19
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kontrasepsi 1. Pengertian Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat) (Medicastore, 2008). Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes RI, 2002). 2. Macam-macam Kontrasepsi Macam-macam metode kontrasepsi menurut Hartanto (2003) a. Metode Sederhana 1) Tanpa alat a) KB Alamiah 6

Kontrasepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kontrasepsi

Citation preview

Page 1: Kontrasepsi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kontrasepsi

1. Pengertian

Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur

oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan

dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang

efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih

efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang

digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi.

Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan

(yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti

semua instruksi dengan benar dan tepat) (Medicastore, 2008).

Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sel sperma tersebut (Depkes RI, 2002).

2. Macam-macam Kontrasepsi

Macam-macam metode kontrasepsi menurut Hartanto (2003)

a. Metode Sederhana

1) Tanpa alat

a) KB Alamiah

6

Page 2: Kontrasepsi

7

b) Coitus Interruptus

2) Dengan alat

a) Mekanis (barrier)

b) Kimiawi

b. Metode Modern

1) Kontrasepsi hormonal

a) Peroral : Pil Oral Kombinasi (POK), mini-pil, morning-after

pill

b) Injeksi / suntikan : DMPA, NET-EN, Microsheres,

Microcapsules

c) Sub-kutis : implant

2) Intra Uterine Devices (IUD)

3) Kontrasepsi mantap

3. Manfaat Kontrasepsi dari Segi Kesehatan

a. Untuk Ibu : dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu

mendapat manfaat berupa :

1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang

berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.

2) Peningkatan kesehatan mental sosial yang dimungkinkan oleh

adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak untuk

beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan

lainya.

Page 3: Kontrasepsi

8

b. Untuk anak-anak yang dilahirkan

1) Anak yang akan dilahirkan dapat tumbuh secara wajar karena ibu

yang mengandungnya berada dalam keadaan sehat.

2) Sesudah lahir anak tersebut akan memperoleh perhatian,

pemeliharaan dan makanan yang cukup karena kehadiran anak

tersebut memang diinginkan dan direncanakan.

c. Untuk anak-anak yang lain

1) Memberi kesempatan kepada mereka agar perkembangan fisiknya

lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup

dari sumber yang tersedia dalam keluarga.

2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena

pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat

diberikan oleh ibu untuk setiap anak.

3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena

sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk

mempertahankan hidup semata-mata.

d. Untuk Bapak

Memberikan kesempatan agar memperbaiki kesehatan fisik,

mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak

waktu untuk keluarganya

e. Untuk seluruh keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang

lebih banyak dalam memperoleh pendidikan.

Page 4: Kontrasepsi

9

4. Kontrasepsi dapat digunakan

Pasangan usia subur yang ingin mencegah kehamilan,

menjarangkan kehamilan, membatasi jumlah anak, kebutuhan kesehatan.

5. Persyaratan medis dalam penggunaan Kontrasepsi

Keadaan atau kondisi yang mempengaruhi persyaratan medis

dalam penggunaan setiap metode dikelompokan dalam 4 kategori ;

a. Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan

metode kontrasepsi.

b. Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan

resiko yang diperkirakan akan terjadi.

c. Resiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan

kontrasepsi.

d. Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan

(Saifudin, 2003)

B. Depo Medroxy Progesteron Asetat

1. Pengertian

Depoprovera (DMPA) adalah berisi depo medroksi progesteron

asetat dan diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara intramuscular

setiap 12 minggu. DMPA saat ini tersedia dalam spuit yang sebelumnya

telah diisi dan dianjurkan untuk diberikan tidak lebih dari 12 minggu dan 5

hari setelah suntikan terakhir. DMPA merupakan suspensi mikrokristal

yang membentuk depo pada tempat penyuntikan Intra Muskular (IM).

Page 5: Kontrasepsi

10

Kadar serum DMPA tidak begitu berfluktuasi, bila dibandingkan dengan

kadar serum noretisteron enantat, karena noritesteron enantat memiliki

sifat sifat lipofit yang tinggi, dan pada penyuntikan akan terbentuk depo

sekunder. DMPA bekerja sebagai penghambat ovulasi (Baziad, 2008).

DMPA dipakai lebih dari 90 negara. Kontrasepsi jenis DMPA telah

digunakan lebih dari 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah

kira-kira 5 juta wanita dan diberikan setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg

(Hartanto, 2003).

2. Jenis KB Suntik

Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang

banyak dipakai adalah:

a. DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat )

1) Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang

lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira

5 juta wanita.

2) Diberikan sekali tiap 3 bulan dengan dosis 150 mg

b. Medroxy Progesteron Acetat dan Estrogen Sipionate

1) Dipakai lebih dari 40 negara dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5

juta wanita.

2) Diberikan dalam dosis 25 mg medroxyprogesteron dan 5 mg

estrogen sipionate diberikan setiap bulan.Di Indonesia didapatkan

haid teratur pada 85% peserta KB suntik 1 bulan.

Page 6: Kontrasepsi

11

3. Cara Kerja menurut Hartanto (2007)

a. Primer : mencegah ovulasi

Kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH

(Luteinizing Hormone) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH

surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing

hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan terjadi di

hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK,

yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada

kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak

menyebabkan keadaan hipo-estrogenik (kadar estrogen rendah).

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal

dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sering stroma

menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium

dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau

hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi,

perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam

waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.

b. Sekunder

1) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan

barier terhadap spermatozoa

2) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi

Page 7: Kontrasepsi

12

3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba

fallopi

4. Efektivitas

Dalam hal penekanan terhadap ovulasi ternyata DMPA

efektivitasnya hampir sama dengan pil kombinasi. Kehandalan

kontrasepsinya melebihi minipil maupun AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim). Indeks Pearl untuk DMPA adalah 0-1,2. Kegagalan yang terjadi

pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan untuk datang pada

jadwal suntikan yang telah ditetapkan, atau teknik penyuntikan yang salah.

Injeksinya harus benar-benar intragluteal (Baziad, 2008).

5. Cara pemberian

a. DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intragluteal atau

intradeltoid. Penyuntikan ditangan menimbulkan kesan seolah-olah

wanita tersebut mendapatkan suntikan vaksinasi sehingga penyuntikan

cara ini tidak begitu disukai dan menimbulkan rasa sakit. Injeksi

pertama diberikan pada hari kelima siklud haid dengan tujuan untuk

menyingkirkan bahwa wanita tersebut sedang tidak hamil. Suntikan

berikutnya diberikan setiap 90 hari, tidak peduli, apakah wanita

tersebut haid atau tidak (Baziad, 2008).

b. Cara penggunaan kontrasepsi suntikan menurut Noviawati (2009)

1) Cara pemberian kontrasepsi DMPA dengan suntikan intramuskular

2) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskular yang dalam di daerah pantat. Apabila

Page 8: Kontrasepsi

13

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan

efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi

suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8

minggu. Mulai injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu

3) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi oleh etil / isopropyl alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik

4) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila

terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan menghangatkannya.

5) Setelah terminasi kehamilan trimester pertama dan keguguran,

suntikan pertama biasanya diberikan dalam 5 hari pertama tanpa

dibutuhkan kewaspadaan tambahan. Wanita pascapartum harus

mulai mendapat suntikan pertama 5-6 minggu setelah melahirkan,

karena bila diberikan lebih awal, perdarahan menstruasi menghebat

dan memanjang.

6. Indikasi menurut Glasier (2005)

a. Sebagai kontrasepsi pilihan pertama, dengan sifat-sifat metode yang

menarik bagi wanita dan tidak ada kontraindikasi. Peraturan lokal

mungkin perlu dipertimbangkan di sini, sebagai contoh, DMPA masih

dilisensikan khusus untuk kontrasepsi wanita sedangkan kontrasepsi

Page 9: Kontrasepsi

14

lain terbukti tidak cocok. Di Inggris, DMPA didaftarkan untuk

pemasaran kontrasepsi umum pada tahun 1995.

b. Saat wanita menyatakan keinginan untuk menggunakan kontrasepsi

hormon, tetapi :

1) Estrogen dikontraindikasikan

2) Estrogen tidak dapat ditoleransi dengan baik

3) Profil efek samping atau komplikasi estrogen tidak disukai

c. Bagi Wanita

Bagi wanita berusia lebih tua dan perokok. Telah dipastikan

bahwa perokok berusia lebih dari 35 tahun mengalami peningkatan

resiko penyakit kardiovaskular dan hal ini diperberat oleh pemakaian

Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK). Risiko ini tampaknya tidak

meningkat oleh metode progesteron, walaupun data jangka panjang

yang ada tidak sebanyak data untuk KOK. Metode progesteron dapat

digunakan sampai menopause, dan bahkan mungkin meredakan

beberapa gejala premenopause.

d. Selama laktasi. Metode progesteron lebih dianjurkan daripada metode

yang mengandung estrogen.

e. Bagi wanita dengan :

1) Diabetes mellitus

2) Hipertensi ringan atau yang tekanan darah terkendali baik

3) Penyakit sel sabit homozigot

4) Migren, termasuk tipe fokal

Page 10: Kontrasepsi

15

5) Sebagal alternative untuk KOK sebelum bedah mayor efektif

6) Bagi wanita yang kurang dapat diandalkan atau kurang motivasi

dalam minum pil (sistem pemberian obat jangka panjang

merupakan kontrasepsi yang sangat efektif, tetapi reversibel.

Metode progesteron yang bekerja lama saat ini merupakan metode

yang paling efektif sekaligus reversibel dan bagi banyak wanita

merupakan alternatif yang sesuai untuk sterilisasi

7. Kontra indikasi menurut Noviawati (2009)

a. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran)

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e. Diabetes mellitus disertai komplikasi

8. Keuntungan menurut Noviawati (2009)

a. Sangat efektif

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang

c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah

e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

f. Sedikit efek samping

g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Page 11: Kontrasepsi

16

h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai menopause

i. Membantu mencegah kanker payudara endrometrium dan kehamilan

ektopik

j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle cell)

9. Efek samping Kontrasepsi suntik antara lain :

a. Gangguan Haid

1) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi :

a) Amenore

b) Perdarahan ireguler

c) Perdarahan bercak

d) Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang

hilang.

2) Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan

inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya

waktu, sedang kejadian amenore bertambah besar.

3) Insiden yang tinggi dari amenorea diduga berhubungan dengan

atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan

ireguler masih belum jelas, dan sepertinya tidak ada hubungan

dengan perubahan-perubahan kadar hormon atau histologi

endometrium.

Page 12: Kontrasepsi

17

4) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak

dan amenore di bandingkan dengan Noretisteron dan amenore pada

DMPA tampaknya lebih sering terjadipada akseptor dengan berat

badan tinggi.

5) Bila terjadi amenorea, berkurangnya darah haid sebenarnya

memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya

insiden anemia.

6) Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan

diri akseptor jarang terjadi.

b. Berat badan bertambah.

1) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi

antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

2) Penyebab bertambahnya berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi

karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan

tubuh.

3) Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendali nafsu

makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak dari biasanya.

c. Sakit kepala

Insiden sakit kepala pada DMPA sangat kecil.

d. Efek pada system kardiovaskuler dan penurunan High Density

Lipoprotein (HDL) kolesterol.

Page 13: Kontrasepsi

18

Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan

kadar HDL kolesterol, dicurigai dapat menambah besar risiko

timbulnya aterosclerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan

kolesterol total tidak di temukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan

(Hartanto, 2006).

C. Berat Badan

1. Definisi

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Berat badan ideal adalah berat badan untuk tinggi

badan tertentu yang secara statistik dianggap paling tepat untuk menjamin

kesehatan dan umur panjang.

Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah

makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh.

2. Kriteria

Untuk mengklasifikasikan obesitas dipergunakan ukuran:

a. Body Mass Index (BMI)

Metode paling berguna dan banyak digunakan untuk

mengukur tingkat obesitas adalah BMI (Body Mass Index), yang

didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari

tinggi badan (meter).

Page 14: Kontrasepsi

19

Tabel 1 Klasifikasi BMI menurut WHO (2006)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko comorbiditas

Underweight <18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap

masalah – masalah klinis lain

meningkat)

Batas normal 18.5 – 24.9 kg/m2 Rata – rata

Overweight > 25

Pre – obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 30.0 – 34.9 kg/m2 Sedang

Obese II 35.0 – 39.9 kg/m2 Berbahaya

Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat berbahaya

Tabel 2 Klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan

BMI pada penduduk Asia dewasa (WHO, 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko comorbiditas

Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap

masalah – masalah klinis lain

meningkat)

Batas normal 18.5 – 22.9 kg/m2 Rata – rata

Overweight > 23

At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 25.0 – 29.9 kg/m2 Sedang

Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya

b. Tes cermin : Jika sewaktu bercermin anda kelihatan gemuk,

kemungkinan anda memang kegemukan.

c. Tes cubit : Cobalah cubit kulit belakang lengan atas anda. Berat badan

normal jika tebal lemaknya adalah antara 1 – 2,5 cm. kurang atau lebih

dari itu menunjukan anda terlalu kurus atau terlalu gemuk.

d. Tes loncat : Cobalah meloncat ditempat. Jika ada bagian tubuh anda

yang seharusnya tidak ikut terguncang tapi ikut terguncang itu adalah

lemak.

Page 15: Kontrasepsi

20

D. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan

Ada beberapa kemungkinan faktor yang mempengaruhi berat

badan antara lain adalah (Anggraeni, 2008) :

1. Kelebihan makanan

Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan

makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dengan

kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh.

2. Kekurangan aktifitas fisik dan kemudahan hidup

Kegemukan dapat juga terjadi bukan karena makan berlebihan,

tetapi karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.

Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas

fisik, dan kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan mendorong

masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja

fisik yang berat.

3. Faktor psikologis dan genetik

Faktor psikologis sering juga disebut sebagai salah satu faktor

yang dapat mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat

adanya tekanan psikologi atau lingkungan kehidupan kemasyarakatan

yang dirasakan tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih,

kecewa atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih

banyak untuk mengatasi perasaan–perasaan yang tidak menyenangkan

tadi.

Page 16: Kontrasepsi

21

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada

generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering

menjumpai orang tua yang gemuk cenderung mempunyai anak – anak

yang gemuk pula. Dalam hal ini faktor genetik telah ikut campur

menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan

karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak

dalam tubuh yang berjumlah lebih besar dan melebihi ukuran normal,

secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam

kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahir pun memiliki unsur

lemak tubuh yang relatif sama besar.

4. Pola konsumsi makan

Pola makan masyarakat dilingkungan perkotaan yang tinggi

kalori dan lemak serta rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita

obesitas. Masyarakat diperkotaan yang cenderung sibuk, biasanya lebih

menyukai mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis.

Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam

makanan cepat saji sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori ini

akan dirubah dan disimpan menjadi lemak tubuh.

5. Kebudayaan

Bayi–bayi yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat.

Banyak orang tua yang berusaha membuat bayinya sehat dengan

memberikan terlalu banyak susu yang biasanya adalah susu botol. Bayi

yang terlalu gemuk pada usia enam minggu pertama akan cenderung

Page 17: Kontrasepsi

22

tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa studi menunjukkan bahwa

80% dari anak – anak yang kegemukan akan tumbuh menjadi orang

dewasa yang kegemukan juga.

6. Faktor hormon

Menurut hipotesa para ahli Depo Medroxy Progesterone acetat

(DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan dihipotalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto,

2004).

Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada

suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung

lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain diotak, sehingga lebih

mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus

yang mempengaruhi penyerapan makanan yaitu Hipotalamus Lateral (HL)

yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan), Hipotalamus

Ventro Medial (HVM) yang bertugas menggerakkan nafsu makan

(pemberian atau pusat kenyang). Dari hasil suatu penelitian didapatkan

bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan dan

minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum

(diberi infus). Sedangkan kerusakan terjadi pada bagian HVM maka

seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Pada penggunaan

progesteron yang lama (jangka panjang) menyebabkan pertambahan berat

akibat terjadinya perubahan anabolik dan stimulasi nafsu makan.

Page 18: Kontrasepsi

23

7. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang

untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang

menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka

orang tersebut cenderung untuk menjadi gemuk.

E. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi berat badan :

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Anggraeni (2008)

Berat Badan Naik 4. Pola konsumsi makan

6. Faktor hormon

5. Kebudayaan

2. Kekurangan aktifitas fisik dan

kemudahan hidup

1. Kelebihan makan

3. Faktor psikologis dan genetik

7. Faktor lingkungan

Page 19: Kontrasepsi

24

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 2.4 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh kontrasepsi suntik DMPA terhadap kenaikan berat

badan

Kontrasepsi Suntik DMPA Kenaikan Berat Badan