18
JURNAL PEMBUKTIAN ADANYA RHODAMIN DALAM SUATU MAKANAN DISUSUN OLEH: FAISMA ROSITA (13.018) AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG September 2014

KROMATOGRAFI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ipa

Citation preview

JURNALPEMBUKTIAN ADANYA RHODAMIN DALAM SUATU MAKANAN

DISUSUN OLEH:FAISMA ROSITA (13.018)

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANGSeptember 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, bahkan makanan termasuk kebutuhan primer manusia. Makanan dikonsumsi manusia untuk membantu tumbuh dan perkembangan manusia. Selain itu makanan juga merupakan salah satu sumber energi vital bagi manusia agar dapat melakukan aktivitasnya. Maka dari itu makanan tidak dapat jauh dari kehidupan manusia. Sehingga banyak orang yang memanfaatkannya dan menjadikan salah satu usaha, seperti berjualan makanan ringan, maupun makanan sehari-hari. Kini sangat mudah sekali menemukan orang yang berjualan makanan, baik itu dalam skala besar maupun kecil, dan adapula yang dalam kemasan. Bahkan untuk menarik perhatian konsumen, produsen makanan sering berinisiatif untuk mempercantik tampilan dan melezatkan rasa dari makanan yang dijualnya. Tampilan cantik dan rasa yang unik suatu produk makanan memang sangat menarik perhatian konsumen bahkan dari konsumen yang masih kecil maupun dewasa. Tetapi secantik ataupun selezatnya suatu makanan jika tidak aman dikonsumsi, maka makanan tidak ada nilainya. Keamanan suatu makanan menjadi kunci dari nikmatnya mengkonsumsi makanan, karena jika makanan tidak aman dikonsumsi maka akan memberikan efek negatif di kemudian hari. Banyak makanan yang sekarang tidak aman dikonsumsi karena produsen yang tidak mengerti akan bahaya yang mengancam konsumennya, dan disisi lain ingin terus meningkatkan penjualannya. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa berbagai jenis makanan dan minuman yang beredar di Indonesia banyak yang menggunakan pewarna tekstil yang banyak digunakan di industri dan bukan pewarna makanan yang telah dianjurkan. Zat pewarna tekstil yang banyak digunakan untuk makanan seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), Malachite Green (hijau) dan lain sebagainya. Namun dari berbagai jenis pewarna tersebut yang paling sering digunakan adalah Rhodamin B karena warnanya yang mencolok dan menarik. Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil atau pakian dan kertas, berbentuk serbuk kristal berwarna ungu kemerahan. Senyawa rhodamin sekarang nyatanya banyak digunakan oleh produsen nakal untuk bahan tambahan dalam produknya agar menarik perhatian konsumen dan mau membeli produknya. Maka dari itu untuk membantu konsumen agar tidak begitu saja dapat mengkonsumsi makanan yang tidak aman, beberapa cara dapat digunakan agar konsumen dapat membedakan makanan yang menggunakan bahan berbahaya dengan makanan yang menggunkan bahan aman.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa pengertian dari Rhodamin B?1.2.2 Bagaimana cara mengetahui suatu makanan mengandung Rhodamin B?

1.3 Tujuan 1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui Rhodamin B dalam suatu makanan1.3.2 Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Rhodamin B dengan cara yang mudah

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Rhodamin B Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagipula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik. Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh (Anonim, 2008) Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang menggunakan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Banyak warna yang dapat dihasilkan dari sebuah sintesis kimia misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning), Malachite Green (hijau) dan lain sebagainya. Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahannya larut dalam air.NoPewarna SintetisWarnaMudah larut di air

1Rhodamin BMerahTidak

2Methanil YellowKuningTidak

3Malachite GreenHijauTidak

4Sunset YelowKuningYa

5TatrazineKuningYa

6Brilliant BlueBiruYa

7CarmoisineMerahYa

8ErythrosineMerahYa

9Fast Red EMerahYa

10AmaranthMerahYa

11Indigo CarmineBiruYa

12Ponceau 4RMerahYa

Namun dari berbagai jenis pewarna tersebut yang paling sering digunakan adalah Rhodamin B karena warnanya yang mencolok dan menarik. Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013) Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000.

Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165oC (Hamdani, 2013). Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen.Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan ( Hamdani, 2013). Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B. Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen. Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Riska, 2013)

2.2 Identifikasi Rhodamin B Penggunaan bahan pangan berbahaya dalam jangka waktu yang lama akan memberikan efek yang sangat bagi tubuh manusia, salah satunya mengkonsumsi rhodamin dalam jangka panjang bauk disengaja ataupun tidak. berdasarkan permasalahan itulah, maka diperlukan suatu uji atau identifikasi untuk dapat mengenali suatu makanan tersebut mengandung bahan berbahaya atau tidak. Pada praktikum kali ini identifikasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui adanya pewarna tekstil atau tidak dalam suatu makanan, dan pewarna yang diidentifikasi sendiri adalah Rhodamin B karena termasuk pewarna tekstil yang paling sering digunakan. Sebenarnya banyak identifikasi yang dapat digunkan untuk mengetahui adanya rhodamin pada suatu makanan. Beberapa identifikasi yang dapat digunkan adalah uji visual, uji kualitatif hingga uji kromatografi.

2.2.1 Uji visual Uji visual merupakan uji yang dirasa paling mudah, karena dengan hanya menggunakan uji visual biasanya dapat terlihat makanan mana yang mengandung senyawa rhodamin atau tidak. Makanan yang mengandung senyawa rhodamin biasanya memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda jika makanan tersebut menggunakan bhan pewarna makanan. Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik. 2. Warna makanan menempel pada tangan dan agak sukar hilang 3. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).4. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.5. Baunya tidak alami sesuai makanannya6. Harganya Murah seperti saus yang cuma dijual Rp. 800 rupiah per botol(Devianti, 2009)

2.2.2 Uji kualitatif Uji kualitatif merupakan uji yang dilakukan hanya untuk menemukan senyawa apa yang terkandung dalam suatu sampel. Uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan berbagai reagen untuk membuktikan benar adanya atau tidak suatu senyawa rhodamin dalam makanan. banyak cara dan reagen yang digunakan dalam uji kualitatif. Namun cara ujinya termasuk cara yang cukup mudah.

2.2.3 Kromatografi Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase). Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti warna dan yang berarti menulis. Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam campuran. (http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi.html, 2013)

Namun pada praktikum kali ini cara yang digunakan juga berdasarkan atas beberapa uji diatas namun menggunakan alat yang sederhana yaitu pipet tetes dengan bahan baku yang digunakan adalah terasi, yang dianggap mengandung rhodamin karena warnanya yang mencolok. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat1. Pipet tetes2. Erlenmeyer3. Kertas saring4. Batang pengaduk5. Penangas

3.2 Bahan1. sampel (terasi)2. HCl3. Methanol4. Na-sulfat anhidrat5. silica gel

3.4 Prosedur Kerja3.4.1 Preparasi sampel Ditimbang sebanyak 2 g sampel (terasi), kemudian ditambahkan 4 tetes HCl 4 M dan 5 ml methanol. Dipanaskan selama 5 menit hingga sampel melarut. Selanjutnya ditambahkan methanol ad 30 ml, disaring dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat anhidrat kedalamnya kemudian filtrat diambil.

3.4.2 Pembuatan larutan pembandinng Ditimbang sebanyak 5 mg pewarnaa rhodamin B baku pembanding. Dilarutkan dalam 10 mL methanol, dikocok hingga larut.3.4.3 Identifikasi1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Kemudian masukkan silica gel dalam 2 pipet tetes namun tidak sampai diisi penuh diusahakan satu sama lain sama 3. Kemudian pipet pertama yang telah diisi dengan silica gel ditetesi dengan larutan pembanding (rhodamin B), sedangkan pipet kedua yang telah diisi dengan silica gel ditetesi dengan sampel yang telah dipreparasi sebelumnya4. Amati keduannya, jika terdapat persamaan bercak, atau laju geraknya maka sampel positif mengandung rhodamin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/ MenKes/ Per/ V/ 1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ MenKes/ Per/ IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan Pangan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.Hamdani. 2013. Available online at http://catatankimia.com/catatan/rhodamin-b.html[Diakses tanggal 15-05-13].Anonim. 2013. Identifikasi dan Penentuan Kadar Senyawa Rhodamin B Dalam Sampel Lipstik BerMerk Dagang Menggunakan KLT dan Spektrofotometri UV-Vishttp://ayuksukaanalist.blogspot.com/2012/10/identifikasi-rhodamin-b.htmlDevianti, dkk. 2009. Ciri Makanan Mengandung Rhodamin B. Farmasi UNISBAhttp://catatankimia.com/catatan/identifikasi-rhodamin-b-2.htmlhttp://riskawidya37.blogspot.com/rhodamin/identifikasirhodaminpadaterasi.html