24
KONSEP AKHLAK Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Akhlak Tasawuf Dosen : Drs.H. Dadan Nurullhaq, M,Ag. Disusun oleh: Aan Amilah (1211206002) IV/A JURUSAN PEND. MIPA PRODI PEND. BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013

KONSEP AKHLAK.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP AKHLAK.pdf

KONSEP AKHLAK Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada

mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen : Drs.H. Dadan Nurullhaq, M,Ag.

Disusun oleh:

Aan Amilah (1211206002)

IV/A

JURUSAN PEND. MIPA PRODI PEND. BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

Page 2: KONSEP AKHLAK.pdf

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.....

Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan semesta alam Allah SWT. Berkat

izinnya akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Solawat

serta salam juga tetap terlimpah pada sang revolusi Islam Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabatnya.

Kami selaku penyusun menghaturkan terimakasih kepada rekan-rekan

yang telah membantu dalam memberikan saran dalam penyusunan makalah ini

dan membantu dalam mencari berbagai referensi sehingga akhirnya makalah ini

dapat tersusun dengan baik.

Makalah yang berjudul KONSEP AKHLAK ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang sedang mengembangkan ilmu

pengetahuannya khususnya yang berkaitan dengan judul materi ini dan besar

harapan kami dengan tersusunnya makalah ini dapat membantu para kaum muda

khususnya untuk lebih mengenal pentingnya akhlak untuk memperbaiki

kehidupan kita baik di dunia mau pun bekal kita di akhirat.

Bandung, Pebruari 2013

Penyusun

Page 3: KONSEP AKHLAK.pdf

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ i

Daftar Isi ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Akhlak .............................................................. 3

B. Objek Persoalan Akhlak .................................................. 6

C. Proses Terbentuknya Akhlak ........................................... 6

D. Akhlak Sebagai Kewajiban Fitriah .................................. 8

E. Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak .................................... 10

F. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak ................................. 11

G. Kriteria Kemuliaan Akhlak ............................................. 15

BAB III SIMPULAN ...................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: KONSEP AKHLAK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang

juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang

dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak

merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan

bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri

seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini

istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi

yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang. Nabi Muhammad SAW dalam

salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini

membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah

masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung

yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama,

yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah

masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan

syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan

syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam

pada waktu itu.

Berbeda dengan keadaan di era sekarang, untuk menemukan manusia yang

berakhlak mulia itu sangat sulit karena sangat jarang dengan dan sesuai denngan

akhlak yang pernah Nabi ajarkan pada masyarakatt Arab dahulu. Jangankan

oranng dewasa yang tidak memiliki akhlak, anak muda pun sama halnya dengan

orang dewasa terkadanng akhlaknya kurang baik. Tidak menjadi hal yang aneh

lagi jika anak memiliki kebiasaan yang sama dengan orang tuanya karena mereka

dididik olehnya dan tidak mengetahui seberapa pentingnya berakhlakul karimah.

Page 5: KONSEP AKHLAK.pdf

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirpaparkan diatas, maka kami

merumuskan masalah itu menjadi beberapa pertanyaan, diantaranya adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak?

2. Apa yang menjadi objek persoalan akhlak?

3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak?

4. Kenapa akhlak dijadikan kewajiban fitriah?

5. Apa tujuan mempelajari ilmu akhlak?

6. Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak?

7. Apa saja yang menjadi kriteria kemuliaan akhlak?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui apa itu akhlak.

2. Mengetahui objek persoalan akhlak.

3. Mengetaui faktor terentuknya akhlak.

4. Mengetahui mengapa akhlak dijadikan sebagai kewajiban fitriah.

5. Mengetahui tujuan mempelajari ilmu akhlak.

6. Mengetahui manfaat mempelajari ilmu akhlak.

7. Mengetahui kriteria kemuliaan akhlak.

Page 6: KONSEP AKHLAK.pdf

3

BAB II

PENDAHULUAN

A. DEFINISI AKHLAK

Secara bahasa yaitu, Khuluq (perbuatan batin, budi) Khalqu (perbuatan

lahir, pekerti). Jadi Akhlak itu merupakan perbuatan batin yang memunculkan

perbuatan-perbuatan lahir, budu yang memunculkan pekerti dan berikutnya

munculah istilah yang sudah populer yaitu budi pekerti.

Makna akhlak dalam bahasa Al-Quran tercantum dalam:

QS. 26:137 “Ini hanyalah khuluq orang-orang terdahulu”.

QS. 33:21 “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu Uswatun

Hasanah bagimu. Yaitu orang yang mengharap Allah dan dari akhir, dan

dia banyak dzikrullah.

QS. 68:4 “Sesungguhnya engkau memiliki khuluq yang agung”.

QS. 4:148 “Allah tidak menyukai ucapan yang buruk yang diucapkan

dengan terus terang, kecuali oleh orang yang teraniaya”.

QS. 7:199 “Jadilah pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf

serta berpalinglah dari orang-orang jahil”.

Makna akhlak dalam bahasa hadits tercantum dalam:

Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia

(H.R Ahmad)

Yang paling sempurna iman seorang mukmin adalah yang paling baik

akhlaknya (H.R Turmudzi )

Umatku tidak dihitung dosanya apabila tersalah, lupa atau dipaksa (H.R

Thabrani)

Diangkat kalam dari tiga perkara, dari tidur sehingga bangun, dari yang

tidak sadar menjadi sadar dan dari anak kecil hingga dewasa (H.R Ahmad

dan Nasa’i )

Page 7: KONSEP AKHLAK.pdf

4

Agama itu sangat melibatkan penggunaan akal, tidak ada agama bagi

orang yang tidak berakal (Al-Hadits)

Sesungguhnya yang dipandang baik oleh tradisi muslim, maka hal itu baik

pula dalam pandangan Allah (Al-Hadits)

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara

keduanya ada hal-hal yang subhat, yang tidak diketahui oleh kebanyakan

manusia (Al-Hadits)

Akhlak secara istilah yaitu:

Kehendak yang dibiasakan (Menurut Ahmad Amin)

Sifat manusia yang terdidik (Abdul Hamid Yunus)

Sifat yang tertanam dalam jiwa, daripada memunculkan perbuatan-

perbuatan dengan mudah, tanpa perlu pertimbangan pikiran (Menurut A-

Ghazali)

Keadaan jiwa , yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan,

tanpa dipikirkan, tidak dipertimbangkan, (Menurut Ibnu Maskawih.

Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan

kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan

pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat

(dalam hal akhlak yang jahat).

(Menurut Dr. M Abdullah Dirroz).

Adapula istilah lain yang lazim dipergunakan dismping kata akhlak ialah

apa yang disebut Etika. Perkataan itu berasal dari bahasa Yunani “ Ethos” yang

berarti adat kebiasaan. Dalam perjalanan filsafat, etika adalah merupakan bagian

dari padanya, dimana para ahli memberikan takrif dalam redaksi yang berbeda-

beda, antara lain yang berbunyi:

a. Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang

disistimatisir tentang tindakan moral yang betul (Webster’s Sirct)

b. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan: hujjah-

hujjanya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakkan (Ensiklopedi

Winkler prins).

Page 8: KONSEP AKHLAK.pdf

5

c. Ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai,

tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu

bukan ilmu yang positif tetapi ilmu yang formatif (New American Ency).

d. Ilmu tentang moral/prinsip kaidah-kaidh moral tentang tindakan dan

kelakuan (A.S Hornby Dict).

Sesuai dengan hal-hal tersebut diatas, maka pengertian etika menurut filsafat

adalah sebagai berikut:

“Etika ialah Ilmu yang menyelidiki, mana yang baik mana yang buruk dengan

memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran”.

Tujuan etika dalam pandangan filsafah manusia ialah mendapat ideal yang

sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku

yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal dan pikiran manusia,

akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena

pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan buruk

mempunyai ukuran yang berlainan dan sifatnya relatif. Setiap golongan memiliki

konsepsi sendiri-sendiri.

Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara

maknanya dengan akhlak selain daripada Etika ada juga yang lain yaitu moral,

nilai, dan karakter.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat lah dimengerti bahwa akhlak

adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga

dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-

angankan lagi.

Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa dipikirkan lagi

disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak

dikehendaki. Jadi perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah

merupakan “ azimah”, yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh

karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja dikehendaki secara kontinyu,

Page 9: KONSEP AKHLAK.pdf

6

sehingga sudah menjadi adat/kebiasaan untuk melakukannya, dan karenanya

timbul lah perbuatan itu dengan mudah tanpa dipikir lagi.

B. OBJEK PERSOALAN AKHLAK

Yang menjadi objek persoalan akhlak itu adalah qalbu manusia. Kalbu ini

memunculkan sifat-sifat kehendak-kehendak, kecenderungan untuk melakukan

suatu perbuatan dan menjadi pusat yang mengendalikan gerak seluruh anggota

badan. Sifat itu memunculkan pesan-pesan yang tidak tunggal. Sabda Nabi:

Ketahuilah dalam jasad itu ada segumpal dagingnya. Jika ia baik maka baiklah

seluruh tubuh dan jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah

qalbu.

C. PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK

1. Stimulus terbentuknya akhlak diawali dengan adanya stimulus-stimulus.

Stimulus berarti rangsangan, dorongan energi, yang bersifat internal atau

eksternal, yang memunculkan keinginan-keinginan. Berdasarkan referensi

yang dimiliki, suatu stimulus bisa muncul setiap saat. Kertika masuk dalam

suasana baru sebagai mahasiswa baru di hari ini pertama masuk kuliah,

disaat bubaran kuliah, saat seorang mahasiswa melangkahkan kakinya keluar

dari ruangan kelas, dengan serta merta temannya mengajak makan bakso,

katanya ada bakso enak di sudut kampus. Teman yang lainnya mengajak

keperpustakaan, bilangnya di perpustakaan banyak buku bagus yang sangat

penting untuk di baca. Teman yang lainnya mengjak ke Pasar Ujung Berung

dan teman yang lainnya mengajak ke LPTQ, atau pusat kegiatan mahasiswa

lainnya di kampus, dan yang lainnya lagi mengjak pulang langsung ke kos

untuk istirahat. Bagi mahasiswa yang dapat ajakan tadi, kesemua ajakan tadi

ternyata disukainya, sehinngga semuanya ingin dilakukan. Semua dorongan

yang tadi di sebut stimulus. Stimulus memunculkan keinginan-keinginan.

2. keinginan-keinginan. Setelah adanya stimulus tadi maka munculah

keinginan-keinginan dalam hatinya untuk melakukan kesemua itu. Semua

yang di tawarkan disukai, tapi meskipun disukai tidak mungkin semuanya

Page 10: KONSEP AKHLAK.pdf

7

bisa di lakukan. Bahkan dari kesemuanya itu harus di pilih salah satu, untuk

memastiakn pilihan yang mana, maka timbulah rasa bimbang dalam dirinya.

3. Bimbang. Rasa bimbang itu muncul karena ada tuntutan untuk melakukan

satu alternatif dari banyak pilihan itu. Untuk menentukan pilihan ini

munculah kriteia dalam bentuk skala prioritas. Kekuatan menimbang-

nimbang untuk menentukan satu pilihan ini berada dalam pikiran. Pikiran

memiliki kekuatan untuk melihat, menimbang-nimbang, resiko terbaik dan

resiko terburuk dari pilihan-pilihan itu. Dengan kekuatan pikirannya maka di

ambilah satu keputusan yaitu menentukan satu alternatif pilihan.

4. Keputusan, yaitu keputusan untuk berbuat, yang disebut juga kehendak.

Menghendaki berbuat sesuatu. Kehendak disini berarti menangnya satu

keinginan diantara beberapa keinginan setelah bimbang. Mulanya bimbang

harus memilih yang mana, dan sekarang tidak lagi karena sudah ada

keputusan. Misalanya keputusan untuk menerima ajakan teman yang mau ke

perpustakaan itu. Keinginan untuk pergi ke perpustakaan itu mengalahkan

keinginan-keinginan lainnya yang muncuul bersamaan saat itu.

5. Berbuat. Setelah keputusan itu diambil, munculah kehendak, dan mulailah

berbuat. Keinginan itu menjadi kehendak, dan mewujud dalam bentuk

kecendrungan untuk berbuat. Pada titik ini, saat melangkahkan kaki

bersama-sama teman yang mau ke perpustakaan itu.

6. Sifat. Sifat itu merupakan suatu tabiat yang mewarnai diri seseorang, suatu

perbuatan yang dilakukan, kemudian dilakukan lagi, lalu semakin sering

dilakukan, sehingga menjadi biasa melakukannya, maka perbuatan itu

sekarang menjadi tabiat yang mewarnai diri yang bersangkutan. Ini disebut

juga dengan sifat, setelah berkali-kali pergi ke perpustakaan itu, pada

akhirnya menjadi kegiatan yang rutin untuk pergi ke perpustakaan. Pada titik

ini untuk pergi ke perpustakaan sudah terjadawal waktunya, dan bukan

merupakan suatu hal yang perlu di pertimbangkan lagi. Mulanya orang

berbuat ramah, dikarenakan seringnya berbuat ini, maka ia menjadi peramah.

Mulanya orang berbuat menggunjing, dan karena sering berbuatnya itu,

maka ia menjadi penggunjing. Jika seseorang itu dipengaruhi sifat-sifat

Page 11: KONSEP AKHLAK.pdf

8

terpuji maka ia bisa di pandang memiliki akhlak terpuji, dan sebaliknya, jika

dirinya di pengaruhi oleh sifat-sifat tercela maka ia bisa di pandang memiki

akhlak tercela.

D. AKHLAK SEBAGAI KEWAJIBAN FITRIAH

Di dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan

akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim,

seperti perintah berbuat kebajikan (al-birr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur,

takut kepada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf.

Untuk sifat-sifat mulia tersebut bisa dibaca QS. al-Baqarah (2):177; QS.

al- Mu’minun (23): 1–11; QS. al-Nur (24): 37; QS. al-Furqan (25): 35–37; QS. al-

Fath (48): 39; dan QS. Ali ‘Imran (3): 134. Ayat-ayat ini merupakan ketentuan

yang mewajibkan pada setiap orang Islam untuk melaksanakan nilai akhlak mulia

dalam berbagai aktivitas kehidupannya.

Keharusan menjunjung tinggi akhlak karimah lebih dipertegas lagi oleh

Nabi SAW. dengan pernyataan yang menghubungkan akhlak dengan kualitas

kemauan, bobot amal, dan jaminan masuk surga. Sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik

kamu adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR. al-Tirmidzi).

Dalam hadits yang lain Nabi SAW menegaskan:

“Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku di antara kamu sekalian dan

paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah yang terbaik

akhlaknya di antara kamu sekalian ”. (HR. Al-Tirmidzi).

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa akhlak Islam bukan hanya hasil

pemikiran dan tidak berarti lepas dari realitas hidup, melainkan merupakan

persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas, dan tujuan yang

digariskan oleh akhlak Quraniah (Ainain, 1980: 186). Dengan demikian, akhlak

mulia merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam melalui

nash al-Quran dan hadits. Namun demikian kewajiban yang dibebankan pada

manusia bukanlah kewajiban yang tanpa makna dan keluar dari dasar fungsi

Page 12: KONSEP AKHLAK.pdf

9

penciptaan manusia. Al-Quran telah menjelaskan masalah kehidupan dengan

penjelasan yang realistis, luas, dan juga telah menetapkan pandangan yang luas

pada kebaikan manusia dan zat nya. Makna penjelasan itu adalah agar manusia

terpelihara kemanusiaannya dengan senantiasa di didik akhlaknya, diperlakukan

dengan pembinaan yang baik bagi hidupnya, dikembangkan perasaan

kemanusiaan dan sumber kehalusan budinya.

Dalam kenyataan hidup memang kita temui ada orang yang berakhlak

karimah dan juga sebaliknya. Ini sesuai dengan fitrah dan hakikat sifat manusia

yang bisa baik dan bisa buruk (khairun wa syarrun). Inilah yang ditegakkan al-

Quran dalam firman-Nya:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya,” (QS. al-Syams [91]: 8).

Manusia telah diberi potensi untuk bertauhid (QS. al-Rum [30]: 30), maka

tabiat asalnya berarti baik, hanya saja manusia dapat jatuh pada keburukan karena

memang diberi kebebasan memilih (QS. al-Taubah [9]: 7–8 dan QS. al-Kahfi

[18]: 27). Dalam surat al-Kahfi Allah SWT. berfirman: “Dan katakanlah:

"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin

(beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia

kafir". (QS. al-Kahfi [18]: 29).

Baik atau buruk bukan sesuatu yang mutlak diciptakan, melainkan

manusia dapat memilih beberapa kemungkinan baik atau buruk. Namun walaupun

manusia sudah terjatuh dalam keburukan bisa bangkit pada kebaikan kembali dan

bisa bertaubat, dengan menghitung apa yang telah dipetik dari perbuatannya.

Kecenderungan manusia pada kebaikan terbukti dalam kesamaan konsep

pokok akhlak pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan perilaku pada bentuk

dan penerapan yang dibenarkan Islam sebagai hal yang ma’ruf (Shihab,

1996:255). Tidak ada peradaban yang menganggap baik seperti tindak

kebohongan, penindasan, keangkuhan, dan kekerasan. Sebaliknya tidak ada

peradaban yang menolak keharusan menghormati kedua orang-tua, keadilan,

kejujuran, pemaaf sebagai hal yang baik. Seorang sahabat Nabi SAW, Wabishah

Page 13: KONSEP AKHLAK.pdf

10

bin Ma’bad, bertanya tentang albirr kepada Nabi SAW, lalu Nabi SAW bersabda:

“Engkau datang menanyakan kebaikan?” “Benar, Wahai Rasul”, jawab Wabishah.

Tanyailah hatimu! “Kebajikan adalah sesuatu yang tenang dalam jiwa, yang

tentram dalam hati sedang dosa yang mengacaukan hati dan dada, walaupun

setelah orang memberi fatwa.” (HR. Ahmad dan al-Darimi).

Syeikh Muhammad Abduh ketika menfsirkan QS. al-Baqarah (2): 286

menjelaskan bahwa kebaikan dikaitkan dengan kasaba, sedang keburukan

dikaitkan dengan iktasaba. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya

adalah cenderung kepada kebaikan, sehingga manusia dapat melakukan kebaikan

dengan mudah. Berbeda dengan keburukan, yang akan dikerjakan dengan susah

payah, goncang, dan kacau. Dengan demikian, akhlak telah melekat dalam diri

manusia secara fitriah.

Dengan kemampuan fitriah ini ternyata manusia mampu membedakan

batas kebaikan dan keburukan, dan mampu membedakan mana yang tidak

bermanfaat dan mana yang tidak berbahaya (al-Bahi, 1975: 347).

E. TUJUAN MEMPELAJARI ILMU AKHLAK

Ilmu akhlak itu dipelajari dengan tujuan agar bisa memahami pola-pola berakhlak

dan memiliki akhlak terpuji.

1. Memahami pola berakhlak, yaitu memahami konsep terpuji dan tercela:

a Memahami pola qalbu yang bersih, yang memunculkan sifat bersih, pola

perbuatan yang bersih.

b Memahami pola qalbu yang kotor, yang memunculkan sifat kotor pola

perbuatan yang kotor.

2. Memiliki sifat terpuji yaitu akhlaknya terpuji. Memiliki qalbu yang bersih, yang

memunculkan sifat bersih, dan perbuatan-perbuatan yang bersih.

a Berakhlak seperti akhlak dalam al-Quran (pesan-pesan moral di al-Quran)

b Berakhlak seperti akhlak Rasullaulah (uswah hasanah dari al-Quran)

c Berakhlak seperti akhlak Allah (asma al husna dalam al-Qurnan).

Page 14: KONSEP AKHLAK.pdf

11

F. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK

Orang yang berakhak karena bertakwa kepada Tuhan semata-mata, maka dapat

menghasilkan kebahagiaan, antara lain:

a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat

b. Akan disenangi orang dalam pergaulan

c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai

makhluk yang diciptakan oleh Tuhan

d. Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapatkan pertolongan dan

kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang baik.

e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan

dan kesukaran.

Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa hasil atau hikmah dan faedah dari

akhlak, adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan derajat manusia

Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan kemajuan

manusia di bidang rohaniah dan bidang mental spiriual. Antara orang yang

berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak

berilmu pengetahuan. Orang yang berilmu secara praktis derajatnya lebih

tinggi. Hal ini diterjemahkan dalam al-Quran surat (Az-Zumar: 9) yang

artinya “Katakanlah (hai Muhammad): adalah sama orang-orang yang

berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan?

Sesungguhnya orang-orang yang berusahalah yang dapat menerima

pelajaran”.

Dengan demikian, tentulah orang-orang yang tidak mempunyai

pengetahuan dalam ilmu akhlak lebih utama daripada orang yang tidak tahu

ilmu akhlak.

b. Menuntun kepada kebaikan

Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan

mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya

membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan

yang mendatangkan manfaat bagi manusia.

Page 15: KONSEP AKHLAK.pdf

12

Memanglah benar tidak semua manusia dapat dipengaruhi oleh ilmu

itu serempak dan seketika menjdi baik. Akan tetapi kehadairan ilmu akhlak

mutlak diperukan laksana kehadiran dokter yang berusaha menyembuhkan

penyakit. Dengan advis yang diberikan dokter, dapatlah orang sakit

menyadari cara-cara yang perlu ditempuh untuk memulihkan kesehatanya.

Demikian ilmu akhlak memberikan advis pada yang mau

menerimanya tentang jalan-jalan membentuk pribadi mulia yang dihiasi oleh

akhlakul karimah.

c. Manifestasi kesempurnaan iman

Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan

kata lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi daripada kesempurnaan

iman. Sebaliknya tidaklah dipandang orang itu beriman dengan sungguh-

sungguh dengan akhlaknya buruk.

Dengan hubungan ini Abu Hurairah meriwayatkan penegasan

Rasulaullah SAW. “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah

yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang terbaik

kepada isterinya”. (H.R. At-Turmuzi).

Untuk menyempurnakan iman, haruslah menyempurnakan akhlak dengan

mempelajari ilmunya sebagai suluh.

Keutamaan di hari kiamat disebutkan dalam berbagai hadits bahwa

Rasulaullah SAW menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur akan

menempati kedudukan yang terhormat di hari kiamat. Abu Umamah Al-

Bahili RA. Berkata: Rasulaullah SAW bersabda:

“Saya dapat menjamin satu rumah dikebun surga untuk orang yang

maeninggalkan perdebatan, meskipun ia benar. Dan menjamin satu rumah

dipertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau.

Dan menjamin satu rumah di bagian yang tinggi dari surga bagi orang yang

baik budi pekertinya”. (H.R. Abu Dawud).

Page 16: KONSEP AKHLAK.pdf

13

d. Kebutuhan pokok dalam keluarga

Sebagaimana makanan, minuman, pakaian dan perumahan merupakan

kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah

kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam

menegakan keluarga sejahtera.

Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak

akan dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah.

Sebaliknya terkadang suatu keluarga dengan serba kekurangan dalam

ekonomi rumah tangganya namun dapat berbahagia karena faktor akhlak

tetap dipertahankan sepeti apa yang tercermin dalam rumah tangga

Rasulaullah SAW. Akhlak yang luhur itulah yang mengharmonisasikan

rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak. Segala

tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda,

dapat dihadapi dengan rumus-rumus akhlak.

Tegasnya, akan meranalah rumah tangga yang tidak dihiasi dengan

akhlakul karimah dan bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan

keindahan akhlak.

e. Membina kerukunan antar tetanngga

Dimulai dari lingkungan keluarga kita meningkat kepada lingkungan

yang lebih luas bahkan hubungan antar tetangga, mutlak diperlukan akhlak

yang baik. Pergaulan yang baik ini lah buah dari akhlakul karimah.

Membina tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah sahabat yang

paling dekat. Bahkan dalam sabdanya Nabi SAW. menjelaskan: “Tidak henti-

hentinya Jibril menyuruhku untuk berbuat baik pada tetangga, hingga aku

merasa tetangga sudah seperti ahli waris”. (HR. al-Bukhari). Bertolak dari

hal ini Nabi SAW. memerinci hak tetangga sebagai berikut: “Mendapat

pinjaman jika perlu, mendapat pertolongan kalau minta, dikunjingi bila sakit,

dibantu jika ada keperluan, jika jatuh miskin hendaknya dibantu, mendapat

ucapan selamat jika mendapat kemenangan, dihibur jika susah, diantar

jenazahnya jika meninggal dan tidak dibenarkan membangun rumah lebih

tinggi tanpa seizinnya, jangan susahkan dengan bau masakannya, jika

Page 17: KONSEP AKHLAK.pdf

14

membeli buah hendaknya memberi atau jangan diperlihatkan jika tidak

memberi”. (HR. Abu Syaikh).

Pentingnya akhlakul karimah disini cukup jelas, karena betapa

banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan kode etika.

Islam mengajarkan agar antar tetangga dibangun jembatan emas berupa

silaturahmi, mahabbah dan mawaddah. Nabi dengan telitinya memperhatikan

masalah ini sampai-sampai beliau anjurkan, jangan merasa malu

menghadiahkan kepada tetangga sekalipun hanya berupa kaki kambing atau

kuah gulai.

f. Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara

Akhlak adalah faktor mutlak bagi nation dan caracter building. Suatu

bangsa atau negara akan jaya, apabila warga negaranya/masyarakatnya

berakhlak mulia. Sebaliknya negara akan hacur jika warganya terdiri dari

orang-orang yang bejat akhlaknya.

g. Dunia betul-betul membtuhkan akhlakul karimah

Dari dulu sampai sekarang dunia selalu penuh dengan orang-orang

yang baik dan orang-orang yang jahat. Di mana-mana tempat di dunia ini

kedua kelompok tersebut selalu ada sekalipun jumlahnya berbeda-beda.

Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli hikmah seolah-

olah dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka

selalu menggemakan pannggilan akhlakul karimah, menyeru umat manusia

memiliki panggilan pribadi yang baik lagi luhur.

Sebaliknya dunia ini selalu ada dalam kerusuhan, pertentangan dan

permusuhan sampai mengalirkan darah. Kita lihat dalam sejarah yang lalu

telah terjadi perang dunia sampa dua kali. Bahkan sekarang manusia cemas

dan diliputi kekhawatiran akan adanya peranng dunia ketiga. Kita lihat negara

super power berlomba-lomba membuat senjata yang sewaktu-waktu dapat

memusnahkan manusia.

Jika seandainya pemimin-pemimpin suatu negara terdiri dari orang-

orang yang tidak berakhlak yang baik, maka mereka kolonialisme yang tentu

akan merusak hidup sekitarnya, sebagaimana dilukiskan dalam al-Quran

Page 18: KONSEP AKHLAK.pdf

15

riwayat tentang Ratu Bilqis ketika bertanya tentang keadaan Nabi Sulaiman

As. Yang artinya:

“ Dia berkata: Sesunngguhnya raja-raja itu apabila memasuki suatu negeri:

niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan pendududknya yang

mulia menjadi hina dan demikian mereka pulalah yang akan mereka

perbuat”. (Q.S. An-Naml: 34).

G. KRITERIA KEMULIAAN AKHLAK

Kultur saat ini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang, karena ia

manusia, mempunyai nilai alami kemuliaan, sekalipun misalnya ia pernah

melakukan pembunuhan dan kejahatan. Berbeda dengan Islam yang memandang

ada dua jenis kemuliaan, yaitu: kemuliaan umum, yakni bahwa setiap manusia

tanpa peduli apa perilakunya memiliki kemuliaan. Kemuliaan jenis ini adalah

kemuliaan ciptaan yang memang Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai

ahsani-taqwim (QS. al-Tin [95]: 4). Kemuliaan yang dimiliki manusia ini adalah

karena manusia diberi akal pikiran sedang makhluk yang lain tidak. Demikian

pula Allah dengan tegas sudah menyatakan kemuliaan bani Adam dengan firman-

Nya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut

mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan

Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan

makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. al-Isra’ [17]: 70). Jenis kemuliaan

yang kedua adalah kemuliaan yang dicapai dan dijangkau dengan kehendak dan

pilihan bebas manusia. Di sinilah manusia akan dinilai siapa yang paling baik dan

berlomba-lomba untuk beramal kebajikan. Dalam kemuliaan jenis ini manusia

tidak semuanya sama. Bahkan jika seseorang tidak berusaha dan mengerjakan

amal kebajikan bisa terjatuh derajatnya sedemikian rupa menjadi lebih rendah dari

binatang. Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya

Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,

mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-

ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)

Page 19: KONSEP AKHLAK.pdf

16

tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai

binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang

lalai.” (QS. al-A’raf [7]: 179).

Kemuliaan seseorang dengan demikan akan sangat ditentukan oleh kerja

kerasnya untuk senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh

kualitas amaliahnya. Dan dalam wilayah akhlak, kualitas tidak bisa hanya diukur

dari bentuk dan wujud perilaku lahiriahnya saja. Sebab prinsip akhlak memang

universal, tetapi dalam aplikasinya sangat fleksibel. Sebagai contoh sifat terus

terang adalah prinsip akhlak yang tidak dapat dipertengkarkan kebenaran dan

kebaikannya, namun dalam kasus tertentu (yang membahayakan jiwa, hak milik

dan posisi seseorang) dapat diabaikan. Pengabaian sifat terus terang dengan

perilaku lain yang menunjukan ketidakterusterangan tidak dapat langsung

dikatakan si pelakunya tidak menjunjung kemuliaan akhlak, asal dalam

perilakunya dalam menjalankannya ada alasan yang kuat bagi eksistensi

kemanusiaan (Muslim Nurdin dkk., 1995: 211).

Menurut Misbah (1996:146) ada tiga tolok ukur untuk menilai amal perbuatan

manusia.

Pertama, dapat dilihat dari efek yang terjadi pada perilaku berupa

kesempurnaan rohani dan pikiran manusia. Jika suatu perbuatan hanya dilihat

wujudnya dan tidak menyebabkan kesempurnaan kualitas rohaniahnya, maka itu

tidak bernilai bagi kebajikan manusia. Tubuh yang sehat bernilai bagi manusia

jika digunakan untuk kemajuan rohani dan inteleknya, dan dianggap tidak bernilai

jika disalahgunakan untuk menyakiti orang lain. Demikian pula sifat berani

seseorang baru disebut mulia jika digunakan dijalan kesempurnaan spiritual dan

intelektual manusia dan demi mendapatkan keridoan Allah. Dengan demikian

kemuliaan akhlak seseorang akan sangat ditentukan oleh efek spiritual bagi

pelakunya, artinya jika setelah orang itu menjalankan akhlak dan orang tersebut

menjalankannya didasari untuk mencari karidoan Allah SWT dan didorong untuk

meningkatkan kualitas spirituanya, maka akhlaknya telah memenuhi kriteria ini.

Dengan bahasa lain niat perilakunya harus benar-benar untuk mencari keridoan

Allah SWT.

Page 20: KONSEP AKHLAK.pdf

17

Kedua, pada tolok ukur yang pertama kunci dasarnya pada kedekatan

(pencarian ridho Allah SWT), kedekatan dengan Allah SWT adalah dalam

pengertian penghormatan dan formalitas, yakni adanya kedekatan hubungan

antara pelaku akhlak dengan Allah SWT, sehingga setiap seseorang memohon

(berdoa), Allah SWT akan memperhatikan dan sebaliknya jika Allah SWT

memerintahkan ia pun memperhatikan dan melaksanakannya dengan senang hati.

Oleh karena itu, kesempurnaan akhlak manusia jika diamalkan dapat

mengarahkan pada pencapaian kedekatan dengan Allah SWT yang dicapai

dengan ikhtiar dan usaha.

Ketiga, kita ketahui bahwa Allah SWT bukanlah wujud fisik, sehingga

kebenaran kedekatan pada Allah SWT adalah pada kedekatan batin dan intuitif,

dan pencapaian hubungan eksistensial dengan-Nya. Dengan pertimbangan ini

maka yang berperan utama dalam pendekatan manusia dengan Allah SWT.

Adalah kemampuan manusia untuk melihat dan menyaksikan dengan hatinya.

Hubungan sukarela yang ditegakkan antara hati manusia dengan Allah SWT

adalah dengan sarana perhatian kepada Allah SWT. Perhatian kepada Allah dalam

hal ini tidak lain adalah dzikrul qalbi. Bila perhatian dan mengingat Allah SWT.

Dijadikan sumber bagi perilaku, ini dinilai sebagai niat. Dengan demikian tolok

ukur ketiga ini menekankan bahwa akhlak itu akan menjadi amal mulia jika dalam

melaksanakannnya benar-benar mendorong orang tersebut lebih mengingat dan

berdzikir kepada Allah SWT. Dari dorongan dzikir inilah yang kemudian akan

tumbuh kekuatan rohani untuk menentukan arah tindakan perilaku dan memberi

bobot nilai kualitas akhlak.

Kriteria kemuliaan akhlak yang merupakan cerminan dari prinsip ihsan

juga dituntut untuk memenuhi konsep dasar yang tercermin dari makna ihsan.

Ihsan sebagaimana telah dijelaskan dalam bab kerangka dasar ajaran Islam,

mengandung dua ajaran/rukun yang menjadi pangkal kebaikan, yaitu muraqabah

dan muhasabah. Muraqabah berarti senantiasa merasa mendapatkan pengawasan

dari Allah SWT. Perasaaan ini muncul dari kedekatan dengan Allah SWT. Yang

dimanifestasikan dengan dzikir. Dengan kata lain seseorang akan dapat

meningkatkan kualitas amalnya dengan menghadirkan Allah SWT di dalam

Page 21: KONSEP AKHLAK.pdf

18

hatinya. Muhasabah adalah upaya seseorang untuk menghitung amalnya, apakah

benar-benar telah memenuhi kriteria kemuliaan atau bahkan menyimpang dan sia-

sia. Apakah amalnya untuk hari ini lebih baik dari amalnya hari kemarin atau

bahkan lebih jelek sehingga rugi dan terjatuh dalam laknat Allah SWT. Dengan

prinsip muhasabah maka baik dan buruk perilaku seseorang ditentukan dengan

kesesuainnya dengan kriteria amal kebaikan yang harus dihitung dan ditimbang

secara terus menerus.

Page 22: KONSEP AKHLAK.pdf

19

BAB III

SIMPULAN

Dari pembahasan materi konsep akhlak di atas, maka dapat disimpulkan

menjadi beberapa poin kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah

terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat

yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa

dipikirkan dan diangan-angankan lagi.

2. Objek persoalan akhlak itu adalah qalbu manusia

3. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak yaitu:

Stimulus

keinginan-keinginan

Bimbang

Keputusan

Berbuat

Sifat

4. Akhlak mulia merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama

Islam melalui nash al-Quran dan hadits, fitrah manusia pada dasarnya adalah

cenderung kepada kebaikan, sehingga manusia dapat melakukan kebaikan dengan

mudah. Dengan kemampuan fitriah ini ternyata manusia mampu membedakan

batas kebaikan dan keburukan, dan mampu membedakan mana yang tidak

bermanfaat dan mana yang tidak berbahaya.

5. Ilmu akhlak itu dipelajari dengan tujuan agar bisa memahami pola-pola

berakhlak dan memiliki akhlak terpuji.

6. Manfaat mempelajari ilmu akhlak antra lain yaitu:

Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat

Akan disenangi orang dalam pergaulan

Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai

makhluk yang diciptakan oleh Tuhan

Page 23: KONSEP AKHLAK.pdf

20

Orang yang bertakwa dan berakhlak akan mendapatkan pertolongan dan

kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang

baik.

Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala

penderitaan dan kesukaran.

7. Kriteria kemuliaan akhlak dapat dilihat melalui kerja kerasnya untuk

senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh kualitas

amaliahnya.

Page 24: KONSEP AKHLAK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

A.H. Mustofa. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia

Marzuki. 2012. Pendidikan Agama Islam. Yogyakata: GPL Gostscript 861 PDF

Dadan Nurulhaq. Wildan Baihaqi. 2010. Ilmu Akhlak/Tasawuf. Bandung: Kati Berkat Press.

http://infokito.net/index.php/Ensiklopedia-AKHLAK

http://mahdymaulanamarsahid.blogspot.com/2011/03/ciri-ciri-akhlak-islam.html

http://sites.google.com/site/khazalii/4udi2052akhlakdalamislam

http://hanifahara.blogspot.com/2011/03/ciri-ciri-akhlak-iaslamiyah.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2118206-tujuan-akhlak/#ixzz1ZmOhGHoE