Upload
sucianti-solehat
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I
PENDAHULUAN
Manajemen agribisnis adalah seperangkat keputusan untuk mendukung proses
agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi kegiatan agribisnis. Penerapan fungsi-
fungsi manajemen dalam agribisnis berbeda dengan dengan penerapan dalam bisnis.
Perbedaan tersebut didasarkan pada banyaknya karakteristik khusus usaha, skala
usaha, jenis komoditas, dan variasi-variasi lainya yang terdapat pada agribisnis. Jenis
usaha yang dikunjungi merupakan jenis perusahaan ayam petelur, dimana
manajemennya.
Berdasarkan macam kegiatan yang ada pada agribisnis peternakan, maka
manajemen agribisnis usaha tani ternak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam, yaitu : manajemen produksi dalam usaha produksi peternakan, manajemen
produksi dalam usaha penanganan dan pengolahan produk peternakan, menejemen
pemasaran dan distribusi produk, manajemen resiko, manajemen tekhnologi, dan
manajemen kelembagaan pendukung agribisnis.
Perusahaan ayam petelur merupakan salah satu komoditas usaha yang cukup
tinggi di indonesia, dengan ketersediaan bahan-bahan yang ada seperti pembibitan,
DOC, pakan dan lahan yang memadai, membuat banyak peternakan ayam petelur
diindonesia, namun peternakan tersebut masih peternakan tradisional dan sistem
manajemennya masih belum tertata, dengan adanya praktikum manajemen agribisnis
peternakan ini agar mampu memahami dan mengerti manajemen yang baik agar
perusahaan tersebut dapat berjalan dengan sesuai harapan.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari
segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak
untuk terus menjalankan usaha peternakan ayam petelur ini dikarenakan jumlah
permintaan telur ayam ras yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses
mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar
merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha
peternakan ayam ras petelur ini.
Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts?TN.330/6/96, usaha peternakan
terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan,
dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan
budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode.
Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam
dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk
pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan ayam dengan
jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha
Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal
tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16
Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa
Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk
olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan
perusahaa- perusahaan peternakan.
Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub system
agribisnis peternakan yaitu hulu, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu
meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC,
pakan, obat-obatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sitem budidaya ternak
berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan
oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan.
Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh
sub system budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub
system penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem
di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non
bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan,
transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah.
III
PEMBAHASAN
3.1 Sub Sistem Input dan Sarana Produksi
Sub sistem input dan sarana produksi merupakan sub sistem pertama dari
system agribisnis, sub system ini sangatlah penting terhadap kelangsungan sub
system produksi dan pengolahan. Dalam usaha ternak ayam petelur input dan saran
yang harus diperhatikan adalah pakan, kandang, peralatan dan perlengkapannya.
Pakan yang diperlukan untuk budidaya ayam petelur adalah ransum,
konsentrat, pelet dan meat bone meal. Ransum merupakan campuran dari berbagai
macam bahan organik dan anorganik. Jagung giling yang diberikan pada fase grower
dan layer, mengandung xantrofil A. Bungkil kedelai sebagai pakan sumber protein
tinggi. Pellet dapat dibuat dari bahan jagung yang banyak mengandung karbohidrat ,
bungkil kedelai yang mengadung protein, dedak, tepung ikan, dan tepung daun. Meat
bone meal merupakan pakan hasil trimming yang berasal dari limbah RPH seperti
tulang dan paru.
Peralatan yang digunakan untuk budidaya ayam petelur adalah kandang yang
terdiri atas tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-
obatan dan sistem alat penerangan; Litter/alas lantai setinggi 10 cm, bahan litter
dipakai campuran dari kulit padi/sekam dgn sedikit kapur & pasir secukupnya;
Tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor; Tempat
bertengger untuk tempat beristirahat/ tidur; Tempat makan ,minum , dan grit; Sanitasi
dan tindakan preventif.
Dalam budidaya ini hal yang dapat menunjang produksi adalah mesin, yaitu
mesin pembuat tepung (untuk membuat tepung dari aneka bahan); mesin pengaduk
bahan pakan (untuk mengaduk bahan pakan dengan kondisi bahan yang akan di
mixer adalah kering); mesin tetas telur (untuk menetaskan telur ungags menjadi doc).
Selain itu ada mesin dalam penggunaan pembuatan pellet yaitu mesin pelet apung
extruder (untuk mencetak pelet pakan agar mudah terapung dan mengambang); mesin
mixer pelet (untuk mengaduk bahan pakan secara otomatis); mesin pelet cetak kering
(untuk mencetak bahan pakan yang sudah di campur dalam keadaan basah sehingga
hasil akhirnya menjadi kering); mesin oven pengering (untuk mengeringkan pakan
bila dalam keadaan basah).
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengorganisasian, maka dilakukan
pengarahan pra-produksi dan produksi.
a. Pra Produksi
1. Penyiapan Sarana (Kandang),
Iklim kandang yg cocok untuk beternak ayam petelur meliputi
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar
antara 60–70%, penerangan & atau pemanasan kandang sesuai dgn aturan
Pemimpin/ Manajer SS I
Controlling Pakan
Controlling Kandang
Teknisi Mesin
Operator mesin
Controlling Peralatan &
Perlengkapan
yg ada, tata letak kandang agar mendpt sinar matahari pagi & tdk melawan
arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yg baik.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
o Sistem kandang koloni, satu kandang utk banyak ayam yg terdiri dari
ribuan ekor ayam petelur;
o Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dgn sebutan
cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dlm kandang
tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang utk satu ekor
ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dlm peternakan ayam
petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
o Kandang dgn lantai liter, kandang ini dibuat dgn lantai yg dilapisi
kulit padi, pesak/sekam padi & kandang ini umumnya diterapkan
pada kandang sistem koloni;
o Kandang dgn lantai kolong berlubang, lantai utk sistem ini terdiri dari
bantu atau kayu kaso dgn lubang-lubang diantaranya, yg nantinya utk
membuang tinja ayam & langsung ke tempat penampungan;
o Kandang dgn lantai campuran liter dgn kolong berlubang, dgn
perbandingan 40% luas lantai kandang utk alas liter & 60% luas
lantai dgn kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan & 30% di
kiri).
2. Persiapan peralatan
• Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter ,Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai
campuran dari kulit padi/ sekam dgn sedikit kapur & pasir secukupnya,
• Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur & kulit telur
tdk kotor, dpt dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yg cukup untuk 4–5
ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dgn lebih tinggi dari tempat
bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar
sehingga telur tdk pecah & terinjak-injak serta dimakan.
• Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
& diusahakan kotoran jatuh ke lantai yg mudah dibersihkan dari luar. Dibuat
tertutup agar terhindar dari angin & letaknya lebih rendah dari tempat
bertelur.
• Tempat makan, minum & tempat grit
Tempat makan & minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
almunium atau apa saja yg kuat & tdk bocor juga tdk berkarat. Untuk tempat
grit dgn kotak khusus
b. Produksi
1. Penyiapan Bibit
Ayam petelur yg akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai
berikut, antara lain:
• Ayam petelur harus sehat & tidak cacat fisiknya.
• Ayam petelur yang di beli sudah berumur 3 bulan.
• Pertumbuhan & perkembangan normal.
• Ayam petelur berasal dari bibit yg diketahui keunggulannya.
• Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yg sehat.
• Ayam mempunyak nafsu makan yg baik.
• Masa betelurnya dalam kurun waktu selama satu Tahun.
• Daya tahannya terhadap penyakit cukup kuat.
2. Pemberian pakan dan air minum
• Pakan diberi tiga kali sehari.
3. Pemberian sekam
• Dilakukan sehari atau dua hari sebelum DOC masuk kandang
4. Pemberian pemanas
• Pemanas digunakan ketika DOC masuk kandang agar suhu nya tetap
terjaga pada malam hari
5. Proses vaksinasi ,obat dan vitamin
• Pemberian vaksin dilakukan seminggu pertama setelah DOC masuk
kandang (air minum,tetes mata dan suntikan).
• Pemberian vitamin dilakukan tiga hari pertama setelah DOC divaksin.
• Pemberian obat dilakukan hanya pada saat terserang penyakit.
6. Panen
• Hasi Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang
dihasilkan oleh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari.
• Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam
petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang
dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
• Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray
(nampan telur).
• Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena
litter atau tinja ayam dibersihkan.
Pengawasan terhadap perencanaan persediaan dan jadwal pengadaan input
dan sarana produksi adalah sebagai berikut.
1. Barang persediaan
• Kandang ( memperhatikan letak dan arah kandang,ventilasi yang
baik,ukuran kandang sesuai dengan kapasitas ayam,dan luas kandang.
Ransum (memperhatikan kebutuhan nilai gizi ayam petelur), dll.
• Transportasi : biaya pengiriman ,packing atau peralatan transportasi, bahan
baku,pengiriman tepat waktu.
• Informasi : mengetahui informasi mengenai system pengadaan bahan
baku,distribusi bahan baku,hasil panen ayam petelur,informasi harga input
dan output.
2. Pengadaan atau pembelian
• Kandang ( mencari lokasi yang tanahnya kering,jauh dari keramaian,tidak
jauh dari lokasi pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran).
3. Pemeliharaan ayam petelur
• Pemberian Pakan, untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase
yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) & fase finisher (umur 4-6 minggu).
• Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini
dikelompokkan dlm 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 1-29 hari) dan fase
finisher (umur 30-57 hari)
3.2 Sub Sistem On Farm
Sub system on farm yakni segala kegiatan produksi yang menghasilkan
produk primer, dimulai dari tipe strain ayam ras petelur. Tipe strain ayam petelur
adalah.
a. Ayam Ras Petelur Tipe Ringan
Ayam ras petelur tipe ringan atau ayam ras petelur putih adalah ayam ras
petelur yang khusus dibudidayakan sebagai penghasil telur saja sehingga produksi
daging sedikit dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· badan ramping, kurus mungil
· bulunya berwarna putih bersih
· berjengger merah
· mampu bertelur lebih dari 260 butir per tahun
· relatif sensitif terhadap cuaca panas dan keributan
· mudah kaget yang berdampak pada penurunan produksi
Adapun contoh bangsa yang termasuk ayam ras petelur tipe ringan adalah
leghorn.
b. Ayam Ras Petelur Tipe Medium
Ayam ras petelur tipe medium disebut juga sebagai ayam ras tipe dwiguna
dan ayam ras petelur coklat. Disebut sebagai ayam ras tipe dwiguna karena
mampu menghasilkan telur dan daging yang relatif cukup banyak. Dikatakan
sebagai ayam ras petelur coklat karena memiliki bulu dan telur yang berwarna
coklat. Adapun ciri-ciri lain dari ayam ras petelur tipe medium adalah :
· memiliki ukuran dan bobot badan berada di antara ayam petelur tipe ringan
dan ayam ras pedaging.
Pemimpin/ Manajer SS II
Selecting
Controlling
Administrasi
Teknisi
Menyeleksi ayam yang akan dibudidayakan dan pakan
Mengawasi/mengecek kandang, dan pakan yg diberikan
Mengawasi/mengecek mesin, pemeliharaan mesin, dan
operator
Pembiayaan kandang, pakan, upah tenaga kerja, serta
pemeliharaan
· ukuran telur yang dihasilkan besar.
· dalam satu kelompok ayam, ada yang bersifat suka mengeram.
· bersifat relatif tenang.
Contoh strain ayam ras petelur tipe medium adalah hysex brown dan isa brown.
Strain ayam petelur yang akan dibudidayakan adalah tipe ringan yaitu
Leghorn karena produksi per tahun cukup tinggi yaitu 260 butir, walaupun sensitive
terhadap panas hal ini dapat ditangani dengan sarana dan pengawasan yang baik.
Usaha ternak yang akan dilaksanakan terletak didataran tinggi daerah
pedesaan dengan persetujuan masyarkat sekitar, jauh dari perkampungan dan
keramaian suhunya cocok dengan ternak, lokasinya memiliki sumber air yang bersih
dan cukup, tidak di bawah lembah atau di atas bukit, dan lokasi harus memenuhi
aturan tataguna lahan dari pemerintah daerah setempat.
Kita akan membuat usaha dalam skala besar. Pola produksi untuk umur telur
pertama yaitu 5-10 bulan sedangkan jumlah produksi telur per butir/ekor/tahun
dengan Hen Day Producition dalah 203-232 butir/ekor/tahun. Pembiayaannya dari
kandang sistem koloni dan di isi beberapa ekor ayam. Luas kandangnya untuk 1 ekir
ayam dewasa sekitar 40cmx40cm. Pakannya masih limited grain ( campuran bentuk
tepung dan butiran), All mash( bentuk tepung ), Pellet ( bentuk butiran dengan ukuran
yang sama dan crumble. Dari tenaga kerjanya persyaratan minimal lulus SMA atau
setara, mengetahui sedikitnya tentant ternak ayam petelur. Untuk HKPnya wanita 6
jam dan pria 8 jam.
Pengorganisasian dari usaha ternak yang di jalankan secara kelompok.
Dengan penyusunan skala usaha besar dan bentuk organisasi kelompok, mencari
seorang manajer dan staff dari suatu kelompok yang setiap individunya di berikan
tanggung jawab yang berbeda mulai dari penyediaan sarana ( kandang ) dan
peralatan, penyiapan bibit, produksi telur, pemeliharaan seperti kandang, pakan dan
vaksinasi, dan yang mengurusnya setelah panen atau produksi. Untuk sistem
pengarahannya manajer memberikan pembagian kerja dan menjelaskan pembagian
kegiatan tersebut secara terperinci, manajer memberikan arahan bahwa setiap staff
harus fokus dan bertanggung jawab pada bagiannya ( sesuai pembagiaan kerja ).
Sistem pengawasan terbagi menjadi 3 proses produksi, penggunaan input dan
produksi dan jadwal kegiatan. Proses produksi mulai dari melakukan penyortiran
terus menerus terhadap bibit yang bagus yang dapat menghasilkan telur banyak di
Konsumen/ eksportir
sertai konversi ransum atau pakan yang dapat menunjang produksi menjadi tinggi,
penggunaan input dan produksi yaitu mengecek kandang dan peralatan setiap hari
minimal sekali dalam sehari, mengecek telur yang akan ditetaskan di mesin tetas, dan
pengecekan pakan dan minum ternak. Melakukan jadwal kegiatan yaitu dengan
melakukan pengambilan telur 3 kali dalam sehari pagi, siang, dan sore, untuk sore
hari sambil dilakukan pengecekan seluruh kandang dan pemberian pakan dan minum
pada ternak.
3.4 Sub Sistem Pemasaran Produk Agribsnis
Program pemasaran dilakukan dengan cara pengiriman langsung kepada
konsumen. Pemasaran pertama dilakukan dengan cara sistem kontrak. Dengan sistem
ini cara pengiriman langsung kepada distribustor, dengan asumsi “habis atau tidak
penjualan telur, maka jumlah telur yang diberikan harus dibayar”, tentunya setelah
kedua belah pihak mengalami proses negosiasi. Harga penjualan telur perkilonya
adalah Rp 13.000 untuk telur grade A dan B, sedangkan Rp 9.000 untuk telur grade
C.
Pelaku pemasaran yaitu terdiri dari Produsen, pengumpul, pengecer,
pedagang.
supermarket
Pengumpul/ pemasok
Produsen/ peternak
Pengecer
Lokasi pemasaran produk ayam petelur yaitu:
1. Pedagang pengumpul telur (dari skala kecil, menegah, sampai besar).
2. Pedagang telur eceran di pasar-pasar
3. Warung-warung kecil dan toko kelontong yang di dalamnya juga menjual
telur ayam.
4. Agen atau kios jamu.
5. Koperasi yang mengadakan barang kebutuhan pokok bagi anggotanya.
6. Rumah makan
7. Penggusaha catering (jasa boga)
8. Penjaja sayur mayur keliling
9. Kantor-kantor atau perusahaan yang memberi makan karyawannya.
Untuk memasarkan hasil produk olahan digunakan strategi dalam mendukung
proses pemasaran hasil produksinya, peternakan tidak melakukan promosi secara
agresif, promosi guna menambah pangsa pasarnya sejauh ini belum dilakukan,
terbatas dalam promosi dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan mitra
pemasaran yang sudah ada. Hal ini sesuai bahwa sifat produk peternakan yang cepat
rusak sehingga timbulnya praktek pemasaran khusus, sifat komoditi tersebut
menyebabkan sedikitnya iklan dan kegiatan promosi.
Pengorganisasian dalam kegiatan pemasaran dibagi dalam beberapa tugas
yaitu produsen yang memproduksi telur kemudian dijual ke pengumpul, pengumpul
yang terdiri dari beberapa pedagang perantara mulai dari kecil, menengah dan besar
dengan tugas menampung telur, pengecer adalah pedagang yang berada di pasar,
tukang sayur, dan toko kelontong yang memasarkan atau menjual produk kepada
konsumen, dan yang terakhir adalah konsumen yaitu pembeli produk untuk
dikonsumsi seperti ibu rumah tangga, tukang jamu, dll.
Hasil produksi, yang sangat perlu diperhatikan adalah saat pengambilan telur
tersebut harus dilakukan secara hati hati. Hal ini penting karena telur mudah rusak,
terbentur, atau tergesek saja bisa pecah. Jika pecah, telur sudah dianggapsebagai
barang apkiran sehingga tidak ada nilai jualnya. Pada saat telur didistribusikan ke
pengumpul ataupun pengecer telur ditaruh pada tempat yang aman sperti egg tray
sehingga telur tidak akan pecah atau rusak. Sedangkan Nilai produk atau nilai jual
dapat dilihat dari penanganan setelah panen yang mempunyai beberapa fungsi
penting untuk meningkatkan nilai jual produk yang dihasilkan. Kadang-kadang harga
sebelum proses “pascapanen” dengan harga setelah diberi sentuhan “pascapanen”
akan jauh berbeda. Karena selain mutunya yang terpilih, sasarn penjualan nya juga
lebih khusus untuk ekonomi menengah ke atas. Selain itu tempat penjualan nya pun
lebih bergengsi seperti supermarket ataupun komoditi ekspor selain itu, penanganan
pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap berkualitas baik dan
tidak mudah rusak.
3.5 Sub Sistem Kelembagaan Pemasaran
Sub system kelembagaan pemasaran sebenarnya merupakan bagian dari sub
sistem pemasaran. Lembaga pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pasar
tradisioanal, poultry shop, konsumen, dan lainnya.
Pedagang pengumpul mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
penjualan telur dari peternak sebelum sampai ke tangan konsumen. Biasanya para
pedagang pengumpul mendatangi para peternak untuk membeli telur ayam ras dalam
jumlah besar, setelah itu mereka akan menyalurkan ke beberapa pedagang perantara
lainnya sebelum sampai ke konsumen. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul dalam hal ini adalah fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi
penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Hal ini sesuai pendapat Kamaludin (2008),
yang mengatakan bahwa pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang
menjual komoditi yang dibeli dari peternak. Peranan pedagang pengumpul adalah
mengumpulkan komoditi yang dibeli dari peternak dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pemasaran seperti pengangkutan.
Lembaga pemasaran kedua yang mempunyai peranan penting pada penjualan
telur adalah rumah makan dan restoran. Alasan pemilik rumah makan dan restoran
mau membayar harga telur ayam ras dengan harga mahal adalah karena umumnya
mereka merasa terjamin bahwa telur dari peternak masih baru, sehingga tidak
mengecewakan konsumen apabila diolah menjadi masakan. Pada posisi ini, rumah
makan dan restoran berperan dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi
penyimpanan/ pengolahan.
Lembaga pemasaran ketiga yang cukup berperan dalam penjualan telur ayam
adalah pasar tradisional. Menurut Rahardi dkk. (1999), pasar tradisional adalah pasar
yang menyediakan berbagai jenis keperluan termasuk sandang, pangan dan papan
dalam jumlah kecil (eceran) maupun dalam jumlah yang besar (skala besar). Hal ini
disebabkan karena umumnya lokasi pasar tradisional jauh dari lokasi peternakan,
sehingga peternak harus mengeluarkan biaya untuk transportasi. Disamping itu resiko
telur pecah diperjalanan cukup besar. Pada posisi ini, pasar tradisional berperan
dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi penyimpanan.
Peranan lembaga pemasaran lainnya dalam hal ini adalah konsumen rumah
tangga, yaitu yang langsung membeli telur ayam ras dilokasi peternakan tanpa
melibatkan pedagang perantara. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2007) yang
mengatakan bahwa jalur penjualan langsung yaitu penjualan langsung ke konsumen
akhir tanpa adanya pedagang perantara. Walaupun penjualan telur ke konsumen tanpa
melalui pedagang perantara dan diharapkan harga jual dari peternak paling rendah,
akan tetapi harga jual telur ke konsumen lebih tinggi dibandingkan harga jual ke
pedagang pengumpul maupun ke pasar tradisional. Hal ini disebabkan karena
konsumen rumah tangga yang umumnya warga sekitar peternakan, jumlah pembelian
telur ayam relatif dalam skala kecil dan hanya untuk konsumsi rumah tangga. Oleh
karena itu, untuk menutupi biaya produksi, peternak ayam ras menjual dengan harga
tinggi ke konsumen. Pada posisi ini, peternak ayam ras petelur melakukan beberapa
fungsi yaitu fungsi penjualan dan fungsi penyimpanan. Untuk fungsi penjualan,
peternak hanya menunggu datangnya pembeli di lokasi peternakannya. Fungsi
penyimpanan diperlukan untuk menahan telur tersebut sampai laku terjual.
Lembaga pemasaran poultry shop jarang sekali bekerja sama dengan peternak.
Alasannya adalah karena lokasi poultry shop jauh dari area peternakan dan peternak
khawatir dengan resiko telur pecah diperjalanan. Alasan kedua adalah rata-rata harga
jual telur di poultry shop. Rendahnya harga jual ini kemungkinan disebabkan karena
rendahnya tingkat permintaan terhadap telur ayam di poultry shop. Pada posisi ini,
poultry shop berperan dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi
penyimpanan.
IV
KESIMPULAN
Dalam system manajemen agribisnis memiliki empat sub system yang saling
berhubungan yaitu sub system input dan sarana produksi, sub system on farm, sub
sitem pengolahan produk dan sub sistem pemasaran hasil produksi yang kemudian
akan sampai kepada konsumen.
Dalam usaha peternakan ayam petelur sarana dan input yang dibutuhkan
cukup banyak dari mulai kandang, pakan, peralatan dan perlengkapan dalam
menunjang hasil produksi yang tinggi. Untuk produksi primer perlu diketahui mulai
dari pemilihan strain ayam ras, dimana tempat usahanya, bagaimana skala usaha, pola
produksinya, dan pembiayaan. Untuk pengolahan produk kita harus menyusun
perencanaan mengenai desain produksi dan produk olahan telur ayam serta
pembiayaan. Produk kemudian di distribusikan dengan kemasan yang menarik
melalui beberapa agen pemasran seperti pengecer, exporter dan sebagainya. Dan
sebelum melakukan kegiatan usaha ini, perlu diketahui bahwa ada lembaga
pemerintahan yang perlu seperti lembaga perijinan membangun bangunan, ijin
melakukan usaha produksi, perpajakan, dan yang lainnya.