arbitrator.23

Penyelesaian konflik (conflict resolution) lebih merujuk kepada sebab-

sebab konflik dari pada manifestasi konflik. Maka selama ada antagonisme

kepentingan didalamnya, konflik akan selalu terjadi dan konflik tidak akan pernah

dapat diselesaikan. Maka dalam hal ini dibutuhkan pengaturan konflik berupa

bentuk-bentuk pengendalian yang lebih diarahkan pada manifestasi konflik dari

pada sebab-sebab konflik, maka konflik dapat diatur sehingga tidak menimbulkan

perpecahan. Menurut Ralf Dahrendorf dalam Memahami Ilmu Politik Ramlan

22

Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 24. 23

Ibid., h. 192.

Page 34: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

23

Subakti, pengaturan konflik yang efektif bergantung pada tiga faktor.24

Pertama,

kedua pihak harus mengakui kenyataan dan keadaan konflik yang terjadi diantara

mereka (adanya pengakuan atas kepentingan yang diperjuangkan oleh pihak lain).

Kedua, kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan harus terorganisir secara

rapi, tidak tercerai-berai, dan terkotak-kotak sehingga masing-masing pihak

memahami dengan jelas lingkup tuntutan pihak lain. Ketiga, kedua pihak

menyepakati aturan main (rules of the game) yang menjadi landasan dan

pegangan dalam hubungan dan interaksi diantara mereka. Lalu Dahrendorf

menyebutkan tiga bentuk pengaturan konflik, yaitu:

a. Konsiliasi, yaitu mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik

di lembaga seperti parlemen atau kuasi-parlemen dimana semua pihak

berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan dalam mencapai

kesepakatan tidak ada pihak-pihak yang memonopoli pembicaraan

atau memaksakan kehendak. Kebanyakan konflik politik disalurkan

dan diatur dengan bentuk konsiliasi;

b. Mediasi, yaitu kedua belah pihak yang berkonflik sepakat mencari

nasihat dari pihak ketiga (seorang mediator berupa tokoh, ahli atau

lembaga tertentu yang dipandang memiliki pengetahuan dan keahlian

yang mendalam mengenai hal yang dipertentangkan);

c. Arbitrasi, yaitu kedua belah pihak sepakat untuk mendapatkan

keputusan akhir yang bersifat legal sebagai jalan keluar konflik pada

pihak ketiga sebagai arbitrator.

24

Ibid., h. 204-205.

Page 35: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

24

Ketiga bentuk pengaturan konflik ini dapat dilaksanakan salah satunya atau

bahkan ketiganya secara bertahap.

B. Pemekaran Wilayah

1. Konsep Pemekaran Wilayah

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, proses pemekaran wilayah terjadi

begitu pesat dan cenderung tidak terkendali. Secara umum pemekaran wilayah

adalah pembentukan wilayah administrasi baru di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota dari daerah induknya. Pemekaran wilayah dipandang sebagai

sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan pelayanan

bagi masyarakat.

Pada dasarnya pembentukan satu daerah dalam struktur Negara Indonesia

sebagai subsistem dimaksudkan demi meningkatkan pelayanan publik guna

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana

pendidikan politik di tingkat lokal.25

Pemekaran wilayah dipahami sebagai wujud

kedewasaan dan harapan untuk mengurus dan mengembangkan potensi daerah

dan masyarakatnya yang diharapkan mampu menjadi media untuk membuka

simpul-simpul keterbelakangan akibat jangkauan pelayanan pemerintah yang

terlalu luas, sehingga perlu dibuka kesempatan bagi daerah tersebut untuk

mendirikan pemerintahan sendiri berdasarkan potensi yang dimiliki.26

25

B.N. Marbun, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 2010), h. 109. 26

Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi & Politik Desentralisasi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 179.

Page 36: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

25

Djohermansyah Djohan dalam “Blue Print Otonomi Daerah Indonesia”

menjelaskan konsep pemekaran daerah dari tiga dimensi, yaitu: dimensi politik,

dimensi administrasi/teknis, dan dimensi kesenjangan wilayah.27

a. Dimensi Politik

Kebutuhan akan desentralisasi atau pembentukan daerah otonom sejak

awal sebenarnya bukan didasarkan pada pertimbangan teknis, tetapi merupakan

hasil dari tarik menarik atau konflik politik antara daerah dan pusat. Dimensi

politik dari pembentukan daerah yaitu pemerintahan yang dilokalisir sebagai

bagian dari suatu landasan untuk kesamaan dan kebebasan politik. Dimensi politik

desentralisasi mencakup beberapa faktor, antara lain: 1). Faktor geografis, 2).

Faktor sosial-budaya, 3). Faktor demografi, dan 4). Faktor sejarah.

Faktor geografi pembentukan daerah otonom adalah faktor yang terkait

dengan pembentukan daerah otonom sebagai akibat munculnya ikatan-ikatan yang

bermotif politik antara masyarakat yang tinggal di suatu daerah. Ikatan tersebut

dapat dilatarbelakangi oleh kesatuan geografis maupun sejarah, sehinngga

masyarakat merasa dihubungkan oleh suatu ikatan secara politis. Kuat lemahnya

ikatan tersebut sangat tergantung kepada seberapa besar daya tarik politik

terhadap hadirnya kesatuan masyarakat tersebut sebagai suatu kesatuan politis.

Faktor sosial budaya mengansumsikan jika suatu masyarakat terikat

dengan suatu sistem budaya tersendiri yang memberi perbedaan identitas budaya

dengan masyarakat lain, maka secara politis ikatan kesatuan masyarakat tersebut

27

M. Zaki Mubarak, dkk, Blue Print Otonomi Daerah Indonesia, (Jakarta: Yayasan

Harkat Bangsa, 2007), h. 120-130.

Page 37: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

26

akan lebih kuat. Faktor ini secara langsung terkait dengan persoalan etnisitas dan

mungkin saja keagamaan.

Faktor demografi mengansumsikan bahwa homogenitas penduduk akan

mendorong lahirnya kesatuan penduduk secara politis. Suatu masyarakat dengan

penduduknya yang homogen, akan memiliki tingkat kesatuan politis yang lebih

tinggi dibanding masyarakat yang heterogen, jika faktor homogenitas ini

dikolaborasikan dengan kesatuan secara geografis, maka secara politis kekuatan

pembentukan kesatuan masyarakat tersebut akan lebih kuat dan secara langsung

akan semakin mendorong tuntutan terbentuknya daerah otonom.

Faktor sejarah memberikan asumsi bahwa struktur sejarah kepemerintahan

masa lalu dari suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap keinginan masyarakat

tersebut menjadi suatu daerah otonom. Meskipun sejarah kadang-kadang

berlangsung secara terputus-putus dalam kurun waktu yang cukup panjang, tetapi

tetap menjadi salah satu faktor yang sering mengikuti kemunculan suatu daerah

otonomi. Apalagi jika simbol-simbol sejarah tersebut masih kental dalam suatu

masyarakat, walaupun hanya dalan bentuk tatanan dan upacara-upacara budaya.

Faktor-faktor di atas pada dasarnya tidak berdiri sendiri. Keempat faktor

politis itu saling terkait dan saling berhubungan dalam proses pembentukan suatu

daerah otonom. Biasanya salah satu faktor diantara keempat faktor tersebut ada

yang lebih dominan dibanding faktor lainnya, tetapi kadang semua faktor di atas

berpengaruh merata dan komperehensif dalam pembentukan suatu daerah otonom.

Page 38: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

27

b. Dimensi Administrasi/Teknis

Kebutuhan desentralisasi dari perspektif administrasi adalah untuk

membangun hubungan dengan wilayah pelayanan dengan membentuk organisasi

pelaksana di wilayah kerja atau daerah untuk sejumlah tugas-tugas. Wilayah-

wilayah yang diberi status otonom atau yang didesentralisasikan diyakini akan

meningkatkan pelaksanaan administrasi dan pelayanan kepada masyarakat, karena

desentralisasi dapat memberi peluang pada penyesuaian administrasi dan

pelayanan terhadap karakteristik wilayah-wilayah yang beraneka ragam sebagai

konsekuensi dari perbedaan-perbedaan yang membentuk geografis. Geografi

dalam pengertian fisik menjadi dasar penentuan batas-batas administrasi, dimana

suatu wilayah geografis dengan wilayah yang relaif kecil diharapkan tepat untuk:

1) Pelayanan lebih optimal, karena wilayah pelayanan relatif sempit.

2) Pemerintahan lebih responsif karena lebih dekat dengan komunitas

yang dilayani.

3) Partisipasi masyarakat lebih meluas karena akses masyarakat yang

relatif terbuka.

4) Konsultasi masyarakat menjadi lebih mudah karena kedekatan instansi

pemerintahan dengan masyarakat.

5) Pengawasan menjadi lebih efektif karena wilayah pengawasan yang

relatif sempit.

Dari sudut pandang administrasi, pemberian desentralisasi selain

menyangkut soal teknis pelaksanaan juga pembentukan kelembagaan yang

obyektif. Dimensi teknis pembentukan daerah otonom juga terkait dengan aspek-

Page 39: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

28

aspek ekonomi. pembahasan aspek-aspek ekonomi sebagai dasar pembentukan

daerah otonom baru muncul setelah banyaknya berkembang kota-kota yang

tumbuh sebagai akibat dari perkembangan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi, khususnya industrialisasi telah melahirkan konsep baru tentang

kemunculan daerah otonom. Menurut teori ini, daerah otonom tidak mungkin

terbentuk jika daerah tidak dapat memenuhi pelayanan minimal yang dibutuhkan

oleh masyarakat.

c. Dimensi Kesenjangan Wilayah

Banyak kasus dalam penyelenggaraan pemerintahan nasional dalam

hubungannya dengan pemerintahan daerah sering terjadi ketidakseimbangan

perkembangan antar daerah. Ada daerah yang menjadi sangat maju, tetapi

sebaliknya ada daerah yang relatif tidak berkembang dan bahkan mengalami

kemunduran setelah berjalannya pemerintahan.

Hubungan antar daerah yang maju dengan yang kurang maju tersebut

tidaklah menimbulkan permasalahan, sepanjang hubungan tersebut bersifat

komplementer. Tetapi berbeda jika hubungannya berkembang jauh menjadi

kooptasi daerah maju terhadap daerah kurang maju, sehingga menimbulkan

perlawanan dari daerah kurang maju. Konsep inilah yang melandasi pemikiran

hubungan antara daerah dalam melihat persoalan pembentukan daerah otonom.

Menurut teori ini daerah otonom terbentuk karena munculnya kesenjangan antara

wilayah dalam suatu daerah.

Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom baru hasil pemekaran

telah memenuhi persyaratan yang telah disebutkan Peraturan Pemerintah No 78

Page 40: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

29

Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan

Daerah. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa pembentukan daerah harus memenuhi

syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administratif meliputi

persetujuan DPRD kabupaten/kota induk, persetujuan Bupati/Walikota yang

bersangkutan, persetujuan DPRD Provinsi dan Gubernur, serta rekomendasi dari

Menteri Dalam Negeri. Sementara syarat teknis meliputi faktor kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,

pertanahan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat,

dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintah daerah. Sedangkan persyaratan

fisik meliputi paling sedikit 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi

calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintah. Dengan demikian, Kota

Tangerang Selatan telah resmi menjadi daerah otonom baru dengan disahkannya

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan.

Pemekaran wilayah di satu sisi perlu di syukuri karena memberikan tempat

bagi aspirasi, keberagaman dan otonomi lokal. Namun di sisi lain fenomena

pemekaran wilayah dirasa cukup mengkawatirkan melihat pemekaran daerah

terwujud hanya demi kepentingan politik segelintir orang, sehingga menyebabkan

persoalan seperti tidak tersedianya infrastruktur, pembiayaan dan personil, dan

ketergantungan kepada daerah induk dan pemerintah pusat. Bahkan dibeberapa

daerah muncul konflik horizontal antar masyarakat daerah dan konflik vertikal

antara daerah pemekaran dan daerah induk.28

28

Ibid., h. 118.

Page 41: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

30

Contoh permasalahan yang timbul di daerah-daerah pemekaran

misalnya:29

1). Konflik dengan kekerasan; 2). Menurunnya jumlah penduduk dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara drastis; 3). Menyempitnya luas wilayah

dan beban daerah induk; 4). Perebutan wilayah dan masalah ibukota pemekaran,

dan; 5). Perebutan aset daerah.

2. Hak dan Kewajiban Daerah

Setelah dilakukan pemekaran wilayah dengan disahkannya sebuah daerah

menjadi daerah otonom baru, daerah mempunya hak dan kewajiban dalam

menjalankan pemerintahan. Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah,

daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dimana dalam

penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai hak yang diatur dalam pasal 21

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai berikut:30

a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

b. Memilih pimpinan daerah;

c. Mengelola aparatur daerah;

d. Mengelola kekayaan daerah;

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. Mendapatkan hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya yang berada di daerah;

g. Mendapatkan sumber-sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

29

Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah; Politik Lokal & Beberapa Isu Terseleksi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 16-17. 30

B.N. Marbun, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 2010), h. 115.

Page 42: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

31

h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan dalam pasal 22 dijelaskan dalam menyelenggarakan otonomi,

daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;

c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

h. mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. melestarikan lingkungan hidup;

l. mengelola administrasi kependudukan;

m. melestarikan nilai sosial budaya;

n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya; dan

o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Daerah otonomi baru juga mendapatkan pembinaan awal dari pemerintah

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata Cara

Page 43: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

32

Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan Daerah. Dijelaskan dalam pasal

24 Pemerintah melakukan pembinaan melalui fasilitasi terhadap daerah otonom

baru sejak peresmian daerah dan pelantikan pejabat kepala daerah. Pemberian

fasilitasi tersebut berupa:31

a. Penyusunan perangkat daerah;

b. Pengisian personil;

c. Pengisian anggota DPRD;

d. Penyusunan APBD;

e. Pemberian hibah dari daerah induk dan pemberian bantuan dari

provinsi;

f. Pemindahan personil, pengalihan aset, pembiayaan dan dokumen;

g. Penyusunan rencana umum tata ruang daerah; dan

h. Dukungan bantuan teknis infrastruktur penguatan investasi daerah.

Dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah daerah mempunyai

kewenangan dalam menjalankan urusan yang menjadi urusan wajib dan urusan

pilihan yang diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan Perarturan

Pemerintah No. 38 Tahun 2007.

Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan

oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota yang

berkaitan dengan pelayanan dasar. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 terdapat urusan

wajib, yaitu urusan wajib provinsi dan urusan wajib kabupaten/kota. Sedangkan

31

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 pasal 24 tentang Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Page 44: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

33

dalam PP No.38 Tahun 2007, urusan wajib pemerintah daerah tidak dibagi dua

seperti yang terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004.

Urusan wajib kabupaten/kota yang terdapat dalam Pasal 14 ayat (1) UU

No. 32 Tahun 2004 meliputi:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang kesehatan;

f. Penyelenggaraan pendidikan;

g. Penanggulangan masalah sosial;

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. Fasilitasi pengambangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan pertanahan;

l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Page 45: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

34

Dalam PP No. 38 tahun 2007 pasal 7 ayat (2) urusan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan

kabupaten/kota meliputi:

a. Pendidikan;

b. Kesehatan;

c. Lingkungan hidup;

d. Pekerjaan umum;

e. Penataan ruang;

f. Perencanaan pembangunan;

g. Perumahan;

h. Kepemudaan dan olahraga;

i. Penanaman modal;

j. Koperasi, dan usaha kesil dan menengah;

k. Kependudukan dan catatan sipil;

l. Ketenagakerjaan;

m. Ketahanan pangan;

n. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

o. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

p. Perhubungan;

q. Komunikasi dan informatika;

r. Pertanahan;

s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

Page 46: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

35

t. Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,

perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;

u. Pemberdayaan masyarakat dan desa;

v. Sosial;

w. Kebudayaan;

x. Statistik;

y. Kearsipan; dan

z. Perpustakaan.

Urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Hal ini terdapat dalam

pasal 13 ayat (2) dan pasal 14 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004.

Sementara itu, dalam pasal 7 ayat (3) PP No. 38 Tahun 2007, urusan

pilihan pemerintahan daerah meliputi:

a. Kelautan dan perikanan;

b. Pertanian;

c. Kehutanan;

d. Energy dan sumber daya mineral;

e. Pariwisata;

f. Industri;

g. Perdagangan; dan

h. Ketransmigrasian.

Page 47: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

36

Aset daerah menjadi salah satu hak daerah pemekaran demi kelancaran

kegiatan pemerintahan daerah. Kota Tangerang Selatan mempunyai hak atas aset

daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan. Proses penyerahan aset daerah

diatur dalam pasal 13, sebagai berikut:

1) Bupati Tangerang bersama Penjabat Walikota Tangerang Selatan

menginventarisasi, mengatur, serta melaksanakan pemindahan personel,

penyerahan aset dan dokumen kepada Pemerintah Kota Tangerang

Selatan.

2) Pemindahan personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling lambat 6 (enam) bulan sejak pelantikan penjabat walikota.

3) Penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun sejak pelantikan penjabat walikota.

4) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi

pegawai negeri sipil yang karena tugas dan kemampuannya diperlukan

oleh Kota Tangerang Selatan.

5) Pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen kepada

Pemerintah Kota Tangerang Selatan difasilitasi dan dikoordinasikan oleh

Gubernur Banten.

6) Gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) selama belum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kota Tangerang Selatan dibebankan pada anggaran pendapatan dan

Page 48: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

37

belanja dari asal satuan kerja personel yang bersangkutan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

7) Aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)

meliputi:

a. barang milik dan/atau yang dikuasai baik barang bergerak maupun

tidak bergerak dan/atau yang dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota

Tangerang Selatan yang berada dalam wilayah Kota Tangerang

Selatan;

b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Tangerang yang

kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota Tangerang Selatan;

c. utang piutang Kabupaten Tangerang yang kegunaannya untuk Kota

Tangerang Selatan; dan

d. dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota

Tangerang Selatan.

8) Apabila penyerahan dan pemindahan aset serta dokumen sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) tidak dilaksanakan oleh Bupati Tangerang,

Gubernur Banten selaku wakil Pemerintah wajib menyelesaikannya.

9) Pelaksanaan pemindahan personel serta penyerahan aset dan dokumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Gubernur Banten

kepada Menteri Dalam Negeri.

Daerah dalam menjalankan otonomi diberi hak, kewenangan, dan

kewajiban untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat, termasuk salah satunya untuk mengelola barang milik

Page 49: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

38

daerah. Pengelolaan barang milik daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah

dinyatakan dalam Pasal 2 bahwa Pengelolaan Barang Daerah, sebagai bagian dari

Pengelolaan Keuangan Daerah, dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan

barang Pemerintah.

Kabupaten Tangerang mengelola barang milik daerah salah satunya

dengan mendirikan Perusahaan Daerah. Terkait dengan pasar tradisional,

didirikan PD.Pasar Niaga Kerta Raharja dengan melalui Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang No. 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Niaga

Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Pembentukan ini dijelaskan dalam pasal 2,

sebagai berikut:

1) Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perusahaan Daerah yang bernama

Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang;

2) Dalam statusnya sebagai badan hukum, Perusahaan Daerah berhak

menyelenggarakan kegiatan usaha perpasaran menurut ketentuan yang

berlaku;

Tempat kedudukan dan wilayah kerja PD.Pasar Niaga Kerta Raharja di

jelaskan dalam pasal 3 dan pasal 4, tempat kedudukan dalam pasal 3 disebutkan

Perusahaan Daerah berkedudukan di Daerah. Wilayah kerja disebutkan dalam

pasal 4, sebagai berikut:

1) Untuk menyelenggarakan kegiatan dan usaha sebagaimana dimaksud

pada pasal 2 ayat (2), perusahaan Daerah memiliki wilayah kerja yang

meliputi seluruh Daerah.

Page 50: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

39

2) Perusahaan Daerah dapat menyelenggarakan kegiatan dan usaha diluar

wilayah kerja yang ditetapkan pada ayat (1), sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

3) Perusahaan Daerah melakukan kegiatan secara otonom dan mandiri

termasuk dengan pihak-pihak yang berkeinginan untuk kerjasama sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas dan tujuan dijelaskan dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7 dan pasal 8.

Dalam pasal 5 disebutkan bahwa Perusahaan Daerah dalam melaksanakan

usahanya berasaskan demokrasi ekonomi yang mengedepankan profesionalisme,

transparansi dan akuntabilitas. Tujuan dari PD.Pasar dijelaskan dalam pasal 6,

yaitu:

1) Melakukan perencanaan, pengembangan dan atau pembangunan pasar;

2) Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar;

3) Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang/pelaku usaha dan

masyarakat pengguna pasar;

4) Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan

kelancaran arus distribusi barang dipasar;

5) Meningkatkan nilai ekonomi dari Pasar Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Pasal 7 menjelaskan dalam rangka pelaksanaan asas dan tujuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan pasal 6, Perusahaan Daerah dapat

mengadakan hubungan kerjasama dengan institusi pemerintahan dan atau institusi

non-pemerintahan, baik di dalam maupun diluar Daerah. Selanjutnya, Pasal 8

menjelaskan Perusahaan Daerah dapat mengadakan penganekaragaman usaha

Page 51: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

40

dalam rangka penyelenggaraan asas dan tujuan sebagaimana dimaksud pada pasal

5 dan pasal 6.

Permodalan PD.Pasar diatur dalam pasal 9, dimana disebutkan bahwa:

1) Modal dasar Perusahaan Daerah meliputi tanah, bangunan fasilitas

penunjang pasar, alat perlengkapan kantor, barang berharga lainnya dan

bagi hasil dari kerjasama pembangunan pasar dengan pihak ketiga berikut

fasilitas penunjang lainnya yang saat ini dikelola dan/atau dipergunakan

oleh Unit Pelaksana Teknis Pasar Kabupaten Tangerang senilai Rp.

29.057.205.900,- (dua puluh Sembilan milyar lima puluh tujuh juta dua

ratus lima ribu Sembilan ratus rupiah);

2) Modal dasar Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

merupakan aset yang dipisahkan dari kekayaan Daerah;

3) Modal Dasar yang berupa tagihan terhadap pihak ketiga hasil kerjasama

sebesar Rp. 1.428.986.400,- (satu milyar empat ratus dua puluh delapan

juta Sembilan ratus delapan puluh enam ribu empat ratus rupiah);

4) Modal dasar Perusahaan Daerah tersebut dapat ditambah atau dikurangi

dengan melalui peraturan daerah.

3. Aset Daerah

Aset daerah atau barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang harus

dikelola dengan baik, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Menurut

Mahmudi dalam buku “Manajemen Keuangan Daerah”32

, Aset daerah adalah

32

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 146.

Page 52: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

41

semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai pemerintah daerah,

yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya

yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, waqaf, hibah, swadaya, kewajiban

pihak ketiga, dan sebagainya. Secara umum aset daerah dapat dikategorikan

menjadi dua bentuk, yaitu aset keuangan dan aset non keuangan. Aset keuangan

meliputi kas dan setara kas, piutang serta surat berharga baik berupa investasi

jangka pendek maupun jangka panjang. Aset non keuangan meliputi aset tetap,

aset lainnya dan persediaan.

Sementara itu jika dilihat dari penggunaannya, aset daerah dapat

dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) aset daerah yang digunakan untuk

operasional pemerintah daerah (local government used assets), 2) aset daerah

yang digunakan masyarakat dalam rangka pelayanan publik (social used assets),

3) aset daerah yang tidak digunakan untuk pemerintah maupun public (surplus

property). Aset daerah jenis ketiga tersebut pada dasarnya merupakan aset yang

menganggur dan perlu dioptimalkan pemanfaatannya.33

Dari penjelasan diatas, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aset

daerah Kota Tangerang Selatan yang berasal dari barang milik daerah Kabupaten

Tangerang baik itu yang bergerak maupun tidak bergerak. Aset tersebut dapat

berupa tanah, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, peralatan dan

mesin, BUMD dan aset tetap lainnya. Aset pasar tradisional yang merupakan

permasalahan dalam penelitian ini adalah salah satu badan usaha milik daerah

33

Ibid., h. 146.

Page 53: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

42

(BUMD) milik Kabupaten Tangerang yang berada di Kota Tangerang Selatan

yang sampai saat ini belum diserahkan kepada Kota Tangerang Selatan.

Aset Kabupaten Tangerang yang berupa barang tidak bergerak dan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di

Kota Tangerang Selatan wajib diserahkan seluruhnya kepada Kota Tangerang

Selatan. Sedangkan aset yang bergerak disesuaikan dengan kebutuhan Kota

Tangerang Selatan. Penyerahan aset ini dilakukan secara bertahap dan paling

lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan pejabat walikota.34

34

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan

Page 54: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

43

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANGERANG DAN KOTA

TANGERANG SELATAN

A. Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang adalah salah satu bagian dari provinsi Banten yang

mempunyai pemerintahan sama dengan kabupaten lainnya. Dalam

menyelenggarakan pemerintahan, Kabupaten Tangerang memiliki unit

pemerintahan antara lain kecamatan yang terdiri atas beberapa kelurahan dan

desa. Kabupaten ini memiliki unit pemerintahan sebanyak 29 kecamatan, 28

kelurahan, dan 246 desa. Kabupaten Tangerang saat ini berada dibawah pimpinan

Bupati Ahmed Zaki Iskandar, B.Bus, SE dan Wakil Bupati Drs. H. Hermasyah,

MM untuk periode 2013-2018.

1. Sejarah

Sejarah menceritakan pada saat kesultanan Banten terdesak oleh Agresi

Militer Belanda di pertengahan abad ke-16, ditugaskan tiga maulana yang

berpangkat Tumenggung yaitu: Tumenggung Aria Yudhanegara, Aria

Wangsakara, dan Aria Jaya Santika untuk membuat wilayah pertahanan dan

pemerintahan yang berbatasan dengan Batavia di wilayah yang saat ini dikenal

sebagai kawasan Tigaraksa. Dari legenda tersebut disimpulkan cikal bakal

Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa yang mempunyai arti “Tiang Tiga atau

Page 55: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

44

Tilu Tanglu”, sebuah nama sebagai penghormatan untuk ketiga Tumenggung

yang menjadi pimpinan saat itu.35

Sebuah tugu prasasti dibangun di bagian barat sungai Cisadane yang saat

ini diyakini berada di Kampung Gerendeng. Tugu itu dibangun oleh seorang putra

Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Pangeran Soegri yang dinamakan sebagai

Tangerang, dimana dalam bahasa sunda berarti tanda. Dalam tugu itu terdapat

sebuah prasasti yang bertuliskan huruf arab gundul berbahasa jawa kuno yang

berbunyi ”Bismillah pget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping

Gangsal Sapar Tahun Wau/Rengsena perang netek Nangaran/Bungas wetan

Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”. Yang berarti

”Dengan nama Allah Yang Maha Kuasa/Dari Kami mengambil kesempatan pada

hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan

tugu/untuk mempertahankan batas Timur Cipamungas (Cisadane) dan Barat

Cidurian/Semua menjaga tanah kaum Parahyang. Sebutan ”Tangerang” yang

berarti ”tanda” itu seiring berjalannya waktu berubah sebutan menjadi Tangerang

sebagaimana yang kita kenal saat ini.36

Dikisahkan selanjutnya pemerintah “Tiga Maulana”, ”Tiga Pimpinan” atau

”Tilu Tanglu” jatuh pada tahun 1684, sehingga terjadi perjanjian antara pasukan

Belanda dan Kesultanan Banten pada 17 April 1684. Didalamnya memaksa

wilayah Tangerang masuk kekuasaan penjajahan Belanda. Kemudian Belanda

membentuk pemerintahan kabupaten terlepas dari Kesultanan Banten dibawah

pimpinan bupati. Para Bupati yang pernah memimpin Kabupaten Tangerang di

35

Website Resmi Kabupaten Tangerang, diakses pada tanggal 19 Mei 2014 dari

tangerangkab.go.id 36

Ibid.,

Page 56: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

45

era pemerintahan Belanda pada periode tahun 1682-1809 adalah Kyai Aria

Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dirasa tidak mampu lagi

memerintah Kabupaten Tangerang, Belanda mengahapus pemerintahan ini dan

memindahkannya ke Batavia.37

Kemudian pada masa penjajahan Jepang status daerah Tangerang

ditingkatkan menjadi Daerah Kabupaten, maka daerah Kabupaten Jakarta menjadi

Daerah Khusus Ibu Kota. Pada tanggal 8 Desember 1942 bertepatan dengan

peringatan Hari Pembangunan Asia Raya, pemerintah Jepang mengganti nama

Batavia menjadi Jakarta. Pada akhir 1943, jumlah kabupaten di Jawa Barat

mengalami perubahan, dari 18 menjadi 19 kabupaten. Hal ini disebabkan,

pemerintah Jepang telah mengubah status Tangerang dari kewedanaan menjadi

kabupaten. Perubahan status ini didasarkan pada dua hal; pertama, kota Jakarta

ditetapkan sebagai Tokubetsusi (kota praja), dan kedua, pemerintah Kabupaten

Jakarta dinilai tidak efektif membawahi Tangerang yang wilayahnya begitu luas.38

Atas dasar hal tersebut, Gunseikanbu mengeluarkan keputusan tanggal 9

November 1943 yang isinya: ”Menoeroet kepoetoesan Gunseikan tanggal 9

boelan 11 hoen syoowa 18 (2603) Osamu Sienaishi 1834 tentang pemindahan

Djakarta Ken Yakusyo ke Tangerang, maka dipermakloemkan seperti di bawah

ini: Pasal 1: Tangerang Ken Yakusyo bertempat di Kota Tangerang, Tangerang

Son, Tangerang Gun, Tangerang Ken. Pasal 2: Nama Djakarta Ken diganti

menjadi Tangerang Ken. Atoeran tambahan Oendang-Oendang ini dimulai

diberlakukan tanggal 27 boelan 12 tahoen Syouwa 18 (2603). Djakarta, tanggal 27

37

Ibid., 38

Ibid.,

Page 57: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

46

boelan 12 tahoen Syouwa 18 (2603). Djakarta Syuutyookan. Sejalan dengan

keluarnya surat keputusan itu, Atik Soeardi yang menjabat sebagai pembantu

Wakil Kepala Gunseibu Jawa Barat, Raden Pandu Suradiningrat, diangkat

menjadi Bupati Tangerang (1943-1944).39

Hari jadi Kabupaten Tangerang ditetapkan tanggal 27 Desember 1943

(Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1984 tanggal 25 Oktober 1984) pada masa

Bupati Kabupaten Tangerang dijabat H. Tadjus Sobirin (1983-1988 dan 1988-

1993) bersama DPRD Kabupaten Tangerang. Setelah pemerintah Kota Tangerang

tanggal 27 Februari 1993 melakukan pemekaran berdasarkan Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1993, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pindah ke

Tigaraksa. Pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah

kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan

kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan,

kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan

sejahtera.40

2. Letak Geografis

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada

koordinat 106°20′-106°43′ Bujur Timur dan 6°00′-6°20′ Lintang Selatan.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 959,6 km2 atau 9,93 % dari seluruh luas

wilayah Propinsi Banten yang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara,

berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang di sebelah timur,

39

Ibid., 40

Ibid.,

Page 58: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

47

Kabupaten Bogor dan Kota Depok di sebelah selatan, dan Kabupaten Serang dan

Lebak di sebelah barat.41

Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran rendah dan dataran

tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah utara yaitu Kecamatan

Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan.

Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah bagian tengah ke arah selatan.

B. Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan adalah kota termuda yang menjadi salah satu

bagian dari Provinsi Banten yang merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten

Tangerang. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kota Tangerang

Selatan memiliki unit pemerintahan antara lain kecamatan yang terdiri atas

beberapa kelurahan dan desa. Kota ini memiliki unit pemerintahan sebanyak 7

kecamatan, 49 kelurahan, dan 5 desa. Kota Tangerang Selatan saat ini berada

dibawah pimpinan Walikota Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH dan Wakil

Walikota Drs. H. Benyamin Davnie untuk periode 2011-2016.

1. Sejarah

Dalam sejarahnya, kajian pemekaran Kota Tangerang Selatan yang

dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang didorong oleh potensi sumber daya

manusia yang secara terus-menerus melakukan penelitian akademis, kajian

kelayakan yang komperhensif dan perjuangan yang melibatkan stakeholder dari

masyarakat, DPRD Provinsi Banten, dan Pemerintah Provinsi Banten.42

41

Ibid., 42

Abdul Rojak, Sirojudin, M. Istijar Nusantara, Sejarah Berdirinya Kota Tangerang

Selatan (Tangsel: Green Komunika, 2010), h. 10.

Page 59: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

48

Kota Tangerang Selatan adalah hasil dari pemekaran Kabupaten

Tangerang, yang dimana pada tahun 2007 memiliki luas wilayah 1.159,05 km2

dengan jumlah penduduk 3.315.584 jiwa, terdiri dar 36 kecamatan. Kabupaten

tersebut mempunyai potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung

peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan begitu luasnya

daerah dan banyaknya jumlah penduduk, pelaksanaan pembangungan dan

pelayanan kepada masyarakat dirasakan belum menjangkau keseluruhannya.

Maka dari kondisi itu diperlukannya melakukan pembentukan daerah otonomi

baru guna memperpendek rentang kendali pemerintahan sehingga terjadi

peningkatan dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik demi

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.43

Berdasarkan hal diatas, pemerintah telah melakukan pengkajian secara

mendalam dan menyeluruh tentang kelayakan pembentukan daerah yang

mengambil kesimpulan bahwa perlu dibentuk Kota Tangerang Selatan. Secara

resmi Kota Tangerang selatan terbentuk pada 29 Oktober 2008 melalui Rapat

Paripurna DPR RI dengan disahkannya Undang-Undang No. 51 Tahun 2008

tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan dan ditandatangani oleh Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 26 November 2008. Dalam

menjalankan pemerintahan otonom, Kota Tangerang Selatan melakukan berbagai

usaha dalam meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi, sarana dan prasarana

pemerintahan, pemberdayaan dan peningkatan sumberdaya manusia, serta

43

Website Resmi Kota Tangerang Selatan, diakses pada tanggal 19 Mei 2014 dari

tangerangselatankota.go.id

Page 60: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

49

pengeloalaan sumber daya alam sesuai perundang-undangan guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

2. Letak Geografis

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yang

berada pada titik koordinat 106'38' - 106'47' Bujur Timur dan 06'13'30' - 06'22'30'

Lintang Selatan. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2 atau

14.719 Ha. Kota ini berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota

Tangerang di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI

Jakarta dan Kota Depok, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

dan Kota Depok, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Tangerang. Wilayah Kota Tangerang Selatan sebagian besar merupakan dataran

rendah dan merupakan daerah yang relatif datar.44

44

Ibid.,

Page 61: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

50

BAB IV

KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN

A. Konflik Serah Terima Aset Daerah Kota Tangerang Selatan

1. Aset Daerah Kota Tangerang Selatan

Pemekaran daerah merupakan fenomena yang mengiringi

penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia yang berkembang pesat sejak

awal reformasi. Dalam implementasinya pemekaran daerah diharapkan dapat

memberikan pelayanan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta

menciptakan daerah yang semakin mandiri dan demokratis. Pada tanggal 26

November 2008 melalui Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan resmi menjadi

daerah otonom baru yang merupakan pembentukan daerah melalui proses

pemekaran daerah Kabupaten Tangerang.

Pemekaran daerah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru dan mampu meningkatkan potensi yang selama ini

belum dikelola secara optimal, baik potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya serta memicu motivasi masyarakat untuk aktif

ikut secara dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat setempat. Harapan yang cukup besar akan meningkatnya pelayanan

kepada masyarakat dan maningknya kesejahteraan masyarakat juga menjadi

harapan dari sebuah pemekaran daerah. Namun dalam proses pelaksanaan

pemerintahan daerah, memang tidak semudah yang dibayangkan. Pemekaran

Page 62: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

51

Kabupaten Tangerang dengan membentuk Kota Tangerang Selatan pada tahun

2008 ternyata sampai saat ini masih menyisakan masalah yang belum

terselesaikan. Salah satu permasalahan yang mengemuka adalah permasalahan

pembagian aset milik daerah dan penyerahannya dari Kabupaten Tangerang

kepada Kota Tangerang Selatan.

Proses serah terima aset daerah Kabupaten Tangerang kepada Kota

Tangerang Selatan sudah belangsung sejak tahun 2010 dan melalui 2 tahap. Aset

daerah yang diserahkan berupa barang bergerak maupun tidak bergerak yang

terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan, jaringan

dan irigasi serta aset tetap lainnya.

“Dalam kurun waktu 2010 kami pihak kabupaten sudah menyerahkan aset daerah

tahap pertama dengan nilai aset sebesar Rp. 1,3 triliun yaitu berupa aset peralatan

mesin senilai Rp. 54 miliar, aset tanah senilai Rp. 789 miliar, aset gedung dan

bangunan sebesar Rp. 256 miliar, aset jalan, irigasi dan jaringan senilai Rp. 230

miliar dan aset tetap lainnya sebesar Rp. 5 miliar. Lalu penyerahan tahap kedua

di tahun 2014 ini secara bertahap kami akan menyerahkan aset senilai Rp. 7,7

Miliar yaitu berupa aset tanah senilai Rp. 3,7 miliar, aset peralatan dan mesin

senilai Rp. 135,5 juta, aset gedung dan bangunan senilai Rp. 2,5 miliar, aset jalan,

irigasi dan jaringan senilai Rp.1,2 miliar.”45

Dibawah ini adalah rincian nilai aset daerah yang telah diserahkan

Kabupaten Tangerang kepada Kota Tangerang Selatan.

45

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 63: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

52

Tabel IV.I.

Nilai Aset Daerah yang Diserahkan Kabupaten Tangerang kepada Kota

Tangerang Selatan

No Aset Daerah

Nilai aset (Rp) Nilai aset (Rp) Tahap

Tahap I (2010) Tahap II

(2014) Selanjutnya

1 Tanah 789 Miliar 3,7 Miliar -

2 Gedung dan Bangunan 256 Miliar 2,5 Miliar -

3 Peralatan dan Mesin 54 Miliar 135 Juta -

4 Jalan, Irigasi dan

Jaringan 230 Miliar 1,2 Miliar -

5 Aset tetap lainnya 5 Miliar - -

6 BUMD - - -

Total 1,3 Triliun 7,7 Miliar -

Sumber: Bidang Aset Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kota Tangerrang Selatan

Penyerahan tahap pertama dilakukan pada tahun 2010, dimana Kabupaten

Tangerang menyerahkan aset senilai total Rp. 1,3 Triliun. Aset tersebut berupa

aset tanah senilai Rp. 789 Miliar, aset peralatan dan mesin senilai Rp. 54 Miliar,

aset gedung dan bangunan senilai Rp. 256 Miliar, aset jalan, irigasi dan jaringan

senilai Rp. 230 Miliar dan aset tetap lainnya senilai Rp. 5 miliar.46

Penyerahan tahap kedua dilaksanakan tahun 2014 oleh Kabupaten

Tangerang kepada Kota Tangerang Selatan. Aset yang diserahkan senilai Rp. 7,7

Miliar yaitu berupa aset tanah senilai Rp. 3,7 miliar, aset peralatan dan mesin

senilai Rp. 135 Juta, aset gedung dan bangunan senilai Rp. 2,5 miliar, aset jalan,

irigasi dan jaringan senilai Rp.1,2 miliar.47

46

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014. 47

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 64: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

53

Sampai saat ini, masih ada aset Kabupaten Tangerang yang belum

diserahkan kepada Kota Tangerang Selatan yaitu aset Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) berupa PDAM dan PD. Pasar. Dalam penyerahan aset tahap selanjutnya

diharapkan Kabupaten Tangerang dapat melakukan penyerahan aset tersebut.

“Kami berharap agar masalah yang ada di aset pasar itu secepatnya agar dapat

diselesaikan dan aset pasar itu diserahkan yah oleh pihak kabupaten pada

penyerahan tahap selanjutnya. Agar kami dapat menjalankan peraturan-peraturan

yang ada untuk pembangunan di tangsel ini.”48

2. Konflik Serah Terima Aset Pasar Tradisional di Kota Tangerang

Selatan

Pemekaran daerah akan diikuti oleh pembagian, bahkan pemecahan sumber daya

yang dimiliki daerah. Pembagian ataupun pemecahan tersebut terjadi baik di tingkat elite

maupun masyarakat, sehingga konflik merupakan konsekuensi yang sulit dihindari.

“Eko Prasojo dkk, dalam makalah Grand Desain Penataan Daerah dari Aspek

Sosial, Politik dan Budaya menyebutkan pemekaran daerah akan diikuti oleh

pembagian, bahkan pemecahan sumber daya yang dimiliki daerah. Pembagian

ataupun pemecahan tersebut terjadi baik di tingkat elite maupun masyarakat,

sehingga konflik merupakan turunan yang sulit dihindari. Salah satu

permasalahan yang timbul adalah adanya kesenjangan yang lebar antara daerah

dan pusat dan antar-daerah sendiri dalam kepemilikan sumber daya alam, sumber

daya budaya, infrastruktur ekonomi, dan tingkat kualitas sumber daya

manusia.”49

Konflik tercipta karena perbedaan pendapat dan persaingan dalam upaya

untuk mempertahankan dan/atau mendapatkan akses terhadap otoritas

(kekuasaan) dan sumber ekonomi. Permasalahan dalam serah terima aset daerah

di Kota Tangerang Selatan menjadikan konflik antar daerah, dimana terjadi

perbedaan pendapat antara Kabupaten Tangerang sebagai daerah induk yang

mempertahankan objek bernilai yang selama ini dikuasai, dengan Kota Tangerang

48

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014. 49

Kurniawan T. Arief, Pemekaran Wilayah: Menimbulkan Masalah Baru, artikel diakses

pada tanggal 25 Mei 2014 dari http://kompasiana.com/post/read/528530/2/pemekaran-wilayah-

dan-kemiskinan-baru-bag2.html

Page 65: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

54

Selatan sebagai daerah hasil pemekaran yang berupaya mendapatkan objek

bernilai yang seharusnya menjadi hak daerah pemekaran. Sehingga hal ini

mengakibatkan adanya aset yang belum diserahkan dari pihak Kabupaten

Tangerang kepada pihak Kota Tangerang Selatan.

Aset daerah yang belum diserah-terimakan berupa Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) Kabupaten Tangerang yang berada di Kota Tangerang Selatan

salah satunya adalah PD.Pasar. Aset pasar tradisional yang berada di Tangerang

Selatan berjumlah enam pasar yaitu Pasar Ciputat, Pasar Serpong, Pasar Bintaro,

Pasar Jombang, Pasar Cimanggis atau Ciputat Permai, dan Pasar Gedung Hijau.

Dalam hal ini, aset daerah tersebut merupakan objek bernilai yang diperebutkan

oleh kedua belah pihak.

“Memang sampai saat ini serah terima aset dari kabupaten masih bermasalah

sehingga masih ada beberapa yah yang belum diserahkan terutama pdam dan pd

pasar yah pasar total ada enam pasar yaitu pasar ciputat, pasar serpong, pasar

bintaro, pasar jombang, pasar cimanggis atau ciputat permai, dan pasar gedung

hijau. Sampai saat ini pengelolaan aset tersebut masih dibawah kabupaten

Tangerang.”50

Aset PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang yang terletak di

wilayah Kota Tangerang Selatan yang belum diserahkan dengan total nilai Rp.

384.384.700.000,- (Tiga Ratus Delapan Puluh Empat Miliar Tiga Ratus Delapan

Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah) dengan rincian berdasarkan NJOP

(Surat dari PD.Pasar Niaga Kerta Raharja no: 539/394-PD.P tanggal 09 Nopember

2009) dengan rincian:51

50

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014. 51

Data bidang aset DPPKAD Tangerang Selatan

Page 66: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

55

a. Pasar Serpong dengan nilai aset Rp.58.843.000.000,- (lima puluh delapan

miliar delapan ratus empat puluh tiga juta rupiah)

b. Pasar Bintaro Jaya dengan nilai aset Rp. 19.517.500.000,- (sembilan belas

miliar lima ratus tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah)

c. Pasar Jombang dengan nilai aset Rp.19.137.500,000,- (sembilan belas

miliar seratus tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

d. Pasar Ciputat dengan nilai aset Rp. 59.102.000.000,- (lima puluh sembilan

miliar seratus dua juta rupiah)

e. Pasar Ciputat Permai dengan nilai aset Rp. 2.080.000.000,- (dua miliar

delapan puluh juta rupiah)

f. Pasar Gedung Hijau dengan nilai aset Rp. 9.142.200.000,- (sembilan

miliar seratus empat puluh dua juta dua ratus ribu rupiah).

Selanjutnya dibawah ini dipaparkan dalam tabel IV.II luas tanah dari aset

pasar tradisional yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan.

Page 67: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

56

Tabel IV.II

Aset PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang di Wilayah

Tangerang Selatan

No Penggunaan Alamat Jenis Luas (M2)

1 Pasar Serpong Kec. Serpong Tanah ± 8.730

2 Pasar Bintaro Kec. Ciputat Timur Tanah ± 2.615

3 Pasar Jombang Kec. Ciputat Tanah ± 6.097

4 Pasar Ciputat Kec. Ciputat Tanah ± 5.670

5 Pasar Ciputat Permai Kec. Ciputat Timur Tanah ± 1.000

6 Pasar Gedung Hijau Kec. Serpong Utara Tanah ± 3.396

Total ± 27.506

Sumber: Bidang Aset Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kota Tangerrang Selatan

Proses penyerahan aset daerah diatur dalam pasal 13 Undang-Undang

Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan,

Penyerahan aset dan dokumen dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun sejak

pelantikan penjabat walikota. Aset dan dokumen sebagaimana dimaksud meliputi

barang milik dan/atau yang dikuasai baik barang bergerak maupun tidak bergerak

dan/atau yang dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang

berada dalam wilayah Kota Tangerang Selatan dan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada

di Kota Tangerang Selatan. Apabila penyerahan dan pemindahan aset serta

dokumen tidak dilaksanakan oleh Bupati Tangerang, Gubernur Banten selaku

wakil Pemerintah wajib menyelesaikannya. Pelaksanaan pemindahan personel

Page 68: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

57

serta penyerahan aset dan dokumen dilaporkan oleh Gubernur Banten kepada

Menteri Dalam Negeri.52

Jika mengacu kepada hal tersebut, dijelaskan bahwa penyerahan aset

daerah dilaksanakan maksimal 5 tahun. Semua aset daerah yang lokasinya berada

didalam wilayah Kota Tangerang Selatan termasuk diantaranya Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) berupa PD.Pasar dan PDAM harus sudah diserahkan.

Namun pada kenyataannya aset tersebut permasalahannya cukup kompleks, tidak

hanya sekedar berbicara perpindahan atau penyerahan aset saja, namun berikut

sumber daya manusia, legalitas dari aset, dan kemudian permasalahan-

permasalahan yang sebelumnya harus diselesaikan. Sehingga sampai saat ini aset

tersebut belum diserahkan.

“Berbicara mengenai undang-undang nomor 51 pembentukan kota tangsel itu

dijelaskan disitu penyerahan aset itukan maksimal itu 5 tahun yah, termasuk aset

pasar dan pdam ya pokoknya semualah yah aset-aset yang eksisting berada

didalam wilayah kota tangerang selatan. Nah berarti seharusnya kan 1 januari

2014 yakan itu sudah harus diserahkan semua namun disinilah kan ternyata

memang aset itu kan permasalahannya cukup kompleks, bukan cuma sekedar

berbicara aset sata tetapi juga kan perpindahan atau penyerahan, namun berikut

sdmnya legalitasnya kemudian permasalahan-permasalahn dilapangan itu yang

harus kita selesaikan terlebih dahulu. Makanya sampe saat ini aset itu belum

diserahkan gitu.” 53

B. Faktor Penghambat Serah Terima Aset Pasar Tradisional Kota

Tangerang Selatan

Penyebab permasalahan aset di daerah pemekaran seperti ini dapat

diketahui tidak hanya berupa faktor tunggal, namun terdiri atas beberapa faktor

yaitu: 1). Faktor struktural, 2). Faktor kepentingan, 3). Faktor nilai, 4). faktor

52

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan. 53

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014.

Page 69: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

58

hubungan antar manusia dan 5). faktor data.54

Dalam penelitian ini peneliti

menemukan beberapa faktor yang menyenyebabkan permasalahan dalam serah

terima aset daerah khususnya aset pasar tradisional di Tangerang Selatan.

1. Faktor Struktural

Faktor struktural yaitu sebab-sebab yang berkaitan dengan kekuasaan,

wewenang formal, kebijakan umum (baik dalam bentuk peraturan perundang-

undangan maupun kebijaan formal lainnya), dan juga persoalan geografis dan

faktor sejarah.55

Peneliti menemukan penyebab permasalahan yang menjadi

perdebatan berasal dari peraturan perundang-undangan dan peraturan yang

berlaku di kedua pemerintahan dan wewenang formal dari BUMD PD.Pasar.

Pertama, undang-undang pembentukan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 51

Tahun 2008 sebagai Undang-Undang pembentukan Kota Tangerang Selatan dan

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 sebagai peraturan

tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga Kerta Raharja.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan mendesak Pemerintah Kabupaten

Tangerang untuk menuntaskan persoalan aset sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 51 Tahun 2008, menurutnya mangacu kepada undang-undang pemekaran

Tangerang Selatan sudah jelas batas waktunya yaitu selambat-lambatnya 5

tahun.56

Dalam Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan

Kota Tangerang Selatan disebutkan dalam pasal 13 bahwa Bupati Tangerang

54

Nanang Kristiyono, “Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah antara Kota Magelang

dengan Kabupaten Magelang; Analisis terhadap Faktor-faktor Penyebab dan Dampaknya,” (Tesis

S2 Magister Ilmu Politik, Universitas Dipinegoro Semarang, 2008), h. 56. 55

Ibid., h. 56. 56

“Airin Minta Aset, Zaki Butuh Proses,” Satelit News, 4 September 2013 diakses dari

http://satelitnews.co.id/?p=22160

Page 70: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

59

diharuskan melaksanakan penyerahan aset kepada Pemerintah Kota Tangerang

Selatan sebagai hak daerah otonomi baru hasil pemekaran selambat-lambatnya 5

tahun. Aset yang dimaksud termasuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Kabupaten Tangerang yang kedudukan, kegiatan, dan lokasinya berada di Kota

Tangerang Selatan. Undang-Undang tersebut dijadikan landasan pihak Kota

Tangerang selatan untuk menuntut agar serah terima aset pasar tradisional yang

termasuk dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) segera dilaksanakan karena

sampai saat ini sudah lebih dari 5 tahun aset tersebut belum juga di serahkan.

Pihak Kabupaten Tangerang mengacu kepada Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Perusahaan Daerah Pasar

Niaga Kerta Raharja. Tempat kedudukan dan wilayah kerja PD.Pasar Niaga Kerta

Raharja di jelaskan dalam pasal 3 dan pasal 4, tempat kedudukan dalam pasal 3

disebutkan Perusahaan Daerah berkedudukan di Daerah. Wilayah kerja

disebutkan dalam pasal 4, sebagai berikut: Untuk menyelenggarakan kegiatan dan

usaha perusahaan Daerah memiliki wilayah kerja yang meliputi seluruh Daerah.

Perusahaan Daerah dapat menyelenggarakan kegiatan dan usaha diluar wilayah

kerja yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perusahaan Daerah melakukan kegiatan secara otonom dan mandiri termasuk

dengan pihak-pihak yang berkeinginan untuk kerjasama sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dijelaskan dalam pasal 9 bahwa perusahaan ini mempunyai modal dasar

meliputi tanah, bangunan fasilitas penunjang pasar, alat perlengkapan kantor,

barang berharga lainnya dan bagi hasil dari kerjasama pembangunan pasar dengan

Page 71: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

60

pihak ketiga berikut fasilitas penunjang lainnya yang saat ini dikelola dan/atau

dipergunakan oleh Unit Pelaksana Teknis Pasar Kabupaten Tangerang senilai Rp.

29.057.205.900,- (dua puluh sembilan milyar lima puluh tujuh juta dua ratus lima

ribu Sembilan ratus rupiah) yang merupakan aset yang dipisahkan dari kekayaan

daerah. Ditambah modal dasar yang berupa tagihan terhadap pihak ketiga hasil

kerjasama sebesar Rp. 1.428.986.400,- (satu milyar empat ratus dua puluh delapan

juta sembilan ratus delapan puluh enam ribu empat ratus rupiah). Modal dasar

perusahaan daerah tersebut dapat ditambah atau dikurangi dengan melalui

peraturan daerah. Sehingga pemerintah Kabupaten Tangerang dalam serah terima

aset pasar ini banyak pertimbangan dan data yang harus dikumpulkan dan di

selesaikan terlebih dahulu baru kemudian diajukan kepada DPRD untuk

perumusan peraturah daerah mengenai serah terima aset-aset tersebut.

“Kami belum menyerahkan sepenuhnya aset pasar kepada pemkot tangsel karena

sebelum pemekaran, pengelolaan pasar diatur pd pasar yang berpedoman kepada

permendagri 152 tahun 2004 tentang pengelolaan barang milik daerah. Dimana

semuanya diatur disitu, sehingga tahun 2004 keluar perda nomor 25 tentang pd

pasar niaga kerta raharja kabupaten tangerang. Oleh karena itu dalam

penyerahannya berbeda dengan aset yang dikuasai/digunakan langsung oleh

pemda seperti aset gedung pemerintahan gedung-gedung, kantor dan dinas-dinas,

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan irigasi.

Sehingga dalam serah terima aset pasar ini banyak pertimbangan dan data yang

harus dikumpulkan dan di selesaikan terlebih dahulu baru kemudian diajukan

kepada DPRD untuk dikeluarkannya perda. Disamping itu juga ada beberapa

pasar tersebut masih terikat kontrak dengan pihak ketiga, yaitu pd pasar terikat

kontrak dengan pihak swasta.” 57

Humas PD.Pasar Nurachman juga mengatakan bahwa sebenarnya

PD.Pasar sebagai BUMD tidak serta merta harus diserahkan kepada Kota

Tangerang Selatan, melainkan dapat melakukan kerja sama. Karena hal ini sesuai

dengan lembar penjelasan pasal 13 Undang-Undang Nomor 51 Tentang

57

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 72: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

61

Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang menjelaskan bahwa BUMD yang

pelayanan/kegiatan operasionalnya mencakup kabupaten induk dan kota baru,

pemerintah daerah yang bersangkutan dapat melakukan kerja sama.

“Nanti coba mas buka undang-undang 51 tahun 2008 itu pasar 13 tolong dibuka

lembar penjelasannya, disitu ada kalimat bumd dapat melakukan ekspansi atau

bekerja sama dengan daerah baru dalam hal ini tangsel gitu. Jadi ngga serta merta

kita diwajibkan untuk menyerahkan gitu aja sebenarnya, sebetulnya kita bekerja

sama dengan tangsel untuk retribusinya bisa. Cuma ya gitu deh sampe sekarang

masih jadi perdebatan.”58

PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang sebagai pengelola

juga masih ada keterkaitan dengan pihak ketiga yaitu kerjasama dengan pihak

swasta. Pihak Kabupaten Tangerang beranggapan bahwa bukan pihak kabupaten

tidak mau menyerahkan aset pasar yang berada di Tangerang Selatan, akan tetapi

PD.Pasar Kabupaten Tangerang masih mempunyai kontrak dengan pihak swasta.

Yang sedang Pemerintah Kabupaten lakukan saat ini adalah mereview ulang

kontrak tersebut agar diselesaikan oleh PD.Pasar secepatnya. Begitu kontrak

selesai dengan PD.Pasar Kabupaten Tangerang, semua itu akan diserahkan kepada

Kota Tangerang Selatan. Dalam penyerahan aset seperti pasar tradisional agar

tidak melanggar aturan dan menyerahkannya bersih tanpa ada masalah lagi

dengan pihak ketiga.

“Mengenai aset, aset pasar dan pdam. Pak bukan kami tidak mau menyerahkan,

tidak. Pd pasar kabupaten tangerang itu punya kontrak dengan pihak swasta, yang

sedang kami lakukan saat ini adalah mereview ulang kontrak tersebut agar

diselesaikan oleh pd pasar secepat-cepatnya pak. Begitu kontrak itu selesai

dengan pd pasar kabupaten tangerang itu semuanya akan kita serahkan kepada

kota tangerang selatan, ngga ada yang di pegang-pegang itu ngga ada niatan kita

mau pegang-pegang aset yang ada di kota tangerang selatan, tidak. Sekali lagi

saya ulangi pak untuk pd pasar dalam waktu dekat akan kita serahkan dengan

catatan kontrak-kontrak yang ada dengan pd pasar kabupaten tangerang itu sudah

selesai semua nih tuntas kontraknya. Dalam penyerahan aset seperti pasar

58

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang pada 19 September 2014.

Page 73: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

62

tradisional agar tidak melanggar aturan dan menyerahkannya bersih tanpa ada

masalah lagi dengan pihak ketiga.”59

Pihak Kabupaten Tangerang akan memutus kontrak tiga pasar di Kota

Tangerang Selatan itu dengan pihak ketiga sebelum diserahkan. Terlebih, Pemkab

Tangerang saat ini tengah melakukan evaluasi pasar tradisional yang ada di

wilayah Kabupaten Tangerang. Nantinya, seluruh pasar tradisional diurus sendiri

oleh pihak kabupaten, tidak lagi bekerjasama dengan pihak ketiga atau swasta.

Tidak ada niatan Kabupaten mau menahan aset yang ada di Kota Tangerang

Selatan. Untuk aset pasar dalam waktu dekat akan diserahkan dengan catatan

kontrak-kontrak yang ada dengan PD.Pasar Kabupaten Tangerang itu sudah

selesai semua kontraknya. Jadi kedepannya tidak ada masalah hukum perdata,

gugat menggugat antara pengelola baru dengan pengelola lama dengan PD.Pasar

Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, hal seperti itu yang ingin

hindari.

“Untuk itu kami akan memutus kontrak tiga pasar di Kota Tangsel itu dengan

pihak ketiga sebelum diserahkan. Terlebih, Pemkab Tangerang saat ini tengah

melakukan evaluasi pasar tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang.

Nantinya, seluruh pasar tradisional diurus sendiri oleh pihak kabupaten, tidak lagi

bekerjasama dengan pihak ketiga atau swasta. Jadi kedepannya tidak ada masalah

hukum perdata gugat menggugat antara pengelola baru dengan pengelola lama

dengan pd pasar kabupaten tangerang dan pemkot tangerang selatan itu yang kita

hindari.”60

Pasar yang masih terikat kontrak dengan swasta adalah Pasar Serpong saat

ini masih terikat kontrak dan dikelola oleh PT. Bina Sarana untuk 5 tahun kedua

59

Keterangan Ahmed Zaki Iskandar dalam acara fun bike dan talk show interaktif

“Pemimpin Muda Membangun Tangerang pada 11 Mei 2014. 60

Keterangan Ahmed Zaki Iskandar dalam acara fun bike dan talk show interaktif

“Pemimpin Muda Membangun Tangerang pada 11 Mei 2014.

Page 74: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

63

dan Pasar bintaro saat ini masih terikat kontrak dan dikelola 1 tahun lagi dengan

PT. Andika mas.61

2. Faktor Kepentingan

Faktor kepentingan yaitu sebab karena adanya persaingan kepentingan

yang dirasakan.62

Dalam hal ini kepentingan yang dirasakan adalah pengelolaan

potensi ekonomi dari aset yang belum di serahkan yaitu pengelolaan keenam aset

pasar tradisional yang dianggap berpotensi menyumbang pendapatan asli daerah

(PAD) yang cukup besar. Karena sampai saat ini belum diserahkan ke Pemkot

Tangerang Selatan, pengelolaan pasar-pasar tersebut masih di bawah pengelolaan

pihak Kabupaten Tangerang dalam hal ini yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan adalah PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Untuk

pengelolaan keamanan dan juga perizinan-perizinan lain PD.Pasar yang mengatur

itu. Sedangkan untuk kebersihan pihak kabupaten tidak menarik retribusi untuk

sampah di pasar-pasar tersebut. Pendapatan yang masuk ke Kabupaten yaitu

retribusi-retribusi pasar karena PD.Pasar dibawah naungan Kabupaten Tangerang.

“Pengelolaan pasar-pasar tersebut masih di bawah pengelolaan pihak kabupaten

tangerang, yang bertanggung jawab untuk mengelola adalah PD. Pasar Niaga

Kerta Raharja. Untuk pengelolaan keamanan juga itu masih di kelola oleh pihak

pd pasar, dan juga perizinan-perizinan lain juga pd pasar yang mengatur itu.

sedangkan untuk kebersihan sepertinya pihak kabupaten tidak menarik retribusi

untuk sampah di pasar-pasar itu. Hanya retribusi-retribusi pasar yang masuk ke

Kabupaten Tangerang karena pd pasar dibawah naungan Kabupaten yang di

Perda ttg PD.Pasar sudah mengatur demikian.” 63

Berikut adalah pendapatan PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten

Tangerang dari tahun 2005-2013 yang ditampilkan dalam tabel IV.II.

61

Notulensi rapat tentang perkembangan serah terima aset pasar tradisional pada 4 Juni

2014 di DPPKAD Tangerang Selatan. 62

Kristiyono, Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah, h. 56. 63

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 75: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

64

Tabel IV.III

Pendapatan, Biaya, dan Laba (Rugi) PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2013

No Tahun Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Laba/Rugi (Rp)

1 2005 2.064.252.368 2.861.391.084 -797.138.716

2 2006 2.195.710.425 3.088.456.160 -892.745.735

3 2007 2.580.373.542 2.885.341.374 -304.967.805

4 2008 2.507.725.780 3.117.404.153 -609.678.373

5 2009 4.121.828.244 3.948.491.182 173.337.062

6 2010 4.378.465.017 3.493.356.578 885.108.439

7 2011 5.108.721.548 3.776.310.179 1.332.411.369

8 2012 5.204.408.868 4.000.172.254 1.204.236.623

9 2013 5.112.000.000* 4.200.000.000* 912.000.000* Sumber: PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

Keterangan: *) data sementara

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelum tahun 2009 PD.Pasar selalu

mengalami kerugian dan mulai mendapatkan keuntungan dari tahun 2009 sampai

sekarang. Humas PD.Pasar Nurachman mengatakan bahwa keenam pasar

tradisional di Tangerang Selatan mempunyai peranan yang besar dalam

meningkatkan pendapatan PD.Pasar. Hal ini karena pasar-pasar tersebut

mempunyai penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh pasar

yang di kelola oleh PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.

“Iya mengenai pendapatan lebih besar betul. Keenam pasar yang ada di kota

tangsel memang pendapatannya lebih besar diantara 22 pasar yang ada di bawah

pengelolaan pd.pasar kabupaten.”64

Selaras dengan pernyataan tersebut, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten

Tangerang yang membidangi Aset Daerah Muhlis mengatakan, sampai saat ini

bupati tidak pernah mengusulkan penyerahan aset Pasar Ciputat, Pasar Jombang

dan Pasar Serpong kepada DPRD jadi tidak mungkin ada penyerahan aset pasar

ke Pemkot Tangerang Selatan. Menurutnya sampai saat ini ketiga pasar tersebut

64

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja pada

19 Seotember 2014.

Page 76: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

65

masih dianggap penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Tangerang terbesar dibanding pasar-pasar yang tersebar di Kabupaten Tangerang.

Jadi, kemungkinan besar Bupati belum akan menyerahkan aset pasar tersebut.65

Di lain pihak, Sekretaris Komisi B DPRD Tangerang Selatan Abdul Kohar

mengatakan, pasar tradisional cukup signifikan untuk menambah PAD

(Pendapatan Asli Daerah) karena mempunyai pendapatan yang cukup besar.66

Selaras dengan ini Kepala Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) Kota

Tangsel Oting Ruhiyat mengatakan, jika pasar diserahkan sebagai aset BUMD

Kota Tangerang Selatan, untuk pendapatan sewa kiosnya saja bisa mencapai

Rp.1,9 M, belum lagi aset berupa los, sewa kaki lima, kebersihan dan keamanan,

serta parkiran yang ada di dalam pasar, potensi pendapatannya bisa sangat

menguntungkan jika pengelolaannya bisa dilaksanakan langsung oleh pihak

Tangerang Selatan.67

3. Faktor nilai

Faktor nilai yaitu nilai-nilai khas yang dipegang oleh masyarakat sekitar.68

Dalam hal ini peneliti tidak menemukan nilai-nilai khas yang di pegang

masyarakat dari aset pasar tradisional di Tangerang Selatan.

65

“Sumbang PAD Besar Pemkab Tangerang Mikir Serahkan Tiga Pasar Ke Tangsel,”

Detak.co.id, diakses dari http://www.detak.co.id/tangerang/item/524-sumbang-pad-besar-pemkab-

tangerang-mikir-serahkan-tiga-pasar-ke-tangsel 66

“Pemkot Tangsel Tuntut Penyerahan Aset Pasar”Harian Umum Suara Tangsel, 30

Maret 2012 diakses dari http://appsitangsel.wordpress.com/2012/03/30/pemkot-tangsel-tuntut-

penyerahan-aset-pasar-pasar-tradisional-semrawut/ 67

“Aset Belum Diserahkan Program Kerja KPMD Tangsel Terganggu”Kabar6.com,

diakses dari http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-selatan/7463-aset-belum-

diserahkan-program-kerja-kpmd-tangsel-terganggu.html 68

Kristiyono, Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah, h. 56.

Page 77: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

66

4. Faktor Hubungan Antar Manusia

Faktor hubungan antar manusia yaitu penyebab yang berasal dari salah

persepsi di kalangan elit dari kedua belah pihak yang bermasalah.69

Dalam kasus

ini adanya statement-statement dikalangan elit yang cenderung tidak sepaham.

Sebagai contoh statement yang disampaikan Sukarya Ketua Pansus Aset DPRD

Kota Tangerang Selatan di media massa. Ia menilai Pemerintah Kabupaten

Tangerang tidak memiliki kemauan untuk menyerahterimakan aset ke Pemerintah

Kota Tangerang Selatan. Jika Pemkab Tangerang paham dan berniat untuk

menyerahterimakan aset, maka sebelum ulang tahun Kota Tangsel aset tersebut

sudah diserahterimakan. Dengan belum diserahterimakannya, terkesan Pemkab

Tangerang tidak ada kemauan untuk serahterimakan aset ini. Ia menambahkan

jika masih ada masalah dalam dokumen aset, serahkan saja dengan permasalahan

yang ada.70

Sementara itu di lain pihak Pemkab Tangerang mengatakan sebaliknya,

seperti yang dikutip dari pernyataan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar,

“Kabupaten Tangerang bukan ingin ngekepin aset daerah yang menjadi hak Kota

Tangsel, akan tetapi ditahannya penyerahan aset seperti pasar tradisional agar

tidak melanggar aturan dan menyerahkannya bersih tanpa ada masalah lagi

dengan pihak ketiga”.71

Dikhawatirkan kalau sampai terjadi perang statement

69

Ibid., h. 56 70

“Ini Alasan Pemkab Tangerang Tidak Serahkan Aset Ke Pemkot Tangsel,”

TangselOke.com, 9 September 2013 diakses dari http://tangseloke.com/news/2013/09/09/ini-

alasan-pemkab-tangerang-tidak-serahkan-aset-ke-pemkot-tangsel/ 71

“Pemkab Akan Putus Kontrak 3 Pasar di Tangsel,” HarianTangerang.com, 11

Desember 2013 diakses dari http://hariantangerang.com/news/2013/12/pemkab-akan-putus-

kontrak-3-pasar-di-tangsel

Page 78: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

67

yang terjadi antara kedua elit pemerintahan akan menghambat peyelesaian serah

terima aset.

5. Faktor Data

Faktor data yaitu permasalahan yang disebabkan oleh data yang berkaitan

dengan kelengkapan aset-aset yang akan diserah-terimakan.72

Pemerintah

Kabupaten Tangerang saat ini masih terbatas data, bukan hanya asetnya saja

tetapi juga personel dan dokumen kelengkapan pasar-pasar yang berada di

wilayah Kota Tangerang Selatan. Pemerintah Kabupaten sempat mencari

sertifikat dari pasar-pasar tradisional ternyata baru menemukan 6 sertifikat dari

total 22 pasar, yang berada di Tangerang Selatan baru 1 (satu) yang ditemukan.

Kemudian adanya ketidaksesuaian antara yang tercatat di PD.Pasar dengan yang

tercatat di bidang aset Kabupaten Tangerang. Data dalam buku PD.Pasar yang

tercatat sebagai aset hanya ruang kantor kepala dan tanah pasar adalah lahan

sewa, akan tetapi di aset Kabupaten Tangerang dicatat sebagai aset daerah.73

Data

yang Pemerintah Kabupaten miliki sangat minim dan meminta kepada PD.Pasar

untuk menyiapkan data, dokumen, perjanjian yang dimiliki baik yang sudah,

sedang atau pun akan diproses. Kemungkinan kejadian seperti ini dapat terjadi

karena keteledoran dari birokrasi Kabupaten Tangerang dalam melakukan

inventarisasi pada aset-asetnya atau bahkan terjadi kesengajaan untuk

memanipulasi data sehingga menghambat proses penyerahan aset kepada Kota

Tangerang Selatan.

72

Kristiyono, Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah, h. 56. 73

Notulensi rapat tentang perkembangan serah terima aset pasar tradisional pada 4 Juni

2014 di DPPKAD Tangerang Selatan.

Page 79: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

68

PD.Pasar pun berharap dalam penyerahannya nanti sumber daya

manusianya juga diserahkan berikut aset pasarnya karena akan membebani

PD.Pasar jika sumber daya manusianya tidak ikut diserahkan. PD.Pasar

menganggap jika dilakukan penyerahan maka pendapatan akan berkurang dan jika

sumber daya manusianya tidak diserahkan maka beban pengeluaran akan tetap.

Hal ini juga sesuai dengan UU Pembentukan Tangerang Selatan yang juga

mengaruskan penyerahan data, personel dan aset.

“Kita mengharapkan juga jika ada serah terima nantinya pegawai kita juga ikut

diserahkan biar ga jadi beban buat kitanya nanti. Kan misalnya kita udah

dikurangin nih pendapatan kita dari pasar yang di serahin, masa beban kita tetap.

Kan juga spirit dari undang-undang 51 itu kan kalo memang harus diserahkan itu

beserta personel yang ada didalamnya kan.”74

PD.Pasar juga menjelaskan bahwa adanya permasalahan di beberapa pasar

yang terkait dengan tanah di pasar-pasar yang berada di Tangerang Selatan.

Permasalahan tersebut diantaranya:75

1. Tanah Pasar Bintaro 2600 m2 saat ini (bertamabah) karena ada badan

jalan yang terkonstruksi menjadi pasar.

2. Pasar Cimanggis (Ciputat Permai) diklaim oleh pemilik (1200 m2)

sertifikat masih oleh yang bersangkutan.

3. Berita acara penyerahan dari PT. Lestari sampai saat ini tidak

ditemukan. (tahun 73)

4. Lahan Pasar Gedung Hijau sebagian sudah berdiri puskesmas oleh

Pemkot Tangerang Selatan.

74

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja pada

19 Seotember 2014. 75

Notulensi rapat tentang perkembangan serah terima aset pasar tradisional pada 4 Juni

2014 di DPPKAD Tangerang Selatan.

Page 80: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

69

5. Pasar Ciputat tanahnya habis kurang lebih 2000m2 digunakan oleh 148

kepala keluarga.

6. Luas Pasar jombang di IMB sebelumnya 8000 m2 saat ini hanya

6000m2.

Pihak Pemkot Tangerang Selatan mengaku kesulitan apabila ada aset yang

diserahkan itu dokumen-dokumen kelengkapannya tidak jelas. Karena dari

pengalaman terkait aset yang sudah diserahkan adanya masalah baru yang timbul

misalnya gedung kelurahan atau gedung sekolah yang diakui oleh ahli waris

terkait ketidakjelasan kepemilikannya.

C. Dampak Terkendalanya Serah Terima Aset Pasar Tradisional di Kota

Tangerang Selatan

Pemekaran daerah Tangerang Selatan yang sudah berjalan lima tahun

lebih sampai saat ini masih meninggalkan permasalahan dalam serah terima aset

daerah. Salah satu yang menjadi perhatian publik adalah belum diserahkannya

pasar-pasar tradisional yang berada di Tangerang Selatan yang menimbulkan

permasalahan-permasalahan sosial yang dirasakan oleh masyarakat.

Belum diserahkannya aset-aset pasar tradisional dari pihak Kabupaten

Tangerang ke pihak Pemkot Tangerang Selatan membuat pengelolaan pasar

tradisional menjadi kurang optimal dan menimbulkan banyak dampak yang

dirasakan masyarakat. Selain Pemkot Tangerang Selatan tidak mendapatkan

pemasukan yang dihasilkan oleh pasar-pasar tradisional yang dapat dijadikan

pendapatan asli daerah (PAD), permasalahan lain juga timbul di sekitaran pasar

tradisional. Karena terjadi perkumpulan masa yang melakukan aktifitas keramaian

dari transaksi jual-beli di pasar, dapat dilihat dari kondisi di pasar-pasar tersebut

Page 81: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

70

menimbulkan berbagai dampak sosial seperti masalah kesemrawutan, kemacetan

dan penumpukan sampah.

“Betul pasti berdampak, dalam permasalahan belum diserahkannya aset-aset

pasar tradisional dari pikah kabupaten ke pihak pemkot memang menimbulkan

banyak dampak yang dirasakan, pengelolaan pasar tradisional juga kurang

maksimal. Selain pemkot tangsel tidak mendapatkan pemasukan dari pasar-pasar

tersebut ya, kalo yang kita bisa lihat sendiri dari pasar-pasar itu khususnya ya,

karena disitu terjadi perkumpulan masa yang melakukan aktifitas keramaian atau

kerumunan dari transaksi jual-beli disitu timbul berbagai permasalahan sosial

seperti masalah sampahnya, kemacetannya, keruwetannya itukan efek-efek dari

permasalahan ini.”76

Pemkot Tangerang Selatan kesulitan dalam melakukan penataan secara

optimal dari kesemrawutan pasar-pasar tradisional, sebagai contoh Pemkot

kesulitan dalam penataan pedagang kaki lima (PKL) yang membuat keruwetan

dan kemacetan di pasar-pasar tradisional. Ketika Pemkot Tangerang Selatan ingin

melakukan penertiban, penataan, perbaikan dan revitalisasi pasar tradisional,

menjadi terkendala dikarenakan pasar-pasar tersebut belum tercatat sebagai aset

milik Tangerang Selatan yang belum diserah-terimakan dari Kabupaten

Tangerang. Hal ini mengakibatkan pembangunan Kota Tangerang Selatan

menjadi terhambat.

“Disini juga karena asetnya yang belum kita kuasai secara legalitas sehingga

banyak terjadi hambatan hambatan ketika kita pihak Pemkot Tangsel ingin

menjalankan peraturan-peraturan yang sudah ada, karena itukan jelas masih

belum aset kita kan. Misalnya kita ingin melakukan revitalisasi, kita mau

perbaiki, kita mau rapihkan dan melakukan penataan itu kan harus tercatat dulu

di aset kita. Namun pada kenyataannya itu kan belum tercatat sebagai aset milik

kita sehingga kita tidak bisa bergerak secara leluasa yakan. Revitalisasi aset-aset

tersebut kan bagian dari tata ruang kota ya mas, Setiap daerah kan mempunyai

pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek itu seperti

apa nantinya, daerah ini akan seperti apa gitukan, kedepannya akan menjadi

seperti apa. Nah itu pasti akan berpengaruh disitu juga pastinya dimana dengan

76

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014.

Page 82: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

71

adanya permasalahan aset khususnya aset pasar, pembangunan tersebut menjadi

terganggu prosesnya.”77

Permasalahan sampah juga menjadi akibat yang ditimbulkan dari kurang

maksimalnya pengelolaan pasar tradisional di Tangerang Selatan. Tumpukan

sampah yang juga menimbulkan bau tidak sedap menjadi pemandangan setiap

harinya di sekitar pasar-pasar tradisional. Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan,

dan Pemakaman (DKPP) Tangerang Selatan Yepi Suherman mengakui

pengelolaan sampah di wilayah hasil pemekaran Kabupaten Tangerang itu belum

maksimal. Hal ini bisa dilihat dari masih sedikitnya sampah yang terangkut setiap

harinya. Dari 600 ton sampah per hari, hanya 20 persen atau 120 ton yang bisa

diangkut. 40 persen sampah berasal dari pasar dan sisanya sampah rumah tangga.

Ada empat pasar tradisional yang menjadi penyumbang sampah terbesar di

Tangerang Selatan, yaitu Pasar Ciputat, Jombang, Cimanggis, dan Serpong. Untuk

armada pengangkut sampah, Tangerang Selatan mengandalkan 29 truk

pengangkut dan 30 mobil pick up. Daya angkut kendaraan itu hanya 5-8 m3

sampah sekali angkut.78

Retribusi sampah yang dihasilkan pasar tradisional juga dinilai minim

karena terkendala aset yang masih dikelola oleh pihak Kabupaten Tangerang.

Padahal, kalau di kelola Pemkot Tangerang Selatan potensinya cukup besar untuk

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Yepi, mengatakan retribusi dari pengelolaan

sampah di tiga Pasar Tradisional yang saat ini masih dikelola PD Pasar Niaga

77

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014. 78

“Hanya 20 Persen Sampah Tangerang Selatan Terangkut,” Tempo.co.id, 4 Juni 2014

diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2014/06/04/083582343/Hanya-20-Persen-Sampah-

Tangerang-Selatan-Terangkut

Page 83: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

72

Kerta Rahaja Kabupaten Tangerang, sangat minim. retribusi yang diterima

pihaknya dari tiga pasar yakni Pasar Serpong, Pasar Ciputat dan Pasar Cimanggis

tidak lebih dari Rp. 18,1 juta perbulannya. Rinciannya, Pasar Serpong Rp. 10 juta

per bulan, Pasar Ciputat Rp. 4,5 juta per bulan dan Pasar Cimanggis Rp. 3,6 juta

per bulan. Setiap harinya, sebanyak 1.800 meter kubik sampah dihasilkan dari

pasar tradisional. Pasar tradisional itu dikelola oleh PD Pasar Kerta Rahaja

Kabupaten Tangerang karena belum diserahkan sebagai aset Pemkot Tangerang

Selatan pasca pemekaran 2008 lalu. Pihaknya hanya mengangkut sampah-sampah

di pasar tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir di Cipeucang. Sedangkan, yang

menarik retribusi merupakan petugas dari PD Pasar Niaga Kerta Rahaja dan

DKPP menerima uang hasil retribusi melalui transfer dari PD Pasar.79

Dilain

pihak, PD.Pasar mengklaim bahwa permasalahan dalam pengelolaan sampah

pasar-pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah kesalahan dari Dinas

Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Tangerang Selatan. Karena

jika pengelolaan sampah ada di bawah pengelolaan PD.Pasar yang dapat bekerja

sama dengan pihak swasta, maka permasalahan penumpukan sampah tersebut bisa

diatasi.

“Sebenernya ya mas untuk masalah penumpukan sampah yang ada di pasar-pasar

itu kalo kita yang mengelola sebenernya ga akan itu terjadi penumpukan-

penumpukan, kita gampang aja sebenernya kerjasama sama swasta untuk hal

sampah gitu ya beres tp ini kan sekarang yg kelola sampahnya DKPP Tangsel

kalo numpuk gitu ya mungkin ada kekurangan apa gitu disana armada

pengangkut atau apa.”80

79

“Tiga Pasar Belum Diserahkan ke Tangsel,” DetakSerang.com, 25 Oktober 2013

diakses dari http://www.detakserang.com/tangerang-selatan/item/254-tiga-pasar-belum-di-

serahkan-ke-tangsel 80

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang pada 19 September 2014.

Page 84: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

73

Belum tertanganinya sampah-sampah secara optimal yang dikarenakan

belum diserahkannya aset pasar dari Kabupaten Tangerang juga mengakibatkan

gagalnya Kota Tangerang Selatan mendapatkan Adipura di April tahun 2014 ini.

Kegagalan mendapatkan Adipura dikarenakan masih banyaknya sampah yang

menumpuk di pasar-pasar tradisional dan beberapa akses jalan utama.

Dalam permasalahan ini dampak yang dirasakan tidak hanya oleh Kota

Tangerang Selatan, melainkan pihak Kabupaten Tangerang juga merasakan

dampak dari terkendalanya serah terima aset tersebut. Dalam pengelolaan dari

aset pasar di Kota Tangerang Selatan, menjadikan koordinasi yang kurang optimal

antara pihak-pihak yang berkegiatan di pasar-pasar tersebut dengan PD.Pasar. Hal

ini dikarenakan lokasi pasar di Kota Tangerang Selatan dan PD.Pasar di

Kabupaten Tangerang. Selanjutnya Kabupaten Tangerang mendapatkan penilaian

jelek dari masyarakat karena dianggap serakah dan tidak mempunyai niatan untuk

menyerahkan aset kepada Kota Tangerang Selatan. Ditambah kondisi beberapa

pasar yang kumuh dinilai pihak Kabupaten Tangerang tidak serius dalam

mengelola pasar-pasar tersebut.

“Ya seperti kita ketahui bersama dan juga banyak di beritakan oleh media cetak

maupun media online yang ditimbulkan adalah permasalahan penumpukan

sampah dan kemacetan setaip harinya, pemkab disini juga banyak yang menilai

tidak mempunyai niatan untuk menyerahkan pasar seperti yang di beritakan yang

padahal kita juga sedang melakukan kajian terhadap permasalahan yang ada

disana sebelum diserahkan. Yang jelas dampak lainnnya yaitu koordinasinya

kurang optimal antara masyarakat yang melakukan aktifitasnya di pasar-pasar

tersebut dengan pihak pd.pasar karena lokasi pasar-pasar tersebut berada di Kota

Tangsel dan pd pasar di kabupaten.”81

“Penilaian masyarakat terhadap kami pd.pasar juga jelek sih ya karna ada

beberapa kondisi pasar yg jelek seperti tidak terurus. Kaya tadi yg saya bilang

81

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 85: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

74

untuk melakukan revitalisasi sudah diniatkan tapi karna sekarang masih jadi

permasalahan kaya gini kan juga mending nanti-nanti dulu liat keputusannya

kaya gimana. Apa diserahkan apa tetap dibawah pengelolaan kita.”82

D. Proses Penyelesaian Serah Terima Aset Pasar Tradisional di Kota

Tangerang Selatan dari Kabupaten Tangerang

Dalam menyikapi permasalah terkendalanya serah-terima aset pasar

tradisional yang sampai saat ini belum dilaksanakan, Pemerintah Kota Tangerang

Selatan telah membentuk panitia khusus (pansus) yang mengurusi masalah aset

daerah dan melakukan koordinasi dengan Kabupaten Tangerang sebagai daerah

induk serta PD.Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang untuk membahas

permasalahan dan kelanjutan serah-terima aset pasar tradisional yang berada di

wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal ini dilakukan untuk membahas berbagai

permasalahan yang ada dan mencari jalan keluar terbaik guna menyelesaikan

serah-terima aset-aset pasar tradisional. Sementara ini data yang berkaitan dengan

pasar-pasar tersebut harus segera dilengkapi lalu kemudian akan dilakukan joint

opname (kerjasama perawatan), dan mapping permasalahan, mengenai sumber

daya manusia akan dicari jalan keluarnya.

“Untuk penyelesaiannya sih kami dari pihak tangsel sudah membentuk panitia

khusus (pansus) yang mengurus masalah aset, kami pun selalu berkoordinasi

dengan pihak kabupaten sebagai daerah induk kami dan pd pasar kabupaten yah

dan dalam permasalahan ini, fasilitasi dari pihak provinsi sepertinya ngga ada

setahu saya. Kami melakukan pertemuan hanya pihak-pihak terkait saja untuk

membahas permasalahan dalam kelanjutan serah terima aset ini khususnya untuk

pasar tradisional dan pdam yah.” 83

Dalam penyelesaiannya serah-terima aset pasar ini akan diterbitkan 2

Peraturan Daerah, yaitu Perda pencabutan dan Perda penyerahan. Setelah

82

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang pada 19 September 2014. 83

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014.

Page 86: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

75

melakukan koordinasi dengan mengadakan pertemuan-pertemuan yang membahas

kelanjutan serah terima aset dengan berbagai masalah dan kiranya bagaimana

jalan keluar yang harus diambil pihak Kabupaten Tangerang harus melakukan

mekanisme Perda dengan mengeluarkan Perda pencabutannya terlebih dahulu lalu

kemudian dilanjutkan dengan Perda serah-terimanya ke pihak Tangerang Selatan.

Ketika Pemkab Tangerang membahas permasalahan ini dibutuhkan data-data

yang akan disampaikan ke DPRD, yang berarti data yang dibutuhkan harus valid.

Sehingga ketika dilakukan serah-terima tidak menimbulkan permasalahan baru.

“Setelah melakukan koordinasi dengan mengadakan pertemuan-pertemuan yang

membahas kelanjutan serah terima aset dengan berbagai masalah dan kiranya

bagaimana jalan keluar yang harus diambil mereka harus melakukan mekanisme

perda dengan mengeluarkan perda penghapusannya dulu lalu dilanjutkan dengan

perda serah terimanya ke pihak tangsel. Ketika mereka membahas itukan harus

ada data-data yang disampaikan ke legislatifnya ya, itu berarti kan data-datanya

harus valid, mungkin saat ini pihak kabupaten juga sedang melakukan kajian dulu

kan sebelum diserahkan ke kami (tangsel) atau diajukan ke dewan untuk

penghapusannya gitu kan yah.” 84

Pihak Kabupaten Tangerang juga sampai saat ini sedang melakukan kajian

terhadap permasalahan serah-terima aset pasar. Ketika Pemerintah Kabupaten

akan menyerahkan apakah sesuai dengan dokumen awal atau sesuai eksisting, aset

yang akan dicabut dengan yang akan diserahkan harus sama. Maka bersama

PD.Pasar, Pemerintah Kabupaten Tangerang sedang melengkapi seluruh data dan

dokumen yang diperlukan, setelah itu akan dilakukan mapping permasalahan.

Sebelum diajukan ke DPRD untuk persetujuan pencabutan dan serah-terimanya.

Perkembangan terakhir semua aset pasar yang berada di wilayah Tangerang

Selatan sedang dilakukan inventarisasi yang jika sudah selesai dan lengkap data-

data yang dibutuhkan maka draftnya akan di bahas di DPRD dan dirapatkan. Jika

84 Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Tangerang Selatan

pada 11 Agustus 2014.

Page 87: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

76

di dalam rapat tersebut telah disetujui, maka dari Pihak Kabupaten Tangerang

akan segera melakukan serah terima aset pasar tradisional tersebut ke pihak Kota

Tangerang Selatan.

“Kami juga terus berkoordinasi membahas penyelesaian masalah bersama di

perusahaan daerah tersebut. Kalau sudah selesai dibahas kan pastinya nanti ada

serah terima. Tetapi saya tidak tahu persis ya kapan akan di serahkannya itu kan

nanti keputusan pimpinan dan pengumpulan data-data yang diperlukan.

Perkembangan terakhir semua aset pasar yang berada di wilayah Tangerang

Selatan sudah di inventarisasi yang sebentar lagi draft nya akan di bahas di

dewan dan dirapatkan. Kalau dewan setuju nanti kita pemda juga akan langsung

menyerahkan.”85

Pemerintah Kabupaten Tangerang menjanjikan permasalahan serah terima

aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan akan selesai di akhir tahun 2014

dengan catatan kontrak-kontrak yang ada dengan PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

Kabupaten Tangerang itu sudah selesai. Mengenai kontrak dengan pihak ketiga,

yang sedang dilakukan oleh pihak Kabupaten Tangerang adalah mereview ulang

kontrak tersebut agar diselesaikan oleh PD.Pasar, begitu kontrak itu selesai

dengan PD.Pasar Kabupaten Tangerang aset pasar semuanya akan diserahkan

kepada Kota Tangerang Selatan. Hal ini dilakukan supaya dalam penyerahan aset

pasar tradisional tidak melanggar aturan dan bersih tanpa ada masalah lagi dengan

pihak ketiga. Untuk itu pihak Kabupaten Tangerang akan memutus kontrak pasar

di Kota Tangerang Selatan itu dengan pihak ketiga sebelum diserahkan. Untuk

menghindari kedepannya tidak ada masalah hukum perdata, gugat menggugat

antara pengelola baru dan pengelola lama dengan PD.Pasar Kabupaten Tangerang

dan Pemkot Tangerang Selatan. Terlebih, Pemkab Tangerang saat ini tengah

melakukan evaluasi pasar tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang.

85

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah Kabupaten

Tangerang pada 19 Agustus 2014.

Page 88: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

77

“Yang sedang kami lakukan saat ini adalah mereview ulang kontrak tersebut agar

diselesaikan oleh pd pasar secepat-cepatnya pak. Begitu kontrak itu selesai

dengan pd pasar kabupaten tangerang itu semuanya akan kita serahkan kepada

kota tangerang selatan, Sekali lagi saya ulangi pak untuk pd pasar dalam waktu

dekat akan kita serahkan dengan catatan kontrak-kontrak yang ada dengan pd

pasar kabupaten tangerang itu sudah selesai semua nih tuntas kontraknya. Dalam

penyerahan aset seperti pasar tradisional agar tidak melanggar aturan dan

menyerahkannya bersih tanpa ada masalah lagi dengan pihak ketiga. Untuk itu

kami akan memutus kontrak tiga pasar di Kota Tangsel itu dengan pihak ketiga

sebelum diserahkan. Terlebih, Pemkab Tangerang saat ini tengah melakukan

evaluasi pasar tradisional yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. Jadi

kedepannya tidak ada masalah hukum perdata gugat menggugat antara pengelola

baru dengan pengelola lama dengan pd pasar kabupaten tangerang dan pemkot

tangerang selatan itu yang kita hindari. Yak akhir tahun ini juga akan selesai itu

bisa diserahkan, akhir tahun kalo sudah tidak ada masalah. Terimakasih” 86

Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga telah melakukan koordinasi

dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan berkirim surat untuk

memfasilitasi persoalan-persoalan mengenai serah terima aset daerah antara

Pemkot Tangerang Selatan dan Pemkab Tangerang, terutama mengenai pasar ini.

Dalam hal ini BPK siap untuk memfasilitasi permasalahan aset di Tangerang

Selatan. Sehingga harapannya kekhawatiran pihak Kabupaten Tangerang dalam

persoalan kontrak dengan pihak ketiga, dapat didiskusikan dan diselesaikan

bersama. Karena kalau hanya mengandalkan pihak Kabupaten dengan pengelola

yang sekarang tidak akan selesai-selesai permasalahan aset pasar ini.

“Tadi saya sudah bisik-bisik ke pak zaki bahwa hasil penemuan BPK bahwa apa

yang menjadikan ke khawatiran dari pihak pemkab kabupaten tangerang, kita

sudah minta, di undang-undang 51 pembentukan Kota Tangerang Selatan yang

memfasilitasi untuk serah terima aset itu adalah provinsi Banten, Gubernur dalam

hal ini. Tapi di satu sisi kita juga melihat ke khawatiran dari BPK, sehingga kita

juga sudah berkirim surat kepada BPK dan BPK juga sudah memberikan balasan

kepada kami bahwa mereka siap untuk memfasilitasi persoalan-persoalan

mengenai serah terima aset daerah antara pemkot tangsel dan pemkab tangerang,

terutama mengenai pasar ini. Jadi harapannya kekhawatiran pak bupati tadi

persoalan dengan pihak ketiga, kita duduk bareng sama-sama bisa selesai.

Harapan saya sebagai pemimpin tangsel sih ya secepatnya jangan menunggu

akhir tahun. Makanya kita minta nanti difasilitasi oleh BPK, jadi difasilitasi oleh

86

Keterangan Ahmed Zaki Iskandar dalam acara fun bike dan talk show interaktif

“Pemimpin Muda Membangun Tangerang pada 11 Mei 2014.

Page 89: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

78

BPK. Apalagi kami pemkot tangsel sedang sorotan luar biasa persoalan hukum.

Sehingga kami pun tidak mau salah melangkah. Kami mebuat kebijakan, kami

berkirim surat dan Alhamdulillah surat jawabannya sudah ada dari BPK dan kami

sudah bertelfon langsung dengan kepala BPK nya “siap bu wali. kapan pak

bupati dan bu wali siap kita akan membantu untuk memfasilitasi agar tidak ada

jangan ada salah secara aturan dan ketentuan tentunya.”87

Harapan besar dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah secepatnya

serah terima aset pasar tradisional ini dapat dilaksanakan, dan permasalahan yang

ditimbulkan dapat segera diselesaikan dengan baik. Karena saat ini Pemerintah

Kota Tangerang Selatan juga sedang menjadi sorotan publik mengenai persoalan

hukum, sehingga tidak ingin salah melangkah dalam mengambil kebijakan.

87

Keterangan Airin Rachmi Diany dalam acara fun bike dan talk show interaktif

“Pemimpin Muda Membangun Tangerang” pada 11 Mei 2014.

Page 90: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

79

BAB V

PENUTUP

Pembentukan daerah otonom baru melalui pemekaran wilayah pada

dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat disamping sarana pendidikan politik di

tingkat lokal. Akan tetapi dalam perjalanannya, daerah hasil pemekaran masih

saja dihadapkan dengan permasalahan yang mengakibatkan kurang optimalnya

pelayanan kepada masyarakat. Sebagai contoh permasalahan pembagian dan

penyerahan aset pasar tradisional yang berada di Kota Tangerang Selatan sebagai

daerah hasil pemekaran. Walaupun sudah berdiri sejak 2008, sampai saat ini di

tahun 2014 aset tersebut belum juga diserahkan oleh pihak Kabupaten Tangerang

sebagai daerah induk.

Mengingat bahwa ada tiga tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui faktor penyebab, mengetahui dampak dan mengetahui penyelesaian

permasalahan serah-terima aset pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan, maka

dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan guna memenuhi tujuan dari penelitian

ini. Peneliti juga memberikan saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai

pertimbangan penyelesaian permasalahan yang terjadi.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

Page 91: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

80

1. Penyebab permasalahan dalam serah terima aset pasar tradisional di

Tangerang Selatan terdiri dari beberapa faktor diantaranya: Faktor

struktural, berasal dari Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan dan Peraturan Daerah

Kabupaten Tangerang Nomor 25 Tentang Perusahaan Daerah Pasar

Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dan PD.Pasar masih terikat

kontrak kerjasama dengan pihak swasta. Faktor kepentingan, yaitu

adanya kepentingan dalam pengelolaan keenam aset pasar tradisional

di Kota Tangerang Selatan yang dianggap berpotensi menyumbang

pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar. Faktor hubungan

antar manusia, adanya ketidak sepahaman antara elit kedua

pemerintahan, disatu sisi pihak Kabupaten Tangerang akan

menyerahkan aset pasar tetapi diselesaikan terlebih dahulu

permasalahannya, disisi lain pihak Tangerang Selatan menilai tidak

ada niatan Kabupaten Tangerang untuk menyerahkan aset dan

menuntut agar segera diserahkan beserta permasalahan yang ada.

Faktor data, adanya keterbatasan data dan dokumen kelengkapan aset

pasar tradisional di pihak Kabupaten Tangerang dan ketidaksesuaian

yang tercatat sebagai aset di PD.Pasar dengan Pemerintah Kabupaten

Tangerang.

2. Dampak yang diakibatkan dari belum diserah-terimakan aset pasar

tradisional di Kota Tangerang Selatan adalah Pemerintah Kota

Tangerang Selatan tidak mendapatkan pemasukan atau pendapatan

Page 92: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

81

yang berasal dari badan usaha pasar tradisional. Disamping itu

timbulnya permasalahan seperti kesemrawutan di sekitaran pasar-pasar

tradisional dengan tidak tertatanya pedadang kaki lima (PKL) yang

mengakibatkan kemacetan dan penumpukan sampah yang kadang

tidak terangkut oleh petugas kebersihan yang menjadi salah satu

indikator kegagalan Kota Tangerang Selatan meraih adipura di tahun

2014. Selain itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan terkendala untuk

melakukan penataan dan revitalisasi pasar-pasar tradisional karena

belum tercatat sebagai aset daerah Tangerang Selatan.

3. Dalam penyelesaian permasalahan serah-terima aset pasar tradisional,

Pemerintah Kota Tangerang membentuk panitia khusus (pansus) yang

mengurusi masalah aset daerah dan melakukan koordinasi dengan

mengadakan pertemuan-pertemuan yang diwakili oleh pihak terkait

yaitu dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang dan PD.Pasar Niaga

Kerta Raharja Kabupaten Tangerang untuk membahas berbagai

permasalahan yang ada dan mencari jalan keluar terbaik dalam

menyelesaikan serah-terima aset pasar tradisional di Tangerang

Selatan. Pihak Kabupaten Tangerang sedang melakukan kajian dan

mengumpulkan data dan dokumen kelengkapan aset pasar yang

kemudian akan diserahkan ke DPRD untuk persetujuan dan

dikeluarkan Perda pencabutan dan Perda penyerahan. Dalam hal

keterkaitan dengan pihak ketiga, Pemerintah Kabupaten Tangerang

melakukan review ulang terhadap perjanjian tersebut sebelum

Page 93: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

82

diserahkan untuk menghindari permasalahan dikemudian hari.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan juga meminta Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) untuk memfasilitasi permasalahan dalam serah

terima aset yang berada di Tangerang Selatan.

B. SARAN

Peneliti menyarankan agar Pemerintah Kota Tangerang Selatan meminta

pihak Provinsi Banten untuk memfasilitasi permasalahan serah-terima aset-aset

yang belum diserahkan dari pihak Kabupaten Tangerang. Seharusnya pihak

Provinsi Banten juga sudah melakukan tindakan untuk menyelesaikan

permasalahan dalam serah terima aset di Kota Tangerang Selatan sebab

permasalahan ini sudah berlangsung lebih dari lima tahun. Karena mengacu

kepada Undang-Undang Nomor 51 Tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan dijelaskan paling lambat penyerahan aset daerah adalah lima tahun,

apabila itu tidak dilaksanakan oleh pihak Kabupaten Tangerang, Gubernur Banten

selaku wakil pemerintah wajib menyelesaikannya.

Page 94: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

xi

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Djanuri, M. Aries, dkk., Sistem Pemerintahan Daerah. Jakarta: Universitas

Terbuka, 2010.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,

2011.

Hadi, Syamsul, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan

Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Harrison, Lisa. Metode Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2007.

Kristiyono, Nanang. “Konflik Dalam Penegasan Batas Daerah antara Kota

Magelang dengan Kabupaten Magelang; Analisis terhadap Faktor-faktor

Penyebab dan Dampaknya.” Tesis Magister Ilmu Politik, Universitas

Dipinegoro Semarang, 2008.

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 146.

Marbun, B.N. Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita. Jakarta, Pustaka

Sinar Harapan, 2010.

Mariana, Dede. dan Caroline Paskarina, Demokrasi & Politik Desentralisasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2006.

Mubarak, M. Zaki, dkk., Blue Print Otonomi Daerah Indonesia. Jakarta: Yayasan

Harkat Bangsa, 2007.

Pruit, Dean G. dan Jeffrey Z Rubin, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004.

Ratnawati, Tri. Pemekaran Daerah; Politik Lokal & Beberapa Isu Terseleksi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Rojak, Abdul, dkk., Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan. Tangsel: Green

Komunika, 2010.

Page 95: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

xii

Setiadi, Elly M, dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya).

Jakarta: Kencana, 2010.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2008.

Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Widjaja, HAW. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,

2005.

Koran/Internet:

“Airin Minta Aset, Zaki Butuh Proses,” Satelit News, 4 September 2013 diakses

dari http://satelitnews.co.id/?p=22160

Arief, Kurniawan T. Pemekaran Wilayah: Menimbulkan Masalah Baru. artikel

diakses dari

http://kompasiana.com/post/read/528530/2/pemekaran-wilayah-dan-

kemiskinan-baru-bag2.html

“Aset Belum Diserahkan Program Kerja KPMD Tangsel Terganggu”Kabar6.com,

diakses dari

http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-selatan/7463-aset-

belum-diserahkan-program-kerja-kpmd-tangsel-terganggu.html

“Hanya 20 Persen Sampah Tangerang Selatan Terangkut,” Tempo.co.id, 4 Juni

2014 diakses dari

http://www.tempo.co/read/news/2014/06/04/083582343/Hanya-20-Persen-

Sampah-Tangerang-Selatan-Terangkut

Harmantyo, Djoko. Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah dan Pola

Perkembangan Wilayah di Indonesia. artikel diakses dari

http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/496-

2/

“Ini Alasan Pemkab Tangerang Tidak Serahkan Aset Ke Pemkot Tangsel,”

TangselOke.com, 9 September 2013 diakses dari

http://tangseloke.com/news/2013/09/09/ini-alasan-pemkab-tangerang-

tidak-serahkan-aset-ke-pemkot-tangsel/

Page 96: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

xiii

“Pemkab Akan Putus Kontrak 3 Pasar di Tangsel,” HarianTangerang.com, 11

Desember 2013 diakses dari

http://hariantangerang.com/news/2013/12/pemkab-akan-putus-kontrak-3-

pasar-di-tangsel

“Pemkot Tangsel Tuntut Penyerahan Aset Pasar”Harian Umum Suara Tangsel, 30

Maret 2012 diakses dari

http://appsitangsel.wordpress.com/2012/03/30/pemkot-tangsel-tuntut-

penyerahan-aset-pasar-pasar-tradisional-semrawut/

“Pemkot Tunggu Surat Bupati Zaki Soal Aset Pasar,” Tangsel Pos, 13 Desember

2013.

“Sumbang PAD Besar Pemkab Tangerang Mikir Serahkan Tiga Pasar Ke

Tangsel,” Detak.co.id, diakses dari

http://www.detak.co.id/tangerang/item/524-sumbang-pad-besar-pemkab-

tangerang-mikir-serahkan-tiga-pasar-ke-tangsel

“Tiga Pasar Belum Diserahkan ke Tangsel,” DetakSerang.com, 25 Oktober 2013

diakses dari http://www.detakserang.com/tangerang-selatan/item/254-tiga-

pasar-belum-di-serahkan-ke-tangsel

Website Resmi Kabupaten Tangerang. tangerangkab.go.id

Website Resmi Kota Tangerang Selatan. tangerangselatankota.go.id

Dokumentasi:

Dokumentasi fun bike dan talk show interaktif “Pemimpin Muda Membangun

Tangerang pada 11 Mei 2014.

Notulensi rapat tentang perkembangan serah terima aset pasar tradisional pada 4

Juni 2014 di DPPKAD Tangerang Selatan.

Peraturan:

Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perusahaan Daerah Pasar Niaga

Kerta Raharja Kabupaten Tangerang

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah

Page 97: KONFLIK ASET DI DAERAH PEMEKARAN Studi Konflik  · PDF fileTeori Konflik dan Konsep Pemekaran Wilayah. ... dan Aset Daerah ... wewenang, dan kewajiban daerah otonom

xiv

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerinyahan Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan

Wawancara:

Wawancara langsung dengan Nurachman Humas PD.Pasar Niaga Kerta Raharja

pada 19 September 2014.

Wawancara langsung dengan Sugeng Setiarso Kasi Mutasi Aset Daerah DPPKAD

Tangerang Selatan pada 11 Agustus 2014.

Wawancara langsung dengan Sutono Kasubid Inventarisasi Aset Daerah BPKAD

Kabupaten Tangerang pada 19 agustus 2014.