Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN RISIKO BUNUH DIRI PADA MAHASISWA
BARU DI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
OLEH :
Ns. Putu Ayu Emmy Savitri Karin, S.Kep.
Departemen Keperawatan Kesehatan Jiwa
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya penelitian kami yang berjudul “Gambaran Risiko Bunuh Diri pada
Mahasiswa Baru di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana” dapat diselesaikan pada waktunya.
Penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1) Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS.AIF. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di lingkungan PSIK FK Unud.
2) Seluruh mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang bersedia menjadi responden
pada penelitian ini.
Penulis menyadari dalam hasil penelitian ini banyak terdapat kekurangan.
Peneliti tetap berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Kritik dan saran dari penelitian ini sangat diharapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada penelitian selanjutnya. Untuk itu peneliti ucapkan terima
kasih.
Denpasar, 24 April 2017
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resiko Bunuh Diri ............................................................... 4
2.2 Remaja ............................................................... 5
2.3 Mahasiswa Baru ............................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................. 10
3.2 Waktu dan Lokasi ............................................................ 10
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................. 10
3.4 Kriteria Inklusi ............................................................. 10
3.5 Kriteria Ekslusi ............................................................. 11
3.6 Proses Pengumpulan Data ............................................................. 11
3.7 Pengolahan Data ............................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Mahasiswa Baru
Angkatan 2016 PSIK FK Unud
............................................................. 13
4.2 Gambaran Resiko Bunuh diri Pada
Mahasiswa Baru PSIK FK Unud
............................................................. 13
4.1.1 Gambaran Resiko Bunuh diri
Pada Mahasiswa Baru PSIK FK Unud
berdasarkan Usia
............................................................. 14
iv
4.1.2 Gambaran Resiko Bunuh diri
Pada Mahasiswa Baru PSIK FK Unud
berdasarkan Jenis Kelamin
............................................................. 16
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................. 19
5.2 Saran ............................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 21
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu populasi terbesar didunia. Masa remaja
adalah masa transisi dimana seseorang belum dikatakan dewasa namun bukan
anak-anak (Stuart, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2015, masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Remaja
akan menghadapi berbagai persoalan kehidupan selama proses pendewasaan.
Dalam menghadapi persoalan tersebut, masing-masing individu mempunyai
cara yang berbeda sehingga dapat memunculkan berbagai gangguan suasana
perasaan. Satu sisi, remaja ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh
orang tua, disisi lain remaja tetap membutuhkan bantuan, dukungan
perlindungan orang tuanya (Aulia, 2016). Sehingga remaja merupakan salah
satu kelompok resiko untuk terjadinya bunuh diri.
Remaja dengan karakter yang ingin bebas dan mandiri serta lepas dari
pengaruh orang tua dapat dialami para rentan usia 18 – 20 tahun ketika mulai
berorientasi ke lingkungan universitas dan menjadi mahasiswa baru.
Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup
seseorang khususnya mahasiswa baru. Hal ini terkait dengan penyesuaian
yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi individu ketika memasuki
dunia kuliah. Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada
kehidupan individu terutama dalam hal beban belajar yang berbeda dengan
masa sekolah, adanya evaluasi belajar dengan Indeks Prestasi Komulatif,
perbedaan situasi dalam hal proses belajar mengajar, jumlah teman yang
banyak dan menuntutnya untuk bersaing, individualis, serta kompetisi. Hal ini
dapat menjadi pemicu adanya stress di kalangan mahasiswa baru. Stres yang
dialami oleh mahasiswa memberikan dampak yang negatif pada kondisi fisik
dan psikis seseorang. Dampak tersebut dapat berupa gejala fisiologis,
emosional, kognitif, hubunganinterpersonal, dan organisasional (Rice, dalam
Safaria, 2005). Dampak stres yang dialami oleh mahasiswa sering kali berupa
2
tingkah laku yang negatif seperti merokok, meminum minuman keras,
mengkonsumsi junk food, dan bunuh diri.
Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Banyak faktor risiko bunuh diri pada remaja.
Menurut Stuart (2013) faktor risiko bunuh diri pada remaja diantaranya adalah
faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor biologis, perilaku
bunuh diri sebelumnya dan orientasi seksual. Menurut Leenars dalam Corr
(2003) mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh
diri yaitu kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan, perilaku destruktif
pada diri sendiri, depresi keputusasaan, dan penilaian terhadap diri, situasi
sekarang, dunia, dan masa depan. Menurut WHO pada 2010 melaporkan
angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000
jiwa. Berdasarkan data dari Polda Bali selama tahun 2014, terjadi 120 kasus
bunuh diri. Artinya, hampir tiap tiga hari terjadi satu kasus bunuh diri. Jumlah
kasus pada 2014 meningkat jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, 2013
dengan 95 kasus yang kebanyakan terjadi pada remaja (Muhajir, 2015).
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan maka peneliti tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui “Gambaran Risiko Bunuh Diri Pada Mahasiswa
Baru di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan
permasalahan bagaimanakah gambaran risiko bunuh diri pada mahasiswa baru
di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitan
Udayana ?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka tujuan
dari penelitian ini terdiri dari :
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui gambaran risiko bunuh diri pada mahasiswa
baru di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitan Udayana.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui resiko bunuh diri pada mahasiswa baru di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana berdasarkan usia.
2. Untuk mengetahui resiko bunuh diri mahasiswa pada mahasiswa
baru di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana berdasarkan jenis kelamin.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam
pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di
komunitas. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi :
1.4.1. Manfaat Aplikatif
Penelitan diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan
masukan positif bagi petugas pelayanan keperawatan khususnya
keperawatan jiwa khususnya pada komunitas remaja. Penelitian ini
juga dapat memberikan informasi serta meningkatkan pengetahuan
pada remaja mengenai risiko bunuh diri yang dapat disebabkan
karena beberapa faktor sehingga kasus bunuh diri pada remaja
dapat diminimalisir.
1.4.2. Manfaat Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan keperawatan
jiwa dalam mengembangkan langkah awal untuk identifikasi pada
4
pencegahan resiko bunuh diri remaja dikomunitas serta menjadi
acuan untuk penelitian dalam lingkup yang lebih luas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resiko Bunuh Diri
Dalam Encyclopedia Britannica, bunuh diri didefinisikan sebagai usaha
seorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau senagaja
(Husain, 2005). Sedangkan menurut Kartono (2008) bunuh diri diartikan
sebagai suatu jalan untuk mengatasi mascam – macam kesulitan pribadi,
misalnya berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesulitasn fisik, dan lain –
lain. Bunuh diri juga dapat diartikan sebagai tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008). Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijelaskan,
maka dapat disimpulkan pengertian bunuh diri adalah usaha seseorang untuk
menyakiti dirinya sendiri dengan tujuan untuk meniadakan atau
menghilangkan nyawanya sendiri, hal ini biasanya dilakukan atas dasar
motivasi – motivasi tertentu seperti menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi.
Proses terjadinya bunuh diri dimulai dari adanya isyarat bunuh diri yang
ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Selanjutnya adalah
adanya ancaman bunuh diri biasanya diucapkan oleh pasien, yang berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan
dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien
telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri. Tahap terakhir adalah adanya percobaan bunuh diri yaitu
tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya.
6
Metode yang digunakan untuk seserang melakukan percobaan bunuh diri
pada umumnya selain memiliki fungsi untuk mengakhiri hidup juga memiliki
makna tersendiri seperti motif atau harapan yang mendasari. Metode yang
digunakan dapat berupa gantung diri, melukai diri dengan benda tajam seperti
memotong urat nadi, menusuk atau menembak dirinya sendiri, menelan racun
atau obat sampai over dosis, menjatuhkan diri dari gedung tinggi, membakar
diri, menabrakkan diri, dan lain – lain (Kartono, 2008).
Prevalensi orang yang mengalami resiko bunuh diri cenderung mengalami
gangguan mental emosional, secara Nasional dalam riset tahun 2013 adalah
6,0% (37.728 orang dari subjek yang dianalisis). Sementara dari laporan
kepolisian Indonesia tahun 2012 dan 2013 terdapat 981 dan 921 kasus
kematian karena bunuh diri. Dari Komisi Nasional Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), laporan pertengahan tahun 2012 ada 20 kasus anak bunuh
diri dengan usia termuda 13 tahun. Dari data diatas terlihat masih tingginya
kejadian bunuh diri terutama pada usia remaja. Sementara untuk Provinsi
Bali, jumlah orang yang mengalami gangguan mental emosional dengan
resiko bunuh diri tergolong rendah dengan prevalensi sebesar 1,2% yang
berarti lebih rendah daripada angka Nasional. Prevalensi gangguan mental
emosional tinggi didapatkan mulai umur 15 tahun (Depkes RI, 2013).
2.2 Remaja
Remaja merupakan salah satu populasi terbesar didunia. Masa remaja
adalah masa transisi dimana seseorang belum dikatakan dewasa namun bukan
anak-anak (Stuart, 2013 dalam Aulia, N. 2016). Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2015, masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung
antara usia 10 sampai 19 tahun. Remaja merupakan suatu periode
perkembangan transisi antara masa anak-anak dan dewasa yang diikuti oleh
perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.
Banyak perubahan terjadi pada fase remaja. Menurut Huang, et. Al (2007)
pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun
sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari
7
proses pematangan kejiwaan. Remaja harus menghadapi perubahan fisik,
kognitif dan emosional yang dapat menimbulkan stress dan memicu perilaku
unik pada remaja. Sehingga, remaja diharapkan mampu menghadapi
perubahan yang terjadi (Stuart, 2013 dalam Aulia, N. 2016).
Menurut Stuart (2013) faktor risiko bunuh diri pada remaja diantaranya
terdiri dari faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor
biologis, perilaku bunuh diri sebelumnya dan orientasi seksual. Risiko bunuh
diri pada remaja juga dipengaruhi oleh perkembangan jiwa remaja dengan
beberapa faktor diantaranya sebagai berikut.
1. Lingkungan Keluarga
Pola asuh orang tua akan memberikan dampak pada perkembangan jiwa
remaja. Contohnya orang tua yang ototriter akan membuat anak menjadi
penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga sehingga
proses sosialisasi menjadi terganggu atau orang tua yang berambisi dan
terlalu menuntut anak-anaknya akan mengakibatkan anak cenderung
mengalami frustasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga.
2. Lingkungan Sekolah
Kedisiplinan, suasana saat belajar, tidak adanya pengendalian diri dan
bimbingan guru akan mempengaruhi perilaku remaja. Sekolah harus
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan belajar mengajar
karena umumnya orang tua menaruh harapan besar pada pendidikan
disekolah.
3. Lingkungan Teman Sebaya
Remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan teman sebayanya
sehingga sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman
sebaya lebih besar pengaruhnya dari pada keluarga. Selain itu didalam
pergaulan remaja norma yang berlaku bukan norma biasa dipakai oleh
orang dewasa tetapi norma yang ditetapkan oleh lingkungan kelompok
remaja tersebut. Sehingga sangat berbahaya pada perkembangan jiwa
remaja jika sebuah kelompok remaja mengembangkan nilai negatif seperti
mencoba minum alkohol, rokok atau zat adiktif lainnya.
8
4. Lingkungan Masyarakat
Sosial budaya dan pengaruh media massa akan mempengaruhi kejiwaan
remaja. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan,
pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman pada remaja
tetapi mereka juga memiliki keinginan untuk mandiri yang berbeda dari
tolak ukur orang dewasa. Sehingga mereka membuat kebudayaan sendiri
yang berbeda dari kebudayaan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan
ini dikenal dengan budaya anak muda (young culture). Nilai yang
dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olah raga,
disenangi teman, senang hura-hura, senang pesta, tidak dianggap
pengecut dan sebagainya (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012).
Menurut Santrock (2008) terdapat tanda – tanda awal dari bunuh diri
khususnya pada remaja yaitu sebagai berikut.
a. Mengancam akan bunuh diri, misalnya “aku berharap mati saja”,
“keluarga pasti akan lebih baik kalau aku tidak ada”, “aku tidak punya
apa – apa yang membuatku tetap hidup”.
b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya, sekecil apapun empat dari
lima orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya telah melakukan
sedikitnya satu percobaan bunuh diri.
c. Tersirat unsur – unsur kematian dalam musik, seni, dan tulisan – tulisan
pribadinya.
d. Kehilangan anggota keluarga, binatang pelirahaan, atau pacar akibat
kematian, diabaikan, atau putusnya suatu hubungan.
e. Adanya gangguan dalam keluarga, seperti tidak memiliki pekerjaan,
penyakit yang serius, pindah, perceraian.
f. Adanya gangguan tidur, kebersihan diri, dan kebiasaan makan.
g. Menurunnya nilai – nilai di sekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah
atau kegiatan yang sebelumnya dianggap penting.
h. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja senang sekali
berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi pemalu
dan menarik diri.
i. Perasaan murung, tidak berdaya, dan putus asa yang mendalam.
9
j. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh
orang yang berarti bagi dirinya.
k. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana
seperti penyalahgunaan alkohol dan obat – obatan, mengabaikan
keselamatan diri, menerima tanggapan yang berbahaya.
2.3 Mahasiswa Baru
Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di
tahun pertama kuliahnya (rata – rata usia 18 tahun). Memasuki dunia kuliah
merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Biasanya individu
mengalami banyak perubahan di tahun pertamanya kuliah ketika memasuki
perguruan tinggi. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan
masalah berat yang harus dihadapi individu ketika memasuki dunia kuliah
(Melly, 2008). Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada
kehidupan individu. Selain perubahan yang terjadi dalam diri individu,
berlakunya Sistem Kredit Semester (Sistem Blok) merupakan salah satu
perubahan yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama. Sistem ini
merupakan sistem yang digunakan untuk menyatakan beban studi peserta
didik, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan
program. Dengan demikian, sistem ini menuntut adanya tanggung jawab yang
besar pada mahasiswa dalam menentukan mata kuliah dan jumlah SKS yang
akan diambil. Lain halnya pada sekolah menengah atas dimana beban studi,
mata pelajaran, dan masa studi siswa sudah ditentukan. Perubahan lain terjadi
pada pola hubungana antara pengajar dengan mahasiswa. Menurut Gunarsa
(2013) pola hubungan dosen-mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan
hubungan guru-siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang
dilakukan di ruangan yang mana jumlah mahasiswa biasanya besar. Perhatian
dosen terhadap mahasiswa juga lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian
guru ke siswanya. Tuntutan akademis yang tinggi juga dirasakan oleh para
mahasiswa baru. Evaluasi hasil belajar dilakukan pada semester 2, 4, 6, 8, dan
akhir program studi. Hal ini menggambarkan bahwa pada dua semester
10
pertama studi, mahasiswa baru dalam menghadapi berbagai perubahan juga
harus mendapatkan nilai yang baik untuk dapat bertahan di universitas.
Kondisi-kondisi yang digambarkan di atas menggambarkan bahwa pada
masa transisi ke dunia universitas merupakan masa yang sulit, dengan
banyaknya jumlah mahasiswa baru yang dilaporkan mengalami stres yang
berlebihan. Stres yang dihadapi oleh mahasiswa baru dapat berasal dari
perubahan gaya hidup (masa transisi dari SMA ke Universitas), nilai, jumlah
mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu,
kecemburuan, dan persaingan antar mahasiswa yang tinggi merupakan salah
satu pemicu stres bagi mahasiswa. Stres yang dialami oleh mahasiswa
memberikan dampak yang negatif pada kondisi fisik dan psikis seseorang.
Dampak tersebut dapat berupa gejala fisiologis, emosional, kognitif,
hubungan interpersonal, dan organisasional (Rice, dalam Safaria, 2005).
Dampak stres yang dialami oleh mahasiswa sering kali berupa tingkah laku
yang negatif seperti merokok, meminum minuman keras, mengkonsumsi junk
food, dan bunuh diri. Sebagai tambahan, mahasiswa yang stres akan
berpengaruh buruk terhadap nilai Indeks Prestasi (IP) dan kesehatannya.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian non-
eksperimental dengan analisa deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran risiko bunuh diri pada mahasiswa baru di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
(PSIK FK Unud).
3.2 Waktu dan Lokasi
Tanggal pelaksanaanya penelitian adalah pada 25 April 2017. Penelitian
akan dilakasanakan dalam kurun waktu satu hari saja, atau kurang lebih 2
sampai 3 jam pertemuan dengan responden yaitu satu kali pertemuan. Lokasi
penelitian adalah di ruang kuliah 4.01 Gedung Timur Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, yang beralamat di Jalan P. B. Sudirman Denpasar.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut. Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
random sampling pada populasi homogen. Berdasarkan ketentuan tersebut
sampel yang diambil dalam penelitian adalah keseluruhan mahasiswa baru
tahun 2016 di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang berjumlah 64 orang dengan rincian mahasiswa
baru perempuan berjumlah 55 orang dan mahasiswa baru laki – laki
berjumlah 9 orang dengan retang usia 17-20 tahun.
12
3.4 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun 2016 di
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
yang berada pada rentan usia 17 – 20 tahun serta responden tersebut
kooperatif dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Instrument penelitian yang digunakan adalah adanya data pribadi yang
berisikan identitas responden yaitu nama, umur, alamat dan pendidikan serta
kuisioner Assasment of Suicidal Intention, yaitu kuisioner untuk mengetahui
resiko bunuh diri yang sudah digunakan secara luas, memiliki 19 point
pernyataan dengan nilai 0, 1 dan 2 terhadap setiap respon yang berbeda pada
setiap pernyataan. Skor dihitung dengan cara menjumlahkan setiap nilai
dengan skor minimal 0 dan maksimal 38. Semakin tinggi skor yang didapat
menunjukkan semakin besar ide bunuh diri.
3.5 Kriteria Ekslusi
Kriteria ekskusi tidak dimasukan dalam proses penelitian ini, karena hanya
menggunakan metode analisa kuantitatif untuk mencari gambaran risiko
bunuh diri pada mahasiswa baru di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSIK FK Unud).
3.6 Proses Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa
tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Prosedur tersebut
dijabarkan pada halaman berikut :
3.6.1 Tahap Persiapan. Tahap ini peneliti mempersiapkan instrument yang
akan digunakan pada penelitian. Pada tahapan ini peneliti juga
melakukan koordinasi pada koorditator tingkat mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
tahun 2016. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan. Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian.
Peneliti memberikan penjelasan pada responden mengenai tujuan,
manfaat, gambaran singkat, peran yang diharapkan dari responden dan
13
konsekuensi dari penelitian. Peneliti kemudian memberikan lembar
Informed consent untuk ditandatangani oleh responden yang bersedia
ikut serta dalam penelitian. Peneliti meminta kepada responden untuk
mengisi kuisioner Assasment of Suicidal Intention. Data dikumpulkan
pada hari Selasa, 25 April 2017. Hasil pengukuran faktor risiko bunuh
diri diolah dan diinterpretasikan sesuai tujuan penelitian.
3.7 Pengolahan Data
Proses pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini pada saat
kuisioner telah terkumpul seluruhnya. Kuisioner diolah menggunakan
tahapan-tahapan editing, coding, scoring processing dan cleaning. Proses
editing dilakukan dengan memeriksa isian kuisioner yang telah diisi oleh
sampel untuk menilai kelengkapan isian dan jawaban. Coding dilakukan
dengan memberi kode khusus pada tiap responden dan jawaban yang dipilih.
Scoring dilakukan dengan memberikan nilai pada jawaban dari masing –
masing poin pada kuisioner. Processing dilakukan dengan mengolah data
pada program komputer. Cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali
kebenaran data yang telah dimasukkan kedalam komputer. Hasil disajikan
dalam bentuk tabel maupun grafik serta data disajikan secara deskriptif.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Mahasiswa Baru Angkatan 2016 PSIK FK Unud
Variabel karakteristik responden terdiri dari dua sub variabel yaitu usia
dan jenis kelamin. Kedua sub variabel merupakan data kategori yang
dianalisis dengan proporsi. Secara terinci, hasil dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 Karakteristik Mahasiswa Baru Angkatan 2016 PSIK FK Unud (n=60)
No. Karakteristik Responden Kategori f %
1 Berdasarkan Usia a) Remaja Awal
b) Remaja Akhir
0
60
0%
100%
2 Berdasarkan Jenis Kelamin a) Laki – Laki
b) Perempuan
9%
51%
15%
85%
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa karakteristik mahasiswa baru
angkatan 2016 di PSIK FK Unud berdasarkan usia hampir seluruhnya berada
pada kelompok usia remaja awal sedangkan untuk karekteristik jenis kelamin
sebagian besar remaja adalah perempuan.
4.2 Gambaran Resiko Bunuh diri Pada Mahasiswa Baru PSIK FK Unud
Variabel risiko bunuh diri pada mahasiswa baru merupakan data kategori
yang dianalisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian dari gambaran resiko
bunuh diri pada mahasiswa baru angkatan 2016 PSIK FK Unud dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Gambaran Resiko Bunuh Diri pada Mahasiswa Baru PSIK FK
Unud (n=60)
Variabel Kategori f %
Resiko Bunuh Diri Resiko Tinggi
Resiko Rendah
1
59
1,67%
98,3%
15
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.2 menggambarkan bahwa pada
mahasiswa baru PSIK FK Unud angkatan 2016 memiliki resiko bunuh diri
dalam kategori Resiko Rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Elizabeth
Hurlock (2001: 248), mahasiswa dalam perkembangannya termasuk dalam
masa remaja akhir yang merupakan masa – masa bermasalah. Hal ini
disebabkan pada tahap ini remaja harus bersiap untuk memasuki fase dewasa
awal. Mahasiswa akan banyak mendapatkan peran, tugas dan kewajiban yang
baru, dan berbeda dari sebelumnya. Baik laki-laki maupun wanita berupaya
menemukan bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan karirnya. Hal ini
berarti bahwa mahasiswa akan mengalami berbagai masalah baru di dalam
masa transisi untuk benar-benar menjadi dewasa. Tekanan yang dialami
individu akibat masalah-masalah yang timbul dalam tugas perkembangan
itulah yang menjadi salah satu faktor pemicu kecenderungan bunuh diri pada
mahasiswa. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Riyadi
(2004) di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,
terdapat 38 mahasiswa dari 365 subjek penelitian yang memiliki
kecenderungan untuk berperilaku bunuh diri. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa walaupun prosentasinya hanya sekitar 10%, tetapi jumlah tersebut
termasuk cukup banyak sehingga kecenderungan bunuh diri sangat penting
untuk diperhatikan terutama pada kaum mahasiswa.
4.2.1 Gambaran Resiko Bunuh diri Pada Mahasiswa Baru PSIK FK
Unud berdasarkan Usia
Variabel risiko bunuh diri pada mahasiswa baru angkatan 2016
PSIK FK Unud berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2.1
berikut ini :
16
Tabel 4.2.1 Gambaran Resiko Bunuh Diri pada Mahasiswa Baru PSIK FK
Unud berdasarkan Usia (n=60)
Karakteristik
Responden
(Usia)
Kategori f %
17 tahun Resiko Tinggi 0 0%
Resiko Rendah 1 1,7%
18 tahun Resiko Tinggi 0 0%
Resiko Rendah 23 38,3%
19 tahun Resiko Tinggi 1 1,7%
Resiko Rendah 28 46,6%
20 tahun Resiko Tinggi 0 0%
Resiko Rendah 7 11,7%
Berdasarkan tabel di atas, distribusi mahasisiwa baru
berdasarkan usia terbanyak adalah pada usia 19 tahun (29 orang),
dilanjutkan dengan usia 18 tahun (23 tahun), 20 tahun (7 orang),
dan 17 tahun (1 orang).
Distribusi mahasiswa baru yang mengalami resiko tinggi
bunuh diri pada usia 17 tahun sebanyak 0% (tidak ada) sedangkan
yang mengalami resiko rendah sebanyak 1,7% (1 orang).
Mahasiswa baru yang berusia 18 tahun yang mengalami resiko
tinggi bunuh diri sebanyak 0% (tidak ada) sedangkan yang
mengalami resiko rendah adalah sebesar 38,3% (23 orang).
Distribusi mahasiswa baru yang mengalami resiko tinggi bunuh
diri pada usia 19 tahun adalah sebesar 1,7% (1 orang) sedangkan
yang beresiko rendah adalah sebesar 46,6% (28 orang). Kemudian
pada rentan usia terakhir adalah pada usia 20 tahun responden yang
memiliki resiko tinggi bunuh diri sebesar 0% (tidak ada) dan yang
memiliki resiko rendah sebesar 11,7% (7 orang).
Apabila ditinjau dari segi usia, resiko bunuh diri meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia, kurvanya merupakan garis lurus
17
yang mendaki. Menurut Jerome dalam Riyadi (2004) angka bunuh
diri berbanding lurus dengan kenaikan usia, angka bunuh diri yang
meningkat pada usia muda yaitu antara 15-24 tahun. Sedangkan
hasil Penelitian lain yang dilakukan oleh Maniam dalam Aulia
(2014) di Malaysia diperkiraan prevalensi untuk ide bunuh diri,
rencana dan upaya bunuh diri masing-masing adalah 1,7% , 0,9%
dan 0,5%. Usia 16-24 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi dari
perilaku terhadap bunuh diri.
Pada penelitian ini responden berada pada usia remaja akhir
dimana pada umumnya ketika remaja memasuki fase ini mereka
memiliki emosi yang kuat dan beberapa remaja berprilaku impulsif.
Pada masa remaja akhir saat mengetahui mereka melakukan hal
yang salah, banyak dari remaja yang kurang memiliki kemampuan
penalaran untuk memperkirakan konsekuensi dari tindakan yang
berisiko. Sama seperti adanya ide bunuh diri sehingga dapat timbul
adanya resiko bunuh diri pada remaja.
4.2.2 Gambaran Resiko Bunuh diri Pada Mahasiswa Baru PSIK FK
Unud berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel risiko bunuh diri pada mahasiswa baru angkatan 2016
PSIK FK Unud berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
4.2.2 berikut ini :
Tabel 4.2.2 Gambaran Resiko Bunuh Diri pada Mahasiswa Baru PSIK FK
Unud berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik
Responden
(Jenis Kelamin)
Kategori f %
Laki – Laki
(n=9)
Resiko Tinggi 0 0%
Resiko Rendah 9 100%
Perempuan
(n=51)
Resiko Tinggi 1 1,96%
Resiko Rendah 50 98,04%
18
Berdasarkan tabel di atas, distribusi mahasiswa baru
berdasarkan jenis kelamin tebanyak adalah perempuan (51 orang)
dan jumlah laki – laki sebanyak 9 orang.
Distribusi mahasiswa baru yang mengalami resiko tinggi
bunuh diri berdasarkan jenis kelamin perempuan yang memiliki
resiko tinggi sebesar 1,96% (1 orang) sedangkan dengan resiko
rendah sebesar 98,04% (50 orang). Untuk jenis kelamin laki – laki
untuk resiko tinggi sebesar 0% (tidak ada) dan untuk resiko rendah
sebesar 100% (9 orang).
Apabila ditinjau dari jenis kelamin, laki laki menunjukkan
peluang untuk melakukan bunuh diri (commit suicide) empat kali
lebih banyak dari perempuan. Tetapi peluang bagi perempuan
untuk melakukan percobaan bunuh diri (attempt suicide) empat kali
lebih banyak dari laki laki (Steinberg, 1999). Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Bertera dalam Aulia (2014) sikap yang
menggambarkan ide bunuh diri pada perempuan lebih terlihat.
Remaja laki-laki cenderung untuk mengekspresikan masalah
emosional dalam bentuk agresivitas yang merupakan bentuk dari
perilaku mencederai diri secara tidak langsung dan perilaku
antisosial lainnya sementara perempuan cenderung
menginternalisasi masalah dan menjadi depresi yang berujung pada
ide bunuh diri.
Setiap individu pasti pernah mengalami masalah dan
kegagalan dalam kehidupannya, namun respon terhadap kegagalan
tersebut seringkali ditanggapi dengan respon yang negatif oleh
beberapa individu, seperti putus harapan dan depresi yang
kemudian mengarah kepada perilaku bunuh diri. Tindakan tersebut
tidak lepas dari tinggi rendahnya penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri. Hal ini diungkapkan oleh Lefton (2001) yang
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai kecenderungan untuk
bunuh diri, tergantung pada seberapa besar penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Sedangkan menurut Nicholas Emler
19
dalam Riyadi (2004) rendahnya harga diri yang dimiliki seseorang
merupakan pencetus faktor resiko terjadinya usaha untuk bunuh
diri dan keinginan untuk bunuh diri. Penilaian terhadap diri sendiri
seringkali disebut dengan harga diri. Harga diri menunjuk kepada
perasaan dasar kita tentang kelayakan dan nilai, pengetahuan
eksistensial tentang kapasitas mencintai dan sebagai objek
kecintaan orang lain. Harga diri juga dapat digunakan sebagai
penilaian atau evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri, bahwa
yang bersangkutan dapat mengerjakan sesuatu, bahwa dirinya
adalah orang yang berharga, dan orang yang mampu.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh simpulan bahwa,
karakteristik dari mahasiswa baru angkatan 2016 di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana seluruhnya terdiri
dari kelompok remaja akhir dan sebagian besar terdiri dari perempuan.
Gambaran resiko bunuh diri pada mahasiswa baru angkatan 2016 dapat
dikategorikan pada resiko rendah. Berdasarkan usia rata rata dari rentan
usia 17 – 20 tahun gambaran resiko bunuh diri pada mahasiswa baru juga
dikategorikan pada resiko rendah meski pada usia ini banyak remaja yang
kurang memiliki kemampuan penalaran untuk memperkirakan
konsekuensi dari tindakan yang berisiko. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, mahasiswa baru laki – laki dikategorikan dalam resiko bunuh diri
rendah begitu juga dengan mahasiswa perempuan. Ini ini karena remaja
laki-laki cenderung untuk mengekspresikan masalah emosional dalam
bentuk agresivitas sementara perempuan cenderung menginternalisasi
masalah dan menjadi depresi yang berujung pada ide bunuh diri. Penilaian
terhadap harga diri juga dapat digunakan oleh remaja sebagai penilaian
atau evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri, bahwa yang bersangkutan
dapat mengerjakan sesuatu, bahwa dirinya adalah orang yang berharga,
dan orang yang mampu.
5.2 Saran
5.2.1 Institusi Pendidikan Tinggi
Diharapkan institusi khususnya pendidikan tinggi agar lebih
mengembangkan program dalam hal proses pembelajaraan agar
tetap mempertahankan minat dan bakat mahasiswanya yang
tergolong dalam fase remaja sehingga resiko bunuh diri pada
remaja tetap dalam kategori rendah.
21
5.2.2 Remaja
Diharapkan para remaja agar tetap mengupayakan hal – hal positif
dalam menjalani kehidupan karena hal positif dapat memberikan
koping yang baik untuk dirinya. Selain itu remaja juga dapat
meningkatkan pola hubungan dengan orang tua, lingkungan sosial
yang baik, sekolah, dan spiritual untuk mencegah timbulnya ide
bunuh diri.
5.2.3 Mahasiswa Baru
Mahasiswa baru diharapkan agar tetap mempertahankan
manajeman koping yang baik dalam menghadapi lingkungan baru
sehingga tidak timbul depresi bahkan sampai menyebabkan
perilaku maladaptif yaitu bunuh diri.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, N. (2016). Analisis Hubuungan Faktor Risiko Bunuh Diri Dengan Ide
Bunuh Diri Pada Remaja Di Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
Tahun 2016. Retrieved from:
http://scholar.unand.ac.id/13154/5/Tesis%20Lengkap%20Aulia.pdf.
Diakses pada tanggal 21 April 2017.
Captain. (2008). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Gunarsa, S., D. (2008). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Huang, K.J., et al. (2008). “Embedding Mobile Technology to Outdoor Natural
Science Learning Based on the 7E Learning Cycle”. The National
Council of the Republic of China.
Husain, S. (2005). Mengapa Harus Bunuh Diri. Jakarta: Qisthi Press.
Kartono, K., D. (2008). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.Koswara.
Melly. (2008). Hubungan Antara Kreativitas Dan Stres Pada Mahasiswa Tahun
Pertama Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Skripsi. Program
Studi Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta
Safaria, (2005). Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang
Tua. Cetakan 1, Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, G., W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th ed. St.
Louis: Elseveir.
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta 1. (2012). Kesehatan Remaja. Jakarta:
Salemba Medika.
Cho, Y., & Haslam, N. (2010). Suicidal Ideation and Distress Among Immigrant
Adolescents: The Role of Acculturation, Life Stress, and Social Support.
J Youth Adolescence . 39, 370–379. DOI 10.1007/s10964-009-9415-y
23
Muhajir, A. (2015). Ironi maraknya bunuh diri di pulau surga. Retrived from:
http://balebengong.net/berita-utama/2015/02/02/ironi-maraknya-bunuh-
diri-di-pulau-surga.html. Diakses pada 13 April 2017
Nasional Geographic Indonesia. (2015). Bunuh diri diusia produktif. Retrived
from: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/bunuh-diri-di-usia-
produktif. Diakses pada 13 April 2017
Stuart, W. G. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Vol
1&2. Singapore : Elsevier
24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Kesediaan Responden
SKALA PENILITIAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
No. Kuisioner :
INFORM CONSENT
Sehubungan dengan penyusunan Mini Project sebagai salah satu tugas
dalam Blok Keperawatan Jiwa pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, kami, Kelompok SGD 5 PSIK A Angkatan
2015, bermaksud mengadakan penilitian terkait dengan risiko bunuh diri. Kami
meminta kesediaan anda sebagai responden dalam penelitian ini. Pengisian
kuisioner akan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Semua informasi yang anda
berikan akan terjamin kerahasiaannya. Sebagai responden, anda berhak untuk
menolak atau berhenti dalam penelitian ini, apabila ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan prinsip anda. Apabila anda bersdia berpartisipasi dalam penelitian ini,
silahkan mengisi data diri anda dan menandatangani pernyataan ini.
IDENTITAS DIRI
1. Nama/Inisial : ______________________________________________
2. Usia : ____________________tahun
3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan *)
4. Instansi : ______________________________________________
5. Semester : ______________________________________________
*) coret yang tidak perlu
25
Lampiran 2. Kuisioner dengan Assasment of Suicidal Intention
Kuisioner di bawah terdiri dari 19 pernyataan. Dimohonkan untuk membaca
pernyataan dengan seksama satu per satu. Silahkan berikan tanda cek list ( ) pada
salah satu poin pernyataan yang mendeskripsikan diri anda. Diharapkan seluruh
pertanyaan diisi dengan cara yang jujur sesuai dengan diri anda.
NO ITEM RESPON POIN
1. Berapa besar harapan anda
untuk hidup?
Sedang sampai kuat
Lemah
Tidak ada
2. Berapa besar harapan anda
untuk mati?
Tidak ada
Lemah
Sedang sampai kuat
3. Berapa besar alasan anda
untuk hidup/mati?
Untuk hidup lebih besar daripada mati
Sama dengan
Untuk mati lebih besar daripada hidup
4.
Apakah anda pernah
mempunyai keinginan untuk
melakukan percobaan bunuh
diri secara aktif?
Tidak ada
Lemah
Sedang sampai kuat
5. Bagaimana tindakan anda
ketika memiliki keinginan
bunuh diri secara pasif?
Akan mengambil tindakan pencegahan
untuk menyelamatkan nyawa
Akan membiarkan kehidupan / kematian
sebagai sebuah kebetulan
Akan menghindari hal – hal yang
diperlukan untuk tetap hidup
6. Berapa lama waktu timbul
ketika anda memiliki ide/
keinginan bunuh diri?
Singkat
Lama
Berkelanjutan atau hampir terus - menerus
7. Seberapa sering anda memiliki
keinginan untuk bunuh diri?
Jarang
Sesekali
Terus – menerus
8. Bagaimana sikap anda
terhadap ide / keinginan untuk
bunuh diri?
Menolak
Tidak tentu atau berubah - ubah
Menerima
9. Apakah anda memiliki rasa
kontrol atas keinginan bunuh
diri yang ingin dilakukan?
Memiliki rasa kontrol
Tidak yakin memiliki rasa kontrol
Tidak memiliki rasa kontrol
10.
Faktor apa yang mencegah
anda untuk melakukan bunuh
diri? (mis.Keluarga, agama)
Tidak akan mencoba karena terpikir akan
faktor pencegah (keluarga atau agama)
Ada kekhawatiran akan faktor pencegah
26
Sedikit atau tidak khawatir sama sekali
terhadap faktor pencegah bunuh diri
11.
Apa alasan anda atas usaha
bunuh diri yang ingin
dilakukan?
Untuk memanipulasi lingkungan,
mendapat perhatian, atau balas dendam
Gabungan dari keinginan untuk
mendapatkan perhatian dan keinginan
untuk lepas dari masalah
Melarikan diri, lepas dari masalah
12.
Bagaimana detail /
perencanaan usaha anda
untuk bunuh diri?
Belum dipertimbangkan
Dipertimbangkan, namun belum terlalu
detail
Sudah detail / sudah diperhitungkan
dengan matang
13.
Bagaimana metode
ketersediaan/kesempatan anda
untuk melakukan percobaan
bunuh diri?
Metode tidak tersedia atau tidak ada
kesempatan
Metode akan memakan waktu dan tenaga,
kesempatan belum tersedia
Metode dan kesempatan tersedia
Menanti ketersediaan kesempatan dimasa
yang akan dating
14.
Apakah anda yakin akan
kemampuan untuk melakukan
usaha bunuh diri?
Tidak memiliki keberanian, terlalul lemah,
takut, tidak mampu
Tidak yakin akan keberanian atau
kemampuan
Yakin akan kemampuan, berani
15. Apakah ekspektasi / antisipasi
anda atas usaha bunuh diri?
Tidak ada
Tidak pasti, tidak yakin
Ya
16. Bagaimana persiapan nyata
anda untuk melakukan usaha
bunuh diri?
Tidak ada
Telah memulai tetapi belum siap, hanya
berfikir tentang hal tersebut
Telah lengkap
17. Apakah anda sudah membuat
catatan bunuh diri?
Tidak ada
Sudah ada tapi belum selesai; baru
terpikirkan
Sudah ada dan selesai
18.
Apakah anda sudah membuat
persiapan tindakan akhir
untuk mengantisipasi
kematian? (mis. Asuransi,
wasiat)
Tidak ada
Terpikirkan untuk membuat beberapa
persiapan
Sudah memiliki rencana atau perisapan
yang matang
19.
Apabila anda memiliki ide
bunuh diri, apakah yang anda
lakukan?
Mengungkapkan ide secara terbuka
Merahasiakan ide tersebut
Berbohong dengan mengatakan benar-
benar ingin bunuh diri
27
DOKUMENTASI
NO GAMBAR KETERANGAN
1
Suasana pembagian lembar
kuisioner pada responden
2
Suasana pengisian kuisioner oleh
responden yaitu Mahasiswa Baru
angkatan 2016 PSIK FK Unud
3
Suasana pengisian kuisioner oleh
responden yaitu Mahasiswa Baru
angkatan 2016 PSIK FK Unud
28