Konsul Materi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rematik

Citation preview

JUDUL: PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI AKIBAT REMATIK PADA LANSIA DI PANTI WERDA BUDI PERTIWI

1. KONSEP REMATIKa. Pengertian Rematik merupakan penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan penunjang disekitar sendi sehingga dapat menimbulkan kecacatan tetap, ketidakmampuan dan penurunan kualitas hidup. Rematik ada yang disebabkan oleh radang pada sendi (reumatoid artritis), sehingga tidak sama dengan asam urat karena hanya 10% pasien rematik yang mengalami peningkatan asam urat (Maryam, 2010).b. Patofisiologi Penyakit inflamasi atrtikular yang paling sering pada lansia, Artritis Reumatoid, adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. Arthritis rheumatoid sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. Arthritis rheumatoid ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.c. Gejala1) Pegal-pegal dan kaku pada sendi; demam letih dan lesu.2) Peradangan pada sendi (merah, bengkak, nyeri, terasa panas dan umumnya sulit digerakkan). Gejala dapat menyerang setiap saat dan tidak terbatas pada malam hari.3) Terdapat hambatan pada pergerakan sendi kaku pada pagi hari, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Maryam, 2010)d. Penyebab1) Pola makan yang tidak sehat seperti banyak mengandung alkohol, berlebihan dalam mengkonsumsi jeroan, melinjo sehingga menjadi pencetus awalnya rematik.2) Banyak melakukan aktivitas berat saat muda dan tidak diimbangi dengan olahraga teratur3) Ada kecenderungan faktor keluarga menjadi faktor resiko terjadinya rematik.4) Pada pasien rematik, mandi air dingin tersebut biasanya membuat sendi tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit namun bukan secara langsung menyebabkan kekambuhan.5) Penyakit ini bisa terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria cenderung terkena pada usia yang lebih muda (Maryam, 2010).e. Dampak Rematik Penyakit rematik dapat menimbulkan kematian, tetapi sangat jarang terjadi dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Yang paling ditakuti dari penyakit rematik adalah akan menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi maupun berat seperti kelumpuhan. Hal ini mungkin akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas dan terjadinya depresi (Smart, 2010). Dampak dari rematik juga menimbulkan kegagalan organ bahkan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi akan terjadinya cidera. (Kisworo, 2008)

2. KONSEP NYERI1) Pengertian Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual (Potter, 2006) Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa nyeri adalah suatu keadaan sensori subyektif yang tidak menyenangkan disebabkan oleh stimulus tertentu yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.2) Fisiologi Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juganosireceptor,secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya,nosireseptordapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit(Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneusberasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :a) Reseptor A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.b) Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI SENDI Ada beberapa faktor yang memainkan peranan baik besar atau kecil terhadap kambuhnya nyeri sendi seperti berikut:a) Usia Potter & Perry (2006) mengatakan usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada lansia. Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan pengkajian, diagnosis, dan penatalaksanaan secara agresif. Namun, individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah lebih lama, mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang menyertai nyeri. Sekali klien yang berusia lanjut menderita nyeri, maka ia dapat mengalami gangguan status fungsi yang serius. Mobilisasi, aktivitas perawatan-diri, sosialisasi di lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas dapat mengalami penurunan. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila klien lansia ini memiliki sumber nyeri lebih dari satu, maka perawat harus mengmpulkan pengkajian yang rinci. Menifestasi berbagai penyakit dapat menimbulkan kondisi-kondisi nyeri yang tidak khas. Dengan kata lain, penyakit yang berbeda dapat menimbulkan gejala yang sama.

b) Jenis Kelamin Secara umum, arthritis lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.c) Kegemukan Kelebihan berat badan memberikan beban lebih besar pada sendi-sendi yang menahan beban tubuh, menambah kerusakan dan meningkatkan risiko arthritis terutama osteoarthritis.d) Faktor Pekerjaan Beberapa pekerjaan membutuhkan gerakan berulang atau mengankat beban berat yang dapat memberikan stress pada sendi atau mengakibatkan cedera, yang dapat menjadi arthritis.3) Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri 2007:107).

4. PENGUKURAN INTENSITAS NYERIa) Skala Intensitas nyeri Deskriptif (Tamsuri, 2007:108):

Keterangan: 0:Tidak nyeri

1-3:Nyeri ringan:Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6:Nyeri Sedang:Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9:Nyeri berat:Secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.

10:Nyeri sangat berat:Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

5. PERAWATAN PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS

Program penurunan berat badan direkomendasikan untuk meredakan sendi yang nyeri atau menanggung stress. Kompres panas juga membantu untuk meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot. Panas superfisial dapat diberikan dalam bentuk mandi rendam atau ,mandi siram dengan air hangat dan kompres basah yang hangat. Rendaman paraffin akan memberikan panas yang terkonsentrasi dan membantu pasien dengan gangguan pada pergelangan tangan serta sendi kecil. Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Aplikasi yang lebih sering dalam waktu yang lebih pendek merupakan cara yang paling bermanfaat. Latihan terapeutik dapat dilaksanakan dengan lebih nyaman dan efektif setelah terapi panas tersebut dilakukan. (Smeltzer,SC & Barre,BG 2002)6. DEFINISI KOMPRES HANGAT Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang (Gabriel F.J 1998).

7. MEKANISME KOMPRES HANGAT TERHADAP TUBUH Kompres Hangat mempengaruhi suhu tubuh dengan cara :1) Memperlebar pembuluh darah (Vasodilatasi).2) Memberi tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang sampah- sampah tubuh.3) Meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh.4) Mempercepat penyembuhan.5) Meningkatkan aktivitas sel. (Barbara R Hegner, 2003) KOMPRES HANGATPemberian kompres hangat akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali (Nursanti, 2009).Pemberian kompres hangat juga dapat mempengaruhi tubuh dengan cara :1. Pembuluh-pembuluh darah melebar sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam jaringan tersebut.2. Penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik.3. Aktivitas sel yang meningkat dan mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan luka,radang setempat menurut (Stevens P.J.M , 2000).

8. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian Pre Experimental Design seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering juga disebut dengan istilah quasi experiment atau eksperimen pura-pura (Arikunto,2010). Jenis desain Pre Experimental pada penelitian ini mengambil rancangan one group pretest posttest, dimana rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menuji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2010). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:Pola:01 X3 02Keterangan: X3: perlakuan sebanyak 3 kali01: observasi sebelum perlakuan02: observasi setelah perlakuan (Arikunto, 2010)

9. PENENTUAN SAMPEL n = N 1 + N (d)2(Notoatmodjo, 2003)Keterangan :N = Besar Populasin = Besar sampeld2 = Tingkat kesalahan (10%)10. KompresHangatNyeri Sendi Sebelum Kompres0 = tidak nyeri1 3 = nyeri ringan4 6 = nyeri sedang7 9 = nyeri berat10 = nyeri sangat berat = Yang diteliti= Yang tidak ditelitiNyeri Sendi Setelah Kompres0 = tidak nyeri1 3 = nyeri ringan4 6 = nyeri sedang7 9 = nyeri berat10 = nyeri sangat berat KERANGKA KONSEP

Daftar Pustaka

Arikunto. S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PTRineka Cipta

Gabriel F.J. (1998). Efektifitas pemberian kompres hangat dan dingin terhadap Plebitis, Skripsi PenelitianMaryam, R. Siti, dkk. (2010). Buku Panduan Kader Posbindu Lansia. Jakarta: CV. Trans Info MediaNotoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan .Jakarta : PT RinekaCipta.www.nursingbegin.com. (2009). Kompres Hangat dan Mekanismenya Terhadap Tubuh. Diakses 25 Februari 2014.

Nursanti. (2009). Kompres Hangat, http://healthycenter.co.cc. Diakses 25 Februari 2014

Potter, Patricia A. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC.

Potter perry.( 2012). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 buku 2, Jakarta: Salemba Medika.Tamsuri, A. (2007).Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri.Jakarta : EGC