122
Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia -1- BAB I PENDAHULUAN Konsep dasar yang melandasi kajian bidang iptek nano baru muncul pada tahun 1959 melalui ide cemerlang tentang kemungkinan untuk mengeksplorasi dan memanipulasi material pada skala atom dan molekul secara individu (feynman, 1959). Jika cara tersebut digunakan untuk menuliskan informasi, maka feynman membayangkan bahwa ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britannica) dapat ditulis secara keseluruhan dengan hanya memerlukan ruang dengan luas sebesar ujung penjepit. Selain itu, ia juga memperkirakan adanya peningkatan kemampuan untuk menguji dan mengendalikan materi pada skala nanometer. Pendapat feynman ini memperoleh tanggapan luas. Namun karena keterbatasan alat untuk memferisikasi sifat dan mengkarakterisasi hasil sintesis material berukuran annometer, maka bidang penelitian ini belum begitu berkembang, hingga ditemukan STM (Scanning Tunneling Microscope) oleh Binnig dan Rohrer pada tahun 1981. Penemuan ini menjadi pemacu peneliti untuk mengkaji fenomena material di wilayah nanometer, karena alat STM mempunyai kemampuan/untuk memferisikasi sifat, bentuk, ukuran dan morfologi partikel pada material berukuran nano. Iptek nano sekarang ini berlanjut pada suatu titik di mana peneliti berkerja pada tataran manipulasi dan pengendalian atom-atom dan molekul secara individu, baik molekul organik, molekul anorganik maupun gabungan antara keduanya. Hal inilah yang kemudian menjadi ciri khas yang membedakan iptek nano dengan bidang kajian riset yang lain semacam bioteknologi maupun bidang lain yang lebih dahulu mapan. Meskipun terkait dengan manipulasi molekul dan gugus fungsional yang khas, rekayasa bioteknologi hanya terkait dengan manipulasi molekul dan material yang berasal dari makhluk hidup,

Konsep dan Panduan Membangun Generasi Nanoteknologi_Isi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -1-

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Konsep dasar yang melandasi kajian bidang iptek nano baru muncul

    pada tahun 1959 melalui ide cemerlang tentang kemungkinan untuk

    mengeksplorasi dan memanipulasi material pada skala atom dan

    molekul secara individu (feynman, 1959). Jika cara tersebut digunakan

    untuk menuliskan informasi, maka feynman membayangkan bahwa

    ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britannica) dapat ditulis secara

    keseluruhan dengan hanya memerlukan ruang dengan luas sebesar

    ujung penjepit. Selain itu, ia juga memperkirakan adanya peningkatan

    kemampuan untuk menguji dan mengendalikan materi pada skala

    nanometer. Pendapat feynman ini memperoleh tanggapan luas. Namun

    karena keterbatasan alat untuk memferisikasi sifat dan

    mengkarakterisasi hasil sintesis material berukuran annometer, maka

    bidang penelitian ini belum begitu berkembang, hingga ditemukan STM

    (Scanning Tunneling Microscope) oleh Binnig dan Rohrer pada tahun

    1981. Penemuan ini menjadi pemacu peneliti untuk mengkaji fenomena

    material di wilayah nanometer, karena alat STM mempunyai

    kemampuan/untuk memferisikasi sifat, bentuk, ukuran dan morfologi

    partikel pada material berukuran nano.

    Iptek nano sekarang ini berlanjut pada suatu titik di mana peneliti

    berkerja pada tataran manipulasi dan pengendalian atom-atom dan

    molekul secara individu, baik molekul organik, molekul anorganik

    maupun gabungan antara keduanya. Hal inilah yang kemudian menjadi

    ciri khas yang membedakan iptek nano dengan bidang kajian riset yang

    lain semacam bioteknologi maupun bidang lain yang lebih dahulu

    mapan. Meskipun terkait dengan manipulasi molekul dan gugus

    fungsional yang khas, rekayasa bioteknologi hanya terkait dengan

    manipulasi molekul dan material yang berasal dari makhluk hidup,

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -2-

    sedangkan iptek nano terkait dengan kajian interaksi antara atom dan

    molekul, baik yang berasal dari makhluk hidup maupun benda mati

    seperti karbon nanotube, nanokristal, quantum dots, dan nanowire,

    yang semuanya merupakan material anorganik berukuran nano. Pada

    skala ini, sifat-sifat material tidak lagi dikendalikan sepenuhnya oleh

    sifat listrik dan magnetik sebagaimana digambarkan oleh fisika klasik,

    namun sifat material dikendalikan oleh interaksi anta individu atom

    dan molekul yang mengambil peranan penting. Hukum fisika klasik

    newton tidak mampu memberikan deskripsi memuaskan untuk sifat

    material pada skala ini, dan hanya fisika quantum yang mampu

    menjelaskan munculnya keunggulan sifat material berukuran nano.

    Pemanfaatan keunggulan material berukuran nano menjanjikan

    peluang eksplorasi untuk menciptakan teknologi baru dengan

    pencapaian melampaui apa yang telah diciptakan oleh bidang

    komputer dan bioteknologi di beberapa dekade ini. Penerapannya

    diharapkan mampu membawa perubahan infrastruktur yang dramatis,

    semisal pembuatan komputer yang sangat cepat, membuat pesawat

    yang lebih ringan, dan menampakkan sel-sel kanker yang sulit diamati

    oleh mata manusia. Keperluan energi umat manusia juga diharapkan

    dapat terpenuhi memalui konversi energi matahari menjadi energi

    listrik menggunakan sel surya yang sangat efisien dan menyimpannya

    dalam baterai-baterai berkinerja tinggi dari material nano, yang tahan

    lama dengan waktu isi ulang yang cepat. Permukaan energi melalui

    konversi energi matahari menggunakan sel surya berkinerja tinggi

    merupakan solusi yang tepat untuk masalah energi, karena bersih,

    tidak menimbulkan polusi dan energi matahari tidak akan habis dalam

    kurun waktu beberapa milyar tahun ke depan. Jika dibandingkan

    dengan cadangan minyak bumi di Indonesia yang diperkirakan hanya

    beberapa puluh tahun ke depan sudah habis dan batubara yang

    disekitar ratusan tahun, maka kemampuan energi matahari untuk

    memenuhi kebutuhan energi jauh lebih lama.

    Masalah di bidang energi, saat ini telah menjadi masalah yang sangat

    mendasar, menggeser posisi masalah di bidang pertanian. Tanpa

    energi, mesin-mesin produksi tidak dapat berjalan, transportasi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -3-

    lumpuh, semua makanan tersaji mentah, rumah sakit tidak dapat

    beroperasi dan keperluan mendasar seperti air pun sekarang ini sulit

    terpenuhi tanpa menggunaan energi. Air menjadi semakin mahal

    karena biaya pengolahannya yang tinggi. Meskipun sebagian besar

    permukaan bumi diselimuti oleh air, namun air yang berlimpah

    tersebut tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Air yang ada di mana-

    mana tersebut sebagian sudah tercemar, ataupun memang secara

    alamiah tidak dapat digunakan secara langusng semisal air laut.

    Pengolahan air dan pompanya dari sumber ke pengguna memerlukan

    energi. Energi yang mudah, menjamin ketersediaan keperluan dasar

    seperti air, pengolahan pangan, dan keperluan yang lain.

    Pengkonversian energi matahari maupun energi terbarukan menjadi

    energi yang murah dan bersih merupakan terobosan untuk mengatasi

    permasalahan mendasar. Hal ini merupakan peluang yang dapat

    dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia, mengingat matahari yang

    bersinar sepanjang tahun di kepulauan nusantara.

    Iptek nano juga memberikan peluang untuk meningkatkan nilai tambah

    sumber daya mineral maupun hayati khas Indonesia. mineral-mineral

    semacam TiO2, montmorilonit, perovskite, silica, dan zeolit merupakan

    beberapa contoh mineral yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi

    nano. Pengolahan mineral tersebut hingga menjadi produk nano perlu

    usaha sungguh-sungguh. Teknologi katalis untuk perengkahan minyak

    bumi, adsorben dengan luasan area yang besar, fotokatalis merupakan

    beberapa produk nano berkinerja tinggi yang dapat dihasilkan dari

    pengolahan mineral tersebut. Teknolgi katalis berperan dalam

    meningkatkan efesiensi energi, produk yang selektif, mengurangi

    jumlah limbah dan mengurangi hasil samping. Penggunaan adsorben

    berkinerja tinggi mampu diandalkan untuk zat beracun dan berbahaya

    kemudian mengisolasinya sehingga tidak menyebar ke area yang lebih

    luas. Fotokatalis semacam TiO2 dapat digunakan untuk mengkonversi

    kontaminan berupa senyawa organik yang berbahaya menjadi senyawa

    lain yang aman, selain itu dapat juga digunakan untuk membunuh

    bakteri patogen. Hal ini merupakan terobosan baru karena penggunaan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -4-

    fotokatalis untuk memusnahkan bakteri tidak menggunakan bahan

    kimia, sehingga prosesnya aman, murah dan tanpa pencemaran.

    Para pakar memprediksi bahwa revolusi nanoteknologi akan

    bedampak sangat besar sebanding dengan empat revolusi industri yang

    pernah ada (revolusi mesin uap, kereta api, kendaraan bermotor dan

    komputer) yang memerlukan waktu selama dua abad. Dampak yang

    sama dari keempat revolusi industri ini akan dicapai hanya dalam

    waktu beberapa tahun saja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1

    Gambar 1.1 Perbandingan dampak masyarakat dari beberapa revolusi industri

    dan nanoteknologi

    Menurut hasil kajian para pakar dari Eropa, potensi pengembangan

    nanoteknologi akan mengakselerasi produk-produk industri. Gambar

    1.2 menunjukkan bahwa sampai tahun 2005, peluang nanoteknologi

    dalam pasar industri tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan.

    Ini mengindikasikan bahwa riset dan pengembangan nanoteknologi

    memang masih berusia relatif baru. Namun seiring dengan berjalannya

    waktu, dalam periode 2010 sampai 2020, akan terjadi percepatan yang

    luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di dunia industri.

    Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya peluang nanoteknologi akan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -5-

    jenuh, dimana pada saat itu, produk-produk nanoteknologi di pasar

    sudah sangat massive jumlahnya. Oleh karena itu, pengembangan

    nanoteknologi harus dilakukan segera pada masa sekarang ini. Jika

    tidak, maka peluang pengembangan nanoteknologi akan terliwatkan,

    dan sebagai konsekuensinya Indonesia akan menjadi negara yang

    tertinggal dan kalah karena tidak akan mampu bersaing dengan

    negara-negara lain di dunia ini.

    Gambar 1.2 Peluang nanoteknologi dalam dunia industri.

    Saat ini berbagai macam aplikasi nanoteknologi telah berkembang

    mulai dari bidang elektronik, kedokteran, farmasi, konsruksi, industri

    makanan, tekstil, keramik dan lain-lain. Sebagai contoh, perkembangan

    nanoteknologi dalam dunia komputer telah mengubah tidak hanya

    ukuran komputer semakin ringkas, namun juga peningkatan

    kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan

    penyelesaian program-program raksasa dalam waktu yang singkat.

    Seperti halnya komputer, produk hand phone telah disempurnakan

    sedemikian rupa dengan nanoteknologi sehingga berharga lebih murah

    dengan kemampuan dan kapasitas yang jauh lebih baik. Produk-produk

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -6-

    seperti nanotekstil, nano keramik, nanocoating, nanofilm, nanofarmasik

    dan lain sebagainya juga telah mulai merambah dan menyatu ke dalam

    kehidupan manusia melewati batas-batas status sosialnya. Oleh karena

    itu, nanoteknologi merupakan tenaga penggerak bagi bisnis-bisnis baru

    dan Indonesia harus segera mengambil bagian dalam pengembangan

    dan penerapan nanoteknologi untuk penguatan industri nasional.

    Kekayaan sumber daya hayati Indonesia menyimpan potensi yang

    besar untuk dimanfaatkan, namun saat ini belum optimal tersentuh

    teknologi nano. Biodiversitas sumber daya alam hayati Indonesia

    sangatlah kaya. Kekhasan alam tropis dan sebaran gunung berapi di

    seluruh Indonesia, secara alamiah merupakan penyedia iklim dan

    mineral penyubur tanah yang ideal utuk tumbuhnya berbagai

    tumbuhan pangan, kayu keras maupun tanaman obat. Melalui rekayasa

    nanoteknologi, bahan alam berkhasiat obat dapat dimanfaatkan sebagai

    obat yang dapat berprilaku sperti bom cerdas. Obat yang dirancang

    dengan ukuran nano diharapkan mampu terbawa dalam aliran darah,

    tanpa kehilangan materaial aktif selama proses penghantaran, dan

    hanya meledak menyerang sel sakit yang akan diobati. Hal ini akan

    mengatasi permasalahan hilangnya bahan aktif dan terserangnya sel

    sehat yang menimbulkan efek buruk selama pengobatan berlangusng.

    Disain obat cerdas yang dapat mengontrol jumlah keluarnya obat

    dalam tubuh pasien sehingga pasien tidak terlalu sering mengkonsumsi

    obat . obat hanya sekali diminum dan bahan aktif dakan menyesuaikan

    dengan tingkat keperluan bahan obat, keluar secara periodik ke pusat

    sakit hingga pasien sembuh. Secara singkat, iptek nano dalam

    pengobatan diharapkan mampu meniadakan efek samping dan

    meningkatkan efesiensi dosis obat. Selain pengobatan terhadap

    penyakit yang muncul, penggunaan iptek nano diharapkan juga mampu

    digunakan dalam deteksi dini penyakit, sehingga menjamin ketepatan

    dan efektifitas pengobatan.

    Keuntungan dan peluang yang ditawarkan iptek nano memberikan

    hasrat baru bagi negara-negara maju dan berkembang termasuk

    Indonesia untuk berlomba-lomba mengembangkanya. Potensi

    penerapan yang luas diharapkan mampu memompa dan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -7-

    menghidupkan sendi-sendi perekonomian yang berujung pada

    meningkatnya kesejahteraan. Bagaimana dengan bangsa Indonesia?

    peluang pengembangan nanoteknologi terbuka lebar dan kepemilikan

    sumber daya mineral hayati yang khas memberikan keunggulan

    tersendiri jika dapat mengolahnya dengan memanfaatkan

    nanoteknologi. Meskipun demikian, kerja penelitian hingga

    menghasilkan produk merupakan jalan panjang dan perlu dukungan

    dari semua pihak terkait. Secara ilmiah, pengembangan nanoteknologi

    merupakan kerja bersama antar peneliti ilmu kimia, biologi, sains

    material, fisika, dan sains komputer. Tidak hanya peneliti, pihak-pihak

    di lingkungan pemerintahan, pengusaha, dan pengamat sosial pun

    perlu mengetahui terkait nanoteknologi. Masing-masing memiliki

    peranan penting dengan berbagai bakat dan cara pandang dalam

    membangun Indonesia dengan nanoteknologi.

    Apabila tidak ada kerjasama antar sesama pengembang iptek nano,

    kejadian yang mirip dengan cerita kontroversi di antara orang buta

    tentang gajah akan terjadi. Masing-masing punya cara dan bahasa yang

    unik untuk menyampaikan penemuannya. Oleh kerena itu komunikasi

    interdisiplin ilmu terkait pengembangan iptek nano merupakan hal

    penting untuk dipenuhi. Hal ini memerlukan fasilitator untuk

    menjembatani dan memberikan arahan kerja di masa depan untuk

    kepentingan bangsa. Kerja semakin berat manakalah tuntutan untuk

    menghasilkan produk nanoteknologi siap digunakan oleh masyarakat.

    Pemerintah tidak hanya dapat berperan sebagai fasilitator, namun juga

    regulator yang diharapkan mampu meningkatkan komunikasi antara

    para ahli peneliti dengan industriawan termasuk pengaturan hak atas

    kekayaan intelektual dan paket kebijakan terkait penerapan

    nanoteknologi.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -8-

    I believe in intuition and inspiration. Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution. It is, strictly speaking, a real factor

    in scientific research (Albert Einstein)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -9-

    BAB II

    ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) NANO

    II.1. Sejarah

    Munculnya kesadaran terhadap iptek nano diinspirasi dan didorong

    oleh pemikiran futuristik dan juga penemuan peralatan pengujian dan

    bahan-bahan. Pada tanggal 29 Desember 1959 dalam pertemuan

    tahunan Masyarakat Fisika Amerika (American Physical Society) di

    Caltech, Richard Phillips Feynman (Pemenang Hadiah Nobel Fisika

    tahun 1965) dalam suatu perbincangan berjudul Theres plenty of

    room at the bottom, memunculkan suatu isu yaitu permasalahan

    memanipulasi dan mengontrol atom (ukuran 0,001 nm) dan molekul

    (ukuran 0,1 nm) pada dimensi kecil (nanometer) . Di tahun 1981,

    Scanning Tunneling Microscopy (STM) diciptakan oleh Heinrich Rohrer

    dan Gerd Binnig (Pemenang Hadiah Nobel Fisika tahun 1986).

    Beberapa tahun kemudian (1986), Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan

    Christoph Gerber menemukan Atomic Force Microscope (AFM). Melalui

    peralatan STM dan AFM, para ilmuwan dapat melihat, memanipulasi,

    dan mengontrol atom-atom secara individu di dimensi nano. Penemuan

    bahan buckyball/fullerene dan carbon nanotube semakin mendorong

    para ilmuwan untuk meneliti ilmu dan teknologi nano. Robert Curl,

    Harold Kroto, dan Richard Smalley (Pemenang Hadiah Nobel Kimia

    tahun 1996) menemukan buckyball/fullerene di tahun 1985.

    Buckyball/fullerene tersusun oleh molekul-molekul karbon dalam

    bentuk bola tak pejal dengan ukuran diameter bola 0,7 nm.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -10-

    Sumio Iijima menemukan carbon nanotube pada tahun 1991 saat ia

    bekerja di perusahaan NEC di Jepang. Carbon nanotube adalah molekul-

    molekul carbon berbentuk silinder tak pejal dengan satu atau lebih

    dinding silinder. Diameter silinder bervariasi dari 1 nm hingga 100 nm.

    Panjang silinder dapat mencapai ukuran dalam rentang micrometer (1

    m = 10-6 m) hingga centimeter (1 cm = 10-2 m). Perbandingan antara

    ukuran panjang dan diameter carbon nanotube dapat melebihi

    1.000.000. Kedua ujung-ujung silinder ditutup oleh fullerene berbentuk

    setengah bola tak pejal.

    Pengenalan dan pemahaman akan ilmu dan teknologi nano sangat

    terkait dengan definisi nano, bahan berstruktur nano, ilmu nano dan

    teknologi nano. Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter

    (1 nm = 10-9 m). Ukuran tersebut 1000 x lebih kecil dari diameter

    rambut manusia (80 m). Diameter sel darah merah dan virus hanya

    sebesar masing-masing 7 m dan 150 nm. Bahan berstruktur nano

    merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya

    (panjang, lebar, atau tinggi) berukuran 1-100 nm. Bahan nano

    merupakan jembatan antara atom/molekul dan bahan berukuran

    mikrometer (transistor pada chip computer).

    Gen atau DNA merupakan bahan nano alami dengan lebar pita gen

    sebesar 2 nm. Fullerene dan carbon nanotube termasuk bahan nano

    sintetis karena ukuran diameternya berukuran nano. Partikel-partikel

    pasir silika dan baja dapat dibuat juga menjadi bahan nano silika dan

    nano baja. Studi segala fenomena fisika, kimia, dan biologi pada dimensi

    1-100 nm disebut ilmu nano (nanoscience).

    Sedangkan teknologi nano mencakup dua hal. Pertama, seluruh

    produk-produk dengan ukuran geometri terkontrol (ketelitian satuan

    pengukuran) yang tersusun oleh paling tidak satu komponen produk

    dengan satu atau lebih dimensi komponen produk dibawah 100 nm

    yang menghasilkan efek fisika, kimia, atau biologi berbeda dengan

    komponen produk konvensional berukuran di atas 100 nm tanpa

    kehilangan daya guna produk nano tersebut. Kedua, peralatan-

    peralatan untuk tujuan pengujian atau manipulasi yang menyediakan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -11-

    kemampuan untuk fabrikasi dan pergerakan terkontrol atau ketelitian

    pengukuran dibawah 100 nm. Contoh peralatan tersebut yaitu STM dan

    AFM. Salah satu produk nano yang diperkirakan segera hadir adalah

    mobil yang dirakit dengan cat mengandung serbuk nano, kerangka

    mobil terbuat dari komposit carbon nanotube, atau polimer

    nanokomposit sebagai bahan pengganti lembaran baja.

    II.2. Kajian Teori

    Arti Iptek Nano

    Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau

    sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm =

    1/1.000 m = 1/1.000.000 mm = 1/ 1.000.000.000 m). Bisa dipahami

    bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat

    kecil sekali. Untuk melongok dunia berskala nano, sebagai contoh

    marilah kita melihat bagian tubuh manusia seperti ditunjukkan pada

    Gambar 2.1.

    Mula-mula, tubuh kita berada di dunia berskala meter (m). Kemudian,

    bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 atau milimeter (mm)

    adalah tahi lalat. Selanjutnya, yang berskala 1 per 1000 dari itu atau

    mikrometer (m) adalah diameter rambut, sel tubuh atau sel darah

    merah. Sampai disini mungkin bisa mudah dipahami karena terlihat

    oleh panca indra. Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari itu,

    seperti lebar DNA yang berskala berkisar 2 nm. Bila nanometer dibagi

    lagi menjadi 1 persepuluhnya, maka akan sampai pada besaran atom

    (0.1 nm=1 (Angstrom)).

    Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti

    halnya perbandingan antara bola bumi dengan bola pingpong. Seperti

    itulah perbedaaannya. Kita hidup di dunia berskala meter, sehingga jika

    kita menggunakan benda berskala nanometer, ibaratnya seperti halnya

    manusia yang berukuran bumi menggunakan bola pingpong. Dari

    kenyataan ini, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah

    mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -12-

    Gambar 2.1 Ukuran dari bagian tubuh manusia.

    Sementara itu, definisi nanoteknologi yang umum digunakan pada

    buku-buku pelajaran adalah Ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    mengatur struktur dan fungsi zat, material, devais dan sistem-proses

    pada tingkat atom, molekul dan skala nanometer. Definisi yang lebih

    detil lagi menurut pemerintah Amerika Serikat adalah Teknologi yang

    mengatur struktur dan fungsi zat pada skala panjang, lebar atau tinggi

    sebesar 100 nanometer atau kurang.

    Jadi bisa dikatakan nanoteknologi adalah ilmu pengetahuan dan

    teknologi yang mengontrol zat, material dan sistem pada skala

    nanometer, sehingga menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada.

    Yang menurut Prof. T. Kawai sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi

    untuk menyusun satu persatu atom atau molekul, sehingga tercipta

    dunia baru.

    Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia komputer

    telah mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas

    (Gambar 2.2), namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang

    luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program

    raksasa dalam waktu yang singkat. Seperti halnya komputer, produk

    hand phone telah di-upgrade sedemikian rupa dengan nanoteknologi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -13-

    sehingga berharga lebih murah dengan kemampuan dan kapasitas yang

    jauh lebih baik.

    Gambar 2.2 Perubahan bentuk komputer yang semakin ringkas dan

    berkapasitas tinggi.

    Gambar 2.3 Nanoteknologi mengubah dunia.

    Produk-produk ini telah merambah dan menyatu ke dalam kehidupan

    manusia melewati batas-batas status sosial umat manusia (lihat

    Gambar 2.3). Oleh karena itu, nanoteknologi merupakan driving force

    bisnis-bisnis baru. Berbagai macam aplikasi nanoteknologi pada

    produk-produk dewasa ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

    Super Slim notebook

    Komputer generasi ke-4

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -14-

    Gambar 2.4 Berbagai macam aplikasi nanoteknologi.

    Metode Pembuatan Nanomaterial

    Metode untuk membuat nanomaterial, secara garis besar

    dikelompokkan menjadi dua kategori : top-down dan bottem-up.

    Metode top-down adalah metode pembuatan material nano dengan

    cara memotong-motong atau menghancurkan material berukuran

    besar menjadi berkuruan nanometer. Termasuk dalam kategori ini

    adalah metode litografi beserta dengan metode modifikasinya secara

    luas dipergunakan dalam produksi chip komputer dan berbagai

    peralatan mikroelektronik. Pengembanagn terkini dari teknik ini

    adalah metode din pen lithography yang dapat diguanakan untuk

    menata selapis molekul beserta kombinasi molekul lain pada

    permukaan material yang dikehendaki.

    Metode kedua memproduksi material nano adalah metode bottem-up

    merupakan teknik yang digunakan untuk menata dan mengendalikan

    atom-atom dan molekul menjadi material berkuuran nano. Salah satu

    metode ini misalnya adalah metode penataan posisi (positional

    assembly) yang menggunakan alat bantu untuk menata atom-atom

    sesuai dengan posisi yang dikehendaki. Keberhasilan manata atom-

    atom xenon membentuk kata IBM telah membuktikan kehandalan

    metode ini dalam menata dan memanipulasi atom. Namun demikian,

    metode ini belum dapat diguanakan untuk kepentingan industri. Hal ini

    dikarenakan memerlukan waktu lama dan membutuhkan beberapa

    NanoTextile NanoArmor NanoCoat For

    Automotive NanoMedicine

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -15-

    tahapan proses. Satu tahapan lanjut dapat dikerjakan apabila langkah

    sebelumnya telah selesai dan berhasil secara sempurna.

    Metode bottem-up lain adalah metode self assembly. Atom-atom,

    molekul, partikel nano yang berbeda dicampurkan bersama dengan

    material berpori dengan ukuran geometri dan struktur pori tertentu.

    Karena geometri dan strktur elektronik yang unik, secara spontan

    atom-atom mengorganisasi diri membentuk strktur tertentu yang

    stabil dalam pori. Mengingat metode self assembly didsarkan pada

    reaksi kimia, metode ini adalah sederhana dan tidak mahal. Namun

    demikian, karena pengendalian sepenuhnya tergantung dari kondisi

    reaksi maka metode ini tidak menawarkan presisi untuk menghasilkan

    bentuk, ukuran, dan keseragaman tinggi sebagaimana ayng ditawarkan

    oleh metode top-down semacam metode litografi. Untuk menghaislkan

    keseragaman strktur dan ukuran, bahan-bahan kimia tertentu dapat

    berfungsu sebagai cetakan maupun pengendalian ukuran sering

    ditambahkan dalam metode bottem-up.

    II.3. Penerapan iptek nano

    Penerapan iptek nano begitu luas cakupannya dan merupakan kajian

    menarik karena munculnya keunggulan sifat pada skala nanometer.

    Berikut ini adalah contoh-contoh aplikasi untuk memberikan gambaran

    tentang penerapan yang sudah dilakukan maupun yang masih dalam

    kajian intensif.

    Tabir Surya (Sunscreen) dan Kosmetika

    Titanium dioksida (TiO2) dan seng oksida (ZnO) berukuran nano

    merupakan komponen aktif yang banyak digunakan dalam tabir surya.

    Hal ini dikarenakan kemampuan mereka unutk mengabsorb dan

    memantulkan sinar ultra violet, dan bersifat transparan untuk sinar

    tampak sehingga manarik konsumen. Oksida logam berukuran nano

    digunakan sebagai pewarna pada gincu (lipstick) adalah besi oksida,

    dan untuk aplikasi oksida logam lain memerlukan kajian mendalam

    mengenai efek terhadap kesehatan manusia.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -16-

    Komposit

    Komposit merupakan kombinasi dari satu atau lebih komponen

    terpisah yang dirancanang untuk menunjukkan seluruh sifat-sifat

    terbaik dari setiap komponennya. Nanomaterial semacam carbon

    nanotube, serat karbon berukuran nano dan clay (lempung)

    merupakan material yang banyak digunakan unutk penyususnan

    komposit. Hasil yang diharapkan bukan hanya sifat-sifat mekanis,

    namun meluas hingga sifat optik dan magnetik. Sekrang ini, serat

    karbon berukuran nano telah diterapkan sebagai filter untuk

    menguatkan ban kendaraan. Sedangkan clay terlah diterapkan secara

    luas untuk pentingan menguatkan sifat polimer, misalnya : nilon, poli

    etilen, poli akrilamida, polistiren, dan lain-lain. Komposit antara clay

    dengan polimer-polimer tersebut umumnya disebut sebagai

    nanokomposit yang diterapkan untuk pembuatan belt cover,

    dashboard, cover handphone, bumper, flame retardant, dan lain-lain.

    Material Sangat Keras dan Liat Untuk Pemotong

    Alat pemotong yang terbuat dari material-material nanokristalin

    semacam tungsten karbida, tantalum karbida dan titanium karbida

    memiliki sifat yang lebih licin, tahan terhadap pengikisan dan lebih

    tahan lama jika dibandingkan dengan alat sejenis dengan kristalin yang

    lebih besar.

    Pelapisan Permukaan

    Pelapisan dengan ketebalan yang terkontrol pada tingkat atom atau

    skala nano merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk

    kepentingan pembuatan divais optoelektronik, katalis maupun aktivasi

    permukaan dengan gugus funngsional tertentu. Penerapan pelapisan

    oksida titanium dioksida teraktivasi pada kaca untuk mendapatkan

    sifat permukaan yang mampu membersihkan diri sendiri (self-

    cleaning), anti bakteri dan mampu mendegradasi senyawa organik

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -17-

    yang menempel dipermukaannya merupakan satu contoh

    perkembanagn terakhir penerapan pelapisan.

    Pembuatan Cat

    Performa cat dapat ditingkatkan melalui penambahan nanopartikel

    yang akan membuat perubahan sifat cat, yaitu cat menjadi lebih ringan

    karena lapisan tipis, memerlukan lebih sedikit pelarut dan juga

    perubahan sifat yang lain. Pemakaian cat jenis ini umumnya digunakan

    untuk kepentingan pengecatan pesawat, sehingga hasil akhir bobot

    pesawat menjadi lebih ringan. Pengembangan cat dengan ketahanan

    tinggi terhadap fouling dari air laut dan bebas dari timbal tributil (TBT)

    dengan menggunakan nanopartikel merupakan peluang pembuatan cat

    ramah lingkungan. Selain itu, permukaan untuk keperluan pelapisan

    pipa industri dan keperluan rumah tangga serta pelapisan reaktor

    proses di industri yang berujuan untuk menghemat energi, misal untuk

    reaktor dengan pertukaran panas tinggi. Tantangan ke depan pada

    pembuatan cat dengan penambahan nanopartikel adalah pembuatan

    cat yang akan berubah warna karena perubahan temperatur atau

    lingkungan kimia, atau cat yang dapat menurunkan absorpsi infra

    merah sehingga menurunkan jumlah panas yang hilang.

    Remediasi

    Potensi penggunaan nanopartikel untuk bereaksi dengan polutan di

    tanah dan air laut mengubahnya menjadi senyawa yang tidak

    berbahaya merupakan satu bentuk pemanfaatan sifat nanopartikel

    berupa kepemilikan luas area yang besar dan aktifitas adsorpsi. Oksida

    logam nanopartikel semacam besi oksida dapat dimanfaatkan untuk

    menyerap hidrokarbon terklorinasi menjadi spesies yang tidak terlalu

    berbahaya. Penggunaan oksida logam ini diharapkan juga mampu

    mengimobilisasi logam berat terlarut seperti timbal dan merkuri dari

    larutan di lingkungan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -18-

    Fuel Cell

    Rekayasa permukaan merupakan hal yang sangat mendasar dalam fuel

    cell, dimana karakteristik permukaan luar dan struktur pori

    mempengaruhi unjuk kerjanya. Hidrogen yang digunakan dapat

    diproduksi melalui proses katalitik dari hidrokarbon yang pada

    umumnya merupakan bagian yang terhubung langsung dengan fuel

    cell. Potensi rekayasa nanoteknologi pada membran untuk

    mengintensifikasi proses dapat meningkatkan untuk kerja dengan skala

    fuel cell lebih kecil.

    Layar (Display)

    Besarnya permintaan pasar untuk layar lebar, jernih, datar

    sebagaimana digunakan untuk layar televisi dan monitor komputer

    sepenuhnya dihasilkan dari pengembangan beberapa nanomaterial.

    Beberapa nanokristalin semacam seng selenida, seng sulfida, kadmiun,

    sulfida dan timbal terlluida yang disintesis dengan metode sol-gel

    memiliki peluang sebagai generasi baru untuk ligh emetting phosphors.

    Material semacam carbon nanotube juga telah dikembangkan sebagai

    kandidat layar dengan kinerja tinggi hemat energi.

    Additif Bahan Bakar

    Kajian penambahan cerium oksida nanopartikel pada bahan bakar

    diesel untuk meningkatkan nilai ekonomi bahan bakar melalui

    penurunan tingkat konsumsi bahan bakar merupakan salah satu

    penerapan nanoteknologi.

    Baterai

    Pengembangan peralatan elektronik fungsional yang semakin kecil

    semacam laptop, handphone, GPS dan sensor memerlukan baterai

    ringan dan berenergi tinggi. Material nanokristalin yang dikembangkan

    dengan metode sol-gel berupa membran merupakan kandidat yang

    kuat sebagai pelat pembagi di dalam baterai karena karakterisasinya

    yang mirip dengan busa yang diharapkan mampu menghasilkan lebih

    banyak energi dibandingkan dengan konvensional. Logam nikel hidrida

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -19-

    yang terbuat dari nikel nanokristalin dan logam hidrida diharapkan

    mampu menjadi baterai dengan waktu recharging yang lebih pendek

    dengan usia pakai lebih panjang.

    Katalis

    Secara umum, nanopartikel memiliki luasan permukaan besar,

    sehingga dapat menunjukkan aktivitas katalitik yang lebih besar dari

    pada katalis konvensional. Rekayasa nanopartikel dapat dilakukan

    dengan cara mengendalikan ukuran nanopartikel melalui kerangka

    struktur support materialnya yang dapat berupa membran atau

    nanoporos. Penggunaan surfaktan pada sintesis nanopartikel dalam

    larutan mampu menghasilkan nanopartikel yang terdispersi tunggal

    dengan keseragaman struktur lapisan tipis tinggi. Selain aktivitas

    katalitik lebih besar, keseragaman ini menjamin selektifitas produk

    untuk menghindarkan dan meminimalisir produk samping yang

    dihasilkan selama reaksi.

    Pelumas

    Material anorganik berbentuk bola yang berukuran nano dapat

    digunakan sebagai pelumas, dengan dasar perlakukan sebagai batalan

    peluru, bentuk yang terkendali pada ukuran nano diduga sebagai akibat

    kemampuan kerja yang lebih lama dari pelumas konvensional maupun

    pelumas dengan penambahan additif. Namun demikian pertimbangan

    biaya dan umur pakai masih memberikan hambatan untuk melakukan

    produksi masal pelumas nano ini. Kemudian baru akan memiliki nilai

    ekonomi bila pelumas berbentuk nanopartikel mampu didispersikan

    pada pelumas cair.

    Material Magnetik

    Nanokristalin yttrium-samarium-cobalt telah menunjukkan sifat

    magnetik yang tidak biasa jika dibandingkan pada kondisi bulknya.

    Sifat ini sangat potensial utnuk diterapkan pada alat magnetik

    resonance imaging (MRI) yang digunakan secara luas di rumah sakit

    dan sensor mikro.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -20-

    Implant Medis

    Implant medis terkini seperti implant orthopedi dan katup jantung

    adalah berupa alloy dari titanium dan baja stainless, disebabkan karena

    sifat biokompatibelnya. Namun demikian, pada beberapa kasus

    beberapa alloy logam mengalami keausan seiring dengan waktu

    pakainya. Zirkon oksida nanokristalin merupakan material yang keras,

    tahan aus, tahan korosi, dan biokompatibel sehingga merupakan

    kandidat yang berpeluang unutk keperluan ini.

    Pemurnian Air

    Rekayasa nano membran dapat diterapkan untuk proses pemurnian air

    dengan energi yang efisien, khususnya proses desalinasi dengan

    menggunakan osmosis balik. Penerapannya memerlukan teknologi

    tambahan, dimana nanopartikel yang digunakan adalah yang

    terimobilisasi secara tetap dan bukan dalam bentuk nanopartikel

    bebas.

    Baju Seragam Militer

    Pengembangan baju seragam militer merupakan pengembangan

    penerapan nanoteknologi yang sedang dikerjakan di soldier

    nanotechnolgies at massachusetts institute of technology, USA, pada

    tahun 2004. Pengembangan dalam jangka pendek baju yang mampu

    untuk mengabsorp energi semacam gelombang ledakan, dan dalam

    jangka panjang adalah baju yang memiliki sensor-sensor penjejak

    keberadaan senjata kimia dan biologi. Spekulasi yang lebih jauh adalah

    mengembangkan baju yang mampu mengukur fisiologi tentara di

    medan perang dan baju yang memiliki kemampuan untuk mengobati

    tentara dalam pertempuran, misal patah tulang.

    Chip Komputer

    Miniaturisasi chip komputer merupakan usaha yang berdampak luas

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan

    manusia. Pada tahun 1971, Intel menggunakan teknologi chip 10.000

    nm dan kini adalah teknologi 130 nm. Perubahan kinerja proses adalah

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -21-

    luar biasa dari beberapa ribuchip menjadi giga flop dengan ukuran

    proses yang ribuan kali lebih kecil.

    Penyimpanan Informasi

    Hardisk yang pertama kali dibuat oleh IBM pada tahun 1956

    memerlukan lima puluh disk yang berukuran 24 inch dan hanya

    mampu menyimpan data sebanyak 5 MB (Mega Byte), dan kini hardisk

    yang berada di PC memiliki kapasitas dari 80 GB (giga byte) atau

    berkemampuan lebih dari 14.000 kali dengan ukuran kurang dari

    seperseribu hardisk yang dibuat pada tahun 1956. Hal ini

    dimungkinkan dengan adanya teknologi DRAM dan adanya material

    magnetik berkinerja tinggi. Penerapan iptek nano juga dijumpai pada

    teknologi penyimpanan dengan menggunakan DVD ataupun CD.

    Optoelektronik

    Unsur penting dalam revolusi teknologi informasi adalah

    optoelektronik, yakni divais yang mampu mengkonversi sinyal listrik

    menjadi bentuk cahaya untuk transmisi data, untuk display pada sensor

    berbasis optik dan diharapkan di masa depan mampu dimanfaatkan

    untuk komputasional berbasis optik. Meskipun beberapa divais

    optoelektronik tidak memerlukan miniaturisasi sebagaimana di chip

    komputer, namun kecenderunagn miniaturisasi juga terjadi misalnya

    pada quantum well laser dan display kristal cair (liquid crystal display)

    Komputasi Quantum

    Komputasi quantum dan kriptografi quantum sangat diuntungkan

    dengan pengembangan optoelektronik. Kedua teknologi tersebut

    sangat bergantung dengan fakta bahwa energi diskrit di tingkat

    kuantum meningkat secara dominan sebagai energi elektromagnetik

    seiring dengan pengecilan ukuran partikel. Jika teknologi membuat

    strktur nano dari material yang kompleks telah berhasil dikuasi maka

    disain tingkat atomik untuk menghasilkan kuantum kriptografi yang

    berfungsi utnuk menggantikan metode enskripsi kriptogradi akan

    menjadi suatu kenyataan. Sementara itu, komputasi quantum mampu

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -22-

    tercipta dan mampu menyelesaikan perhitunagn kompleks yang saai ni

    belum dapat dilakukan.

    Sensor

    Nanoteknologi memegang beberapa peranan penting dalam

    pengembangan sensor. Pertama dalam mengecilkan bentuk ukuran

    seminimal mungkin sehingga konsumsi energi menjadi semakin

    rencah. Yang kedua meningkatkan akurasi pengukuran dan

    kemampuannya semakin spesifik. Untuk menghasilkan sensor

    berukuran 1 mm2 diperlukan teknik fabrikasi nano yang sama dengan

    di industri teknologi informasi.

    Penghantar Obat (Drug Delivery)

    Nanoteknologi memiliki potensi penerapan yang sangat besar untuk

    penghantaran gen dan obat. Wahana yang digunakan dapat berupa

    nanopartikel yang memiliki gugus fungsional spesifik yang melingkupi

    obat dan kemudian dipelaskan secara spesifik dan mengontrol

    pelapsan obat ke sel penyakit yang menjadi target. Penggunaan drug

    delivery dapat meningkatkan efektifitas pengobatan dan menurunkan

    efek samping.

    Array Teknologi

    Penataan (array) molekul DNA pada carrier inert merupakan

    pendekatan yang dilakukan untuk membuat chip DNA. Sekarang ini

    metode ini merupakan metode secara rutin digunakan untuk analisis

    gen dan protein. Resolusi tinggi dan volume sampel yang lebih sedikit

    menajdikan metode ini sebagai metode ampuh untuk menganalisis

    sampel dari makhluk hidup dalam jumlah bersar pada skala nanometer

    den\gan sensitivitas dan akurasi tinggi. Hal ini merupakan penerapan

    nanoteknologi yang disebut sebagai lab on chip nanotechnologies.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -23-

    The first essential in chemistry, is that you should perform practical work and conduct experiments, for he who performs not practical work nor makes experiments will never attain the least degree of mastery

    (Jabir Ibnu Hayyan)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -24-

    BAB III

    IPTEK NANO DI DUNIA

    Pada bagian ini akan dipaparkan arah pengembangan nanoteknologi

    dunia terutama sektor publik berikut strategi dan kegiatan inisiatif,

    pendanaan, infrastruktur, peta perusahaan di USA, Eropa dan Asia

    Pasifik dan juga fokus pasar dari pelaku bisnis di Eropa dan Asia-

    Pasifik. Diharapkan dari pemahaman akan peta kekuatan

    nanoteknologi di dunia akan dapat membantu bagaimana sikap yang

    harus diambil oleh Generasi muda Indonesia dari berbagai kalangan.

    Menurut laporan Technology Transfer Centre-UK (2007), dari segi

    pendanaan negara Jepang mengungguli USA dan Uni Eropa bahkan

    China untuk investasi di bidang Nanoteknologi pada periode tahun

    2006 - 2010. Khusus untuk kawasan Uni Eropa, pemerintah Jerman

    terlihat mengungguli semua pendanaan negara-negara Eropa lainnya,

    dengan total dana sekitar 330 juta Euro per tahunnya. Namun demikian

    secara keseluruhan Uni Eropa memiliki skema dana hampir 600 juta

    Euro sampai tahun 2013 melalui program FP7. Hal ini membuat Eropa

    unggul dibanding pemerintah USA maupun Jepang. Jerman di satu sisi

    tampaknya sangat serius dalam aktivitas NanoTeknologi. Kondisi

    lengkap dari status pendanaan di bidang Nanoteknologi dunia dapat

    dilihat pada Gambar 3.1.

    Demikian juga negara-negara di Asia Pasifik terlihat mengalokasikan

    dana yang sangat signifikan untuk kegiatan nanosains dan

    nanoteknologi. Secara umum kegiatan nanoteknologi di kawasan ini

    dirancang dalam bentuk sebuah pusat Sains & Teknologi untuk

    teknologi kunci beberapa bidang seperti; iptek bahan, obat, lingkungan

    dan ICT.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -25-

    Gambar 3.1 Pendanaan nanoteknologi di dunia 2006-2010, dalam juta Euro Sumber: Technology Transfer Centre, 2007

    III.1. Iptek Nano di United State of America (USA)

    a. Kebijakan dan Strategi pelaksanaan

    Pemerintah Amerika Serikat dalam menjalankan kebijakan

    Nanoteknologinya membentuk The National Nanotechnology Initiative

    (NNI) pada tahun 2001. Sampai saat ini NNI telah merangkul 25

    lembaga Federal, dimana 13 diantaranya memiliki anggaran khusus

    dibidang Nanoteknologi. Anggaran untuk tahun 2009 akan dialokasikan

    sekitar 1,5 milyar USD sehingga berarti total anggaran sejak tahun

    2001 menjadi 10 milyar USD.

    Tujuan utama NNI adalah: (1) memperluas cakupan sains dan teknik

    skala nano melalui dukungan litbang; (2) menciptakan infrastruktur

    yang seimbang dan fleksibel, termasuk juga tenaga kerja terampil; (3)

    mengkaji implikasi sosial nanoteknologi; dan (4) memberdayakan

    koalisi besar kalangan akademi, industri dan pemerintah untuk

    menggali potensi dari teknologi baru.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -26-

    Sasaran kegiatan litbang yang diprogramkan NNI sampai dengan tahun

    2015 adalah sebagai berikut :

    1. Separuh dari advanced material baru yang didisain dan proses

    manufaktur dibangun berdasarkan kontrol pada skala nano.

    2. Penderitaan akibat penyakit kronis dapat dikurangi secara

    signifikan.

    3. Sains dan teknik nanobiosistem menjadi penting bagi

    kesehatan manusia dan bioteknologi.

    4. Konvergensi sains dan teknik pada skala nano akan

    menciptakan pola utama untuk penerapan dan integrasi

    nanoteknologi dengan biologi, elektronik, medis, pembelajaran

    dan bidang lainnya.

    5. Ketahanan life-cycle dan biocompatibility akan dilakukan pada

    pengembangan produk baru.

    6. Pengembangan dan edukasi pengetahuan akan berasal dari

    skala nano dan bukan skala mikro.

    7. Bisnis dan organisasi nanoteknologi akan disusun menuju

    integrasi dengan teknologi, distribusi produksi, edukasi terus

    menerus, dan pembentukan konsorsium aktifitas tambahan.

    Secara operasional kegiatan NNI dijalankan oleh Natoinal Science and

    Technology Council (NSTC) pada komite Teknologi dan sub-komite

    Nanoscale Science, Engineering, and technology (NSET). Selanjutnya

    NSET dibagi menjadi empat Working Grup yang menangani secara

    khusus hal-hal :

    1. Global Issues in Nanotechnology (GIN), bertugas membantu

    pemerintah Amerika Serikat dalam forum internasional terkait

    nanoteknologi

    2. Nanotechnology Environment and Health Implication (NEHI),

    mengkoordinasikan aspek Environment, Health, and Safety

    (EHS) antar lembaga

    3. Nanomanufacturing, Industry Liaison, and Innovation (NILI),

    mengkoordinasi kolaborasi industri, suport komersialisasi,

    manufaktur dan alih teknologi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -27-

    4. Nanotechnology Public Engagement and Communications

    (NPEC), mengkoordinasikan aspek-aspek yang terkait etik dan

    isu sosial dari nanoteknologi

    b. Pertumbuhan Investasi bidang nanoteknologi

    Pertumbuhan investasi pemerintah Amerika Serikat (AS) di bidang

    nanoteknologi terus meningkat. Pendanaan pemerintah federal di

    bidang R&D meningkat dari USD 982 juta untuk tahun fiskal 2005

    menjadi USD 1,53 Milyar untuk permintaan tahun 2009, atau tumbuh

    hampir 50 %, bahkan 300 % jika dibanding dengan tahun 2001.

    Gambar 3.2 menunjukkan pola pertumbuhan tersebut di atas.

    Gambar 3.2 Pendanaan bersama (dalam juta dollar) dilaporkan sejak

    terbentuknya NNI (tahun 2008 merupakan estimasi; tahun 2009 merupakan

    permintaan)

    Secara rinci distribusi pendanaan NNI untuk tahun fiskal 2009 dapat

    dilihat pada Gambar 3.3.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -28-

    Gambar 3.3 Distribusi pendanaan NNI (dalam juta dollar)

    Selanjutnya pada Tabel 3.1 dapat dilihat distribusi pendanaan pada

    tahun 2009 berdasarkan komponen kegiatan.

    Tabel 3.1 Distribusi pendanaan tahun fiskal 2009 berdasarkan

    komponen Kegiatan

    c. Status Publikasi Ilmiah Nanoteknologi

    Sebagai salah satu parameter untuk mengukur tingkat kemajuan

    kegiatan R&D di bidang nanoteknologi, pemerintah Amerika Serikat

    menggunakan status publikasi dan jumlah paten yang telah diterbitkan.

    Pada tahun 1990 sampai 2006 (Gambar 3.4), posisi Amerika Serikat

    untuk publikasi ilmiah menurut Science Citation Index (SCI) menduduki

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -29-

    peringkat kedua setelah Uni Eropa, diikuti China (termasuk Taiwan) di

    peringkat ketiga dan Jepang diperingkat keempat.

    Gambar 3.4 Publikasi nanoteknologi pada Science Citation Index (SCI)

    (Shelton, 2007)

    Untuk kasus Amerika Serikat, dari 12.000 publikasi ilmiah yang terbit

    di jurnal bergengsi seperti Science, Nature dan Proceeding of the

    National Academies of Science kontribusi publikasi nanoteknologi

    mencapai 70% pada tahun 2006, diikuti Jerman , Perancis dan Jepang

    seperti pada Gambar 3.5 (Chen and Roco 2008).

    Gambar 3.5 Kontribusi publikasi nanoteknologi (%)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -30-

    Selanjutnya pada Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan jumlah

    publikasi per Negara, maka AS menempati urutan pertama dengan

    kontribusi 35% , diikuti Uni Eropa sekitar 25-27%, lalu China

    (termasuk Taiwan) dengan 10% , Jepang dan Jerman sekiar 9-10%.

    Gambar 3.6. Kontribusi tiap negara untuk publikasi nanoteknologi

    d. Status Paten Nanoteknologi

    Dari tahun 1976 hingga 2006 terlihat jumlah paten publikasi USA terus

    meningkat tajam mencapai 1400 paten di tahun 2006; sementara di

    Jepang (JPO) dan Eropa (EPO) hanya mencapai 200 paten di tahun

    2006 (Gambar 3.7).

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -31-

    Gambar 3.7 Jumlah paten nanoteknologi di tiga negara

    Gambar 3.8 Paten terkait nanoteknologi berdasarkan negara

    Hal yang menarik terlihat adanya upaya proteksi paten yang sama

    secara global ketika terlihat adanya peluang penerapan paten secara

    mendunia. Gambar 3.8 memperlihatkan upaya agresif dari USA untuk

    melindungi patennya secara internasional diikuti Jepang, Jerman dan

    Korea dengan pangsa masing-masing 37,2%, 23,7%, 9,3% dan 7,3%.

    Dalam hal ini China hanya mempunyai pangsa sekitar 1,3% saja dalam

    upaya melindungi patennya di beberapa Negara.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -32-

    III.2 Iptek Nano di Uni Eropa

    a. Inisiatif pengembangan nanosains dan nanoteknologi di Eropa

    Berbagai pengamatan (survey) memperlihatkan bahawa eropa paling

    banyak menghasilkan publikasi ilmiah dalam bidang nanosains dan

    nanoteknologi (Noyan et a., 2003; Tomellini, 2005). Hal ini tentu saja

    menunjukkan bahwa eropa merupakan wilayah paling subur dalam

    menghasilkan pengetahuan tentang nanosains dan nanoteknologi

    (Hullmann, 2004). Akan tetapi, dalam aspek lain terutama yang terkait

    dnegan penerpaan dan realisasi pengetahuan itu menjadi produk-

    produk yang dapat dinikmati oleh masyaraka (publik ) serta

    komersilaisainya, ternyata eropa cukup jauh tertinggal dibanding

    jepang maupun USA. Hl ini misalnya terbesit dari kenyataan bahwa

    eropa secara berkesinambungan telah mengalami defist komersial

    utnuk produk-produk berteknolohi tinggi sekitar 23 milyar euro tiap

    tahunnya.

    Gambar 3.9 Publikasi Ilmiah Nanoteknologi Eropa diantara negara-negara di

    dunia. (Tomellini, 2005)

    Di samping itu, ternyata pendanaan yang berasal dari kalangan industri

    untuk riset dan pengembangan bidang nanosains dan nanoteknologi di

    Eropa juga terlihat cukup rendah dibandingkan dengan pendanaan

    yang disediakan oleh kalangan industri di Jepang dan USA untuk kolega

    mereka di lembaga riset. Hal ini menunjukkan pula adanya kesenjangan

    34%

    28%

    25%

    8% 5% Europe Union-15 dan EFTA

    USA dan Canada

    Asia

    Rusia

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -33-

    di Eropa antara riset dan pengembangan dalam nanosains dan

    nanoteknologi dengan dunia industri. Dominasi publikasi ilmiah Eropa

    dalam nanosains dan nanoteknologi ternyata juga tidak mencerminkan

    paten dalam nanoteknologi di Eropa. Ini terlihat sepreti disajikan pada

    gambar 3.10

    Gambar 3.10 Paten dalam nanoteknologi Eropa di antara negara-negara di

    Dunia. (Tomellini, 2005)

    Masalah ini dalam pengembangan nanoteknologi yang dihadapi oleh

    Eropa adalah kekurangan tenaga peneliti dibandingkan dengan yang

    dimiliki oleh USA dan Jepang. Sebagai catatan, secara statistik di Eropa

    hanya ada 5,1 peneliti tiap seribu orang. Bilangan ini tentu saja cukup

    kecil bila dibandingkan dengan yang dicatat di USA (7,4 peneliti tiap

    seribu orang) dan Jepang (8,9 peneliti tiap seribu orang). Kesenjangan

    ini akan semakin terasa manakala jumlah peneliti di industri ikut

    dilibatkan : di Eropa tercatat 2,5 peneliti tiap 1000 pekerja. Sementara

    di USA dan di Jepang berturut-turut tercatat 7 peneliti dan 6,3 peneliti

    tiap seribu pekerja (saxl, 2005). Jumlah peneliti di bidang nanosains

    dan nanoteknologi tentu saja tidak jauh dari situasi tersebut. Untuk

    mengatasi malsah ini, telah banyak dibuka program-program studi

    yang terkait dengan nanosains dan nanoteknologi di berbagai

    universitas. Di samping itu berbagai summer scholl terkait nanosains

    dan nanoteknologi terlah diselenggarakan.

    45%

    39%

    13% 3% USA dan Canada

    Europe Union-15 dan EFTA

    Asia

    Other

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -34-

    b. Kebijakan Dasar

    Kebijakan dasar tentang Nanosains dan Nanoteknologi Negara Uni Eropa tertuang dalam beberapa Dokumen Kunci sebagai berikut :

    Komisi Komunikasi Nanosains dan Nanoteknologi

    Strategy, COM(2004)338

    Action Plan 2005-2009, COM(2005)243

    1st Impelementation Report 2005-2007, COM(2007)505

    Kesimpulan Konsil pada,

    Strategy, 2605th Council Meeting, 24 September 2004

    1st Impelementation Report, 2832nd Council Meeting, 23

    November 2007

    Resolusi Parlemen Eropa pada,

    Action Plan 2005-2009, 28 September 2006

    P6_TA(2006)0392

    Pandangan Komite Sosial dan Ekonomi Eropa pada,

    Strategy, OJ C 157, 28.6.2005, p.22

    Action Plan 2005-2009, INT/277-CESE 582/2006

    c. Strategi Penerapan

    Uni Eropa dalam penerapan Nanoteknologi mempunyai pendekatan

    seperti terlihat dalam Gambar 2.9.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -35-

    Gambar 3.11 Pendekatan penerapan nanoteknologi di Uni Eropa

    Penelitian dan Pengembangan (R&D)

    Butir-butir penting dalam strategi mengutamakan R&D yang tercantum

    di dalam rencana aksi antara lain :

    a. Pemerintahan Uni Eropa memiliki komitmen menginvestasikan

    dana untuk R&D dengan jumlah tiga kali lipat sampai tahun 2010

    b. Fokus pada trasformasi pengetahuan dalam upaya menghasilkan

    produk dan proses yang lebih mensejahterakan

    c. Mendorong agar program FP7 sukses dengan meningkatkan nilai

    tambah melalui critical mass, kolaborasi antar negara dam

    kompetisi yang sehat

    d. Koordinasi yang efektif melalui platform OMC dan ERA (European

    Research Area)

    e. Proaktif mengajak publik dan sektor swasta berpartisipasi untuk

    memperkuat roadmap serta program ke depan

    Membangun Infrastruktur

    Ide dasar dalam membangun infrastruktur bersama antar

    pemerintahan di Uni Eropa memiliki lima kriteria sebagai berikut :

    a. Eropa harus memiliki sistem infrastruktur R&D nanoteknologi yang

    koheren

    b. Infrastruktur yang ada dan akan dibangun harus mampu

    memaksimalkan nilai tambah pada infrastruktur yang telah ada

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -36-

    dalam rangka membantu program SME (Small and edium

    Enterprise)

    c. Infrastruktur yang ada harus mampu dipetakan untuk

    mengidentifikasi kebutuhan yang sangat mendesak

    d. Jika dibutuhkan maka infrastruktur nanoteknologi Skala Eropa

    harus dibangun untuk memenuhi critical mass

    e. Mekanisme pendanaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan

    Bank Investasi Eropa

    Investasi Sumber Daya Manusia (SDM)

    Lima langkah strategis untuk investasi SDM nanoteknologi Eropa

    adalah sebagai berikut :

    a. Mengidentifikasi pendidikan yang diperlukan di bidang

    nanoteknologi

    b. Mendorong terciptanya kurikulum baru sesuai kebutuhan

    pengembangan nanoteknologi

    c. Mengintegrasikan keahlian ke dalam satu pelatihan riset seperti

    pola kewirausahaan

    d. Mengeksplorasi peneliti berdedikasi dengan cara seperti Marie

    Curie proposal

    e. Menggairahkan peneliti muda dengan memberikan European

    Nanotechnology Awards

    Inovasi Industri

    Strategi inovasi industri nanoteknologi Eropa mengcakup enam butir :

    a. Mempromosikan kondisi ideal agar pihak industri ber investasi di

    bidang nanoteknologi

    b. Menjajagi prospek dan kondisi yang dapat mengoptimalkan peran

    industri di bidang nanoteknologi

    c. Mengundang European Invesment Bank dan institusi lain untuk

    memperkuat basis finansial R&D nanoteknologi

    d. Mendorong tersciptanya sistem paten yang lebih efisien

    e. Mengundang negara anggota untuk menilai dan memperbaiki

    regulasi yang ada dengan fokus pada isu nanoteknologi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -37-

    f. Mendorong aksi koordinasi dalam hal metrologi, standar dan norma

    di bidang nanoteknologi

    Integrasi Dimensi Sosial

    Hal yang penting dalam penerapan nanoteknologi adalah bagaimana

    melakukan tahapan integrasi nanoteknologi ke dalam masyarakat luas.

    Strategi yang dilakukan tercakup dalam lima butir sebagai berikut :

    a. Pentingnya melibatkan aspek sosial ke dalam aktivitas R&D

    nanoteknologi

    b. Pemerintah Eropa harus lebih terbuka dan proaktif terkait R&D

    nanoteknologi

    c. Dialog dengan masyarakat luas dan konsumen produk nano

    d. Komisi Eropa harus menekankan aspek etik dalam penerapan

    nanoteknolog

    e. Pengembangan nanoteknologi yang lebih terbuka terhadap publik

    Kerjasama Internasional

    Hal-hal penting terkait isu kerjasama internasional di bidang

    nanoteknologi yang akan ditempuh Uni Eropa adalah :

    a. Mendorong terciptanya dialog tentang isu kesehatan masyarakat,

    keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen , kajian risiko,

    metrologi dan norma

    b. Menjamin akses negara berkembang sehingga tidak terjadi politik

    diskriminasi pengetahuan

    c. Kerjasama informasi terkait aspek sains, ekonomi dan sosial dari

    nanoteknologi

    d. Mendefinisikan suatu code of good conduct terkait tanggung jawab

    pengembangan nanoteknologi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -38-

    Gambar 3.12 Empat generasi aplikasi nanoteknologi

    III 3. Iptek Nano di Asia Pasifik

    III.3.1. Nanosains dan Nanoteknologi di Jepang

    Dalam bagian ini akan dibahas pengembangan nanosains dan

    nanoteknologi di Jepang. Sebagaimana sebelumnya, kita akan

    menengok masalah-masalah terkait dengan oendanaan, arah atau trend

    riset dan pengembangan, jaringan kerja (networking) serta kebiajkan-

    kebijakan risetnya.

    Meskipun dalam situasi resesi yang cukup parah sekitar tahun 1990-an,

    pendanaan riset dalam bidang nanosains dan nanoteknologi di Jepang

    tetap berlangusng. Ada dua alasan pokok yang mendasari pendanaan

    tersebut. Pertama, jepang memiliki kemampuan yang telah lama mapan

    dan dapat diandalkan dalam hal fabrikasi piranti-piranti. Kedua, Jepang

    dinilai cukup berhasil dalam mengeksploitasi hasil-hasil riset secara

    komersial (Johnstone, 1994). Fitur Jepang semacam ini, tentu saja

    bukan hal asing lagi mengingat produk-produk jepang telah lama

    membanjiri pasar di berbagai belahan dunia.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -39-

    Di Eropa, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, nanosains dan

    nanoteknologi masih berkutat dalam skala laboratorium dan Eropa

    unggul dalam hal publikasi ilmiah. Yang terjadi di Jepang adalah

    sebaliknya, walaupun tidak begitu kuat dalam publikasi ilmiah, mereka

    kuat dalam realisasi hasil-hasil riset menjadi produk-produk nyata

    yang dpat dikomersialisasikan. Jepang ternyata lebih dekat ke dunia

    nyata. Ketika di Eropa teknik penumbuhan lapisan tipis seperti

    epiteksi moleular dan teknik deposisi masih merupakan prosedur-

    prosedur elitis laboratorium, maka di Jepang perusahaan-perusahaan

    seperti Fujitsu dan Sony telah bergerak jauh dalam tataran produksi.

    Misalnya, mereka telah memproduksi laser semikonduktor untuk CD

    player dan transistor yang memiliki mobilitas elektron tinggi.

    Arah Riset dan Pengembangan

    Suatu lembaga tersendiri bernama nanomaterials Working Group telah

    dibentuk dan menjadi subbagian dari STA. Lembaga ini telah

    merumuskan topik-topik riset dalam bdiang nanosains dan

    nanoteknologi pada tahun 2000. Tema-tema riset direkomendasikan

    adalah sebagai berikut :

    1. Piranti-piranti nano dan nanomaterial untuk sistem

    komunikasi generasi mendatang.

    2. Material untuk penghematan tenaga dan lingkungan.

    3. Nanobiologi untuk teknologi kedokteran dan biomaterial

    4. Teknologi generik seperti fabrikasi, analisis, dan simulasi

    5. Material-material yang memiliki fungsi-fungsi inovatif.

    Pada tahun 2000 anggaran total untuk riset dalam nanosains dan

    nanoteknologi di Jepang berkisar 82,5 milyar Yen dan meningkat

    menjadi sekitar 90,4 milyar Yen pada tahun 2003 dan akan terus

    meningkat di tahun berikutnya hingga sekarang. Ini berarti bahwa

    anggaran untuk riset nani di Jepang pda tahun itu mendekati anggaran

    nasional untuk riset nani di USA. Pada tahun 2002 kementrian

    Pendidikan, kebudayaan, Olehraga, Sains dan Teknologi (MEXT)

    meluncurkan proyek yang dikenal sebagai Nano Virtual Laboratory

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -40-

    untuk mendorong riset-riset inovatif menuju komersialisasi dan

    industrialisasi nanoteknologi.

    Pada tahun yang sama MEXT juga memulai proyek jaringan peneliti

    nanoteknologi guna menyediakan dukungan lintas sektoral dan

    menyeluruh bagi riset-riset dalam bidang nanoteknologi di universitas-

    universitas dan pihak-pihak swasta. Proyek ini misalnya menyediakan

    fasilitas-fasilitas riset berupa peralatan-peralatan berskala besar dan

    dapat dimanfaatkan bersama oleh organisasi organisasi riset dan

    universiats-universitas seperti : mikroskop elektron bertegangan

    tinggi, synchroton spring-8 dan fasilitas-fasilitas fabrikasi nano.

    Pada awal tahun 2003, dalam rangka mengimbangi proyek-proyek

    telah diluncurkan oleh MEXT, kementrian Ekonomi, perdagangan, dan

    Industri (METI) meluncurkan proyek Focus 21 yang mendukung riset-

    riset nanoteknologi dan material, fusi antara nanoteknologi dan

    teknologi informasi, dan fusi antara bioteknologi dengan

    nanoteknologi.

    III.3.2. Nanosains dan Nanoteknologi di RRC

    Sekarang kita tengok seberapa jauh Republik Rakyat Cina (RRC) telah

    melangkah dalam riset dan pengembangan nanosains dan

    nanoteknologi. Kita akan mengintip cara ditempuh oleh RRC dalam

    mengatasi permasalahan-permasalahan terkait dengan pendanaan,

    arah serta trend riset dan pengembangan, seberapa kuat dan mapan

    ajringan kerja telah terbangun dan seberapa jauh kebijakan-kebiajakan

    pemerintah negeri ini mempengaruhi perkembangan nanosains dan

    nanoteknologi.

    Inisiatif dan kebijakan Pengembangan

    Nanosains dan nanotekologi telah mendapat di kalangan ilmuwan cina

    sejak konsep itu pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an.

    Ketertarikan awal terutama dirangsang oleh perkembanggan piranti-

    piranti dan teknik-teknik pengamatan objek-objek berukuran

    nanometer, khususnya piranti SPM (Scanning Probe Microscope).

    Pemakaian STM (Scanning Tunneling Microscope) dan beberapa jenis

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -41-

    SPM lain oleh para ilmuwan Cina untuk eksplorasi telah mampu

    membangkitkan gairah akan nanosains dan nanoteknologi (Bai, 2005).

    Segera setelah konsep pengembangan nanosains dan nanoteknologi

    telah mapan pada tataran ilmiah, tiga lembaga, yakni Akademi Sains

    Cina (CAS), lembaga Ilmu pengetahuan Cina (NCFC) dan komisi sains

    dan teknologi negara (SSTC), mulai memberikan pendanaan bagi riset-

    riset dan aktivitas-aktivitas terkiat dengan riset dan pengembangan

    nanosains dan nanoteknologi. Di antara beberapa bidang khusus

    pertama-tama mendapatkan kurusan dana adalah pengembangan STM,

    kemudian teknik-teknik untuk melihat landscape permukaan material

    pada skala atom dan molekular dan riset-riset dalam nanomaterial.

    Untuk mengemabnagkan nanosains dan nanoteknologi diperlukan

    kemampuan dan pengetahuan dari berbagai bidang. Sejumlah pusat-

    pusat riset multidisiplin telah dibangun untuk mempromosikan dan

    memfasilitasi kerjasama di antara berbagai lembaga di suatu wilayah

    dengan jalan melakukan sharing berbagai sumber daya. Berdasarkan

    data statistik, lebih dari 50 universitas, 20 lembaga di bawah

    kementrian pendidikan dan lebih dari 300 perusahaan telah

    berpartisipasi dalam riset dan pengembangan nanoteknologi yang

    melibatkan lebih dari 3.000 ilmuwan dari berbagai lembaga,

    universitas, dan perusahaan di seluruh RRC. Untuk itu telah dibentuk

    juga suatu badan yang diberi nama Pusat Nanosains dan Nanoteknologi

    Nasional Beijng dan Pusat Teknik Nano di Shanghai.

    Dari hasil konsultasi dengan the national development and program

    commite, kementrian pendidikan dan the national natural science

    foundation commite (NNSFC) pada bulan juli tahun 2001, kementrian

    sains dan teknologi Cina mengeluarkan rencana kebijakan untuk

    strategi pengembanagn nanoteknologi nasional untuk selang waktu

    2001 sampai 2010. Draft kebijakan ini menegaskan strategi umum dan

    tujuan pengembangan nanosains dan nanoteknologi di Cina. Menurut

    strategi umum ini, pemerintah Cina bertanggung jawab secara

    berkesinambungan untuk (a) meningkatkan kemampuan inovatif, (b)

    mengembangkan teknologi lanjut dan pada akhirnya (c) terwujudnya

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -42-

    penerapan industri yang sesuai (relevan) dengan keadaan Cina saat ini

    dengan fokus pada pengembanagn nasional jangka panjang (Gu dan

    Schulte, 2005). Dalam riset dasar dan pengembangan teknologi lanjut,

    eksplorasi dan inovasi sangat ditekankan. Dalam penerapan,

    pengembangan nanomaterial merupakan tujuan uatama jangka

    pendek. Pengembangan bionanoteknologi dan nanoteknologi untuk

    kesehatan (terutama nanomedical tchnology) merupakan tujuan utama

    jangka menengah. Sedangkan pengembangan nanoelektronika dan

    nanochip merupakan tujuan jangka panjang.

    Rencana lima-tahunan yang kesepuluh ini lebih menitikberatkan pada

    1. Peningkatan riset dasar dan riset terapan dalam nanoteknologi

    2. Eksplorasi kemungkinan penerapan teknologi yang tergantung

    pada permintaan pasar dan sejalan dengan tujuan

    pengembangan nasional.

    3. Promosi bagi industrialisasi nanoteknologi yang berfokuskan

    pada produksi massal, pendidikan dan latihan serta riset dan

    pengembangan.

    4. Pembentukan pusat nanoteknologi dan pembangunan secara

    progresif suatu sistem nanoteknologi nasional yang inovatif.

    Sementara itu, riset menurut rencana lima-tahunan ke sepuluh ini

    dititikberatkan pada prinsip-prinsip dasar sifat-sifat fisis dan kimiawi

    pada skala nano dengan tujuan untuk menemukan teori-teori dan

    konsep-konsep baru. Sebagai contoh adalah pengembangan

    nanoprosesor inovatif, konfigurasi-konfigurasi kuantum dan gejala-

    gejala domino kuantum baru. Sasaran berikutnya adalah karakterisasi

    sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologis bahan-bahan pada skala nano dan

    karakterisasi molekul-molekul tunggal dan interaksi mereka.

    Pengetahuan yang didapat dari riset-riset dasar ini pada gilirannya

    akan menyokong pengembangan teori tingkat lanjut yang memainkan

    peran penting dalam perancangan dan manufakturing struktur-

    struktur nano, bahan-bahan nano dan nanochip baru yang berbasiskan

    teknologi atomik dan molekular. Bagian penting rencana lima0tahunan

    berikutnya adalah penyusunan database nanoteknologi yang terkait,

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -43-

    standarisasi nasional tentang skala nano dan proses industrialisasi

    nanoteknologi.

    Kebijakan utama dalam pengembangan nanosains dan nanoteknologi di

    RRC dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kepemimpinan dan koordinasi dalam riset dan

    pengembanagn nanoteknologi

    2. Menerapkan inisiatif nanoteknologi nasional

    3. Mendorong semua pihak yang terlibat dan menciptakan

    nanoteknologi ramah lingkungan.

    4. Membidani lahirnya para spesialis dan teknolog nanoteknologi

    Arah pengembangan

    Diantara tema-tema besar dalam nanosains dan nanoteknologi yang

    dikembangkan di RRC, tema yang berkaitan dengan bahan-bahan nano

    (nanomaterial) paling banyak mendapat perhatian (Bai, 2001; Bai,

    2005). Bahan-bahan nano (nanomaterial). Contohnya adalah

    nanomaterial carbon nanotubes (CNTs). Tabung-tabung karbon ini

    berdiameter beberapa nanometer sehingga setara ukurannya dengan

    kolekul-molekul DNA. Group riset yang dikomando oelh Sishen Xie di

    Institut Fisika di Beijing telah menukan metode penumbuhan

    nanotubes yang memiliki fitur-fitur penting dapat digunakan untuk

    menentukan sifat-sifat dan potensi-potensi teknologis material-

    material tersebut.

    Arah lain pengembangan nanosains dan nanoteknologi adalah

    pengembangan nanotembaga. Suatu group di bawah arahan Ke Lu di

    Isntitut Riset Logam pada tahun 2002 menemukan sifat superplastis

    dari nanotembaga, yakni sifat bahwa bahan tersebut dapat direntang

    sampai panjangnya lebih dari 50 kali panjang bahan semula tanpa

    putus. Pada tahun 2004, group ini menemukan gejala lain yang dimiliki

    oleh nanotembaga berkaiatn dengan kekuatan bahan tersebut terhadap

    tekanan.

    Dalam hal bahan-bahan anorganik, Dongyuan Zhao dan rekan-

    rekannya di Universitas Fudan telah menemukan sintesis umum untuk

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -44-

    mendapatkan material berkomponen banyak yang stabil, semisal

    campuran fosfat logam, campuran oksida logam, dan lain-lain. Bahan-

    bahan semacam itu pada gilirannya memungkinkan didapatkannya

    jenis katalis-katalis baru, piranti-piranti filtrasi ramah lingkungan dan

    teknologi-teknologi lain yang bersandarkan pada interaksi-interaksi

    molekul dalam ruang-ruang berskala nano.

    Gambar 3.14 Prespektif arah riset dan pengembangan nanosains dan

    nanoteknologi RRC (Gu dan Schulte, 2005)

    Prespektif arah riset dan pengembangan nanosains dan nanoteknologi

    RRC dapat dipahami dengan melihat sebaran riset berdasrkan

    subbidang kajian. Diagram Gambar 3.14 Memperlihatkan prespektif itu

    (Gu dan Schulte, 2005)

    Pencapaian tertinggi riset dan pengembanagn nanosains dan

    nanoteknologi RRC adalah :

    1. Keberhasilan sintesis terorientasi lajur nanotube

    2. Keberhasilan sintesis galium ternitrogenkan secara nano

    menggunakan pelarut benzen.

    3. Lajur nanotube pada substrat silikon

    4. Kawat dan kabel nano berdimensi satu

    5. Bubuk nanoberlian menggunakan dekomposisi termal

    6. Penemuan pertama suatu fase tembaga yang melimpah

    7. Bahan-bahan nano organik yang dapat difungsikan

    55%

    10%

    15%

    20%

    Nanomaterials

    Nanoelectronic

    Nanobiology and Medicine

    Others

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -45-

    " Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja ! Gali ! Bekerja ! Kita

    adalah satu tanah air yang paling cantik di Dunia " (Ir. Soekarno)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -46-

    BAB IV

    IPTEK NANO DI INDONESIA

    IV.1. Peluang dan Tantangan

    A. Tinjauan Potensi Sumber Daya Alam

    Dunia mencatat bahwa Indonesia adalah salah satu Negara yang

    memiliki limpahan kekayaan alam luar biasa. Hal ini menjadi penting

    untuk dikaji dalam kajian roadmap nanosains-nanoteknologi karena

    sumber daya alam (SDA) Indonesia merupakan keunggulan komparatif

    yang tak tertandingi dan berpotensi sebagai bahan baku utama industri

    masa depan. SDA ini adalah sebuah peluang masa depan yang akan

    menghantarkan Indonesia leading dalam industri nano. Dalam bagian

    ini akan diuraikan mengenai SDA terbarukan dan tak terbarukan,

    potensi dan beberapa sebarannya di Indonesia serta peluang

    pengembangan dan pengelolaannya di masa mendatang.

    Potensi sumber daya alam Indonesia meliputi potensi sumber daya

    alam tak terbarukan dan sumber daya alam terbarukan. Sumber daya

    alam tak terbarukan adalah sumber daya alam yang terbentuk oleh

    porses alam dalam waktu ribuan tahun dan tidak mungkin dibuat oleh

    manusia. Sedangkan sumber daya alam terbarukan adalah sumber daya

    alam yang sifatnya selalu tersedia terus menerus.

    B. Sumber Daya Alam Tak Terbarukan

    Sumber daya alam tak terbarukan mempunyai sifat bahwa volume

    fisiknya tersedia tetap tidak mungkin bertambah oleh intervensi

    manusia. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai sumber daya alam

    tak terbarukan, meliputi sumber daya mineral, sumber energi minyak

    bumi-Gas alam, Sumber energi panas bumi, dan batu bara.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -47-

    1. Sumber daya Mineral

    Mineral tambang tersebar di hamparan bumi Indonesia yaitu batu bara,

    bauksit, nikel, emas, perak, granit, biji besi, timah, tembaga, dll.

    Keberagaman mineral tambang Indonesia dapat dilihat pada gambar

    4.1.

    Gambar 4.1 Peta Sebaran Barang Tambang Mineral (sumber : ESDM)

    Secara kualitas, mineral tambang Indonesia amat beragam dan

    memiliki kadar tinggi. Sehingga masih relatif mudah dalam

    mengeksplorasi dengan teknologi pertambangan saat ini. Kuantitas

    barang tambang mineral dari tahun 1996 2009 dapat dilihat pada

    tabel 4.1.

    Pada tabel tersebut menunjukkan produksi barang tambang yang

    semakin meningkat pada batu bara dan fluktuatif pada barang tambang

    lain. Ini mengindikasikan bahwa beberapa dekade ke depan sumber

    barang mineral masih belum bisa diprediksi karena dimungkinkan

    penemuan sumber tambang baru.

    Dari semua produksi barang tambang yang ada, digunakan untuk

    kebutuhan nasional dan kebutuhan eksport. Pada gambar 4.2

    menunjukkan kuantitas produksi, konsumsi dan eksport mineral.

    Indonesia banyak mengeksport barang tambang dari pada dikonsumsi

    untuk kebutuhan nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa lemahnya

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -48-

    iptek Indonesia dalam mengolah mineral tambang ini menjadi produk

    hilir yang bernilai lebih tinggi.

    Komponen-komponen elektronik, kendaraan, peralatan, dan sejenisnya

    adalah pengguna terbesar barang tambang mineral seperti silica, besi,

    timah, tembaga, perak, dll. Sehingga tantangan Indonesia adalah

    bagaimana cara memanfaatkan barang tambang mineral tersebut

    menjadi komponen-komponen yang kemudian dirakit menjadi produk

    andalan nasional.

    Tabel 4.1 Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2009

    Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS)

    Gambar 4.2 Grafik produksi, konsumsi dan eksport mineral (sumber : ESDM)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -49-

    2. Sumber Energi Minyak Bumi-Gas Alam

    Gambar 4.3 memperlihatkan peta penyebaran dan potensi minyak

    bumi Indonesia. Jumlah terbesar berada di Pulau Sumatera dengan

    potensi hampir 5.000 MMSTB, kedua di pulau jawa dengan potensi

    1.578,97 MMSTB, ketiga di kalimantan timur dengan potensi 670

    MMSTB, dan lainnya tersebar di Indonesia bagian timur.

    Gambar 4.3 Peta Penyebaran Potensi Minyak Bumi Indonesia (sumber : ESDM)

    Pada gambar 4.4 memperlihatkan peta penyebaran dan potensi gas

    alam Indonesia hingga tahun 2010. Potensi terbesar gas alam

    terbanyak di Pulau Natuna dan selebihnya tersebar hampir merata di

    barat ke timur Indonesia.

    Gambar 4.4 Peta Penyebaran Potensi Gas Alam Indonesia (sumber : ESDM)

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -50-

    Tabel 4.2 memberikan informasi tentang jumlah produksi minyak bumi

    dan gas alam tahun 1996-2009 dalam satuan barel. Produksi minyak

    bumi mengalami penuruanan setiap tahunnya. Hal ini dimungkinkan

    karena kuantitas potensi minyak bumi yang semakin menipis dan

    belum ditemukan potensi sumber minyak bumi baru. Sedangkan

    produksi gas alam mengalami fluktuasi dan tidak dapat diprediksi. Hal

    ini dimungkinkan karena masih ditemukannya sumber gas alam baru.

    Tabel 4.2 Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam , 1996-2009

    Sumber : Biro Pusat Statistik, 2011

    Secara umum produksi minyak bumi dan gas alam dari unit pengolahan

    dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri dan sisanya dieksport. Pada

    gambar 4.5 menjelaskan tentang data produksi, konsumsi, eksport dan

    import minyak bumi. Besarnya ketergantungan minyak bumi nasional

    membuat Indonesia harus menjaga stabilitas penggunaan BBM dengan

    mengimport. Walupun demikian angka eksport minyak bumi masih

    relatif lebih tinggi hingga tahun 2010. Semakin menurunnya produksi

    minyak bumi Indonesia seperti ditunjukkan oleh tabel 4.2 mendorong

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -51-

    Pemerintah untuk mengusahakan sumber energi lain seperti panas

    bumi, sel surya, biomassa dan sumber potensial lainnya.

    Gambar 4.5 Grafik Produksi, Konsumsi, Eksport, dan Import Minyak Bumi

    (sumber : ESDM)

    Gambar 4.6 memperlihatkan data produksi dan konsumsi gas alam

    yang relatif berimbang dari tahun 2001-2010. Hal ini menunjukkan

    bahwa produksi gas alam dalam negeri mampu menyediakan

    kebutuhan nasional.

    Gambar 4.6 Grafik Produksi dan Konsumsi Gas Alam (sumber : ESDM)

    Besarnya potensi minyak bumi dan gas alam Indonesia hingga saat ini,

    merupakan peluang berupa waktu yang relatif panjang bagi generasi

    iptek Indonesia untuk mempersiapkan sumber energi alternatif demi

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -52-

    mendukung berbagai sektor pengguna energi seperti transportasi,

    perumahan, perkantoran, fasilitas publik dan lain-lain.

    3. Sumber Energi Panas Bumi

    Garis pengunungan yang terhampar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa

    menciptakan besarnya potensi panas bumi Indonesia. Potensi panas

    bumi merupakan alternatif energi bagi produksi listrik yang selama ini

    menggunakan minyak bumi. Sehingga minyak bumi dapat dialihkan ke

    kebutuhan penting lainnya.

    Gambar 4.7 menunjukkan peta penyebaran potensi panas bumi di

    Indonesia per januari 2008. Peta ini menjelaskan 3 point penting

    tentang data tahap pengembangan, tahap produksi, dan tahap akan

    ditenderkan. Tahap pengembangan dengan kuantitas 1.537,5 MW

    tersebar di Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Tahap produksi

    dengan nilai 1.052 MW tersebar di Ujung utara pulau sumatera, Pulau

    Jawa, dan Pulau Sulawesi. dan tahap yang akan ditenderkan sebanyak

    630 MW tersebar merata di Indonesia.

    Gambar 4.7 Peta Penyebaran Potensi Panas Bumi (sumber : ESDM)

    Gambar 4.8 memperlihatkan data keseimbangan antara produksi dan konsumsi

    panas bumi Indonesia dari tahun 1998-2008. Meningkatnya penggunaan panas

    bumi tahun 2008 disebabkan oleh melonjaknya harga minyak dunia yang

    membuat pemerintah harus melirik panas bumi bagi penyedia listrik nasional.

    Grafik tersebut juga menunjukan bahwa seluruh produksi listrik dari panas

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -53-

    bumi dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri. Hingga saat ini, panas bumi

    menjadi penyedia listrik potensial bagi kebutuhan nasional.

    Gambar 4.8 Grafik Produksi dan Konsumsi Panas Bumi (sumber : ESDM)

    4. Sumber Energi Batu Bara

    Gambar 4.9 menjelaskan tentang produksi, konsumsi dan eksport batu

    bara di Indonesia pada tahun 2006-2010. Sebagian besar produksi batu

    bara Indonesia dieksport sebagai sumber devisa untuk mengimport

    kebutuhan lain.

    Gambar 4.9 Grafik Produksi, Konsumsi, dan Eksport Batu Bara (sumber: ESDM)

    Emisi CO2 hasil pembakaran batu bara menjadi salah satu penyebab

    tidak digunakan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -54-

    utama. Hal ini dikarenakan masih adanya potensi sumber energi lain

    yang lebih ramah lingkungan seperti panas bumi. Namun demikian,

    batu bara merupakan favorit Industri untuk penyedia listrik, steam

    boiler, pemanas, dll.

    Besarnya potensi sumber energi Indonesia mulai dari minyak bumi, gas

    alam, panas bumi, dan batu bara adalah salah satu pendukung

    bergeraknya roda aktivitas Industri untuk meningkatkan daya saing

    ekonomi Indonesia dari negara lain. Mudahnya sumber energi

    merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di

    Indoensia. Namun demikian, potensi sumber daya tak terbarukan ini

    tentunya akan semakin menipis dan habis. Sehingga peluang dan

    tantangan ini harus difikirkan terkait infrasturktur berkelanjutan

    penyedia kebutuhan industri.

    C. Sumber Daya Alam Terbarukan

    Berbeda dengan sumber daya alam terbarukan, sumber daya alam

    terbarukan volume fisiknya dapat bertambah oleh manusia. Pada

    bagian ini diuraikan mengenai sumber daya alam terbarukan, meliputi

    sumber energi bersifat lestari, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan

    perikanan.

    1. Sumber Energi Biomassa

    Melimpahnya potensi biomassa di Indonesia harus mulai dilirik oleh

    peneliti, pengusaha, dan pemerintah sebagai sumber energi alternatif

    terbarukan masa depan. Sumber energi biomassa lebih disukai karena

    bersih dan tidak beremisi sehingga ramah lingkungan. Diharapkan

    penelitian dan pengembangan potensi biomassa ini terus berlanjut

    untuk mempersiapkan kondisi tak terduga di kemudian hari. Turunan

    dari sumber energi biomassa ini adalah, crude plam oil (CPO),

    bioetanol, biodiesel, dan variannya.

    Gambar 4.10 menjelaskan keseimbangan produksi dan konsumsi

    biomassa di Indonesia tahun 1998-2006. Hal ini menunjukan bahwa

    Semua produksi biomassa dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri.

    Grafik tersebut juga memperlihatkan peningkatan produksi dan

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -55-

    konsumsi nasional dari tahun ke tahun. Kuantitas produksi dan

    konsumsi biomassa dapat dilihat pada tabel 4.3.

    Gambar 4.10 Grafik Produksi dan Konsumsi Biomassa (Sumber : ESDM)

    Tabel 4.3 Produksi dan Konsumsi Biomassa , 1999-2006

    Sumber : Data ESDM

    2. Sumber Energi Tenaga Air

    Tidak teraturnya tofografi dan banyaknya pengunungan di Indonesia

    menyebabkan aliran air dari daerah lebih tinggi ke daerah lebih rendah.

    Aliran deras dengan diikuti volume besar air menyebabkan

    terbentuknya kekuatan yang mampu menggerakkan turbin generator.

    Selanjutnya turbin ini akan menghasilkan listrik bagi daerah-daerah

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -56-

    pengunungan yang sulit dialiri listrik datau dibangun pembangkit

    listrik baru. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

    merupakan sumber energi alternatif bagi mendukung perekonomian

    masyarakat di daerah pegunungan dan sekitarnya.

    Gambar 4.11 Grafik Produksi dan Konsumsi Tenaga air (Sumber : ESDM)

    Gambar 4.11 menjelaskan fluktuasi produksi dan konsumsi tenaga air

    dari tahun 1999-2008. Ketidakstabilan produksi dan konsumsi tenaga

    air ini dimungkinkan karena perawatan alat yang kurang baik sehingga

    mengamali kerusakan, aliran air yang tidak stabil, dan kendala-kendala

    teknis lapangan. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas

    pengetahuan dan praktik bagi penduduk sekitar pembangkit tersebut.

    Tabel 4.4 Produksi dan Konsumsi Tenaga Air , 1999-2008

    Sumber : Data ESDM

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -57-

    Pada tabel 4.4 menujukkan kuantitas produksi dan konsumsi tenaga air

    tahn 1999-2008. Nilai terbesar terjadi pada tahun 2001 dan 2008. Pada

    tahun 2001 sebesar 29.380.300 ton dan pada tahun 2008 sebesar

    29.060.000 ton. Diharapkan penelitian dan pengembangan potensi

    tenaga air ini terus berlanjut untuk menunjang perekonomian daerah

    pegunungan dan sekiranya.

    3. Potensi Kehutanan

    Indonesia merupakan paru-paru dunia dengan potensi hutan yang

    sangat luar biasa. Hasil hutannya beragam jenis dan berkualitas. Pada

    tabel 4.4 adalah data produksi kayu bulat pada tahun 2004-2009. Rata-

    rata produksi kayu bulat pertahun adalah 8 juta M3.

    Tabel 4.4 Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan

    Menurut Jenis Kayu, 2004 - 2009

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -58-

    Sangat beragam dan besarnya jumlah produksi kayu bulat Indonesia

    merupakan bahan baku potensial Industri perkayuan, perabotan dan

    perumahan. Dengan sentuhan teknologi lanjut untuk mengolah bahan

    baku ini akan memberikan nilai tambah barang dan peningkatan

    jumlah tenaga kerja. Selanjutnya akan menggerakkan roda

    perekonomian bangsa.

    Pada tabel 4.4 Kelestarian hasil hutan juga perlu diperhatikan untuk

    menjaga keberlangsungan produksi kayu. Potensi hasil hutan ini

    diharapkan akan terus berlanjut ke generasi berikutnya. Jangan sampai

    produksi berhenti seperti pada tabel 4.4 pada jenis kayu duabangga

    yang menghilang pada tahun 2005.

    4. Potensi Perkebunan

    Subur dan luasnya lahan perkebunan Indonesia telah menjadi

    penyebab semakin berkembangnya produksi hasil perkebunan. Tabel

    4.5 adalah data produksi perkebunan besar menurut jenis tanaman

    pada tahun 1995 2009 dalam satuan ton. Jenis tanaman perkebunan

    yang banyak ditanam di wilayah Indonesia adalah sawit, karet, coklat,

    kopi, teh, kina, gula dan tembakau.

    Tabel 4.5 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, 1995-2009*

    (Ton)

    Sumber : Biro Pusat Statistik

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -59-

    Produksi sawit, karet, dan coklat mengalami peningkatan setiap tahun.

    Tanaman sawit memiliki produksi hampir 13 juta ton. Nilai ini

    didukung oleh semakin banyaknya permintaan terhadap CPO dunia.

    Sehingga minyak sawit menjadi tanaman perkebunan primadona yang

    banyak dijumpai di wilayah Sumatera dan Jawa. Tanaman karet juga

    mengalami nasib yang sama. Karet mulai banyak diminati dan memiliki

    permintaan yang banyak. Nilai produksi yang sanggup dihasilkan oleh

    Indonesia tahun 2009* adalah 640.787 ton. Tanaman coklat memilki

    nilai produksi 63.628 ton pada tahun 2009. Tanaman coklat adalah

    bahan baku produksi coklat bernilai tinggi. Namun pengolahan ini

    belum banyak di Indonesia.

    Potensi hasil perkebunan yang melimpah ini perlu dijembatani dengan

    teknologi pengolahan hingga menjadi produk hilir bernilai tinggi.

    Walau saat ini, sudah mulai banyak berdiri pabrik makanan berbasis

    bahan baku hasil perkebunan tersebut. Namun, masih perlu diteliti dan

    dikembangkan kembali tentang teknologi pengolahan yang mampu

    menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

    5. Potensi Peternakan

    Tabel 4.6 memperlihatkan data populasi ternak pada tahun 2000-2010

    dalam ton. Ternak yang banyak dikembangbiakkan adalah sapi potong,

    sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras

    petelur, ayam pedaging dan itik. Peningkatan jumlah populasi setiap

    tahun terjadi pada ternak sapi potong, sapi perah, kambing, domba

    babi, dan itik. Sedangkan ternak ayam mengalami fluktuasi. Hal ini

    dimungkinkan karena penyakit flu burung yang beberapa akhir tahun

    ini mulai meyebar, sehingga banyak ternak ayam yang dimusnahkan.

    Namun jumlah populasinya masih relatif stabil.

    Potensi ternak ini sangat perlu diperhatikan karena menyangkut

    kebutuhan pangan nasional. Diharapkan kedepan, potensi peternakan

    indonesia mampu mandiri hingga menghasilkan produk-produk

    turunan yang bernilai jual tinggi. Harapan ini sangat perlu

    dikembangkan dengan meningkatkan pemahaman generasi muda

    tentang peran iptek dalam mengolah hasil peternakan.

  • Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

    -60-

    Tabel 4.6 Populasi Ternak, 2000-2010 (Ton)

    Sumber : Biro Pusat Statistik

    6. Potensi Perikanan

    Sebagian besar wilayah Indonesia adalah peraira