Upload
asyraful-anam
View
44
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah kontrasepsi farmakoterapi terapan
Citation preview
TUGAS KELOMPOK
MATAKULIAH FARMAKOTERAPI TERAPAN
MAKALAH
PENYAKIT GYNEKOLOGI
KONTRASEPSI
OLEH :
KELOMPOK 6
KELAS A
HIDAYAT H. N21114084
ANDI ULFIANA UTARI N21114790
ASYRAFUL ANAM N21114799
MUHAJIR N21114807
AHMAD SAPA N21114832
SRI YOLANDARI N21114857
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang
bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi.
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu
harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut dapat dipercaya, tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat dapat diatur
menurut kebutuhan Menurut Riskesdas (2010) usia reproduksi perempuan pada
umumnya adalah usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. Tingkat pencapaian
pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang
atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan akseptor
Indonesia hingga saat ini masih termasuk dalam Negara berkembang
dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Menurut mantan Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief, laju
pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini sekitar 1,49 persen per tahun. Artinya,
setiap tahun jumlah populasi meningkat menjadi 3,5 juta hingga 4 juta orang.
Berdasarkan hasil survey yang sudah dilakukan oleh BPS (Badan Pusat
Statistik) yang dilaporkan dalam catalog BPS tahun 2012 dinyatakan bahwa
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 adalah ± 237. 641. 363 jiwa,
dengan jumlah perempuan sebanyak 119. 507. 580 dan jumlah laki-laki sebanyak
118.048.783. Jika diperhitungkan, laju pertumbuhan bergerak konstan maka
diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia akan mencapai 273,2 juta jiwa pada
tahun 2025.
Alat kontrasepsi sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan.
Seharusnya dengan alat kontrasepsi, kehidupan seksual akan lebih aktif karena
tidak ada ketakutan akan hamil. Salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak
dipakai adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan KB yang mengandung 2
komponen bahan aktif, estrogen dan progesteron.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PROSES OVULASI
Setelah ejakulasi, dalam waktu 5-10 menit sperma akan dihantarkan
melalui uterus ke ampula pada bagian akhir ovarium dari tuba fallopi yang
dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopi yang dirangsang oleh prostaglandin
dalam cairan seminal dan oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
posterior selama orgasme wanita. Dari hampir setengah miliar sperma yang
dideposit dalam vagina hanya bebrapa ribu yang berhasil ampula.
Dalam ovarium sekresi estrogen membutuhkan gonadotropin (LH dan
FSH) yang merupakan hormon yang dilepaskan dari hipofisis anterior. Pelepasan
LH dan FSH dikendalikan oleh hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan
pulsasi GnRH.
Dalam ovarium FSH dan LH menstimulasi perkembangan folikel dan
sintesis estradiol oleh sel-sel granulose folikel. Pada fase folikular awal, kadar
estradiol dalam darah yang rendah memberikan efek umpan balik negative pada
FSH yang menjamin hanya folikel dominan yang matang. Pada pertengahan
siklus kadar estradiol tinggi dan memberikan efek umpan balik positif pada
sekresi LH yang menyebabkan lonjakan LH dan terjadilah ovulasi. Folikel
kemudian pecah berkembang menjadi korpus luteum yang mensekresi estrogen
dan progesteron sampai akhir siklus.
Sebelum sperma masuk di ovum, sperma harus menembus berlapis-lapis
sel granulose yang melekat disisi luar ovum yang disebut korona radiata, dan
harus berikatan dengan dan menembus zona pelusida yang mengelilingi ovum
sendiri. Sekali sperma masuk ke dalam ovum, kepala sperma akan membengkak
dengan cepat membentuk pronukleus pria kemudian ke-23 kromosom yang tidak
berpasangan pada pronukleus pria dan ke-23 kromosom pada pronukleus wanita
berikatan bersama-sama membentuk kembali komplemen yang menyeluruh
dengan 46 kromosom (23 pasang) dalam sebuah ovum yang sudah dibuahi.
Setelah terjadi pembuahan, biasanya ovum ditransport dari tuba fallopi ke
kavum uteri dalam waktu 3-4 hari. Transport ini dipengaruhi oleh arus cairan
yang lemah dalam tuba akibat kerja sekresi epitel ditambah kerja epitel bersilia
yang melapisi tuba. Setelah saat ini terjadi peningkatan progesteron yang cepat
yang disekresi oleh korpus luteum ovarium sehingga memacu peningkatan
reseptor progesteron pada sel otot polos tuba fallopi dan kemudian
mengaktifkannya, melepaskan suatu efek relaksasi yang memungkinkan
masuknya ovum ke dalam uterus.
KONTRASEPSI
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan kehamilan.
Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi, penggunaan kondom pada
pria atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR, IUD = intra uterine devices);
tindakan operasi sterilisasi (tubektomi wanita atau vesektomi pria), atau
penggunaan kontrasepsi hormonal.
Macam-macam Metoda Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah
pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran
genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan
dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara,
yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lender serviks.
3) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses kesaluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-
8% kehamilan.
4) Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim
dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang
berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya
terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan
ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan
lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan
menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil
kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
2) Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik
KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan,
pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
3) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya
dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya
hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran
telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan
sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
c. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya
99%
OBAT KONTRASEPSI WANITA
Kontrasepsi dapat dilakukan dalam berbagai cara antara lain :
Kontrasepsi oral
Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi implantasi
1. Kontrasepsi oral
Ada 4 tipe kontrasepsi oral yaitu tipe kombinasi, tipe sekuensial, pil mini,
dan MAP (morning after pil) atau pil pasca senggama tapi yang paling banyak
digunakan sampai saat ini adalah pil kombinasi dan pil mini.
Tipe kombinasi : terdiri dari 21-22 pil masing masing berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil untuk penggunaan 1 siklus. Pil pertama
diminum pada hari pertama haid sampai 21 atau 22 hari.
Jenis pil kombinasi
Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
Tipe sekuensial : terdiri dari 14 pil-15 pil yang hanya berisi derivat estrogen dan 7
pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Penggunaanya sama
dengan tipe kombinasi. diIndonesia jenis ini belum beredar.
Yang dapat menggunakan pil kombinasi :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Gemuk/kurus
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif
• Pasca keguguran
• Anemia karena haid berlebihan
• Nyeri haid hebat
• Siklus haid tidak teratur
• Riwayat kehamilan ektopik
• Kelainan payudara jinak
• DM tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan syaraf
• Penyakit tiroid, endometriosis, tumor ovarium jinak, dan penyakit radang
panggul
• Tuberkolosis (kecuali yang sedang menggunakan refamfisin)
• Varises vena
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :
• Hamil/dicurigai hamil
• Menyusui eksklusif
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Hepatitis
• Perokok dengan usia lebih dari 35 tahun
• Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah >180/110 mmHg
• Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau DM > 20 tahun
• Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
• Migrain
• Riwayat epilepsi
Pil mini : hanya berisi derivat progestin (nortindron-norgestrel dosis kecil) terdiri
dari 21-22 tablet. Penggunaanya sama dengan tipe kombinasi.
Yang dapat menggunakan pil mini :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Perokok segala usia
• TD tinggi (selama < 180/110 mmHg
• Masalah pembekuan darah
• Tidak boleh menggunakan estrogen atau tidak senang menggunakan
estrogen
• Siklus haid tidak teratur
Yang tidak boleh menggunakan pil mini :
• Hamil/dicurigai hamil
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
• Menggunakan obat TBC (rifamfisin) tau obat untuk epilepsy
(fenitoin/barbiturate)
• Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
• Miom uterus
• Riwayat stroke
MAP (Morning After Pill) :berisi diethylstilbestrol 25 mg, diminum 2 x sehari
dalam waktu kurang dari 72 jam pasca senggama selama 5 hari berturut-turut.
2. Kontrasepsi suntikan
Kontrasepsi suntikan yang banyak digunakan adalah medroksi progesteron
asetat (MPA) 150 mg dan nortindron enantat 200 mg yang diberikan secara i.m
yang cukup dalam di daerah gluteus pada hari ke-5 haid. Suntikan MPA diberikan
setiap 12 minggu sedangkan suntikan nortindron enantat diberikan setiap 8
minggu.
Yang boleh menggunakan suntikan
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Telah melahirkan dan tidak menyusui
• Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan
• Anemia karena haid berlebihan
• Nyeri haid hebat
• Siklus haid teratur
• Riwayat kehamilan ektopik
Yang tidak boleh menggunakan suntikan
• Hamil/dicurigai hamil
• Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Hepatitis
• Perokok dengan usia lebih dari 35 tahun
• Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah >180/110 mmHg
• Riwayat kelainan tromboemboli atau DM > 20 tahun
• Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
• Keganasan payudara
3. Kontrasepsi Implantasi
Implant ini ada 2, yang pertama terdiri dari 6 tube silastik berisi 36 mg
levonorgestrel (norplant) ditanam secara s.c dilengan atas kiri dalam waktu untuk
5 tahun. Yang kedua jenis implant yang terdiri dari 1 tube silastik yang berisi 3-
keto-desogestrel 60 mg untuk waktu 3 tahun penggunaannya sama dengan
norplant.
Kedua jenis implant ini rata-rata mengeluarkan 30 mikrogram/hari zat
aktifnya. Setelah habis masa kerjanya, kedua jenis implant ini harus dikeluarkan
dari tubuh.
Yang dapat menggunakan implant :
• Usia reproduksi
• Sudah/belum memiliki anak
• Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
• Pasca persalinan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
• Riwayat kehamilan ektopik
• TD kurang dari 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah
• Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang menggunakan
estrogen
Yang tidak boleh menggunakan implant :
• Hamil/dicurigai hamil
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
• Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
• Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
• Miom uterus
• Gangguan toleransi glukosa
OBAT KONTRASEPSI PRIA
Pada beberapa dekade terakhir ini, banyak penelitian difokuskan kepada
perkembangan efektivitas dan keamanan kontrasepsi pria. Idealnya kontrasepsi
pria itu harus memiliki khasiat jangka lama, tetapi bersifat reversibel dalam hal
menyebabkan azoospermia (tidak adanya sperma didalam semen).Menurunkan
jumlah sperma relatif lebih sulit bila dibandingkan dengan menghambat terjadinya
ovulasi pada wanita.Hal ini karena jumlah sperma sekali ejakulasi dapat melebihi
20-40 juta sperma, sedangkan wanita umumnya hanya untuk menghambat satu sel
telur untuk setiap bulannya.
1. IMMUNOCONTRACEPTION (VAKSIN)
Selain metode hormonal kontrasepsi pria, berbagai penelitian kontrasepsi
pria telah difokuskan pada metode immunocontraception (Suri, 2005). Beberapa
antigen sperma sudah pernah diteliti, antara lain: C4-laktat dehidrogenase, PH-20,
protein sperma (SP)-10, antigen fertilisasi (FA)-1, FA-2, “cleavage signal” (CS)-
1, NZ-1 dan NZ-2, DE, dan 4LP-12. Lebih dari itu, molekul yang terlibat dalam
proses pengikatan sperma pada zona pellucida (ZP) mungkin dapat menjadi
kandidat vaksin yang menjanjikan, atau menjadi immuno-kontrasepsi yang baik.
Metode ini pada prinsipnya juga didasarkan pada metode hormonal dan telah
dikembangkan sampai tahapan uji klinik pada manusia.
2. OBAT KONTRASEPSI NON-HORMONAL
Disamping itu dilakukan pula penelitian dengan metode SMA (Styrene
maleic anhydride) yaitu metode non bedah yang menggunakan pendekatan
metode non hormonal untuk kontrasepsi pria.Cara kerjanya melalui perusakan
membran sperma, mengurangi fungsi sperma, dan menghambat fertilisasi.Dari
review berbagai penelitian juga dapat disimpulkan bahwa beberapa obat
kontrasepsi non-hormonal pernah digunakan, namun belum aman (Lopez et al,
2005). Suntikan styrene maleic anhydride (SMA) disuntikan ke dalam vas
deferen.
Masih diperlukan uji klinik yang lebih luas sebelum digunakan untuk
kepentingan program keluarga berenacana.Untuk itu perlu pemahaman lebih
lanjut agar perkembangan metode kontrasepsi pria dapat dipahami oleh semua
pihak.
Kontrasepsi untuk pria dengan menggunakan obat non hormonal
mempunyai keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan metode hormonal.
Metode nonhormonal mempunyai cara kerja yang lebih cepat dan ketergantungan
pada peran hormon androgen relatif lebih rendah
Dari review berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi non-
hormonal sudah bisa digunakan (Lopez et al, 2005). Namun demikian, kombinasi
hormon progestin dan testosteron lebih menjanjikan dibanding metode obat non-
hormonal.Pada umumnya, baik obat hormonal dan non-hormonal efektifitas dan
keamanan masih belum diketahui dengan pasti, sehingga masih memerlukan uji
klinik yang lebih besar.Pendekatan non hormonal mempunyai beberapa
keuntungan potensial dibandingkan pendekatan hormonal.
3. OBAT KONTRASEPSI HORMONAL
Hormon kontrasepsi pada pria umumnya berbasis pada dua jenis, yaitu:
1) Androgen tunggal
Injeksi testosteron enanthate pada umumnya dapat ditolerer oleh subyek
penelitian. Efek samping yang terjadi antara lain berupa: a) peningkatan berat
badan, b) kulit menjadi lebih berminyak, c) terjadi jerawat, dan d) kadar
hemotokrit darah meningkat. Meskipun subyek dapat menerima dosis tersebut,
suntikan setiap minggu adalah tidak praktis; dan tentunya memiliki risiko
tersendiri apabila mempertimbangkan adanya epidemi HIV/AIDS dan hepatitis.
Lebih dari itu, kadar testosteron sehari-hari melebihi kadar fisiologis
normal yang mengundang pertanyaan jikalau digunakan pada waktu jangka
panjang. Dalam beberapa tahun terakhir, preparat testosteron jangka panjang telah
dikembangkan dan sebagian dari preparat tersebut telah menunjukkan
keberhasilan dalam menekan proses spermatogenesis. Preparat tersebut antara lain
testosteron undecanoate dan decanoate yang diberikan dalam bentuk implan.
Testosteron implan (1200 mg) memiliki kemampuan menekan spermatogenesis
setara dengan injeksi mingguan testosteron enanthate. Demikian juga di China
telah dicoba dosis injeksi testosteron undecanoate setiap bulan dengan dosis 500
atau 1000 mg dan hasilnya sebaik dengan injeksi mingguan dengan testosteron
enanthate pada penelitian WHO. Androgen meningkatkan masa tubuh (body
mass), kepadatan mineral tulang, dan menurunkan lemak tubuh.Tergantung dasar
penilaian yang dipakai, bagi beberapa laki-laki dari negara sedang berkembang
hal tersebut dapat dilihat memberikan benefit yang positif.Kadar testosteron darah
yang melibihi nilai ambang batas fisiologis dapat meningkatkan kejadian jerawat
dan berat badan.
2). Campuran antara androgen dan bahan kimia yang dapat menekan
perlepasan hormon gonadotropin (a gonadotropin-supressing agent) / progestin.
Bahan lain yang dapat menekan gonadotropin, misalnya progestin, akan
dapat mengurangi kadar androgen yang diperlukan untuk kontrasepsi pria karena
memiliki pengaruh yang saling sinergistik. Testosteron enanthate telah dicoba
diberikan bersama injeksi depotmedroksi progesteron acetat (DMPA), desogestrel
oral, dan cyproterone acetate (progestin dengan antiandrogenik).Pada semua
penelitian ini terlihat bahwa progestin memperkuat efek androgen. Testosteron
undecanoate telah diteliti bersama-sama pill levonogestrel (250 µg/hari) dan
injeksi norethisterone enathate (200 mg/6 bulan secara i.m.). Kombinasi antara
testosteron undecanoate dengan norethisterone enanthate sangat efektif dalam
menekan spermatogenesis menjadi azoospermia, sedangkan kombinasi dengan
levonorgestrel oral menjadi semakin lemah.Demikian juga kombinasi antara
testosteron pelet (800 mg) bersama-sama dengan DMPA (300 mg injeksi) sangat
efektif sehingga terjadi azoospermia. Tidak seperti halnya injeksi, testosteron
tempel (patch) kombinasi dengan levenorgestrel secara oral atau implan memiliki
pengaruh yang lemah terhadap proses azoospermia, hanya berkisar 25-30 persen.
BAB III
PEMBAHASAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan studi kasus ini, pembaca harus dapat:
• Mendiskusikan kontraindikasi absolut dan relatif terhadap penggunaan
kontrasepsi hormonal.
• Mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari berbagai bentuk kontrasepsi
hormonal, termasuk baik dalam bentuk oral dan non-oral.
• Bandingkan pemasaran kombinasi kontrasepsi oral dan dapat memilih produk
yang terbaik bagi seorang pasien.
•Mengembangkan strategi dalam mengelola kemungkinan efek samping dari
Kontrasepsi oral dan mempersiapkan rencana pengobatan alternatif yang tepat.
• Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penggunaan dan efek samping
dari kontrasepsi hormonal yang dipilih
KETERANGAN PASIEN
Keluhan Utama
"Tunangan saya dan saya akan menikah segera, dan kami tidak siap untuk
memiliki anak. "
HPI
Madeline Macy adalah mahasiswa pascasarjana 24 tahun yang berkonsultasi
dengan Dokter Klinik Keluarga tentang konseling kontrasepsi. Dia dan
tunangannya, Fritz, berencana untuk menikah di sekitar 3 bulan. Madeline
menyatakan bahwa ia dan Fritz telah melakukan monogamy, hubungan seksual
selama 2 tahun terakhir, dan metode kontrasepsi yang mereka gunakan adalah
pemakaian kondom bagi laki-laki(Fritz). Dia berada disini hari ini untuk
dievaluasi untuk penggunaan kontrasepsi hormonal. Dia mulai menstruasi pada
usia 14, dengan siklus yang tidak teratur dari 25-36 hari. Menstruasi terakhirnya
adalah 2 minggu lalu.Dia telah mendengar tentang penggunaan kontrasepsi bahwa
"mencegah kehamilan," dan dia ingin tahu lebih banyak tentang hal itu, dan
mereka yang menggunakannya baik-baik.
PMH
Sakit kepala migrain tanpa aura atau gejala neurologis fokal; terkontrol dengan
baik selama 6 bulan terakhir pada terapi profilaksis
FH
Ibu, 52 tahun, memiliki HTN dan osteoporosis. Nenek meninggal akibat
komplikasi kanker payudara, yang didiagnosis pada usia 60. Ayah usia 53,
memiliki osteoarthritis, hypothyroidsm, dan hiperlipidemia. Kakek meninggal
usia 74 dari ML.
SH
Saat ini tinggal di sebuah rumah di kampus, yang ia sewa dengan tiga mahasiswa
pascasarjana lainnya. Setelah ia dan Fritz sudah menikah, mereka berencana untuk
menyewa apartement bersama-sama sampai dia selesai sekolah pascasarjana. dia
mengaku penggunaan sosial sesekali tembakau dan alkohol (beberapa minuman
dan beberapa rokok di pesta-pesta pada akhir pekan). Sebaliknya, dia menyangkal
merokok atau mengkonsumsi alkohol selama seminggu, dan dia menyangkal
menggunakan obat-obatan terlarang.
Meds
Propanolol LA 160 mg per oral setiap hari untuk migrain profilaksis.
Naproxen 220 mg, satu atau dua tablet per oral setiap 8 jam PRN setiap kram
menstruasi.
All
NKDA
ROS
Periode menstruasi yang tidak teratur selama beberapa waktu. Migrain tidak oleh
aura atau gejala neurologis, dan telah terkontrol dengan baik pada obat profilaksis.
(pasien tidak mengalami migrain selama lebih dari 6 bulan. Namun, sebelum
diberikan propanolol untuk profilaksis migren, dia melaporkan mengalami sakit
kepala yang berhubungan dengan menstruasi, selain itu sering migrain).
Pemeriksaan Fisik
Gen
WDWN perempuan di NAD
VS
Tekanan darah 116/74, P 66, RR 14, suhu tubuh 37 0C, berat 56 kg, tinggi 5 kaki
6 inchi.
Kulit
Jerawat kecil
HEENT
PERRLA;EOMI;TMs utuh, mukosa mulutyang jelas.
leher/kelenjar getah bening
lenturtanpalymphadenophatyatautiromegali
paru-paru
CTA, tidak berbunyi.
Jantung
NSR, tidak MRG.
Payudara
samadalam ukuran tanpanodularityatau massa, tidak nyeri pada saat ditekan.
Perut
lembut,NT, tidak adamassaatautidak ada pembesaran organ (organomegali).
Saluran Kelamin
Pemeriksaan vagina normal w /onyeri ataumassa.
Otot
Normal ROM, kekuatan otot normal.
Saraf
A & O x 3.
Laboratorium
Negatif pap smeardan UPT
Keadaan Pasien
Muda,umumnya sehat, wanita yang aktif secara seksual dengan riwayat
gangguan sakit kepala migrain yang telah terkontrol dengan baik dengan
pengobatan profilaksis meminta kontrasepsi hormonal untuk pengendalian
kelahiran.
PERTANYAAN
Identifikasi Masalah
1 a. Terapi pasien dalam penggunaan kontrasepsi hormonal
Jawab :
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesteron. Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari
progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi
ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk. Pada prinsipnya, mekanisme
kerja hormon progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari indung
telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga sulit ditembus sperma,
membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuhnya
hasil konsepsi, saluran telur jalannya jadi lambat sehingga mengganggu saat
bertemunya sperma dan sel telur.
Kontrasepsi Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan
meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini
tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak
dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya
mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon
progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara
meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum
terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo).
Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama
7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola
pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau
progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi
kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan
wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen menyebabkan
mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,
perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering
kram, liang senggama kering. Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido,
sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur,
mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap
10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem). Salah satu keuntungan
suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa
mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Kontrasepsi Implan
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus
silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk
satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau
Levonorgestrel. Implan tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi
sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma.
1.b. Apa kontraindikasi yang nyata pada penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
bagaimana kondisi pasiennya?
Jawab :
Pada penggunaan kontrasepsi Pil atau tablet, kontraindikasinya yaitu :
Hamil atau diduga hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya ,
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, Menggunakan obat tuberkulosis
(rifampisin) atau obat untuk epilepsi (fenitosin dan barbiturat) , Kanker payudara
atau riwayat kanker payudara, Sering lupa menggunakan pil , Riwayat stroke.
Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
Sedangkan kontraindikasi pada penggunaan kontrasepsi suntikan, yaitu :
Hamil atau diduga hamil, Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan,
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Penyakit hati akut (virus
hepatitis), Usia > 35 tahun yang merokok, Riwayat penyakit jantung, stroke, atau
dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg), Riwayat kelainan tromboemboli
atau dengan kencing manis > 20 tahun, Kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migraine, Keganasan pada payudara.
Dan kontraindikasi pada penggunaan kontrasepsi Implan, yaitu :
Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya,Benjolan/kanker
payudara atau riwayat kanker payudara, Tidak dapat menerima perubahan pola
haid yang terjadi, Miom uterus dan kanker payudara, Ganguan toleransi glukosa .
1.c. Apa kontraindikasi relatif terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal, dan
bagaimana ini berlaku untuk pasien ini?
Jawab :
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan munculnya
kontraindikasi relatif pada penggunanya.Kontraindikasi ini umumnya merupakan
kontraindikasi yang berlaku untuk tidak semua penggunanya, melainkan relatif
atau tergantung dari kondisi pengguna tersebut. Yang termasuk dalam
kontraindikasi relatif dari kontrasepsi hormonal adalah meliputi penyakit
hipertensi, diabetes melitus, pasien perokok, umur lebih dari 35 tahun, penyakit
kandung empedu, gangguan faal hati ringan, gangguan faal ginjal dimasa lalu,
gangguan jantung, pendarahan vagina berat, epilepsi dan mioma uteri, jerawat
sedang hingga parah, tumbuh bulu yang abnormal, kebotakan, migren, dan
kelainan seizure.
Berbeda halnya dengan kontraindikasi absolut yang memang harus
dihindari penggunaan kontrasepsi hormonal, maka yang dikontraindikasikan
relatif ini boleh menggunakan kontrasepsi hormonal tetapi dengan pengawasan
yang ketat dan intensif dari dokter
1.d. Apa informasi lain yang harus diperoleh sebelum membuat rencana
farmakoterapi?
Jawab :
Tinggi badan, berat badan, denyut nadi, tekanan darah, paritas, jumlah
keguguran yang pernah dialami, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat haid
dan terakhir melakukan hubungan seksual. Informasi yang paling penting untuk
diketahui adalah kapan subyek terakhir melakukan hubungan seksual, karena
kontrasepsi darurat tersebut akan efektif apabila pil pertama diminum kurang dari
72 jam setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi dan pil kedua harus
diminum 12 jam berikutnya. Riwayat obstetrik yang meliputi jumlah anak yang
dilahirkan dan riwayat keguguran.
Hasil yang diinginkan
2. Apa tujuan dari farmakoterapi dalam kasus ini?
Jawab :
Tujuan terapi ini adalah untuk menemukan produk yang menawarkan
perlindungan kontrasepsi yang terbaik di sepanjang siklus menstruasi dengan
sedikit mungkin efek samping yang tidak diinginkan.
Terdapat tiga produk yang yang disarankan, yang pertama dengan
menggunakan Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-
Provera) Metode ini dilakukan dengan penyuntikan hormon progresteron,
membantu mencegah ovulasi dan menebalkan mukosa serviks, sehingga
mencegah sperma masuk ke uterus, metode ini untuk mencegah kehamilan selama
tiga bulan berjalan. Yang kedua dengan Norelgestromin/ethinyl estradiol
(Kontrasepsi Ortho Evra) metode ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah ovulasi,
aplikasinya dengan ditempel di lengan, perut, atau punggung yang di tempelkan
setiap minggu selama tiga minggu pertama, pada minggu ke empat dilepaskan
untuk memungkinkan periode menstruasi terjadi. dan yang ketiga
Etonogestrel/ethinyl estradiol (NuvaRing) metode ini dengan menggunakan cincin
silikon fleksibel berukuran sekitar lima sentimeter. Cincin ini mengeluarkan
estrogen dan progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah
ovulasi, penggunaannya selama tiga minggu, dilepas selama seminggu kemudian
diganti yang baru.
Terapi Alternatif
3. Apa farmakoterapi alternatif tersedia untuk pencegahan kehamilan pada pasien
ini, dan apa keuntungan atau kekurangan masing-masing (Gambar 86-1)?
Jawab:
Pemakaian Kontrasepsi yang baik untuk pasien ini yaitu dengan
menggunakan Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-Provera)
karena pada penggunaan ini relative aman bagi pengguna rokok, dan pada
penyakit migren.
Untuk kontrasepsi penggunaan Ortho Evra dan NuvaRing tidak di
anjurkan karna alat kontrasepsi ini sama halnya pil KB yang mengandung
estrogen sehingga dapat serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah atau penyumbatan saluran darah, walaupun kemungkinan ini
sangat kecil. Kecuali jika pasien memiliki salah satu faktor pencetus risiko
penyumbatan darah (seperti kebiasaan merokok, riwayat keluarga yang
mengalami penyumbatan darah, atau migren). Dan pada kasus ini, pasien ini
merokok tiap minggu sekali dan juga pasien menderita migren sehingga tidak di
anjurkan menggunakan kontrasepsi ini.
• Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-Provera : Metode
ini dilakukan dengan penyuntikan hormon progresteron, membantu mencegah
ovulasi dan menebalkan mukosa serviks, sehingga mencegah sperma masuk
ke uterus. Metode ini juga cocok digunakan bagi pasangan yang tidak
berencana mempunyai anak terlalu cepat, karena di beberapa kasus, butuh
setahun untuk mengembalikan fertilitas karena metode ini.)
Keuntungan
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak serius terhadap penyakit jantung,
dan gangguan pembekuan darah
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh usia > 35 tahun sampai perimenopause
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
Kerugian
1. Sering ditemukan ganguan haid, seperti:
• Siklus haid yang memendek atau memanjang
• Perdarahan yang banyak atau sedikit
• Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
• Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan
pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan)
8. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas,
jerawat.
• Norelgestromin/ethinyl estradiol (Kontrasepsi Ortho Evra :mengeluarkan
hormon estrogen dan progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina
untuk mencegah ovulasi., namun aplikasinya dengan ditempel di lengan,
perut, atau punggung).
Keuntungan
Cara memasangnya mudah.Meski posisinya tidak tepat, tetap saja bisa
berfungsi efektif.Selain itu, Anda tidak perlu mengonsumsi pil.Kalau berubah
pikiran dan ingin menambah momongan, tinggal copot, Akan dapat subur
kembali.
Kerugian
Beberapa perempuan dan wanita muda telah melaporkan efek samping
seperti bercak atau pendarahan yang tidak teratur, nyeri payudara, sakit kepala,
mual, kram, dan / atau iritasi kulit atau perubahan pigmen kulit (warna) di mana
patch dikenakan.Tidak semua remaja bisa minum obat hormonal, terutama jika
mereka pada risiko serius untuk pembekuan darah. Karena patch memberikan
estrogen 60% lebih dari pil KB, seseorang lebih mungkin untuk mendapatkan
gumpalan darah.
Patch berisi obat yang sama dalam pil KB (hormon estrogen dan
progestin), sehingga mungkin tidak aman untuk Anda jika Anda memiliki sejarah
masalah medis tertentu seperti gumpalan darah, tekanan darah tinggi, atau sakit
kepala migrain yang serius. Rutin check-up dan pengukuran tekanan darah Anda
adalah penting.
• Etonogestrel/ethinyl estradiol (NuvaRing :adalah cincin silikon fleksibel
berukuran sekitar lima sentimeter. Cincin ini mengeluarkan estrogen dan
progesteron, yang akan diserap oleh dinding vagina untuk mencegah ovulasi)
Keuntungan
Pada prinsipnya sama dengan Ortho evra yaitu Cara memasangnya mudah.
Meski posisinya tidak tepat, tetap saja bisa berfungsi efektif.Kebanyakan wanita
tidak merasakan cincin ini setelah dipasang.Kemungkinan suami menyadari
keberadaan cincin ini ketika berhubungan seksual juga kecil.Selain itu, Anda tidak
perlu mengonsumsi pil.Kalau berubah pikiran dan ingin menambah momongan,
tinggal copot, Akan dapat subur kembali.
Kerugian
Harganya dua kali lebih mahal dibandingkan dengan pil KB, dan memiliki
risiko penyumbatan darah sama seperti menggunakan pil. Di samping itu, efek
sampingannya bisa membuat pusing atau mual.Dua metode ini tidak
direkomendasi untuk wanita berusia di atas 35 tahun yang merokok atau obesitas.
Rencana optimal
4. Apa metode kontrasepsi, dosis, dan jadwal yang terbaik untuk ini pasien?
Jawab :
Metode Kontrasepsi yang terbaik untuk pasien yaitu kombinasi
kontrasepsi oral.Kombinasi kontrasepsi oral dapat digunakan pada wanita muda
(Kurang dari 35 tahun) yang sehat dan bukan perokok dengan migraen jika
mereka tidak punya tanda neurologik fokal.
Kombinasi Kontrasepsi oral ini mengandung estrogen dan progestin, yang
mencegah ovulasi dan menebalkan lender pada mulut rahim sehingga sperma
tidakbisa mencapai rahim
Keunggulan dari kontrasepsi oral ini, pasien tidak perlu repot untuk
menggunakan kondom pada saat akan berhubungan intim. Beberapa merek
bahkan mampu mengurangi kram, mengurangi jerawat dan membuat depresi
PMS(Pra menstruation Syndrome) bulanan menjadi lebih ringan. Pil kombinasi
juga bisa mengurangi risiko kanker rahim, endometriosis, dan kanker kolon.
Pilihan pertama kontrasepsi oral yang masuk akal adalah pil monofasik
yang menggunakan 30 hingga 35 mcg etinil estradiol. Pada wanita yang tidak
memiliki kondisi medis tertentu kontrasepsi oral yang mengandung Ethynil
estradiol 35 mcg atau kurang dan norethindone kurang dari 0,5 mcg di anjurkan.
Contoh sediaan : Ovcon-35® mengandung Ethynil estradiol 35 mcg dan
norethindone 0,4 mcg.
Namun kontrasepsi oral ini dapat berinteraksi dengan obat lain yaitu
kontrasepsi oral dan beta blocker dalam hal ini propanolol yang digunakan pasien.
Kontrasepsi oral mungkin meningkatkan efek farmakologi beta blocker, sehingga
perlu diperiksa status kardiovaskularnya.
Jadwal penggunaan obat yaitu pada program 21 hari, minum tablet
pertama pada hari minggu pertama setelah dimulainya menstruasi (minum pada
pada hari minggu bila menstruasi dimulai pada hari minggu) selama 21 hari,
kemudian berhenti selama 7 hari, dan kemudian mulai lagi. Beberapa program
pengobatan mengandung 7 tablet placebo, sehingga 1 tablet diminum setiap hari
selama 28 hari
Hasil Evaluasi
5. Apa parameter klinis dan laboratorium diperlukan untuk mengevaluasi terapi
untuk efikasi dan efek samping?
Jawab :
Parameter Klinik dan Laboratorium
• Gen
WDWN perempuan dalam NAD
• Tanda vital
Tekanan darah = 116/74 mmHg
Denyut Nadi = 66 kali/menit
Pernapasan = 14 kali/menit
Suhu Badan = 370C
Berat Badan = 56 kg
Tinggi Badan = 5’6” (167 cm)
• Kulit
Jerawat ringan pada wajah
• HEENT (Head,Eyes,Ears,Nose,Throat) Kepala, mata, telinga, tenggorokan.
PERRLA (Pupil Equal Round and Reaktif to Light and Accomodation) (Pupil
seimbang, bulat dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi) “Pemeriksaan
pupil normal”
EOM “Pergerakan ekstraokular normal”
TMs utuh
Mukosa mulut yang jelas
• Leher/ Kelenjar getah bening
Lenturtanpalimfadenopatiatautiromegali
• Paru-paru
CTA, tidak berbunyi.
• CV
NSR; tidak MRG
• Payudara
Ukurannya samatanpanodularityatau massa, tidak nyeri saat ditekan
• Daerah perut
Lembut,NT, tidak adamassaatauorganomegali
• Saluran kelamin
Vagina normalpengujianw /onyeri ataumassa
• Otot
ROMnormal,kekuatanotot normal
• Syaraf
A & O x 3
• Laboratorium
Negatif pap smear dan UPT
PENJELASAN PASIEN
6. Informasi apa yang harus diberikan kepada pasien untuk meningkatkan
kepatuhan, memastikan terapi sukses, dan meminimalkan efek merugikan?
MASALAH KLINIS
Madeline kembali ke klinik dalam 2 bulan mengeluh memburuk jerawat dan
terjadi perdarahan.
PERTANYAAN LANJUTAN
1. Apa kondisi medis dapat menjadi penyebab terjadinya perdarahan ?
Jawab :
Dapat menginformasikan kepada pasien bahwa perdarahan ringan sering
di jumpai pada penggunaan kontrasepsi ini, tetapi hal ini bukanlah masalah serius,
dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.bila ingin berhenti dari pengobatan
ini dapat di tunggu hingga masa penggunaan kontrasepsinya hilang karena masa
kontrasepsi suntik ini berlangsung selama 3 bulan dan tidak bisa di hentikan
sewaktu-waktu. Hingga masa itu selesai pasien masih ingin mengganti
penggunaan kontrasepsi dengan metode ini, maka akan di beri metode
pananganan lain sesuai ketentuan dan kondisi pasien.
2. Jika perdarahan yang tidak disebabkan oleh pengobatan medis, bagaimana cara
mengatasinya?
Jawab
a. Jika penyebabnya karena pemakaian alat kontrasepsi yang tidak
tepat,maka pemakaiannya alat kontrasepsi itu dihentikan .
b. Jika ternyata penyebabnya mioma, sebaiknya miomanya segera diangkat.
c. jika penyebab perdarahan adalah faktor pembekuan darah, sebaiknya
dicari tahu, apakah faktor ini dari internal si wanita (pasien), ataukah karena
produksi sumsum tulang dan pembekuan darahnya kurang, atau hanya sekedar
ganggguan pembekuan darah pada saat menggunakan alat kontrasepsi.
d. Memperbaiki pola makan. Perbanyak mengkonsumsi makanan sehat,
minum susu, daging, buah dan sayur hijau.
3. Rekomendasi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien ini keluhan
memburuknya jerawat ?
Jawab :
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, terdapat kaitan antara hormon &
jerawat.Beberapa wanita mengalami jerawat yang muncul sebelum menstruasi
akibat adanya perubahan hormon dalam siklus menstruasinya.Tetapi ada juga
yang mengalami masalah jerawat sepanjang waktu & menetap bahkan hingga
setelah menopause.
Jerawat bisa saja muncul karena penggunaan obat kontrasepsi (pil KB)
yang berkaitan dengan unsur progesteronnya.Jerawat dipicu oleh produksi sebum
yang berlebihan.Sebum adalah minyak yang diproduksi oleh kelenjar di
kulit.Bersama dengan kulit mati, sebum dapat menyumbat pri-pori & memicu
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan jerawat.Androgen, suatu kelompok
hormon yang didalamnya termasuk testosterone dapat merangsang kulit untuk
memproduksi sebum.
Pada wanita, hormon androgen dihasilkan oleh indung telur & kelenjar
adrenal tetapi dalam jumlah yang kecil.Kadar hormon androgen yang tinggi dapat
menyebabkan produksi sebum yang berlebihan. Dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen & progesterone, dapat
mengurangi kadar hormon androgen yang berlebihan dalam tubuh. Sehingga
produksi sebum dapat diturunkan & jerawat juga menjadi berkurang.
Berikut adalah pil kontrasepsi yang telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat
untuk digunakan mengatasi jerawat :
1. Ortho Tri Cyclen : Pil kontraspsi ini terdiri dari estrogen yang
dikombinasikan dengan progestin yang disebut norgestimate. Progestin
adalah hormon sintetis (dibuat oleh manusia) dari progesterone. Pil
kontrasepsi ini tersedia dalam dosis progestin yang berbeda-beda.
2. Estrostep : Merupakan kombinasi antara estrogen dengan progestin yang
disebut norethindrone. Pil kontrasepsi ini tersedia dalam dosis estrogen yang
berbeda-beda.
3. Yaz : Merupakan pil kontrasepsi yang terdiri kombinasi antara estrogen
dengan progestin yang disebut drospirenone. FDA Amerika Serikat
menginformasikan bahwa pil kontrasepsi yang mengandung drospirenone
dapat meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan darah, bila
dibandingkan dengan pil progestin lainnya. Merk lain yang juga mengandung
drospirenone adalah Yasmin, Beyaz, Gianvi. dll.
Pil kontrasepsi tersebut mungkin harus dikonsumsi selama beberapa bulan,
sebelum kulit menjadi bersih dari jerawat.Kemudian pada awal pemakaian pil
kontrasepsi, jerawat bisa menjadi lebih banyak sebelum akhirnya menghilang.Pil
kontrasepsi yang digunakan untuk mengatasi jerawat juga hanya bekerja terhadap
faktor yang berkaitan, yaitu produksi sebum yang berlebih. Sehingga terkadang
juga dikombinasikan dengan obat jerawat lain yang dioleskan atau antibiotika
bersama dengan pil kontrasepsi tersebut, supaya didapat hasil yang maksimal
untuk membersihkan kulit.
Bila jerawat berat yang dialami juga disertai dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur, biasanya tumbuh rambut yang berlebih di wajah atau obesitas.
Berikut adalah terapi obat yang bisa diberikan:
1. Anti androgenik: mengontrol produksi hormon, meminimalkan kulit
berminyak sehingga mencegah timbulnya jerawat, contohnya spironolakton
dan flutamid
2. Anti inflamasi atau kortikosteroid oral: mencegah terrjadinya peradangan
pada jerawat, contohnya deksametason dan prednisone. Efek sampingnya:
menghambat pertumbuhan sel/tulang-tulang, menipiskan tulang dan
menurunkan berat badan.
3. Kontrasepsi oral: sebagai pengganti androgen, mengurangi produksi minyak
sehingga mencegah untuk memperparah jerawat.
Efek sampingnya adalah menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, rasa
mual.
TUGAS BELAJAR MANDIRI
1. Membandingkan biaya dari setiap metode pengendalian kelahiran dan
mempersiapkan melaporkan bahwa berisi kesimpulan Anda untuk metode
mana yang memberikan khasiat terbaik dengan biaya yang paling masuk akal.
2. Kunjungi apotek dan meninjau berbagai tes kehamilan di rumah; menentukan
bagaimana Anda ingin menasihati seorang pasien untuk menggunakan
masing-masing, dan mengevaluasi mereka untuk kemudahan penggunaan
(Gambar 86-2).
KLINIK PEARL
Perhatian pasien menggunakan kontrasepsi oral tentang potensi untuk interaksi
obat.Obat yang mengurangi penyerapan, mendorong metabolisme, atau mengubah
flora bakteri usus dapat mengurangi kontrasepsi oral khasiat.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan kehamilan.
Kontrasepsi terdiri atas tiga cara yaitu kontrasepsi oral, kontrasepsi suntikan,
kontrasepsi implantasi.
2. Tujuan terapi pada kasus ini adalah untuk menemukan produk yang
menawarkan perlindungan kontrasepsi yang terbaik disepanjang siklus
menstruasi dengan sedikit mungkin efek samping yang tidak diinginkan.
3. Terdapat tiga produk yang yang disarankan, yang pertama dengan
menggunakan Medroxyprogesterone acetate injectable suspension (Depo-
Provera), yang kedua dengan Norelgestromin/ethinyl estradiol (Kontrasepsi
Ortho Evra) dan yang ketiga Etonogestrel/ethinyl estradiol (NuvaRing)
metode ini dengan menggunakan cincin silikon fleksibel berukuran sekitar
lima sentimeter.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro,JT., et.al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th Edition.
New York. McGraw-Hill Company. 2005
Elisabeth.,Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Farmakologi FK-UI. 2005
Syaifudin, A.B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.