Upload
nguyentram
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
i
KOTAK PENDINGIN
BERBASIS THERMOELECTRIC
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh:
ANDREAS WAHYU JATMIKO
095214061
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
ii
ii
TUGAS AKHIR
KOTAK PENDINGIN
BERBASIS THERMOELECTRIC
Disusun oleh:
ANDREAS WAHYU JATMIKO
095214061
Telah disetujui oleh :
Yogyakarta, 2 April 2014
Pembimbing Utama
Ir. PK. Purwadi, M.T.
iii
iii
KOTAK PENDINGIN
BERBASIS THERMOELECTRIC
Dipersiapkan dan disusun oleh
ANDREAS WAHYU JATMIKO
095214061
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 19 Maret 2014
dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji:
Nama Tanda Tangan
Ketua : RB. Wihadi, S.T., S.Si ..............................................
Sekretaris : Doddy Purwadianto,S.T., M.T. ..............................................
Anggota : Ir. PK. Purwadi, M.T. ..............................................
Yogyakarta, 4 April 2014
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si, M.Sc.
iv
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Kotak
Pendingin Berbasis Thermoelectric ini tidak terdapat karya yang sama yang
pernah diajukan oleh suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 6 Maret 2014
Andreas Wahyu Jatmiko
v
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Andreas Wahyu Jatmiko
Nomor Mahasiswa : 095214061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Kotak Pendingin Berbasis Thermoelectric
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 6 Maret 2014
Yang menyatakan
Andreas Wahyu Jatmiko
vi
vi
ABSTRAK
Kotak pendingin merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia untuk
menyimpan makanan, minuman, sayur, buah, daging dan sebagainya. Dalam
bidang kedokteran, kotak pendingin digunakan sebagai pendingin darah dan obat-
obatan atau vaksin. Sistem pendingin yang umum digunakan sekarang ini
menggunakan zat refrigeran atau Freon/CFC (Chlor Fuoro Carbon) yang kurang
ramah lingkungan dan berbiaya mahal. Untuk memenuhi kebutuhan akan lemari
pendingin yang murah dan ramah lingkungan maka diperlukan adanya sebuah
pendingin alternatif. Salah satu pendingin alternatif yang telah banyak digunakan
saat ini adalah termoelektrik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk a) memperoleh nilai temperatur sisi
dingin termoelektrik terendah yang dapat dihasilkan dari waktu ke waktu, b)
memperoleh nilai temperatur sisi panas termoelektrik tertinggi yang dihasilkan
dari waktu ke waktu, c) memperoleh nilai temperatur udara di dalam kotak dari
waktu ke waktu, d) memperoleh nilai temperatur beban di dalam kotak pendingin
yang dihasilkan dari waktu ke waktu, e) memperoleh harga COP masing-masing
kotak pendingin.
Kotak pendingin yang dirancang memiliki kapasitas 6 liter. Sumber daya dari
adaptor dengan output tegangan bervariasi 12V – 36V DC6A. Material ruang
pendingin dari bahan plastik, dengan alat pembuang kalor berupa heatsink fan.
Variasi yang dilakukan pada jumlah termoelektrik yang digunakan. Pengambilan
data dilakukan dengan memasang voltmeter, amperemeter dan termokopel pada
posisi yang telah ditentukan kemudian tiap-tiap alat ukur akan menampilkan data.
Data kemudian dicatat dan siap diolah. Data-data yang telah dicatat kemudian
diolah menggunakan program Ms Excel yang dapat menghasilkan bentuk grafik.
Dengan bentuk grafik, pembahasan dan pengambilan kesimpulan dapat dilakukan
dengan mudah.
Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh setelah melakukan pembahasan
dan analisis dari data-data hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan
penelitian. Dari hasil penelitian didapatkan : a) Nilai temperatur sisi dingin
terendah yaitu 16,1°C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah
termoelektrik 1 (satu) buah. b) Nilai temperatur sisi panas tertinggi yaitu 63,4 °C
dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah termoelektrik 3 (tiga) buah. c)
Nilai temperatur udara terendah di dalam kotak pendingin yaitu 22,4°C dihasilkan
pada kotak pendingin dengan jumlah termoelektrik 2 (dua) buah. d) Nilai
temperatur beban terendah di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu yaitu
22,7°C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah termoelektrik 2 (dua)
buah. Harga COP untuk kotak pendingin dengan 1 termoelektrik adalah 0,0093,
harga COP untuk kotak pendingin dengan 2 termoelektrik adalah 0,0078 dan
Harga COP untuk kotak pendingin dengan 3 termoelektrik adalah 0,0026.
Kata kunci: pendingin, termoelektrik
vii
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir
dengan judul “KOTAK PENDINGIN BERBASIS THERMOELECTRIC” ini
dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana S-1 di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, kepada :
1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
sekaligus selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
3. Dosen dan staff Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma.
4. Laboran di Lab. Perpindahan Kalor Teknik Mesin, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
5. Romo T. Agus Sriyono SJ, M.Hum., M.A. selaku Direktur ATMI Surakarta.
6. Albertus Murdianto, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Katolik St. Mikael
Surakarta.
7. Petrus Chrisologus Wisnu Haryanto, S.Pd., M.M. selaku Wakil Kepala
Sekolah IV Bidang Kurikulum Praktik SMK Katolik St. Mikael Surakarta.
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta alm. Vincentius Muryanto dan Theresia Astuti
yang tiada jemu selalu memberikan doa dan dukungan juga adik-adik dan
keponakan-keponakan yang selalu mengubah penat menjadi kegembiraan.
9. Istriku tercinta yang selalu setia dan sabar menemaniku.
viii
viii
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya angkatan 2009
dari SMK Mikael Surakarta.
11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu di sini.
Semoga Tuhan berkenan memberikan berkatNya yang melimpah kepada
semua pihak yang telah memberikan perhatian, dukungan dan doa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan kerendahan
hati penulis memohon saran dan kritik untuk perbaikan Tugas Akhir ini, sehingga
karya ini dapat sungguh-sungguh bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi dunia
pendidikan teknik mesin di Indonesia.
Yogyakarta, 6 Maret 2014
Penulis
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR NOTASI ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 5
1.2.1. Tujuan ..................................................................................................... 5
1.2.2. Manfaat ................................................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 6
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .......................... 8
2.1 Dasar Teori ............................................................................................... 8
2.1.1 Sejarah Penemuan Termoelektrik ......................................................... 8
2.1.2 Material Termoelektrik ......................................................................... 10
2.1.3 Prinsip Kerja Termoelektrik ................................................................. 11
2.1.4 Perpindahan Kalor Pada Kotak Pendingin ........................................... . 14
2.1.4.1 Perpindahan Kalor Konduksi ............................................................... 14
2.1.4.1.1.Konduktivitas Termal .......................................................................... 15
2.1.4.2 Perpindahan Kalor Konveksi ............................................................... 17
2.1.4.2.1.Perpindahan Kalor Konveksi Bebas .................................................... 18
2.1.4.2.2 Bilangan Rayleight .............................................................................. 19
2.1.4.2.3 Bilangan Nusselt (Nu) ......................................................................... 19
x
x
2.1.4.2.4 Perpindahan Kalor Konveksi Paksa .................................................... 20
2.1.5 Sirip (fin) .................................................................................................. 21
2.1.5.1 Efektivitas Sirip ................................................................................... 23
2.1.6 Kipas ...................................................................................................... 25
2.1.7 Catu Daya (Power Supply) ..................................................................... 26
2.1.7.1 Tipe Catu Daya ................................................................................... 26
2.1.8 Daya, Kuat Arus dan Tegangan ............................................................. 31
2.1.8.1 Tegangan ............................................................................................ 33
2.1.9 Koefisien Performa (COP) Sistem .......................................................... 33
2.2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 34
BAB III PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT ........................... 36
3.1 Perancangan Alat dan Pemilihan Komponen ............................................ 36
3.1.1 Kotak Ruang Pendingin ....................................................................... . 37
3.1.2 Termoelektrik ...................................................................................... .. 38
3.1.3 Heatsink fan dan coldsink fan ............................................................... 38
3.1.4 Power Supply ....................................................................................... . 40
3.1.5 Diagram Alat ....................................................................................... .. 41
3.2 Perakitan Alat .......................................................................................... .. 41
3.3 Spesifikasi Teknis .................................................................................... .. 45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 46
4.1 Alat Yang Diuji ........................................................................................ . 46
4.2 Skematik Kotak Pendingin ....................................................................... . 46
4.3 Variasi Penelitian ....................................................................................... 47
4.4 Cara Pengambilan Data ............................................................................ . 48
4.4.1 Peralatan-peralatan ................................................................................ . 49
4.4.2 Langkah-langkah Pengambilan Data .................................................... .. 50
4.5 Cara Pengolahan Data .............................................................................. . 51
4.6 Cara Menyimpulkan Penelitian ................................................................ . 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. . 52
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ .. 52
5.1.1 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 1 termoelektrik ... ........... 52
xi
xi
5.1.2 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 2 termoelektrik... ............ 54
5.1.3 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 3 termoelektrik... ............ 57
5.2 Pembahasan ................................................................................................. 60
5.2.1 Perbandingan perjalanan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin
termoelektrik, suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam
kotak pendingin dari waktu ke waktu ...................................................... 60
5.2.2 Harga COP sistem pendingin .................................................................. 64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 66
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 66
6.2 Saran ................ ......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ...................................................................................................
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh pendingin CPU Komputer Berbasis Termoelektrik ......... 2
Gambar 1.2 Pendingin Vaksin Berbasis Termoelektrik ................................... 2
Gambar 1.3 Jam Tangan Seiko Thermic .......................................................... 3
Gambar 2.1 Modul Termoelektrik .................................................................... 12
Gambar 2.2 Skema Aliran Peltier ..................................................................... 12
Gambar 2.3 Arah aliran elektron pada modul termoelektrik ............................ 13
Gambar 2.4 Perpindahan Kalor Konduksi........................................................ 15
Gambar 2.5 Laju Perpindahan Kalor ................................................................ 17
Gambar 2.6 Aliran Fluida pada Bidang Datar .................................................. 21
Gambar 2.7 Fin pada prosesor komputer ......................................................... 22
Gambar 2.8 Sirip pada mesin sepeda motor ..................................................... 23
Gambar 2.9 Contoh Sirip .................................................................................. 23
Gambar 2.10 Heatsink dari bahan tembaga ...................................................... 24
Gambar 2.11 Sirip berbahan dasar aluminium ................................................. 25
Gambar 2.12 Viscous fan ................................................................................. 25
Gambar 2.13 Electric fan .................................................................................. 26
Gambar 2.14 Baterei ......................................................................................... 27
Gambar 2.15 Pengisi Baterei/Battery charger ................................................. 28
Gambar 2.16 Catu daya teregulasi/regulated power supply ............................. 28
Gambar 2.17 Power supply computer .............................................................. 29
Gambar 2.18 UPS Digital ................................................................................. 30
Gambar 3.1 Kotak Pendingin ........................................................................... 37
Gambar 3.2 Termoelektrik ............................................................................... 38
Gambar 3.3 Heatsink dan coldsink ................................................................... 39
Gambar 3.4 Fan ................................................................................................ 39
Gambar 3.5 Coldsinkfan dan heatsinkfan ........................................................ 40
Gambar 3.6 Adaptor ......................................................................................... 40
Gambar 3.7 Diagram Alat ................................................................................ 41
xiii
xiii
Gambar 3.8 Bagian tutup kotak pendingin yang telah dibuat lubang .............. 42
Gambar 3.9 Heatsinkfan yang telah dipasang pada bagian luar dari tutup
kotak pendingin ............................................................................. 43
Gambar 3.10 Termal paste dioleskan pada termoelektrik dan heatsink ........... 43
Gambar 3.11 Coldsinkfan dipasang pada bagian dalam dari tutup kotak
pendingin.................................................................................... 44
Gambar 3.12 Kotak pendingin yang telah selesai dibuat tampak dari luar ...... 44
Gambar 3.13 Kotak pendingin yang telah selesai dibuat tampak dari dalam .. 45
Gambar 4.1 Skema kotak pendingin 1 peltier .................................................. 46
Gambar 4.2 Skema kotak pendingin 2 peltier .................................................. 47
Gambar 4.3 Skema kotak pendingin 3 peltier .................................................. 47
Gambar 4.4 Instalasi pengambilan data............................................................ 48
Gambar 4.5 Adaptor dengan variasi besar tegangan ....................................... 49
Gambar 4.6 Multitester ..................................................................................... 49
Gambar 4.7 Termokopel ................................................................................... 50
Gambar 5.1 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ......... 53
Gambar 5.2 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu .................... 53
Gambar 5.3 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu ..................... 54
Gambar 5.4 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ........ 54
Gambar 5.5 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ......... 55
Gambar 5.6 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu .................... 56
Gambar 5.7 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu ..................... 56
Gambar 5.8 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ........ 57
Gambar 5.9 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ......... 58
Gambar 5.10 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu .................. 58
Gambar 5.11 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu ................... 59
Gambar 5.12 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu ...... 59
Gambar 5.13 Perbandingan suhu udara di dalam kotak pendingin dari wak- ..
tu ke waktu ................................................................................. 60
Gambar 5.14 Perbandingan suhu sisi dingin termoelektrik dari waku ke waktu 61
Gambar 5.15 Perbandingan suhu sisi dingin termoelektrik dari waku ke waktu 62
xiv
xiv
Gambar 5.16 Perbandingan suhu beban di dalam kotak pendingin termoe-
lektrik dari waku ke waktu ......................................................... 62
xv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Katalog TEC .................................................................................... 11
Tabel 2.2 Nilai Konduktivitas Termal, Kalor Jenis, Massa Jenis bahan ........ 16
Tabel 2.3 Konstanta C untuk persamaan (2.9) ................................................. 20
Tabel 2.4 Konstanta n untuk persamaan (2.10) ................................................ 20
Tabel 3.1 Daftar Komponen Kotak Pendingin ................................................ 36
Tabel 5.1 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 1 termoelektrik ........ 52
Tabel 5.2 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 2 termoelektrik ........ 55
Tabel 5.3 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 3 termoelektrik ........ 57
xvi
xvi
DAFTAR NOTASI
Tc = temperatur sisi dingin termoelektrik °C
Th = temperatur sisi panas termoelektrik °C
Tbeban = temperatur beban di dalam kotak pendingin °C
Tudara = temperatur udara di dalam kotak pendingin °C
Truang = temperatur udara di dalam kotak pendingin °C
TE = termoelektrik
I = kuat arus ampere
V = tegangan volt
A = kuat arus ampere
AC = alternating current
DC = direct current
ΔT = perubahan temperatur, °C
T = temperatur, °C
t = waktu detik
V = volume, m3
ml = satuan volume (milliliter)
W = satuan daya watt
Qh = kalor yang dilepaskan oleh sisi panas termoelektrik watt
Qc = kalor yang diserap sisi dingin termoelektrik watt
P = daya watt
q = laju aliran kalor watt
xvii
xvii
k = konduktivitas thermal W/m.C
A = luas permukaan tegak lurus laju aliran kalor m2
Δx = tebal benda m
T1 = temperatur permukaan 1 °C
T2 = temperatur permukaan 2 °C
RT = tahanan termal C/W
k = Konduktifitas termal, W/m°C
Cp = Kalor jenis air yang mengalir pada tekanan tetap J/kg.oC
ρ = Densitas atau massa jenis kg/m3
h = koefisien perpindahan kalor konveksi W/m²˚C
Ts = suhu permukaan benda ˚C
Tf = suhu fluida ˚C
g = percepatan gravitasi m/s2,
L = dimensi karateristik m
𝑣 = viskositas kinematik m2/s
β = koefisien ekspansi volume (𝐾−1) = 1
ν(δν/δ1), µ = 1/T (khusus gas ideal),
, T adalah suhu mutlak
Tf = suhu fluida °C
Tw = suhu dinding °C
Ra = bilangan rayleight
Nu = bilangan Nusselt
Pr/Gr = bilangan Prandtl / Grashof
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lemari es merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia membutuhkan alat pendingin seperti lemari es atau kulkas untuk
menyimpan makanan, minuman, sayur, buah, daging dan sebagainya. Dalam bidang
yang lain, seperti dunia kedokteran misalnya, alat pendingin digunakan sebagai
pendingin darah dan obat-obatan atau vaksin.
Sistem pendingin yang umum digunakan sekarang ini menggunakan zat
refrigeran atau Freon/CFC (Chlor Fuoro Carbon) yang kurang ramah lingkungan
dan berbiaya mahal. Untuk memenuhi kebutuhan akan lemari pendingin yang murah
dan ramah lingkungan maka diperlukan adanya sebuah pendingin alternatif. Salah
satu pendingin alternatif yang telah banyak digunakan saat ini adalah dengan
mempergunakan termoelektrik.
Aplikasi termoelektrik telah digunakan di berbagai bidang, tidak hanya sebagai
pendingin tetapi juga sebagai pembangkit daya, sensor energi termal maupun
digunakan pada bidang militer, ruang angkasa, instrumen, biologi, medikal, dan
industri serta produk komersial lainnya. Beberapa contoh pemanfaatan termolektrik
di beberapa negara di dunia dipergunakan di bidang komputer, di bidang kesehatan
dan di peralatan jam.
Dalam dunia komputer, modul termoelektrik digunakan untuk mendinginkan
CPU komputer.
2
Gambar 1.1 Contoh Pendingin CPU Komputer Berbasis Termoelektrik
Dalam bidang kedokteran dan kesehatan, modul termoelektrik diaplikasikan
pada sebuah kotak penyimpan darah portabel yang mudah dibawa kemana-mana,
bahkan dapat digunakan untuk membawa darah hingga ke daerah terpencil.
Gambar 1.2 Pendingin Vaksin Berbasis Termoelektrik
Perusahaan Seiko Co Ltd. memasang jam termoelektrik sejak tahun 1998 dengan
nama Seiko Thermic. Jam tangan ini memanfaatkan perbedaan suhu tubuh dan suhu
sekitarnya. Bahan yang digunakan adalah bismuth-tellurium yang mampu
menghasilkan listrik sebesar 0,2 mV/°C. Jika 1000 buah material tersebut dipasang
3
seri, akan menghasilkan tegangan sebesar 0,2 V dalam setiap perbedaan 1°C. Untuk
itu Seiko membuat sebuah unit pembangkit listrik yang terdiri atas 10 unit modul
termoelektrik yang masing-masing berisi 100 kawat mikro. Dari setiap unit inilah
akan dihasilkan energi listrik sebesar 0,15 V untuk mengisi baterei lithium pada jam
tersebut.
Gambar 1.3 Jam Tangan Seiko Thermic
Teknologi termoelektrik telah lama dikembangkan namun belum banyak orang
yang mengetahui. Oleh karena itu penelitian terkait modul termoelektrik ini masih
sangat terbuka lebar untuk mendukung kebutuhan manusia, khususnya tentang
sistem pendingin yang praktis dan ramah lingkungan. Beberapa penelitian dan
pembuatan ruang pendingin telah dilakukan oleh Gardara AD (2012) dan Susanto
TA (2012). Gardara AD melakukan penelitian ruang pendingin dengan
mempergunakan modul termoelektrik tanpa beban, sedangkan Susanto TA membuat
alat pendingin dengan modul termoelektrik.
Teknologi termoelektrik memiliki banyak kelebihan, di antaranya :
1) Ukuran dapat dibuat dalam skala kecil maupun besar.
4
2) Sangat sedikit ruang yang diperlukan oleh sistem pendinginan.
3) Pendingin termoelektrik tidak memiliki bagian yang bergerak, oleh karena itu
tidak menimbulkan suara berisik, dan juga kebutuhan pemeliharaan tidak terlalu
penting.
4) Pendingin termoelektrik lebih ramah lingkungan, karena tidak menggunakan
freon.
5) Dapat dibawa kemana-mana dengan mudah (portable).
6) Tidak memerlukan banyak komponen tambahan.
Adapun kerugian dari sistem pendingin dengan menggunakan modul
termoelektrik yaitu :
1) Parameter material termoelektrik dilihat dari besar figure of merit suatu material.
Idealnya, material termoelektrik memiliki konduktivitas listrik tinggi dan
konduktivitas panas yang rendah. Namun kenyataannya sangat sulit mendapatkan
material seperti ini, karena umumnya jika konduktivitas listrik suatu material
tinggi, konduktivitas panasnya pun akan tinggi. Material yang banyak digunakan
saat ini adalah Bi2Te3, PbTe, dan SiGe. Saat ini Bi2Te3 memiliki figure of merit
tertinggi. Namun, karena terurai dan teroksidasi pada suhu di atas 500 °C,
pemakaiannya masih terbatas. Rendahnya figure of merit ini menyebabkan
rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan, di mana saat ini efisiensinya masih
berkisar di bawah 10 persen.
2) Adanya kondensasi pada suhu tertentu.
Dari beberapa kelemahan di atas mengakibatkan pendingin termoelektrik hanya
efektif pada aplikasi untuk objek pendinginan dan daya yang kecil.
5
Dalam tugas akhir ini dilakukan perancangan sistem pendingin ruangan dengan
menggunakan modul termoelektrik yang selanjutnya disebut dengan kotak
pendingin. Fitur yang dimiliki oleh kotak pendingin ini adalah : sistem tidak
menggunakan zat refrigeran sehingga lebih ramah lingkungan. Alat dibuat
menyerupai kulkas berukuran mini yang dikhususkan untuk mendinginkan makanan
atau minuman dalam kapasitas kecil. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
kotak pendingin berkapasitas 6 liter, modul termoelektrik seri TEC-12706, sirip
panas dan sirip dingin, kipas sisi panas dan sisi dingin serta menggunakan sumber
arus listrik DC dari adaptor.
Dalam penelitian ini dilakukan variasi jumlah termoelektrik, yaitu 1, 2 dan 3.
Parameter yang diukur adalah temperatur sisi dingin termoelektrik (TC), temperatur
sisi panas termoelektrik (Th), temperatur udara dalam kotak (Tudara), temperatur
beban di dalam kotak pendingin (Tbeban), arus masukan dari sumber DC (I), tegangan
masukan dari sumber DC (V).
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1) Memperoleh nilai temperatur sisi dingin termoelektrik dihasilkan dari waktu ke
waktu.
2) Memperoleh nilai temperatur sisi panas termoelektrik dihasilkan dari waktu ke
waktu.
3) Memperoleh nilai temperatur udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu.
6
4) Memperoleh nilai temperatur beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu.
5) Memperoleh harga COP masing-masing kotak pendingin.
1.2.2. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1) Memberikan sumbangan pengetahuan tentang termoelektrik.
2) Menambah daftar kepustakaan tentang termoelektrik yang lebih mendalam dan
bervariasi.
3) Melatih dan mengembangkan kreatifitas dalam berpikir bagi penulis serta
mengemukakan gagasan secara sistematis dan ilmiah.
4) Memberikan kontribusi bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian terkait
pemanfaatan termoelektrik.
1.3. Batasan masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dan perhitungan-perhitungan
yang dilakukan, maka pada pembuatan peralatan penelitian diambil batasan-batasan :
1) Penelitian I menggunakan 1 (satu) buah termoelektrik, sumber tegangan arus DC
(adaptor) dengan tegangan 12V dan arus maksimal 6A, 1 (satu) buah kipas sisi
panas dan 1 (satu) buah kipas sisi dingin, heatsink pada sisi panas dan coldsink
pada sisi dingin termoelektrik.
2) Penelitian II menggunakan 2 (dua) buah termoelektrik, sumber tegangan arus
DC (adaptor) dengan tegangan 24V dan arus maksimal 6A, 1 (satu) buah kipas
sisi panas dan 1 (satu) buah kipas sisi dingin, heatsink pada sisi panas dan
coldsink pada sisi dingin termoelektrik.
7
3) Penelitian III menggunakan 3 (tiga) buah termoelektrik, sumber tegangan arus
DC (adaptor) dengan tegangan 36V dan arus maksimal 6A, 1 (satu) buah kipas
sisi panas dan 1(satu) buah kipas sisi dingin, heatsink pada sisi panas dan
coldsink pada sisi dingin termoelektrik.
4) Modul termoelektrik berjumlah lebih dari satu disusun secara seri.
5) Pendinginan terjadi dengan beban 1 (satu) buah minuman dalam kaleng
berukuran 375 ml.
8
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Bab II terbagi ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu Dasar Teori dan Tinjauan Pustaka.
Pada bagian dasar teori menjelaskan tentang teori-teori dasar terkait teknologi
termoelektrik, sedangkan pada bagian tinjauan pustaka memaparkan tentang hasil-
hasil penelitian tentang termoelektrik yang sudah ada.
2.1. Dasar Teori
Bagian ini menjelaskan tentang sejarah penemuan termoelektrik, material
termoelektrik, prinsip kerja termoelektrik serta teori-teori dasar terkait teknologi
termoelektrik
2.1.1. Sejarah Penemuan Termoelektrik
Termoelektrik pertama kali ditemukan oleh Thomas Johann Seebeck, seorang
ilmuwan Jerman, pada tahun 1821. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam
sebuah rangkaian, dimana di antara kedua logam tersebut diletakkan sebuah jarum
kompas. Jarum kompas tersebut kemudian bergerak ketika salah satu sisi logam
dipanaskan dan sisi logam yang lainnya didinginkan. Bergeraknya jarum kompas
tersebut disebabkan karena perbedaan temperatur yang terjadi, sehingga timbul aliran
listrik pada logam dan menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang
menyebabkan jarum kompas bergerak. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan
sebutan efek Seebeck, yang kemudian digunakan sebagai prinsip pengukuran
temperatur dengan termokopel.
Jean Charles Peltier , seorang ilmuwan Perancis, kemudian terinspirasi untuk
melihat kebalikan dari fenomena penemuan Seebeck ini pada tahun 1834. Arus listrik
9
dialirkan pada dua buah logam yang disambungkan dalam sebuah rangkaian dan
mengakibatkan beda temperatur di kedua sambungan. Penemuan yang terjadi pada
tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier inilah
yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik. Setelah itu
perkembangan termoelektrik tidak diketahui dengan jelas sampai kemudian
dilanjutkan oleh WW Coblenz pada tahun1913 yang menggunakan tembaga dan
constantan (campuran nikel dan tembaga). Dengan efisiensi sebesar 0,008 persen,
sistem yang dibuat oleh Coblenz tersebut berhasil membangkitkan listrik sebesar 0,6
mW.
AF Loffe melanjutkan lagi dengan bahan-bahan semi konduktor dari golongan
II-V, IV-VI, V-VI yang saat itu mulai berkembang. Hasilnya cukup mengejutkan,
dimana efisiensinya meningkat menjadi 4 persen. Loffe membuat satu lompatan
besar dimana ia berhasil menyempurnakan teori yang berhubungan dengan material
termoelektrik. Teori Loffe dibukukan pada tahun1956 yang kemudian menjadi
rujukan para peneliti hingga saat ini.
Penelitian termoelektrik muncul kembali tahun 1990-an setelah sempat
menghilang selama hampir 5 dasawarsa karena efisiensi konversi yang tidak
bertambah. Setidaknya ada 3 alasan yang mendukung kemunculan ini. Pertama, ada
harapan besar ditemukannya material termoelektrik dengan efisiensi yang tinggi,
yaitu sejak ditemukannya material superconduktor High-Tc (ceramic) pada awal
tahun 1986 yang selama ini tidak diduga. Kedua, sejak awal 1980-an, teknologi
material berkembang pesat dengan kemampuan menyusun material tersebut dalam
level nano. Ketiga, pada awal tahun 1990-an, tuntutan dunia tentang teknologi yang
10
ramah lingkungan sangat besar. Ini memberikan imbas kepada teknologi
termoelektrik sebagai sumber energi .
2.1.2. Material termoelektrik
Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik yang sedang
dikembangkan saat ini, seperti pemanfaatan perbedaan panas di dasar laut dan di
darat, atau pemanfaatan panas bumi. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi
ini adalah mencari material termoelektrik yang memiliki efisiensi konversi energi
yang tinggi.
Parameter pemilihan material termoelektrik dilihat dari besar figure of merit
suatu material. Idealnya, material termoelektrik memiliki konduktivitas listrik tinggi
dan konduktivitas panas yang rendah. Namun kenyataannya sangat sulit
mendapatkan material seperti ini, karena pada umumnya jika konduktivitas listrik
suatu material tinggi maka konduktivitas panasnya juga akan tinggi.
Material yang banyak digunakan saat ini adalah Bismuth Telluride (Bi2Te3),
Lead Telluride (PbTe) dan Silicon-Germanium) SiGe. Saat ini Bi2Te3 memiliki
figure of merit tertinggi. Namun karena terurai dan teroksidasi pada suhu di atas
500°C, pemakaiannya masih terbatas. Rendahnya figure of merit ini menyebabkan
rendahnya efisiensi konversi energi yang dihasilkan, dimana saat ini efisiensinya
masih berkisar di bawah 10 persen. Namun penelitian ini masih terus berkembang,
apalagi setelah Yamaha Co. Ltd berhasil menaikkan figure of merit sebesar 40
persen dari yang sudah ada selama ini. Spesifikasi dari modul termoelektrik dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
11
Tabel 2.1 Katalog TEC
TYPE COUPLES
Imax
(A)
Umax
(V)
Qomax (w)
ΔT=0
ΔTmax(°C)
Qc=0
DIMENSIONS
(mm) R
Weight =27 g L W H
TEC1-12703
127
3
15,4
25,7 69 40 40 4,9 3,42
TEC1-12704 4 35,6 69 40 40 4,5 3,02
TEC1-12705 5 44,5 69 40 40 4,2 2,40
TEC1-12706 6 55,3 69 40 40 3,8 1,98
TEC1-12707 7 62,2 69 40 40 3,6 1,70
TEC1-12708 8 71,1 69 40 40 3,4 1,50
TEC1-12709 9 80,1 69 40 40 3,4 1,35
TEC1-12710 10 88,9 69 40 40 3,2 1,08
2.1.3. Prinsip Kerja Termoelektrik
Prinsip kerja pendingin termoelektrik berdasarkan efek peltier, yaitu ketika arus
DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel semikonduktor
tipe p (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi yang lebih rendah) dan tipe n
(semikonduktor dengan tingkat energi yang lebih tinggi), akan mengakibatkan salah
satu sisi elemen peltier menjadi dingin (kalor diserap) dan sisi lainnya menjadi panas
(kalor dilepaskan). Hal yang menyebabkan sisi dingin elemen peltier menjadi dingin
ádalah mengalirnya elekton dari tingkat energi yang lebih rendah pada
semikonduktor tipe p ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu semikonduktor tipe n.
Supaya elektron tipe p yang mempunyai tingkat energi yang lebih rendah dapat
mengalir maka elektron menyerap kalor yang mengakibatkan sisi tersebut menjadi
dingin. Sedangkan pelepasan kalor ke lingkungan terjadi pada sambungan sisi panas,
dimana elektron mengalir dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang
lebih rendah.
12
Gambar 2. 1 Modul Termoelektrik
Gambar 2.2 Skema aliran peltier
(gambar diambil dari edge.rit.edu)
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2, penyerapan kalor dari
lingkungan terjadi pada sisi dingin kemudian dibuang pada sisi panas dari modul
13
peltier. Dengan demikian nilai kalor yang dilepaskan pada sisi panas sama dengan
nilai kalor yang diserap ditambah dengan daya yang diberikan ke modul.
Qh = Qc + Pin (2.1)
Pada persamaan (2.1) :
Qh = kalor yang dilepaskan pada sisi panas (watt)
Qc = kalor yang diserap pada sisi dingin (watt)
Pin = daya input (watt)
Pada Gambar 2.3, elektron mengalir dari semikonduktor pada tipe p yang
kekurangan energi, menyerap kalor pada bagian yang didinginkan kemudian
mengalir ke semikonduktor tipe n. Semikonduktor tipe n yang kelebihan energi
kemudian membuang energi tersebut ke lingkungan kemudian ke semikonduktor
tipe p dan seterusnya.
Gambar 2.3 Arah aliran elektron pada modul termoelektrik
(sumber : www.bkbelektrocnics.com)
14
2.1.4. Perpindahan kalor pada kotak pendingin
Perpindahan kalor adalah peristiwa terjadinya aliran kalor pada suatu zat akibat
dari adanya perbedaan suhu. Proses perpindahan kalor terjadi dalam 3 cara, yaitu
secara konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan kalor yang terjadi pada kotak
pendingin adalah dengan cara konduksi dan konveksi. Perpindahan kalor secara
konduksi terjadi pada dinding ruang pendingin, sedangkan perpindahan kalor secara
konveksi terjadi pada permukaan sirip (heatsink) dengan udara bebas.
2.1.4.1. Perpindahan kalor konduksi
Proses perpindahan kalor secara konduksi atau hantaran pada suatu benda adalah
proses perpindahan kalor tanpa diikuti oleh perpindahan molekul dari benda tersebut.
Proses perpindahan kalor konduksi dapat juga dikatakan sebagai transfer energi dari
sebuah benda yang memiliki energi yang lebih besar menuju ke benda lain yang
memiliki energi yang lebih kecil.
Persamaan yang digunakan untuk mengukur besarnya kalor yang dipindahkan
dikenal dengan Hukum Fourier, yaitu :
𝒒 = −𝒌.𝑨𝐓𝟐−𝐓𝟏
∆𝐱= = 𝒌.𝑨
𝐓𝟏−𝐓𝟐
∆𝐱 =
𝚫𝐓
𝐑𝐭 (2.2)
Untuk mencari nilai tahanan termal dari suatu material padat digunakan
persamaan (2.3).
RT=Δx
kA (2.3)
Pada persamaan (2.2) dan (2.3) :
q = laju aliran kalor (watt)
k = konduktivitas thermal (W/m.C)
15
A = luas permukaan tegak lurus laju aliran kalor (m2)
Δx = tebal benda (m)
T1 = temperatur permukaan 1 (C)
T2 = temperatur permukaan 2 (C)
RT = tahanan termal (C/W)
Gambar 2.4. Perpindahan Kalor Konduksi
2.1.4.1.1. Konduktivitas termal
Dengan persamaan (2.2) kita dapat melaksanakan pengukuran dalam percobaan
untuk menentukan konduktivitas termal berbagai bahan. Untuk gas-gas pada suhu
yang agak rendah, pengolahan analisis teori kinetik gas dapat dipergunakan untuk
meramalkan secara teliti nilai – nilai yang diamati dalam percobaan.
16
Nilai konduktivitas beberapa bahan disajikan dalam Tabel 2.2. Laju kalor dan
nilai konduktivitas termal itu menunjukkan berapa cepat kalor dapat mengalir dalam
bahan tertentu.
Tabel 2.2 Nilai Konduktivitas Termal, Kalor Jenis, Massa Jenis beberapa bahan (J.P.
Holman, 1995, hal. 8)
Bahan
Konduktivitas
Termal
k
Kalor
Jenis
Cp
Massa
Jenis
ρ
W/m˚C J/kg˚C kg/m3
Logam
Perak (murni)
Tembaga (murni)
Al (murni)
Nikel (murni)
Besi (murni)
Baja Karbon 1 % C
410
385
202
93
73
43
234
383,1
896
445,9
452
473
10470
8900
2700
8890
7840
7830
Bukan
Logam
Kuarsa
Magnesit
Batu Pasir
Kaca
Kayu maple
41,6
4,15
1,83
0,78
0,17
820
1130
710
880
240
1730
1500
2300
721
Zat cair
Air Raksa
Air
8,21
0,556
1430
4225
1000
Gas
H
He
Udara
Uap air jenuh
0,175
0,141
0,024
0,0206
14314
5200
1005
2060
70,7
146,2
1141
17
2.1.4.2. Perpindahan kalor konveksi
Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor/panas yang terjadi akibat
adanya pergerakan molekul pada suatu zat. Gerakan inilah yang menyebabkan
adanya transfer kalor. Perpindahan kalor konveksi ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu
konveksi bebas atau konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi bebas atau
konveksi alamiah terjadi apabila pergerakan fluida disebabkan oleh gaya apung
(buoyancy forcé) akibat perbedaan densitas fluida tersebut. Sedangkan pada konveksi
paksa pergerakan fluida terjadi akibat pengaruh dari adanya gaya luar seperti pompa
atau kipas.
Pada perpindahan kalor konveksi berlaku hukum pendinginan Newton, yaitu :
q = h.A.(Ts – Tf ) (2.4)
Pada persamaan (2.4) :
q = laju perpindahan kalor (watt)
h = koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m²˚C)
A = luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida (m²)
Ts = suhu permukaan benda (˚C)
Tf = suhu fluida (˚C)
Gambar 2.5 Laju Perpindahan Kalor Konveksi
18
2.1.4.2.1. Perpindahan kalor konveksi bebas
Konveksi bebas atau konveksi alamiah adalah konveksi yang terjadi karena
fluida yang mengalami proses pemanasan berubah densitasnya (kerapatan) dan
bergerak naik. Gerakan fluida dalam konveksi bebas terjadi karena gaya apung
(buoyancy force) yang dialaminya, apabila kerapatan fluida di dekat permukaan
perpindahan kalor berkurang sebagai akibat proses pemanasan. Gaya apung itu tidak
akan terjadi apabila fluida tersebut tidak mengalami suatu gaya dari luar seperti gaya
gravitasi, walau gravitasi bukanlah satu-satunya medan gaya luar yang dapat
menghasilkan arus konveksi bebas. Gaya apung yang menyebabkan arus konveksi
bebas di sebut gaya badan (body force).
Pada sistem konveksi bebas kita akan sering bertemu dengan bilangan Grashof,
Gr, yang didefinisikan dengan persamaan (2.5).
𝐺𝑟 =g β Tw−T∞ L3
ν² (2.5)
Pada persamaan (2.5)
g = percepatan gravitasi (m/s²),
L = dimensi karateristik (m)
𝑣 = viskositas kinematik (m2/s)
β = koefisien ekspansi volume (𝐾−1) = 1
ν(δν/δ1), µ = 1/T (khusus gas ideal),
, T adalah suhu mutlak, Tw +Tf
2
Tf = suhu fluida (C)
Tw = suhu dinding (C)
19
2.1.4.2.2. Bilangan Rayleight
Untuk plat rata vertikal pada temperatur dinding seragam, bilangan Rayleight
dinyatakan dengan persamaan (2.6) :
Ra = Gr. Pr =𝑔 .𝛽 𝑇𝑤−𝑇∞ 𝐿3
𝜈2 .𝑃𝑟 (2.6)
Pada persamaan (2.6)
Pr = bilangan Prandtl
Gr = bilangan Grashof
2.1.4.2.3. Bilangan Nusselt (Nu)
Untuk konveksi bebas pada plat vertikal dengan temperatur dinding seragam
menurut Churchill dan Chu dengan daerah laminar pada 10ˉ¹ < Ra < 10⁹ dan sesuai
untuk semua angka Prandtl, Bilangan Nusselt dinyatakan dengan persamaan (2.7):
Nu = 0,68 0,67.𝑅𝑎 ¼
[1+ 0,492
Pr
916 ]
49
(2.7)
Sedangkan untuk daerah turbulen yang berlaku pada jangkauan 10ˉ¹ <RaL <
10¹², persamaannya dinyatakan dengan persamaan (2.8):
Nu 1
2 = 0,825+ 0,67.𝑅𝑎
16
[1+ 0,492
Pr
916 ]
827
(2.8)
Mc. Adams mengkorelasikan nilai Nusselt rata-rata untuk kondisi temperatur
dinding seragam dengan persamaan (2.9):
Nu = ℎ𝐿
𝑘= C(Gr. Pr) ¼ (2.9)
Konstanta C pada persamaan (2.9) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
20
Tabel 2.3 Konstanta C untuk persamaan (2.9) ( Koestoer, 2002, hal 87)
Jenis Aliran Gr.Pr C
Laminar
Turbulen
104 - 10
8
109-10¹³
0,59
0,10
Bilangan Nusselt rata-rata untuk konveksi bebas pada plat horisontal dan kondisi
temperatur dinding konstan dikorelasikan oleh Mc. Adam dengan persamaan (2.10):
Nu = (Pr)ⁿ (2.10)
Konstanta n pada persamaan (2.10) disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Konstanta n untuk persamaan 2.10 ( Koestoer, 2002, hal 91)
Orientasi Plat Gr.Pr n Aliran
Permukaan plat atas panas,
bawah dingin
105 - 2.10
7
2.107
3.1010
¼
⅓
Laminar
Turbulen
Orientasi Plat Gr.Pr n Aliran
Permukaan plat bawah panas,
atas dingin
3.105 –
3.1010
¼
Laminar
2.1.4.2.4. Perpindahan Kalor Konveksi Paksa
Proses perpindahan kalor konveksi paksa ditandai dengan adanya fluida yang
bergerak dikarenakan adanya peralatan bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa
kipas angin, fan, blower, pompa, dll. Perbedaan kerapatan mengakibatkan fluida
yang berat akan mengalir ke bawah dan fluida yang ringan mengalir ke atas.
Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi paksa, nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi h harus diketahui. Bilangan Nusselt yang digunakan
21
untuk menghitung h harus dipilih sesuai dengan kasusnya, karena setiap kasus
mempunyai bilangan Nusselt tersendiri. Pada Konveksi paksa bilangan Nusselt
merupakan fungsi dari bilangan Reynold, Nu = f. (Re.Pr). Dari nilai Re, dapat di
ketahui jenis aliran fluidanya ; laminar, transisi atau turbulen.
Gambar 2.6 Aliran fluida pada bidang datar (Cengel, 2002, hal 358)
2.1.5. Sirip (fin)
Sistem pendingin termoelektrik yang baik tidak terlepas dari sirip yang bagus.
Sirip ini terdiri dari 2 macam, untuk sisi panas disebut heatsink sedangkan untuk sisi
dingin disebut dengan coldsink. Fungsi sirip adalah memperluas permukaan benda
agar laju perpindahan kalor semakin besar sehingga proses pendinginan dapat
berlangsung dengan lebih cepat. Contoh penggunaan sirip adalah pada CPU
computer dan sepeda motor. Sirip yang dipasang pada prosesor computer akan
mendukung kinerja prosesor tersebut sehingga terhindar dari resiko overheat yang
dapat mengakibatkan kerusakan. Sedangkan sirip pada bagian luar dari mesin sepeda
motor dapat menghindarkan panas berlebih pada silinder piston yang dapat
mengakibatkan piston mengunci.
22
Gambar 2.7 Fin pada prosesor komputer
Gambar 2.8 Sirip pada mesin sepeda motor
Desain dan pemilihan sirip sangatlah penting dan mempengaruhi kinerja dari
sistem itu sendiri. Sirip yang baik akan meningkatkan coeficient of performance dari
keseluruhan sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih luasan sirip yang
23
maksimal. Alternatif lainnya adalah dengan memilih sirip yang mempunyai kapasitas
penyimpanan kalor yang besar.
Gambar 2.9 Contoh sirip
2.1.5.1. Efektivitas sirip
Efektivitas sirip (ε) merupakan perbandingan antara kalor sesungguhnya yang
dilepas sirip dengan kalor yang dilepas jika tidak bersirip. Semakin besar nilai
efektivitas sirip, pemasangan sirip semakin menguntungkan. Jika dimensi dan bahan
sirip sudah ditentukan, nilai efektivitas sirip hanya ditentukan oleh nilai h (koefisien
perpindahan kalor). Semakin kecil nilai h, efektivitas sirip semakin besar. Semakin
kecil nilai h, beda suhu antara suhu sirip dengan suhu fluida di sekitar sirip semakin
besar.
Pada umumnya sirip ini terbuat dari bahan aluminium dan tembaga. Tembaga
memiliki konduktivitas panas yang baik. Mampu menyerap panas dengan cepat
tetapi tidak dapat melepaskan panas dengan cepat sehingga berisiko terjadi
penumpukan panas pada satu tempat. Kekurangan tembaga dibandingkan dengan
24
aluminium adalah memiliki berat yang lebih besar, proses produksi yang rumit dan
mahal.
Gambar 2.10 Heatsink dari bahan tembaga
Untuk media pendinginan, sirip yang banyak dipakai adalah yang terbuat dari
aluminium. Bahan aluminium memiliki harga h rendah sehingga mampu melepas
atau mengurai panas dengan baik. Selain itu, aluminium memiliki berat lebih ringan
daripada tembaga dan lebih murah.
Gambar 2.11 Sirip berbahan dasar aluminium
25
2.1.6. Kipas
Kipas, pada berbagai sistem perpindahan kalor berfungsi untuk membantu
pelepasan panas. Ada 2 jenis kipas, yaitu Viscous fan dan Electric fan. Viscous fan
banyak digunakan di mesin berukuran besar seperti motor bakar. Viscous fan adalah
jenis kipas manual berpenggerak puli kruk as dengan perantara belt. Disebut viscous
karena pada bagian tengah kipas dipasang sensor bi-metal. Semakin tinggi suhu di
ruang mesin, semakin kencang viscous fan berputar. Kipas jenis electric fan
digerakkan dengan tenaga listrik.
Gambar 2.12 Viscous fan
Gambar 2.13 Electric fan
26
2.1.7. Catu daya (power supply)
Catu daya atau Power Supply adalah sebuah peralatan penyedia tegangan atau
sumber daya untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan listrik
yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan
sehingga berimplikasi pada pengubahan daya listrik. Rangkaian pokokdari catu daya
tidak lain adalah suatu penyearah yakni suatu rangkaian yang mengubah sinyal
bolak-balik (AC/alternating current) menjadi sinyal searah (DC/direct current).
2.1.7.1. Tipe catu daya
Beberapa tipe dari power supply adalah sebagai berikut :
a) Catu daya baterai/Battery power supply
b) Catu daya tak teregulasi/Unregulated power supply
c) Catu daya tergulasi secara linear/Linear regulated power supply
d) Variabel catu daya/Switch mode power supply
e) UPS/Uninterruptible Power Supply
Keterangan.
a. Catu daya baterai/battery power supply
Baterai adalah jenis catu daya yang tidak tergantung pada ketersediaan induk
listrik, cocok untuk peralatan portabel dan digunakan dalam lokasi tanpa daya
listrik.
27
Gambar 2.14 Baterei
Baterai terdiri dari beberapa sel elektrokimia terhubung secara seri untuk
memberikan tegangan yang diinginkan. Sel primer yang digunakan adalah karbon-
seng sel kering. Tegangan baterai yang paling sering digunakan adalah 1.5 (1 sel)
dan 9V (6 sel). Untuk saat ini jenis yang paling sering digunakan
adalah NiMH, lithium ion dan varian lainnya.
b. Catu daya tak teregulasi/unregulated power supply
Sebuah catu daya AC yang tidak teregulasi biasanya
menggunakan transformator mengubah tegangan dari stop kontak PLN dengan
tegangan 220VAC menjadi tegangan yang lebih rendah, dengan variasi tegangan
yang berbeda (misal : 220VAC menjadi 6V, 9V, 12V, dll). Contoh dari catu daya
jenis ini adalah battery charger seperti ditunjukkan gambar 2.15.
28
Gambar 2.15 Pengisi Baterai/Battery charger
c. Catu daya tergulasi secara linear/linear regulated power supply
Catu daya jenis ini menghasilkan tegangan AC/DC teregulasi. Tegangan yang
dihasilkan oleh power supply yang tak teregulasi akan bervariasi/fluktuatif
tergantung pada variasi tegangan input AC (PLN). Tipe catu daya jenis tergulasi
secara linear disajikan dengan Gambar 2.16.
Gambar 2.16 Catu daya teregulasi/regulated power supply
Catu daya ini terdiri dari beberapa komponen yang meliputi komponen
penyearah (dioda), filter (kapasitor) dan regulator (IC atau transistor).
29
d. Variabel catu daya/Switch mode power supply
Switch Mode Power Supply (SMPS) bekerja dengan prinsip yang berbeda. AC
input (PLN), output tegangan DC dari catu daya diperbaiki tanpa menggunakan
sebuah transformator listrik. Tegangan DC output ini kemudian dihidupkan dan
dimatikan pada kecepatan tinggi dengan switching sirkuit elektronik.
SMPS memiliki fasilitas keamanan yang seperti pembatas arus untuk membantu
melindungi perangkat dan pengguna dari bahaya, karena arus yang tidak normal atau
tinggi akan terdeteksi dan power supply model ini akan secara otomatis mematikan
dirinya sendiri. Contoh variable catu daya ditunjukkan dengan Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Power supply computer
SMPS memiliki batas absolut terhadap arus keluaran. Catu daya ini mampu
memberikan output di atas tingkat kekuatan tertentu dan tidak dapat berfungsi di
bawah titik tersebut.
30
e. Uninterruptible Power Supply/UPS
UPS adalah sebuah catu daya yang menghasilkan tegangan tidak terputus
meskipun sumber listrik dari PLN padam. Catu daya ini mengambil daya dari dua
atau lebih sumber secara simultan. Biasanya power berasal langsung dari listrik AC,
sementara itu secara bersamaan terjadi pengisian baterai di dalam UPS tersebut. Jika
terjadi mati listrik/kegagalan listrik, baterai langsung mengambil alih sumber
tegangan AC PLN tersebut, sehingga beban tidak pernah mengalami gangguan dan
dapat memasok listrik selama daya baterai cukup, misalnya, pada instalasi komputer,
UPS ini penting bagi seorang operator komputer untuk memberikan waktu yang
cukup untuk mematikan sistem komputer tanpa takut kehilangan data. Contoh dari
UPS disajikan dengan gambar 2.18.
Gambar 2.18 UPS digital
31
2.1.8. Daya, Kuat arus dan Tegangan
Daya atau Tenaga adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dinyatakan
dalam satuan Nm/s, watt, atau HP. Daya dapat juga didefinisikan sebagai usaha atau
energi yang dilakukan per satuan waktu.
Untuk mengetahui besarnya daya yang dihasilkan dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan (2.11).
P = I V (2.11)
Pada persamaan (2.11):
P = Daya (watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Kuat Arus (Ampere)
Besarnya daya yang dihasilkan dapat juga dinyatakan dengan persamaan (2.12)
P = 𝑊
𝑡 (2.12)
Pada persamaan (2.12):
P = Daya (watt)
W = Energi (Joule)
t = waktu (detik)
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan
elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan
waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere.
Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah
dalam satuan mikroAmpere seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat
kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan
sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan
32
sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan
resistansi sesuai dengan hukum Ohm.
Arus yang mengalir masuk suatu percabangan sama dengan arus yang mengalir
keluar dari percabangan tersebut, dinyatakan dengan persamaan (2.13).
i1 + i4 = i2 + i3 (2.13)
Untuk arus yang konstan, besar arus I dalam Ampere dapat diperoleh dengan
persamaan (2.14):
𝐼 = 𝑄
𝑡 (2.14)
Pada persamaan (2.14)
I = arus listrik (Ampere)
Q = muatan listrik (Coulomb)
t = waktu (detik)
Sedangkan secara umum, arus listrik yang mengalir pada suatu waktu tertentu
dinyatakan dengan persamaan (2.15).
𝐼 = 𝑑𝑄
𝑑𝑡 (2.15)
Pada persamaan (2.15)
I = arus listrik (Ampere)
dQ = muatan listrik (Coulomb)
dt = perubahan waktu (detik)
33
2.1.8.1. Tegangan
Tegangan listrik (kadang disebut sebagai voltase) adalah perbedaan potensial
listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.
Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang
mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada
perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra
rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Secara definisi tegangan listrik
menyebabkan obyek bermuatan listrik negatif tertarik dari tempat bertegangan
rendah menuju tempat bertegangan lebih tinggi. Sehingga arah arus
listrik konvensional di dalam suatu konduktor mengalir dari tegangan tinggi menuju
tegangan rendah.
Dari persamaan (2.11), besarnya tegangan yang dihasilkan dapat dinyatakan
dengan persamaan (2.15).
V =P
I (2.15)
Pada persamaan (2.15)
V = Tegangan (Volt)
P = Daya (watt)
I = Kuat Arus (Ampere)
2.1.9. Koefisien Performa (COP) Sistem
Harga COP dapat dicari dengan persamaan :
𝐶𝑂𝑃 = 𝑄𝑖𝑛
𝑃𝑖𝑛 (2.16)
34
Pada persamaan (2.16)
Qin = kalor yang diserap oleh sistem Watt
Pin = daya yang dibutuhkan oleh sistem pendingin Watt
Jumlah kalor yang diserap oleh sistem dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan 2.17.
𝑄𝑖𝑛 = m. Cp.ΔT 𝑛𝑖=1 (2.17)
Pada persamaan (2.17) :
m = massa beban yang didinginkan (kg)
Cp = Kalor jenis (J/kg°C)
ΔT = perbedaan suhu awal dan suhu akhir pada saat pengujian (°C)
2.2. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terkait termoelektrik telah banyak dilakukan, beberapa di
antaranya dilakukan oleh Gardara AD (2012), dan Susanto TA (2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Gardara AD, bertujuan untuk 1) Merancang dan
membuat ruang pendingin dengan menggunakan modul termoelektrik (TE) yang
tersedia di pasaran, 2) Menguji kinerja sistem pendingin. Penelitian ini dilaksanakan
dalam 3 tahap, yaitu tahap perancangan alat, tahap pembuatan alat dan tahap
pengujian alat. Beberapa ruang pendingin dirancang dengan kapasitas 1.904 cm3 ,
3.904 cm3 dan 7.904 cm
3. Perlakuan yang diterapkan dalam pengujian adalah jumlah
TE yang digunakan yaitu 1, 2, 3 dan 4 keping. Variabel yang diamati dalam
percobaan adalah tegangan listrik, arus listrik, suhu ruangan pendingin, suhu heatsink
dan suhu lingkungan. Data hasil pengamatan digunakan untuk analisis kapasitas dan
efisiensi alat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin banyak TE yang
digunakan, semakin cepat laju penurunan suhu ruang pendingin dan laju penurunan
35
suhu ruang pendingin juga dipengaruhi oleh kecepatan pembuangan panas dari sisi
panas TE. Suhu ruang pendingin terendah yang dapat dicapai adalah 8,4 °C dimana
2 buah TE digunakan dalam sistem pendingin dengan volume ruang pendingin 1.904
cm3.
Penelitian yang dilakukan oleh Susanto TA bertujuan untuk 1) Mendapatkan
rancangan sistem pendingin termoelektrik secara konveksi paksa, 2) Mengetahui
karakteristik dan dan proses pendinginan dalam rancangan tersebut, 3) Mengetahui
efisiensi dari sistem pendingin tersebut. Penelitian meliputi perancangan, pembuatan
dan uji performansi alat. Bagian-bagian utama alat pendingin terdiri atas sistem
pendingin, penyalur dingin, ruang pendingin, pembuang panas dan catu daya.
Variabel yang diukur meliputi suhu pada ruang pendingin, suhu heatsink, arus
termoelektrik dan tegangan termoelektrik. Suhu diukur tiap 5 menit selama 2,5 jam.
Variabel yang dihitung meliputi penentuan jenis aliran, koefisien perpindahan panas
konveksi, laju perpindahan panas konveksi dan efisiensi termal. Hasil perhitungan
perpindahan panas untuk 1 termoelektrik adalah 20634,92 W, untuk 2 termoelektrik
adalah 23388,29 W , untuk 3 termoelektrik adalah 20572,66 W dan untuk 4
termoelektrik adalah 25470,11 W. Semakin banyak jumlah termoelektrik yang
digunakan semakin besar kapasitas pendinginan, tetapi nilai efisiensi semakin
rendah. Suhu yang mampu dicapai untuk 1, 2, 3 dan 4 termoelektrik berturut-turut
adalah 21,3 °C; 14,4 °C; 13,8 °C dan 12,5°C.
36
BAB III
PERANCANGAN DAN PERAKITAN ALAT
3.1 Perancangan alat dan pemilihan komponen
Perancangan kotak pendingin ini dilakukan dengan mempertimbangkan sifat
material, kemudahan dalam mencari komponen-komponen yang dibutuhkan serta
kelayakan dalam proses produksi. Proses pembuatan alat sendiri sangat bervariasi,
tergantung dari komponen-komponennya, ada yang dapat langsung dibeli dan
digunakan namun ada juga yang harus diproses lebih lanjut.
Daftar komponen dan bagian pada kotak pendingin berbasis termoelektrik ini
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daftar komponen kotak pendingin
No Nama komponen Material Spesifikasi alat Jumlah
1 Kotak ruang pendingin Plastik dimensi = 25×15×16 cm 1
2 Termoelektrik Bismuth
telluride
(Bi2Te3)
dimensi = 4 × 4 cm 3
3 Heatsink Aluminium dimensi = 7 × 6,5 cm 1
4 Coldsink Aluminium dimensi = 5 × 3,5 cm 2
5 Fan sisi panas Plastik dimensi = 9,5 × 9,5 cm
daya = 12 V 0.15 A
kecepatan fan 800–2800 rpm
1
37
No Nama komponen Material Spesifikasi alat Jumlah
6 Fan sisi dingin Plastik dimensi = 6 × 6 cm
daya = 12 V 0.15 A
kecepatan fan 800–2800 rpm
1
7 Adaptor/power supply Memiliki variasi tegangan
output 12V – 36V, dan
mampu menghasilkan kuat
arus sebesar 6A.
1
3.1.1 Kotak Ruang pendingin
Kotak ruang pendingin yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan
atau minuman yang akan didinginkan terbuat dari bahan plastik, dengan bentuk
kotak atau persegi panjang. Untuk aplikasi kotak pendingin ini dipilih sebuah kotak
pendingin yang sudah ada di pasaran dengan kapasitas 6 liter, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kotak pendingin
38
3.1.2 Termoelektrik
Penggunaan termoelektrik disusun secara seri yang ditempatkan pada bagian
tutup dari kotak pendingin. Termoelektrik yang digunakan pada kotak pendingin ini
ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Termoelektrik
Spesifikasi dari termoelektrik dengan nomor seri TEC1-12706 adalah sebagai
berikut.
TEC1-12706
dimensi (W×D×H) = 40×40×3.9 mm , berat 27g
I max 6.4A, Umax 15.4V
R = 1.98 ohm, 127 couples
Th max = 138°C, ΔT max = 68°C
Qmax = panas konduksi maks (ΔT = 0) 63.0W Sumber : http://peltiermodules.com
3.1.3 Heatsink fan dan coldsink fan
Heatsink fan dan coldsink fan terdiri dari sebuah sirip dan kipas listrik. Heatsink
fan berfungsi untuk mempercepat laju aliran kalor yang dihasilkan oleh sisi panas
termoelektrik untuk dibuang ke lingkungan. Sedangkan coldsink fan berfungsi untuk
39
menyemburkan hawa dingin ke seluruh ruangan. Heatsink dan fan yang digunakan
ditunjukkan dengan Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
Gambar 3.3 Heatsink (berukuran besar) dan coldsink (berukuran kecil)
Gambar 3.4 Fan
Gambar 3.4 menunjukkan gambar fan yang digunakan pada alat kotak
pendingin. Fan untuk sisi panas termoelektrik berukuran lebih besar agar laju
pembuangan kalor ke lingkungan semakin cepat.
40
Berikut ini secara berturut-turut akan ditunjukkan rangkaian coldsink fan untuk
sisi dingin dan heatsink fan untuk sisi panas dengan Gambar 3.5 dan Gambar 3.6.
Gambar 3.5 Coldsink fan (kiri) dan heatsinkfan (kanan)
3.1.4 Power Supply
Sebagai sumber daya dari kotak pendingin digunakan adapator seperti
ditunjukkan oleh Gambar 3.6. Adaptor ini memiliki output tegangan bervariasi yaitu
12V, 24V dan 36V dengan kuat arus 6A sesuai dengan spesifikasi termoelektrik.
Gambar 3.6 Adaptor
3.1.5 Diagram Alat
Diagram alat kotak pendingin dapat dilihat pada Gambar 3.7.
41
Gambar 3.7 Diagram Alat
3.2 Perakitan alat
Setelah perancangan alat selesai, maka langkah berikutnya adalah
merealisasikan rancangan tersebut. Alat yang akan dibuat adalah 1 (satu) buah ruang
pendingin dan 1 (satu) buah rangkaian sistem pendingin dengan variasi jumlah
termoelektrik, yaitu 1, 2 dan 3 buah termoelektrik.
Langkah-langkah perakitan kotak pendingin adalah sebagai berikut.
1. Langkah pertama adalah membuat lubang berbentuk kotak untuk tempat
termoelektrik pada bagian tutup kotak pendingin. Alat yang digunakan dalam
pembuatan lubang ini adalah pisau dan solder.
Pada bagian atas dari tutup kotak pendingin dibuat gambar sebuah
bujursangkar yang berukuran sama dengan ukuran modul termoelektrik, yaitu 4 ×
4 cm.
42
Setelah bujursangkar selesai digambar, pada bagian tersebut kemudian
dipotong menggunakan cutter atau pisau pemotong kertas. Pada keempat sisi
bujursangkar juga dibuat lubang menggunakan solder yang nanti akan berfungsi
sebagai tempat baut pengikat. Setelah itu, sebuah lubang dibuat lagi sebagai
tempat keluarnya kabel dari rangkaian bagian dalam kotak pendingin. Bagian
tutup dari kotak pendingin yang telah dibuat lubang dapat dilihat pada Gambar
3.8.
Gambar 3.8 Bagian tutup kotak pendingin yang telah dibuat lubang
2. Pemasangan heatsink fan sisi panas
Setelah lubang tempat termoelektrik dan baut-baut pengikat dibuat, maka
langkah berikutnya yaitu memasang heatsink sisi panas pada bagian luar tutup
kotak pendingin. Rangkaian heatsink fan dipasang pada bagian luar dari tutup
kotak pendingin dengan menggunakan baut seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9.
43
Gambar 3.9 Heatsinkfan yang telah dipasang pada bagian luar dari tutup kotak
pendingin
3. Langkah selanjutnya adalah mengoleskan thermal paste pada kedua sisi
termoelektrik, dan juga pada permukaan heatsink yang akan ditempeli
termoelektrik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10. Thermal paste ini berfungsi
untuk melekatkan termoelektrik ke heatsink dan menghindari adanya rongga
antara termoelektrik dengan heatsink atau coldsink.
Gambar 3.10 Termal paste dioleskan pada termoelektrik dan heatsink
44
4. Langkah berikutnya adalah memasang coldsink fan pada bagian dalam dari tutup
kotak pendingin seperti tampak pada Gambar 3.11. Coldsink fan dipasang pada
tutup kotak pendingin dengan menggunakan baut dan sebuah plat penahan.
Untuk mengencangkan baut ini cukup dengan menggunakan sebuah obeng
(screw driver).
Gambar 3.11 Coldsink fan dipasang pada bagian dalam tutup kotak pendingin
Bentuk akhir dari kotak pendingin ditunjukkan pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Kotak pendingin yang telah selesai dibuat tampak luar
45
Gambar 3.13 Kotak pendingin yang telah selesai dibuat tampak bagian dalam
3.3 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis kotak pendingin ini adalah sebagai berikut.
Dimensi : 26 × 15 × 16 cm
Kapasitas : 6 liter
Material ruang pendingin : plastik
Sistem pendingin : termoelektrik, alat pembuang kalor : heatsink fan
Sumber daya : adaptor dengan variasi tegangan 12 V, 24 V dan 36V
6 A
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Alat yang diuji
Alat yang diuji berupa kotak pendingin yang dapat digunakan untuk
mendinginkan makanan, minuman ataupun obat-obatan dalam kapasitas kecil dengan
volume kotak pendingin 6 liter.
4.2. Skematik Kotak Pendingin
Skema kotak pendingin berbasis termoelektrik ini dapat dilihat pada Gambar 4.1,
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3. Modul termoelektrik pada kotak pendingin dilengkapi
dengan heatsinkfan pada sisi panas dan coldsink fan pada sisi dingin.
Gambar 4.1 Skema Kotak Pendingin 1 peltier
47
Gambar 4.2 Skema Kotak Pendingin 2 peltier
Gambar 4.3 Skema Kotak Pendingin 3 peltier
4.3. Variasi Penelitian
Variasi dalam penelitian ini adalah pada jumlah termoelektrik yang digunakan.
Pada penelitian pertama menggunakan 1 (satu) buah termoelektrik, penelitian kedua
menggunakan 2 (dua) buah termoelektrik, sedangkan pada penelitian ketiga
menggunakan 3 (tiga) buah termoelektrik.
48
4.4. Cara pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan instalasi seperti ditunjukkan pada Gambar
4.5. Catu daya (adapator) dihubungkan dengan sumber arus listrik. Ketika terjadi
aliran listrik maka tiap-tiap alat ukur akan menampilkan data-data tegangan dan kuat
arus yang masuk ke dalam sistem pendingin, suhu sisi dingin dan sisi panas
termoelektrik serta suhu udara dan suhu beban di dalam kotak pendingin. Data
kemudian dicatat dan siap diolah.
Gambar 4.4 Instalasi pengambilan data
49
4.4.1. Peralatan-peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data ini yaitu:
a. Adaptor dengan variasi besar tegangan, ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Adaptor dengan variasi besar tegangan
b. Multitester untuk mengukur besarnya tegangan dan kuat arus yang masuk ke
dalam sistem pendingin, ditunjukkan dengan Gambar 4.7.
Gambar 4.6 Multitester
c. Empat buah Thermokopel tipe K, untuk mengukur temperatur sisi panas dan sisi
dingin termoelektrik serta suhu di dalam ruang pendingin dan suhu beban di
dalam ruang pendingin. Termokopel tipe K ini dipilih karena banyak digunakan
untuk tujuan umum, dengan harga relatif murah dan tersedia untuk rentang suhu
50
–200 °C hingga +1200 °C. Gambar termokopel yang digunakan ditunjukkan
dengan Gambar 4.8.
Gambar 4.7 Termokopel
4.4.2. Langkah-langkah pengambilan data
Langkah-langkah pengambilan data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Adaptor dihubungkan dengan listrik melalui stop kontak.
2. Kutub positif dan negatif peltier dihubungkan dengan kutub positif dan negatif
adaptor.
3. Kutub positif dan negatif kipas angin dihubungkan dengan kutub positif dan
negatif adaptor.
4. Adaptor dihidupkan, kemudian memeriksa kedua kipas dapat berputar dengan
baik.
51
5. Masing-masing termokopel ditempelkan ke sisi panas peltier, sisi dingin peltier,
dinding beban yang akan didinginkan, dan ruang pendingin.
6. Langkah selanjutnya adalah memeriksa sisi dingin peltier. Dengan cara yang sama
seperti nomor 4, kawat termokopel ditempelkan ke sisi dingin peltier. Sisi dingin
akan menunjukkan penurunan temperatur yang dapat dibaca melalui multitester
yang telah dihubungkan dengan termokopel.
Setelah memastikan bahwa sistem dapat beroperasi dengan baik, langkah
selanjutnya adalah pengambilan data. Batasan waktu yang digunakan dalam
pengambilan data terhadap alat ini adalah selama 2 jam, dengan jarak pengambilan
data adalah 10 (sepuluh) menit.
4.5. Cara pengolahan data
Data-data yang telah dicatat kemudian diolah menggunakan program Ms Excel
yang dapat menghasilkan bentuk grafik. Dengan bentuk grafik, pembahasan dan
pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah.
4.6. Cara menyimpulkan penelitian
Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh setelah melakukan pembahasan dan
analisis dari data-data hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian.
52
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian kotak pendingin ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
untuk memudahkan dalam membaca dan menganalisa. Secara berurutan, data hasil
penelitian untuk kotak pendingin 1 termoelektrik, 2 termoelektrik dan 3
termoelektrik disajikan pada Tabel 5.1, Tabel 5.2 dan Tabel 5.3.
5.1.1. Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 1 termoelektrik
Suhu udara di dalam ruang kotak pendingin, suhu sisi dingin termoelektrik, suhu
sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu pada rangkaian kotak pendingin dengan menggunakan 1 buah termoelektrik
disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 1 termoelektrik
menit ke T udara
(°C)
T beban
(°C)
T sisi dingin
(°C)
T sisi panas
(°C) V
(Volt) I
(Ampere)
0 27,9 27,3 27,6 27,5 8,92 2,51
1 27,6 27,3 22,5 34,0 8,85 2,45
10 27,0 27,3 19,0 39,5 8,81 2,54
20 26,3 27,1 18,5 45,5 8,97 2,36
30 26,0 26,0 18,5 45,5 8,98 2,55
40 25,8 25,8 18,5 45,5 8,81 2,60
50 25,5 25,7 18,5 45,5 8,98 2,57
60 24,8 25,6 18,5 45,5 8,98 2,36
70 24,6 25,5 18,5 45,5 8,93 2,29
80 24,4 25,5 18,5 45,5 9,04 2,56
90 24,4 25,5 18,5 45,5 8,86 2,38
100 24,4 25,5 18,5 45,5 8,68 2,36
110 24,4 25,5 18,5 45,5 8,50 2,29
120 24,4 25,5 18,5 45,5 8,32 2,38
53
Grafik penurunan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin termoelektrik,
suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu untuk kotak pendingin dengan 1 buah termoelektrik secara berturut-turut dapat
dilihat pada Gambar 5.1, Gambar 5.2, Gambar 5.3 dan Gambar 5.4.
Gambar 5.1 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
Gambar 5.2 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu
24
24.5
25
25.5
26
26.5
27
27.5
28
28.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (°C
)
Waktu t (menit)
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
54
Gambar 5.3 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu
Gambar 5.4 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
5.1.2. Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 2 termoelektrik
Suhu udara di dalam ruang kotak pendingin, suhu sisi dingin termoelektrik ,
suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu pada rangkaian kotak pendingin dengan menggunakan 2 buah termoelektrik
disajikan pada Tabel 5.2.
202224262830323436384042444648
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
25.2
25.6
26
26.4
26.8
27.2
27.6
0 20 40 60 80 100 120 140
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
55
Tabel 5.2 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 2 termoelektrik
menit ke T udara
(°C)
T beban
(°C)
T sisi dingin
(°C)
T sisi panas
(°C) V (Volt)
I (Ampere)
0 28,0 27,0 28,0 28,1 17,0 4,01
1 28,0 27,0 21,4 57,1 16,84 3,98
10 26,5 26,9 20,9 58,8 16,90 3,97
20 25,9 26,7 20,5 58,2 16,89 3,88
30 25,4 26,2 19,8 57,5 16,78 3,78
40 24,9 25,6 19,4 56,9 16,81 3,80
50 24,5 24,9 18,8 56,3 16,83 3,82
60 24,0 24,4 18,2 55,7 16,80 3,80
70 23,8 24,0 17,6 55,0 16,82 3,78
80 23,0 23,5 16,9 54,4 16,98 3,76
90 22,4 23,1 16,3 54,0 16,90 3,74
100 22,4 22,7 16,1 54,0 16,88 3,72
110 22,4 22,7 16,1 54,0 16,86 3,70
120 22,4 22,7 16,1 54,0 16,80 3,68
Grafik penurunan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin termoelektrik,
suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu untuk kotak pendingin dengan 2 buah termoelektrik secara berturut-turut dapat
dilihat pada Gambar 5.5, Gambar 5.6, Gambar 5.7 dan Gambar 5.8.
Gambar 5.5 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
56
Gambar 5.6 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu
Gambar 5.7 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
20
24
28
32
36
40
44
48
52
56
60
64
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
57
Gambar 5.8 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
5.1.3. Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 3 termoelektrik
Suhu udara di dalam ruang kotak pendingin, suhu sisi dingin termoelektrik ,
suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu pada rangkaian kotak pendingin dengan menggunakan 3 buah termoelektrik
disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Data hasil pengujian kotak pendingin dengan 3 termoelektrik
menit ke T udara
(°C)
T beban
(°C)
T sisi dingin
(°C)
T sisi panas
(°C) V (Volt)
I (Ampere)
0 28,0 27,0 28,0 28,1 25,0 6,52
1 28,0 27,0 20,9 63,4 24,84 6,49
10 27,6 26,9 20,5 63,4 24,90 6,48
20 27,3 26,7 19,9 63,2 24,89 6,39
30 26,7 26,4 19,4 63,3 24,78 6,29
40 26,2 26,2 18,8 63,1 24,81 6,31
50 25,7 26,0 18,2 63,0 24,83 6,33
60 25,2 25,8 17,6 63,2 24,80 6,31
70 24,6 25,5 16,9 63,1 24,82 6,29
80 24,1 25,3 16,8 63,1 24,98 6,27
90 23,6 25,1 16,8 63,0 24,90 6,25
100 23,0 24,8 16,8 63,0 24,88 6,23
110 23,0 24,8 16,8 63,0 24,86 6,21
120 23,0 24,8 16,8 63,0 24,80 6,19
22.022.523.023.524.024.525.025.526.026.527.027.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
58
Grafik penurunan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin termoelektrik dan
suhu sisi panas termoelektrik terhadap waktu untuk kotak pendingin dengan 3 buah
termoelektrik secara berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 5.9, Gambar 5.10,
Gambar 5.11 dan Gambar 5.12.
Gambar 5.9 Suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
Gambar 5.10 Suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
59
Gambar 5.11 Suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu
Gambar 5.12 Suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
20
24
28
32
36
40
44
48
52
56
60
64
68
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
24.0
24.3
24.6
24.9
25.2
25.5
25.8
26.1
26.4
26.7
27.0
27.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u (
°C)
Waktu t (menit)
60
5.2. Pembahasan
5.2.1. Perbandingan perjalanan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin
termoelektrik, suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam
kotak pendingin dari waktu ke waktu
Perbandingan perjalanan suhu udara di dalam ruang, suhu sisi dingin
termoelektrik, suhu sisi panas termoelektrik dan suhu beban di dalam kotak
pendingin dari waktu ke waktu untuk ketiga rangkaian kotak pendingin disajikan
pada Gambar 5.13, Gambar 5.14, Gambar 5.15 dan Gambar 5.16.
Gambar 5.13 Perbandingan suhu udara di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu
Dari Gambar 5.13 dapat dilihat bahwa kotak pendingin dengan 1 buah
termoelektrik mencapai suhu udara terendah 24,4 °C pada menit ke-80. Kotak
pendingin dengan 2 buah termoelektrik mencapai suhu udara terendah 22,4 °C pada
menit ke-90. Sedangkan kotak pendingin dengan 3 buah termoelektrik mencapai
suhu udara terendah 23°C pada menit ke-100. Suhu udara sebesar 22,4 °C pada kotak
pendingin dengan 2 buah termoelektrik merupakan suhu udara terendah dari ketiga
kotak pendingin yang diuji.
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
1 peltier
2 peltier
3 peltier
61
Pada Gambar 5.14 disajikan perbandingan perjalanan suhu sisi dingin
termoelektrik dari waktu ke waktu untuk ketiga kotak pendingin.
Gambar 5.14 Perbandingan suhu sisi dingin termoelektrik dari waktu ke waktu
Dari Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa suhu terendah sisi dingin termoelektrik
untuk kotak pendingin dengan 1 termoelektrik mencapai 18,5 °C pada menit ke-20.
Suhu terendah sisi dingin termoelektrik untuk kotak pendingin dengan 2
termoelektrik mencapai 16,1 °C pada menit ke-100, dimana suhu ini merupakan suhu
sisi dingin termoelektrik terendah dari ketiga kotak pendingin. Sedangkan suhu sisi
dingin termoelektrik pada kotak pendingin dengan 3 termoelektrik mencapai 16,8 °C
pada menit ke-20.
Dari grafik perbandingan suhu sisi panas termoelektrik pada Gambar 5.15 dapat
dilihat bahwa suhu tertinggi sisi panas termoelektrik yaitu 63,4 °C dihasilkan oleh
kotak pendingin dengan 3 buah termoelektrik pada menit ke-1.
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
1 peltier
2 peltier
3 peltier
62
Gambar 5.15 Perbandingan suhu sisi panas termoelektrik dari waktu ke waktu
Gambar 5.16 Perbandingan suhu beban di dalam kotak pendingin dari waktu ke
waktu
Dari grafik perbandingan suhu beban di dalam kotak pendingin pada Gambar
5.16 dapat dilihat bahwa suhu beban terendah, yaitu sebesar 22,7°C dihasilkan oleh
kotak pendingin dengan 2 (dua) buah termoelektrik pada menit ke-100. Suhu ini
terus bertahan hingga menit ke-120.
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
1 peltier
2 peltier
3 peltier
20
21
22
23
24
25
26
27
28
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Suh
u °
C
Waktu t (menit)
1 peltier
2 peltier
3 peltier
63
Berdasarkan data hasil penelitian dan grafik yang disajikan, kotak pendingin
dengan 2 (dua) buah termoelektrik menunjukkan performa yang paling baik. Hal ini
disebabkan karena pada rangkaian kotak pendingin dengan 2 buah termoelektrik,
heatsinkfan sebagai alat pembuang kalor bekerja dengan maksimal sehingga panas
yang mengalir dari sisi panas termoelektrik ke heatsink dapat dibuang dengan cepat
ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gardara
AD, maka hasil pengujian ini memiliki kesamaan, yaitu suhu ruang pendingin
terendah yang dapat dicapai adalah menggunakan 2 buah termoelektrik. Namun pada
penelitian yang dilakukan oleh Gardara AD, suhu yang dicapai adalah 8,4 °C pada
sistem pendingin dengan volume ruang pendingin yang lebih kecil, yaitu hanya 1.904
cm3.
Semakin banyak jumlah termoelektrik semestinya akan berdampak pendinginan
di dalam kotak pendingin menjadi semakin cepat. Namun hal ini tidak terjadi pada
rangkaian kotak pendingin dengan 3 (tiga) buah termoelektrik. Berdasarkan analisa
yang dilakukan, hal ini dapat disebabkan karena pada rangkaian ini sisi panas
termoelektrik mencapai suhu tertinggi yang dapat dihasilkan, namun kecepatan
pembuangan panas pada sisi panas termoelektrik tidak maksimal. Secara umum, jika
dibandingkan dengan beberapa penelitian yang sudah ada, hasil penelitian ini belum
menunjukkan performa yang terbaik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain 1) panas yang tinggi yang dihasilkan oleh sisi panas termoelektrik
merambat ke dalam sistem pendingin karena isolator yang kurang baik, sehingga
menambah beban kerja pendinginan yang harus dilakukan oleh sisi dingin
termoelektrik, 2) pendinginan di dalam kotak pendingin juga dipengaruhi oleh
volume kotak pendingin. Semakin besar volume kotak pendingin, maka laju
64
pendinginan di dalam ruang kotak pendingin akan semakin lama, 4) adanya kipas
yang bergerak di dalam kotak pendingin juga menghasilkan kalor yang menambah
beban kerja pendinginan yang harus dilakukan oleh sisi dingin termoelektrik.
5.2.2. Harga COP Sistem Pendingin
Harga COP dapat ditentukan dengan persamaan 2.16, yaitu :
𝐶𝑂𝑃 = 𝑄𝑖𝑛
𝑃𝑖𝑛
Jumlah kalor yang diserap oleh sistem (𝑄𝑖𝑛) ditentukan dengan menggunakan
persamaan 2.17, yaitu :
𝑄𝑖𝑛 = m. Cp.ΔT
𝑛
𝑖=1
Harga massa, kalor jenis dan ΔT hasil pengujian disajikan pada Tabel berikut.
ρ
(kg/m3)
V
(m3)
Massa
(kg)
Cp
(kalor
jenis)
(J/kg°C)
ΔT = T awal – T akhir
(°C)
1 TE 2 TE 3 TE
Udara 1,2 0,006 0,01 1004 3,5 5,6 5
Air 1000 3,75×10-4
0,375 4186 1,8 4,3 2,2
Kaleng
(Al) 2700 3,75×10
-4 0,110 900 1,8 4,3 2,2
Coldsink
(Al) 2700 1,30×10
-5 0,0375 900 9,1 11,9 11,2
5.2.2.1 Perhitungan harga kalor yang diserap oleh air (Qin) pada kotak
pendingin dengan 1 termoelektrik
Qin(air) = (mair.Cpair.ΔTair) = 0,375 × 4186 × 1,8 =2825,55 Joule
Air mencapai temperatur konstan pada menit ke-70,
65
maka Qin(air) = 2825,55 Joule/(70×60)s = 0,673 W
5.2.2.2 Perhitungan harga kalor yang diserap oleh air (Qin) pada kotak
pendingin dengan 2 termoelektrik
(mair.Cpair.ΔTair) = 0,375 × 4186 × 4,3 = 6749,92 Joule
Air mencapai temperatur konstan pada menit ke-100,
maka Qin(air) = 6749,92 Joule/(100×60)s = 1,125 W
5.2.2.3 Perhitungan harga kalor yang diserap (Qin) pada kotak pendingin
dengan 3 termoelektrik
(mair.Cpair.ΔTair) = 0,375 × 4186 × 2,2 = 3453,45 Joule
Air mencapai temperatur konstan pada menit ke-100,
maka Qin(air) = 3453,45 Joule/(100×60)s = 0,575 W
5.2.2.4 Harga Pin pada masing-masing kotak pendingin.
Harga Pin pada kotak pendingin dengan 1 termoelektrik = 12 × 6 = 72 W
Harga Pin pada kotak pendingin dengan 2 termoelektrik = 24 × 6 = 144 W
Harga Pin pada kotak pendingin dengan 3 termoelektrik = 36 × 6 = 216 W
Setelah harga kalor yang diserap oleh air (Qin) diperoleh, dan daya yang
digunakan oleh masing – masing kotak pendingin diketahui, maka harga COP dapat
ditentukan dengan persamaan (2.16).
Harga COP pada kotak pendingin 1 termoelektrik = 0,673
72= 0,0093
Harga COP pada kotak pendingin 2 termoelektrik =1,125
144= 0,0078
Harga COP pada kotak pendingin 3 termoelektrik = 0,575
216= 0,0026
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini telah dapat dirancang dan dibuat sebuah kotak
pendingin berbasis termoelektrik dengan sumber daya arus DC dengan hasil sebagai
berikut:
1) Nilai temperatur sisi dingin termoelektrik terendah yang dihasilkan dari waktu ke
waktu yaitu 16,1°C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah
termoelektrik 1 (satu) buah.
2) Nilai temperatur sisi panas termoelektrik tertinggi yang dihasilkan dari waktu ke
waktu yaitu 63,4 °C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah
termoelektrik 3 (tiga) buah.
3) Nilai temperatur udara terendah di dalam kotak pendingin yang dihasilkan dari
waktu ke waktu yaitu 22,4°C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah
termoelektrik 2 (dua) buah.
4) Nilai temperatur beban terendah di dalam kotak pendingin dari waktu ke waktu
yaitu 22,7°C dihasilkan pada kotak pendingin dengan jumlah termoelektrik 2
(dua) buah.
5) Harga COP untuk kotak pendingin dengan 1 termoelektrik adalah 0,0093, harga
COP untuk kotak pendingin dengan 2 termoelektrik adalah 0,0078 dan Harga
COP untuk kotak pendingin dengan 3 termoelektrik adalah 0,0026.
67
6.2 Saran
Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi agar dapat menunjukkan performa
yang lebih baik dengan beberapa saran sebagai berikut:
1. Mempergunakan heatsink dengan jarak antar sirip yang lebih rapat dan jumlah
sirip yang lebih banyak, dengan harapan laju pembuangan kalor akan lebih cepat
sehingga heatsink tidak akan menjadi terlalu panas. Mengingat ΔT antara sisi
panas dengan sisi dingin termoelektrik dapat mencapai 68°C, maka semakin
rendah suhu sisi panas termoelektrik, semakin rendah pula suhu sisi dingin
termoelektrik.
2. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus ada isolator yang baik antara
sisi panas dan sisi dingin sirip. Panas yang dihasilkan oleh sisi panas
termoelektrik tidak boleh sampai merambat ke dalam ruang pendingin yang dapat
menambah beban kerja sisi dingin termoelektrik.
3. Ukuran atau kapasitas kotak pendingin dapat diperkecil, menyesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga kinerja dari termoelektrik dapat lebih maksimal.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana P, 2011. Unjuk Kerja Aplikasi Sistem Pendinginan Pada Alat Elektroforesis
Termoelektrik. Jakarta. Universitas Indonesia.
Dedy Reza Dwi P, 2010. Perhitungan Perpindahan Panas Heatasink Di Sisi Panas
Termoelektrik TEC 12706 Dengan Daya 22,4 W. Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh November.
Hendy & Hogla Tati Marbun, 2011. Pembuatan Alat Pemanas-Pendingin Makanan
dan Minuman Portabel Hemat Energi Berbasiskan Termoelektrik. Bandung.
Institut Teknologi Bandung.
Sandya Priyambada, 2012. Pendingin Kabin Mobil Berbasis Termoelektrik.. Jakarta.
Universitas Indonesia.
http://www.enertron-inc.com/enertron-resources/ThermoelectricCoolingbasic.pdf
http://www.lairtech.com/Thermoelectric Handbook.pdf
http://www.tellurex.com
http://www.thermoelectrics.caltech.edu
http://www.wikipedia.org/ Bismuth telluride