22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi

KONJUNGTIVITIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONJUNGTIVITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan

bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai

macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh

virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat

berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya

mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,

berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,

selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali

dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair.

Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi

mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran

mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis

virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun

demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa

bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk

mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis

bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain.

Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata

untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada

konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa

lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan

alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan

utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab,

misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang

berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.

Page 2: KONJUNGTIVITIS

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus

dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya

berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.

1.1 Tujuan

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu penilaian

kognitif pada masa Kepaniteraan Klinik pada stase bagian Kedokteran Komunitas.

Selain itu, tujuan penulisantinjauan pustaka ini juga untuk menambah pengetahuan

bagi penulis dan bagi orang lain yang membacanya terutama mengenai konjungtivitis.

BAB II

TEORI

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.1, 3

2.2 Klasifikasi

A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

G. Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

2.3 Konjungtivitis Karena agen infeksi

2.3.1 Konjungtivitis Bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.

Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus,

dan Haemophilus.Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan

mikroorganisme seperti Haemophilus influenza.Lamanya penyakit dapat mencapai 2

minggu jika tidak diobati dengan memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian

antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.

Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria

meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini

a. Tanda dan Gejala:

Page 3: KONJUNGTIVITIS

Iritasi mata,

Mata merah,

Sekret mata,

Palpebra terasa lengket saat bangun tidur

Kadang-kadang edema palpebra

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi

dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti

seprei, kain, dll.1,5

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan

pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan

Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil

polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan

disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran

atau berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya

harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada,

tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.

c. Komplikasi dan Sekuel

Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva stafilokokus kecuali pada

pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada

konjungtivitis pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea

dan perforasi. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N

konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk

camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3

d. Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan

terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika

yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi

topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan

laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut,

saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan

Page 4: KONJUNGTIVITIS

secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga

diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.

e.  Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung

selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis

stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap

mnehun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat

perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang

masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis

meningokokus adalah septicemia dan meningitis.1,4 Konjungtivitis bacterial menahun

mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang

menyulitkan.

2.3.2 Konjungtivitis Virus

1.   Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit

tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler

sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring.

Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit

kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler

(tidak nyeri tekan).1

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan

kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa

dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini

dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody

penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada

bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak

daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.1,3,6

Page 5: KONJUNGTIVITIS

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya

dalam sekitar 10 hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu

mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien

merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti

dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat.

Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas.

Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.

Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat

membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau

pembentukan symblepharon. 1,3,4

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu.Kekeruhan subepitel

terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-

bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar

mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus

seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan

37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi

dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan

konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk

pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1

Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui

jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau

pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika

topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi

Page 6: KONJUNGTIVITIS

terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan

itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai

penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose.

Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta

sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu

keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau

hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-

hati. 4,6

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan

mengurangi beberapa gejala. kortikosteroidselama konjungtivitis akut dapat

memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen

antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil,

adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah

unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada

kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu

membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak

(dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang

muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.

Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun

jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis

dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan

kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak

terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa

Page 7: KONJUNGTIVITIS

multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3 Virus mudah diisolasi dengan

mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan

memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3

Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,

umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus

local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea.

Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati

yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus,

dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan

7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine

lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan

1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati

dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan

acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah

pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10

hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin

memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses

sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic

besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui

di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus

A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7

hari). 5

Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air

mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang

terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat

berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan

menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati

Page 8: KONJUNGTIVITIS

preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior

pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite

seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi

dalam 5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti.

2.   Konjungtivitis Virus Menahun

a). Blefarokonjungtivitis

Molluscum Contagiosum

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat

menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan

pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang

mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak,

putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.

Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh

sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.3 Eksisi, insisi sederhana

nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan

menyembuhkan konjungtivitisnya.

b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

Tanda dan gejala

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas

sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas

herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan

folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi.

Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut

pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1

Laboratorium

Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel

raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada

Page 9: KONJUNGTIVITIS

varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh

dari biakan jaringan sel – sel embrio manusia. 1

Terapi

Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika

diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan

menghambat penyakit. 1

c). Keratokonjungtivitis Morbilli

Tanda dan gejala

Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam

beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum

erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat

muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-

kadang pada carunculus. 1,3

Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya meninggalkan

sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien kurang gizi atau

imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai infeksi HSV atau infeksi

bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza,dan organism lain. Agen ini

dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan

penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi

kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang

gizi di Negara berkembang. 1,3

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada

pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung sel-

sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang

dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. 1

2.4 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.4.1 Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)

Tanda dan gejala

Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam jerami

(rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput,

Page 10: KONJUNGTIVITIS

bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata,

mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan “tenggelam

dalam jaringan sekitarnya”. Terdapat sedikit penambahan pembuluh pada

palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut sering terdapat

kemosis berat (yang menjadi sebab “tenggelamnya” tadi). Mungkin terdapat

sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek matanya.

Laboratorium

Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva.

Terapi

Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000

yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya

dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan

antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan

cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.

2.4.2 Konjungtivitis Vernalis

Definisi

Penyakit ini, juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis

musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi

bilateral yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang

daripada di daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama

musim semi, musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.

Insiden

Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10 tahun.

Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5

Tanda dan gejala

Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan

lainnya). Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla

halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering

memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk

polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.1,2,3

Page 11: KONJUNGTIVITIS

Laboratorium

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak

eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1

Terapi

Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala

hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka

panjang. steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit

mempengharuhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma,

katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah

agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor,

kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC

sangat menyamankan pasien. Agaknya yang paling baik adalah pindah ke

tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong

bahkan dapat sembuh total. 1,3

2.4.2 Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian

palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat

papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada

keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior.

Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang

terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada

perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi

berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan

vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan

bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien

atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak

bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan

lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic

berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi.

Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila

pasien telah berusia 50 tahun.

Page 12: KONJUNGTIVITIS

Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang

terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1

Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10

mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai

200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih

baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada

pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan.

Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan

transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3

2.5 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoim

2.5.1 Keratokonjungtivitis Sicca

Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).

Gejala:

Khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding

dengan tanda-tanda radang.

Dimulai dengan konjungtivitis kataralis

Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang

siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.

Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)

Pewarnaan Rose bengal Ù uji diagnostik.

Pengobatan:

Air mata buatan Ù vitamin A topical

Obliterasi pungta lakrimal.

2.6 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

2.6.1 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal

Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang

diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin,

miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam

bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat

yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab

Page 13: KONJUNGTIVITIS

konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang

kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran

terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae.

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa

neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan

terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau

lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai

berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya

dihilangkan.

2.6.2 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke

saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum

adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-

up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan

kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik

dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-

spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena

seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek

langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup

kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka

terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya,

tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan

antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar

kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian

manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh

darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat

diungkapkan.

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan

garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara

mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum

adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua

Page 14: KONJUNGTIVITIS

kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat

diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan

transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic

terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea

prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai

dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000

James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta. 1998

www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis

www.eyepathologisyt.com/disease

www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html