88
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME SINISTRA Disusun oleh : ANINDYA JATI LOKASWARA NIM : 01.05.108 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Kti - Anindya Jati Lokaswara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kti - Anindya Jati Lokaswara

KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND

DAN TERAPI LATIHAN

PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME SINISTRA

Disusun oleh :

ANINDYA JATI LOKASWARA

NIM : 01.05.108

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

AKADEMI FISIOTERAPI “YAB’

YOGYAKARTA

2008

Page 2: Kti - Anindya Jati Lokaswara

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND

DAN TERAPI LATIHAN

PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME SINISTRA

Untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program Diploma III Fisioterapi Akademi Fisioterapi ”YAB” Yogyakarta

Disusun oleh:

ANINDYA JATI LOKASWARA

NIM: 01.05.108

Pembimbing I Pembimbing II

Wijianto, SST. FT Purbo Sasana, SST. FT

AKADEMI FISIOTERAPI ”YAB”

YOGYAKARTA

2008

Page 3: Kti - Anindya Jati Lokaswara

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di depan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Fisioterapi ”YAB”

Yogyakarta dan diterima untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi persyaratan

untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 16 Oktober 2008

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Nama terang Tanda Tangan

Penguji I : Suhardi, SKM, SIP ( )

Penguji II : Wijianto, SST. FT ( )

Penguji III : Purbo Sasana, SST. FT ( )

Disahkan oleh :Direktur Akademi Fisioterapi

”YAB” Yogyakarta

Sri Mardiman, MSc

Page 4: Kti - Anindya Jati Lokaswara

MOTTO

Kegagalan adalah awal dari kemenangan.

(Anonim)

Kita semua adalah orang-orang yang terpilih

menjadi juara sejak kita dibentuk dalam rahim

ibu. (Anonim)

Aku ingin menjadi seperti air yang terus

mengalir mengikuti arus dan selalu berusaha

mencari celah-celah di antara bebatuan yang

menghalangi alirannya. (Anonim)

Menjadi diri sendiri adalah hal yang sangat

sulit, tapi janganlah kita selalu bertahan

menjadi orang yang munafik dan selalu

memakai topeng. (Anonim)

Lebih baik menjaga teman dari kejatuhan

daripada membantu membangkitkannya.

(Arnold Glasgow)

Page 5: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Keterbukaan adalah salah satu karakteristik

bagi mereka yang awet dan mendalam

persahabatannya. ( Alan Loy M)

Persembahan

Dengan segala rasa syukur dan terima kasihku,

karya tulis ini kupersembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi rahmat-Nya sehingga saya

diberi kekuatan dalam menjalani segala hal yang saya

alami selama ini.

2. Kedua orang tuaku yang selalu menyertaiku dengan kasih

sayang dan doa. Maafkan adek yang selama ini merepotkan

mama dan papa. Maaf kalau adek sering membangkang dan

membuat papa dan mama marah dan sakit hati. Tanpa papa

dan mama adek nggak bisa jadi seperti ini. Maaf juga

adek nggak pernah ngucapin secara lisan dan langsung ke

papa dan mama kalau adek sayang mama dan papa.

3. Ketiga kakakku yang galak-galak tapi baik-baik plus

kakak iparku. Makasih atas segala dukungannya and

wejangannya. Maaf aku sering ngrepotin and bikin ulah.

Page 6: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Walaupun aku sering nyebelin and ngajak berantem tapi

benernya aku sayang banget ma mbak mia cs, mas danang

and mas tomi.

4. Nenek, Mbak lina. Om angga, firman, fitri, irma, dan

seluruh keluargaku tersayang yang telah mendukung dan

berdoa untukku.

5. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu and bandel-

bandel, semoga mereka tumbuh menjadi orang-orang baik

dan bisa lebih dari tantenya. Tante kangen and sayang ma

kalian.

6. Bapak Wijianto dan Bapak Purbo Sasana yang telah

meluangkan waktunya dan membagi ilmunya lewat bimbingan

yang diberikan untuk penulisan KTI ini. Terima kasih

juga udah menerima saya dan teman-teman di rumah. Maaf,

karena saya termasuk mahasiwi yang paling bandel dalam

bimbingan.

7. Seluruh dosen yang pernah membagi ilmunya kepada kami

serta seluruh karyawan AKFIS ”YAB”, terima kasih atas

semua ilmu dan nasihat-nasihat yang diberikan pada kami

serta saya minta maaf jika kami banyak membuat masalah.

Kalian adalah keluargaku setelah orang tua dan saudara-

saudaraku

Page 7: Kti - Anindya Jati Lokaswara

8. ”Penelpon setiaku” yang selalu ndukung adek dan

membangkitkan adek saat adek ngerasa jatuh and takut

ngelangkah maju. Terima kasih juga untuk cinta dan kasih

sayangmu ke adek (meskipun orang-orang bilang dongeng

kita tu aneh).

9. Untuk persatuan LUCKy NUTs beserta pasangan masing2.

Thanks atas semuanya. Kalian adalah orang-orang paling

gokil yang aku jadiin sahabat. Thanks kalian dah mau

ndukung aku, mau denger curhatku, kemarahanku. Semoga

persatuan ini tak dirusak oleh persatuan manapun entah

itu dengan strategi apapun. Sori juga q sering

ngerepotin and bikin kalian ngamux...

10. Untuk Jah Rastafara Panti 378... Sukses bro!!!!!!!!

X-an adalah kumpulan cowok tergila di kampus.... X-an

adalah sahabat2 cowok terbaikku meskipun bukan yang

terganteng..... yang mau nerima cercaanku and mau denger

rengekanku.. WOOIIIYYOOO!!!!!!

11. Untuk sahabat-sahabatku yang berjuang bersamaku

menempuh jarak berkilo-kilometer jauhnya untuk meraih

semua ini. Terima kasih ya guys... Maaf membuat kalian

panik dengan keugalanku terutama orang-orang yang

mbonceng aku. Dan tak lupa maafku kepada evi, karena aku

membuat luka di si merah...

Page 8: Kti - Anindya Jati Lokaswara

12. Untuk sahabatku yang ter O*n Chuanx yang udah

ngajarin aku ngedit gambar..

13. Untuk semua Teman seperjuanganku, kakak tingkatku and

adek-adekku yang NARSIS abeesss... Thanks atas dukungan

and kerja sama kalian plus semua pengalaman amd kenangan

yang kita lukis selama ini. Mari kita saling memaafkan

jika kita ada kesalahan baik sengaja maupun tidak. Maaf

aku nggak bisa nyebutin kalian satu persatu. Yang pasti

i’ll be missing u all and always remember me....

CAYO!!!!!!

14. Almamaterku.

KATA PENGANTAR

Page 9: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT serta rahmat-Nya,

sehingga sayadapt menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “

Penatalaksanaan Ultra Sound dan Terapi Latihan pada Kasus De Quervain Syndrome

Sinistra”. Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak berterima kasih

kepada:

1. Bapak Sri Mardiman MSc, selaku Direktur Akademi Fisioterapi “YAB”

Yogyakarta.

2. Bapak Wijianto, SSt FT, selaku pembimbing I.

3. Bapak Purbo Sasana SSt FT, selaku pembimbing II

4. Staff dan karyawan Akademi Fisioterapi “YAB” Yogyakarta

5. Orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu membantu dan memberi

dukungan kepada saya

6. Teman-teman yang selalu membantu dan memberi semangat kepada saya

7. Serta semua pihak yang belum saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari bahwa Karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata saya

berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi saya dan para pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Page 10: Kti - Anindya Jati Lokaswara

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii

MOTTO………………………………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. v

KATA PENGANTAR…………………………………………………… viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xiii

DAFTAR GRAFIK……………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….. 2

B. Rumusan Masalah………………………………………………… 3

C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 4

1. Tujuan Umum………………………………………………….. 4

2. Tujuan Khusus…………………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 5

A. Deskripsi Kasus………………………………………………….. 5

1. Definisi………………………………………………………… 5

2. Anatomi………………………………………………………… 6

3. Etiologi…………………………………………………………. 19

Page 11: Kti - Anindya Jati Lokaswara

4. Patofisiologi…………………………………………………….. 19

5. Tanda dan Gejala Klinis……………………………………….... 20

6. Komplikasi……………………………………………………… 20

7. Prognosis………………………………………………………... 21

B. Deskripisi Problematika ………………………………………………. 21

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi……………………………………….. 23

1. Ultra Sound……………………………………………………. 23

2. Terapi Latihan………………………………………………….. 27

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS……………………………… 29

A. Pengkajian Fisioterapi……………………………………………... 29

1. Anamnesis………………………………………………………. 29

2. Anamnesis Sistem………………………………………………. 30

3. Pemeriksaan Fisik……………………………………………... 31

4. Pemeriksaan Spesifik…………………………………………… 33

B. Diagnosa Fisioterapi……………………………………………… 35

1. Impairment ……………………………………………………. 35

2. Functional Limitation…………………………………………… 35

3. Disability………………………………………………………. 35

C. Tujuan Fisioterapi………………………………………………… 36

1. Tujuan Jangka Pendek…………………………………………. 35

2. Tujuan Jangka Panjang………………………………………… 35

D. Penatalaksanaan Fisioterapi………………………………………. 35

Page 12: Kti - Anindya Jati Lokaswara

1. Ultra Sound……………………………………………………. 35

2. Terapi Latihan………………………………………………….. 36

E. Edukasi……………………………………………………………. 37

F. Evaluasi……………………………………………………………. 37

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………… 38

BAB V PENUTUP………………………………………………………... 40

A. Kesimpulan………………………………………………………… 40

B. Saran……………………………………………………………….. 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Page 13: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Tabel 1. Evaluasi Nyeri dengan VAS…………………………………… 37

DAFTAR GAMBAR

Page 14: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Gambar 1. De Quervain Syndrome ……………………………5

Gambar 2. Tulang-tulang tangan……………………………… 9

Gambar 3. Otot-otot tangan bagian dorsal…………………… 13

Gambar 4. Otot-otot tangan bagian palmar……………………14

Gambar 5. Vena dan N. Radialis………………………………18

Gambar 6. Tes Finkelstein…………………………………… 34

DAFTAR GRAFIK

Page 15: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Grafik 1. Derajat Nyeri dalam Skala VAS……………………………. 39

BAB I

PENDAHULUAN

Page 16: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Sehat merupakan salah satu modal Dasar bagi manusia dalam melakukan segala

sesuatu. Melalui Indonesia Sehat 2010 kita diajak untuk lebih menghargai arti sehat

bagi manusia. Karena tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, kita akan mengalami

kesulitan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam melakukan setiap kegiatannya.

Definisi sehat menurut WHO tahun 1947:”sehat adalah suatu keadaan yang

sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau

kelemahan. Jadi seseorang bisa dikatakan sehat tidak hanya ditentukan oleh keadaan

fisiknya yang tidak mengalami suatu penyakit, cacat, maupun kelemahan tetapi juga

ditentukan oleh kesehatan mentalnya serta bagaimana orang tersebut menghadapi

lingkungan sosialnya.( WHO,1947)

Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Departemen Kesehatan

(1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang

ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan

Negara yang dtandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan

dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Dalam rangka mencapai pembangunan kesehatan yang optimal, kita tidak hanya

berpegang pada upaya penyembuhan suatu penyakit (kuratif) saja. Tetapi kita juga

berpegang pada 3 upaya lainnya yaitu upaya pendidikan dan pemberdayaan

masyarakat (promotif), upaya pencegahan atau minimalisasi potensi resiko

(preventif) serta upaya pemulihan atau optimalisasi fungsi (rehabilitasi).

Page 17: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Fisioterapi merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat

berperan dalam keempat upaya tersebut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No

1363/MENKES/SK/XII/2001, fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada individu dan masyarakat atau kelompok agar mereka dapat

mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur

kehidupan dengan menggunakan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

elektroterapis, dan mekanis), pelatihan fungsi serta komunikasi. Dalam mencapai visi

Indonesia Sehat 2010 kita memerlukan peran berbagai pihak tidak hanya pemerintah

dan bidang kesehatan saja tetapi semua bidang yang ada di Indonesia serta seluruh

masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan

berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai berat, seperti menulis, mencuci,

mengangkat barang berat dan aktivitas lainnya. Jika terjadi gangguan pada tangan

maka kita akan sangat kesulitan untuk beraktivitas. Salah satu penyakit maupun

gangguan yang dapat timbul di tangan adalah De Quervain Syndrome. De Quervain

Syndrome adalah suatu sindrom penyakit yang diakibatkn oleh adanya peradangan

pada tendon dari m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis, yang

brsama-sama masuk ke dalam satu selubung tendo.( Wolf dan Mens,1994)

De Quervain syndrome ini dapat disebabkan oleh penggunaan serta

pembebanan kerja yang berlebih pada daerah sendi carpometacarpal I maupun

trauma yang terjadi pada daerah tersebut. Sindrom ini lebih sering ditemukan pada

Page 18: Kti - Anindya Jati Lokaswara

wanita yang berusia antara 30 sampai 50 tahun. Di antara jenis penyakit yang

mengenai daerah pergelangan tangan, sindrom ini menempati urutan kedua setelah

Carpal Tunnel Syndrome.

Gejala dan keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini antara lain rasa

nyeri saat menggerakkan pergelangan tangan, timbulnya bengkak sekitar

pergelangan tangan, spasme m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis

brevis, serta adanya nyeri tekan sekitar processus styloideus radii.

Gangguan pada musculoskeletal seperti De Quervain Syndrome merupakan

salah satu masalah yang dapat ditangani oleh fisioterapi. Dengan adanya fisioterapi,

diharapkan dapat mengurangi keluhan-keluhan yang timbul akibat adanya sindrom

ini dan dapat meningkatkan keadaan penderita. Modalitas fisioterappi yang dapat

diberikan pada penderita De Quervain Syndrome antara lain terapi Ultrasonik (US)

dan terapi latihan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah US dapat mengurangi spasme serta nyeri pada De Quervain Syndrome?

2. Apakah terapi latihan dapat mengurangi spasme dan nyeri pada DE Quervain

Syndrome?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas syarat akademik guna menyelesaikan program Diploma

III fisioterapi.

2. Tujuan khusus

Page 19: Kti - Anindya Jati Lokaswara

a. Untuk mengetahui manfaat US dalam mengurangi nyeri dan spasme

m.abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis.

b. Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam mengurangi spasme dan

nyeri pada m. abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi

1. Definisi

De Quervain merupakan problem nyeri yang dihasilkan oleh adanya peradangan

tendon pada daerah pergelangan tangan tepatnya daerah ibu jari.(ilyass,2008)

Page 20: Kti - Anindya Jati Lokaswara

De Quervain adalah peradangan atau tendonitis dari jalur yang dilewati dua

tendon otot yang menggerakkan ibu jari yaitu m. abductor pollicis longus dan m.

extensor pollicis brevis yang mengakibatkan nyeri pada bagian distal radius dan

pangkal ibu jari. (Halverson,1985)

De Quervain adalah peradangan-peradangan tendon dari m.abductor pollicis

longus dan m. extensor pollicis brevis yang bersama-sama masuk ke dalam selubung

tendon. (Wolf dan Mens, 1994)

Gambar 1

De Quervain Syndrome.(Wheeless,2007)

2. Anatomi fungsional

a. Tulang-tulang tangan

Tulang atau rangka terdiri dari tulang-tulang pergelangan tangan (ossa

carpi), tulang-tulang telapak tangan (ossa metacarpi) dan ruas-ruas jari tangan

(phalangis digitorom manus).

1) Ossa Carpi

Ossa carpi terdiri dari delapan buah tulang-tulang kecil yang letaknya

teratur.

Page 21: Kti - Anindya Jati Lokaswara

a) Os Scapoideum

Os scapoideum berbentuk seperti perahu dengan dataran

proksimal yang konvek dan bersendi dengan radius.

b) Os Lunatum

Os lunatum berbentuk seperti bulan sabit, dengan dataran

proksimal yang konvek untuk bersendi dengan radius.

c) Os Triquetum

Os triquetum mempunyai tiga sisi, bagian proksimal berhubungan

dengan, bagian distal.

d) Os Pisiforme

Os pisiforme tulang kecil seperti biji kacang yang melekat di

dataran volair os triquetum.

e) Os Trapezium

Os trapezium mempunyai hubungan dengan os naviculare, os

trapezoideum dan dengan metacarpus I dan II.

f) Os Capitatum

Os capitatum berbentuk bulat dan panjang sehimgga disebut

caput.

g) Os Hamatum

Os hamatum mempunyai bentuk seperti lidah, tulang ini

berhubungan dengan os triquetum, os capitulum dan os meta carpus ke II.

h) Os Trapezoideum

Page 22: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Os trapezoideum, os capitulum, dan os scapoideum dalam os

metacarpus ke II.

2) Ossa metacarpi

Ossa metacarpi terdiri dari tiga bagian yaitu basis, corpus dan capitulum.

a) Basis

Pada metacarpi nomor 1 dataran seperti pelana, basis metacarpi

nomor 2 dataran sedi menghadap kearah ulnair, basis nomor 3 dataran

sendi bersendi dengan nomor 4 dan nomor 2. Basis nomor 4, facit

menghadap ke ulnair serta basis nomor 5 hasilnya tidak bersudut tetapi

memmbulat dengan dataran sedi kea rah radial.

b) Corpus

Corpus berbentuk langsing dengan fasies dorsalis yang

convexdan facies volaris yang concaf.

c) Capitulum

Capitulum ini berbentuk membulat dan bersendi dengan

phalanges.

3) Phalangis digitorum manus

Phalangis digitorum terdiri dari tiga buah phalang kecuali ibu jari terdiri

dari dua buah phalang.

a) Phalanges I

Basisnya concaf, ujung distalnya disebut trochlia dan ditengah-

tengahnya ada sulcus sehingga terbagi menjadi dua buah condyli.

b) Phalanges II

Page 23: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Basisnya ditengah-tengah mempunyai crista.

c) Phalanges III

Merupakan phalang terkecil pada ujung distalnya disebut

tuberositas unguicularis.

Gambar 2

Tulang-tulang tangan (Putz and Pabst, 2000)

Page 24: Kti - Anindya Jati Lokaswara

b. Otot

Gerakan jari tangan terdiri dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi,

adduksi, dan oposisi. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh otot-otot tangan.

1) Musculus flexor pollicis longus

Origo pada pertengahan facies anterior corpus radii dan membrana

introsseayang berdekatan. Tendo berjalan di belakang retinaculum

flexorumdan berinsertio ke basis phalanx distalis ibu jari. Berfungsi

melakukan gerakan flexi phalang distal ibu jari.

2) Musclus flexor pollicis brevis

Origo berada pada permukaan anterior retinaculum flexorum, insertio

pada sisi lateral basis phalanx proximalis ibu jari dengan fungsi melakukan

gerakan flexio articulatio metacarpophalangeal ibu jari.

3) Musculus opponens policis

Origo pada permukaan anterior retinaculum flexorum. Insertio pada

sepanjang pinggir lateralcorpus os metacarpal I. Berfungsi untuk menarik ibu

jari ke medial dan depan melintasi tapak tangan.

4) Musculus extensor pollicis longus

Page 25: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Origo pada facies posterior ulna dan bagian introssea yang berdekatan.

Berinsertio ke facies posterior basis phalanx distalis ibu jari. Berfungsi untuk

melaukan gerakan extensi phalang distalis I.

5) Musculus extensor pollicis brevis

Origo pada permukaan posterior radialis dan bagian membrana introssea

yang berdekatan dan berinsertio pada facies posterior basis phalanx

proximalis ibu jari fungsi melakukan gerakan extensi articulatio

metacarpophalangeal I.

6) Musculus abductor pollicis longus

Origo di permukaan posterior corpus radii dan ulna. Insertio di basis os

metacarpal I. Fungsi untuk melakukan melakukan gerakan abduksi dan

extensi ibu jari.

7) Musculus adductor pollicis brevis

Origo pada os scapoideum, trapeziumdan dan flexor retina culum.

Insertio pada basis phalanx proximal ibu jari. Fungsi untuk melakukan

gerakan abduksi ibu jari.

8) Musculus abductor digiti minimi

Origo pada os pisiforme, insertio pada aponeurois dorsalis jari ke lima.

Otot ini berfungsi untuk abduksi jari kelingking.

9) Musculus digiti minimi brevis (tidak selalu ada)

Origo pada retinaculum flexorum dan hamulus ossis hamati,

sedangkan insertion pada phalang proximal jari ke lima. Berfungsi untuk

memfleksikan jari kelingking.

Page 26: Kti - Anindya Jati Lokaswara

10) Musculus opponens digiti minimi

Origo pada os pisiforme, insertio pada os metacarpal (V). Berfungsi

untuk oposisi jari kelingking.

11) Musculi interossei

a) Mm. interossei dorsales

Origo bercaput dua dari ossa metacarpi (metacarpalia) I-V,

insertion pada aponeurosis dorsalis jari I-V. Berfungsi untuk mengaduksi

Mm. interossei dorsalis, mengaduksi jari ke arah palmar .semua Mm.

interossei menekuk sendi dasar jari ke II-V dan mengektensi sendi

interphalanx jari yang bersangkutan.

b) Mm. interossei palmares

Origo pada ossa metacarpi (metacarpalia) II-V, insertio pada

aponeurosis jari II-V. fungsinya sama dengan Mm. interossei dorsales.

12) Mm. lumbricales

Origo pada tendo musculus digitorum profundus. Mm. lumbricales I

dan II, caput tunggal, Mm. lumbricales III dan IV caput ganda. Insertio pada

aponeurosis dorsalis jari jari ke 2 sampai ke 5. Fungsinya untuk menekuk

sendi dasar jari, mengektensi sendi tengah dan ujung.

Page 27: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Gambar 3

Otot-otot tangan bagian dorsal (Putz and Pabs, 2000)

Page 28: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Gambar 4

Otot-otot tangan bagian palmar (Putz and Pabst, 2000)

Page 29: Kti - Anindya Jati Lokaswara

c. Pembuluh darah pada tangan

1) Vena

Jalinan vena superfisialis dapat ditemukan pada dursum mamus.

Jalinan vena ini mengalirkan darahnya ke atas, di lateral masuk ke vena

cephalica dan di medial ke vena basilica. Vena cephalica menyilang tabatiera

anatomiquedan memutar menuju permukaan anterior lengan bawah.

Sedangkan vena basilica dapat diikuti dari dorsum manus sekitar sisi medial

lengan bawah (Snell, 1998).

2) Arteri

a) Arteri Radialis

Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri

brachialis yang berjalan dibawah tendo extensor policis longus berjalan

memasuki telapak tangan, kemudian bercabang menjadi arteri radialis

indicis yang mensuplai sisi lateral jari telunjuk, dan arteri princeps

pollicis yang bercabang menjadi dua mensuplai daerah sisi lateral dan

medial ibu jari. Sewaktu memasuki telapak tangan arteri radialis

membelok ke medial berlanjut sebagai arcus palmaris superficial (Snell,

1998).

b) Arteri Ulnaris

Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil

dari arteri brachialis, memasuki telapak tangan anterior memberi cabang

profunda dan berlanjut sebagai arcus palmaris superficialisyang

Page 30: Kti - Anindya Jati Lokaswara

bercabang menjadi empat arteriole digitalis yang mensuplai sisi medial

jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk .

d. Persarafan pada tangan

1) Nervus radialis

Nervus radialis berasal dari fasiculus posterior plexus brachialis. Pada

fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi radialis profundus dan radialis

superficialis yang mensarafi kulit bagian ibu jari, jari telunjuk, dan jari

tengah (Snell, 1998)

2) Nervus medianus

Nervus medianus timbul dari plexus brachialis yang berjalan sebagian

besar ke otot-otot flexor pronator dari lengan bawah sampai tangan,

kemudian cabang motorik mensarafi otot lumbricalis pertama dan otot thenar

yang terletak superficial terhadap tendo m. flexor pollicis longus. Cabang

sensorik mensuplai kulit palmar ibu jari sampai setengah jari tengah (Chusid,

1990).

3) Nervus ulnaris

Nervus ulnaris merupakan cabang yang terbasar dari fasciculus

medialis plexus brachialis. Nervus ulnaris berjalan turun pada sisi medial

lengan sampai di belakang epicondylusmedialis humeri dan ke bawah

menelusuri sisi ulnar lengan bawah untuk masuk ke dalam tangan. Cabang-

cabang motoriknya mempersarafi seluruh otot profunda yang kecil yang

berada di sebelah medial tendo m. flexor lungus ibu jari tangan kecuali dua

Page 31: Kti - Anindya Jati Lokaswara

buah otot lumbricalis yang pertama cabang sensorik mensuplai kulit jari

kelingking, bagian medial tangan serta jari manis (Chusied, 1990).

Page 32: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Gambar 5

Vena dan N. Radialis (Putz and Pabst, 2000

Page 33: Kti - Anindya Jati Lokaswara

3. Etiologi

Penyebab dari De QuervainSyndrome belum diketahui secara pasti. Tetapi ada

beberapa factor yang dianggap menjadi penyebab dari sindrom ini yaitu:

a. Overuse

Gerakan yang berlebihan dan terlalu dibebani pada sendi carpometacarpal I

dapat menyebabkan rupture dan peradangan pada daerah tersebut sebagai akibat

dari pergesekan, tekanan, dan iskemia daerah persendian. (Appley dan

Solomon,1995)

b. Trauma Langsung

Trauma langsung yang menyerang pada tendo m. abductor pollicis longus

dan m. extensor pollicis brevis dapat menyebabkan kerusakan jaringan serta

peradangan yang bisa menimbulkan reaksi nyeri.

c. Peradangan Sendi

Kerusakan persendian akibat radang dapat mengakibatkan terjadinya erosi

tulang yang terjadi pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan

akibat resorbsi osteoclast. Dan pada tendon terjadi tenosinovitis yang disertai

invasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendo baik total maupun parsial.

4. Patofisiologi

Gerakan yang berlebihan serta pembebanan yang berlebih menimbulkan adanya

pergesekan, tekanan, dan iskemia pada sekitar sendi carpometacarpal I dapat

menyebabkan terjadinya rupture otot serta peradangan yang akhirnya menimbulkan

nyeri pada m.abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis. Proses

Page 34: Kti - Anindya Jati Lokaswara

peradangan ini juga bisa mengakibatkan timbulnya bengkak serta penurunan lingkup

gerak sendi akibat nyeri.( Clarke,2007)

5. Tanda dan Gejala Klinis

Ada beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat kita amati dari penderita De

Quervain Syndrome, antara lain:

a. Nyeri pada sekitar ibu jari

b. Bengkak pada pergelangan tangan sisi ibu jari

c. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelangan tangan sisi ibu jari karena syaraf

yang menempel pada selubung tendon ikut teriritasi maupun karena

penjepitan syaraf dari tendon yang membengkak

d. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak

e. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari

f. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak

g. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal. (Dischere,2007)

6. Komplikasi

Rasa nyeri pada gerakan ibu jari sebagai akibat dari peradangan m.abductor

pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis dapat menimbulkan komplikasi berupa

kelemahan otot, ruptur otot serta disuse atrofi.(Clarke,2007)

7. Prognosis

Page 35: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Prognosis dari de quervain syndrome adalah baik jika penderita sindrom ini

menjalani perawatan dengan baik dan teratur. Tetapi jika terapi konservatif gagal

dilakukan, maka pasien memerlukan tindakan operasi. Operasi dapat menunjukkan

hasil yang baik tetapi ada sekitar satu dari lima penderita yang dioperasi menemukan

masalah baru yang dapat berupa penurunan sensoris pada daerah punggung tangan

serta tenderness pada jaringan parut.(Shiel,2008)

B. Deskripsi Problematika

1. Nyeri

a.Definisi Nyeri

Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan seseorang

untuk tanggap terhadap suatu rangsang guna mencegah kerusakan lebih lanjut dari

jaringan yang bersangkutan.( Parjoto, 2006)

Menurut asosiasi internasional studi tentang nyeri, nyeri merupakan suatu rasa

yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan.

b. Neuroanatomi dan Neurofisiologi Nyeri

Reseptor nyeri perifer terdapat pada setiap struktur kutan, somatic dalam

maupun visera tubuh. Saat terkena rangsang, reseptor nyeri akan melepaskan zat-zat

kimiawi endogen yang selanjutnya akan mentransduksi rangsang ini menjadi impuls

nyeri melalui mekanisme yang belum diketahui secara pasti.

c. Konduksi Impuls Nyeri dalam Sistem Nosiseptif

Page 36: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Setelah melalui proses transduksi dan transformasi pada level reseptor,impuls

nyeri akan ditransmisikan melalui serabut-serabut yang berakhiran bebas dalam saraf

tepi menuju kornu dorsalis medulla spinalis. Serabut aferen sensorik mencapai

meddula spinalis melalui radiks posterior dan di sini serabut-serabut tersebut

cenderung membentuk berkas-berkas dimana berkas nyeri menempati bagian ventral

dan akan membentuk sinaps. Sinaps I berada di subtansia gelatinosa Rolandi, dimana

di daerah ini terjadi suatu system control yang disebut Teori Kontrol Pintu Gerbang.

Menurut Teori Kontrol Pintu Gerbang yang disampaikan oleh Melzack dan Wall

pada tahun 1965 ini, rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta dan C)

menyebabkan subtansia gelatinosa tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini

memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan

dirasakan. Bila terjadi aktivitas pada serabut aferen yang berdiameter besar (A beta)

maka akan mengaktivasi sel-sel interneuron di subtansia gelatinosa sehingga terjadi

peningkatan kontrol pre sinapsis sehingga gerbang akan menutup dan impuls nyeri

akan dihambat masuk ke sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun.

d. Pengukuran Nyeri

Untuk membantu fisioterapi dalam melakukan evaluasi terhadap peningkatan

maupun derajat nyeri pada pasien setelah terapi, fisioterapi dapat melakukan

pengukuran nyeri. Nyeri dapat diukur melalui beberapa cara, salah satunya adalah

Visual Analog Scale (VAS).

Untuk mengukur nyeri dengan VAS kita membuat skala sepanjang 100mm. Kita

menjelaskan pada pasien ujung awal berarti tidak nyeri dan ujung satunya

menunjukkan nyeri yang tidak tertahankan. Lalu kita minta pasien menunjukkan

Page 37: Kti - Anindya Jati Lokaswara

sampai titik mana kira-kira pasien merasakan nyeri dan kita ukur dari ujung tidak

nyeri sampai titik dimana pasien menunjukkannya.

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Terapi Ultrasound (US)

Terapi Ultrasonik adalah terapi yang menggunakan gelombang suara dengan

frekuensi di antara 0,7MHz sampai 3 MHz. Bundel yang dibentuk oleh gelombang

ultrasonik dibedakan menjadi 2 yaitu area konvergen dan area divergen pada area

divergen bentuk bundel gelombangnya berdiameter lebih besar serta penyebaran

energinya juga lebih besar.

Karakter dari gelombang US adalah longitudinal, dengan kata lain arah

penyebarannya searah dengan arah getaran. Untuk dapat menyebarkan getaran

longitudinal ini membutuhkan medium yang elastis.Pada prinsipnya semua medium

bersifat elastis kecuali ruang hampa udara. Gelombang longitudinal ini melakukan

peregangan dan pemampatan di dalam medium dimana jarak antara peregangan dan

pemampatan adalah ½ panjang gelombang. Oleh karena itu timbullah variasi teanan

dalam medium. Yang dimaksud dengan medium di sini adalah media penghantar dan

jaringan tubuh dimana energi ultrasonik ini menyebar.

Gelombang US diserap oleh jaringan tubuh dalam berbagai macam ukuran.

Sebagai ukuran,digunakan koefisien penyerapan. Penyerapan tergantung pada

frekuensi. Pada frekuensi rendah penyerapannya lebih sedikit daripada berfrekuensi

Page 38: Kti - Anindya Jati Lokaswara

tinggi.Pada frekuensi antara 1MHz sampai 10MHz, terdapat hubungan yang linier

untuk semua jaringan kecuali tulang.

Media penghantar yang digunakan dalam terapi ultrasonik harus memenuhi beberapa

syarat, antara lain:

a. Dalam keadaan tertentu harus steril tapi secara umum yang bersih.

b. Tidak terlalu cair (kecuali metode sub aqual)

c. Tidak terlalu cepat diserap oleh kulit

d. Tidak menyebabkan flek-flek

e. Tidak menimbulkan iritasi pada kulit

f. Mudah menghantarkan gelombang ultrasonik

Terapi US memberikan beberapa macam efek biofisika pada tubuh.antara lain:

a. Efek mekanik

Saat gelombang US masuk ke dalam jaringan tubuh, yang pertama kali dirasakan

adalah efek mekanik. Gelombang US menimbulkan adanya peregangan dan

pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi yang

sama dengan ultrasonik. Oleh karena itu terjadilah variasi tekanan yang menimbulkan

efek mekanik yang disebut “micromassage”.

Adanya variasi-variasi tekanan tersebut dapat menghasilkan:

1) Perubahan volume dari sel-sel tubuh sebesar 0,02 %

Page 39: Kti - Anindya Jati Lokaswara

2) Perubahan permeabilitas dari membaran sel dan membran jaringan

3) Mempermudah proses metabolisme

b. Efek panas

“Micromassage” yang ditimbulkan oleh ultrasonik akan menimbulkan efek

panas dalam jaringan. Lehmann mengemukakan bahwa setiap pemberian ultrasonik

dengan dosis 1watt/cm2 secara kontinyu dalam jaringan otot akan menaikkan

temperatur 0,07oC/detik.

c. Efek biologis

Dengan adanya efek mekanik yang berupa micromassage serta efek panas yang

ditimbulkan oleh ultrasonik, dapat menimbulkan efek-efek biologis seperti

meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi otot, meningkatkan permeabilitas membrane,

meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, pengaruh terhadap syaraf perifer serta

mengurangi nyeri.

d. Efek Negatif

Jika ultrasonik diaplikasikan ke dalam jaringan tubuh dengan metode yang salah

maka akan terjadi beberapa efek negatif, yaitu : kerusakan jaringan, berhentinya sel-

sel pembuluh darah, dan kelelahan.

Aplikasi ultrasonik dapat menggunakan beberapa metode yaitu:

1) Kontak langsung

Page 40: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Metode ini paling banyak digunakan dalam melakukan terapi ultrasonik.Dalam

melaukan metode ini diperlukan media penghantar antara kulit dengan transduser

untuk mendapatkan kontak yang sempurna. Kontak medium yang dapat dipakai di

antaranya minyak, emulsi air dan minyak, aqueos gel dan pasta. Saat ini yang paling

banyak digunakan adalah gel.

2) Kontak tidak langsung

Dalam metode aplikasi ini ada dua cara yang bisa kita lakukan, yaitu:

a) Water pillow

Di sini yang digunakan adalah kantong plastik atau karet yang diisi air

matang kira-kira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong ini dapat menempel dengan

baik pada permukaan tubuh yang tidak rata. Baik pada transduser maupun pada sisi

kantong yang menempel pada kulit harus diberi kontak medium yang cukup. Perlu

kita ketahui dengan menggunakan metode ini banyak energi ultrasonik yang hilang

b) Sub-aqual

Bagian tubuh yang diterapi dan transduser dimasukkan ke dalam bak yang

berisi air matang. Pnempatan antara transduser dengan area yang diterpai harus

diberi jarak tertentu sehingga fenomena interferensi yang terjadi di area konvergen

dapat dihindari.

Dalam metode aplikasi ultrasonik, baik kontak langsung maupun tak langsung,

transduser dapat menetap maupun digerakkan. Transduser dapat digerakkan dengan

Page 41: Kti - Anindya Jati Lokaswara

arah sirkuler, transversal, maupun longitudinal. Gerakan transduser harus ritmis,

pelan dan tekanan tidak boleh terlalu keras.

2. Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan suatu usaha pengobatan fisioterapi yang dalam

pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh secara aktif maupun pasif.

Dengan diberikannya terapi latihan dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot,

melancarkan peredaran darah, meningkatkan lingkup gerak sendi, mencegah

kontraktur, serta mencegah atrofi otot.

Dalam prakteknya terapi latihan dapat dilakukan dengan cara pasif maupun aktif.

Dua cara tersebut dapat dibagi atas beberapa kriteria lagi, yaitu:

a. Gerakan aktif

Gerakan aktif adalah latihan yang dilakukan oleh otot-otot yang bersangkutan

dengan melawan gravitasi. Tujuan dari latihan ini adalah melatih elastisitas otot,

meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kualitas otot, serta mengembangkan

koordinasi dan keterampilan untuk aktivitas fungsional. Gerakan ini dibagi menjadi 3

yaitu:

1) Free active movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya tanpa

bantuan terapis

2) Active assisted movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya

semampunya lalu terapis memberi bantuan

Page 42: Kti - Anindya Jati Lokaswara

3) Active resisted movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya

tanpa bantuan terapis sambil melawan tahanan yang diberikan oleh terapis.

b. Gerakan pasif

Gerakan pasif adalah latihan yang tidak bersangkutan dengan melawan gravitasi,

dengan kata lain terapis menggerakkan setiap persendian pasien tanpa pasien harus

melawan gravitasi. Tujuan dari gerakan pasif ini adalah untuk mengetahui end feel,

mencegah atofi, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, serta

memfasilitasi otot. Gerakan inidibagi menjadi 3 yaitu:

1) Relax passive movement yaitu terapi menggerakkan persendian pasien tanpa perlu

tenaga yang berlebih

2) Force passive movement yaitu terapis menggerakkan persendian pasien dengan

sedikit tenaga

3) Terapi manipulasi yaitu gerak pasif yang disertai dengan traksi dan translasi

BAB III

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS

A. Pengkajian Fisioterapi

Page 43: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Dari anamesis yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2008 diperoleh data-data

sebagai berikut:

1. Anamnesis

a. Identitas Pasien:

Nama : Ny Sri Nawangsih

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Warung Bata 42

Diagnosis Medis : De Quervain Sinistra

b. Keluhan utama

Nyeri pergelangan tangan sepanjang sisi ibu jari sebelah kiri.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien tiba-tiba merasakan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari pada

tanggal 27 Desember 2007 rasa sakit ini muncul saat pasien sedang

menggendong cucunya. Karena pasien merasa sangat terganggu dengan penyakit

ini, pasien memutuskan untuk periksa ke RS. Bethesda dan dirujuk ke poli

fisioterapi.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien

memiliki riwayat DM.

e. Riwayat pribadi

Page 44: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan

rumahnya sendiri dan senang merawat cucunya.

f. Riwayat keluarga

Tidak ditemukan adanya faktor keturunan.

2. Anamnesis sistem:

a. Kepala dan leher

Tidak ada keluhan

b. Sistem kardiovaskuler

Tidak ada keluhan

c. Sistem respirasi

Tidak ada keluhan

d. Sistem gastrointestinal

Tidak ada keluhan

e. Sistem urogenitalis

Tidak ada keluhan

f. Sistem musculoskeletal

Adanya nyeri pada pergelangan tangan kiri sepanjang ibu jari.

g. Sistem nervorum

Tidak ada keluhan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : 120/70 mmHg

2) Denyut nadi : 84x/menit

Page 45: Kti - Anindya Jati Lokaswara

3) Frek. Pernapasan : 16 x/menit

4) Temperatur : 370C

Data-data lain

1) Berat Badan : 60

2) Tinggi Badan : 154 cm

b. Inspeksi

Inspeksi ada 2, yaitu inspeksi statis (posisi pasien diam) dan inspeksi

dinamis (posisi pasien beraktivitas). Dari inspeksi statis dapat dilihat bahwa

pasien tidak menggunakan alat bantu apapun. Sedangkan untuk inspeksi

dinamis dapat diketahui bahwa pasien terlihat menahan rasa sakit saat

menggerakkan tangan kirinya.

c. Palpasi

Dari palpasi ditemukan adanya nyeri tekan, adanya spasme m. Extensor

pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus dan tidak ada perbedaan suhu

lokal.

d. Perkusi

Tidak dilakukan

e. Auskultasi

Tidak dilakukan

f. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Pemeriksaan gerak dasar sendi meliputi tiga pemeriksaan yaitu

pemeriksaan gerak aktif, pemeriksaan gerak pasif dan gerak aktif melawan

tahanan.

Page 46: Kti - Anindya Jati Lokaswara

1) Gerak pasif

Pada pemeriksaan gerak pasif diperoleh informasi tentang adanya

nyeri lingkup gerak sendi dan bagaimana endfeelnya lunak atau keras.

Dalam melakukan pemeriksaan ini pasien rileks dan yang menggerakkan

adanya terapis. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien merasa

nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan extensi

ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM

2) Gerak aktif

Pada pemeriksaan gerak aktif akan diperoleh informasi tentang

Lingkup Gerak Sendi (LGS), ada tidaknya nyeri dan koordinasi gerak.

Dalam pemeriksaan ini pasien melakukan gerak aktif berdasarkan

petunjuk atau aba-aba dari terapis. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil

pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi

dan extensi ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM.

3) Gerak aktif melawan tahanan

Pada pemeriksaan ini pasien bergerak aktif kemudian terapis

memberikan tahanan dari gerakan yang dilakukan oleh pasien. Informasi

yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah kekuatan otot penderita. Dari

pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien mampu melawan tahanan dengan

adanya rasa nyeri pada gerakan ulnar deviasi dan extensi ibu jari.

4. Pemeriksaan Spesifik

a. VAS (Visual Analog Scale)

Page 47: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Cara pengukuran derajat nyeri yaitu pasien menunjuk langsung titik nyeri yng

dirasakan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil:

1) Nyeri diam pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 0

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

2) Nyeri tekan pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 64 mm

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

3) Nyeri gerak pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 60 mm

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

b. Tes Finkelstein (+)

Pasien merasakan nyeri pada m.abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis

brevis saat menggengam jarinya dan menggerakkan ke arah ulnar deviasi.

0 10060

64 1000

0 100

Page 48: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Gambar 6

Tes Finkelstein (Shiel,2008)

B. Diagnosis Fisioterapi

1. Impairment

Page 49: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Adanya nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari, adanya spasme m. Extensor

pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus.

2. Fungsional Limitation

Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat

mengenakan pakaian dalam.

3. Disability

Pasien merasa kurang percaya diri karena harus meminta bantuan orang lain saat

berpakaian.

C. Tujuan Fisioterapi

a. Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri pada pergelangan tangan kiri

2) Mengurangi spasme otot

b. Tujuan jangka panjang

1) Melanjutkan tujuan jangka pendek

2) Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional

D. Pelaksanaan Fisioterapi

a. Ultra Sound

1) Persiapan alat: Alat disiapkan pada tempatnya, periksa kabel, pastikan kabel

tersambung dengan sumber arus. Bersihkan transduser.

2) Persiapan pasien:

Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disangga bantal, kemudian aksesoris yang

berada di tangan dilepaskan dan area yang diterapi bebas dari pakaian serta

dibersihkan dengan handuk.

Page 50: Kti - Anindya Jati Lokaswara

3) Posisi terapis:

Saat melakukan terapi, terapis duduk di kursi yang berhadapan dengan pasien dan

alat diletakkan di smping terapis.

4) Pelaksanaan Terapi:

Area yang diterapi diolesi gel dan alat dinyalakan dan diatur waktunya selama 5

menit, frekuensi 3MHz, arus continues dan intensitas sebesar 0.8w/cm². Transduser

digosokkan mengikuti jalannya serabut otot secara longitudinal. Setelah selesai alat

dimatikan kemudian pergelangan tangan pasien serta transduser dibersihkan dari sisa

gel.

b. Terapi Latihan

1) Persiapan pasien:

Posisi pasien duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, dengan area yang

diterapi bebas dari pakaian.

2) Posisi terapis:

Duduk berhadapan dengan pasien.

3) Penatalaksanaan terapi:

a) Traksi dan translasi: Tarik ibu jari pasien tepatnya pada sendi carpometacarpal I ke

arah distal dan beri tarikan ke arah fleksi ibu jari. Tahan 8 hitungan dan ulang 4

sampai 8 kali

b) Active movement: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah fleksi-

ekstensi, abduksi-adduksi ibu jari. Diulang 8 kali hitungan.

Page 51: Kti - Anindya Jati Lokaswara

c) Strengthening: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah flexi dan

abduksi, sambil terapis memberikan tahanan dan minta pasien untuk melawan

tahanan tersebut. Diulang 8 kali hitungan.

D. Edukasi

1. Pasien diminta melakukan latihan- latihan yang diberikan terapis secara rutin

2. Pasien diminta tidak melakukan aktivitas yang memberi beban berat pada tangan

terlebih dahulu.

3. Pasien dapat menggunakan kompres hangat saat pergelangan tangannya terasa

sakit.

E. Evaluasi

1. VAS

No Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Nyeri diam 0 0 0 0 0 0

2 Nyeri tekan 60mm 57mm 61mm 57mm 55mm 51mm

3 Nyeri gerak 64mm 62mm 65mm 61mm 58mm 53mm

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Page 52: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Dalam pembahasan mengenai kasus De Quervain Syndrome Sinistra terhadap

pasien dengan keluhan nyeri pergelangan tangan sepanjang ibu jari pergelangan

tangan kiri sehingga menimbulkan gangguan saat beraktivitas. Tujuan fisioterapi

dalam kasus ini yaitu untuk mengurangi nyeri sehingga pasien dapat melakukan

aktivitas tanpa keluhan.

Pemberian gelombang ultra sonik pada jaringan tubuh dapat menimbulkan

adanya peregangan dan pemampatan jaringan. Oleh karena itu terjadi variasi tekanan

yang menimbulkan efek mekanik yang disebut efek micromassage. Efek

micromassage ini dapat menimbulkan efek panas dalam jaringan. Dengan adanya

efek mekanik berupa efek micromassage dan efek panas akan timbul efek-efek

biologis seperti meningkatkan sirkulasi darah sehingga metabolisme meningkat,

relaksasi otot meningkat, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan dan timbul

reaksi pengurangan nyeri.

Terapi latihan yang diberikan pada pasien De Quervain Syndrome baik secara

pasif maupun aktif dapat melancarkan peredaran darah sehingga zat-zat penimbul

rasa nyeri dapat terbuang dan nyeri berkurang serta menjaga kekuatan otot,

mencegah keterbatasan LGS, mencegah atrofi serta kontraktur otot, dan

meningkatkan kemampuan aktivitas fugsional pasien terutama yang menggunakan

tangan.

Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali diperoleh hasil evaluasi

VAS.didapatkan adanya penurunan derajat nyeri dari T1 : nyeri tekan =60mm dan

nyeri gerak =64mm sampai T6 : nyeri tekan =51mm dan nyeri gerak =53mm.

Page 53: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Evaluasi Nyeri dengan VAS

0

50

100

Tahapan terapi

VA

Sd

eng

an s

atu

an m

m

Nyeri diam

Nyeri tekan

Nyeri gerak

Nyeri diam 0 0 0 0 0 0

Nyeri tekan 60 57 61 57 55 51

Nyeri gerak 64 62 65 61 58 53

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Grafik 1Evaluasi nyeri dengan VAS

BAB V

PENUTUP

Page 54: Kti - Anindya Jati Lokaswara

A. Kesimpulan

1. De Quervain adalah peradangan atau tendonitis dari jalur yang dilewati dua

tendon otot yang menggerakkan ibu jari yaitu m. abductor pollicis longus dan m.

extensor pollicis brevis yang mengakibatkan nyeri pada bagian distal radius dan

pangkal ibu jari.

2. Ultra sonic dapat menimbulkan efek micromassage yang diikuti dengan

timbulnya efek panas di dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi

darah,relaksasi otot serta mengurangi nyeri.

3. Pemberian terapi latihan dapat melancarkan sirkulasi darah di sekitar otot

tersebut lancar dan membantu melatih pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-

hari.

B. Saran

1. Bagi fisioterapis, apabila menangani kasus De quervain Syndrome hendaknya

diawali dengan pemeriksaan yang teliti, mencatat permasalahan pasien, menegakkan

diagnosis dengan tepat, memilih modalitas yang sesuai dengan permasalahan pasien,

melakukan evaluasi dan memberikan edukasi pada pasien. Serta ada baiknya bagi

seorang fisioterapis melakukan kerja sama yang baik dengan tenaga medis lainnya

yang terkait dalam memberikan pelayanan fisioterapi.

2. Pasien De Quervain Syndrome selain menjalani terapi dengan rutin, disarankan

untuk tetap melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan terapis secara rutin serta

mengurangi aktivitas yang terlalu membebani tangan. Saat pasien merasa nyeri itu

Page 55: Kti - Anindya Jati Lokaswara

muncul, pasien dapat menggunakan kompres hangat untuk mengurangi nyeri

tersebut.

Page 56: Kti - Anindya Jati Lokaswara

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, De Quervain’s Disease, dikutip 21/05/08, 2008, dari: http//www.mayoclinic.com

Anonim, De Quervain Tenosynovitis, dikutip 21/05/08, 2008, dari: http//www.assh.org

Apley, A. Graham,Solomon,Louis, Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley, Widya Medika, Jakarta, 1995

Chusid J. Lt: Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Gajah Mada University Press, 1990.

Clarke, De Quervain’s Tendinitis, dikutip 08/05/08, 2008, dari: http:/en.wikipedia.org

De Wolf, A.N., Mens, J. M.A.; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Houten/ Zaventem: Bohn Staff Leu Van Loghum,1994

Discher, Michelle. De Quervain’s Syndrome, dikutip 12/05/08, 2008, dari: https//fpm-www3.fpm.wisc.edu

Parjoto, Slamet; Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri, IFI Semarang, Semarang,2006

R. Putz dan R. Pabst: Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”, Jilid1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,2000.

Shiel, William, De Quervain’s Disease, dikutip 14/05/08, 2008, dari: http//www.emedicinet.com

Sidharta, Priguna: Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta,2003.

Page 57: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Sidharta Priguna : Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum, Rakyat, Jakarta,1984.

Snell, Richards : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.

Sujatno,dkk: Sumber Fisis, Surakarta: Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan Surakarta,1993.

Wheeless, De Quervain’s Disease, dikutip 08/05/08, 2008, dari: http//www.wheelessonline.com

Page 58: Kti - Anindya Jati Lokaswara

LAMPIRAN

Page 59: Kti - Anindya Jati Lokaswara

AKADEMI FISIOTERA PI “ YAB “

J O G J A K A R T A

Jl. Ringroad Selatan, Giwangan, Umbulharjo, Jogjakarta

Telp./Fax. (0274) 389290, 448591

PROTOKOL STUDI KASUS

NAMA MAHASISWA : Anindya Jati Lokaswara

TEMPAT PRAKTEK : RS. Bethesda

NIM : 01. 05. 108

PEMBIMBING : Ibu Ennata Sri Winarni, SSt. FT

Tanggal Pembuatan Laporan : 15 Januari 2008

Kondisi : FTB

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Ny Sri Nawangsih

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Warung Bata 42

Page 60: Kti - Anindya Jati Lokaswara

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. DIAGNOSIS MEDIS

De Quervain Syndrome sinistra

B. CATATAN KLINIS

Pasien datang ke poli rehabilitasi medik RS Bethesda pada tanggal 11 Januari

2008 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari sebelah kiri.

C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT)

Fisioterapi

D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER

Mohon diberikan tindakan Fisoterapi pada Ny Sri Nawangsih dengan diagnosis

De Quervain Syndrome sinistra

III. SEGI FISIOTERAPI

A. DATA FISIOTERAPI

1. ANAMNESIS (AUTO / HETERO)

a. KELUHAN UTAMA

Nyeri pergelangan tangan sepanjang sisi ibu jari sebelah kiri.

b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien tiba-tiba merasakan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari pada tanggal

27 Desember 2007 rasa sakit ini muncul saat pasien sedang menggendong

cucunya.karena pasien merasa sangat terganggu dengan penyakit ini, pasien

memutuskan untuk periksa ke RS. Bethesda dan dirujuk ke poli fisioterapi.

Page 61: Kti - Anindya Jati Lokaswara

c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki

riwayat DM.

d. RIWAYAT PRIBADI

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumahnya

sendiri dan senang merawat cucunya.

e. RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama

f. ANAMNESIS SISTEM

1) Kepala & Leher

Tidak ada keluhan

2) Sistem Kardiovaskuler

Tidak ada keluhan

3) Sistem Respirasi

Tidak ada keluhan

4) Sistem Gastrointestinalis

Tidak ada keluhan

5) Sistem Urogenitalis

Tidak ada keluhan

6) Sistem Muskuloskeletal

Adanya nyeri pada pergelangan tangan kiri sepanjang ibu jari.

7) System Nervorum

Tidak ada keluhan

Page 62: Kti - Anindya Jati Lokaswara

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. TANDA-TANDA VITAL :

1) Tekanan darah : 120/70 mmHg

2) Denyut nadi : 84x/menit

3) Frek. Pernapasan : 16 x/menit

4) Temperatur : 370C

b. 1) Berat Badan : 60 kg

2) Tinggi Badan : 154 cm

c. INSPEKSI :

Statis : tidak ada bengkak dan pasien tidak menggunakan alat bantu apapun

Dinamis : pasien terlihat menahan rasa sakit saat menggerakkan tangan kirinya.

d. PALPASI :

Adanya nyeri tekan, adanya spasme m. Extensor pollicis brevis dan m. Abductor

pollicis longus dan tidak ada perbedaan suhu lokal.

e. PERKUSI :

Tidak dilakukan

f. AUSKULTASI :

Tidak dilakukan

g. GERAKAN DASAR :

1) Gerak Pasif :

Page 63: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan

extensi ibu jari tetapi psien bisa menggerakkan secara full ROM

2) Gerak Aktif :

Pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan

extensi ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM.

3) Gerak Aktif Melawan Tahanan :

Pasien mampu melawan tahanan dengan adanya rasa nyeri pada gerakan ulnar

deviasi dan extensi ibu jari.

h. KOGNITIF, INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL :

Kognitif : baik, pasien tidak mengalami gangguan kesadaran

Intrapersonal : baik, pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh

Interpersonal : baik, pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

i. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS :

1) Fungsional Dasar :

a) Adanya spasme otot abduktor pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis kiri

b) Adanya nyeri otot abduktor pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis kiri

2) Fungsional Aktifitas :

Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat

mengenakan pakaian dalam.

3) Lingkungan Aktifitas :

a) Lingkungan keluarga : keluarga pasien mempunyai motivasi tinggi demi

kesembuhan pasien

b) Lingkungan fisik : lingkungan RS mendukung untuk proses kesembuhan pasien

Page 64: Kti - Anindya Jati Lokaswara

3. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a. VAS (Visual Analog Scale)

1) Nyeri diam pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 0

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

2) Nyeri tekan pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 64 mm

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

3) Nyeri gerak pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis

didapatkan hasil = 60 mm

Tidak nyeri Nyeri tak

tertahankan

b. Tes Finkelstein (+)

B. INTERPRESTASI DATA / DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Impairment

0 10060

64 1000

0 100

Page 65: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Adanya nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari, adanya spasme m. Extensor

pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus.

2. Fungsional Limitation

Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat

mengenakan pakaian dalam.

3. Disability

Pasien merasa kurang percaya diri karena harus meminta bantuan orang lain saat

berpakaian.

C. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI

1. TUJUAN :

a. Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri pada pergelangan tangan kiri

2) Mengurangi spasme otot

b. Tujuan jangka panjang

1) Melanjutkan tujuan jangka pendek

2) Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional

2. TINDAKAN FISIOTERAPI

a. Teknologi Fisioterapi :

1) Teknologi Alternatif :

IR, MWD, SWD, TENS, US dan Terapi Latihan

2) Teknologi Terpilih :

US, Terapi Latihan

3) Teknologi Yang Dilaksanakan :

Page 66: Kti - Anindya Jati Lokaswara

US, Terapi Latihan

b. Edukasi :

1. Pasien diminta melakukan latihan- latihan yang diberikan terapis secara rutin

2. Pasien diminta tidak melakukan aktivitas yang memberi beban berat pada tangan

terlebih dahulu.

3. Pasien dapat menggunakan kompres hangat saat pergelangan tangannya terasa

sakit.

3. RENCANA EVALUASI

Pemeriksaan penurunan derajat nyeri dengan VAS

D. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : ad Bonam

Quo ad Sanam : ad Bonam

Quo ad Fungsionam : ad Bonam

Quo ad Cosmeticam : ad Bonam

E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

a. Ultra Sound

1) Persiapan alat: Alat disiapkan pada tempatnya, periksa kabel, pastikan kabel

tersambung dengan sumber arus. Bersihkan transduser.

2) Persiapan pasien:

Page 67: Kti - Anindya Jati Lokaswara

Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disangga bantal, kemudian aksesoris yang

berada di tangan dilepaskan dan area yang diterapi bebas dari pakaian serta

dibersihkan dengan handuk.

3) Posisi terapis:

Saat melakukan terapi, terapis duduk di kursi yang berhadapan dengan pasien dan

alat diletakkan di smping terapis.

4) Pelaksanaan Terapi:

Area yang diterapi diolesi gel dan alat dinyalakan dan diatur waktunya selama 5

menit, frekuensi 3MHz, arus continues dan intensitas sebesar 0.8w/cm². Transduser

digosokkan mengikuti jalannya serabut otot secara longitudinal. Setelah selesai alat

dimatikan kemudian pergelangan tangan pasien serta transduser dibersihkan dari sisa

gel.

b. Terapi Latihan

1) Persiapan pasien:

Posisi pasien duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, dengan area yang

diterapi bebas dari pakaian.

2) Posisi terapis:

Duduk berhadapan dengan pasien.

3) Penatalaksanaan terapi:

a) Traksi dan translasi: Tarik ibu jari pasien tepatnya pada sendi carpometacarpal I ke

arah distal dan beri tarikan ke arah fleksi ibu jari. Tahan 8 hitungan dan ulang 4

sampai 8 kali

Page 68: Kti - Anindya Jati Lokaswara

b) Active movement: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah fleksi-

ekstensi, abduksi-adduksi ibu jari. Diulang 8 kali hitungan.

c) Strengthening: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah flexi dan

abduksi, sambil terapis memberikan tahanan dan minta pasien untuk melawan

tahanan tersebut. Diulang 8 kali hitungan.

F. EVALUASI

1. VAS

No Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Nyeri diam 0 0 0 0 0 0

2 Nyeri tekan 60mm 57mm 61mm 57mm 55mm 51mm

3 Nyeri gerak 64mm 62mm 65mm 61mm 58mm 53mm

G. HASIL TERAPI TERAKHIR

Pasien dengan nama Ny Sri Nawangsih dengan umur 51 tahun, dengan kondisi

De Quervain Syndrome sinistra setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali

menggunakan modalitas Ultra Sonik dan Terapi Latihan diperoleh hasil adanya

penurunan derajat nyeri