26
I PENDAHULUAN Manajemen agribisnis adalah seperangkat keputusan untuk mendukung proses agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi kegiatan agribisnis. Penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam agribisnis berbeda dengan dengan penerapan dalam bisnis. Perbedaan tersebut didasarkan pada banyaknya karakteristik khusus usaha, skala usaha, jenis komoditas, dan variasi-variasi lainya yang terdapat pada agribisnis. Jenis usaha yang dikunjungi merupakan jenis perusahaan ayam petelur, dimana manajemennya. Berdasarkan macam kegiatan yang ada pada agribisnis peternakan, maka manajemen agribisnis usaha tani ternak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu : manajemen produksi dalam usaha produksi peternakan, manajemen produksi dalam usaha penanganan dan pengolahan produk peternakan, menejemen pemasaran dan distribusi produk, manajemen resiko, manajemen tekhnologi, dan manajemen kelembagaan pendukung agribisnis. Perusahaan ayam petelur merupakan salah satu komoditas usaha yang cukup tinggi di indonesia, dengan

laporan akhir1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan akhir1

I

PENDAHULUAN

Manajemen agribisnis adalah seperangkat keputusan untuk mendukung proses

agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi kegiatan agribisnis. Penerapan fungsi-

fungsi manajemen dalam agribisnis berbeda dengan dengan penerapan dalam bisnis.

Perbedaan tersebut didasarkan pada banyaknya karakteristik khusus usaha, skala

usaha, jenis komoditas, dan variasi-variasi lainya yang terdapat pada agribisnis. Jenis

usaha yang dikunjungi merupakan jenis perusahaan ayam petelur, dimana

manajemennya.

Berdasarkan macam kegiatan yang ada pada agribisnis peternakan, maka

manajemen agribisnis usaha tani ternak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

macam, yaitu : manajemen produksi dalam usaha produksi peternakan, manajemen

produksi dalam usaha penanganan dan pengolahan produk peternakan, menejemen

pemasaran dan distribusi produk, manajemen resiko, manajemen tekhnologi, dan

manajemen kelembagaan pendukung agribisnis.

Perusahaan ayam petelur merupakan salah satu komoditas usaha yang cukup

tinggi di indonesia, dengan ketersediaan bahan-bahan yang ada seperti pembibitan,

DOC, pakan dan lahan yang memadai, membuat banyak peternakan ayam petelur

diindonesia, namun peternakan tersebut masih peternakan tradisional dan sistem

manajemennya masih belum tertata, dengan adanya praktikum manajemen agribisnis

peternakan ini agar mampu memahami dan mengerti manajemen yang baik agar

perusahaan tersebut dapat berjalan dengan sesuai harapan.

Page 2: laporan akhir1

II

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari

segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak

untuk terus menjalankan usaha peternakan ayam petelur ini dikarenakan jumlah

permintaan telur ayam ras yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses

mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar

merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha

peternakan ayam ras petelur ini.

Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts?TN.330/6/96, usaha peternakan

terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan,

dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan

budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode.

Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam

dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk

pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan ayam dengan

jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha

Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal

tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16

Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa

Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk

olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan

perusahaa- perusahaan peternakan.

Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub system

agribisnis peternakan yaitu hulu, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu

meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC,

Page 3: laporan akhir1

pakan, obat-obatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sitem budidaya ternak

berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan

oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan.

Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh

sub system budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub

system penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem

di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non

bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan,

transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Page 4: laporan akhir1

III

PEMBAHASAN

3.1 Sub Sistem Input dan Sarana Produksi

Sub sistem input dan sarana produksi merupakan sub sistem pertama dari

system agribisnis, sub system ini sangatlah penting terhadap kelangsungan sub

system produksi dan pengolahan. Dalam usaha ternak ayam petelur input dan saran

yang harus diperhatikan adalah pakan, kandang, peralatan dan perlengkapannya.

Pakan yang diperlukan untuk budidaya ayam petelur adalah ransum,

konsentrat, pelet dan meat bone meal. Ransum merupakan campuran dari berbagai

macam bahan organik dan anorganik. Jagung giling yang diberikan pada fase grower

dan layer, mengandung xantrofil A. Bungkil kedelai sebagai pakan sumber protein

tinggi. Pellet dapat dibuat dari bahan jagung yang banyak mengandung karbohidrat ,

bungkil kedelai yang mengadung protein, dedak, tepung ikan, dan tepung daun. Meat

bone meal merupakan pakan hasil trimming yang berasal dari limbah RPH seperti

tulang dan paru.

Peralatan yang digunakan untuk budidaya ayam petelur adalah kandang yang

terdiri atas tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-

obatan dan sistem alat penerangan; Litter/alas lantai setinggi 10 cm, bahan litter

dipakai campuran dari kulit padi/sekam dgn sedikit kapur & pasir secukupnya;

Tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor; Tempat

bertengger untuk tempat beristirahat/ tidur; Tempat makan ,minum , dan grit; Sanitasi

dan tindakan preventif.

Dalam budidaya ini hal yang dapat menunjang produksi adalah mesin, yaitu

mesin pembuat tepung (untuk membuat tepung dari aneka bahan); mesin pengaduk

bahan pakan (untuk mengaduk bahan pakan dengan kondisi bahan yang akan di

mixer adalah kering); mesin tetas telur (untuk menetaskan telur ungags menjadi doc).

Selain itu ada mesin dalam penggunaan pembuatan pellet yaitu mesin pelet apung

Page 5: laporan akhir1

extruder (untuk mencetak pelet pakan agar mudah terapung dan mengambang); mesin

mixer pelet (untuk mengaduk bahan pakan secara otomatis); mesin pelet cetak kering

(untuk mencetak bahan pakan yang sudah di campur dalam keadaan basah sehingga

hasil akhirnya menjadi kering); mesin oven pengering (untuk mengeringkan pakan

bila dalam keadaan basah).

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengorganisasian, maka dilakukan

pengarahan pra-produksi dan produksi.

a. Pra Produksi

1. Penyiapan Sarana (Kandang),

Iklim kandang yg cocok untuk beternak ayam petelur meliputi

persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar

antara 60–70%, penerangan & atau pemanasan kandang sesuai dgn aturan

Pemimpin/ Manajer SS I

Controlling Pakan

Controlling Kandang

Teknisi Mesin

Operator mesin

Controlling Peralatan &

Perlengkapan

Page 6: laporan akhir1

yg ada, tata letak kandang agar mendpt sinar matahari pagi & tdk melawan

arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yg baik.

Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: 

o Sistem kandang koloni, satu kandang utk banyak ayam yg terdiri dari

ribuan ekor ayam petelur;

o Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dgn sebutan

cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dlm kandang

tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang utk satu ekor

ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dlm peternakan ayam

petelur komersial.

Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 

o Kandang dgn lantai liter, kandang ini dibuat dgn lantai yg dilapisi

kulit padi, pesak/sekam padi & kandang ini umumnya diterapkan

pada kandang sistem koloni;

o Kandang dgn lantai kolong berlubang, lantai utk sistem ini terdiri dari

bantu atau kayu kaso dgn lubang-lubang diantaranya, yg nantinya utk

membuang tinja ayam & langsung ke tempat penampungan;

o Kandang dgn lantai campuran liter dgn kolong berlubang, dgn

perbandingan 40% luas lantai kandang utk alas liter & 60% luas

lantai dgn kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan & 30% di

kiri).

2. Persiapan peralatan

• Litter (alas lantai)

Alas lantai/litter ,Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai

campuran dari kulit padi/ sekam dgn sedikit kapur & pasir secukupnya,

• Tempat bertelur

Page 7: laporan akhir1

Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur & kulit telur

tdk kotor, dpt dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yg cukup untuk 4–5

ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dgn lebih tinggi dari tempat

bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar

sehingga telur tdk pecah & terinjak-injak serta dimakan.

• Tempat bertengger

Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding

& diusahakan kotoran jatuh ke lantai yg mudah dibersihkan dari luar. Dibuat

tertutup agar terhindar dari angin & letaknya lebih rendah dari tempat

bertelur.

• Tempat makan, minum & tempat grit

Tempat makan & minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,

almunium atau apa saja yg kuat & tdk bocor juga tdk berkarat. Untuk tempat

grit dgn kotak khusus

b. Produksi

1. Penyiapan Bibit

Ayam petelur yg akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai

berikut, antara lain:

• Ayam petelur harus sehat & tidak cacat fisiknya.

• Ayam petelur yang di beli sudah berumur 3 bulan.

• Pertumbuhan & perkembangan normal.

• Ayam petelur berasal dari bibit yg diketahui keunggulannya.

• Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yg sehat.

• Ayam mempunyak nafsu makan yg baik.

• Masa betelurnya dalam kurun waktu selama satu Tahun.

• Daya tahannya terhadap penyakit cukup kuat.

2. Pemberian pakan dan air minum

Page 8: laporan akhir1

• Pakan diberi tiga kali sehari.

3. Pemberian sekam

• Dilakukan sehari atau dua hari sebelum DOC masuk kandang

4. Pemberian pemanas

• Pemanas digunakan ketika DOC masuk kandang agar suhu nya tetap

terjaga pada malam hari

5. Proses vaksinasi ,obat dan vitamin

• Pemberian vaksin dilakukan seminggu pertama setelah DOC masuk

kandang (air minum,tetes mata dan suntikan).

• Pemberian vitamin dilakukan tiga hari pertama setelah DOC divaksin.

• Pemberian obat dilakukan hanya pada saat terserang penyakit.

6. Panen

• Hasi Utama

Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang

dihasilkan oleh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari.

• Hasil Tambahan

Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam

petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang

dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.

• Pengumpulan

Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray

(nampan telur).

• Pembersihan

Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena

litter atau tinja ayam dibersihkan.

Pengawasan terhadap perencanaan persediaan dan jadwal pengadaan input

dan sarana produksi adalah sebagai berikut.

1. Barang persediaan

Page 9: laporan akhir1

• Kandang ( memperhatikan letak dan arah kandang,ventilasi yang

baik,ukuran kandang sesuai dengan kapasitas ayam,dan luas kandang.

Ransum (memperhatikan kebutuhan nilai gizi ayam petelur), dll.

• Transportasi : biaya pengiriman ,packing atau peralatan transportasi, bahan

baku,pengiriman tepat waktu.

• Informasi : mengetahui informasi mengenai system pengadaan bahan

baku,distribusi bahan baku,hasil panen ayam petelur,informasi harga input

dan output.

2. Pengadaan atau pembelian

• Kandang ( mencari lokasi yang tanahnya kering,jauh dari keramaian,tidak

jauh dari lokasi pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran).

3. Pemeliharaan ayam petelur

• Pemberian Pakan, untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase

yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) & fase finisher (umur 4-6 minggu).

• Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini

dikelompokkan dlm 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 1-29 hari) dan fase

finisher (umur 30-57 hari)

Page 10: laporan akhir1

3.2 Sub Sistem On Farm

Sub system on farm yakni segala kegiatan produksi yang menghasilkan

produk primer, dimulai dari tipe strain ayam ras petelur. Tipe strain ayam petelur

adalah.

a. Ayam Ras Petelur Tipe Ringan

Ayam ras petelur tipe ringan atau ayam ras petelur putih adalah ayam ras

petelur yang khusus dibudidayakan sebagai penghasil telur saja sehingga produksi

daging sedikit dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

·  badan ramping, kurus mungil

·  bulunya berwarna putih bersih

·  berjengger merah

·  mampu bertelur lebih dari 260 butir per tahun

·  relatif sensitif terhadap cuaca panas dan keributan

·  mudah kaget yang berdampak pada penurunan produksi

Adapun contoh bangsa yang termasuk ayam ras petelur tipe ringan adalah

leghorn.

b.  Ayam Ras Petelur Tipe Medium

Ayam ras petelur tipe medium disebut juga sebagai ayam ras tipe dwiguna

dan ayam ras petelur coklat.  Disebut sebagai ayam ras tipe dwiguna karena

mampu menghasilkan telur dan daging yang relatif cukup banyak.  Dikatakan

sebagai ayam ras petelur coklat karena memiliki bulu dan telur yang berwarna

coklat. Adapun ciri-ciri lain dari ayam ras petelur tipe medium adalah :

·  memiliki ukuran dan bobot badan berada di antara ayam petelur tipe ringan

dan ayam ras pedaging.

Page 11: laporan akhir1

Pemimpin/ Manajer SS II

Selecting

Controlling

Administrasi

Teknisi

Menyeleksi ayam yang akan dibudidayakan dan pakan

Mengawasi/mengecek kandang, dan pakan yg diberikan

Mengawasi/mengecek mesin, pemeliharaan mesin, dan

operator

Pembiayaan kandang, pakan, upah tenaga kerja, serta

pemeliharaan

·  ukuran telur yang dihasilkan besar.

·  dalam satu kelompok ayam, ada yang bersifat suka mengeram.

·  bersifat relatif tenang.

Contoh strain ayam ras petelur tipe medium adalah hysex brown dan isa brown.

Strain ayam petelur yang akan dibudidayakan adalah tipe ringan yaitu

Leghorn karena produksi per tahun cukup tinggi yaitu 260 butir, walaupun sensitive

terhadap panas hal ini dapat ditangani dengan sarana dan pengawasan yang baik.

Page 12: laporan akhir1

Usaha ternak yang akan dilaksanakan terletak didataran tinggi daerah

pedesaan dengan persetujuan masyarkat sekitar, jauh dari perkampungan dan

keramaian suhunya cocok dengan ternak, lokasinya memiliki sumber air yang bersih

dan cukup, tidak di bawah lembah atau di atas bukit, dan lokasi harus memenuhi

aturan tataguna lahan dari pemerintah daerah setempat.

Kita akan membuat usaha dalam skala besar. Pola produksi untuk umur telur

pertama yaitu 5-10 bulan sedangkan jumlah produksi telur per butir/ekor/tahun

dengan Hen Day Producition dalah 203-232 butir/ekor/tahun. Pembiayaannya dari

kandang sistem koloni dan di isi beberapa ekor ayam. Luas kandangnya untuk 1 ekir

ayam dewasa sekitar 40cmx40cm. Pakannya masih limited grain ( campuran bentuk

tepung dan butiran), All mash( bentuk tepung ), Pellet ( bentuk butiran dengan ukuran

yang sama dan crumble. Dari tenaga kerjanya persyaratan minimal lulus SMA atau

setara, mengetahui sedikitnya tentant ternak ayam petelur. Untuk HKPnya wanita 6

jam dan pria 8 jam.

Pengorganisasian dari usaha ternak yang di jalankan secara kelompok.

Dengan penyusunan skala usaha besar dan bentuk organisasi kelompok, mencari

seorang manajer dan staff dari suatu kelompok yang setiap individunya di berikan

tanggung jawab yang berbeda mulai dari penyediaan sarana ( kandang ) dan

peralatan, penyiapan bibit, produksi telur, pemeliharaan seperti kandang, pakan dan

vaksinasi, dan yang mengurusnya setelah panen atau produksi. Untuk sistem

pengarahannya manajer memberikan pembagian kerja dan menjelaskan pembagian

kegiatan tersebut secara terperinci, manajer memberikan arahan bahwa setiap staff

harus fokus dan bertanggung jawab pada bagiannya ( sesuai pembagiaan kerja ).

Sistem pengawasan terbagi menjadi 3 proses produksi, penggunaan input dan

produksi dan jadwal kegiatan. Proses produksi mulai dari melakukan penyortiran

terus menerus terhadap bibit yang bagus yang dapat menghasilkan telur banyak di

Page 13: laporan akhir1

Konsumen/ eksportir

sertai konversi ransum atau pakan yang dapat menunjang produksi menjadi tinggi,

penggunaan input dan produksi yaitu mengecek kandang dan peralatan setiap hari

minimal sekali dalam sehari, mengecek telur yang akan ditetaskan di mesin tetas, dan

pengecekan pakan dan minum ternak. Melakukan jadwal kegiatan yaitu dengan

melakukan pengambilan telur 3 kali dalam sehari pagi, siang, dan sore, untuk sore

hari sambil dilakukan pengecekan seluruh kandang dan pemberian pakan dan minum

pada ternak.

3.4 Sub Sistem Pemasaran Produk Agribsnis

Program pemasaran dilakukan dengan cara pengiriman langsung kepada

konsumen. Pemasaran pertama dilakukan dengan cara sistem kontrak. Dengan sistem

ini cara pengiriman langsung kepada distribustor, dengan asumsi “habis atau tidak

penjualan telur, maka jumlah telur yang diberikan harus dibayar”, tentunya setelah

kedua belah pihak mengalami proses negosiasi. Harga penjualan telur perkilonya

adalah Rp 13.000 untuk telur grade A dan B, sedangkan Rp 9.000 untuk telur grade

C.

Pelaku pemasaran yaitu terdiri dari Produsen, pengumpul, pengecer,

pedagang.

supermarket

Pengumpul/ pemasok

Produsen/ peternak

Pengecer

Page 14: laporan akhir1

Lokasi pemasaran produk ayam petelur yaitu:

1. Pedagang pengumpul telur (dari skala kecil, menegah, sampai besar).

2. Pedagang telur eceran di pasar-pasar

3. Warung-warung kecil dan toko kelontong yang di dalamnya juga menjual

telur ayam.

4. Agen atau kios jamu.

5. Koperasi yang mengadakan barang kebutuhan pokok bagi anggotanya.

6. Rumah makan

7. Penggusaha catering (jasa boga)

8. Penjaja sayur mayur keliling

9. Kantor-kantor atau perusahaan yang memberi makan karyawannya.

Untuk memasarkan hasil produk olahan digunakan strategi dalam mendukung

proses pemasaran hasil produksinya, peternakan tidak melakukan promosi secara

agresif, promosi guna menambah pangsa pasarnya sejauh ini belum dilakukan,

terbatas dalam promosi dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan mitra

pemasaran yang sudah ada. Hal ini sesuai bahwa sifat produk peternakan yang cepat

rusak sehingga timbulnya praktek pemasaran khusus, sifat komoditi tersebut

menyebabkan sedikitnya iklan dan kegiatan promosi.

Pengorganisasian dalam kegiatan pemasaran dibagi dalam beberapa tugas

yaitu produsen yang memproduksi telur kemudian dijual ke pengumpul, pengumpul

yang terdiri dari beberapa pedagang perantara mulai dari kecil, menengah dan besar

Page 15: laporan akhir1

dengan tugas menampung telur, pengecer adalah pedagang yang berada di pasar,

tukang sayur, dan toko kelontong yang memasarkan atau menjual produk kepada

konsumen, dan yang terakhir adalah konsumen yaitu pembeli produk untuk

dikonsumsi seperti ibu rumah tangga, tukang jamu, dll.

Hasil produksi, yang sangat perlu diperhatikan adalah saat pengambilan telur

tersebut harus dilakukan secara hati hati. Hal ini penting karena telur mudah rusak,

terbentur, atau tergesek saja bisa pecah. Jika pecah, telur sudah dianggapsebagai

barang apkiran sehingga tidak ada nilai jualnya. Pada saat telur didistribusikan ke

pengumpul ataupun pengecer telur ditaruh pada tempat yang aman sperti egg tray

sehingga telur tidak akan pecah atau rusak. Sedangkan Nilai produk atau nilai jual

dapat dilihat dari penanganan setelah panen yang mempunyai beberapa fungsi

penting untuk meningkatkan nilai jual produk yang dihasilkan. Kadang-kadang harga

sebelum proses “pascapanen” dengan harga setelah diberi sentuhan “pascapanen”

akan jauh berbeda. Karena selain mutunya yang terpilih, sasarn penjualan nya juga

lebih khusus untuk ekonomi menengah ke atas. Selain itu tempat penjualan nya pun

lebih bergengsi seperti supermarket ataupun komoditi ekspor selain itu, penanganan

pasca panen merupakan usaha untuk menjaga agar produk tetap berkualitas baik dan

tidak mudah rusak.

3.5 Sub Sistem Kelembagaan Pemasaran

Sub system kelembagaan pemasaran sebenarnya merupakan bagian dari sub

sistem pemasaran. Lembaga pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pasar

tradisioanal, poultry shop, konsumen, dan lainnya.

Pedagang pengumpul mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

penjualan telur dari peternak sebelum sampai ke tangan konsumen. Biasanya para

pedagang pengumpul mendatangi para peternak untuk membeli telur ayam ras dalam

jumlah besar, setelah itu mereka akan menyalurkan ke beberapa pedagang perantara

lainnya sebelum sampai ke konsumen. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang

pengumpul dalam hal ini adalah fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi

Page 16: laporan akhir1

penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Hal ini sesuai pendapat Kamaludin (2008),

yang mengatakan bahwa pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang

menjual komoditi yang dibeli dari peternak. Peranan pedagang pengumpul adalah

mengumpulkan komoditi yang dibeli dari peternak dengan tujuan untuk

meningkatkan efisiensi pemasaran seperti pengangkutan.

Lembaga pemasaran kedua yang mempunyai peranan penting pada penjualan

telur adalah rumah makan dan restoran. Alasan pemilik rumah makan dan restoran

mau membayar harga telur ayam ras dengan harga mahal adalah karena umumnya

mereka merasa terjamin bahwa telur dari peternak masih baru, sehingga tidak

mengecewakan konsumen apabila diolah menjadi masakan. Pada posisi ini, rumah

makan dan restoran berperan dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi

penyimpanan/ pengolahan.

Lembaga pemasaran ketiga yang cukup berperan dalam penjualan telur ayam

adalah pasar tradisional. Menurut Rahardi dkk. (1999), pasar tradisional adalah pasar

yang menyediakan berbagai jenis keperluan termasuk sandang, pangan dan papan

dalam jumlah kecil (eceran) maupun dalam jumlah yang besar (skala besar). Hal ini

disebabkan karena umumnya lokasi pasar tradisional jauh dari lokasi peternakan,

sehingga peternak harus mengeluarkan biaya untuk transportasi. Disamping itu resiko

telur pecah diperjalanan cukup besar. Pada posisi ini, pasar tradisional berperan

dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi penyimpanan.

Peranan lembaga pemasaran lainnya dalam hal ini adalah konsumen rumah

tangga, yaitu yang langsung membeli telur ayam ras dilokasi peternakan tanpa

melibatkan pedagang perantara. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2007) yang

mengatakan bahwa jalur penjualan langsung yaitu penjualan langsung ke konsumen

akhir tanpa adanya pedagang perantara. Walaupun penjualan telur ke konsumen tanpa

melalui pedagang perantara dan diharapkan harga jual dari peternak paling rendah,

akan tetapi harga jual telur ke konsumen lebih tinggi dibandingkan harga jual ke

pedagang pengumpul maupun ke pasar tradisional. Hal ini disebabkan karena

Page 17: laporan akhir1

konsumen rumah tangga yang umumnya warga sekitar peternakan, jumlah pembelian

telur ayam relatif dalam skala kecil dan hanya untuk konsumsi rumah tangga. Oleh

karena itu, untuk menutupi biaya produksi, peternak ayam ras menjual dengan harga

tinggi ke konsumen. Pada posisi ini, peternak ayam ras petelur melakukan beberapa

fungsi yaitu fungsi penjualan dan fungsi penyimpanan. Untuk fungsi penjualan,

peternak hanya menunggu datangnya pembeli di lokasi peternakannya. Fungsi

penyimpanan diperlukan untuk menahan telur tersebut sampai laku terjual.

Lembaga pemasaran poultry shop jarang sekali bekerja sama dengan peternak.

Alasannya adalah karena lokasi poultry shop jauh dari area peternakan dan peternak

khawatir dengan resiko telur pecah diperjalanan. Alasan kedua adalah rata-rata harga

jual telur di poultry shop. Rendahnya harga jual ini kemungkinan disebabkan karena

rendahnya tingkat permintaan terhadap telur ayam di poultry shop. Pada posisi ini,

poultry shop berperan dalam fungsi pembelian, fungsi penjualan dan fungsi

penyimpanan.

IV

KESIMPULAN

Dalam system manajemen agribisnis memiliki empat sub system yang saling

berhubungan yaitu sub system input dan sarana produksi, sub system on farm, sub

sitem pengolahan produk dan sub sistem pemasaran hasil produksi yang kemudian

akan sampai kepada konsumen.

Dalam usaha peternakan ayam petelur sarana dan input yang dibutuhkan

cukup banyak dari mulai kandang, pakan, peralatan dan perlengkapan dalam

menunjang hasil produksi yang tinggi. Untuk produksi primer perlu diketahui mulai

dari pemilihan strain ayam ras, dimana tempat usahanya, bagaimana skala usaha, pola

produksinya, dan pembiayaan. Untuk pengolahan produk kita harus menyusun

Page 18: laporan akhir1

perencanaan mengenai desain produksi dan produk olahan telur ayam serta

pembiayaan. Produk kemudian di distribusikan dengan kemasan yang menarik

melalui beberapa agen pemasran seperti pengecer, exporter dan sebagainya. Dan

sebelum melakukan kegiatan usaha ini, perlu diketahui bahwa ada lembaga

pemerintahan yang perlu seperti lembaga perijinan membangun bangunan, ijin

melakukan usaha produksi, perpajakan, dan yang lainnya.