Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KONSEP DIRI MAHASISWA PEROKOK DI UNIVERSITAS INDONESIA
Saetia Listiana1, Tuti Nuraini2
1.Saetia Listiana: Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Email: [email protected]
2. Tuti Nuraini, Skp., M. Biomed: Dosen Keilmuan Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424
Abstrak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok antara lain faktor sosiodemografi, yaitu perilaku dan kebiasaan merokok keluarga dan teman, sikap dan keyakinan (beliefs) terhadap rokok, faktor kepribadian seperti konsep diri, citra diri (self image), locus of control, serta faktor perilaku (behavioral variables). Konsep diri adalah persepsi individu mengenai dirinya sendiri yang berisi kumpulan keyakinan dan perasaan individu terhapad dirinya, mengandung aspek deskriptif dan evaluatif, dan dibentuk melalui pengalaman dan interpretasi individu terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa perokok di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel mahasiswa perokok di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia yang merokok yang dipilih dengan teknik insidental (incidental sampling). Instrumen yang digunakan adalah alat ukur konsep diri untuk mahasiswa dikembangkan oleh Dewi Maulina M.Psi (2004), dosen Psikologi Eksperimen Universitas Indonesia. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 52,6% mahasiswa perokok memiliki konsep diri yang negatif dan 47,4% mahasiswa perokok memiliki konsep diri yang positif. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa perokok. Kata kunci: konsep diri, perilaku merokok, dewasa awal, remaja akhir, mahasiswa. Factors that influence smoking behavior among other sociodemographic factors, such as smoking behavior and family and friends, attitudes and beliefs (beliefs) on cigarettes, personality factors such as self-concept, self-image (self-image), locus of control, and behavioral factors (behavioral variables). Self-concept is the individual's perception of itself that contains a collection of individual beliefs and feelings toward him, containing descriptive and evaluative aspects, and is formed through experience and interpretation of the individual to its environment. This study aims to describe the concept of student self-smokers in the Faculty of Social Sciences and Humanities cluster of University of Indonesia. The study design was a descriptive cross-sectional approach using a sample of smokers student at the Faculty of Social Sciences and Humanities cluster of University of Indonesia who smoked were chosen by engineering incidental (incidental sampling). The instrument used is a measure of self-concept for students developed by Dewi Maulina M.Psi (2004), professor of Experimental Psychology, University of Indonesia. The results were analyzed using univariate analysis. The results showed for 52.6% of students smokers have a negative self concept, and 47.4% of students smokers have a positive self concept. Recommendations for further research is to identify the factors that influence self-concept in student smokers.
Keywords: self-concept, smoking behavior, adult, Adolescence, college students.
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Rokok adalah gulungan tembakau kering
yang bersalut daun nipah (kertas, daun
jagung, daun tembakau dan sebagainya).
Merokok adalah menghisap asap gulungan
tembakau yang telah dibakar pada ujungnya.
merokok kadang juga memakai alat perantara
atau pemegang rokok yang disebut pipa
(Depdiknas RI, 2001).
Jurnlah perokok dari tahun ke tahun tetap
meningkat, terutama di negara berkembang.
Laporan WHO menyatakan bahwa di negara-
negara berkembang jumlah perokok
meningkat sebesar 2,1% pertahunnya dan
menempatkan Indonesia pada posisi ketiga
dunia dengan perokok terbanyak setelah Cina
dan India. Setiap hari lebih dari 40% perokok
menghisap antara 10-20 batang rokok sehari
dan sekitar 90% diantaranya merokok dalam
ruangan. Lebih dari 50% dari jumlah perokok
tersebut di atas mulai merokok pada usla l5-
19 tahun (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia, 67,4% pria dan 4,5% wanita
yang terdiri dari 36,1% dari populasi (61,4
juta) saat ini menggunakan tembakau.
Penggunaan tembakau yang lebih menonjol di
daerah pedesaan (39,1%) dibandingkan
dengan daerah perkotaan (33,0%). Prevalensi
merokok adalah 67,0% (57,6 juta) di antara
laki-laki dan 2,7% (2,3 juta) di kalangan
wanita. Di antara populasi orang dewasa,
56,7% dari pria dewasa (57,6 juta), 1,8% dari
wanita dewasa (1,6 juta) dan 29,2% secara
keseluruhan (50,3juta) adalah perokok setiap
hari (Global Adult Tobacco Survey: Indonesia
Report 2011).
Pada tahun 2000, terjadi sekitar 4,8 juta kasus
kematian prematur di seluruh dunia yang
diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Angka
rata-rata itu diambil dari sedikitnya 3,9 juta
sampai 5,9 juta kasus kematian akibat rokok.
Dari 4,8 juta kematian itu, 2,4 juta kematian
terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang dan 2,4 juta lainnya di sejumlah
negara industri maju (Jaya, 2009).
Menurut Brigham salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku dan sikap merokok
pada remaja adalah konsep diri. Konsep diri
akan menentukan perilaku seseorang
termasuk perilaku merokok. Menurut Ulfatun
Hasanah dalam penelitiannya yang berjudul
Hubngan antara konsep diri dan sikap
terhadap perilaku merokok pada remaja
perokok, ada hubungan negatif antara konsep
diri dan sikap terhadap perilaku merokok
pada remaja perokok. Semakin tinggi atau
baik konsep diri yang dimiliki remaja maka
semakin rendah atau negatif sikap terhadap
perilaku merokoknya dan semakin rendah
atau buruk konsep diri remaja maka semakin
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
tinggi atau positif sikap terhadap perilaku
merokoknya (Hasanah, 2011).
Terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari
rata-rata frekuensi merokok di kalangan
mahasiswa di tahun 2009, yakni 24,5%
mahasiswa dan 2,3% mahasiswi (Dimyati,
2011). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti gambaran konsep diri pada
mahasiswa perokok di Universitas Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Peringatan tentang bahaya merokok sudah
banyak dilakukan oleh berbagai pihak
terutama di indonesia, namun angka orang
dengan merokok dan angka kematian akibat
rokok masih cukup tinggi. Sikap dan perilaku
merokok dipengaruhi oleh konsep diri yang
dimiliki perokok tersebut. Konsep diri
memiliki peranan yang cukup penting bagi
seseorang untuk memutuskan akan merokok
atau memilih untuk meninggalkan rokok.
Penelitian-penelitian sebelumnya berfokus
pada usia remaja atau anak sekolah. Padahal
angka perokok pada kalangan mahasiswa
terus bertambah setiap tahunnya.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik pada mahasiswa
perokok di Universitas Indonesia?
2. Bagaimana gambaran konsep diri pada
mahasiswa perokok di Universitas
Indonesia?
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan metode survei. Metode survei
yang dimaksud adalah mengumpulkan data
dengan menggunakan kuesioner.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
mahasiswa perokok di Fakultas Rumpun Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia.
Jumlah sampel minimal yang diambil
berdasarkan perhitungan rumus estimasi
proporsi: ! = !!/!∝!! !!!!!
Dari rumus tersebut, jumlah sampel yang
diperoleh untuk diteliti adalah 76 orang.
Jumlah sampel ditambah 10% untuk
mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan
data. Jadi total sampel yang diteliti adalah 84
orang.
C. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2003), masalah etika
dalam penelitian keperawatan, yaitu:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan merupakan kesepakatan
antara peneliti dan responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden
agar menjaga kerahasiaan responden. Namun,
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
cukup dengan mencantumkan kode nomor
atau inisial nama.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti harus bertanggung jawab atas data-
data yang dikumpulkan. Seluruh informasi
yang diberikan oleh responden harus dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
D. Metode Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah kuesioner untuk mengukur konsep
diri pada mahasiswa yang disusun oleh Dewi
Maulina, Mpsi . Cara pengumpulan data
adalah dengan mengurus surat ijin dari
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Setelah itu, peneliti memilih
responden yang sesuai dengan kriteria.
Sebelum responden mengisi, peneliti
memberikan penjelasan tentang cara
pengisian kuesioner dan responden diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan.
Setelah itu, responden dipersilahkan untuk
mengisi kuesioner. Setelah responden selesai
mengisinya, peneliti mengumpulkan kembali
kuesioner tersebut dan memeriksa
kelengkapannya. Setelah itu, penelita
berpamitan dan tidak lupa mengucapkan
terima kasih dan memberikan souvenir.
E. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing Saat kuesioner dikumpulkan,
peneliti memeriksa kelengkapan jawaban,
kejelasan makna, relevansi jawaban, dan
konsistensi jawaban.
2. Coding, Setiap kuesioner diberi kode 1
sampai 76. Pada variabel jenis kelamin,
laki-laki diberi kode 1, perempuan diberi
kode 2. Variabel fakultas diberi kode 1
untuk FIB, 2 untuk FISIP, 3 untuk Fpsi, 4
untuk FE, 5 untuk FH. Variabel jumlah
rokok yang dihisap 1 untuk kurang dari 4
batang rokok, 2 untuk 4-15batang rokok,
3 untuk > 15 batang rokok. Variabel jenis
rokok yang dikonsumsi diberi kode 1
untuk rokok kretek tanpa filter, 2 untuk
rokok kretek dengan filter, 3 untuk rokok
putih. Untuk skala konsep diri mahasiswa,
item-item terbagi dalam pernyataan
favourable dan unfavourable. Untuk
pernyataan-pernyataan favourabel,
penyekoran dilakukan dengan cara
memberikan nilai 6 pada jawaban sangat
sesuai berturut-turut hingga nilai 1 pada
jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya,
pada pernyataan-pernyataan unfavourable,
penyekoran dilakukan dengan memberi
nilai 6 pada jawaban sangat tidak sesuai
berturut-turut hingga nilai 1 pada jawaban
sangat sesuai.
3. Entry, peneliti memasukkan semua data
ke dalam komputer dan mengolahnya
dengan menggunakan software komputer.
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
4. Cleaning, yaitu kegiatan memeriksa
kembali pada data yang sudah
dimasukkan ke dalam komputer untuk
diperiksa ada kesalahan atau tidak
sehingga dapat diminimalisir (Hastono,
2007).
Setelah data tersebut diolah, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis
yang digunakan oleh peneliti adalah analisis
univariat. Analisis univariat dalam penelitian
ini adalah menggambarkan data demografi
responden dengan uji proporsi, gambaran
perilaku merokok (Tipe perokok, jenis rokok,
jenis perokok) dengan uji perokok, dan
gambaran konsep diri mahasiswa perokok
dengan uji proporsi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
analisis univariat yang meliputi gambaran
karakteristik responden (distribusi jenis
kelamin dan usia), gambaran perokok
(distribusi tipe perokok, jenis rokok, dan jenis
perokok), serta gambaran konsep diri
mahasiswa perokok..
A. Karakteristik Responden berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel1 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)
Laki-Laki 67 88,2
Perempuan 9 11,8
Tabel 1 menunjukkan perokok di Fakultas
Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora lebih
banyak laki-laki daripada perempuan.
Sebanyak 88,2 % perokok di Fakultas
Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora adalah
laki-laki. Sisanya, 11,8 % perokok di fakultas
tersebut adalah perempuan. Hal ini
memperlihatkan bahwa mayoritas mahasiswa
perokok di fakultas tersebut adalah laki-laki.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa FKM UI, Kartika
Anggun dan Bayu Kurnia, mengenai
Hubungan dan Sikap Mahasiswa UI terhadap
Perilaku Merokok di Lingkungan kampus
pada tahun 2009 dengan 65 responden
mahasiswa UI yang sedang merokok pada 8
fakultas (Fasilkom, FH, FIB, FISIP, Fpsi, FE,
FKM, dan FT). Penelitian ini sama-sama
menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki
yang merokok lebih banyak dari mahasiswa
perempuan yang merokok, dimana 77%
mahasiswa perokok adalah laki-laki dan 23%
mahasiswa perokok adalah perempuan.
Dalam penggunaan rokok, peneliti
mendapatkan angka mahasiswa laki-laki yang
merokok jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa perempuan yang merokok.
Selama masa pengumpulan data, peneliti
mengamati banyak mahasiswa perokok
perempuan yang menyembunyikan perilaku
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
mereka di tempat umum karena norma gender
yang masih dianut oleh masyarakat seperti
stigma perempuan yang merokok adalah
perempuan yang tidak baik.
Menurut Brahmana dalam penelitiannya yang
berjudul Gambaran Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Wanita muda dalam Merokok
pada tahun 2009, Faktor-faktor yang menjadi
pendorong bagi wanita dewasa muda untuk
mengkonsumsi rokok baik jenis lights
maupun non lights adalah adanya keinginan
untuk diterima dan menjadi bagian dari
kelompok teman sebaya, salah satu orang tua
juga merokok (khususnya ibu), keinginan
yang kuat untuk mencoba merokok, iklan
rokok yang dianggap menarik sehingga
memunculkan keinginan untuk mencoba,
memiliki sikap positif terhadap perilaku
merokok, serta tidak percaya bahwa merokok
dapat membahayakan kesehatan mereka.
umumnya mereka (wanita dewasa muda
perokok) sudah mengetahui dampak negatif
yang dapat timbul dari merokok. Namun
ternyata dampak negatif tersebut tidak
dipedulikan oleh mereka, karena menurut
mereka pada saat ini dampak tersebut tidak
dialami secara nyata.
B. Karakteristik Responden berdasarkan
Usia
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase(%)
18-20 Tahun
21-24 Tahun
40
36
52,6
47,4
Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari
setengah responden perokok merupakan
remaja akhir pada rentang usia 18-20 tahun
yaitu sebanyak 40 orang (52,6 %). Sebanyak
36 orang (47,4 %) perokok berada pada
tingkatan usia dewasa awal dengan rentang
usia 21-24 tahun. Dari kedua rentang usia
perokok tersebut, responden masih masuk
dalam kategori mahasiswa, yaitu dengan
rentang 18-24 tahun. Mahasiswa dengan
rentang usia 18-24 tahun merupakan rentang
usia dengan prevalensi mulai merokok setiap
hari paling banyak. Menurut hasil Riskesdas
2010, kelompok umur 15-24 tahun rata-rata
mulai merokok setiap hari pada usia 15-19
tahun (64,7%) dan 20-24 tahun (9,7%).
C. Gambaran Perokok berdasarkan Tipe
Perokok
Tipe perokok responden dilihat dari
banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi
dalam satu hari. Perokok ringan adalah
perokok yang mengkonsumsi rokok kurang
dari 4 batang dalam satu harinya. Perokok
sedang merupakan perokok yang
mengkonsumsi rokok antara 5 sampai 15
batang dalam sehari. Sedangkan perokok
berat adalah perokok yang mengkonsumsi
lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Tipe Perokok
Tipe Perokok Frekuensi Persentase (%)
Perokok ringan
Perokok sedang
Perokok berat
18
33
25
23,7
43,4
32,9
Dari hasil penelitian didapatkan jumlah
terbanyak perokok di Fakultas Rumpun Ilmu
Sosial dan Humaniora adalah perokok sedang
(43,4%). Sebanyak 32,9% perokok termasuk
dalam kategori perokok berat. Jumlah terkecil
(23,7%) adalah perokok ringan. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Maziyyatul Fuadah, mahasiswa FIK, di tahun
2011 pada mahasiswa UNJ. Penelitian dengan
judul Gambaran Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik UNJ
angkatan 2009 ini menunjukkan 55,1%
responden termasuk tipe perokok sedang,
31,6% responden termasuk dalam perokok
ringan, 13,3 % responden termasuk tipe
perokok berat. Dari kedua penelitian tersebut,
hasil penelitian sama-sama menunjukkan tipe
perokok terbanyak adalah perokok sedang,
namun jumlah mahasiswa perokok berat pada
penelitian yang dilakukan di UI lebih banyak
daripada jumlah mahasiswa perokok berat di
UNJ.
D. Gambaran Perokok berdasarkan Jenis
rokok
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Tipe Perokok
Jenis Rokok Persentase (%)
Rokok kretek non filter
Rokok kretek dengan filter
Rokok putih
Total
16
51
55
100
Dari total responden perokok, 51%
mahasiswa mengkonsumsi rokok kretek
dengan filter. Rokok putih menjadi terbanyak
kedua yang dikonsumsi oleh 33% mahasiswa
perokok di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan
Humaniora. Sisanya, sebanyak 16 %
mahasiswa mengkonsumsi rokok kretek
nonfilter. Hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pandu Pasa pada tahun 2010. Hasil dari
penelitian yang berjudul Analisis Tingkat
Kepuasan Perokok terhadap Rokok jenis LTN
(Low Tar Nicotine) adalah mayoritas
responden (61,6%) berusia 18-25 tahun
mengkonsumsi rokok jenis LTN (Low Tar
Nicotine) atau yang lebih banyak dikenal
dengan rokok putih. Perbedaan ini disebabkan
oleh perbedaan karakteristik tipe perokok
yang menjadi responden pada masing-masing
penelitian. Dalam penelitian ini, mayoritas
mahasiswa perokok memiliki tingkat
ketergantungan sedang sampai berat sehingga
mahasiswa perokok ini cenderung lebih
menyukai produk rokok dengan kadar tar dan
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
nikotin yang lebih tinggi dari rokok putih
seperti produk rokok kretek dengan filter.
E. Gambaran Perokok berdasarkan Jenis
Perokok
Sebanyak 27% mahasiswa merokok pada
saat mereka sedang dalam keadaan tertekan
atau stress (Stressed Out Smoker). Tipe ini
hanya merokok saat mereka sedang dalam
keadaan tertekan atau stress dan
merokoklah yang menjadi obat penghilang
rasa stress tersebut. Mahasiswa termasuk
dalam kelompok usia produktif, dimana
masih mempunyai tanggung jawab dalam
perkuliahan. Mahasiswa dihadapkan dengan
tugas-tugas kuliah dan dealine pengumpulan
tugas yang memungkinkan menjadi pemicu
stres. Oleh karena itu, alasan terbanyak
mahasiswa merokok adalah ketika mereka
sedang stress atau tertekan.
Sebanyak 26% responden mahasiswa
perokok pernah mencoba untuk berhenti
merokok dan gagal, sehingga merokok
kembali menjadi sebuah kebiasaan. Tipe
perokok ini selalu berkata bahwa rokok
yang sedang ia hisap adalah rokok untuk
yang terakhir kalinya. Perokok jenis ini
paling banyak dijumpai di FISIP dan FH.
Sebanyak 12% mahasiswa adalah Social
Smoker yaitu perokok yang merokok di saat-
saat tertentu seperti saat pesta, di malam
hari, atau hanya di akhir pekan saja. Perokok
jenis ini tidak menganggap dirinya sebagai
perokok rutin atau harian. Biasanya jenis
perokok ini tidak kecanduan dengan rokok
dan masih bisa mengsubtitusi (mengganti)
kebiasaan merokoknya dengan kebiasaan lain
seperti mengunyah permen karet.
Sebanyak 12% mahasiswa merupakan Rebel
Smoker yaitu perokok yang menganggap
merokok merupakan suatu lambang
kebebasan, dan perokok tersebut merasa puas
dianggap sebagai sosok yang melanggar
aturan. Perokok jenis ini mengetahui dampak
negatif yang ditimbulkan dari merokok,
namun mereka tetap melakukan kebiasaannya
karena menurut mereka pada saat ini dampak
tersebut tidak dialami secara nyata
(Brahmana, 2009). Perokok jenis ini
merasakan kepuasan tersendiri ketika mereka
merokok dan mengetahui mereka telah
melakukan hal yang salah ataupun melanggar
aturan.
Sebanyak 11% responden mahasiswa
perokok tidak pernah mencoba untuk berhenti
merokok. Mereka tidak peduli jika mereka
sedang merusak kesehatan sendiri serta juga
tidak memedulikan apa yang orang-orang
pikirkan terhadap mereka. Karena mereka
sudah mencintai rokok dan tidak bisa
membayangkan hidup tanpa itu.
Sebanyak 8% mahasiswa merokok secara
diam-diam (Sneaky Smoker), jenis perokok ini
banyak dijumpai di FISIP. Tipe perokok
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
sembunyi-sembunyi ini terjadi karena
mereka merasa malu sehingga biasanya
merokok pada saat tidak ada teman atau
keluarga di sekitar mereka. 4% mahasiswa
perokok merokok untuk menjaga berat
badannya (Skinny Smoker), jenis perokok ini
hanya di temukan di FIB .
F. Gambaran Konsep Diri Mahasiswa
Perokok
Dari hasil pengolahan data, sebanyak 40
mahasiswa perokok memiliki konsep diri
yang negatif (52,6%) sedangkan 47,4%
mahasiswa perokok lainnya memilki konsep
diri yang positif.
Tabel 5 Distibusi Konsep Diri Mahasiswa Perokok
Konsep Diri Frekuensi Persentase (%)
Negatif
Positif
40
38
52,6
47,4
Individu yang memiliki konsep diri memiliki
karakteristik diantaranya perasaan bahwa
dirinya berharga, berkompetensi dan percaya
diri. Memiliki kemampuan untuk
memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip
hidup sesuai dengan pengalaman baru yang
didapatkannya, tidak mengalami
kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa
yang akan datang. Memiliki kepercayaan diri
untuk menyelesaikan masalah-masalah hidup,
meskipun dihadapkan pada kegagalan, dapat
menerima diri dan merasa bahwa dirinya
berharga seperti orang lain, sensitif terhadap
kebutuhan orang lain
Individu yang memiliki konsep diri yang
negatif memiliki karakteristik diantaranya
merasa bahwa dirinya inferior, tidak berharga,
tidak memiliki kemampuan dan perasaan
tidak aman. Sangat peka terhadap kritik,
karena kritik dipandang sebagai bukti lebih
lanjut mengenai inferioritasnya. Sikap yang
hiperkritis digunakan untuk mempertahankan
citra diri yang kurang mantap dan
mengalihkannya pada kekurangan-
kekurangan yang dimiliki orang lain. Setiap
kegagalan-kegagalan yang dialaminya
dianggap sebagai bagian dari rencana
tersembunyi dari orang lain dan kesalahan
cenderung dilimpahkan pada orang lain.
Dalam hal ini, mereka sulit untuk mengakui
kelemahan dan kegagalan. Sering
menunjukkan respon yang berlebihan
terhadap pujian dari orang lain. Menunjukkan
sikap mengasingkan diri, malu-malu, dan
tidak minat terhadap persaingan
Dalam penelitian ini, konsep diri akademik
dibagi ke dalam tiga subranah, yaitu verbal,
komputer, dan bahasa inggris. Pengukuran
ketiga subranah yang terdapat di dalam
konsep diri akademik mengacu pada batasan
konsep diri akademik dalam penelitian ini
yaitu persepsi individu mengenai
kemampuannya dalam belajar di lingkungan
akademik. Sebanyak 51,3% mahasiswa
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
perokok memiliki konsep diri akademik yang
negatif.
Terdapat tiga subranah yang diukur dalam
konsep diri sosial, yaitu hubungan dengan
teman sebaya, keluarga, dan figur otoritas.
Sebanyak 50% mahasiswa perokok memiliki
konsep diri sosial yang positif.
Dalam alat ukur konsep diri mahasiswa ini,
pengukuran terhadap konsep diri emosional
menggunakan batasan pengertian konsep diri
sosial dalam penelitian ini, yaitu persepsi
individu mengenai keadaan-keadaan
perasaannya yang akan mempengaruhi pola
reaksinya dalam menghadapi suatu situasi.
Sebanyak 50% mahasiswa perokok memiliki
konsep diri emosional yang positif.
Pengukuran konsep diri fisik dibagi ke dalam
dua subranah yang sesuai dengan model
hirarki konsep diri oleh Shavelson yaitu
kemampuan fisik dan penampilan fisik.
Sebanyak 55,3 % mahasiswa perokok
memiliki konsep diri fisik yang positif.
Mahasiwa perokok cenderung berpersepsi
positif terhadap dirinya sebagai seorang
perokok. Sisanya, sebanyak 44,7% mahasiswa
perokok memiliki konsep diri fisik yang
negatif.
KESIMPULAN
Hasil penelitian “Gambaran Konsep Diri
Mahasiswa Perokok di Fakultas Rumpun
Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas
Indonesia menunjukan sebagian besar konsep
diri mahasiswa perokok masih negatif
(52,6%). Lebih dari setengah (88,2%)
mahasiswa perokok berjenis kelamin laki-
laki. Sebanyak 43,4% mahasiswa perokok
rata-rata menghabiskan 4-15 batang rokok
dalam satu hari. Jenis rokok yang paling
banyak dikonsumsi mahasiswa perokok
adalah rokok kretek dengan filter sebanyak
51%. Sebanyak 27% mahasiswa merokok
ketika mereka sedang dalam keadaan stres
dan tertekan.
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut:
Saran untuk pelayanan keperawatan yang ada
di Universitas Indonesia, baik Rumah Sakit
maupun klinik mahasiswa, harus berperan
lebih aktif lagi dalam memberikan
menyuluhan mengenai tembakau. Salah
satunya adalah dengan mensosialisasikan dan
memperbanyak kawasan tanpa rokok (KTR)
di setiap kawasan kampus UI. Mahasiswa-
mahasiswa Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan
pun bisa turut andil dalam menjadikan UI
sebagai kawasan tanpa asap rokok. Upaya-
upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi
penggunaan tembakau (rokok) di tempat
umum (kampus UI). Pengurangan
penggunaan tembakau di empat umum
diharapkan bisa jadi langkah awal bagi
mahasiswa perokok untuk mengurani
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
kebiasaan merokoknya, bahkan bisa jadi
langkah awal untuk mulai berhenti merokok.
Pendidikan keperawatan perlu memberikan
bekal lebih dalam lagi terkait materi
komunikasi yang disesuaikan dengan konsep
diri agregat tertentu, misalnya mahasiswa
perokok. Pembekalan ini bisa dalam bentuk
pembelajaran dalam mata kuliah maupun
pelatihan serta praktik-praktik di lapangan
(masyarakat). Penyuluhan-penyulahan yang
telah dilakukan cenderung kurang efektif
untuk mengurangi jumlah perokok di
kawasan UI salah satu sebabnya karena
komunikasi yang digunakan kurang tepat
dalam menyampaikan pesan tersebut kepada
mahasiswa perokok. Cara dan teknik
berkomunikasi yang baik harus disesuaikan
dengan karakteristik penerima informasi
tersebut. Karakteristik penerima informasi
salah satunya dapat diketahui melalui konsep
diri dari perokok tersebut.
Penelitian
Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya
instrumen penelitian bisa dibuat lebih singkat
tanpa harus mengurangi dimensi-dimensi
yang diukur. Selain itu, uji validitas,
reliabilitas, dan keterbacaan juga sangat
diperlukan agar datanya pun menjadi lebih
valid. Penelitian ini bisa menjadi awal untuk
studi-studi analisis selanjutnya yang lebih
mendalam, misalnya dengan penambahan
karakteristik responden, studi komperatif,
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi,
maupun mencari hubungan antar variabelny
UCAPAN TERIMA KASIH
saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed, selaku
dosen pembimbing.
3. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed, selaku
koordinator mata ajar tugas.
4. Orang tua saya, mama Malikasna Lubis
S.Pd., dan Mpa Saepudin, , saya tidak
akan berhenti untuk membuat kalian
bangga.
5. Sahabat-sahabat, Najat, Choirun Nisa
Umam, Dita Nur Hidayah, Asma
Muthmainah, Laily Agustiani, Evie
Kemala Dewi, Raditha.
6. Seluruh teman-teman FIK UI angkatan
2009 yang MANDIRI.
7. Pasukan Marching Band Madah Bahana
Universitas Indonesia proyek TIMBC
2012.
REFERENSI
Amelia, A. (2009). Gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Azkiyati, Ade Maya. (2012). Hubungan konsep diri dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok di SMK Putra
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Bangsa .Skripsi. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan KEMENKES RI. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Juni 18, 2013. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf.
Fuadah, M. (2011). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta angkatan 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Kuncoro. (2007). Rokok dan bahayanya. Diunduh pada 8 Maret 2013 dari http://www.kompas.com/read/artikel/rokok_dan_bahayanya.html.
Maulina, Dewi. (2004). Pengembangan Alat Ukur Konsep Diri pada Mahasiswa. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Pasa Pandu Analisis Tingkat Kepuasan Perokok terhadap rokok Jenis LTN (Low Tar Nicotine) di Surabaya Timur http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12366-Paper.pdf
Santrock, J.W. (2007). Remaja. Edisi ke-11. (Widyasinta, Benedictine, Penerjemah). Jakarta: Penerbit Erlanga.
Konsep Diri..., Saetia Listiana, FIK UI, 2013