8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan pada masa sekarang ini, guru bukanlah satu-satunya sumber pembelajaran yang ada. Guru tidak lagi dituntut untuk menjadi penyampai apa yang diketahui oleh guru atau apa yang ada didalam buku kepada siswanya. Hal ini memungkinkan siswa sebagai sesuatu yang harus mengikuti guru tanpa mengerti apa yang difikirkan oleh siswa. Kenyataan ini membuat siswa tidak aktif didalam suatu pembelajaran, karena siswa hanya diam menerima apa yang guru sampaiakan. Keadaan ini bertentangan dengan teori dari Piaget (Mulyani Sumantri dan Johan Permana 2001:15) yang menyatakan bahwa “anak adalah seorang yang aktif”, maka dari itu peran guru dalam pembelajaran seharusnya bergeser dari penyampai menjadi guide atau pemandu dalam hal ini pemandu atau pembimbing dalam proses belajar mengajar. Piaget (Dalam H.M Surya, dkk, 2004:7.21) berpendapat bahwa siswa SD berada pada masa operasional konkret “Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola pikir operasional secara konkrit dalam arti masih memerlukan dukungan objek - objek konkrit”. Siswa telah mampu untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian

Kuantitatif - Pengaruh Model Pembelajaran CTL Ditinjau Dari Keaktifan Siswa - BAB I

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDalam pendidikan pada masa sekarang ini, guru bukanlah satu-satunya sumber pembelajaran yang ada. Guru tidak lagi dituntut untuk menjadi penyampai apa yang diketahui oleh guru atau apa yang ada didalam buku kepada siswanya. Hal ini memungkinkan siswa sebagai sesuatu yang harus mengikuti guru tanpa mengerti apa yang difikirkan oleh siswa. Kenyataan ini membuat siswa tidak aktif didalam suatu pembelajaran, karena siswa hanya diam menerima apa yang guru sampaiakan. Keadaan ini bertentangan dengan teori dari Piaget (Mulyani Sumantri dan Johan Permana 2001:15) yang menyatakan bahwa anak adalah seorang yang aktif, maka dari itu peran guru dalam pembelajaran seharusnya bergeser dari penyampai menjadi guide atau pemandu dalam hal ini pemandu atau pembimbing dalam proses belajar mengajar.

Piaget (Dalam H.M Surya, dkk, 2004:7.21) berpendapat bahwa siswa SD berada pada masa operasional konkret Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola pikir operasional secara konkrit dalam arti masih memerlukan dukungan objek - objek konkrit. Siswa telah mampu untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis. Maka dari itu, perlu penekanan kembali bahwa guru merupakan pembimbing dalam pembelajaran bukan sebagai penyampai materi saja kepada siswanya. Dalam pembelajaran IPA, siswa SD banyak dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang abstrak. Pada pembelajarannya IPA merupakan suatu ilmu yang harus dibuktikan kebenarannya dengan melakukan sesuatu. Untuk dapat mencapai tujuan dari pada pembelajaran IPA maka guru perlu menggunakan suatu cara atau model pembelajaran agar siswa yang masih berada pada masa operasional konkret ini benar-benar mengerti apa sesungguhnya hakikat dari pembelajaran IPA.

Tidak jarang pada masa sekarang ini, masih banyak guru yang mengajar hanya sekedar memberitahu apa yang guru tahu dan menyampaikan apa yang ada didalam buku. Pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang berpusat pada guru masih dilestarikan oleh beberapa guru. Ini mungkin dikarenakan kurang tersedianya faktor pendukung untuk merubah cara mengajar yang kuno. Pembelajaran konvensional lebih menekankan pada penggunaan metode ceramah. Metode ini, sangat tidak relevan dengan perkembangan peserta didik yang berada pada masa operasional konkret serta memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi.

Agar siswa dapat belajar sesuai karakteristiknya, maka perlu perubahan atau mengganti model pembelajaran. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dirasa dapat untuk mewakili siswa dalam belajar agar sesuai dengan karakteristiknya. CTL ini menekankan pada guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menghindari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.

Peran guru dalam pembelajaran CTL adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Disini guru bukan sebagai media atau penyalur informasi melainkan sebagai pengelola kelas dan membagi siswanya untuk dapat belajar, menemukan dan mengalami sendiri apa yang ada dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, siswa tidak lagi disuguhi ceramah dan hanya berangan-angan saja melainkan siswa benar-benar mengalami apa yang dipelajarinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran IPA yang mengharuskan siswa untuk berbuat dan melakukan sesuatu bukan hanya sekedar diam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.

Belajar akan lebih bermakna apabila anak atau siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengerti dan memahami. Ini membuktikan bahwa model CTL dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Karena CTL dapat untuk mengaktifkan siswa sehingga dapat menciptakan minat belajar yang tinggi bagi siswa. Untuk itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut. Maka dari itu peneliti mengambil judul Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Ditinjau dari Keaktifan Siswa Terhadap Pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri se Kecamatan Karanggayam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Diharapkan ada perbedaan dari hasil pembelajaran IPA yang di ajar dengan model CTL dan model konvensional

2. Ada kemungkinan hasil pembelajaran IPA dapat berbeda apabila siswa memiliki kadar keaktifan antara yang tinggi, sedang dan tinggi

3. Diharapkan ada perbedaan hasil pembelajaran IPA yang diajar dengan metode CTL dan metode konvensional serta dengan siswa yang memiliki keaktifan.

C. Pembatasan MasalahUntuk memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penafsiran judul, maka penulis membatasi masalah masalah sebagai berikut: 1. Metode Contextual and Teaching Learning (CTL) pada penelitian ini merupakan metode yang dapat untuk mengaktifkan siswa

2. Metode Konvensional dalam penelitian ini adalah metode mengajar dengan cara lama (kuno), pengajaran yang berpusat pada guru.

3. Keaktifan dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan perubahan kenampakkan bumi

4. Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri se Kecamatan Karanggayam

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode CTL menghasilkan hasil pembelajaran IPA yang lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional?

2. Manakah yang memberikan hasil pembelajaran IPA yang lebih baik, antara siswa yang mempunyai keaktifan yang tinggi dalam pembelajaran, keaktifan yang sedang atau keaktifan yang tinggi dalam pembelajaran IPA?3. Apakah terdapat interaksi antara metode CTL dan keaktifan dalam belajar IPA siswa terhadap hasil belajar IPA

E. Tujuan PenelitianTujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apakah pembelajaran IPA yang diajar dengan menggunakan metode CTL menghasilkan hasil belajar IPA yang lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.

2. Mengetahui manakah yang memberikan hasil belajar IPA yang lebih baik, antara siswa yang mempunyai keaktifan dalam pembelajaran IPA yang tinggi, sedang atau rendah dalam pembelajaran IPA.

3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika.

F. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peserta didik

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

b. membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar IPA yang baik

2. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagi guru agar dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik .b. Memberikan masukan kepada guru agar dapat mengaktifkan siswanya dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Peneliti

a. Untuk mendapat pengalaman langsung dalam mengidentifikasi masalah yang ada dalam dunia pendidikan

b. Memberi dorongan kepada mahasiswa agar menjadi guru SD yang baik