91
KO ONSEP TAUH Î DALAM D SYAI M KITA KH‘ABD AB ‘AMA DURRA AL MA’ AH MAN RIFAH SHIDDÎQ Skripsi D Diajukan ke epada Fakul ltas Ushulud ddin dan Fil lsafat untuk k Memenuhi i Persyarata an Memper roleh Gelar r Sarjana Fil lsafat Islam m (S.Fil.I) D Disusun Ole eh: ISMA F PROGR FAKULTA UIN AIL YUHA AIDIR 10 060331011 126 RAM STU UDI AQID DAH FIL LSAFAT AS USHU ULUDDIN N DAN F FILSAFA AT N SYARI IF HIDAY YATULL LAH J JAKARTA A 143 31 H / 2010 M

KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

  • Upload
    buinhi

  • View
    234

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

KOONSEP TAUHÎ

DALAM

D SYAI

M KITA

KH‘ABD

AB ‘AMA

DURRA

AL MA’

AHMAN

RIFAH

SHIDDÎQ

Skripsi

DDiajukan keepada Fakulltas Ushuludddin dan Fillsafat untukk Memenuhii Persyarataan

Memperroleh Gelarr Sarjana Fillsafat Islamm (S.Fil.I)

 

DDisusun Oleeh:

ISMA

F

PROGR

FAKULTA

UIN

AIL YUHAAIDIR

10060331011126

RAM STUUDI AQIDDAH FILLSAFAT

AS USHUULUDDINN DAN FFILSAFAAT

N SYARIIF HIDAYYATULLLAH

JJAKARTAA

14331 H / 2010 M

Page 2: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

LEMBARAN PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk untuk

memenuhi salah satu peersayaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN

Syarif Hidayatullah;

2. Semua sumber yang telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16, September 2010

Ismail Yuhaidir

Page 3: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ DALAM

KITAB ‘AMAL MA’RIFAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh;

ISMAIL YUHAIDIR

NIM: 106033101126

Pembimbing;

Dr. Sri Mulyati, M.A

NIP: 19560417.198603.2.001

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 4: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Konsep Tauhîd Syaikh‘Abdurrahman Shiddîq dalam Kitab

‘Amal Ma’rifah”: telah diujikan dalam siding munaqasah Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tangga 16 September 2010 M.

skripsi ini telah diterima sebagai salah satu Syarat memperoleh gelar Sarjana

Filsafat Islam(S.Fil.I) pada program studi Aqidah Filsafat.

Sidang Munaqasyah

Jakarta, 16 September 2010

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Agus Darmaji, M.Fils. Dra. Tien Rohmatin, MA

NIP: 19610927.199303.1.002 NIP: 1968093 199403.2.002

Anggota,

Drs. Fakhruddin, MA Dr. Sri Mulyati, M.A

NIP: 19580714.198703.1.002 NIP: 19560417.198603.2.001

Page 5: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

Jakarta, 24 September 2010

NO : Istimewa

Lampiran : 1 lembar

Perihal : Permohonan Mengikuti Wisuda Sarjana ke-81

Kpd Yth,

Ketua Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Salam sejahtera saya sampaikan semoga Bpk selalu dalam keadaan sehat

dan dalam lindungan Allah Swt.

Selanjutnya saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ismail Yuhaidir

NIM : 106033101126

Fak/Jur/Smstr : Ushuluddin/Aqidah Filsafat/IX

Program : Reguler

Sudah mengikuti ujian skripsi pada tanggal 16 September 2010 dengan ini

bermaksud mengajukan permohonan mengikuti wisuda sarjana ke-81 di

karenakan sedang mengerjakan revisi skripsi dengan membutuhkan waktu sampai

tanggal 16 November 2010 sehubungan batas akhir wisuda sarjana ke-81 di

fakultas sampai tanggal 4 oktober 2010.

Demikianlah surat permohonan ini saya buat, terima kasih atas segala

perhatiannya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Ketua Juruan Aqidah Filsafat Pemohon

Drs. Agus Darmaji, M.Fils. Ismail Yuhaidi

NIP: 19610927 199303 1 002 NIM : 106033101126

Page 6: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

ABSTRAKSI

Ismail Yuhaidir dalam hasil penulisan dan penelitiannya skripsi pada

tugas ahkir syarat kelulusan UIN Syarif Hidayatullah dengan judul “ Konsep

Tauhîd Syaikh Abdurrahman Shiddik dalam kitab ‘Amal Ma’rifah,”Tokoh

Ulama’ Bangka” di bawang bimbingan Dr. Sri Mulyati, M.A.

Syaikh Abdurrahman Shiddiq al-Banjari, Mufti Kerajaan Indragiri Riau

adalah salah seorang buyut dari Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau

adalah seorang ulama besar yang hidup pada tahun 1857-1939 M, sangat

terkenal di Pulau Bangka. Dia adalah tokoh ulama yang telah membawa

perubahan kultur keberagamaan di Bangka.dia juga telah banyak mencetak

kader-kader ulama di kepulauan Bangka yang sampai sekarang nilai-nilai

perjuangannya di kenang oleh banyak masyarakat, bahakan namanyapun di

abadikan di sebuah perguruan tinggi di Bangka yaitu STAIN Syaikh

Abdurrahman Shiddiq. Salah satu karya tulisnya yang populer adalah risalah

Amal Ma’rifah. Kitab ini disusun oleh beliau untuk menjadi tuntunan bagi

orang-orang yang mencari ilmu-ilmu kesempurnaan di zaman itu, sebab sedikit

sekali guru tasawuf yang alim dan mampu mengajarkan tasawuf secara benar.

Kitab ini juga sering dijadikan rujukan serta diajarkan oleh ulama atau guru-

guru agama di Bangka, dan ada kecenderungan kitab ini diidentikkan dengan

kitab al-Durr al-Nafis karya Syekh Muhammad Nafis al-Banjari, serta dianggap

bernuansa ajaran wahdat al-wujud. .

Maka dari itu sangatlah penting bagi penulis untuk mengangkat

pemikiran Sayikh Abudrrahman Shiddiq dalam karya tulisnya Amal Ma’rifah

mudah-mudahan nantinya dapat mendorong kita untuk lebih memahami hakekat

dari nilai ketuhanan yang kita jalani selama ini. Karena bagi penulis pemikikran

Syaikh Abudrraman Shiddik cukup memberikan pencerahan yang sangat luar

biasa dalam mengesakan Allah Swt.

i

Page 7: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Untuk ini begitu besar rasa syukur yang terus menerus penuliskan haturkan

atas nikmat, rahmat dan hidayah yang telah diberikan Allah Swt kepada hamba yang

lemah ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan penuh

kemudahan dan kelancaran. Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan

kepada junjungan Nabi akhir zaman beliau bernama Nabi Muhammad Saw.

Perjalanan ini seungguh panjang namun berasa singkat sekali, tak terasa

semenjak masuk pada angkat tahun 2006 dan berakhir pada tahun 2010. Tak terasa

kini akan berakhirlah masa studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini untuk

stara S 1 pada Jurusan Aqidah filsafat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan

hambatan yang dihadapi, serta penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari

sempurna, masih banyak sekali perbaikan-perbaikan dalam penulisan ini. apalagi data

yang penulis kaji mengenai tokoh ini referensinya masih sangat minim sekali.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapakan ribuan terimakasih tiada

terhingga dan seakan kebaikankan semuanya tak dapat saya balaskan dengan apapun

juga, mudah-mudahan apa yang telah mereka berikan selama ini dibalas oleh Allah

Swt dengan setimpal dan ilmu yang saya dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat

untuk ummat dan kemaslahatan agama. Saya tujukan ucapan terima kasih itu kepada

kepada:

1. Ibu Dr. Sri Mulyati, M.A , sebagai Dosen pembimbing skripsi, yang telah

mengarahkan sehigga terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Zainun kamal, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, beserta

jajarannya, pembantu Dekan I, II, III, mudah-mudahan dapat membawa Fakultas

Ushuluddin menjadi Fakultas terdepan.

ii

Page 8: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.A, beserta Ibu Dra. Tien Rohmatin, M.A, baik

selaku Ketua Jurusan dan Sektretaris jurusan maupun dosen yang telah banyak

membatu dalam kelancaran proses selama kuliah.

4. Kedua orang tuaku, Ba’ ku Mi’an dan Emakku Marfu’ah, yang selalu memberi

motivasi dan do’anya yang tak terhingga, doa itu mengalir dengan begitu

derasnya bagaikan air mengalir sehingga mengantarkan daku pada gerbang

kesuksesan dalam menempuhkan studi di kampus tercinta ini.

5. Kepada ayunda-ayundaku dan abangku tercinta, Siti Aminah, Nur Laila, Zaleha,

Ridwan, terimakasihku selalu yang menyayangi adiknya yang manja ini, sehingga

termotivasilah semangat diri ini untuk terus memberikan yang terbaik buat

keluarga.

6. Tokoh masyarakat Bangka Belitung, terkhusus Masyarakat Desa Puding Besar.

Terimaksih dorongan agar saya cepat menyelesaikan studiku, agar cepat balik

kekampung halaman untuk mengabdi buat masyarakat di kampung.

7. Teman-teman seperjuanganku, Ali Ma’mun, Diah, Husen, Anwar, Euis, Mahbub,

Kholik, Reyhan, Hasbullah, Adan, Fahmi, Tofik, Farid,

8. Teman-teman seperjuanganku di PAMALAYU BABEL, Joko Wasono, Rudy,

Fahri, Zul, Budiman, Ican, Febri,

9. Keluarga Besar, KOMFUF, BEM-F Ushuluddin, BEM-J AF selamat berjuang

sampai ketemu nanti di gerbang kesuksesan yang lebih cemerlang bermanfaat

untuk agama dan bangsa nantinya, amin.

Jakarta, 02 September 2010

Ismail Yuhaidir

iii

Page 9: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFATAR ISI ......................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 7

C. Metode Penelitian .................................................................................. 8

D. Tujuan Penulisan ................................................................................... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ........................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

BAB II. BIOGRAFI SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ ............................... 13

A. Riwayat Hidup dan Perjuanganya ...................................................... 13

B. Karya-karya Syaikh Abdurrahman Siddiq ......................................... 29

BAB III. PENGERTIAN TAUHID DAN PERKEMBANGAN ISLAM ............ 35

A. Pengertian Tauhid dan Perkembangan Islam ...................................... 35

B. Perkembangan Islam di Bangka ......................................................... 38

BAB IV. POKOK-POKOH TAUHID SYAIKH ABDURRAHMAN

SIDDIQ .................................................................................................... 42

A. Pengertian , Syari’ah, Tarekat, Hakikat, Ma’rifah ............................ 42

1. Pengertian Syari’ah ..................................................................... 42

2. PengertianTarekat ....................................................................... 43

3. Pengertian Hakikat ...................................................................... 44

4. Pengertian Ma’rifat ..................................................................... 45

B. Konsep Pengesaan Allah dengan Afal-Nya, Asma-Nya, dan

Dzat-Nya ............................................................................................ 49

1. Tauhid Af’al ................................................................................ 49

iv

Page 10: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

2. Tauhid Asma’ ............................................................................. 55

3. Tauhid Sifat ................................................................................. 60

4. Tauhid dzat .................................................................................. 68

BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 75

A. Kesimpulan ........................................................................................ 75

B. Saran ................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 78

v

Page 11: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

PEDOMAN TRANSLITERASI

al ال n ن gh غ sy ش kha خ a ا

ص d د b ب sh ف f و w

ض dz ذ t ت dh ق q ه h

` ء k ك th ط r ر ts ث

ي l ل zh ظ z ز j ج y

h ح ah, at ة m م ‘ ع s س

Vokal Panjang Vokal Pendek

vi

ا â = a

ى î = i

و û = u

Dibatas

â و

ى î

iyy (î Pada akhir

و uww (û Pada akhir kata

Page 12: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tauhid adalah salah satu ajaran pokok Islam yang diwahyukan Tuhan

kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan, umum dikatakan bahwa ajaran

tauhid merupakan dasar dari segala dasar kebenaran, serta merupakan akar

tunggang dari ajaran Islam.1

Tauhid juga merupakan suatu kumpulan kepercayaan atau keyakinan.

Adapaun pokok-pokok keyakinan adalah iman kepada Allah SWT dan Rasul-

Nya, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Rasul,

iman kepada adanya Hari Kebangkitan, serta iman kepada qadla dan qadar.2

secara historis, paham ketauhidan pada dasarnya sudah ada semenjak

diturunkannya Nabi Adam as ke muka bumi ini. Namun demikian, seiring

berjalanannya proses dialektika sejarah kehidupan manusia, konsep tauhid ini

pun secara berangsur-angsur mengalami sebuah distori pemahaman yang

tentunya bertentangan dengan apa yang telah diajarkan dan dimaksudkan oleh

Nabi Adam as.3 oleh karena itu, hadirnya Nabi Muhammad ke muka bumi ini

sebagai utusan Tuhan yang terakhir berupaya menyempurnakan konsep

tauhid tersebut berdasarkan nilai-nilai ajaran yang telah diwahyukan Tuhan

                                                            1 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar Sebuah Telaah atas Pemikiran

Hamka dala Teoligi Islam ( Jakarta: Paramadina, 1990),h4 2 Ibn Taymiyyah, al-Aqidah al-wasathiyyah, (Beirut, Dar al-A'rabiyyah wa an-Nasrhr,

tth)h.5 3 Taib Tahir Abd Mu'in, Ilmu Kalam (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1975), cet., ke-3, h.15

1

Page 13: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

2

kepada-Nya yang belakangan terdokumentasikan dalam sebuah “kitab suci”

atau al-Qur'an.4

Dalam agama Islam, ada ajaran yang jelas dan tegas yaitu ajaran

ketuhanan Yang Maha Esa. Agama ini selalu menjelaskan bahwa seluruh

semangat ajarannya berpusat pada paham ketuhanan Yang Maha Esa, yang

secara spesifik disebut dengan istilah tauhid. Sepanjang ajaran Islam, tauhid

itulah ajaran ketuhanan Yang Maha Esa secara sebenarnya, yang

pengajarannya secara sistem dimulai dari Nabi Ibrahim, nenek moyang

bangsa Israel (Yahudi) dan bangsa Arab (terutama Quraysy).5

Awalnya, tauhid yang merupakan pokok keyakinan bagi muslim

tersebut bersumber pada nash yang bersifat naqli. Namun dalam

perkembangannya, tauhid sebagai sebuah ilmu berkembang tidak hanya

terbatas pada kawasan dalil naqli belaka, tetapi juga menambah kawasan dalil

'aqli. Perkembangan ilmu tauhid yang menggunakan landasan rasional

tersebut terkadang disebut pula sebagai ilmu kalam, ilmu tauhid (ilmu kalam)

tersebut juga memberikan suatu jalan bagi alasan rasional dan logis tentang

pokok-pokok kepercayan Islam terhadap argumentasi yang dikeluarkan oleh

para perusak aqidah Islam, seperti para orientalis yang berusaha mengaburkan

konsep tauhid dengan tujuan agar umat Islam memiliki keraguan terhadap

doktrin tauhid, sehingga diharapkan mereka menjadi murtad.

                                                            4 Taib Tahir, Ilmu kalam, h.16 5 Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 199),

h.xvi.

Page 14: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

3

Dalam urusan menganut sebuah paham keislaman. Islam tidak

membolehkan ada pemaksaan dalam bentuk apapun. Tugas Islam adalah

menyeru kepada kebaikan, sepanjang ajaran Islam adalah berarti memenuhi

konsekuensi paham tauhid secara benar, menurut keyakinan Islam, Tuhan

yang Maha Esa sendiri mengajarkan, melalui wahyu-Nya, yaitu al-Qur'an,

bahwa kita harus menganut prinsip tidak boleh ada paksaan dalam agama.6

Tauhid merupakan bidang kajian penting dalam Islam yang mengupas pokok-

pokok agama (ushul ad-din). Hal tersebut mencakup kumpulan kepercayaan

('aqaid) yang harus diimani oleh setiap Muslim. Dengan katalain, tauhid

merupakan aspek penting bagi ummat Islam.

Tauhid memiliki hubungan yang erat dengan aspek Ibadah. Ibadah

dalam arti sebagai suatu penghambaan diri kepada Allah SWT dengan

menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut juga

merupakan hakikat dari agama Islam, karena makna Islam adalah penyerahan

diri kepada-Nya dengan penuh rasa kerendahan diri dan penuh rasa cinta.

Ibadah juga berarti segala perkataan dan perbuatan, baik secara lahir maupun

batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT. 7

Berangkat dari hal tersebut, perlu kiranya kita mengetahui masuknya

Islam di Indonesia agar kita dapat memahami perkembangan dan penyebaran

Islam di ranah Indonesia yang kita tempati ini. Ada beberapa pendapat

mengatakan bahwa yang membawa masuknya Islam ke Indonesia adalah

                                                            6 Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam era Reformasi, h. 77 7 Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab, kitab at-Tauhdi allazi huwa haq allah 'ala al-Abid,

(Riyadl : Departemen Urusan Agama Islam, Dakwah, dan Irsyad, 1995). h. 11

Page 15: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

4

orang-orang India, ada yang mengatakan orang Persia, ada yang mengatakan

orang Arab. Masing-masing pandangan memiliki argumentasi yang layak

diperiksa dan teliti. Oleh karena permasalahan kita adalah masuknya tasawuf

yang terkait dengan para pelopor dakwah Islam yang pertama itu, maka kita

perlu memiliki informasi mengenai ini, baik kebangsaan mereka, aliran

keagamaan, maupun tarekat, dan metode yang digunakan untuk

memperkenalkan Islam kepada para penduduk di wilayah itu.8

Sedangkan dalam perkembangan studi-studi Islam di Indonesia,

terdapat kecenderungan yang kuat bahwa dikotomi Islam tradisional-modern

digunakan sebagai alat analisis. Tidak jarang, kajian Islam tradisional

cenderung dikesampingkan atau paling tidak, kurang mendapat perhatian

yang profesional. Padahal, dalam kenyataan, meskipun tidak ditemui data

statistiknya, jumlah penganut Islam tradisonal di Indonesia jauh lebih besar

dibandingkan dengan jumlah penganut Islam Modern. Ironisnya lagi,

penelitian tentang Islam tradisional seringkali menggunakan perspektif dan

standard ukuran Islam Modern sehinga melahirkan kekeliruan dan

kesalahpahaman mengenai Islam tradisonal itu sendiri terkhusunya

penyebaran agama Islam di kepulauan Bangka.9

Meskipun beberapa studi tentang Islam tradisonal sudah dilakukan

tetapi kebanyakannya masih berpendirian bahwa Islam tradisonal itu

merupakan entitas yang monolik, tanpa menunjukkan variasi yang terdapat di

                                                            8 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia,terj,, Depok, Pusataka IIMaN, 2009,hl 13. 9 Zulkifli, Kontinuitas Islam Tradisional di Bangka, Sungailiat, Shiddiq Press, 2007, hl

20.

Page 16: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

5

dalamnya. Hal ini menunjukkan kekurangan nuansa analisis sehingga Islam

tradisional hanya menunjukan kepada suatu pemahaman dan praktik

keagamaan yang kontradiksi dengan Islam modern. Padahal, perbedaan

kondisi sosiokultural suatu masyarakat akan melahirkan corak Islam

tradisional tersendiri.

Dari sini perlu kiranya penulis mengkaji Konsep Tauhid Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq serta pengembangan Islam di Bangka. Dapat dilihat

begitu besar pengaruh ajaran tasawuf Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq bagi

masyarakat kepulauan Bangka. Hal tersebut dapat dilihat dengan

berlangsungan kegiatan keagamaan di Bangka. Dalam hal ini penulis sedikit

menguraikan tentang konsep Tauhid Syaikh Abdurraman Shiddik dalam kitab

Amal Ma’rifah tasawuf yang beliau terapkan dalam metode dakwahnya.

Tokoh ulama yang bernama Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq al-Banjari

cukup dikenal di kalangan masyarakat Kalimantan terkhususnya di kepulaun

Bangka, sebab beliau merupakan salah seorang zuriat ulama besar

Kalimantan Syaikh Muhammad ‘Arsyad al-Banjari, dan salah satu ulama

yang masuk dalam entri Ensiklopedi Islam Indonesia.

Beliau adalah seorang da‘i yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang

aktif, penerjemah, ulama yang warâ’, sufi yang tawadhu, dan juga penyair

kondang yang pertama sekali memperkenalkan tasawuf di tanah Melayu

terkhususya di Bangka. Syair-syair yang beliau susun mampu memukau

orang-orang di zamannya, sehingga melalui syair-syair itu beliau juga

berdakwah dan berusaha meluruskan aliran kalam dan pemahaman tauhid

Page 17: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

6

yang cenderung menyimpang, disebabkan para tokohnya yang tidak memiliki

dasar agama yang kuat dan hanya bertumpu pada khayalan dan alam

kebatinan saja. Selain aktif berdakwah, ‘Abdurrahman Shiddîq juga aktif

menulis, di antara karyanya yang terkenal adalah Amal Ma’rifah dan

Syajaratul Arsyadiyah.10

Latar belakang ditulisnya kitab Amal Ma’rifah ini berangkat dari

banyaknya orang yang menuntut ilmu ke berbagai wilayah Nusantara guna

mencari ilmu-ilmu “kesempurnaan” dalam rangka mencapai martabat seorang

muslim yang betul-betul taat kepada Allah SWT. Namun pada saat itu banyak

aliran kalam dan tasawuf yang cenderung menyimpang, karena tidak

menempatkan porsi syari’ah secara benar sehingga masyarakat cenderung

menjadi fatalis (Jabari),

Kurangnya pemahaman suatu ajaran atau gagasan dari sebuah kitab

tersebut, dapat merusak cara pemahaman mengenai paham tasawuf seseorang

yang telah mereka konsepkan, bila saja pemahamanya salah maka akan

berdampak negatif padahal konsep tasawuf yang mereka jadi rujukan tidak

terlepas dari al-Qur‘an dan Hadits. Oleh karena itu, isi kitab tersebut perlu

dikaji lebih menyeluruh lagi, sehingga diperoleh kejelasan yang lebih agar

dapat dipertanggungjawabkan, dan terhindar dari kesalahan dalam memvonis

ajaran seorang ulama. Karena bila hal ini sampai terjadi akan rusaklah

reportasi seorang ulama di hadapan manusia.

                                                            10 M. Arrafie Abduh, Corak Tasawuf Abdurrahmad Shiddîq dalam Syair-Syairnya, Jurnal

Penelitian Kutubkhanah. IAIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru Riau tahun 2000/2001.

Page 18: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

7

Telah tertulis dalam kitab Amal Ma’rifah nampaknya bahwa Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq mengemukakan tentang konsep tauhid dan sufistik

yang bernuansa Akhlaki ‘Amali paling jauh sampai kepada wahdah al-syuhûd,

akan tetapi tidak sampai kepada wahdah al-wujûd meskipun ada sejumlah

ungkapan yang mendekati ke arah itu. Hal ini karena pada saat itu setting

sosial masyarakat banyak diwarnai paham wahdah al-wujûd, yang terlihat

dengan banyaknya ajaran-ajaran yang mengarah kepada paham tersebut di

masyarakat.11

Karena itu melalui penulisan skripsi ini, penulis berusaha untuk

memaparkan kehidupan ‘Abdurrahman Shiddîq, kemudian naskah kitab yang

menjadi objek penelitian, ajaran-ajarannya serta konsep tauhid sufistik dan

tasawuf yang terkandung dalam risalah Amal Ma’rifah tersebut. Kajian

seperti ini sepengetahuan penuli sangat sedikit sekali orang untuk menggali

kilasan sejarah perjuangan ulama lokal dan memiliki kemampuan yang luar

biasa seperti halnya ulama-ulama nusantara yang menyebarkan dakwahnya di

ranah negeri yang memiliki corak ragam suku dan memiliki budaya yang

berbeda-beda.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Penulis membatasi hanya pada permasalahan Tauhid Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq dalam kitab Amal Ma’rifah.

                                                            11 http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36, diakses pada 10 juli 2010

Page 19: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

8

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka

dapat dirumuskan: “Bagaimana Konsep Tauhid Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq dalam kitab ‘Amal Ma’rifah?”

C. Metode Penelitian

Dalam melakukan pembahasan metode yang di pakai adalah metode

penelitian yang bersifat kepustakaan (Library Research), yaitu

mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan seorang tokoh yang diteliti,

baik buku-buku karyanya sendiri sebagai data primer, maupun karya orang

lain sebagai data sekunder.

Sumber primer adalah kitab Amal Ma’rifah buku ini menerangkan

beberapa pendapat ahli ilmu tasawuf dan beberapa konsep tauhid yang beliau

ajarkan, buku ini dicetak pada tahun 1332 H. Sedangkan sumber sekunder

adalah Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

Mufti Iindargiri oleh H. M. Syafei Abdullah. Ensiklopedi Islam oleh dewan

redaksi Ensiklopedi Islam. Seminar Hasil Penelitian Dosen Tahun 2007,

Sya’ir Iabarah dan Khabar Qiyamah, (kajian Teks dan Kontekstual melalui

pendekatan Teosentris dan Antroposentris).

Dalam penulisan ini penulis mengunakan metode deskriptif analitis,

yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk Menelaah kitab, yaitu

mempelajari secara mendalam kitab Amal Ma’rifah tentang isi ajaran yang

terkandung dalam kitab tersebut, mendeskripsikan isi kitab, maksudnya

menggambarkan atau menyajikan isi kitab apa adanya. Deskripsi isi kitab ini

Page 20: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

9

dilakukan dengan mengemukakan pokok-pokoknya saja, sesuai dengan obyek

yang diteliti. Dengan membandingkan ajaran tasawuf ‘Abdurrahman Shiddîq

dengan teori-teori tasawuf terdahulu, maka akan diketahui ke arah mana

kecenderungan corak, konsep atau pemikiran tauhid sufistik dan tasawuf

‘Abdurrahman Shiddîq. Adapun tehnik penulisan ini, penulis menggunakan

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) oleh

Penerbit CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, cetakan ke-II, April 2007.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan karya ini sebagai sebuah tugas akhir untuk

melengkapi persyaratan kelulusan studi Strata Satu (SI), adalah bahwa

penulis mencoba memahami pemikiran Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

mengenai ajaran tawasuf yang berkembang di Bangka. Sehingga nantinya

dapat disusun mengenai ajaran beliau tentang dunia kesufian agar dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia pemikiran. Lebih penting

lagi penulis ingin mengangkat ulama daerah yang namanya belum begitu

tenar seperti halnya ulama-ulama tasawuf nusantara.

E. Tinjauan Pustaka

Adapun karya-karya yang membahas tentang Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq sepengetahuan penulis adalah:

Hasil penelitian Bahran Noor Haira berjudul Kitab Amal Ma’rifah,

Sebuah Interpretasi Baru, (1996) mengungkapkan pemahaman baru dan

Page 21: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

10

berisikan bantahan terhadap anggapan orang yang menilai bahwa

‘Abdurrahman Shiddîq penganut tasawuf wahdah al-wujûd.

Tulisan M. Arrafie Abduh berjudul “Corak Tasawuf ‘Abdurrahmad

Shiddîq dalam Syair-Syairnya”, yang dimuat dalam Jurnal Penelitian

Kutubkhanah, Volume III, diterbitkan oleh IAIN Sultan Syarif Qasim

Pekanbaru Riau tahun 2000/2001, mengkaji pemikiran tasawuf

‘Abdurrahman Shiddîq al-Banjari lewat syair-syair yang telah beliau tulis.

Tulisan Muhammad Nazir berjudul “Kontroversi Sikap Ulama

Tentang Eksistensi Ilmu Kalam dan Pandangan Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq al-Banjari”, yang dimuat dalam Jurnal Khazanah IAIN Antasari,

Volume II, Nomor 3, Mei-Juni 2003, mengkaji dan mengungkapkan tentang

pendapat dari ‘Abdurrahman Shiddîq terhadap eksistensi dan urgensi Ilmu

Kalam, melalui salah satu karya tulisnya berkenaan dengan masalah tauhid,

yang berjudul Aqaid al-Iman.

Namun dalam penulisan ini saya berbeda dengan penulis-penulis

sebelumnya, adapun perbedaannya saya lebih menekankan pada pemikiran

Tasawuf beserta konsepnya dalam pengenalan kepada Allah itu sendiri

sehingga menguatkan keyakinan bagi siapa yang mendalami kitab Amal

Ma’rifah ini nantinya. Dan sedikit penulis mengangkat kisah perjuangan

beliau di kepulauan Bangka.

F. Sistematika Penulisan

Page 22: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

11

Dalam penulisan skripsi, penulis membagi pembahasan ke dalam lima

bab, masing-masing bab mempunyai spesifikasi pembahasan menegnai topik

tertentu, yaitu:

Bab I Pendahuluan, dimaksud untuk memperjelaskan latar belakang

masalah yang menjadi inti pokok bahasan dalam skripsi ini, arah pembahasan

dan tujuan yang hendak dicapai, pemfokusan pada segi-segi tertentu dalam

pembahasan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Sehingga jelaslah

apa yang hendak diditeliti oleh penulis maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Bab II Pemaparan tentang biografi Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

serta menjelaskan tentang Riwayat hidup beliau, sedikit mengungkapkan

perjuangan beliau di Bangka untuk menyebarkan syi’ar Islam dan banyak

sekali sekali karya-karya yang beliau tuliskan yang bisa di jadikan rujukan

bagi mereka yang mau mengkaji pemahaman Islam secara mendalam.

Bab III dalam bab ini menjelaskan tentang pengertian tauhid itu

sendiri dan perkembangn Islam di Bangka. Sehingga dengan ini dapatlah di

mengerti begitu panjangnya sejarah perjalan Islam yang pada akhirnya di akui

oleh banyak penduduk dunia, terkhususnya di Indonesia bila di lihat dari

sejarah masuknya ajaran Islam dengan begitu kentalnya. Sama halnya ketika

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq menyebarkan konsep tawasuf yang beliau anut

sangat banyak sekali tantangan yang beliau hadapi untuk menyebarkan

Syarî‘ah Islam.

Bab IV pokok ajaran tauhid Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq dalam

sebuah karyanya Amal Ma’rifah. Di sini penulis akan sedikit memaparkan

Page 23: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

12

tentang pengertian Syari’at, Tarekat, Hakikat, Ma’rifah. Dan lebih pentingnya

lagi pada bab inilah kita akan mengetahui konsep dan pemikiran tasawuf yang

di jalankan oleh Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq dalam kitabnya Amal

Ma’rifah. Mudah-mudahan nantinya dapat memberikan pencerahan bagi

siapa saja yang membacanya.

Bab V penutup ini melingkupi kesimpulan yang diambil dari ini

pembahasan tersebut dan beserta saran-saran. Yang mana nantinya akan dapat

dimegerti secara detail dari bab perbab sehingga memperoleh sebuah

kesimpulan dari sekian banyak pembahasan.

Page 24: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

BAB II

BIOGRAFI SYAIKH ‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ

A. Riwayat Hidup dan Perjuangannya

1. Kelahiran

Nama lengkapnya adalah Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq bin

Muhammad Afif bin Muhammad bin Jamaluddin al-Banjari.1 Ia

dilahirkan di Kampung Dalam Pagar Martapura Kalimantan Selatan pada

tahun 1857 M pada masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah bin

Sultan Sulaiman al-Mu’tamidillah (1825-1857 M), dengan nama

‘Abdurrahman. Kemudian saat menuntut ilmu di Mekkah, oleh salah

seorang gurunya Sayid Bakri Syatha, seorang ulama terkenal yang menulis

kitab fiqh terkenal I‘anah al-Thalibin memberi nama tambahan dengan

“Shiddîq” pada namanya, sehingga menjadi ‘Abdurrahman Shiddîq.2

Tidak ada informasi yang pasti tentang mengapa sang guru memberikan

gelar itu kepadanya, tetapi cerita yang berkembang hingga sekarang ialah

bahwa itu merupakan tanda penghargaan atas prestasi yang dicapaikannya

dalam belajar, selain karena akhlaknya yang luhur.

Nama ayahnya adalah H. Muhammad ‘Afif bin Mahmud bin H.

Jamaluddin, sedangkan nama ibunya adalah Shafura binti H. Muhammad

Arsyad (Pagatan). Silsilah dari pihak ayahnya, bertemu pada Syeikh                                                             

1 D. Sirojuddin Ar., Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Hoeve,1999), cet. Ke-6, h.27.

2 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, (Pekan Baru: CV. Serjaya-Jakarta, 1982), h. 19.

13

Page 25: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

14

Muhammad Arsyad al-Banjari dari istrinya yang bernama Gowat (Go

Hwat Nio) seorang keturunan Cina. Dari istrinya ini Syaikh Muhammad

Arsyad memiliki enam orang anak, di antaranya adalah Khalifah H.

Zainuddin. H. Zainuddin kawin dengan Ambas melahirkan tujuh orang

anak, satu di antaranya bernama Sari. Sari bersuamikan Mahmud dan

melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya adalah H. Muhammad

‘Afif, orang tua dari ‘Abdurrahman Shiddîq. Silsilah keluarga dari pihak

ibu juga bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad dari istrinya yang

bernama Bajut. Bajut melahirkan anak yang bernama Syarifah. Syarifah

bersuamikan Usman dan melahirkan Muhammad As’ad yang kawin

dengan Hamidah dan melahirkan 12 orang anak. Salah satu di antara anak

Muhammad As’ad dan Hamidah bernama Muhammad Arsyad.

Muhammad Arsyad beristrikan ‘Ummu Salamah dan melahirkan tujuh

orang anak, satu di antaranya bernama Shafura dan Shafura inilah ibu dari

‘Abdurrahman Shiddîq.3

2. Silsilah keturunan

Adapun keturunan Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq merupakan

keturunan kelima dari Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (1770-1812

M), pengarang kitab Sabil al-Muhtadin kitab agama yang terkenal

dikalangan ummat Islam pada zaman itu.4 Adapun dilihat dari keturunan

ayahnya, ia masih termasuk keluarga sultan Banjar. Ibunya Safura binti                                                             

3 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 19

4 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 19

Page 26: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

15

Syaikh H. Muhammad Arsyad bin H. Muhammad As’ad, adalah cucu

Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, penulis kitab Sabilal al-Muhtadin

(Jalan- Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk)5. Kemudian apabila dilihat

dari pihak neneknya, ‘Ummu Salmah, ‘Abdurrahman Shiddîq merupakan

generasi keempat dari Syaikh Muhammad Arsyad, yakni ‘Abdurrahman

Shiddîq bin Shafura bin ‘Ummu Salamah binti Pangeran Mufti H. Ahmad

bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Di lihat dari keturunan ayahnya, ia masih termasuk keluarga Sultan

Banjar. Selain punya zuriat ke atas yang bertemu pada Syaikh Muhammad

Arsyad, ‘Abdurrahman Shiddîq juga banyak melahirkan zuriat ke bawah

melalui istri-istri yang pernah dinikahinya yang berjumlah sembilan orang,

dan memiliki anak berjumlah 35 orang.

Menurut pengakuannya sendiri dalam Risalah Syajarah al-

Arsyadiyah, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq dan sejumlah anaknya. Isteri

dan anak-anaknya adalah sebagai berikut : 1. Nur Simah, di Mekkah, tidak

mempunyai anak; 2) Fatimah di Belinyu tidak mempunyai anak; 3)

Rahmah binti H. Usman mempunyai anak dua orang tetapi keduanya

meninggal dunia dalam usia anak-anak; 4) Hajjah Salmah Amnati,

mempunyai dua orang anak tetapi keduanya meninggal dunia dalam usia

anak-anak; 5) Halimah binti Idris di Muntok Bangka, mempunyai anak

delapan orang yaitu Shafura, Siti Hannah, Habibah, Raihanah, Hawa,

Hamid Shiddîq, Siti Sarah, dan Siti Rahil; 6) Zulaikha, di Sungaiselan,

                                                            

5 D. Sirojuddin Ar., Ensiklopedi Islam h. 27

Page 27: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

16

mempunyai anak satu orang yaitu ‘Ummu Salmah; 7) Hasanah binti

Muhammad Thayib, di Puding Besar Bangka, mempunyai anak delapan

orang, yaitu Muhammad As’ad, Hafsah, Saudah, Muhammad Fatih,

Shafiyah, Siti Ma Khair, Mahabbah, dan Afifah; 8) Aminah binti

Muhammad Khalid mempunyai anak delapan orang, yaitu Aisyah,

Muhammad Amin, Mahmud, Maimunah, Mariyah al-Qibtiyah, Zainuddin,

Zainab, dan Muhammad Jamaluddin; 9) Fatimah binti H. Muhammad

Nasir mempunyai anak enam orang, yaitu Khajidah, Balqis, Muhammad

Thayib, Abdullah, Muhammad Arsyad, dan Ummu Hani. Anak keturunan

Syaikh Muhammad Shiddîq tersebar di berbagai daerah tempat beliau

pernah lama menetap seperti di Bangka dan Riau.

Dapat dilihat bahwa keturunan beliau diakui dalam

ketangguhannya dalam menyebarkan syi’ar Islam, wajar bila saja sifat-

sifat pengabdian untuk agamanya terus mengalir hingga keanak cucunya

sampai sekarang ini.6

3. Pendidikannya

‘Abdurrahman Shiddîq sewaktu kecilnya tidak sempat lama diasuh

oleh ibunya, sebab di usia baru dua bulan ibunya Shafura meninggal dunia.

Selanjutnya beliau diasuh oleh adik ibunya (Mak Ciknya) bernama

Sa’idah. Sa’idah adalah seorang wanita yang termasuk alim pada masa itu

dan ‘Abdurrahman Shiddiq dididik mengaji dan mengenali Islam sedikit

                                                            

6 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, (Sungailiat Bangka: Siddiq Press, 2006) h. 12.

Page 28: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

17

demi sedikit.7 Dalam masa pengasuhan ini dia tetap dipelihara dan dijaga

oleh kakek dan neneknya yang sangat menyayangi beliau. Menjelang usia

satu tahun, kakeknya yang bernama Mufti H. Muhammad Arsyad bin

Mufti H. Muhammad As’ad di panggil kehadirat Allah Swt. Sejak

kepergian kakeknya untuk selama-lamanya saat itu hingga dewasa

‘Abdurrahman tinggal dan diasuh oleh neneknya yang bernama ‘Ummu

Salamah.

‘Ummu Salamah adalah seorang perempuan yang berilmu agama

dan taat beribadah. Dalam pemeliharaannya inilah ‘Abdurrahman Shiddîq

diajari membaca al-Quran dan setelah menjelang umur dewasa dia disuruh

belajar oleh neneknya kepada guru-guru agama yang ada di Kampung

Dalam Pagar guna memperluas pengetahuan agamanya.8

Setelah ‘Abdurrahman Shiddik menginjak dewasa, ia mulai belajar

bahasa Arab dengan pamannya H. A. Rahman Muda dan sudah ada tanda-

tanda kecerdasan yang ia miliki, sempat pada waktu itu ia disuruh untuk

melanjutkan studinya keMakkah namun karena masalah biaya ia menunda

keberangkatanya sehingga ia melanjutan studinya ke Padang (Sumatera

Barat). Sewaktu belajar agama di Padang ini,9 ‘Abdurrahman Shiddîq

sempat berguru dengan H. Muhammad Sa‘id Wali, H. Muhammad Khotib

dan Syaikh H. ‘Abdurrahman Muda. Selama belajar di Padang

                                                            

7 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri h. 19.

8 Syaik ‘Abdurrahman Shiddîq, Sejarah Hidup, diakses pada 10 juli 2010, dari: http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36.

9 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri h. 20.

Page 29: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

18

‘Abdurrahman Shiddîq bekerja membantu pamannya sebagai penjual emas

yaitu sebagaimana lazimnya orang-orang Banjar Martapura yang terkenal

keahlian mereka membuat barang-barang perhiasan pedagang emas, perak

serta berlian. Untuk melaksanakan cita-cita melanjutkan studinya ke

Mekkah oleh pamannya disuruh berdagang emas dan perak ke Barus dan

Natal (Tapanuli Selatan). Setelah beberapa lama ia menjual barang dagang

kepunyaan pamannya itu pulang pergi Padang-Tapanuli Selatan dengan

mendapatkan hasil lumayan. Di samping itu juga ia sempat pula mengajar

di Natal pada sebuah Surau. Disana ia mengajar kitab “Sabil al- Muhtadin”

kitab ini adalah karangan kakeknya Syaikh H. Muhammad Arsyad Banjar.

Namun ia tidak dapat untuk berdiam di Natal walaupun ia dipinta untuk

mengajar dan menetap.hal ini terkendala ia masih memiliki keinginan

untuk melanjutkan belajarnya ke tanah suci Makkah.10

Setelah menamatkan pendidikannya di Padang tahun 1882, tidak

lama kemudian sekitar pada tahun 1889 beliau pergi menuntut ilmu ke

Mekkah. Ada versi mengatakan beliau berangkat ke tanah suci tahun 1887

dari pulau Bangka Sumatera Selatan yang menjadi tempat kediamannya

saat itu.11 Sebelum menuju tanah suci beliau singgah di Mentok (Bangka)

untuk minta izin dan do’a restu dari ayahandanya yang telah bermukim di

Mentok.

                                                            

10 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri h. 20.

11 Syaik ‘Abdurrahman Shiddîq, Sejarah Hidup, diakses pada 10 juli 2010, dari: http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36.

Page 30: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

19

Di Mekkah ia menuntut ilmu kepada para ulama besar yang

membuka halaqah-halaqah pengajian agama di Masjidil Haram. Guru-

guru tempatnya belajar di antaranya adalah Ahmad Khatib Minangkabau

(dikenal sebagai pembaharu Islam di Sumatera Barat) Syaikh Said Bakri

Syatha, Syaikh Said Babasyid, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan dan Syaikh

Muhammad Nawawi al-Bantani12. Selain itu ‘Abdurrahman Shiddîq juga

giat mengaji agama di halaqah-halaqah yang ada di Masjid Nabawi di

Madinah. Sedangkan teman yang seangkatan dengan beliau sama-sama

mengaji di Mekkah pada masa itu ialah Ahmad Khatib (Minangkabau),

Ahmad Dhamyati (Mufti Mekkah tahun 1912). Syaikh ‘Abdullah Zamawi,

Syaikh Said Yamani, Syaikh Mukhtar, Abdul Qadir Mandailing, Syaikh

‘Umar Sumbawa, Awang Kenali (Kelantan Malaysia), Hasyim Asy’ari

(Jombang), Syaikh Sulaiman Arrasuli ( Candung Bukittinggi) dan Syaikh

Tahir Jalaluddin.13

‘Abdurrahman Shiddîq tinggal di tanah suci Mekkah dan Madinah

selama tujuh tahun, lima tahun menuntut ilmu dan dua tahun mengajar

(tahliah) di Masjidil Haram. Sebelum pulang ke tanah air untuk

menyampaikan dan mengamalkan ilmu yang diperoleh atas izin dari

pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, ‘Abdurrahman Shiddîq sempat pula

                                                            

12 D. Sirojuddin Ar., Ensiklopedi Islam h. 27. 13 Syafie ‘Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik

Mufti Indragiri, h. 20.

Page 31: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

20

mengajar di Masjidil Haram dengan ilmu yang ia dapatkan selama belajar

di sana.14

4. Kembali ke Indonesia

Kurang lebih dua tahun ia mengajar di masjidil haram Mekkah,

beliau mengambil keputusan kembali ke tanah air (Indonesia). Mengingat

di Indonesia pada masa itu masih terasa kekurangan guru agama, sedang di

Mekkah sudah cukup banyak orang alim. Beliau berpendapat bahwa bila

ilmu yang ia dapatkan selama di tanah suci akan lebih besar manfaatnya

bila diamalkan di tanah air sendiri. Apalagi banyak dorongan sahabat-

sahabat di tanah air untuk kembali ke tanah air dalam rangka melawan

penjajahan Belanda yang bertujuan untuk memecahkan akidah ummat

Islam.15

Dalam kepulangannya ke tanah air sebagian sahabatnya kurang

setuju, terutama Syaikh Ahmad Khatib. Setelah selang beberapa waktu

terjadilah keduanya saling tukar pikiran bagaimana menyingkapi akan hal

ini sehingga mereka berdua bersepakat untuk kembali ketanah air. Setiba

di Jakarta keduanya berpisah menuju daerahnya masing-masing. Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq menuju Kalimantan Selatan (Martapura).

Sedangkan Syaikh Ahmad khatib menuju ke kota padang.16 Setelah

delapan bulan berada di Kalimantan Selatan, Syaikh ‘Abdurrahman

                                                            

14 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Sejarah Hidup, diakses pada 10 juli 2010, dari: http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36.

15 Syafie ‘Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 21.

16 Syafie ‘Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 21.

Page 32: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

21

Shiddîq berangkat ke Batavia atau Betawi. Selama tiga bulan di sana.

Kepergian dia kesana untuk menemui beberapa tokoh Sarikat Islam

seperti H. Samanhudi dan ‘Umar said Cokroaminoto dalam rangka

menjalin kerja sama dalam perjuangan meningkatkan martabat bangsa dan

perjuangan memperoleh kemerdekaan melalui dakwah di daerah

pedalaman dan terbelakang walaupun dia sendiri tidak menjadi anggota

organisasi tersebut.17

Kemudian ia pergi ke Martapura (Kalimantan Selatan). Kurang

lebih delapan bulan. Selama berada di Martapura beliau mengunjungi

makam kakeknya H. Muhammad Arsyad sekaligus mengunjungi sanak

famili dan handai taulan. Setelah sekian bulan ia tinggal di Martapura

(Kalimantan Selatan) ia melanjutkan perjalanan ke Jakarta (1898) waktu

itu Jakarta masih bernama Batavia. Ia menetap di Jakarta sekitar tiga bulan

dan tinggal di rumah Syaikh Usman, beliau ditawarkan kedudukan mufti

oleh Syaikh Usman untuk mengantikan kedudukan beliau. Namun tawaran

ini ditolaknya karena ingin menetap di Bangka bersama ayahanda dan

famili beliau.18

5. Berjuang dan Berdakwah di Bangka

Setelah sekian lama ia mendalami ilmu Agama ia memulai

dakwahnya dengan mengajar ilmu agama di Mentok suatu kota kecil di

pulau Bangka. Beliau berdakwah dari perkampungan pekampungan yang                                                             

17 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, (Sungailiat Bangka: Siddiq Press, 2006) h. 20.

18 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 22.

Page 33: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

22

berbeda-beda adapun sarana yang digunakan yaitu masjid, sesuai dengan

tradisi penyebaran Islam di daerah Bangka tersebut. Adapun tujuan beliau

berdakwah untuk memberantas syirik yang sedang melanda di daerah

tersebut dan meluruskan akidah yang sedang dipercayai masyarakat

setempat. Untuk menjawab tantangan tersebut beliau membuat sebuah

tulisan yang ia beri nama “Amal Ma’rifah” buku ini selesai ditulis pada

tahun 8 Rabiulawal 1332 H di Sapat Indragiri. Kitab ini ditulis sebagai

tangkisan terhadap yang merusak akidah Islamiyah yang diperlengkap

dengan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits Rasulullah.19

Sebelum ke Bangka, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq berkunjung ke

Batavia untuk bertemu temannya, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau,

yang akan kembali ke Mekkah. Pertemuan ini mereka manfaatkan untuk

membahas tentang cara terbaik membina kehidupan ummat Islam di tanah

air. Konon dia tinggal di kediaman Sayid Usman bin Yahya selama di

Batavia. Sayid Usman adalah mufti Batavia dan tokoh kontroversial. Dia

adalah teman dekat Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah kolonial

Belanda untuk urusan pribumi dan Arab. Ada kabar bahwa Sayid Usman

bin Yahya menawarkan jabatan mufti Batavia kepada Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq mengantikan dirinya tetapi Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq menolak jabatan tersebut. Mungkin berkat hubungan pertemanan

                                                            

19 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 24.

Page 34: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

23

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq dengan Sayid Usman inilah yang

menyebabkan tersebar luasnya karya-karya Sayid Utsman di Bangka.20

Kedatangan Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq di Bangka semula tidak

mendapat sambutan baik dari ayahnya karena ayahnnya telah mendengar

kabar yang menyatakan bahwa Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq tidak belajar

secara serius selama berada di Mekkah.21 Selama beberapa bulan berada di

Muntok, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq tidak melaksanakan kegiatan

pengajaran dan dakwah sama sekali kecuali tinggal di rumah dan

bersilaturrahmi pada keluarga dan tetangga. Beliau tidak disuruh mengajar

karena ayahnya belum begitu yakin bahwa Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

dapat menguasai kitab-kitab yang diajarkan ayahnya. Hal ini bermula

ketika ayahnya jatuh sakit masyarakat mengusulkan agar Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq menggantikan ayahnya mengajar dipengajian

tersebut. Setelah meneruskan kitab-kitab yang diajarkan yang diajarkan

ayahnya. Dengan pengalaman mengajarnya di Mekkah dan didiskusinya

dengan para ulama di Mekkah, Martapura, maupun Batavia, Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq dapat menjelaskan materi kitab dengan baik dan

menarik sehingga pengajian pun semakin bertambah. 22 Dan ketika

ayahnya H. Muhammad Afif mendengar secara diam-diam baru dia yakin

akan kemampuan anaknya. Sehingga akhirnya dengan besar hati H.

                                                            

20 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 50.

21 Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 20.

22 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 20.

Page 35: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

24

Muhammad Afif memberikan kepercayaan kepada anaknya Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq untuk meneruskan pengajiannya.

Semua kegiatan dakwah dan pendidikan agama Islam yang

dilakukan oleh Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq semula berpusat di Muntok.

Tetapi kemudian kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di kota-kota dan di

desa-desa di Bangka seperti Belinyu, Sungaiselan, Kemuja, Kundi, Puding

Besar dan Kotawaringin. Kegiatan dakwah dan pendidikan tersebut

dipusatkan di masjid-masjid dan rumah-rumah penduduk karena pada

masa itu belum terdapat lembaga pendidikan formal di Bangka. Kondisi

seperti ini berbeda dengan Jawa yang terkenal dengan lembaga pesantren,

atau dengan Aceh yang terkenal dengan dayah dan Minangkabau dengan

suraunya. Namun demikian, pada masa Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

inilah penyebaran Islam berlangsung dengan pesat. Islam semakin

berpengaruh dan berakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

Bangka.23

Sistem yang membedakan penyebaran dakwah keislaman di

Bangka dan di daerah Jawa.Di Jawa biasanya penyebaran Islam diadakan

di pesantren-pesantren sehingga sampai sekarangpun sistem ini terus

berkembang dan sudah banyak diakui pemerintah sistemnya. Sedang pada

masa itu penyebaran Islam di Bangka biasanya di adakan dari rumah ke

rumah dari satu masjid ke masjid lainnya. Adapun alasan kenapa pengajian

                                                            

23 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 21.

Page 36: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

25

itu berpindah-pindah karena pada masa itu di Bangka belum ada

pendidikan formal seperti sekarang, namun sekarang di Bangka telah

banyak berdirinya pesantren-pesantren seperti di Jawa. Seperti pondok

pesantren H. Nawi yang lebih condong pada pengajaran kitab kuning atau

salafiahnya, dan pondok al-Ikhlas di Batu Rusa dan pondok pesantren

Darur Abror Desa Kace, dan Pondok Pesantern Salafiah Bahrul Ulum

Desa Kimak. Kegiatan dakwah Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq bermula di

Muntok. Tetapi kemudian kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di kota-

kota dan di desa-desa di Bangka seperti Belinyu, Sungaiselan, Kemuja,

Kundi, Puding Besar, dan Kotawaringin.

Selama di Bangka beliau juga aktif menulis brosur-brosur atau

sekarang kita kenal dengan bulletin yang berisikan tentang masalah

Tauhid, brosur ini oleh beliau dikirimkan ke Kalimantan dan juga ke luar

negeri seperti Malaysia dan Singgapura. Dengan dituliskannya bulletin ini

semakin membantu beliau dalam menyebarkan dakwah Islamiyah di

kepulauan Bangka. Diceritakan oleh salah satu cucunya (Ibu Sahrum di

Pudingbesar 20 Mei 2010) dari bebrapa muridnya adalah anak-anak

pegawai pemerintah kolonial Belanda sehingga mempermudah Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq melaksanakan kegiatan penyebaran Agama Islam.

Bahkan ia mendapat “surat keterangan” yang berisi izin untuk

mengajarkan ilmu-ilmu Agama Islam. Dengan demikian, Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq dapat secara leluasa berdakwah dan mengajar ke

seluruh pelosok pulau Bangka. Beliau tinggal di Bangka kurang lebih lima

Page 37: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

26

belas tahun sebagai ulama dan sebagai guru Agama dan akhirnya

meninggalkan Bangka untuk melanjutkan dakwahnya ke wilayah yang

lebih luas menuju kawasan Singapura dan Semenanjung Tanah Melayu.

Sebelum berangkat meninggalkan pulau Bangka (1910) H.

Abdurraman Shiddîq telah menyelesaikan sebuah buku sya’ir yang

bernama “Sya’ir Ibarah dan Khabar Kiamat” sebagai kenang-kenangan

bagi masyarakat Bangka dan sekaligus untuk mengalihkan kegemaran

masyarakat pada cerita-cerita dongeng yang tidak bermanfaat pada masa

itu.

Ia juga menunjuk sepupunya, H. Muhammad Khalid, sebagai

penggantinya menjadi guru agama dan melimpahkan kepercayaan kepada

beberapa ulama untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam ke

berbagai pelosok Pulau Bangka, beberapa murid Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq kemudian menjadi ulama terkenal di Bangka dan bahkan menjadi

tokoh karismatis yang disegani pemerintah kolonial belanda24. Selain H.

Ada juga seorang ulama bernama H. Khatamarrasyid salah satu murid

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq di daerah Belinyu. Ulama ini tidak hanya

terkenal karena kedalaman pengetahuan agamanya tetapi juga karena

kezuhudan dan kemuliaan akhlaknya. Selain itu, ia mempunyai banyak

keistimewaan dan kekeramatan yang hingga saat ini masih diakui oleh

masyarakat Bangka. Makamnya terletak di Bakik, daerah Jebus, masih

                                                            

24 Syafie Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 24.

Page 38: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

27

ramai diziarahi orang baik sebagai kegiatan tahunan maupun dalam rangka

memenuhi nazar ketika mendapat suatu keberuntungan atau terhindar dari

suatu musibah dan bahaya. Ziarah ke makam tersebut dipandang dapat

mendatangkan berkah yang senantiasa dicari masyarakat di Bangka. Dua

ulama terkenal lain yang pernah menjadi murid Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq adalah H. Suhaimi dan H. Hasan Basri, dua saudara yang lahir di

kotawaringin. Semasa hidupnya H. Suhaimi aktif berdakwah dan

memberikan pengajian diseluruh pelosok pulau Bangka. Dia dimakamkan

di Pemakaman Keramat Pangkalpinang. H. Hasan Basri aktif mengajar

dan memberikan pengajian, selain menjadi sesepuh Pondok Pesantren

Darussalam Pangkalpinang. Adapun murid terkenal lainnya adalah H.

Usman yang Banyak melaksanakan kegitan dakwah dan pengajaran agama

di daerah Bangka Tengah. Setelah belajar dengan Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq, H. Usman bermukim di tanah suci untuk mendalami ilmu-ilmu

agama Islam dan kemudian kembali menjadi ulama terkenal di Bangka.

Setelah wafat dimakamkan di Desa Payabenua, kegiatan dakwah dan

pengajaran agama dilanjutkan oleh anak-anaknya yang kebanyakan

menjadi ulama dan tokoh agama yang disegani di daerahnya. Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq juga banyak mempunyai murid di Kemuja karena

dia pernah menetap di desa tersebut.

Proses penyebaran ajaran Islam diseluruh pelosok Pulau Bangka

dijalankan oleh murid-murid Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq yang

kebanyakan meneruskan studinya di tanah suci Makkah. Oleh karena itu,

Page 39: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

28

pada awal abad XX Islam sudah semakin kuat pengaruhnya dalam

kehidupan sosial dan masyarakat, baik yang pernah di Martapura

(Kalimantan Selatan) dan Indagiri (Riau), maupun di Bangka beberapa

putranya bahkan menjadi ulama dan tokoh agama terkenal di Bangka yang

banyak melaksanakan kegiatan dakwah dan pengajaran agama Islam di

Muntok, Pangkalpinang, Belinyu, Sungaiselan, salah seorang putranya

adalah H. Muhammad Toyib yang tinggal di Pangkalpinang hingga wafat

pada 1996. Dia adalah salah seorang ulama terkenal di Bangka yang

memberikan pengajian di masjid-masjid di Pangkalpinag dan Desa

sekitarnya.25

Setelah mengabdikan ilmu di Martapura, bersama keluarga dia

pindah ke Sapat, Indragiri. ‘Abdurrahman juga mengadakan perjalanan

dakwah ke Semenanjung Melayu pada tahun 1911. Di Sapat Indragiri pada

tahun 1912 beliau membangun sebuah masjid dan pondok pesantren di

tengah-tengah perkebunan kelapa. Di sana selain sebagai guru agama dan

muballigh beliau juga dikenal sebagai petani kelapa. Lokasi pesantren

tersebut dikenal sebagai kampung Parit Hidayat, yang kemudian

berkembang menjadi locus pendidikan di daerah Riau seiring dengan

kedatangan para santri dari berbagai pelosok Indragiri.

‘Abdurrahman Shiddîq juga pernah ditawari untuk menjadi Mufti

di beberapa tempat. Pertama sewaktu singgah di Betawi ditawari menjadi

                                                            

25 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 23.

Page 40: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

29

Mufti Betawi, yang ketika itu dijabati oleh Syaikh Said Usman Betawi.

Kedua, beliau juga ditawari oleh Sultan Kerajaan Johor menjadi Mufti,

namun kedua tawaran itu ditolaknya. Tawaran untuk menjadi mufti di

kerajaan Indragiri Riau pun baru diterimanya setelah pihak kerajaan

memohon berkali-kali, yang mulai diembannya sejak tahun 1919 sampai

wafatnya tahun 1939.

B. Karya-karya Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq salah satu ulama yang memiliki karya

tulis yang cukup banyak dan bisa dikatakan ia adalah ulama ynag cukup

produktif dalam karya tulisnya, di samping itu ia juga aktif dalam kegiatan

pendidikan dan dakwah. Dia menulis tidak kurang dari delapan belas kitab

yang mencakup beragam bidang ilmu agama Islam.26 Dapat juga dikatakan

bahwa ia mendakwahkan ajaran-ajaran Islam di daerah-daerah di Bangka dan

Indragiri melalui tulisan. Selain melaui lisan dan cara-cara konvensional.

Dari beberapa koleksi kitab-kitab yang beliau tulis tidak tersimpan

disatu tempat tersendiri. Ini dikarenakan terjadinya agresi Belanda tahun 1948

yang memporak-porandakan kompleks pesantren di Indragiri yang

merupakan tempat menyimpan seluruh koleksi kitabnya. Dalam peristiwa

tersebut tidak semua kitab terselamatkan. Hanya saja seluruh kitab yang

ditulis Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq telah tersebar di berbagai daerah di

                                                            

26 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 23

Page 41: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

30

Bangka, Riau, atau di Kalimantan Selatan dan, oleh sebab itu, sebagian masih

disimpan di rumah-rumah penduduk di daerah tersebut. Demikian juga,

sejumlah tokoh, ulama, keturunnya sendiri masih menyimpan atau

memelihara kitab-kitab ulama tersebut.27

Adapun dalam bidang penulisan, karya-karya Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq yang telah ditemui oleh tuan guru H. Wan Muhammad Saghir28

adalah sebagimana yang ada di bawah ini yaitu:

1. Asrarus Shalah, di selesaikan pada bulan rajab 1320 H. kandungannya

membicarakan mengenai sembayang. Cetakan yang pertama matba’ H.

Muhammad Sa’id bin H. Arsyad, kampong Silong, jalan Arab street,

Kedai surat no. 82 Singapura. Akhir Dzulhijjah 1327 H. cetakan

selanjutnya oleh Matba’ah al-Ahmadiyah, 12 jalan Sulttan Singapura,

1348 H/1929 M (cetakan ketiga).

2. Fath al-‘alim, diselesaikan pada 10 sya’ban 1324 H. Kandungannya

membicarakan akidah ahlus sunnah wal jamaah secara lengkap, di cetak

oleh mathba’ah al-Ahmadiah, 82 jalan Sultan, Singapura, 28 Syaban

1347 H/ 8 Januari 1929 M.

3. Risalah Tazkirah li nafsi wa lil qashirin mitsli, diselesaikan pada 20

Sya’ban 1324 H. kandungannya merupakan tazkiyah dan nasihat yang

dipetik daripada majmu’ karangan Syaikh Muhammad Arsyad bin

                                                            

27 Zulkifli Harmi Dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 24.

28 Ringkasan yang diambil dari ustadz Sobri mengenai sejarah ulama Syaikh Abudrrahman Siddik.

Page 42: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

31

Abdullah al-Banjari. Cetakan pertama, tempat cap H. Muhammad Amin,

Singapura 1324 H.

4. Risalah Amal Ma’rifah, diselesaikan di Sapat Inderagiri, 8 Rabiulawal

1332 H. kandungannya membicarakan akidah menurut padangan

tasawuf, cetakan kedua, 30 Muharam 1344 H oleh Matba’ah al-

Ahmadiah, 50 minto road, singapura. (kitab inilah yang akan

ditranslitkan untuk tatapan pengunjung blog al-fansuri-insyaallah).

5. Syair Ibarat dan Khabar Kiamat, diselesaikan 25 Zulhijjah 1332 H.

kandungannya menceritakan peristiwa Hari Kiamat di tulis dalam bentuk

syair. Dicetak oleh Matba’ah, 50 Minto Road, Singapura, 9 Syaaban

1344 H.

6. Risalah Kecil Pelajaran Kanak-kanak Pada Agama Islam, diselesaikan 1

Safar 1334 H. Kandungannya merupakan pelajaran fardu ain untuk

kanak-kanak. Cetakan yang ketiga oleh Matba’ah al-Ahmadiah, 82 Jalan

Sultan, Singapura 1348 H/1929 M.

7. Aqaidul Iman, diselesaikan di Sapat, Inderagiri, 16 Rabiulawal 1338 H.

kandungannya membicarakan tentang akidah keimanan. Cetakan baru

oleh toko buku hasanu, jalan Hasanuddin Bajarmasin atas izin Mahmud

Shiddiq, Pagatan, Kota Baru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan 1405 M.

diterbitkan daripada salinan tulisan tangan oleh Hasan Bashri Hamdani.

Di awal-awal kitab ini, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq menyatakan

bahwa mempelajari dan mengenal aqa’id al-iman merupakan suatu

keharusan atau kewajiban bersifat individual (fardu ‘ain) bagi setiap

Page 43: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

32

mukallaf seperti dikemukannya “fi hazihi rasalatun fi aqa’id al-iman

allati tajibu ala al-mukallafin ma’rafatuha fardhan ‘ayniyyan”. Mukallaf

yang dimaksudnya adalah orang-orang yang memiliki syarat Islam, balig,

aqil.

8. Syajaratul Arsyadiyah, diselesaikan 12 Syawal 1350 H. Kandungannya

membicarakan asal-usul Syaikh Muhammad Asyad bin Abdullah al-

Banjari dan keturunan-keturunanya. Cetakan pertama oleh Matba’ah al-

Ahmadiah, 82 jalan Sultan, Singapura.

9. Risalah Takmilah Qaulil Mukhtashar, diselesaikan 10 Shafar 1351 H.

Kandungannya menceritakan tanda-tanda hari kiamat dan mengenai

kedatangan Imam Mahdi. Dicetak oleh Mathba’ah Al-Ahmadiah, 82

Jalan Sultan, Singapura, dicetak kombinasi dengan Syajaratul

Arsyadiyah (103 halaman) oleh pengarang yang sama, dan Risalah Qaulil

Mukhtashar fi’Alamtil Mahdi Muntazhar (55 halaman) karya Syeikh

Muhammad Arsyad bin ‘Abdullah bin ‘Abdullah al-Banjari. Kitab ini

terdiri atas 33 halaman, buku ini disusun untuk menyempurnakan kitab

Qawl al-Mukhtashar fi ‘Alamat al-Mahdi al-Muntazar (Perkataan

Ringkas pada Tanda-tanda al-Mahdi al-Muntazar), karangan datuknya,

Syaikh Muhammad Aryad Al-Banjari. Buku tersebut membicarakan

tanda-tanda kiamat kubra (besar) yang diterjahkan ke dalam Bahaya

Melayu oleh oleh Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq sendiri.

10. Mau’izah li Nafsi wa li Amtsali minal Ikhwan, diselesaikan 5 Rajab 1355

H. kandunganya merupakan kumpulan pengajaran akhlak. Cetakan yang

Page 44: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

33

pertama oleh Matba’ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1355

H.

11. Dan beberapa kumpulan Khutbah yang beliau tulis. Di cetak oleh

Matba’ah al-Ahmadiah, 101 Jalan Sultan, Singapura tanpa diketahui

tahun cetakannya.

12. Majmu’ul Ayat wal Ahadits fi Fadhailil ‘Ilmi wal Ulama’ Muta’allimin

wal Mustami’in, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan.

Kandungannya merupakan kumpulan hadits serta terjemahanya dalam

bahasa Melayu. Dicetak oleh Matba’ah al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan,

Singapura, 1346 H/1927 M.

13. Catatan, tanpa tarikh, ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu.

kandungannya merupakan beberapa catatan Syeikh ‘Abdurrahman

Shiddiq mulai lahir malam Kamis, sebelum Subuh 1288 H/Juni/Juli 1871

M. wafat hari Senin, jam 5.40 pada 4 Syaban 1358 H/18 September 1939

M, dalam usia 70 tahun. Tahun 1306 H beliau ke Makkah. Tinggal di

sana hingga tahun 1312 H. selain itu terdapat catatan kelahiran dan wafat

anak-anaknya dan lain-lain.

Demikianlah karya-karya Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq yang, kalau

dikaji secara mendalam dan komprehensif, mengambarkan karakter

pemikiran dan padangan keagamaannya, dalam konteks tradisi intlektual

Islam prinsipnya masih berpegang teguh pada tradisi Islam yang telah berakar

kuat dalam jaringan ulama Nusantara dan Timur Tengah. Namun, unsur-

unsur semangat pemurnian aqidah dari praktek-praktek keagamaan yang

Page 45: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

34

menyimpang telah mewarnai karya-karyanya tersebut, dan ingin meluruskan

praktek-praktek tasawuf dengan menekankan pada keharusan bagi setiap

orang memiliki pemahaman yang kuat akan teologi dan fiqh sebelum

memasuki dunia sufisme. Dalam hal tarekat, dia adalah pengikut dan guru

tarekat, dia adalah pengikut dan guru Tarekat Sammaniyyah (yang

dinisbahkan kepada diri Syaikh Muhammad Samman) sebagaimana

kakeknya, Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Adapun dari beberapa buku yang beliau tulis tersebut, hanya beberapa

buku saja yang dimiliki oleh penulis, karena karya-karyanya masih tercecer di

berbagai tempat, dari sekian karya yang dimiliki oleh penulis adalah, Asrarus

Shalah, Fathul ‘alim, Amal Ma’rifah, Syair ibarah dan Khabar Kiamat,

Aqaidul Iman.

Page 46: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

BAB III

PENGERTIAN TAUHID DAN PERKEMBANGAN ISLAM

A. Pengertian Tauhid dan Perkembangan Islam

Tauhid, sebagai sebuah kata, telah melalui tahapan-tahapan perkembangan

makna.1 Pada tahapan pengertian bahasa, kata tauhid berasal dari kata kerja

“wahada yuwahhidu-tauhidan” yang berarti “menyatukan”. Maksudnya adalah

mengesakan, yaitu mengesakan Allah Swt. Dalam lisan al-Arab. Kata tauhid

diartikan dengan “percaya kepada Allah Swt. Sebagai satu-satunya Tuhan dan

tidak berbuat syirik terhadap-Nya. “Tauhid adalah bentuk mashdar atau infinif

dari kata kerja “wahada” yang merupakan derivasi dari akar kata

“wahdah”.artinya keesaan.2 Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab itu

kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan arti keesaan Allah3 sehingga

kata mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah Swt.4

Pada tahap berikutnya pengertian tauhid mengalami perluasan makna.

Tauhid ketika itu didefenisikan sebagai “mengesakan Allah Swt, sebagai Tuhan

(rubûbiyah), sembahan (ulûhiyyah), dengan segala nama, sifat, dan perbuatan-

Nya.5 Kata tauhid merupakan kata kerja (verbal noun) aktif (yakin, memerlukan

perlengkapan penderita atau objek), sebuah derivasi dari kata “wâhid” yang

1 Ibrahim Muhammad al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam. Ter (Jakarta : Rabbani

Press, 1998) cet ke-1, h 7 2 Dewan Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, jilid v, cet Ke-3 h 90 3 Muhammad Ngafenan, Kamus Etologi Bahasa Indoneisa, (Semarang : Dahara Priza,

1990) cet ke-2 h. 171 4 Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pusaka, 1990) cet ke-3, h. 907-

098 5 Ibrahim Muhammad al-Buraikan, h 7

35

Page 47: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

36

artinya “satu) atau “Esa”. Maka makna harfiah tauhid adalah “menyatukan “ atau

:mengesakan” hal-hal yang berserahkan atau terpecah-pecah seperti

penggunaannya dalam bahasa Arab “tauhîd al-kalimah” yang berarti

“mempersatukan paham” dalam ungkapan “tauhîd al-quwwah” yang berarti”

mempersatukan kekuatan. 6

Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, Tauhid diambil dari kata “wahada”,

yang berarti “mengesakan”, menyatakan atau mengakui Yang Maha Esa. Sebuah

pengakuan atas keesaan Allah Swt. Yang tidak dapat dibagi-bagi, yang mutlak,

dan sebagai satu-satunya Yang Maha Nyata.7

Dalam teologi, kata ini berarti pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain

Allah Swt.8 Sebagai istilah teknis dalam ilmu kalam (yang ciciptakan oleh para

mutakalimin atau ahli teologis dialektis Islam), kata-kata tauhid dimaksudkan

sebagai faham “memahaesakan Tuhan” atau lebih sederhananya faham

“ketuhanan Yang Maha Esa” atau monoteisme. Meskipun bentuk harfiah kata

tauhid itu sendiri tidak terdapat dalam al-Qur’an (yang ada dalam al-Qur’an

adalah kata-kata “ahad” atau “wahid”) namun istilah ciptaan kaum mutakalimin

itu memang secara tepat mengungkapakan isi pokok ajaran kitab suci itu, yaitu

ajaran tentang “memahaesakan Tuhan: Bahkan secara jelas tauhid juga

menggambarkan inti ajaran semua nabi rasul yang diutus untuk setiap kelompok

6 Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992) cet-2, h. 72

7 Cyil Glasse, Ensiklopedia Islam, h, 409 8 B. D. Mc Donald, Tauhid, dalam M TH Housma, et, all. Frist Encylopedia of Islam,

leiden E. J. Brill, 1987) vol, 8,h, 704

36

Page 48: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

37

manusia di bumi hingga kelahiran Nabi Muhammad Saw, yaitu ajaran Ketuhanan

Yang Maha Esa.9

Salah satu sumber penyebaran Islam di Indonesia adalah berawal dari

berdirinya kerajaan Pasai. Kerajaan ini menjadi sentral penyiaran agama Islam ke

berbagai daerah di sumatera dan pesisir pulau Jawa. Penyebaran Islam di Pulau

Jawa, juga berasal dari kerajaan Pasai terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim,

Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoro, yang ketiganya adalah abituren Pasai,

Melalui keuletan mereka itulah berdirinya kerajaan Islam Demak yang kemudian

menguasai Banten dan Batavia melalui Syarif Hidayatullah.10 Kemudian

perkembangan Islam selanjutnya di jawa di kembangkan oleh para ulama yang

sangat tinggi ilmunya yang lebih kita kenal dengan sebutan Wali Sanga atau wali

Sembilan dari gelar tersebut cukuplah kiranya kita menyatakan bahwa mereka

memiliki derajat kewalian yang sangat keramat.

Perkembangan Islam di Indonesia memiliki keterkaitan dengan

penyebaran tasawuf di ranah Nusantara, penyebaran Islam di Nusantara tidak

dapat dipisahkan dari tasawuf. Bahkan “Islam pertama” yang di kenal di

Nusantara ini sesungguhnya adalah Islam yang disebarkan dengan pendekatan

sufistik. Para penyebar Islam di Indonesia itu umumnya para da’i yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman tasawuf. Mereka juga banyak yang menjadi

pengamal dan penyebaran tarekat di Indonesia.11

9 Nurcholis Majdjid, Islam, h. 72-73 10 Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf, h. 27. 11 M. Solihin, Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia, h. 19.

37

Page 49: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

38

B. Perkembangan Islam di Bangka

Mengenai masuknya Islam ke Bangka belum ditemui data yang dapat

dipercaya, namun bila dilihat dari letak geografisnya yang berada di jalur lalu

lintas yang menghubungkan Malaka, Sumatera dan Jawa, besar kemungkinan

Islam sudah masuk kepulauan Bangka bersamaan dengan masuknya Islam ke

Palembang atau Jawa. Bahkan, kalau komunitas Muslim sudah terbentuk di

Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, tidak menutup kemungkian bahwa

pada masa itu sudah ada orang Muslim yang datang ke Bangka meskipun belum

membentuk suatu komunitas. Perlu dicatat bahwa sudah sejak lama pulau Bangka

menduduki posisi penting bagi Kerajaan Sriwijaya yang ditandai dengan

didirikannya prasasti di Kotakapur pada tahun 686. Konon katanya Pulau Bangka

kemudian menjadi benteng pertahanan Kerajaan Sriwijaya untuk ekspansi ke

Majapahit dan Melayu. Namun, berberapa abad kemudian Pulau Bangka menjadi

sarang bajak laut yang dikenal oleh masyarakat Bangka dengan sebutan lanun dan

sampailah pada penyebaran Islam di Bangka secara meluas.12

Secara umum, Islam di Indonesia melalui pada dua jalur yaitu, Islam

tradisional dan modern. Islam modern lebih mementingkan pemurnian dan

pembaharuan aspek-aspek ajaran Islam sesuai dengan tuntutan kehidupan

masyarakat modern, Sedangkan Islam tradisional cenderung memelihara dan

mempertahankan tradisi Islam yang telah diterima secara turun temurun. Dua jalur

agama tersebut sering kali terjadi perbedaan faham dan pendapat.13

12 Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq, h. 11. 13 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia, terj h. 13

38

Page 50: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

39

Menurut sejarah proses pengislamisasi di Bangka melalui lima jalur yaitu

Jalur pertama lewat Johor (Malaysia) yang kedua melalui jalur Minangkabau,

ketiga melalui jalur Banten, jalur keempat adalah Palembang, jalur yang terakhir

adalah lewat Banjar (kalimantan Selatan) untuk lebih jelasnya lagi penulis akan

menjelaskan ini dari tinjauan masa ke masa yang berkembang pada saat itu

dengan sedikit dukungan info dari masyarakat setempat.

Jalur pertama melalui Johor (Malaysia) karena pada abad XVI ini, Bangka

sudah menjadi persinggahan kapal-kapal yang meneruskan pelayarannya dari

Malaka ke Jawa dan daerah Nusantara lainnya. Semenjak pulaun Bangka di

bawah kekuasaan Kesultanan Johor yang sebelumnya bersekutu dengan

Kesultanan Minangkabau dan berhasil menumpas bajak laut di Bangka di sinilah

tampak adanya pengislamisasi secara intens dan terus berkembang. Di samping itu

pula Sultan Johor kemudian mengangankat Panglima Sarah sebagai Raja Muda di

pulau Bangka adapaun kedudukan kerajaannya terletak di Bangkakota. Tak lama

setelah itu pasca wafatnya Panglima Sarah tampuk kekuasaan diserahkan kepada

Kesultanan Minangkabau yang di pimpin oleh raja Alam harimau garang yang

berkedudukan di Kotawaringin.

Jalur kedua ini tidak lepas dari pengabdian kesultanan Minangkabau,

bahwa pada masa kekuasaan Raja Alam Harimau perkembangn Islam cukup

cepat. Karena di samping Raja Alam Harimau sebagai seorang pemerintah ia juga

sebagai tokoh alim ulama. Salah satu masjid yang dirikan beliau adalah masjid

jamik yang berada di tikungan dekat sungai Kotawaringin. Beliau wafat di

Kotawaringin dan makamnya tetap masih terjaga sampai sekarang, dicerita oleh

39

Page 51: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

40

masyarakat sekitar ketika beliau berjuang dan mengabdikan dirinya di Pulau

Bangka bertempat di Kotawaringin beliau adalah salah seorang yang sangat gigih

dalam membina dan memimpin masyarakat sekitar. Sehingga sampai sekarangpun

namanya selalu dingat oleh masyarakat sekitar.14

Jalur ketiga adalah Banten, nampaknya Banten memiliki peran penting

dalam penyebaran Islam di Bangka ini dapat di lihat dari beberapa sejarah bahwa

Banten juga mengambil peran penting dalam perjuangan pengislamisasi di

Bangka. Peran penting ini diambil alih Sultan Agung Tirtayasa (1665-1692) dari

Banten kemudian di tunjuklah Bupati Nusantara sebagai Raja Muda yang

berkedudukan di Bangkakota. Degan demikikan Bangkakota kembali menjadi

pusat pemerintahan, penyebaran Islam dan pengaturan masalah-masalah social

kemasyarakatan di Bangka walaupun pada waktu itu pusat pemerintah sempat

dipindahkan oleh Raja Harimau Garang.

Berikutnya adalah jalur keempat yaitu Palembang. Setelah Bupati

Nusantara wafat pada tahun 1671, Putrinya Khatijah yang menjadi isteri Sultan

‘Abdurrahman mewarisi pulau Bangka dan sekitarnya. Pada masa Sultan

‘Abdurrahman memegang kekuasaan tersusunlah hukum adat yang dinamakan

Undang-Undang Simbur Cahaya. Sedangkan untuk daerah Bangka terbitlah dan

diberlakukan hukum adat uyang dinamai Undang-Undang Sindang Mardika15.

Adapun kedudukanya ada di kota Muntok hukum ini hak penuh di pegang oleh

Rangga, Rangga adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mengepalai

14 Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq, h. 10. 15 Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq, h 13.

40

Page 52: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

41

41

hukum tersebut. Hukum ini dapat berlaku bagi masarakat setempat dan hukum ini

tidak hanya sebatas masalah perkara agama saja namun hukum ini memilki

kekuatan untuk menentukan sampai kepada tututan kematian. Inilah awal

berkembangnya islamisasi di Bangka.

Peroses islamisasi di Bangka tampak jelas setelah kedatangan ulama-

ulama dari Banjar (Kalimantan Selatan). Pada jalur kelima inilah proses islamisasi

berjalan intensif sejak pertengahan abad XIX. Salah satu tokoh ulama Banjar yang

datang ke pulau Bangka adalah H. Muhammad Afif, namun data tak menemukan

kapan beliau datang ke Bangka, dikisahkan banyaknya ulama Banjar merantau ke

berbagai pelosok daerah karena pemerintahan Belanda ingin menghapus kesultan

Banjar sehingga banyaklah terjadi pemberontakan. Pemberontakan yang

dilakukan oleh masarakat Banjar selalu dapat dilumpuhkan oleh pemerintah

Hindia Belanda sehingga sektor ekonomi lumpuh total dan keadaan semakin tidak

aman.

H. Muhammad Afif adalah salah seorang ulama Banjar yang ikut pindah

dan meneruskan dakwahnya untuk menyebarkan syi’ar-syi’ar Islam. Dan

seterusnya dilanjutkan oleh anaknya yang lebih kita kenal dengan Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq tokoh yang tulis kaji konsep ajaran tasawufnya pada

skripsi ini.16

16 http;//Bangka, Syaikh Abd. Siddik Com/2009/07/17/36, diakses pada 10 juli 2010.

Page 53: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

BAB IV

POKOK-POKOK TAUHID SYAIKH ‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ

A. Pengertian Syari’ah, Tarekat, Hakikat, Ma’rifah

Sebelum berbicara tentang pemikiran tauhid dan tasawuf Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq, perlu bagi kita mengetahui kedudukan syariat,

tarekat, hakikat dan ma’rifah. Keempat unsur ini memang penting bagi

keagamaan seseorang dan tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Beliau

sudah menegaskan, syariat tanpa hakikat hampa dan hakikat tanpa syariat

batil, sebagaimana pendapat Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang menyatakan

bahwa “tiap-tiap hakikat yang tidak meneguhi akan dia oleh syariat, maka itu

adalah zindik”.

1. Pengertian Syarî‘ah

Dalam kitab amal ma’rifah di jelaskan bahwa barang yang

ditiadakan oleh Allah SWT dari pada segala hukum ‘amar dan nahi dan

lainnya, maka takluk ia pada anggota.1 Penjelasan disini adalah bahwa

ketika sesorang menjalankan syari’ah hendaklah ia turut pada perbuatan

hati dan tunduk menjalankan syari’ah-Nya. Adapun dalam pandangan

Syaikh Ahmad Khatib al-Sambasi mengenai syariat adalah dimensi

perundang-undangan dalam Islam. Ia adalah ketentuan yang telah

                                                            

1 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, (Singapura: Matba’ah Ahmadiyah, 1929), h. 7.

42

Page 54: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

43

ditetapkan Allah SWT. Sebagai al-Syari’ melalui Rasul-Nya Muhammad

SAW. Baik yang berupa perintah maupun larangan.2

Syari’ah merupakan aspek hukum dalam Agama Islam (Islamic

Law). Syari‘ah diartikan sebagai cara formal untuk melaksanakan

peribadatan kepada Allah, yang biasa disebut sebagai rukun Islam, yang

bersumber dari al- Qur’an dan Sunnah Rasul. Seseorang yang ingin

memasuki dunia tasawuf harus lebih dahulu mengetahui secara mendalam

tentang al-Qur’an dan Hadits. Sebab tanpa itu semua seseorang tidak akan

mampu naik ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan menurut al-Ghazali, jika

seorang sufi memasuki dunia tasawuf tanpa dibekali pengetahuan tentang

syari’at, besar kemungkinan ia menjadi zindiq3.

2. Pengertian Tarekat

Adapun tarekat artinya jalan. Yakni jalan yang menyempurnakan

syariat seperti taubat dan zuhud dan tawakkal dan sabar, dan ridho dan

shiddîq, dan mahabbah dan zikrul maut (ingat akan mati) dan lainnya dari

pada segala perangai yang terpuji, thariqat juga harus takluk atau

bersandar pada hati dan dalam perbuatan nyata.4

Menurut Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq Dalam melakukan ibadah

atau menjalankan syari’at kepada Allah seseorang akan mencari keridhaan

Allah SWT. Maka diantara makhluk dengan khalik itu ada perjalanan

hidup dan tata cara yang harus ditempuh sebagaimana yang telah tertera                                                             

2 Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), h. 322.

3 Hamka, Tasawuf, h. 201. 4 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 7.

 

Page 55: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

44

dalam agama. Perjalanan hidup itulah yang dimaksud dengan thariqat

(jalan). Atau yang dalam bahasa Arabnya dikenal sebagai al-sayr wa al-

suluk, yang di dalamnya sesorang sufi akan menempuh berbagai tingkatan

maqamah dan keadaan-keadaan batin (ahwal)

3. Pengertian Hakikat

Adapun pengertian Hakikat menurut Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq, yaitu I’tiqad yang sebenarnya yang wajib dipercayakan sama

ilahiyat (ketuhanan) atau nubuwwat (kenabian) atau sam’iat (perkara-

perkara ghaib yang diimani) yaitu tunduk pada perbuatan hati.5 Sedangkan

hakikat adalah dimensi penghayatan dalam pengalaman syariat yang ada.

Dengan penghayatan atas pengalaman syariat itulah maka sesorang akan

mendapatkan manisnya iman yang disebut ma‘rifah.6

Bila tarekat itu telah dijalani dengan segenap kesungguhan, maka

akhirnya bertemulah dengan hakikat, yang merupakan tujuan dari

perjalanan spiritual ini. Hakikat ialah mengetahui inti yang paling dalam

dari sesuatu sehingga tidak ada yang tersembunyi baginya.

Pada tahap ini akan tercapailah apa yang dinamakannya kasyaf.

Yaitu terbukanya rahasia yang senantiasa menyelubungi, yang menjadi di

antara hamba dengan Sang Khalik sehingga hamba bisa memperoleh

kenyataan akan Tuhan. Di sini muncul dua pendirian yang merupakan

perasaan yang didapat oleh ahli suluk. Sebagian merasa dalam perjumpaan

                                                            

5 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h 8. 6 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h 323.

 

Page 56: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

45

tersebut, dirinya telah lenyap. Yang ada dan yang disaksikannya hanyalah

al-haqq. Di sinilah timbul paham hulul yaitu timbul kesatuan antara ‘Asyik

dengan Ma’syuk. Sebagian yang lainnya berpendirian bahwa yang

mungkin terjadi hanya ittisal, yaitu perhubungan antara aku dan Dia.

Antara mahluk dengan Dia Khalik. Tiada kesatuan antara Khalik dan

makluk.7

4. Pengertian Ma’rifah

Dari segi bahasa ma’rifah berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan,

ma’rifah yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat berarti

pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi

daripada ilmu yang biasa didapati oleh orang-orang pada umumnya.

Ma’rifah adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang

bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinya dengan mengetahui

rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia

sanggup mengetahui hakikat ketuhanan, dan hakikat itu satu dan segala

yang maujud berasal dari yang satu.8

Dengan penghayatan atas pengalaman syari’ah itu maka seseorang

akan mendapatkan manisnya iman yang disebut ma’rifah. Sedangkan

Ma’rifah artinya pengenalan yang sempurna kepada Allah Ta’ala yaitu

takluk pada sirr hati. Maka arti mengenal itu yaitu mengenal wahdaniah

Allah Ta’ala pada af’al-Nya (perbuatan-Nya) dan pada asma’-Nya (nama-

                                                            

7 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h 112. 8 ‘Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996), h. 220.

 

Page 57: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

46

Nya) dan pada sifat dan pada dzat dengan i’tiqad yang yakin sekira-kira

tetap pada i’tiqadnya tiada yang memperbuat sekalian kainat melainkan

Allah Ta’ala dan tiada yang bernama didalam kainat hanya Allah Ta’ala.

Dan tiada yang bersifat didalam kainat hanya Allah Ta’ala. Dan tiada yang

maujud didalam kainat ini hanya Allah Ta’ala.9 Adapun segala perbuatan

mungkin dan asma’nya dan sifatnya dan wujûdnya, maka yaitu fana di

dalam af’al Allah Ta’ala dan asma’-Nya dan sifah-Nya dan wujûd-Nya.

Hasilnya yang ada pada mumkin ini majazi dan madzhar yakni kenyataan

af’al Allah Ta’ala dan asma’-nya dan sifatnya dan wujudnya tiada

mempunyai wujud hakiki yang sebenarnya.10

Dalam kitab Asrar al-shalah min ‘iddah al-kutub al-mu’tamadah

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq menegaskan kembali makna ma’rifah yaitu

mengenal uluhiyyah zat Allah dan sifat-Nya yang wajib, mustahil dan jaiz

dengan pengenalan yang sebenarnya berdasarkan dalil yang benar serta

mengenal dalam arti wahdaniyyah (ketauhidan) Allah pada perbuatan,

asma’, sifat-Nya serta sifat-Nya juga mengenai wahdaniyyah.11

Sebagaimana halnya dengan mahabbah, makrifat ini terkadang di

pandang sebagai maqam dan terkadang dianggap sebagai hâl. Dalam

literatur Barat, ma’rifah dikenal dengan istilah gnosis. Dalam pandangan

al-Junaid, ma’rifah dianggap sebagai hâl, sedangkan dalam Risalah al-

                                                            

9 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 8.

10 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah. h. 8.

11Syaikh Abdurrahman Shiddiq,Asrar al-salah min ‘iddat al-kutub al-mu’tamadah. Singapura: Matba’ah Ahmadiya 1931 , h. 11.

 

Page 58: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

47

Qusyairiyah, ma’rifah dianggap sebagai maqam, sementara itu al-Ghazali

dalam kitabnya Ihya ’Ulum al-din memandang ma’rifah datang sebelum

mahabbah. Sedangkan al-Kalabazi menjelaskan bahwa ma’rifah datang

sesudah mahabbah. Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa

ma’rifah dan mahabbah merupakan kembar dua yang selalu disebut

berbarengan. Keduanya mengambarkan keadaan dekatnya hubungan

seorang sufi dengan Tuhan. Dengan kata lain mahabbah dan ma’rifah

mengambarkan dua aspek dari hubungan rapat yang ada antar sufi dengan

Tuhan.12

Selanjutnya ma’rifah di gunakan untuk menunjukkan pada salah

satu tingkatan dalam tasawuf. Dalam arti sufistik ini, ma’rifah diartikan

sebagai pengetahuan mengenai Tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan

itu demikian lengkap dan jelas sehingga jiwanya merasa satu dengan yang

diketahuinya itu, yaitu Tuhan. Selanjutnya Harun Nasution mengatakan

bahwa ma’rifah mengambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis,

pengetahuan dengan hati sanubari.13

Dalam pandangan Syaikh Abdurrahman Shiddiq, untuk mencapai

ma’rifah adalah hati (qalb), namun artinya tidak sama dengan heart dalam

bahasa Inggris, karena qalb selain dari alat untuk merasa adalah juga alat

untuk berpikir. Bedanya , dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalb

yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkai

                                                            

12 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. (Jakarta : Bulan Bintang, 1978) hl 57.

13 . Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam h75.

 

Page 59: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

48

zikir dan wirid secara teratur akan dapat mengetahui rahasia-rahasia

Tuhan, yaitu setelah hati tersebut disinari cahaya Tuhan.

Proses sampainya qalb pada sinar Tuhan ini erat kaitannya dengan

konsep takhalli, tahalli dan tajalli sebagaimana diungkapkan oleh para

tokoh tasawuf yaitu:.

Takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan

perbuatan maksiat melalui taubat Karena manusia memiliki sifat baik dan

jahat.14 Firman Allah Swt:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya” (Q.S. al-Syam: 8)

Hal ini dilanjutkan dengan tahalli yaitu menghiasi diri dengan

akhlak yang mulia dan amal ibadah. Dalam firman-Nya ditegaskan:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”

(Q.S. al-Syam: 9)

Sedangkan tajalli adalah terbukanya hijab, sehingga tampak jelas

cahaya Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt:

                                                            

14 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf h. 224.

 

Page 60: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

49

“Takkala Tuhannya tampak bagi gunung itu, kejadian itu

menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa jatuh pingsan”. (Q.S. al-

A’raf:143)

Demikianlah beberapa cara untuk mencapai pada Allah Swt,

sampai di sini bukan berarti dapat melihat Allah secara utuh, namun

ketenangan jiwalah yang akan kita peroleh bila telah melalui tiga tahapan

ini.15

B. Konsep Pengesaan Allah dengan Af’al-Nya, Asma-Nya, Sifat, dan Dzat-

Nya

1. Tauhid al-Af’al

Tauhid atau wahdaniyah af’al, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

merumuskan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan perbuatan

Tuhan. Bahwa semua perbuatan manusia baik yang positif berupa iman

dan taat maupun perbuatan yang negatif berupa kafir dan maksiat, baik

perbuatan itu bersifat mubasyarah (Langsung) maupun tawallud (terlahir)

kesemuanya dalam pandangan mata hati adalah perbuatan Allah semata.

Bila hal ini sudah diyakini secara haqqul yaqin, barulah seseorang hamba

mendapat ma’rifah dalam wahdaniyah af’al dengan Allah. Pendapat

                                                            

15 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf h. 14

 

Page 61: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

50

demikian sepintas lalu meniadakan perbuatan makhluk, sehingga terkesan

perbuatan makhluk itu tidak ada, yang ada hanya perbuatan Allah. Dasar

yang digunakan oleh ‘Abdurrahman Shiddîq dalam mengajarkan

wahdaniyah af’al ini antara lain adalah surah ash-Shafaat ayat 96.

“Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu

perbuat itu, karenanya sembahlah Dia dan esakanlah Dia”

Pendapat ini bila dipahami secara sepotong-potong tentu

berbahaya. Orang awam yang tauhid dan syariatnya masih lemah boleh

jadi akan enggan mengerjakan amal kebaikan, atau bahkan berani

melakukan perbuatan jahat, karena beranggapan kedua sisi perbuatan itu

berasal dari Allah juga. Jika Allah tidak menghendaki, tidak akan terwujud

perbuatan baik dan jahat itu. Tetapi bagi orang yang keberagamaannya

sudah mantap, hal demikian tidak jadi masalah, karena ‘Abdurrahman

Shiddîq sendiri sudah menyediakan kata kuncinya, yaitu hakikat tanpa

syariat itu batil, atau hakikat tanpa syariat zindik. Kemudian apabila

syariat diteliti, maka tidak satupun ditemui ajarannya yang menyuruh

mengabaikan amal kebaikan (ma’ruf) dan menyuruh mengerjakan

kejahatan (munkar).16

Tidak hanya itu, syariat juga memberi tempat kepada akal untuk

menilai suatu perbuatan tergolong ma’ruf dan munkar. Abdul Qadir

                                                            

16 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 10

 

Page 62: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

51

Jaelani mengatakan: Artinya: “segala sesuatu yang bersesuaian dengan Al-

Qur’an, hadits dan akal sehat disebut ma’ruf dan segala sesuatu yang

bertentangan dengan ketiganya disebut munkar”.

Jadi perbuatan (af’al) hamba yang baik dan buruk dapat diukur

dengan syariat, yang bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan akal (ra’yu).

Akal di sini adalah hasil ijtihad manusia yang juga dapat dijadikan

landasan hukum sesudah al-Quran dan Hadits, meliputi ijma’, qiyas,

istihsan, maslahat- mursalah, ‘urf, dan lain-lain.

Karenanya tidak masuk akal bila syariat menyuruh berbuat yang

munkar atau melarang yang ma’ruf. Disebabkan syariat Islam sejalan

dengan akal, maka pasti perintah syariat adalah yang ma’ruf dan yang

dilarangnya adalah yang munkar. Dengan demikian, walaupun pada

dasarnya Allah yang menciptakan manusia dan semua af’al-nya

(wahdaniyah af’al), namun tidaklah pantas menyandarkan perbuatan yang

munkar kepada Allah atau sebagai perbuatan Allah. Yang benar adalah

bahwa perbuatan baik (ma’ruf) lahir atas hidayah Allah dan sebaliknya

perbuatan jahat (munkar) akibat kebodohan manusia itu sendiri. Seperti

dalam firman Allah:

 

Page 63: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

52

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa

saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.

Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah

Allah menjadi saksi”(Q.S. an-Nisa’: 79)

Pendapat ini bagi ‘Abdurrahman Shiddîq dimaksudkan agar

manusia tidak tergelincir kepada akidah Qadariyah bahwa setiap perbuatan

manusia adalah karena kodrat manusia itu sendiri dan memberi bekas atau

sebaliknya tergelincir ke dalam akidah Jabariyah yang meyakini semua

perbuatan baik dan buruk berasal dari Allah, sedangkan usaha dan ikhtiar

manusia tidak memberi bekas seperti halnya bulu yang berterbangan ditiup

angin.17

Selain itu konsep wahdaniyah af’al ini oleh ‘Abdurrahman Shiddîq

juga dimaksudkan untuk mewujûdkan tasawuf akhlaki pada hamba, yaitu

terlepasnya mereka dari sifat syirik khafi, seperti ujub, riya, sum’ah dan

lainnya. Sehingga dengan meyakini wahdaniyah af’al, manusia akan

terhindar dari sifat riya dan ujub, misalnya merasa dirinya hebat karena

rajin beribadah atau alim, mampu melakukan apa saja perbuatan baik.

Sekiranya manusia tidak meyakini wahdaniyah af’al-Nya Allah, bisa jadi

ia akan riya, ujub, sum’ah dan sifat tercela yang lainnya karena merasa

hebat dengan perbuatannya serta merasa ia sendiri yang kuasa melakukan

semua itu.

                                                            

17 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 10-12.

 

Page 64: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

53

Jadi wahdaniyat-Nya Allah pada af’al yang diajarkan oleh

‘Abdurrahman Shiddîq punya dua muara. Pertama meluruskan akidah agar

tetap berada di jalur Ahlussunah wal Jama’ah dan tidak cenderung kepada

Qadariyah atau Jabariyah sebagimana ditekankan dalam pendahuluan

kitabnya, kedua menumbuhkan tasawuf amali agar pada diri manusia

terhindar dari sifat-sifat tercela.18

Syaik Abdurrahman Shiddîq lebih jauh menjelaskan bahwa segala

perbuatan, apakah itu terjadi pada diri sesorang maupun di luar dirinya,

tidak terlepas dari perbuatan yang bersifat mubasyarah dan tawallud

(terlahir). Contoh perbuatan yang bersifat mubasyarah (langsung) menurut

dia, ialah terjadinya gerakan pena di tangan seorang penulis, artinya

gerakan pena itu terwujûd disebabkan oleh adanya gerakan tangan penulis

yang mubasyarah (langsung) dengan gerakan pena. Sedangkan contoh

perbuatan yang bersifat tawallud (terlahir) ialah terjadinya gerakan batu

yang lepas dari tangan pelempar; artinya terjadinya gerakan batu karena

tawallud (terlahir) dari pelempar19.

Menurut dia, perbuatan yang bersifat mubasyarah (langsung) dan

yang bersifat tawallud (terlahir), kedua-keduanya pada hakikatnya adalah

af’al (perbuatan) Allah Swt. Adapun perbuatan manusia atau mahluk, baik

ia bersifat mubasyarah (langsung) maupun bersifat tawallud (terlahir)

hanya bisa dipandang sebagai perbuatan majazi (semu).20

                                                            

18 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h 10-12. 19 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, , Risalah Amal Ma’rifah, h 12 20 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, , Risalah Amal Ma’rifah, h 13

 

Page 65: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

54

Pendapat ini hampir mirip dengan pendapat Muhammad Nafis yang

menjelaskan sebagai berikut, apabila salik membiasakan musyahadah

(memandang) berbagai macam perbuatan pada hakikatnya hanya satu

(tauhid al-af’al), dan pandangan itu diyakininya sepenuh hati (tahqiq),

maka ini akan terlepas dari syirik khafi (syirik tersembunyi) sebagaiman

tersebut di atas, dan pada akhirnya salik akan dapat memandang bahwa

semua perbuatan majazi (semu) yang lenyap atau sirna (fana’) di dalam

perbuatan Allah yang hakiki, bagaikan sinarnya cahaya lampu di dalam

sinar matahari yang terang benderang, bila salik mau terus berlatih dengan

cara pandang (mubasyarah) demikian, sedikit demi sedikit dengan tidak

membaurkan antara pandangan syari’at dengan pandangan hakikat, maka

ia akan sampai pada peringkat (maqam) yang dinamakan maqam

wahdaniyah af’al. Pada tingkat ini menurut Muhammad Nafis, seorang

salik sudah mampu melenyapkan (memfana’kan) dirinya di dalam

perbuatan Allah Ta’ala yang Maha besar.21

Pendapat Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq ini juga tentang tauhid al-

af’al ini, bila diteliti rujukannya agaknya cenderung kepada pendapat

Junaid al-Baghdadi, yang membagi tauhid untuk ‘awam dan untuk orang

khawwas. Berkenaan dengan tauhid khawwas menurut beliau adalah bila

seseorang mampu mengesakan Allah dengan keyakinan bahwa manusia itu

hanya laksana bayang-bayang di hadapan Allah, segala yang berlaku pada

                                                            

21 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 100.

 

Page 66: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

55

aktivitas, perbuatan manusia adalah ketentuan yang berlaku atas kuasa

Allah, karena dalam pengesaan Allah itu manusia telah fana’ dari dirinya

dan dari segala yang lainnya, dengan memandang kepada hakikat wujud

dan keesaan Allah. Hilang lenyap perasaan indrawi manusia dan

perbuatannya, sebab yang berlaku hanyalah af’al dan kehendak Allah saja

dan eksistensi manusia itu seperti tidak ada.

Dengan demikian pada aspek wahdaniyah af’al ini,

Syaikh‘Abdurrahman Shiddîq tidaklah mengajarkan wahdah al-wujûd

(tauhid wujûdi), tapi lebih kepada wahdah al-syuhûd (tauhid syuhûdi). Hal

ini karena kesatuan af’al yang berasal dari Allah itu hanyalah pada hakikat

dan pada pandangan batin, tanpa mengenyampingkan af’al atau usaha dan

ikhtiar manusia. Sebab kewajiban manusia menjalankan syariat.22

2. Tauhid Asma’

Maqam tauhid al-asma’ merupakan maqam (peringkat) kedua bagi

para ‘arif billah setelah memahami dan menghayati betul-betul pada

maqam (peringkat) awal, yakni tauhid al-af’al. Kematangan setiap jenjang

(maqam) tersebut harus dipandang sebagai anugerah Allah kepada mereka

yang tekun sebagai salik atau mendapat ilmunya melalui guru, maupun

bagi mereka yang majzub, yaitu mendapatkan ilmunya langsung dari Allah

tanpa melalui perantara guru dan latihan-latihan23. Syaikh ‘Abdurrahman

Shiddîq menyebutkan bahwa segala nama pada hakiktanya bersumber

                                                            

22 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 33-36. 23 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan., h. 133.

 

Page 67: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

56

pada Allah Swt. Karena segala sesuatu yang wujûd selain Allah Swt

adalah khayal (imajinasi) atau wahm (ilusi) belaka. Misalnya, bila kita

melihat seorang pemurah, hendaknya kita memandang bahwa sifat

pemurah itu adalah kepunyaan Allah SWT semata. Pemurah terdapat pada

seseorang itu, juga pada lainnya, hanya mazhar (manifestasi) dari nama

Tuhan, yaitu al-karim (Maha Pemurah).

Adapun dalam kitab ‘amal ma’rifah di sebutkan tauhid asma’

adalah mengesakan Allah SWT pada asma’-Nya, yaitu bahwa engkau

pandang dengan mata hatimu dan mata kepalamu dengan i’tikad yang

putus bahwasanya Allah SWT saja wahdaniyah pada asma’-Nya,

maksudnya pada segala nama maka tiada segala-gala di dalam alam ini

mempunyai nama pada hakikatnya melainkan dzat-Nya Allah SWT.24

Adapun segala nama didalam alam ini sekaliannya adalah hanya

nama-Nya saja. Sungguhnya tiada yang maujud pada hakikatnya hanyalah

Allah SWT sendiri. Dan wujûd segala alam ini hanya khayal saja dan

hanya Allah lah yang memiliki ketetapan nama itu. Maka sebab itulah

semuanya akan kembali.25

Menurut ‘Abdurrahman Shiddîq, tauhid (wahdaniyah al-Asma)

adalah meyakini dengan pandangan mata hati bahwa tiada sekali-kali yang

ada di alam ini memiliki nama, kecuali pada hakikatnya zat Allah saja,

atau yang wujud dan punya nama hanya Allah saja. Segala nama yang ada

                                                            

24 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 7 25. Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 8

 

Page 68: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

57

.

“Maka ke manapun kamu menghadap disitulah wajah Allah”

Bila seseorang sudah musyahadah akan Esanya Allah pada asma’,

maka bila melihat ada orang yang pemurah, dikembalikanlah kepada Allah

bahwa hanya Dia Yang Maha Pemurah. Bila melihat orang kaya, Allah

jualah yang Maha Kaya (Ghani), demikian seterusnya pada perumpamaan-

perumpamaan yang lain.

Himpunan sekalian asma itu ada dua. Pertama jami’, artinya

menghimpun sekalian mazhar pada asma, yang diistilahkan dengan:

.شهودالكثرة في الوحدة

“Pandang yang banyak pada satu asma, maksudnya sekalian alam

ini pada dasarnya dari Allah jua”.

Kedua ma’ani, mecegahkan, yaitu tercegahnya sekalian mazhar

mempunyai nama. Terbitnya dari Allah juga, yang diistilahkan dengan:

.ة في الكثرةشهودالوحد

“Pandang yang satu pada yang banyak, yakni permulaannya dan

kesudahannya pada Allah jua.”

 

Page 69: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

58

Jadi dalam wahdaniyat al-asma ini, muslim melihat segala yang di

alam ini dari Allah juga berasalnya dan kepada Allah pula kembalinya.26

Ajaran ini menurut penulis boleh jadi asal muasalnya berupa

pandangan serba Tuhan (Panteisme). Menurut Harun Nasution, Panteisme

berarti seluruhnya Tuhan, bahwa seluruh kosmos ini Tuhan. Semua yang

ada dalam keseluruhannya ialah Tuhan dan Tuhan ialah semua yang ada

dalam keseluruhannya. Benda-benda yang ditangkap oleh pancaindra

adalah bagian dari Tuhan. Tuhan adalah immanent, berada dalam alam,

bukan di luar. Karena seluruh kosmos ini satu, maka Tuhan dalam

Panteisme juga satu, hanya menurut Panteisme Tuhan mempunyai bagian-

bagian. Alam yang dilihat oleh panca indra hanya ilusi atau khayal saja,

yang hak dan yang ada itu hanya Tuhan.

Dilihat dari pengertian Panteisme di atas, maka nampak bahwa

wahdaniyah al-Asma yang diajarkan oleh ‘Abdurrahman Shiddîq memang

agak identik. Namun, wahdaniyah al-Asma yang diajarkan ini juga hanya

ada dalam penyaksian batin (syuhûdi), sehingga beliau mengajarkan

syuhûd al-katsrah fi al-wahdah dan syuhûd al-wahdkah fi al-katsrah.

Pendapat ini agaknya dipengaruhi oleh beberapa pendapat, diantaranya

Abu Bakar al-Syibli dan Imam al-Ghazali.

Al-Syibli pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat sesuatu

terkecuali Tuhan”. Sufi yang menganut pendapat demikian akan

mengalami penghayatan wahdah al-syuhûd dan tenggelam dalam mabuk

                                                            

26 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 9

 

Page 70: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

59

cinta (rapture to love) kepada Allah. Apa saja yang dipandangnya tampak

sebagai Tuhan. Sementara dalam pandangan al-Ghazali wahdaniyah al-

Asma ini berada dalam tingkatan tauhid martabat ketiga. Menurut al-

Ghazali, pada martabat ini seseorang melihat segala yang banyak dalam

alam ini pada hakikatnya terbit dari yang satu yaitu Allah. Tauhid tingkat

ini juga disebut tauhid ahl al-kasyf atau tauhid martabat muqarrabin, sebab

seorang sufi melakukan musyahadahnya dengan jalan kasyf. Orang yang

mencapai tauhid ini mampu menyaksikan keesaan Tuhan dengan kasyf

melalui perantaraan nur al-Haqq.27

Dengan demikian, ajaran tauhid al-Asma yang dikemukakan oleh

‘Abdurrahman Shiddîq boleh jadi mengacu kepada pendapat al-Syibli dan

al-Ghazali, yaitu wahdah al-syuhûd. Walaupun ada kemiripan dengan

Panteisme, kemungkinan itu hanya faktor kebetulan saja, sebab

‘Abdurrahman Shiddîq tidak mencantumkan pendapat para filosof di luar

Islam sebagai acuan pendapatnya. Tauhid al-Asma’ ini juga bertujuan

untuk memantapkan tauhid itu sendiri serta mencegah dari mengagumi

sesuatu yang lain di luar Allah. Misalnya ketika melihat orang yang kaya

ia tidak akan silau, sebab hanya Allah yang Maha Kaya dan Allah pulalah

yang memberikan kekayaan pada orang tersebut.

Pada sisi lain, orang yang sampai pada tauhid al-Asma‘ ini tidak

lagi mementingkan harta benda dunia dengan berbagai nama ini dan tidak

                                                            

27 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, h. 133

 

Page 71: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

60

pula risau atau iri dengan orang yang memilikinya, sebab semuanya telah

mampu dikembalikannya kepada Asma’-Nya Allah.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan oleh penulis bahwa ajaran

Tasawuf Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq tentang Tauhid al-Asma’ sebagai

berikut : semua nama itu kembali kepada asma’ Allah. Maksudnya segala

yang bernama di alam semesta ini semuanya berwujûd dari asma’ Allah.

Semua nama itu memerlukan wujûd yang hakiki hanya satu, yaitu wujûd

Allah, maka sebagai konsekuensi logisnya hakikat asma’ pun hanya satu,

yakni asma’ Allah. Dalam hubungan ini tampaknya ajaran tasawuf Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq sama dengan ajaran wahdah alwujûd. Tetapi ia

menolak paham ittihad dan hulul, tampaknya dia sependapat dengan al-

Ghazali atau aliran Tasawuf Sunni.

3. Tauhid Sifah

Dalam kitab Amal Ma’rifah tauhid sifat adalah bagaimana

mengesakan Allah SWT pada sifat, yaitu jika engkau pandang dengan

mata hati dan mata kepalamu dengan i’tikad yang putus bahwasanya Allah

SWT sajalah wahdaniyah segala sifat, artinya asa pada bersifat kodrat dan

iradah dan ilmu dan hayat dan sama’ dan basar dan kalam dan lainnya,

karena tiada ada dzat bersifat dengan yang tersebut itu pada hakikinya

melainkan dzat Allah SWT dan dibangsakan sifat itu kepada mahluk yaitu

hanya majaz saja bukan pada hakikinya. Dan engkau lihat sifat itu berdiri

kepada mahkluk, maka apabila di pandang dengan haqqul yakin niscaya

fana’lah sifat-sifat mahluk di dalam sifat Allah SWT yakni tiadalah kuasa

 

Page 72: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

61

ia melainkan dengan qodrat Allah SWT dan tiada berkehendak ia

melainkan dengan iradah Allah SWT hingga akhirnya. Maka ketika itu

mufakatlah ma’rifah Engkau dengan al-Qur’an dan hadits beserta ijma’

ulama dalam firman Allah:

ن اهللا على آل شئ قديرا

“Bahwasanya Allah SWT yang amat kuasa atas tiap-tiap sesuatu”

Dalam firman Allah SWT di dalam hadits qudsi menegaskan

kembali tentang tauhid sifat ini :

هم وال يزال بمثل أداء ماأفترضت علي المتقربونما تقرب إلي

العبد يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته آنت سمعه الذي

يسمع به وبصره الذي يبصربه ولسانه الذى ينطق به ويداه التى

.مشي بها وقلبه الذي يضمربهيبطش بها ورجله التي ي

“Tiada menghampirikan oleh segala orang menghampirkan dirinya

kepada Aku dengan seumpama mengerjakan barang yang Aku fardukan

atas mereka itu dan senantiasa hamba-Ku menghampirikan dirinya kepada

Aku dengan mengerjakan segala ibadah sunnah hingga Aku kasih akan ia,

Maka apabila Aku kasih akan dia niscaya adalah Aku Pendengarnya yang

mendengar ia denga dia, dengan pengelihtannya yang melihat ia akan dia,

dan lidahnya yang berkata-kata ia dengan dia, dan tangannya yang

memegang ia dengan dia dan kakinya yang berjalan ia dengan dia dan Aku

hatinya yang berjuta-juta ia dengan dia.

 

Page 73: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

62

Tingkatan tauhid sifat inilah kesudahan yang diharuskan dan yang

dimaksudkan dan yang ditetapkan. Dan tiada yang melampaui dari pada

maqam ini melainkan Saydina Muhammad SAW dan Ambiya dan Auliya

yang di bawah qidamnya. Maka maqam yang di atasnya yaitu maqam

tauhid dzat.28

Tauhid al-sifat, yakni fana’ (luluh)-nya seluruh sifat mahluk,

termasuk dirinya sendiri, di dalam sifat Allat Swt. Sifat seperti qudrah

(berkuasa), iradah (berkehendak), ‘ilmu (mengetahui), hayat (hidup),

sama’ (mendengar), basar (melihat), dan kalam (berkata-kata), adalah

sifat-sifat itu yang dimiliki Allah, sedangkan sifat mahluk hanyalah

merupakan perwujudan dari sifat-sifat Allah, sebagaimana di katakan

dalam oleh Muhammad Nafis Al-Banjari dalam kitabnya “seperti bahwa

engkau lihat dan engkau musyahadahkan dengan hatimu dan iktikadmu

bahwasanya sifat yang berdiri ia kepada dzat-Nya itu, yaitu seperti

Qudrah, dan iradah, dan ‘ilmu, dan hayah, dan sama’, dan basyar, dan

kalam, sekalianya itu sifat Allah Ta’ala, karena tiada ada dzat yang bersifat

dengan segala sifat yang tersebut pada hakikatnya, melainkan dzat Allah

Ta’ala jua, dan dibangsakan segala sifat itu kepada mahluk itu, yaitu

madhar-Nya sifat Allah Ta’ala juga.29

Dalam wahdaniyah sifat, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

mengajarkan hanya Allah yang Esa pada segala sifat; dalam kudrah,

                                                            

28 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 33-36. 29 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan. h. 134.

 

Page 74: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

63

iradah, ilmu, hayah, sama’, bashar, kalam dan sebagainya. Tidak ada zat

lain yang punya sifat seperti sifatnya Allah. Kalaupun ada makhluk punya

sifat itu hanya majaz, hakikatnya hanya sifat Allah.

Dengan memiliki dan meyakini wahdaniyah sifat ini, seorang

hamba akan mampu mencapai maqam fana fillah dan baqa‘ bisifatillah.

Hamba akan beroleh ma’rifah dan Allah akan membukakan rahasia sifat-

Nya yang mulia kepada hamba.

Pandangan demikian juga timbul karena penglihatan syuhûdi,

bukan dalam realitas. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa ‘Abdurrahman

Shiddîq menghilangkan eksistensi makhluk dan khaliq. Pengarang hanya

menekankan tauhid al-Sifah ini pada segi zauqiyah (perasaan). Orang yang

mencapai tauhid jenis ini merasakan mereka kehilangan diri dan sifat-sifat

mereka dan merasa menyatu dalam sifat-Nya Tuhan.30

Dalam kitab Fath-‘Alim fi Tartib al-Ta’lim oleh Syaikh

Abdurrahman Shdiddiq di sebutkan bermula fasal pada menyatakan

berbagai sifat yang wajib kepada empat bagi ketahui olehmu bahwasanya

sifat duapuluh itu terbagi ia kepada empat bagi pertama sifat nafsiah

artinya sifat yang dibangsakan kepada diri zat Allah Swt karena melazimi

sifat itu baginya kedua sifat salbiah artinya sifat yang dibangsakan kepada

meninggalkan karena bahwasanya qidam meninggalkan berpermulaan

adanya dan baqa’ meninggalkan berkesudahan adanya hingga akhirnya

ketiga sifat ma’ani yang berdiri dengan zat Allah Swt, keempat sifat

                                                            

30 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah, h. 35-36.

 

Page 75: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

64

ma’nawiyah artinya sifat yang dibangsakan kepada makna yang berdiri

bagi zat Allah Swt karena melazimi sifat ma’naiyah itu baginya syahdan

sifat nafsiah itu satu wujûd dan takrifnya hiya al-hal al-wajibah li al-dzat

ma damat al-dzat ghayr al-mu’allalatin bi ‘illatin artinya yaitu hal yang

wajib bagi zat selama kekal zat tiada dikarenakan dengan suatu. Dan

martabatnya maujud pada dzihn (rasanya) dan tiada maujud pada kharij

(luarnya). Adapun sifat salbiah itu ada lima sifat qidam baqa’

mukhalafatuhu ta’ala li al-hawadits qiyamuhu ta’ala binafsih dan

takrifnya hiya ‘ibaratun ‘an nafsi ma la yaliqu bihi jalla wa ‘azza artinya

yaitu ibarat dari pada menafikan barang yang tiada layak dengan Tuhan

kita yang Maha Besar dan Maha Mulia. Adapun sifat ma’ani itu tujuh sifat

qudrah iradah ‘ilmu hayah sama’ bashar kalam dan takrifnya hiya kull

shifatin mawjudatin qa’omatin bi mawjudin awjabat lahu hukman artinya

yaitu tiap-tiap sifat yang maujud yang berdiri dengan zat yang maujud

yang wajib baginya satu hukum yaitu hal ma’nawiyah dan martabatnya

maujud pada dzihn dan tiada maujud pada kharij. Adapun sifat

ma’nawiyah itu tujuh sifat qadirun muridun ‘alimun hayyun sami’un

bashirun mutakallimun dan takrifnya hiya al-hal wajibah li al-dzat ma

damat al-dzat mu’allamatan bi ‘illatin artinya yaitu hal yang wajib bagi

zat selama kekal zat yang dikarenakan dengan suatu karena yaitu sifat

ma’ani pada akal karena tiada terakal keadaannya yang kuasa melainkan

 

Page 76: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

65

kemudian daripada terakal keadaannya yang kuasa melainkan kemudian

daripada terakal kuasa hingga akhirnya.31

Dalam sebuah kitab Awaluddin sifat dua puluh di jelaskan secara

ringkas bahwasanya sifat Allah yang wajib secara ijmali terbagi empat

bagian sebagaimana berikut:

a. Sifat Nafsiah

Artinya ialah suatu hal yang wajib bagi zat Allah. Bersifat

dengan sifat wujûd yaitu “ada” tidak dikarenakan oleh karena yang lain

adapun sifat nafsiah itu hanya satu yaitu wujûd

b. Sifat Salbiah

Arti dari sifat salbiah, ialah menolak atau menapikan, segala

macam sifat yang tidak layak pada zat Allah Ta’ala. Sifat salbiah itu

terdiri dari lima yaitu qidam, baqo, mukholafatu lilhawadits,

wahdaniyah, qiyamuhu binafsih

c. Sifat Ma’ani

Arti dari sifat Ma’ani ialah sifat yang maujud (ada) yang diri

pada zat Allah yang maujud. Yang mewajibkan zat itu bersifat dengan

suatu hukum sifat ma’nawiah. Sifat ma’ani ini terdiri dari tujuh sifat

yaitu, qudrah, iradah, ‘ilmu, hayah, sama’, bashar, kalam.

d. Sifat Ma’nawiah

                                                            

31 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Fath al-‘Alim Fi Tartib al-Ta’lim , (Singapura: Matba’ah Ahmadiyah, 1936), h. 7.

 

Page 77: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

66

Arti dari sifat ma’nawiah ialah suatu yang tsabit, yang tetap bagi

zat Allah bersifat dengan ma’ani, tegasnya anatara sifat ma’ani dengan

sifat ma’nawiah jadi berlazim-laziman keduanya. Sedangkan sifat

ma’nawiah ada tujuh sifat juga, yaitu, qodirun, muridun, alimun,

hayyin, sami’un, bashirun, mutakallimun.32

Melihat dari ajaran wahdah al-wujûd yang dikemukakan oleh

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq ini agaknya juga dipengaruhi oleh pendapat

Junaid al-Baghdadi. Dan pendapat ini juga searah dengan pendapat

Hamzah Fansuri, menurut pandangan Hamzah Fansuri wujud itu pada

dasarnya hanyalah satu, walaupun kelihatannya banyak. Wujud yang satu

ini berkulit dan berisi, atau ada yang mazhar (kenyataan lahir) dan ada

yang batin. Ataupun semua benda-benda yang ada ini, sebenarnya adalah

merupakan pernyataan saja dari pada wujud yang hakiki, dan wujud hakiki

itulah yang disebut Allah.33

Bila dilihat dari ajaran yang beliau ajarkan sepertinya ada

kaitannya dengan Tarekat Sammaniyah, yang mungkin menjadi ciri

khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut oleh aliran ini.

Keterkaitan ini diperkuat dengan penyebaran Tarekat Sammaniyah di

Kalimantan Selatan yang disebar dan dibawakan oleh M. Arsyad Al-

Banjari hal ini beliau aplikasikan dalam bentuk qasidah pujian Syaikh

Samman. Syaikh M. Arsyad Al-Banjari masih keturunan Syaikh                                                             

32 Utsman bin Abdullah, Sifat duapuluh, Yayasan Sosial Pendidikan Pengembangan & Penelitian Islam M.A Jaya –jakarta, Indonesia, hl 29-31

33 Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara, Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, (Jakarta, Kencana, 2006), h, 74

 

Page 78: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

67

Abdurraman Shiddik dari pihak ayahnya34 Dan di di daerah Bangkapun

sampai sekarang masih sering terdengar bacaan Manaqib Samman dan

Hikayat Syaikh Samman di majlis-majlis pengajian.

Orang yang berhasil mencapai tauhid al-Sifat ini akan

mengantarkannya kepada pengalaman dan penghayatan fana’ fillah. Fana,

ecstasy, ini amat didambakan oleh para sufi. Orang yang mencapainya

akan mengalami perubahan-perubahan: Pertama, peralihan moral dari

sifat-sifat tercela dengan jalan pengendalian nafsu dan keinginannya.

Kedua, lenyapnya kesadaran terhadap apa yang ada di sekeliling, baik

pikiran, perbuatan dan perasaan, lantaran terhisap dalam penghayatan pada

Tuhan, karena penghayatan hanya tertuju pada sifat-sifat Allah. Ketiga,

lenyapnya kesadaran akan keberadaan dirinya.

Jadi orang yang mampu bertauhid sifat ini akan tenggelam

perasaan, pikiran dan sifat-sifat dirinya dan semuanya terhisap atau tertuju

pada sifat-sifat Tuhan saja. Orang tidak akan merasa ada makhluk yang

kuasa, berilmu, berkehendak dan lain-lain, karena pemilik semua sifat-sifat

utama hanya Allah saja, sebab hanya Allah yang amat berkuasa atas segala

sesuatu.35

                                                            

34 Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta, Kencana, 2005, h194

35 http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36, diakses pada 10 juli 2010.

 

Page 79: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

68

4. Tauhid dzat

Menurut Syaikh Abdurrahman Shiddiq maqam tauhid Dzat adalah

setinggi-tingginya tingkatan. Tiada lagi maqam di atasnya yang sampai

kepadanya pengetahuan mahluk. Pada maqam inilah kesudahan

musyahadah arifin billah. Dan perhatian perjalanan mereka itu dan

kepadanya daripada oleh Dzat yang terlintas pada hati manusia dan

kepadanya sehingga dan sehabis-habis supaya pengetahuan sekalian

mahluk.36 Adapun maqam yang di atasnya maka tiada mendapat akan dia

anbiya dan mursalin dan malaikat mukarrabin. dalam firman Allah SWT:

.و يحذرآم اهللا نفسه

“Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya”.

Kemudian Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq memperkuatkan lagi

dalam sebuah hadits yang berbunyi :

.أحمق اهللاآلكم في ذات

“Sekalian kamu pada mendapat apa dzat Allah SWT ahmak (tidak

dapat diketahui)”.

Berkata Syaikh Abdul Wahab Sya’roni ra “bermula pengetahuan

Dzat hak Allah tiada merasa dan tiada mendapat akan dia oleh seseorang

juga dari pada sekalian mahluk-Nya karena bahwasanya Allah SWT bukan

Ia yang dihukumkan akal dan bukan yang dihukumkan oleh mata hati dan

mata kepala tetapi adalah ia baik yang demikian itu, maka bukan ia

                                                            

36 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 37

 

Page 80: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

69

demikan itu. Dan barang siapa mengetahui akan yang demikian itu wajib

atasnya bahwa menyembah akan Dzat yang Suci lagi ghoib yaitu

kenyataan yang di musyahadahkan dan itu ibadah yang disempurnakan.37

Tiada yang sampai kepssada maqam (tingkatan) tauhid dzat ini

melainkan Nabi Muhammad SAW sajalah dan Anbiya dan Auliya dan

yang dibawahnya yang benar-benar menjalankan tauhid ini dengan

bersungguh-sungguh.

Maka bermula bagaimana mengesakan Allah SWT pada dzat-Nya

yaitu bahwa engkau pandang dengan mata hati dan mata kepala dengan

pandangan yang putus bahwasanya tiada yang maujud di dalam wujûdnya

itu hanya Allah sajalah. Maka fanalah dzat kita dan sekalian makhluk

dibawah dzat Allah Swt hingga tiada yang maujud melainkan Allah SWT

sendirinya dan wujûd yang lain melainkan Allah adalah khayal saja.38

Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq juga mengumpamakannya dengan mimpi,

baginya mimpi itu adalah tiada baginya hakiki atau sebenarnya ini dapat

dinyatakan, apabila kita terbangun maka hilanglah ia seperti demikianlah

wujûd Allah. Apabila kita mati niscaya hilanglah dan baharulah kita jaga

dan kita lihat bahwasanya tiada baginya wujûd yang sebenarnya seperti

sabda Rasulullah :

.الناس نيام فإذا ماتواانتبهوا

                                                            

37 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, h. 42. 38 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah h. 39

 

Page 81: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

70

“Segala manusia itu tidur maka apabila mati mereka itu maka

barulah terbangun mereka itu”

Karena mati itu menurut ahli tasawuf dua perkara: Pertama, Mati

rasa maksudnya menjauhnya ruh dari pada jasad. Kedua, Mati maknawi

dan mati hakiki yaitu fana di dalam mar’rifatnya dan musyahadah akan

af’al dari-Nya dan sekalian mahluk dan asma’-Nya dan sifah-Nya . Maka

mati maknawi inilah yang diisyaratkan dalam hadits Nabi Muhammad:

أن تموتوا ومن أراد أن ينظر إلى ميت يمشى على وجه موتوا قبل

.الأرض فلينظر إلى أبي بكر

“Matikanlah olehmu akan dirimu sebelum lagi kamu mati kamu

dan barang siapa berkehendak bahwa memandang ia kepada mayit yang

berjalan ia di atas bumi maka hendaklah memandang ia akan Abu Bakar

Shiddîq (hadits)

Maka dalil diatas tadi amat sangat banyak seperti apa yang

disebutkan dalam al-Qur’an:

.آل من عليها فان ويبقى وجه ربك ذواالجالل واإلآرام

“Bermula tiap-tiap barang yang ada dari pada segala hayawan atau

yang bersusun atas dzat dan sifat sekaliannya itu binasa pada masa yang

dahulu dan pada masa sekarang dan masa yang lagi akan datang dan kekal

dzat Allah Tuhan ya Muhammad yang mempunyai kebesaran dan

kemulian”.

Dan dalam firman Allah disebutkan lagi:

 

Page 82: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

71

.آل شئ هالك إلا وجهه

“Bermula tiap-tiap sesuatu itu binasa ia pada masa yang telah lalu

dan pada masa sekarang dan masa akan datang melainkan dzat Allah SWT

saja tiada binasa”.39

Pendapat ini sepaham dengan pendapat Ibnu ‘Arabi ia mengatakan

bahwa gambaran alam yang disaksikan indra manusia di dunia ini adalah

seperti gambaran dalam mimpi, yang perlu ditakwilkan. Dengan mengutip

hadits Nabi bahwa manusia di dunia ini seperti orang-orang yang sedang

tidur, bila mereka mati barulah mereka sadar (bangun), Ibnu ‘Arabi

mengajarkan bahwa hadits itu Nabi Muhammad memperingatkan bahwa

apa saja yang dilihat manusia dalam hidup di dunia ini adalah seperti

mimpi bagi orang-orang yang tidur, merupakan khayal yang harus

ditakwil alam ini hanyalah khayal dan ia sungguh-sungguh ada (haqq)

sebenarnya. Penjelasan lebih lanjut tentang ini dari Ibnu ‘Arabi adalah

sebagai berikut. Alam itu wahm, tidak memiliki wujûd hakiki; inilah

makna khayal, yaitu dikhayalkan bagi anda bahwa dia (alam) adalah

wujud tambahan, yang berdiri sendiri di luar dari wujud Tuhan; padahal

tidak demikian kenyataan yang sesungguhnya.40

Sedangkan menurut Muhammad Nafis dalam kitabnya kitabnya al-

Durr al-Nafis, alam semesta ini fana’, dan hakikatnya tidak ada, yang ada

hanya wujûd Allah. Wujud Allah mendapat segala sesuatu Allah tidak ada                                                             

39 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah h. 45-46 40 Abdul Aziz Dahlan, Penilaian Teologis atas Wahdah al-Wujud (kesatuan wujud),

Tuhan Alam Manusia, dalam Tasawuf syamsuddin sumatrani,(Padang: Lain IB Press, 1999), h. 38.

 

Page 83: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

72

persamaan-Nya dengan sesuatu (laisa kamislihi syaiun). Tidak maujud

pada hakikatnya hanya Allah. Fana’ segala perbuatan hamba pada

perbuatan Allah, fana’ segala asma’ hamba pada asma’ Allah, fana’ pula

sifat-sifat hamba pada sifat Allah, dan akhirnya fana’ segala dzat hamba

pada dzat Allah. Segala apapun yang ada pada mahluk ini hilang sirna dan

semata-semata dan wahm (dugaan). Lenyap segala ketentuan yang Maha

Mengetahui. Terlihat oleh hamba segala ketentuan pada yang Maha

Mengetahui. Terlihat oleh hamba segala perbuatan Allah. Mahluk pada

hakikatnya hanyalah laksana benang melayang di udara, kemana angin

bertiup kesanalah ia ikut melayang.41

‘Abdurrahman Shiddîq juga menyatakan bahwa yang maujud di

dalam maujud kecuali hanya Allah. Wujud manusia hanya khayal,

semuanya akan fana’ dalam maujud Allah, seperti maujud dalam mimpi,

setelah terbangun semua Dalam hal wahdaniyah zat, ‘Abdurrahman

Shiddîq mengajarkan keyakinan bahwa tiada sirna, begitu juga maujud

yang lain selain Allah.42

Orang yang mampu mencapai tauhid keempat ini akan mampu

menyelam dalam laut ahadiyat Allah atau keesaan Allah bagaikan tidak

terselamatkan lagi atau mabuk dan tidak ingin siuman dari mabuknya.

Ketika itu baginya habis fana fillah, hilangnya wujudnya dalam wujûdnya

Allah. Namun, ia masih belum sampai ke tingkat al-baqa bi Allah, yakni

                                                            

41 Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, h. 140. 42 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 40

 

Page 84: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

73

kekal bersama Allah dengan pandangan yang mantap bahwa Allah yang

menyatakan kekekalan pandangan tersebut.43

Pada ukuran tertentu paham ini sangat dekat kepada paham

wahdaniyah al-wujûd dan hulul atau ittihad pada umumnya seperti Ibn

Arabi dan al-Hallaj. Yang menjadi rujukan ‘Abdurrahman Shiddîq dalam

tauhid dzat ini adalah Abu Yazid ia merupakan salah satu tokoh sufi yang

cenderung kepada wahdah al-wujûd melalui konsep ittihad yang

diajarkannya. Saat Abu Yazid syathahat dan mengalami penghayatan

ittihad (the unitive state) ia mengatakan: “aku adalah Engkau dan Engkau

adalah aku”. Dan masih banyak lagi ucapan syathahat lainnya yang

menunjukkan Abu Yazid sedang ittihad atau manunggaling kawula Gusti.

Tetapi menurut ‘Abdurrahman Shiddîq, semua keyakinan itu

haruslah dalam pandangan zauqiyah (perasaan), bukan pandangan qauli

dan lafzi, sebab semua pandangan panca indra lemah dan tidak kuasa

menembus alam gaib. Hanya orang yang zauq (merasa) yang akan

mendapat pengalaman tesebut. Karenanya beliau tetap memegang kepada

syuhûdul katsrah fil wahdah dan syuhûdul wahdah fil katsrah.44

Dengan demikian dapatlah disimpulkan oleh penulis, paham

wahdaniyat zat yang dikemukakan oleh ‘Abdurrahman Shiddîq, meski

sangat dekat dengan ittihad dan wahdah al-wujûd, namun beliau

menempatkannya dalam wahdah al-syuhûd saja. Walaupun mengacu

                                                            

43 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 46 44 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Risalah Amal Ma’rifah., h. 49

 

Page 85: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

74

kepada beberapa pendapat Abu Yazid Bustami, namun ‘Abdurrahman

Shiddîq sendiri tidak pernah mengucapkan kata-kata syathahat, seperti

yang pernah diucapkan oleh Abu Yazid Bustami ataupun sufi yang lain.

Beliau tetap teguh memegang prinsip bahwa Allah itu tidak sama dengan

sesuatu apapun, serta baqanya zat Allah, sedangkan semua makhluk lain

akan fana.

Jadi dari keempat tingkat tauhid di atas, yakni wahdaniyat af’al,

asma, sifat, dan zat yang beliau kenalkan semuanya mengacu kepada

pendapat ulama sufi terdahulu seperti pendapat asy-Syibli, al-Baghdadi

dan al-Ghazali dengan konsep wahdah al-syuhûd. Walau pada tingkat

wahdaniyat zat pandangan ‘Abdurrahman Shiddîq sangat dekat dengan

wahdah al-wujûd, namun tetap aspek syuhûdi yang ditekankannya. Jadi

wahdah itu bukan fakta, bukan pada qauli dan lafzi, tapi pada zauqi saja.45

 

                                                            

45 http;//zuljamalie,blogdetik. Com/2009/07/17/36, diakses pada 10 juli 2010.

Page 86: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam Pemikiran Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq dia mengenalkan

beberapa konsep tauhid yaitu tauhid wahdaniyat af’al, tauhid wahdaniyat

asma, tauhid wahdaniyah sifat dan tauhid wahdaniyah zat.

2. Dari Keempat bentuk konsep tauhid yang beliau jelaskan dalam kitab

‘amal ma’rifah ini sarat dengan tasawuf falsafi yang bermuatan wahdah

al-syuhûd banyak dipengaruhi oleh pendapat Abu Bakar al-Syibli, Junaid

al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali. Pada wahdaniyat zat, beliau hampir

saja mendekati wahdah al-wujûd. Namun beliau tetap menekankan bahwa

wahdaniyah al-Zat itu hanya pada dimensi zauqi, bukan qauli dan lafzi,

sehingga beliau tidak pernah mengucapkan kata-kata syathahat

sebagaimana pernah diucapkan Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj atau Ibnu

Arabi. Melalui wahdaniyah af’al diharapkan manusia tidak syirik, ujub

dan riya dengan af’alnya, karena pada hakikatnya hanya Allah yang

memiliki af’al, sebab Allah tidak saja menciptakan manusia tapi juga

menciptakan af’al manusia. Melalui wahdaniyah asma diharapkan

manusia tidak silau oleh nama dan beragam nama yang ada pada makhluk

dan yang dipunyai makhluk, sebab hakikatnya hanya Allah yang

mempunyai nama-nama kesempurnaan. Melalui wahdaniyah sifat

75

Page 87: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

76

diharapkan manusia tidak sombong dengan sifat-sifat dan kelebihannya,

sebab hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan. Kemudian

melalui wahdaniyah zat, diharapkan mata hati manusia menyatu dengan

zat Allah, sehingga segala pikiran, perasaan dan perbuatan terkonsentrasi

pada zat Allah saja, tapi bukan menyatu dengan Allah dalam bentuk

wahdah al-wujûd atau manunggal dengan Tuhan.

B. Saran

Berkenaan dengan Pemikiran Tasawuf Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq

(Telaah Atas Kitab Amal Ma’rifah), disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Walaupun berusaha meneliti dari kitabnya ‘Amal Ma’rifah dan biografinya

sehingga ditemukanlah konsep tasawuf yang beliau ajarkan buat

masyarakat, bukanlah berarti penulisan ini sudah cukup sebagai bahan

rujukan bagi penulis sesudah ini, karena apa yang diteliti oleh penulis ini

jauh dari kesempurnaan, maka perlu kiranya perbaikan dari semua pihak

nantinya bila menemukan kekurangan dan keganjalan namun inilah usaha

yang dilakukan penulis untuk mengangkat nama tokoh ulama’ Bangka.

2. Perlunya mengangkat nama tokoh ulama’ daerah kemuka umum, meningat

betapa besar perjuangan mereka memperjuangkan agama Islam ini ke

masyarakat, khususnya di kepulauan Bangka, dan harapan penulis kepada

siapapun yang nantinya meneliti tentang tokoh ulama’ Syaikh

‘Abdurrahman Shiddîq hendaklah mencari informasi yang lebih akurat,

mengigat data tentang beliau masih kurang sekali

 

Page 88: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

77

3. Ajaran tauhid ‘Abdurrahman Shiddîq memang perlu dipelajari dipahami

dan dihayati oleh umat, namun hendaknya terbatas bagi kalangan

menengah ke atas saja yang penghayatan tauhid, i’tikad, dan pengamalan

syariatnya sudah memadai. Bagi orang awam yang tauhid, i’tikad, dan

syariatnya belum matang hendaknya dihindarkan dari mempelajari isi

kandungan kitab Amal Ma’rifah ini, sebab dapat berakibat terabaikannya

syariat serta terganggunya akidah.

4. Ajaran tauhid yang dikemukakan oleh ‘Abdurrahman Shiddîq hendaknya

dipahami dalam konteks tasawuf akhlaki dan amali, sehingga dalam

menghayati tingkatan-tingkatan tauhid, seseorang tetap konsisten

menempuh maqamah-maqamah akhlak tasawuf yang terpuji dan tetap

mengutamakan pengamalan syariat. Tegasnya pemahaman tauhid harus

secara total dan berintegrasi dengan syariat dan hakikat (tasawuf),

sehingga tidak terjadi pengabaian salah satunya.

Page 89: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

DAFTAR PUSAKA

Abdullah. Syafe’i, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syekh H. A. Rahman Shiddik Mufti Indragiri, Jakarta: CV. Serjaya. 1982.

Abduh M. Arrafie, Corak Tasawuf Abdurrahmad Siddiq dalam Syair-Syairnya,

Jurnal Penelitian Kutubkhanah. IAIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru Riau tahun 2000/2001.

Abdullah, Utsman bin, Sifat duapuluh, Yayasan Sosial Pendidikan

Pengembangan & Penelitian Islam Anwar, Rohan, Ahlak Tasawuf, Bandung: Pusaka Setia, 2009 Achmad. Abu Bakar: Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo. Ramadhani, cet

9. 1996 Al-taftazani, Abu al-Wafa. Sufi dari Zaman ke Zaman. Bandung : Pusaka salman,

ct. I. 1980). Judul Asli, Madkhal ila al-Tasawwuf al-islam, cet. IV kairo : Dar al-al-Tsaqafah li al-Nasyr wa al-Tauzi, 1983).Penerjemah : Ahmad Rofi Utsmani.

Taib Tahir Abd Mu'in, Ilmu Kalam (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1975 Bruinessen. Martin Van. Kitab Kuning : Pesantren dan Tarekat. Tradisi-tradisi

Islam di Indonesia. Bandung. Mizan. 1999 B. D. Mc Donald, Tauhid, dalam M TH Housma, et, all. Frist Encylopedia of

Islam, leiden E. J. Brill, 1987 vol, 8, Chirzin. M. Habib. Agama dan Ilmu dalam Pesantren” dalam Pesantren dan

Pembaharuan. Jakarta : LP3S 1983 Dewan Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, jilid v, cet Ke-3 Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pusaka, 1990) cet ke-3, Harmi, Zulkifli dkk, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib Al-

ta’lim, Syaikh Abdurrahman Siddik, Sungailiat Bangka: Siddiq Press, 2006.

Hirtenstein, Stephen. Dari Keragaman Kesatuan Wujud ; Ajaran & kehidupan

Spritual Syekh al-Akbar Ibn ‘Arabi. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001

78

Page 90: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

79

Hhtp;zuljs,s;i,blogdetik.com/2009/07/36., diskases pada 10 Juli 2010 Isa , Ahmadi, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 100. Mulyati, Sri, Tasawuf Nusantara, Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka,Jakarta,

Kencana, 2006 Muhammad, Ibrahim al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam. Ter (Jakarta :

Rabbani Press, 1998) cet ke-1, h 7 Mulyati, Sri Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

Jakarta, Kencana, 2005, h194 Madjid, Nurcholis, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992)

Nasution , Harun, Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1978. Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan karya Ilmiah (skripsi, tesis dan

disertasi) Jakarta: CeQDA. 2007 Ngafenan, Muhammad, Kamus Etologi Bahasa Indoneisa, (Semarang : Dahara

Priza, 1990) cet ke-2 h. 171 Shihab, Alwi, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi, Akar Tasawuf di

Indonesia, (Bandung: Mizan IIMaN, 2009) Shiddiq, Abdurrahman, Risalah Amal Ma’rifah, Banjarmasin: Munawaddah,

1329 H ---------------------Asrar al-Salah min ‘Iddat al-Kutub al-Mu’tamadah. Singapura:

Matba’ah Ahmadiya 1931 -----------------------Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim. Singapura: Matba’ah

ahmadiyah 1929. ----------------------Risalah fi Aqai’id al-Iman. Singapura : Matba’ah Ahmadiyah

1936 Sirojuddin , Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Hoeve,1999, cet. Ke-6.

 

Page 91: KONSEP TAUHÎD SYAIKH‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21565/1/ISMAIL... · dari nilai ketuhanan yang kita jalani ... tauhid merupakan

 

80

Yunasril, Ali,. Manusia Citra Ilahi : Pengembangan Konsep Insane Kamil Ibn ‘Arabi oleh al-Jili, Jakarta: Paramadina, cet. Ke-1, 1997.

Yusuf M Yunan, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar Sebuah Telaah atas Pemikiran

Hamka dala Teoligi Islam Jakarta: Paramadina, 1990 Taufik, et. Al. Peranan Syaikh Abdurrahman Siddik dalam Pengmbangan Islam

di Pulau Bangka. Sungailait : P3M STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Taufik, Seminar Hasil Penelitian Dosen Tahun 2007, Syair Ibarah dan Khabar

Qiyamah oleh Syaikh Abdurrahman Siddik, Bangka STAIN SAS Ibn Taymiyyah, al-Aqidah al-wasathiyyah, Beirut, Dar al-A'rabiyyah wa an-

Nasrhr, tth Zulkifli, Kontinuitas Islam Tradisional di Bangka, Sungailiat, Shiddiq Press,

2007.