Tugas Akhir1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli bedah umum di Indonesia. Hernia inguinalis pertama kali di temukan lebih dari 3.500 tahun yang lalu, sedangkan untuk perawatan bedah di lakukan sekitar 2.000 tahun yang lalu. Terdapat banyak teori mengenai etiologi dan jumlah deskripsi anatomi, yang menghasilkan berbagai cara penyembuhan. Hernia inguinalis adalah kegagalan dinding kanalis inguinalis yang digambarkan sebagai cincin internal yang berdilatasi pada hernia indirek atau sebagai kelemahan dan penipisan difus pada hernia direk (Cameron, 1997).

Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk (Sabiston, 1994).

Hernia inguinalis digambarkan dalam catatan peradaban kuno. Tetapi terlewatkan beberapa abad, sebelum pemahaman secara jelas tentang anatomi hernia diberikan. Walaupun ada kemajuan dan gambar anatomi manusia pada tahun 1800-an, namun penatalaksanaan hernia pada waktu itu terutama dengan observasi atau terapi penunjang, karena hasil terapi bedah sangat buruk. Sebagai contoh, pada tahun 1891 Bull melaporkan hasil terapi hernia di amerika serikat, terjadi kekambuhan 30 sampai 40 persen selama 1 tahun dan 100persen selama 4 tahun. Pada tahun 1889, Bassini pertama melaporkan hasil yang terus-menerus berhasil dengan perbaikan bedah pada hernia inguinalis.Bassini menggunakan prosedur cermat dengan ligasi tinggi kantong hernia dan pendekatan anatomo cermat bagi conjoined fascia dari muskulus oblikusinternus dan transverses abdominis keligamentum inguinal (poupart). Angka kekambuhan diantara 251 pasien pertama hanya 3 persen.

Halsted, yang tidak menyadari penemuan Bassini sejak dipublikasikan dalam jurnal Italia yang tak terkenal, secara bebas menggambarkan tindakan serupa pada tahun 1889. tindakan Halsted juga terdiri dari penjahitan fasia oblikus internus dan transverses abdominis keligamentum inguinale. Dalam tidakan pertamanya, halstedPage 1

mentransplantasi funikulus spermatikus diatas penutupan fasia oblikus eksternus (Halsted I). Kemudian Halsted melakukan tindakan yang sama, tetapi memungkinkan funikulus spermatikus tetap dalamposisi normalnya dibawah fasia oblikus eksternus (Halsted II). Tindakan Bassinidan Halsted menampilkan kemajuan besar dan zaman penatalaksanaan bedah yang luas dari hernia inguinalis dimulai. (Sabiston,1994).

Sejumlah variasi tehnik telah diperkenalkan bersama dengan konsep baru, dalam usaha menurunkan angka kekambuhan yang telah rendah. Mc Vay mempopularisasikan tehnik perapatan conjoined tendon muskulus oblikus internus dan rektus abdominis ke ligamentum cooper, suatu operasi yang pada mulanya digambarkan oleh lotheissen pada tahun1889. Shouldice mengenalkan konsep membuka lantai inguinalis dan

mengimbrikasi fasia transversalis dengan tehnik jahitan kontinyu. Saat ini operasi yang diuraikan oleh pelopor ini terutama digunakan dalam mengoreksi hernia

(Sabiston,1994).

Pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5 % populasi umum di Amerika Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980 (Sabiston, 1994).

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonates kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur 1 tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari separo,sedangkan insiden tidak melebihi 20%. Umumnya di simpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar, tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hypertropiprostate, konstipasi, dan ascites sering disertai hernia inguinalis.

Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau pekerjaan sehari-hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderitaPage 2

memerlukan waktu yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasi pun masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi keadaan inkarserata atau strangulate. Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru menyadari resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan morbiditas meningkat serta biaya perawatan yang lebih tinggi.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, di uraikan masalah yang perlu dibahas. 1. Penatalaksanaan pasien hernia di lihat dari seluruh kejadian hernia di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu bangkalan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum 1. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien hernia di Rumah Sakit Syarifah ambami Rato Ebu Bangkalan. 2. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir ilmu bedah di Rumah Sakit Syarifah ambami Rato Ebu Bangkalan.

1.3.2. Tujuan khusus Yang menjadi tujuan khusus pengamatan ini adalah: 1. Menambah pengetahuan penulis tentang kasus-kasus yang berkaitan dengan hernia. 2. Mengetahui insiden hernia pada pasien dewasa maupun anak. 3. Mengetahui insiden hernia pada pasien laki-laki maupun perempuan.

1.4. Manfaat Penelitian - Peneliti menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang kasus-kasus hernia pada pasien dewasa maupun anak beserta penatalaksanaannya. - Umum memberikan informasi tambahan bagi pembaca dan menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat bahwa hernia sangat mudah di sembuhkan.Page 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I1.1 Definisi Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Anatomi a. Dinding Perut Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari : 1. Kutis 2. lemak subkutis 3. fasia skarpa 4. muskulus obligus eksterna 5. muskulus obligus abdominis interna 6. muskulus abdominis tranversal 7. fasia transversalis 8. lemak peritoneal 9. peritoneum.

Gambar 1. Anatomi abdomenPage 4

b. Regio inguinalis b.1. Kanalis inguinalis Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar 2. Kanalis inguinalis

b.2. Kanalis femoralis Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, sebelah dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan hernia femoralis inkarserata.

Page 5

I1.2 Klasifikasi Hernia a. Hernia secara umum 1. Hernia Internal yakni tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslowi, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus 2. Hernia eksternal yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang atau peritoneum

b. Hernia berdasarkan terjadinya 1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada semenjak pertama kali lahir. 2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir, tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir

c. Hernia menurut letaknya 1. Obturatorius Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap. Tahap pertama mula mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam kanalis obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering secara Ritcher atau total. 2. Epigastrika Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus xifoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Penderita sering mengeluh kurang enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak peptic atau hernia hiatus esophagus. 3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Factor predisposisinya ialah infeksi luka operasi, dehisensi luka,

Page 6

teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen. 4. Lumbalis Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah trigonum yaitu trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial dipanggul dorsal. 5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang mengandung divertikulum Meckel. Hernia littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus. 6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan

ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis. 7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau resesi rectum secara abdominoperienal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan raguragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi abdomino dan perineal. 8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferiorPage 7

sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti. 9. Diafragma, merupakan herniasi struktur abdomen atau retroperitoneum kedalam rongga dada. 10. Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. 11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit 12. Paraumbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi. 13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha. Batas batas annulus femoralis antara lain ligamentum inguinale di anterior, medial ligamentum lacunare, posterior ramus superior ossis pubi dan muskulus peknitus beserta fascia dan lateral m.illiopsoas beserta fascia locus minoris resistennya fascia transversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut septum cloquetti

d. Hernia menurut sifatnya/secara klinik 1. Hernia reponibel Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri.

Page 8

2. Hernia ireponibel Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Hernia inkarserata atau hernia strangulate. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia strangulata terjadi gangguan vaskularisasi, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997). 3. Hernia Ritcher, bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus.

e. Hernia menurut jumlahnya 1. Hernia unilateral 2. Hernia duplek

f. Hernia menurut letak penonjolanya 1. Hernia inguinalis lateralis/indirek Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinlais eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini disebut hernia skortalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferent dan struktur lain dalam tali sperma 2. Hernia inguinalis medialis/direk Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale.

Page 9

II. 3 Diagnosis a. Anamnesis Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren ( Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997 ). Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi ( Sabiston, 1994 ). b. Pemeriksaan fisik Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi dan bungkusnya. Semua ini tergantung pada letak hernia, isi kantong hernia omentum yang terbanyak ditemukan. Kemudian ileum, jejunum, dan sigmoid. Appendiks bagian bagian lain dari kolon, lambung, dan bahkan hepar pernah dilaporkan terdapat di dalam kantong hernia yang besar. Omentum teraba relative bersifat plastis dan sedikit noduler. Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya. Kadang kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak didalam lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik. Lengkung usus yang berisi gas akan tympani pada perkusi (Dunphy dan Botsford, 1980). Dalam keadaan penderita berdiri gaya berat akan rnenyebabkan hernia lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan berdiri dapat dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan kedudukan penderita berbaring akan lebih mudah melakukanPage 10

pemeriksaan raba. Andaikata terdapat hernia, reposisi dan sisa pemeriksaan (perut dan tungkai) lebih mudah dilakukan. 1. Inspeksi Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis medialis. 2. Palpasi Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya: y Ziemans test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ). Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas. y Thaab test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan ini dan suruh penderita batuk

Page 11

untuk merasakan impulse pada tangan yang memegang benjolan itu. y Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari. 3. Perkusi Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.

4. Auskultasi Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus (Kendarto Darmokusurno, 1993).

c. Pemeriksaan penunjang 1. Herniografi Dalam teknik ini, 5080 ml medium kontras iodin positif di masukkan dalam wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.

Page 12

2. Ultrasonografi Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral. 3. Tomografi komputer Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi. (Cuschieri dan Giles, 1988).

II. 4 Penatalaksanaan a. Konservatif Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh lagi. 1. Reposisi Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg. Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.

2. Suntikan Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei.

3. Sabuk hernia Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil dan menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo, 1993).Page 13

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.

b. Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997). Indikasi diadakan operasi: 1. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek. 2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari 6 kilogram. Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa procain dengan dosis rnaksimum 200 cc (Kendarto Darmokusumo, 1993). Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5 persen dengan epinefrin (Sabiston, 1997). Operasi hernia ada 3 tahap 1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta

mengembalikan isi ke cavum abdominalis. 2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan

menggantungkannya pada conjoint tendon. 3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan

menghilangkan locus minnoris resistentiae. Operasi pada hernia inguinalis lateralis Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus. Panjang irisan tergantung dari

Page 14

besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8 cm. Pada anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus. Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang besar (karena bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada, perlu dilakukan hernioplasty (Kendarto Darmokusumo, 1993). Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya: 1. Ferguson Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.

Page 15

2. Bassini Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus

diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae hilang. 3. Halstedt Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus internus abdominis, muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis (Kendarto Darmokusumo, I 993). 4. Shouldice Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan kontinyu (Sabiston, 1994).

Operasi pada hernia inguinalis medialis Herniotomy pada hernia inguinalis medialis sama dengan teknik operasi hernia inguinalis lateralis. Hernioplasty di sini memperkuat daerah medial dan anulus inguinalis eksternus. Hernioplasty dikerjakan dengan cara Mc. Vay. yaitu menarik muskulus obliqus abdominis internus dan muskulus transversus abdominis, serta conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum cowperi atau pectineum lewat sebelah dorsal dari ligamentum inguinale.Page 16

BAB III HASIL PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu, dalam rentang waktu November 2011 Januari 2012 telah didapatkan data :

DAFTAR PASIEN HERNIA DI IRNA ANO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. NAMA Tn. Zulkarnaen Tn. Sunaryo Tn. Wahyu Tn. Saleh Tn. Hudary Tn. Suli Ny. Sua Ny. Munawaroh Tn. Toyib Tn. Mat Sari Tn. Slamin Tn. Bakir Tn. Mosleh Imron Tn. Rofik Tn. Sirin An. Fatul Rohim Tn. M juri Tn. Supai Tn. Yakub Tn. Badrut Tamam Tn. Ahmad Rosyid Tn. Nurimin An. Akhmad Faris An. Khoirul Rohman Tn. Siri UMUR 32 35 16 44 52 60 54 43 38 35 61 74 46 35 32 9bln 38 35 40 23 72 48 4 4,5 26 JENIS KELAMIN L L L L L L P P L L L L L L L L L L L L L L L L L DIAGNOSA Hernia Inguinalis (D) Inkarserata Hernia inguinalis (D) Inkarserata Hernia Inguiinalis Lateralis Hernia Inguinalis Inkarserata Hernia Scrotalis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Paraumbilikalis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Ingunalis Lateralis Inkarserata Hernia Inguiinalis Lateralis Hernia Ingunalis Inkarserata Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis + Hidrokel Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata Hernia Inguinalis Lateralis (S) Hernia Inguinalis Lateralis (D) Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis (D) Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis (D)

DAFTAR PASIEN HERNIA DI POLI BEDAH UMUM NO. 1. NAMA Tn. M Slamet UMUR 18 JENIS KELAMIN L DIAGNOSA Hernia Inguinalis Lateralis

Page 17

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.

Tn. Abu Hasan Tn. Imam Tn. Siffani Tn. Ahmad Fauzi Tn. Abdul Mufti Tn. M Sahir Tn. Rahmat saleh Tn. Buri Tn. Abdul Aziz Tn. Anshori Ny. Nur Azizah Tn. Samsudin An. Agus soleh Tn. Abdul Wani Ny. Munawaroh Tn. Slamin Tn. Toyib An. M Naufal Tn. Mat Sari Tn. Bakir Tn. Sirin Tn. Rofik Tn. Mosleh Imron Tn. Arbei Tn. Khasan Tn. M Ikhsan Tn. Rohman Tn. Sutai Tn. Ahmad Rasdi An. Sinta Tn. Moh Jury Tn. Supai Tn. Hanafi An. Ahmad Faris An. Ariel An. Khoirul Rohman Tn. Yakub Tn. M Siri Tn. Latief

30 15 71 48 63 70 65 52 41 23 37 52 7 60 43 61 38 11bln 35 74 52 47 46 42 57 40 17 35 72 12 39 35 29 4 4 4,5 40 26 66

L L L L L L L L L L P L L L P L L L L L L L L L L L L L L P L L L L L L L L L

Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Medialis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Paraumbilikalis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis (D) Hernia Inguinalis Medialis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis (S) Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis (D) Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis

Page 18

BAB IV PEMBAHASAN

Dari data yang dikumpulkan, menunjukkan bahwa pasien hernia di rumah sakit Syarifah Ambami Rato Ebu periode bulan November 2011 Januari 2012 adalah 53 orang. Jika dilihat berdasar gender, terbanyak adalah pasien laki-laki sebanyak 48 orang (92,3%), dan pasien perempuan sebanyak 4 orang (7,7%). Jika dilihat berdasar usia, terbanyak adalah pasien dewasa, umur 13-70 tahun sebanyak 46 orang (88,5%), dan pasien anak-anak usia 0-12 tahun sebanyak 8 orang (11,5%). Dengan diagnosa terbanyak adalah hernia inguinalis lateralis. Untuk penatalaksanaan hernia inguinalis lateralis sendiri, yang paling sering digunakan adalah herniorafi tension-free dengan pemasangan mesh (metoda Lichtenstein). Yaitu: Setelah funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong hernia telah diikat serta dipotong, lembaran polypropylene mesh dengan ukuran lebih-kurang 8 x 6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai dari tuberkulum pubikum, ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis. Tepi medial mesh dijahit ke sarung rektus. Tepi superior dijahit ke aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-satu. Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Jahit aponeurosis obliqus eksternus.

Page 19

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN-

Penatalaksanaan terapi yang paling banyak diberikan kepada pasien hernia di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan adalah Herniorafi tensionfree dengan pemasangan mesh (metoda Lichtenstein).

-

Angka kejadian hernia di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu : a. Berdasar gender, banyak diderita oleh laki-laki (92,3%), perempuan (7,7%). b. Berdasar usia, banyak diderita pasien dewasa usia 13-70 tahun (88,5%), dengan perbandingan anak-anak usia 0-12 tahun (11,5%). Diagnosa terbanyak adalah hernia inguinalis lateralis.

SARAN-

Data yang di catat oleh Poli bedah umum dan IRNA A harus diperlengkap terutama dalam hal diagnosis, dan jenis operasi untuk bisa mendukung suatu pengamatan ataupun penelitian dimasa yang akan datang menjadi lebih baik.

Page 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317. 2. Manthey, D. hernia. http://www.emedicine.com 3. Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery . 5th Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544 4. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC . 1997.523-538. 5. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG, Williams NS.Bailey & Loves Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London: ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290 6. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317 7. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-245. 8. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah, edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.

Page 21