171
Nama : dr.Rini Ardiana Rahayu, Sp THT Alamat : Taman Surya Agung G2/8 Wage Sidoarjo 031-7882197 Riwayat Pendidikan: Dokter Umum FK UNDIP Semarang 1984 Dokter Spesialis THT FK UNAIR Surabaya 1998 Riwayat Pekerjaan: 1984-1986 RS Siti Khodijah Kudus 1986-1986 Ka Puskesmas Keling II Kab Jepara C U R I C U L U M V I T A E

KuliahTHT FK UWK Surabaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Nama : dr.Rini Ardiana Rahayu, Sp THTAlamat : Taman Surya Agung G2/8 Wage Sidoarjo 031-7882197Riwayat Pendidikan: Dokter Umum FK UNDIP Semarang 1984 Dokter Spesialis THT FK UNAIR Surabaya 1998Riwayat Pekerjaan: 1984-1986 RS Siti Khodijah Kudus 1986-1986 Ka Puskesmas Keling II Kab Jepara

C U R I C U L U M V I T A E

Page 2: KuliahTHT FK UWK Surabaya

1986-1993 KA puskesmas Jepara II Pengajar SPK Muhammadiyah Kudus

1993-1998 PPDS THT FK UNAIR Surabaya 1998-1999 SMF THT RSUD Soetomo Surabaya 1999-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo 2006-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo Dosen UWK Surabaya

Page 3: KuliahTHT FK UWK Surabaya

H I D U N G

Kekhususan pada hidung - Pintu gerbang pernafasan - Menentukan profil muka - Paling menojol shg mudah trauma

ANATOMI: I Nasus Externus II Kavum Nasi III Sinus Paranasalis

I . NASUS EXTERNUS 1. Apex nasi 2. Dorsum nasi

Page 4: KuliahTHT FK UWK Surabaya

3. Radix nasi 4. Nares anterior 5. Columela 6. Basis nasi 7. Ala nasi Kerangka:

1. os nasalis 2. cartilago lateralis 3. cartilago alaris mayor 4. cartilago alaris minor 5. cartilago sesamoidea

Page 5: KuliahTHT FK UWK Surabaya
Page 6: KuliahTHT FK UWK Surabaya

PENYANGGA NASUS EKSTERNUS 1. septum nasi 2. proc nasalis os frontalis 3. proc frontalis, proc alveolaris os maxillaris, Tepinya membentuk lubang pd tengkorak seperti buah

peer, disebut apertura piriformis, dengan spina nasalis anterior terdapat dibagian bawah median.

OTOT OTOT NASUS EXTERNUS:A.otot dilator 1. m. procerus: dr bag bawah os nasalis + cart. Laterais nasi ke kulit radix nasi. 2. Caput angulare m. quadratus labii superior: dr proc frontalis + margo infra orbitalis maksila ke kulit pd ala nasi dan sulcus nasolabialis

Page 7: KuliahTHT FK UWK Surabaya

B. Otot Konstriktor:

3. m.nasalis: a. pars transversa

b. pars alaris

4. m. depresor septi

Aliran darah nasus eksternus:

a. dorsalis nasi, cab a ophthalmica/ carotis interna, menembus

m. orbicularis oculi diatas ligamentum palpebra medialis, turun

ke bawah beranastomose dengan a. angulare

b. a. angularis, cab a. maksilaris eksternus/ carotis eksterna,

dengan cabang ramus lateralis nasi + ramus alaris nasi,

Page 8: KuliahTHT FK UWK Surabaya

berjalan vertikal keatasditepi lateral hidung, beranastomose

dengan a. dorsalis nasi

Pembuluh darah vena berjalan sejajar dengan arteri, dan ujung

vena angularis masuk ke vena ophthalmic, yang selanjutnya

masuk ke sinus cavernosus

Saraf pada nasus eksternus

- Otot: inervasi dari cab buccal dr n.fasialis (VII)

- Kulit: inervasi dr cabang n. trigeminus (V)

Page 9: KuliahTHT FK UWK Surabaya

1. n. Supra trochealis (cab. N. frontalis – n. ophthalmic), ke kulit

Radiks nasi + dahi

2. Ramus nasalis eksterna ( n. ethmoidalis- n. nasociliaris- n.oph

thalmi), ke kulit aper + ala nasi.

3. Ramus palpebralis inferior (n. infratrochlearis- n. naso ciliare-

n. ophthalmic), ke kulit radix nasi

4. N. infra orbitalis: cabang n.maksilaris:

- rami nslis eksternus : ke ala nasi

- rami nasalis internus: ke septum mobile

Page 10: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Getah bening nasus eksternus:

Kulit kaya anyaman kapiler limfatik terutama apek nasi, alirannya:

- bersama v. facialis anterior ke limfonodi sub maksila

- sebagian dari radiks nasi dan lateral hidung, melalui saluran di

palpebra superior dan inferior, ke limfonodi parotis.

- juga anastomose dengan saluran limfe di mukosa kavum nasi.

Page 11: KuliahTHT FK UWK Surabaya

II. KAVUM NASI

Dibagi 2 kanan dan kiri oleh septum nasi, masing2 rongga t.d:

Dinding : - dinding dasar (lantai) Lubang: depan: nares

- atap belakang: koane

- dinding lateral

- dinding medial

Dasar kavum nasi:

Dibentuk oleh: - ¾ depan: procesus palatinus os maksila

-1/4 belakang: procesus horizontalis os palatina

Page 12: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Posisinya:- datar horizontal, dapat turun kebawah di bag belakang

- ke lateral + medial melengkung ke atas

Tebalnya: ke belakang makin tipis

Atap kavum nasiMelengkung seperti busur, lebarnya 4-5 mm

Dibentuk oleh: - bag depan: os frontalis - bag belakang:os sfenoid

- bag tengah: lamina cribosa os ethmoidalis (paling

besar). Melalui foramina lamina cribo

sa keluar ujung saraf n.olfaktorius ke

mukosa septum + konka sup. atas

Page 13: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Dinding lateral kavum nasi

Dibentuk oleh dinding medial sinus maksilaris, terdapat:

3 tonjolan memanjang dari muka ke belakang, disebut konka,

dengan lorong dibawahnya disebut meatus

a. Konka inferior (terpanjang)

- mukosanya tebal

- mengandung plexus cavernosus konkarum

- rangka tulangnya melekat pada:

+ krista konkalis os palatina, maksila,lacrimalis

+ procesus uncinatus os ethmoidalis

Page 14: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- lorong dibawahnya adalah meatus nasi inferior,

dibagian depan terdapat muara ductus nasolacrimalis,

yang dilindungi lipatan mukosa = katup dari Hasner =

plica lacrimalis dari Hasner.

b. Konka media( terbesar kedua)

- mukosanya = mukosa pada konka inferior

- rangka tulangnya bagian dari os ethmoidalis

- lorong dibawahnya adalah meatus medius, terdapat:

+ bagian depan pd ddng lateral terdapat lekuk dsbt

infundibulum ethmoid dg penonjolan membulat

Page 15: KuliahTHT FK UWK Surabaya

dari posterior- superior disebut Bulla ethmoid.

pintu masuk infundibulum disebut Hiatus semilunaris.

Infundibulum ke anterosuperior berakhir pada ductus na

so frontalis, atau kadang2 di celulae ethmoidalis anterior

- dibagian tengah meatus medius terdapat osteum dari sinus

maksilaris

c. Konka nasi superior (terkecil)

- mukosa tipis

- rangka tulang merupakan bagian dari os ethmoid

Page 16: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Lubang dibawahnya: meatus superior:

+ bermuara selule ethmoidalis posterior

+ diantara atap cavum nasi dan konka superior ada reses

sus sfeno etmoidalis

+ osteum sinus sfenoidalis terdapat di ddng posteriornya

d. Konka suprema: hanya kadang2 saja ada, kecil, kadang2

sebagai bagian konka superior yang mem

belah jadi dua

Page 17: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Dinding medial cavum nasi

Dibentuk oleh: 1. bag superior lamina perpendikularis os etmoid

2. bag anterior kartilago kwadrangularis septum

3. bag posterior os vomer

4. bag antero inferior, disebut septum mobile,

yang dibentuk oleh krus medialis cartilgo alaris

Mukosa kavum nasi:

- Semua dilapisi mukosa, kecuali bagian nares dan vestibulum

yang dilapisi kulit dengan rambut (vibricaea)

Page 18: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Mukosa dilapisi epitel pseudo kompleks kolumner bersilia

Diantara selnya terdapat sel goblet yang menghasilkan lendir

dengan pH 6,5 dan mengandung lysosim sebagai antiseptik.

- Mukosa di regio olfaktoria dilapisi epitel skuamus komplek yang

mengandung banyak sel olfaktori

- Mukosa di bagian anterior septum nasi di pars kartilagenus

terdapat daerah yang mukosanya mengandung banyak anyam

an pembuluh darah, disebut Pleksus Kiesselbach, sedangkan

daerahnya disebut Area Little

Page 19: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Aliran darah kavum nasi1. A. Etmoidalis anterior (cab a. optalmika– a. carotis eksterna),

ke : - atap kavum nasi

- septum nasi

- dinding lateral kavum nasi bagian antero superior

2. A. Etmiodalis posterior (cab a. optalmika)

ke: - septum nasi bagian posterior

- dinding lateral kavum nasi bagian superior

3. A. Sfenopalatina (cab a.maksilaris interna – a.carotis eksterna)

ke dinding lateral kavum nasi

Page 20: KuliahTHT FK UWK Surabaya

4. A. Nasopalatina (lanjutan a. Sfenopalatina)

ke: - atap kavum nasi

- sebagian besar septum nasi

- dasar kavum nasi, beranastomose dengan a. palatina

desenden, ke : - dasar kavum nasi

- dd lateral kavum nasi bagian posterior

5. A. Lateralis nasi ( cab. Maksilaris eksterna), ke dinding lateral

kavum nasi dekat nares

6 A. Faringea( cabang a. Maksilaris interna), ke bag posterior

radiks nasi

Page 21: KuliahTHT FK UWK Surabaya

7. A.Nasalis posterior septi (cabang a. Maksilaris Eksterna), ke

bagian bawah septum nasi sepanjang dasar kavum nasi

Saraf di kavum nasi

Kavum nasi mendapat inervasi dari n. Trigeminus, yaitu:

1. N. Optalmikus– n. etmoidalis anterior– ramus nasalis interna:

- rami nasalis interna medialis: ke mukosa septum nasi

bagian anterior

- rami nasalis interna lateralis, ke dinding lateral kavum nasi

menerus sebagai ramus nasalis eksterna

Page 22: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. N. Maksilaris: pada ganglion sfenopalatina:

- rami nasalis posterosuperior: ri lateralis- ke konka sup+media

ri medialis- ke septum nasi

- rami nasalis posteroinferior(lateralis) ke konka inferior

- n. alveolaris superior, menjadi ri alveolaris superior, anterior

ke meatus inferior

- n. infra orbitalis, menjadi ri nasalis internus, ke septum mobile

dan vestibulum nasi

Page 23: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Aliran limfe: - Area olfaktori terpisah dengan regio respiratori

- 2/3 - ¾ dialirkan ke belakang

1. Jaringan limfatik anterior: dari bag anterior kavum nasi, vesti

bulum dan pre konka bermuara di sepanjang pemb darah

fasialis yang menuju ke leher, kemudian beranastomose

dengan saluran limfe nasus eksternus– ke l.n. submaksilaris

2. Jaringan limfatik posterior: ada 3 sal limfe ke belakang:

- Kelompok superior: dari konka media+superior + sebagian

dinding hidung, berjalan diatas tuba eustskhius, bermuara

di kelenjar limfe retro faringeal

Page 24: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Kelompok media: dari konka inferior, meatus inferior dan dasar

kavum nasi, berjalan di bawah tuba eustakhius, bermuara di

kelenjar limfe jugularis.

- Kelompok inferior: dari septum nasi dan dasar hidung -- ke

kelenjar limfe sepanjang pembuluh darah jugularis interna.

Page 25: KuliahTHT FK UWK Surabaya

III. SINUS PARANASALIS

Ada 4 pasang: - Sinus maksilaris

- Sinus frontalis

- Sinus etmoidalis

- Sinus sfenoidalis

Masing-masing sinus ada keistimewaannya tentang:

- letak sinus terhadap sekitarnya

- letak osteumnya

- masa pembentukannya

Page 26: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUS MAKSILARIS

- Terletak di korpus os maksila, berada di kn kr rongga hidung

- Pembentukan: waktu lahir belum ada(sebesar kedelai), berkem

bang menjadi proporsional pada umur 3 th

- Berbentuk piramid terbalik:- atap: dasar orbita

- dd medial: dd lateral rongga hidung

- dasar: berhadapan dengan akar gigi

PM2 – M3 atas

- Osteumnya tinggi , lebih dekat dengan atap sinus, terletak di me

atus medius, pd daerah hiatus semilunaris tertutup bulla etmoid

Page 27: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUS FRONTALIS

- Terletak di tl dahi: dd depan tebal

dd blk tipis, berbatasan dg fosa kranii anterior

- Terbentuk sempurna pd umur 6 th, berasal dr selule etmoid ant,

besarnya tidak selalu sama, kd2 tdk terbentuk/ hanya sebelah

- Osteumnya: di meatus medius (ductus nasofrontalis)

SINUS ETMOIDALIS ( SELULE ETMOIDALIS)

- Terletak didalam labirin etmoidalis

- Terbentuk waktu lahir

- Bentuk selulae kecil2, jumlah banyak (3-15) dan saling berhub:

Page 28: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ ke lateral: berbatasan dengan orbita, dinding tipis

(lamina pariracea)

+ ke atas : fosa kranii anterior

+ ke medial: berhubungan dg rongga hidung melalui

konka media dan superior

- Dibagi menjadi 2 kelompok:

+ anterior: osteumnya di meatus medius

+ posterior: osteumnya di meatu superior, berhadapan dg

osteum sinus sfenoidalis

Page 29: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Tindakan operasi tidak boleh masuk ke fisura olfaktoria, karena

dapat merusak lamina cribosa, akan menyebabkan rusaknya

fila okfaktori– terjadi liquorrhea (rhinore serebro spinal) –

meningitis.

Page 30: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUS SFENOIDALIS

- Terletak didalam korpus os sfenoidalis

+ keatas : berbatasan dengan fosa kranii + kel pituitaria

+ ke belakang : berbatasan dg fosa kranii posterior

+ ke samping : berbatasan dg sinus kavernosus, N III, N IV,

N VI

- Osteumnya terletak di dinding anterior, bermuara di resesus

etmoidalis, di meatus superior, belakang konka superior

Page 31: KuliahTHT FK UWK Surabaya

FISIOLOGI HIDUNGSebagai pintu gerbang saluran nafas, mempunyai fungsi:

I. Respiratorius

II. Olfaktorius

III. Resonansi suara

IV. Drainase dan ventilasi

I . Fungsi respiratorius ( vital dalam kehidupan)

- menyiapkan udara agar sesuai dengan keadaan fisiologi

paru (conditioning the air), sebab udaraberubah-ubah.

Jika tidak disesuaikan dulu, paru bisa rusak/ sakit.

Page 32: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Perubahan udara: + panas – dingin

+ kering – lembab

+ berdebu, berasap, ada kuman

- Pelaksanannya:

+ Mengatur banyaknya udara yang masuk:

- tidak kolaps waktu inspirasi keras, ini berkat rangka

hidung yang kaku

- kavum nasi dapat melebar atau menyempit,berkat

adanya: + konka nasi

+ nares

Page 33: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ menyiapkan udara dengan cara:

- menyaring + membuang partikel2:

“ yang besar oleh vibricae vestibulum nasi

“ yang kecil: melekat pd lendir mukosa– gerakan silia

- membasahi/ mengatur kelembaban:

“ dg menguapkan lendir dr sel2 goblet di kavum nasi

“ bl sangat kering, mukosa faring ikut bekerja, sehingga

penderita merasa haus

- memanasi udara: dilakukan oleh mukosa konka yang kaya

pembuluh darah, agar sesuai suhu paru 36 – 37 C

Page 34: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Disinfeksi: karena udara luar tidak steril, mekanismenya:

melekat pd mukosa, selanjutnya:-ada enzym lizozym

-lendir mukosa asam,ph 6,5

-silia epitel mukosa,

bila belum berhasil– ke kelenjar limfe regional

Faktor2 yang mempengaruhi jalannya udara dlm kavum

nasi: - arah nares

- bentuk kavum nasi

- pembuntuan relatif krn nares yng lebih kecil dari cavum

nasi dan koane– tjd perubahan tekanan,

Page 35: KuliahTHT FK UWK Surabaya

sehingga waktu inspirasi terjadi:

- udara mengalir keatas mencapai regio olfaktoria

- udara mengalami pusaran , sehingga dapat kontak se

banyak2nya dengan permukaan mukosa

II. Fungsi olfaktorius:

+ Pd manusia tidak begitu utama, lebih berarti segi psikologis

- bau seseorang merupakan daya tarik individu

- saraf pembau bekerjasama dg saraf pengecap (gustatoris)

Bila saraf pembau rusak, penderita juga mengeluh ganggu

an pengecapnya

Page 36: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Pada hewan, fungsi olfaktoris sangat berguna memper

tahankan kelestarian yaitu:- mempertahankan diri

- mencari makanan

- mempertahankan spesies

III. Fungsi resonansi suara

Sebagai resonator suara yang dihasilkan laring:

+ Bila obstruksi– suara sengau (rhinolaia oclusa)

+ Sebaliknya rhinolalia aperta, pada parese otot palatum

molle

Page 37: KuliahTHT FK UWK Surabaya

IV. Fungsi drainase dan ventilasi:

+ Drainase: oleh gerakan silia epitel mukosa yang mengalir

kan sekret ke belakang

+ Ventilasi: memasukkan udara dang mengganti udara dalam

rongga sinus dan kavum timpani

Page 38: KuliahTHT FK UWK Surabaya

PEMERIKSAAN HIDUNG

1. Inspeksi: yang diperhatikan:

+ Perubahan bentuk: - melebar: polip penuh

- miring : fraktur, trauma

- udem

- impresi: post lues, abses septum

+ Perubahan warna: merah, oleh karena radang

+ Adanya luka,macerasi dll

Page 39: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Palpasi:

+ Menentukan adanya krepitasi, dislokasi, rasa sakit dll

Mis: - trauma nasi, ada dislokasi,krepitasi --- fraktur nasal

- nyeri pada ala nasi --- furunkel

+ Palpasi rasa sakit pada sinus paranasalis:

- Sinus maksilaris: tekan pd fosa canina dengan ibu jari arah

medio superior dengan tenaga optimal, simetris kanan kiri

Hati2 jangan menekan daerah foramen infra orbitalis, ok

ada n.infra orbitalis (menimbulkan rasa sakit hebat).

Hasil + bila ada beda rasa sakit antara kanan dan kiri

Page 40: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Sinus frontalis: tekan pd dasar/ lantai/ dd depan sinus

frontalis seperti tsb diatas, hati2 jangan tekan daerah

foramen supra orbitalis, karena hasilnya dapat bias.

Hasil + seperti tsb diatas

3. Rinoskopi anterior: melihat kavum nasi melalui vestibulum nasi

Alat yang diperlukan: - lampu kepala

- spekulum hidung

Kalau perlu kavum nasi dilebarkan dulu dengan dimasuki/

aplikasi kapas yg dibasahi lidocain efedrin 2%, supaya lebih

longgar

Page 41: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Dapat dilihat:

+ konka nasi: inferior, media ( yg sup biasanya tak tampak)

diperhatikan: - warna: hiperemi/ pucat

- udem, hipertrofi

- ada tumor dll

+ meatus nasi: inferior, media dan fisura olfaktoria

diperhatikan: sekret, tumor dll

+ septum nasi:

diperhatikan: -warna mukosa - laesi area little

- deviasi septum - tumor dll

Page 42: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ kavum nasi: sekret, korpus alienum, tumor dll

+ Fenomena palatum molle:gerakan palatum mole dapat dilihat

melalui kavum nasi bila penderita disuruh mengucapkan iii ---

akan terlihat sebagai gerakan/ sesuatu yang menutup naso

faring. Ini disebut Fenomena palatum molle +

Fenomena palatum molle negatif pada:

- parese palatum mole

- masa di naso faring: adenoid, tumor.

Page 43: KuliahTHT FK UWK Surabaya

4. Rinoskopi posterior

Yaitu melihat nasofaring dan bagian belakang kavum nasi dengan

kaca nasofaring lewat orofaring

Alat alat: - lampu kepala - lampu spiritus

- spatula lidah - kaca nasofaring

Cara: Apabila penderita sensitif, pemeriksaan dimulai 5 menit stl

kedalam faring disemprotkan lidocain 10% sbg anestesi.

Pegang cermin menghadap keatas dg tangan kanan, sblnya

dipanasi dg lampu spiritus smp suhu lebih sedikit dr 37° C.

Pegang spatula dg tangan kiri utk meekan pangkal lidah.

Page 44: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Yang dapat dilihat:

- Atap dan dd lateral nasofaring: tumor, adenoid, osteum tuba.

torus tubsrius, fosa rosenmuleri.

- Tepi dorsal septum nasi.

- Kauda konk inferior dan media: normal/ hipertropi.

- Kavum nasi bag belakang: post nasal drip, polip, tumor dll.

5. Transiluminasi: (Diaphanoscopia)

Adl pemeriksaan rongga menggunakan sinar lampu 6 volt ber

tangkai panjang(Heyman), yang dikerjakan di kamar gelap.

Biasanya dilakukan pada sinus maksilaris dan frontalis.

Page 45: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Transiluminasi sinus maksilalis:

+ lampu yang diselubungi tabung gelas dimasukkan kedlm mulut,

mulut ditutup rapat. Cahaya yg memancar dr mulut + bibir atas

ditutup dg tangan kiri.

+ Hasil: - pd SM normal, didaerah dd depan dibwh orbita terlihat

bayangan terang berbentuk bulan sabit.

- apabila ada cairan pus, mukoid, darah dan tumor, akan

terlihat gelap.

+ Penilaian: hanya mrmpunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri

dan kanan.

Page 46: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Trasiluminasi sinus frontalis

+ Lampu ditekankan pd dasar/ lantai sinus frontalis arah medio

superior, penderita dg mata tertutup. Cahaya yg memancar ke

depan ditutup dg tangan kiri.

+ Hasil: normal bila dd depan sinus terlihat terang.

+ Penilaian:hanya punya nilai bl ada beda antara kiri dan kanan.

6. X Foto rontgen:

+ Posisi utk menilai sinus maksilaris yang baik adl Waters,

disamping ada posisi yg lain yaitu Caldwell.

Page 47: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Penilaian:- normal : hitam

- ada sekret, mukoid/pus, darah, tumor: suram/putih.

- obstruksi kronis: penebalan mukosa.

- perhatikan adanya destruksi tulang.

7. Pungsi percobaan sinus maksilaris:

+ Alat: alat pungsi yg disebut troicart

+ Cara:- meatus inf dianestesi dg lidocain 10% + efedrin 1%

selama 5-10 mnt

- troicart ditusukkan meatus inf 1/3 depan arah 30°,

- kemudian di irigasi dg larutan PZ steril.

Page 48: KuliahTHT FK UWK Surabaya

8. Biopsi: mengambil sedikit jaringan utk pem. Patologi Anatomi.

Cara: - Anestesi dg Xylocain : Efedrin 10:1 selama 5-10mnt.

- Jaringan yg dicurigai diambil sedikit dg biopsi tang.

- Masukkan dlm botol berisi alkohol 96% atau formalin.

- Kirim ke Lab. Patologi Anatomi

9. Pemeriksaan Laboratorium:

Untuk menunjang diagnostik: - Pem laboratorium rutin

- Histopatologi, Cytologi

- Immunologi

Page 49: KuliahTHT FK UWK Surabaya

HIDUNG BUNTU(OBSTRUKSI NASI)

Yaitu hambatan masuknya udara inspirasi melalui hidung

Dapat terjadi: - Akut - Kronis

- Total - Partial

- Unilateral - Bilateral

Akibat yang ditimbulkan:

1. Pada fungsi hidung:

a. Gangguan oksigenasi--- aproseksia nasalis--- sukar konsen

trasi, mudah ngantuk dan lupa.

b. Gangguan fungsi membau--- udara tidak mencapai regio

olfaktori--- terjadi hiposmia/ anosmia.

Page 50: KuliahTHT FK UWK Surabaya

c. Gangguan resonansi suara karena aliran udara ke rongga

hidung terganggu, sehingga sukar mengucapkan huruf n, ng,

ny, m (rinolalia oklusa).

Kebalikannya bila rongga hidung terlalu lebar/ terbuka ---

terlalu banyak aliran udara--- sulit mengucapkan huruf k, g,

t, d, p, b (rinolalia aperta)

2. Pada sinus paranasalis: terjadi gangguan ventilasi + drainase---

Oksigen dlm sinus diresorbsi, tjd - vakum sinus--- kemeng, sakit

- vasodilatasi --- transudasi

- mudah infeksi--- sinusitis

Page 51: KuliahTHT FK UWK Surabaya

3. Pada mata: epifora

4. Pada mulut ( karena penderita bernafas lewat mulut)

- mulut kering

- mudah terjadi pembusukan makanan--- foetor ex ore

- mudah terjadi karang gigi ok pengendapan mineral

5. Pada telinga:

Terjadi pembuntuan tuba( oklusio tuba)--- MT tertarik (pende

ngaran turun)--- transudasi --- kuman--- eksudasi--- otitis media

Page 52: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Penyebab buntu hidung

1. Radang mukosa hidung 2. Alergi

3. Pertumbuhan: - Polip

- Tumor : fibroma, papilloma, carcinoma

4. Kelainan anatomi: a. bawaan (kongenital): atresia koane

b. didapat – deviasi septum nasi

-- sinechia

-- trauma: fraktur, deviasi, epistak

sis, stolsel,hematom ,

5. Benda asing dan abses septi

Page 53: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS AKUTA(common cold, coryza acuta)

Adalah radang pada mukosa hidung

Penyebab: + virus

+ bakteri: - Streptokokus

- Pneumokokus

- Hemofilus Influenzae

Mekanisme: virus merusak pertahanan mukosa, sehingga bakteri

menginfeksi

Penularan: + percikan ludah

+ kontak langsung, dipengaruhi oleh: - virulensi

- fc predisposisi

Page 54: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Faktor predisposisi

I. Faktor luar:

1. Atmosfer: - virus hidup baik pd kelembaban (humidity) tinggi

- suhu dan angin mempengaruhi dy tahan tubuh,

misal: dingin--- vasokonstriksi --- iskhemi.

2. Ventilasi ruangan: tertutup, berjubel.

3. Debu, gas dll.

II. Faktor dalam: + kelelahan, kurang gizi, kurang vitamin.

+ penyakit kronis

+ lokal: alergi, obstruksi kronis.

Page 55: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ penyakit dengan exantem: morbili, variola, varicella,

scarlatina.

Patologi:

+ Pd permulaan : - vasokonstriksi --- vasodildtasi--- tjd udem =

aktifasi kelenjar

- infiltrasi lekosit + deskwamasi – mukopurulen

- toxin --- gll umum

+ pd stadium resolusi: tjd resolusi --- normal kembali

Gejala klinis: gejala pokok pilek, bersin dan hidung buntu

Page 56: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Ada 3 stadium:

1. Stadium prodromal( hari ke I )

Keluhan: hidung panas, kering bersin, pilek encer, buntu

Pem RA: Kavum nasi sempit, udem, hiperemi, sekret encer

2. Stadium akut ( hari 2-4)

Keluhan: malaise, pening, subfebril

Pem RA: lebih sempit, udem hiperemi, sekret mukopurulen

3. Stadium resolusi ( hai 5-7)

Keluhan berkurang

Pem RAberkurang

Page 57: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Rinitis akut dapat didahului oleh nasofaringitis, faringitis, laringitis

Diagnosa banding:

Rinitis akut (prodromal) Rinitis alergika

Gejala umum + -

Waktu gejala 1- 2 hari lama(miggu-tahun)

Sifat sekret mengental ssdh 3-4hr encer terus

Alergen - + (anamnesa+skin tes)

Terapi:

Umum: a. hindari kedinginan ( pakaian, makanan, mandi)

b. simtomatik: asetosal

Page 58: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Asetosal: - analgetik antupiretik

- anti radang( merangsang kortek adrenalin)

- pencegahan ( lebih dari 2 jam tak ada efek lagi)

- vasodilatasi perifer --- badan menjadi hangat

Lokal: Tetes hidung sol glukoefedrin 1% dlm gukose 5%/PZ

Fungsi tetes hidung: - melebarkan

- desinfeksi ( asam)

Pencegahan: + hindari kontak + imunisasi

+ naikkan dy tahan,hindari lelah, dingin, snr UV,

diet bergizi

Page 59: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Komplikasi:

1. Otitis Media Akuta, akibat dr: - radang menjalar

- cara buang ingus salah

2. Sinusitis Paranasalis

3. Infeksi traktus respiratorius bag bawah

4. Eksaserbasi penyakit jantung, asma

Prognosa: self limiting disease, sembuh sendiri 7-10 hari

Page 60: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS AKUTA PADA BAYI

Manifestasinya lain karena:

Klinis: Keluhannya didapat dr ibu, rewel, menyusu sebentar

dilepas krn buntu, shg anak selalu menangis.

Pertolongannya: sol gluko efedrin ¼%, ¼ jam sebelum menyusu

Komplikasi: - Otitis Media Akuta

- Gastoenteritis

Pencegahan: - hindari kontak

- penderita rinitis akuta memakai masker

Page 61: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Terapi dan perawatan:

+ Isolasi

+ ADS 20.000 IU

+ Antibiotika: Penisilin 300.000 -600.000 IU selama 10 hari

Komplikasi: menyebar ke nasofaring, faring ,laring

Prognosa: - baik, karena toksin tidak menyebar

- karena komplikasi dan gejala umum tidak spesifik,

hal ini dapat merugikan karena penderita tidak

berobat sehingga terjadi bahaya penularan

Page 62: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS DIFTERIKA

Yaitu radang akut hidung spesifik karena kuman Corynebacterium

Dyptheriae, dengan kekhasan adanya pseudo membran.

Klinis: - Keluhan :adanya pilek bercampur darah

- Pemeriksaan: terdapat pseudomembran yang bila dilepas

mudah berdarah di konka inferior, septum

nasi bag depan, dasar kavum nasi bagian

depan, kadang- kadang berbau busuk.

- Diagnosa pasti: hapusan sekret hidung + kultur

Diagnosa banding: + Corpus alinum + Rinitis kronis

+ Dermatitis vestibularis nasi

Page 63: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS KRONIKA ATROPIKAN

Ada 2 jenis, yaitu: 1. Foetida ( berbau) : Ozaena

2. Non Foetida (tidak berbau)

Page 64: KuliahTHT FK UWK Surabaya

OZAENA

Etiologi: yang pasti belum diketahui, hanya ada faktor predukasi

1. Bakteri: - Kokobasilus Ozaena

- Klebsiella Ozaena

2. Herediter

3. Malnutrisi / Avitaminosis A

4. Gangguan hormonal ( wanita, usia )

5. Defisiensi Fe

Faktor2 ini tidak berdiri sendiri2 tapi bersama-sama

Page 65: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Patologi: terdapat endarteritis + periarteritis arteriole--- obliterasi

--- terjadi atropi dari konka nasi, kelenjar dan saraf.

Insiden: Wanita: Laki-laki: 5:1

Diagnosa:

Keluhan utama: - nafas berrbau yang dikeluhkan orang lain, krn

penderita sendiri anosmia

- hidung buntu karena: + adanya krusta

+ ggn aliran udar(aero

dinamika)

+ faring kering

Page 66: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Pem RA: - kavum nasi luas krn atropi mukosa

- mukosa licin, sekret kental

- krusta kering kehijauan bau busuk

Diagnosa banding Sinusitis maksilaris: - unilateral

- konka udem, hiperemi,

shg kavu nasi sempit

Terapi: - INH

- Vit A 150.000-200.000 IU

- Preparat Fe

- Estrogen

Page 67: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Obat cuci hidung: Na Bicarbonat

Na Klorida

Amonium Klorida aaa 5

Aqua ad 200

Cars pakai: 1 sendok makan + 9 sendok air hangat, ditaruh

di cawan, kemudian disedot melalui hidung

dan dan dibuang melalui mulut.

Dilakukan sehari 2X.

Ada yg melakukanoperasi dg menyempitkan kavum nasi

membesarkan konka

Page 68: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS KRONIKA ATROPIKANNON FOETIDA

Perbedaan dengan ozaena, disini tidak ada anosmia dan sekret

tidak berbau

Penyebab: - Konkotomi yang berlebihan

- Post Polipektomi pada polip yg sangat besar/ banyak

- Post radiasi

Page 69: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINOSKLEROMA

Yaitu penyakit infeksi kronis dan progresif berbtk granulomatus

pada mukosa saluran pernafasan atas dan bwh, dimana mukosa

Yang terkena menjadi keras.

Etiologi: Diplobasil Klebsiella Rhino Scleromatis

Epidemiologi:

+ Penyakit menular pada masyarakat yang padat penduduk

nya dan sosioekonomi rendah, mis: petani, buruh dll.

+ Di Indonesia: Bali, NTB, Sulut, Sumut

+ Di Luar Negeri: Amerika Latin, India, Pakistan, Afrika Utara

Eropa Timur

Page 70: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Insiden: - semua umur: terbanyak 15-45 th

- pria: wanita sama

- tidak ada faktor herediter

Penularan: percikan sekret wkt bicara, batuk, bersin.

Perjalanan penyakit - lambat tp progresif: 15-20 th

- mukosa melunak --- cicatrix--- jadi keras

Stadium penyakit:

1. Rinitis mukopurulen: tjd pelunakan mukosa yang terserang.

Sekret mukopurulen, bila mengering terbentuk krusta, berbau

busuk

Page 71: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Stadium noduler (granuloma sub mukosum)

Terbentuk nodul yang permulaannya merah kebiruan dan

kenyal, selanjutnya pucat dan keras.

histologis:

- atropi dan hiperplasi epitel mukosa

- Hialin Bodies dari Russel

- Sel mikulics ( foam cell): sel makrophag besar

sitoplasma berbusa

nukleus kecil, eksentrik

Page 72: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Diplobasilus Klebsiella Rhino scleromatis didlm sel makrofag

- Jumlah sel plasma, eosinofil dan limfosit bertambah, sedang

kan PMN sedikit.

3. Stadium skleroma (cicatrik)

Terbentuk sikatrik--- retraktif + kontraktif --- terjadi perubahan

bentuk/ malformasi organ yang terkena: stenosis hidung,

laring dan bronkus

Lokalisasi: tempat yg klasik hidung. Kelainan biasanya mulai pd

tepi anterior mukosa hidung, dpt menyebar ke bag

yg lebih dalam faring, laring, kd trachea + bronkus.

Page 73: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:

Gejala klinis: hidung buhtu ( pd semua stadia)

sekret mukopurulen akb pelunakan mukosa

ada nodul

stenosis karena sikatrik

tidak ada rasa sakit, kec bl ada ulkus krn korek2

bila laring trkena, suara parau

Pemeriksaan: tergantung stadium, dapat ditemukan:

+ Pembengkakan dan deformitas: bibir atas, vestibulum + kavum

nasi, pall mole, faring, laring

Page 74: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Histologis: seperti tersebut diatas

Diagnosa banding:

1, Lues: ulcus dalam, tepi kemerahan, WR/ Khan +

2. Tbc: ulcus menggaung, tepi tidak terasa, kepucatan

3. Rinitis kronika atropikan: anosmi, fetor nasi, atropi konka nasi

dan sekret kehijauan.

4. Karsinoma: tumbuh cepat, PA ditemukan sel keganasan.

Pengobatan:

1.Obat-obatan: bakterisid dan antibiotika dosis tinggi 4-6 minggu

dan diteruskan smp 2x hsl biopsi ber turut2 -

Page 75: KuliahTHT FK UWK Surabaya

ampisilin, septrin, vibramisin, streotomisin ½-1g/hari

selama 3 minggu.

2. Kortikosterod: menekan granuloma

3. Operatif: memperbaiki airway

Pencegahan: hindari kontak

Prognosis: jelek, terutama bila terkena laring

Page 76: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINDROMA ALERGI HIDUNG

Yaitu kumpulan gejala pada kavum nasi, sebagai manifestasi

reaksi alergi.

Alergi: Suatu reaksi abnormal yang bersifat khas yang timbul bila

ada kontak dengan substansi alergen

Dasar patofisiologi alergi:

Bila benda asing(alergen) masuk---terjadi respon imun---terbentuk

Zat anti (Y) ( Reagin, Ig E) yang menempel pada permukaan mas

tosit dan basofil , yg mengandung granula(sel mediator)--- mjd

sel mediator yang tersensitisasi

Page 77: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Bila kontak lagi, tjd degranulasi--- dilepaskan zat mediator:

- histamin

- serotonin

- bradykinin

- ECF-A: Eosinofil Chemotactic Factor of Anaphylactic

- SRS-A: Slow Reacting Substans of Anafilactis

Manifestasi klinik: tergantung 2 faktor:

- Organ sasaran (lokasi + jenis)

- Alergen penyebab: sifat, konsentrasi, cara masuk

Page 78: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS ALERGI

Yaitu sindroma alergi dg alergen spesifk, atau sensitif terhadap

Alergen spesifik

Penyebab: biasanya berupa protein dengan berat molekul tinggi:

- Polen (tepung sari) --- Polinosis

- House dust (debu rumah), mengandung kotoran

tungau (mite)

- Kapuk

- Bulu hewan piaraan

- Makanan: seafood, telur,susu, bbrp buah-buahan

Page 79: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Berdasarkan sifat berlangsungnya dapat dibedakan:

1. Rinitis alergi musiman (seasonal)

2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

RINITIS ALERGI MUSIMAN (SEASONAL)

Tak dikenal di Indonesia, krn hanya tjd di negara 4 musim

Penyebab: alergen spesifik yaitu tepung sari/ spora jamur.

Timbulnya: - sesuai musimnya

- berat ringannya bervariasi, tgt banyaknya alergen

Page 80: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Insiden: Bisa pada semua gol umur, anak, dewasa

Biasanya ada faktor herediter

Diagnosa:

- Gejala: merupakan rinoconjuctivitis

hidung: gatal dan bersin paroksismal, rinore, bu

kadang gatal di palatum

mata: merah, gatal disertai lakrimasi

- Pem RA: mukosa hidung pucat kebiruan ( livide), tp dpt hiperemi

- Terapi: desensitisasi

Page 81: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS ALERGI SEPANJANG TAHUN (PERENIAL)

Timbul intermiten, terus menerus tanpa variasi musim.

Penyebab: - Yang plng sering alergen inhalan, terutama pd orang

dewasa.

- Anak anak alergen ingestan

Dapat diperberat oleh faktor iritasi non spesifik: - asap rokok

- bau merangsang

- perubahan cuaca

- kelembaban tg.

Gangguan fisiologi jenis perenial lebih ringan dr jenis seasonal,

Tapi krn lebih persisten, maka lebi sering tjd komplikasi.

Page 82: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Patofisiologi:

Pd reaksi antigen antibodi Ig E --- tjd pelepasan zat mediator oleh

Mastosit / sel mediator. Zat mediator yg berperan adl histamin.

Efeknya: - dilatasi pemb darah kecil

- menngkatkan permeabilitas kapler--- cairan keluar.

- pd saraf sensoris: meningkatkan sekresi dan bersin.

Gejala klinik:

- Khas serangan bersin berulang, > 5X tiap serangan

- Rinore encer dan banyak

- Hidung tersumbat dan gatal, mata gatal

Page 83: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Pada anak gejala sering tidak lengkap, tp bisa disertai gjejala

spesifik lainnya: + allergic shiner : bayangan gelap daerah

bawah mata akibat obstruksi

+ allergic salut: sering menggosok hidung dg

punggung tangan krn gatal

+ allergic crease: lama lama timbul garis

melintang di dorsum nasi

Diagnosa:

+ Anamnesa: 50% dapat ditegakkan

+ Pem:-RA: mukosa udem, basah, pucat, livide, sekret encer.

Page 84: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Sitologi: + eosinofil: alergi inhalan

+ basofil : alergi makanan

+ P M N : infeksi bakteri

Terapi:

+ Hindari kontak

+ Simptomatis: - antihistamin

- bila konka hipertropi, dapat dilakukan:

* Kaustik Ag NO3, Asam Triklor Asetat

* Operasi Konkotomo bl hipertropi berat

+ Imunoterapi: desensitisasi/ hiposensitisasi

Page 85: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Komplikasi: + Otitis media

+ Sinusitis paranasalis

+ Polip hidung

Page 86: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS VASOMOTOR

Adalah buntu hidung karena gangguan keseimbangan fungsi

Vasmotor, atau bertambahnya aktifitas parasympatis.

Etiologi: - yang pasti belum diketahui

- diduga terkait sistem saraf otonom.

Nervus Vidianus, yang mengandung saraf simpatis dan para

simpatis, bila dirangsang pada:

- Parasimpatis: vasokonstriksi– permeabilitaskapiler dan

sekresi kelenjar.

- Simpatis : efek sebaliknya.

Page 87: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:

1. Obat-obatan yg menekan simpatis:- ergotamin, chlorpromasin

- anti hipertensi

- vasokonstriktor topikal

2. Faktor fisis: iritasi oleh:

- asap rokok

- bau merangsang

- kelembaban tinggi, mis hujan– lembab– bersin-bersin

- perubahan suhu udara: udara dingin=trauma fisis --

mengakibkan limfosit/plasma sel melepas mediator kimiawi

Page 88: KuliahTHT FK UWK Surabaya

3. Faktor endogen: - kehamilan

- pil KB

- pubertas

- hpotyroid

4. Faktor psikis: - kecemasan

- ketegangan

Gejala klinik:- hidung tersumbat, bergantian

- rinorea

- bersin-bersin, tidak ada gatal mata

Biasanya pagi hari, memburuk karena kelembaban

Page 89: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan:

1. Type obstruksi (blockers)

2. Type rinorea

Diagnosa:

Anamnesa: singkirkan dengan rinitis alergi

Pemeriksaan: - RA: - udem mukosa hidung

- konka merah gelap/ merah tua, tapi kadang

dapat pucat

- sekret mukoid, hanya sedikit

- Lab: tak ada eosinofil, kadang ada tapi sedikit.

Page 90: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Komplikasi: jarang, akibat obstruksi nasi: - OMA

- Sinusitis

Terapi:

1. Hindari penyebab: - mandi hangat

- olah raga

- bila kedinginan : asetosal, salamid

2. Simptomatis: - dekongestan oral

- kortikosteroid topikal

- kalau perlu Kaustik dengan Asam Trichlorasetat

3. Operasi Konkotomi, bila diperlukan

Page 91: KuliahTHT FK UWK Surabaya

POLIP NASI

Penyebab: masih diperdebatkan, yg masih dianut radang kronisdan alergi berulang.

Patofisiologi:Bakterial alergi berulang-periflebitis, perilimfangitis dan degenerasi mukosa.Akibatnya aliran kembali cairan interstisial terhambat—oedem--penonjolan mukosa-- bertangkai-- terjadi polip/cyste.

Patologi anatomi:Makroskopis: masa lunak, licin,bening/pucat.Mikroskopis : - mukosa oedem dan hipertropi

Page 92: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- epitel silindris dengan atau tanpa bulu getar, dapat metaplasi kuboid, bertatah. - stroma jaringan ikat longgar: “ dengan cairan interstisial “ banyak sal limfe melebar “ sedikit pembuluh darah+ serabut saraf “ terdapat tumpukan sel limfosit, plasma sel dan eosinofil

Page 93: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Pembagian PolipA. Menurut bentuk: 1. multipel : dr sel etmoid, paling sering 2. soliter : dr sinus maxilarisB. Menurut Patologi Anatomi: 1. seromukus : licin, lunak,kalau pecah keluar cairan seromukus-- kempis 2. fibrooedematus: kasar, padat, kalau pecah keluar darah-- tidak kempis

INSIDEN: - dewasa muda, jarang pada anak - laki-laki > wanita

Page 94: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Gejala:-Keluhan:- rhinorhoe - obstruksi nasi dengan gejala yg diaki batkan yi bindeng, batuk dll.-Pemeriksaan: - inspeksi: bila penuh, dorsum nasi melebar, hidung gepeng-- FROG FACE - RA: tampak jar polip. Jenis fibrooedematus perlu dibedakan dg konka nasi dg cara diberi kapas sol. Efedrin. - RP: didapatkan polip pada koanal polip.

Page 95: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa banding 1 Angiofibroma nasofaring juvenilis: dibedakan dengan adanya perdarahan 2 Inverted papilloma: biasanya usia lanjut 3 Meningocel: pada bayiTerapi- tidak ada terapi kausal- dilakukan ekkstraksi jar polip dg anestesi lokal atau umum:- polip ditarik dg polip tang atau jerat - kalau perlu dilakukan etmoidektomi - kalau bnyk, asal sinus maksilaris-- operasi CALDWELL LUC

Page 96: KuliahTHT FK UWK Surabaya

RINITIS MEDIKAMENTOSA

Adalah buntu hidung karena respon vasomotor terganggu akibat

pemakaian vasokonstriktor yang lama/ berlebihan.

Page 97: KuliahTHT FK UWK Surabaya

ANGIOFIBROMA NASOFARING BELIA (JUVENILIS)

Adalah tumor di nasofaring yg kaya pembuluh darah besar danmelebar dg hiperplasi endotel dg stroma yg t.d: - fibroblas - serat kolagen tanpa tunika muskularis

Insiden: - umur 10-17 th - laki-laki > wanita

Lokasi tumor:- atap nasofaring,pada umumnya unilateral - dinding lateral nasofaring, pd umumnya unilateral - jarang pada garis tengah nasofaring.

Page 98: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Histopatologi- Jaringan ikat oedematus dg banyak pembuluh darah yg melebar dan kapiler yg saling berhubungan dan hanya dilapisi endotel tanpa tunika muskularis- tumor yg sedang tumbuh aktif bnyk elemen vaskulernya, tapi dengan meningkatnya usia –jaringan fibrousnya lebih dominan (regresi jaringan vaskuler)

Gejala klinis- epistaksis berulang, ada sblm gjl obstruksi nasi- obstruksi nasi dengan berbagai akibatnya

Page 99: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Sifat tumor- Histologis: jinak-Klinis : tumbuh expansif, destruksi tulang dan tumbuh meluas.

Etiologi : belum pasti1. Teori jaringan asal: - dari cartilago embrional, defisit androgen, kelebihan estrogen - dari fasia basilaris/aponeurosis pharyngeal, dengan jaringan vaskuler ektopik2. Ketidakseimbangan hormon sex (ada kecende rungan regresi dg kematangan sex)

Page 100: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Perluasan tumor- Ke anterior:+ cavum nasi + mendesak septum nasi + keluar vestibulum nasi + msk sinus maksilaris-- ke fosa spenomaxilaris-- expansi ke pipi + msk orbitaprotusiobulbi+n.optikus- Ke inferior: mendesak palatum molle-- menutup jalan nafas- Ke superior: mendesak basis cranii-- masuk ke cavum cranii

Page 101: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa: didasarkan pada:1. umur penderita: 10-17 th 2. gejala subyektif diatas 3. diagnosa pasti: biopsi ( di OK)

Diagnosa banding1. Koanal polip: permukaan rata, pucat, oedematus dan lunak2. Adenoid: permukaan irreguler, ditengah, tdk mudah berdarah3. Karsinoma nasofaring: + umur 30-50 th atau lebih + ada gejala lokal dan metastase + KU menurun + pemeriksaan PA: keganasan

Page 102: KuliahTHT FK UWK Surabaya

4. Fibroma nasofaring: + dapat terjadi pd semua umur + dinding penb drh ada tunika muskularis + perdarahan lebih mudah dihentikan

Terapi1.Obat-obat hormonal: a. estrogen: mengecilkan tumor b. zytonal: lebih mengecilkan tumor sehingga mempermudah operasinya2. Radiasi: mengecilkan tumor3. Operasi: pengangkatan tumor

Page 103: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Operasi pengangkatan: a. dijerat, kemudian diikat b. dengan pendekatan:- transpalatal - rhinotomi lateral - rhinotomi sublabial

Stadium tumor: utk menentukan perluasan atau derajat tumorStadium I: tumor masih di nasofaringStadium II: meluas ke rongga hidung atau sinus sphenoidalisStadiumIII: Tumor meluas ke salah satu: - sinus maksilaris - sinus ethmoidalis

Page 104: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- fosa pterygomaxilaris - infra temporal - rongga mata atau pipiStadium IV: meluas ke rongga intra kranial

Prognosa: - Stadium dini baik - Stadium lanjut jelek

Page 105: KuliahTHT FK UWK Surabaya

KARSINOMA NASOFARING

Tumor ganas kepala leher terbanyak (60%)

Dokter Umum perlu tahu krn stad dini dtng ke dokter umum, sdk

ke dr THT sdh stadium lanjut

- Insiden: + banyak pd ras mongoloid: Cina Selatan,Hongkong Vietnam, Thailand Malaysia, Singapura, Ind

+ dpt pd ras non mongoloid:Yunani, Afrika Utara,Eskimo + penderita di Indonesia: *umur rata-rata 30-50 th ( tertua 79 th, termuda 1 th)

Page 106: KuliahTHT FK UWK Surabaya

* laki-laki: wanita 2:1 * banyak pd penduduk pribumi/WNI - Faktor yg diduga ikut berperan: * Faktor ras * Bahan karsinogen: asap rokok * Iritasi menahun : nasofaringitis asap/alkohol lombok * hormonal: estrogen tinggi * virus Ebstein Barr: semua pen derita didapatkan titer anti virus Ebstein Barr tinggi

Page 107: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Pembagian:A. Berdasarkan Histopatologi I Epidermoid karsinoma 1. Well differentiated: a. keratinising b. non keratinising 2. Undifferentiated (anaplastic carcinoma): a. transisional b. limfoepitelial Menurut WHO ada 3 jenis: 1. Karsinoma sel skwamosa berkeratinisasi 2. Karsinoma tidak berkeratinisasi 3. Karsinoma tidak berdeferensiasi, tmsk:limfoepitelioma, sel transisional, sel spindle, sel clear dan anaplstik.

Page 108: KuliahTHT FK UWK Surabaya

II Adenocystic carcinoma ( silindroma)

III Sarcoma (creeping tumor)

B. Menurut bentuk dan cara tumbuh - ulceratif

- exophitic

- endophitic (creeping tumor)

C. Menurut lokalisasi 1. Fossa Rosen Mulleri

2. Sekitar tuba Eustachius

3. Dinding belakang nasofaring

4. Atap nasofaring

Page 109: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Gejala:

I Gejala lokal dari tumor primer

1. epistaxis sedikit/ banyak dan berulang

2.obstruksi nasi, pilek campur darah, kdng berbau

3. obstruksi tuba, mengakibatkan pendengaran menurun,

tinnitus – OMP

II Gelala akibat pertumbuhan expansif

1. kedepan : obstruksi nasi

2. kebawah : mendesak palatum molle – bomban

3. keatas : Foramen lacerum

- terkena duramater – cefalgi

Page 110: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- terkena 6 (abduscen) m rektus lateralis- diplopi(strabismus)

- terkena n 5 (trigeminus) : nyeri kepala pada daerah muka,

mata, hidung, rahang atas dan bawah,lidah

- terkena n 3 dan 4 ptosis dan optalmoplegi

4. kesamping: ke spatium para paryngeum:

- terkena n 9, n10– parese palatum molle, faring dan laring

- terkena n 10– parese lidah ke samping – gangguan menelan

III Gejala akibat metastase

1. melalui getah bening: pembesaran kelenjar getah bening di leher

yg terletak dibawah ujung mastoid, diblk angulus mandibula,

Page 111: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:

Agak susah karena datang ke THT agak lambat

Penderita sering datang ke bag mata, saraf, gigi atau bedah

Ada TRIAS CA NASOFARING yang dapat dipakai sebagai pedoman yaitu:

A.Tumor coli, gjl hidung dan gjl telinga

B Tumor coli, gjl hidung dan telinga, gjl intra kranial (saraf/mata)

C Gejala hidung, Gejala telinga, Gejala intrakranial

Cara membuat diagnosa

a.Berdasarkan klinisnya

1. Umur

2. gejala subyektif: trias ca nasofaring

3. pem obyektif: RA, RP, Nasofaryngocop, X foto, USG, CT Scan

b.Bersasarkan hasil PA melalui biopsi/sitologi

Page 112: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa Banding: 1. Angiofibroma nasofaring juvenilis

2. Angiofibroma

3. Adenoid persisten

4. Tbc nasofaring

STADIUM

Berdasarkan gejala-gejala diatas

1. stadium dini: tumor masih didalam nasofaring

gejala tumor primer, kdng tumor masih blm tampak ( creeping tumor)

2. Stadium lanjut: tumor melewati batas nasofaring

metastase

Page 113: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Menurut UNION INTERNATIONAL CENTRE CANCER ( UICC)– 1992– TNM:

T: Tumor Primer To, T1, T2, T3, T4, Tx

N: Pembesaran kelenjar getah bening regional: No, N1, N2, N3

M: Metastase jauh: Mo, M1

Stadium I : T1 No Mo

Stadium II : T2 No Mo

Stadium III : T1,T2,T3, N1, Mo atau T3, No, Mo

Stadium IV: T4, No/ N1, Mo

T1,T2,T3,T4,N2/N3, Mo

T1,T2,T3,T4,No/N1, M1

Page 114: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Keterangan:

T0 : Tumor tidak tampak

T1 : Tumor terbatas 1 lokasi, lateral,posterior, superior, atap

T2 : Tumor pada 2 lokasi atau lebih, tapi masih di rongga nasofaring

T3 : Tumor sudah keluar dari rongga nasofaring

T4 : Tumor sudah keluar dari rongga nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak/

saraf otak

Tx : tidak jelas besarnya oleh karena pemeriksaan tidak lengkap

Page 115: KuliahTHT FK UWK Surabaya

N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

N1 : Ada pembesaran homolateral, masih dapat digerakkan

N2 : Penbesaran Kontralateral/ bilateral, masih dapat digerakkan

N3 : Pembesaran homolateral, kontralateral atau bilateral yang sudah melekat

M0 : tidak ada metastase jauh

M1 : terdapat metastase jauh

Mx : Metastase belum dapat ditentukan karena pemeriksaan belum lengkap

Page 116: KuliahTHT FK UWK Surabaya

TERAPI: Radioterapi

Terapi tambahan: Kemoterapi

Deseksi leher

Ada yg menambahkan : seroterapi

vaksin anti virus

Interveron

Tetracyclin

Penting juga perawatan palliatif, terutama yg mendapat radiasi karena :

- mulut terasa kering krn kerusakan kelenjar liur, shg penderta dianjurkan

makan banyak kuah, minum, serta mengunyah bahan yg asam

- mukositis rongga mulut karena jamur, nafsu makan hilang,mual, muntah

- leher kaku krn fibrosis, sakit kepala

Page 117: KuliahTHT FK UWK Surabaya

PROGNOSA

Stadium dini baik, dapat hidup . 5 th

Stadium lanjut kurang baik, hidup , 3 th

Page 118: KuliahTHT FK UWK Surabaya

BENDA ASING RONGGA HIDUNG

Biasanya pada anak dan unilateral

Macamnya : - bahan : kertas, spon, plastik, batu

- biji-bijian : kacang, jagung, biji asam

- binatang : pacet, larva

Patologi:- Bbrp hari kmd terjadi radang mukosa– sekret mukopurulen,bau- Lama-lama timbul jaringan granulasi– sekret bercampur darah

Gejala:- Keluhan didapat dr ibu, pilek lama, bau, bercampur darah

- Apabila binatang terasa gerakan

Pemeriksaan:RA - mukosa merah dgn mukopus, kd ada granulasi

- bila lama, benda terlihat stl sekret dibersihkan

Page 119: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Tindakan:

Diekstraksi (dikeluarkan) menggunakan alat lampu kepala, spekulum hidung dan

Hak bulat ( ring haak), diekstraksi kearah depan

Kalau perlu dilakukan anestesi dengan xylocain, efedrin

Page 120: KuliahTHT FK UWK Surabaya

ATRESIA KOANE

- Tipe kejadian bisa : kongenital/ didapat unilateral / bilateral

- komplet / inkomplet osseus/membraneus

- Pada bayi lebih banyak bilateral

- Pada dewasa unilateral

Etiologi

- Kongenital membrana nasobuccal persisten diujung belakang vomer

- Didapat : lebih banyak di regio faring daripada di koane

akibat dari : trauma: tonsilektomi, adenoidektomi

infeksi: tbc, lues, difteri -- cicatric

Page 121: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Insiden : 1 dari 5000 kelahiran hidup

Gejala: Unilateral :- bayi sukar bernafas lewat hidung, problem

timbul bila cav nasi yg normal terganggu

Bilateral :- bayi sejak hari I lahir tidak dapat menyusu

-bila mulut tertutup cyanosis

-cavum nasi berisi mukus

Diagnosa:+ Dengan sonde kateter, nasofaryngoscop

+ Palpasi lewat nasofaring

+ Disemprot Metylen blue

+ X ray dengan kontras

Terapi: Operasi, yang membraneus bisa ruptur spontan

Page 122: KuliahTHT FK UWK Surabaya

DEVIASI SEPTUM NASI

Yaitu posisi septum nasi tdk lurus ke belakang atas

Penyebab:Trauma: - proses kelahiran, hidung tertekan jalan lahir

- kecelakaan: bermain, olah raga, KLL

Spontan: akibat kecepatan pertumbuhan bagian

kavum nasi yang berbeda

Bentuk deformitas: 1. Deviasi : bentuk S,C

2. Dislokasi: keluar dari krista maksilaris

3. Penonjolan: sebagai spina, krista

Page 123: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Gejala:

Keluhan:- tidak semua ada keluhan, sebab yg timbul pelan pelan

sudah adaptasi

- yang berat mengeluh obstruksi nasi, mula mula sebelah

kmd disusul yg sebelahnya karena terjadi hipertrofi yg

kompensatoir

- terjadi gangguan: oksigenasi

vacum headache– sinusitis

vacum cavum timpani – OMP

hiposmia

Page 124: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Terapi

- Keluhan ringan kaustik dengan asam trichloracetat

- Keluhan berat dilakukan koreksi:

- 1. Reseksi submukosa (Killian): tulang rawan septum yg

- bengkok dikeluarkan

- 2. Septoplasti : tulang rawan yg bengkok direposisi, yang

- kelebihan dibuang

Page 125: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SYNECHIA NASI

Adalah terjadinya perlekatan mukosa septum nasi dan konka

(inferior) akibat dari trauma, operasi dan infeksi.

Gejala: - obstruksi partial

- sensasi ada benda

- bisa ada krusta

Terapi: bagian yg adhesi dipisahkan

Page 126: KuliahTHT FK UWK Surabaya

TRAUMA NASI

Tergantung dari keras dan arah trauma, dapat terjadi kerusakan

pada: 1. Jaringan lunak bag luar hidung berupa memr atau

hematom maupun luka terbuka

2. Tulang kerangka hidung: fraktur os nasal

3. Septum nasi: - deviasi septum nasi

- hematoma septum nasi

4. Mukosa septum nasi: terjadi robekan – epistaksis

Page 127: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Fraktur os nasalis

Tidak hanya terjadi pada os nasalis saja, tetapi dapat juga pada:

prosesus frontalis os maksila

kartilago septum nasi

Bagian yang terkena tergantung pada arh dan kerasnya trauma

A. Trauma dari lateral

Mengakibatkan dislokasi hidung ke sebelah lainnya

- fraktur os nasalis + procesus frontalis maxila pada sisi

datangnya pukulan

- fragmennya menumpang diatas bagian yang stabil prosesus

frontalis

Page 128: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- sedang sisi yg lain fragmennya berada dibawah yg stabil

- sedang pada dasar cavum nasi turun kearah yang berla

wanan dengan arah pukulan, sehingga menyebabkan

obstruksi nasi pada sisi lain

B. Trauma arah frontal

Menyebabkan akibat yang lebih hebat.

Dapat ferjadi 3 tingkat fraktur:

Tk I : - os nasalis ambles+ melebar, menumpang diatas os

procesus frontalis maxila

- septum nasi fraktur– fragmen tumpang tindih

Page 129: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Tk II: - Procesus frontalis maxila juga fraktur, dislokasi fragmen

nya ke lateral

- septum nasi fraktur lebih berat

Tk III: - seperti tk II tapi lebih hebat

- Proc frontalis masuk kedalam sinus maxilaris

- selain itu terjadi dislokasi selulae etmoidalis anterior

dan os lacrimalis ke lateral, akibatnya:

+ hidung sangat mendatar

+ jarak antara kantus medialis melebar

Page 130: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ tepi kranial os nasalis masuk ke tepi kaudal os frontalis

sehingga dorsum nasi tampak pendek

+ kadang terjadi robekan duramater, sehingga terjadi sere

brospinal rinore

Diagnostik

+ Anamnesa: terjadi trauma dengan gejala:

- epistaksis

- obstuksi nasi karena stolsel, hematom dan deviasi

- hipo/ anosmia krn obstruksi, parese n olfaktorius

+ Pemeriksaan: - Palpasi: teraba krepitasi

- RA: bekuan darah, dislokasi fraktur, robekan

mukosa, hrmatom septi

-

Page 131: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- X foto: pada kasus yang berat

Terapi: Reposisi secepat mungkin, selum ada udem

Bila terjadi udem, tunggu 4-7 hari

Cara reposisi:

+ anestesi lokal atau general

+ os nasalis diangkat dengan elevator tumpul/ Asche

forcep, dikontrol dengan ibu jari tangan kiri dari arah

kontra lateralnya

+ fiksasi dengan tampon boorzalf

Page 132: KuliahTHT FK UWK Surabaya

TRAUMA MAKSILA

Fraktur maksila merupakan trauma yang serius dan mempunyai

Ciri khas seperti:

+ perubahan letak palatum

+ deformitas/ mobilitas hidung

+ epistaksis

+ perubahan/ deformitas sepertiga tengah muka

Gradasi Trauma Maksila menurut Lefort:

+ Lefort I: - garis fraktur transversal pada maksila, melibatkan

hanya palatum

Page 133: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- terjadi mobilitas atau perubahan letak arkus maksila

dan palatum

- biasanya ada mal oklusi

Lefort II: - garis fraktu pyramid, melibatkan fraktur palatum dan

bagian sepertiga tengah muka termasuk hidung

- gejalanya epistaksis profus dan maloklusi

Lefort III: - menyebabkan pemisahan seluruh tulang muka dengan

kranium

- seluruh komplek zygomatiko-maksila berubah letak

dan mobil

Page 134: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Pemeriksaan: harus cermat, ditunjang pemeriksaan:

- Radiologik

- CT Scan potongan axial dan coronal

Penanggulangan:

Prinsip: Reposisi melalui reposisi terbuka dengan menyusun

kembali fragmennya dan difiksasi

- bisa eksplorasi melalui sulkus gingivo bukal

Page 135: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Bila dasar orbita masuk kedalam sinus maksilaris, maka

lewat operasi Caldwell Luc dan diusahakan dasar orbita

kanan dan kiri berada pada satu garis horizontal. Ini

mencegah terjadinya diplopi.

- perlu diperhatikan juga oklusi mulut dan gigi – difiksasi

dengan mandibula.

Page 136: KuliahTHT FK UWK Surabaya

EPISTAKSIS

Epistaksis bukan suatu penyakit, tapi hanya gejala.

Penyebab:

A. Lokal: - Trauma: korek-korek, bersin keras, kecelakaan

- Radang: rinitis akut/ kronis, difteri nasi ulkus lues,

Tbc, sinusitis maksilaris.

- Tumor: carcinoma cavum nasi, nasofaring dan sinus

maksilaris, angiofibroma.

B. Umum:

1. Penyakit darah: hemofili, leukemia, trombositopene.

Page 137: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Penyakit pembuluh darah: hipertensi, arteriosklerosis,

teleangiektasis.

3. Tekanan vena yang tinggi: pertusis, penyakit cor pulmonale,

tumor leher dan thorak.

4. Gangguan hormonal: terjadi saat penurunan kadar estrogen.

Lokalisasi epistaksis:

1 Kavum nasi anterior: 80% pada anak-anak dan dewasa muda

karena korek-korek daerah antero-inferior

septu nasi (area little), karena disitu ada

Pleksus Kisselbach.

Page 138: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Kavum nasi posterior: pada hipertensi/ arteriosklerosis terjadi

perdarahan pada separo posterior konka

inferior (cabang a. sfenopalatina).

Diagnosa banding: - carcinoma nasofaring

- angiofibroma nasofaring juvenilis

Tindakan menghentikan epistaksis:

A. Lokal: - mula-mula keluarkan bekuan darah

- kemudian hentikan perdarahan:

Page 139: KuliahTHT FK UWK Surabaya

1. Bila perdarahan dari anterior, langkah-langkahnya sbb:

+ Jepit ala nasi 5-15 menit

+ Aplikasi dengan vasokonstriktor dengan cara kapas dibasahi

vasokonstriktor, dimasukkan kedalam kavum nasi selama

10 menit.

+ Kaustik degan asam Triklor Asetat / Nitras Argenti mulai dari

sekitar sumber kemudian ketengah’

+ Tampon boorzalf di kavum nasi yng berdarah, apabila tidak

teratasi tampon kontralateral juga untuk menambah tekanan.

Biarkan tampon selama 2X24 jam.

Page 140: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Bila perdarahan dari posterior yang sukar dihentikan,

pasang tampon posterior (tampon Bellocq).

B. Umum: + transfusi bila banyak kehilangan darah

+ hemostasis: vit K, adona, anaroksil, transamin

+ antibiotik

Dianjurkan pemeriksaan faal hemostasis dan mencari penyebab untuk keperluan terapi kausal.

Page 141: KuliahTHT FK UWK Surabaya

HEMATOMA SEPTUM NASI

Adalah timbunan darah pada septum nasi yang terletak antara:

- submukosa dengan perikondrium,

- submukosa dengan periosteum : jarang terjadi.

Penyebab: trauma, bila tl rawan fraktur,tjd hematom bilateral.

Diagnosa:

+ Anamnesa:- ada trauma, kemudian cepat tjd obstruksi nasi

- tidak hilang dengan tetes hidung

- dapat disertai epistaksis dan nyeri.

Page 142: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Pemeriksaan:

RA: - ada benjolan pd septum nasi bagian depan, uni

lateral, jarang bilateral

- warna merah tua kebiruan, kenyal, elastis

- pada proef pungsi didapatkan darah.

Terapi: Insisi didaerah anteroinferior septum secara steril, kmd

ditekan dengan tampon boorzalf. Tampon dilepas 2 hari.

Prognosa: baik. Bila tidak diinsisi akan mengalami organisasi.

Bila ada infeksi sekender, tjd abses septum.

Page 143: KuliahTHT FK UWK Surabaya

ABSES SEPTUM NASI

Penyebab: - infeksi pada trauma/ luka mukosa septum nasi

- infeksi sekender hematoma septi, biasanya terjadi

3-5 hari setelah timbul.

Diagnosa:

Keluhan: - obstruksi nasi– cefalgi, epifora

- nyeri hidung lebih hebat dari pada hematoma

- kadang-kadang febris.

Pemeriksaan:- Inspeksi: hidung luar atu apeks nasi hiperemi,

udem atau tampak mengkilat.

- Palpasi : nyeri pada sentuhan.

Page 144: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- RA : - benjolan pd seprum nasi merah keabuan

- lunak pada sentuhan

- tidak kempis dengan solutio efedrin.

- pungsi percobaan: didapatkan pus.

Terapi: - Insisi, pasang drain, lalu ditekan dengan tampon boorzalf

- Antibiotika

Prognosa: - baik

- bila tdk dirawat tjd: nekrosis kartilago(lorgnet nose)

perforasi septum nasi

trombosis sinu kavernosus

Page 145: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS PARANASALIS

Yaitu radang mukosa rongga sinus.

Bila berlangsung singkat 1-3 minggu kemudian sembuh, maka

mukosa akan normal kembali.

Kuman penyebab:- Streptokokus

- Hemofilus influenzae

- Stafilokokus Aureus

- Organisme anaerob

- Jamur

Page 146: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Faktor predisposisi:- terlalu capai

- banyak terkena angin

- gizi kurang

- alergi

- gangguan anatomi hidung

Faktor penyebab infeksi

1. Rhinogen: karena mukosanya kontinyu dari kavum nasi, maka

Infeksi kavum nasi dapat menjalar langsung.

Ini dipermudah oleh:- buang ingus berlebihan/keras

- akumulasi sekret krn ada polip/ deviasi.

Page 147: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Odontogen/ dentogen: infeksi gigi premolar I – molar III, akar

gigi menembus dasar sinus maksilaris,

ditambah letak osteum sinus maksilaris

yang tinggi menyulitkan drainase sekret

Klasifikasi:

+ sinusitis akut :beberapa hari-minggu, ada tanda radang akut

+ sinusitis sub akut:beberapa minggu – bulan, tanda akut reda,

reversibel.

+ sinusitis kronis :beberapa bulan – tahun, irreversibel, terjadi

jaringan granulasi.

Page 148: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS MAKSILARIS AKUT

Insiden: paling banyaak diantara sinusitis paranasalis yg lain.

Faktor yang mendukung terjadinya:

a. rinogen: rinitis akut, cara buang ingus yang salah.

b. dentogen: infeksi gigi PM2-M3, post ekstraksi gigi.

c. drainase sinus maksilaris yg sulit karena:

- osteum tinggi, 16 jam sehari posisi duduk/ berdiri

- osteum mudah tertutup oleh: + konka media

+ deviasi septum

+ polip/sekret

Page 149: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:

Anamnesa: - adanya rinitis akut

- pipi kemeng-sakit

- sefalgi sisi yang sakit, sore maksimal, pagi reda

- sekret mukopurulen, kadang hemorrhagis, lama-

lama bau.

Pemeriksaan:

+ Inspeksi: pipi kadang-kadang udem dan hiperemi

+ Palpasi : nyeri tekan pipi yang sakit (fosa canina)

Page 150: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ RA: - vestibulum nasi merah

- kavum nasi sempit, konka udem, mukosa hiperemi, ada

sekret, kadang-kadang di meatus medius

+ RP: - adanya post nasal drip

- terlihat pus di meatus medius (kadang-kadang)

+ Transiluminasi: bayangan gelap pada sinus yang sakit

+ X Foto waters: - perselubungan (adanya cairan)

- tampak permukaan cairan (air fluid level).

- udem mukosa, penebalan mukosa.

Page 151: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ Pungsi percobaan: - keluar pus/mukoid

- dilakukan untuk diagnosa sekalian terapi.

Terapi: 1. Konservatif:

a. Umum: - istirahat, makan lunak

- analgetik

- antibiotik : penicilin, bila alergi doksisiklin

erytromycin

b. Lokal : perbaikan drainase:-tetes hidung efedrin 1%

-tidur miring heterolateral

Page 152: KuliahTHT FK UWK Surabaya

2. Aktif: Irigasi sinus (Kaag Spoeling) : keluar pus/ mukoid,

dilakukan 1X seminggu sampai bersih.

Komplikasi:- Ekstravasasi cairan di pipi

- Emboli udara

Prognosa: Cepat berobat: semuh dengan terapi konservatif

Bila tidak diobati menjadi kronis

Komplikasi: - OMP : karena obstruksi ostium tuba

- Faringitis : karena post nasal drip

Page 153: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS MAKSILARIS KRONIKA

Faktor etiologi:

1. Sinusitis maksilaris akut berulang atau pengobatan kurang

adekuat.

2. Adanya blokade drainase.

3. Infeksi gigi Premolar 2 – Molar 3

4. Infeksi sinus ethmoidalis, sinus frontalis.

Patologi: disini telah terjadi degenerasi mukosa; cysteus, polip,

polip atau metaplasi epitel.

Page 154: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:

+ Anamnesa: - keluhan tidak tegas, samar-samar dan lama

- pilek kedua lubang hidung atau sebelah

- foetor nasi

- hidung buntu, kemeng/ sakit, sub febril

+ Pemeriksaan:- Palpasi: rasa kemeng/sakit ringan

- RA/RP: pus di meatus medius (tidak selalu)

- Ada caries gigi bila penyebab dentogen

- Transiluminasi: seperti pd SM Akut

- X Foto Water: seperti pada SM Akut

Page 155: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Terapi: + Konservatif : - Antibiotika

- Tetes hidung

+ Aktif : Irigasi sinus 1 minggu sekali, bila 5X tak membaik

Operasi Caldwell Luc.

Ekstraksi gigi bila causanya dentogen.

Diagnosa banding:

1. Karsinoma sinus maksilaris

Anamnesa: - penderita orang tua

- rasa sakit kontinyu, meningkat (progresif).

- geraham terasa sakit tetapi giginya taa

Page 156: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- sekret berbau, kadang-kadang hemorrhagis

Pemeriksaan: Pada stadium dini tidak jelas

- pembengkakan pada pipi, palatum durum, pen

sakan ke kavum nasi

- X Foto Waters: ada destruksi tulang

- Biopsi: ada keganasan

- Antroskopi: didapatkan tumor

2. Karsinoma nasofaring

Page 157: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS FRONTALIS AKUT

Penyebab infeksi:

Rinogen: melalui adanya:

- Rinitis akut– menjalar

cara buang ingus

berenang

- Obstruksi nasi,akibat dari:-- udem

obstruksi nasi

deviasi septum

hipertrofi konka

Page 158: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:

a. Anamnesa: seperti pada rinitis akut

+ malaise, febris

+ ada sekret dan obstruksi nasi

+ sefalgi hebat: - pagi hari lebih sakit

- biasanya homo lateral

b. Pemeriksaan:

+ Inspeksi: kulit taa

+ Palpasi: nyeri tekan pd dasar/ lantai atau dinding depan

sinus frontalis

Page 159: KuliahTHT FK UWK Surabaya

+ RA: - mukosa kavum nasi udem, hiperemi

- pus di meatus medius bagian depan

+ Trasiluminasi: gelap pada sisi yang sakit

+ X Foto Waters: perselubungan pada sisi yang sakit

Terapi:

+ Lokal: perbaiki drainase: - tetes hidung

- tidur miring hetero lateral

- Infraksi konka nasi: bila diperlukan

+ Umum: - analgetika

- antibiotika: ampicilin, klinamisin, sefalosporin

Page 160: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Prognosa: baik, oleh karena osteumnya rendah.

Komplikasi: inflamasi dapat menjalar ke:

+ mata,intra kranial

+ dinding depan – sub periostal abses

+ sinus frontalis sebelah

Page 161: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS FRONTALIS KRONIK

Patologi: radang purulen dengan mukosa hipertrofi dan / polipoid

Etiologi : 1. Sinusitis frontalis akut yg - tdk diobati/ tdk adekuat

- drainase kurang baik:

+ polip di meatus medius

+ deviasi septum nasi

+ hipertrofi konka media

2. Kelanjutan sinusitis kronik dari sinus yang berdekatan:

Pansinusitis

3. Ada faktor alergi

Page 162: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa: + Anamnesa: lebih ringan dari yang akut

+ Pemeriksaan: - Palpasi: nyeri tekan ringan/ tidak

- RA: mukosa udem, hiperemi, pus di

meatus medius

- Transiluminasi: seperti SF Akut

- X Foto Waters: seperti SF akut

Terapi:

+ Konservatif dan tindakan memperlancar drainase dengan cara:

- Aplikasi kapas dengan dekongestan

- Melebarkan osteum nasofrontalis dengan sonde

Page 163: KuliahTHT FK UWK Surabaya

- Operasi penyebab obstruksi: - Ekstraksi polip

- Koreksi septum deviasi

- Infraksi konka media

+ Tindakan Operasi Ekstra nasal (Lynch Operation):

- Insisi curveliniair bibawah bagian medial alis, terus ke

bawah ke epicanthus interna

- dasar sinus frontalis dengan sinus etmoidalis dibuka

Komplikasi: + ke mata menyebabkan infiltrat/abses

+ osteomyelitis frontalis

+ infeksi ke endokranium

Page 164: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS ETHMOIDALIS AKUT

- Penderita lebih banyak pada orang dewasa

- Pada anak-anak, justru sinusitis ethmoidalis lebih sering diban

ding sinusitis yang lain

- Type sinusitis ethmoidalis: + Akut, subakut

+ Recurren emphyema

+ Kronik emphyema

+ Kronik emphyema dengan polipoid

- Etiologi: sama dengan sinusitis maksilaris akut, kecuali faktor

- gigi.

Page 165: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Gejala: pada stadiumakut mengenai seluruh selulae ethmoidalis

anterior dan biasanya terjadi pada fase akut rinitis.

Keluhan: - hidung buntu

- rasa sakit pada sisi homolateral yaitu didaerah frontal,

mata, regio parietal

Pemeriksaan:- terdapat pembengkakan didaerah ethmoid, kasus

yang berat dapat menjalar ke alis

- RA: mukopus di meatus medius

- RP: tampak post nasal drip

Page 166: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Diagnosa:- sulit karena tidak khas: Transiluminasi: tidak khas

X Foto waters: tidak khas

- yang significan:+ lokasi sakitnya

+ pembengkakan dan kongesti pada

orbita dan alis

+ sakit pada gerakan mata

Terapi: - Tetes hidung/ aplikasi dekongestan

- Analgetika

- Antibiotik

- Dapat dibantu dengan pengobatan sinar infra merah

Page 167: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS ETHMOIDALIS KRONIKA

Terjadinya karena ethmoiditis akut yang berulang, lama-lama

menjadi stadium kronis.

Gejala: menyerupai sinusitis maksilaris kronik, yaitu:

- sakit kepala

- hidung buntu, beringus

- ada post nasal drip

Pemeriksaan:+ RA: ada pus di meatus medius/ dasar kavum nasi

yang serius ada polip di meatus medius

+ X foto Waters: tidak khas

Page 168: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Terapi:+ dilakukan ekstraksi polip– seluae dibuka– ethmoidektomi

+ sering residif

+ komplikasi operasi bisa terkena lamina papyracea– ke

orbita– bisa terjadi infiltrat/abses retro bulber

+ perlu diperhatikan; - faktor alergi

- kelainan anatomi: deviasi septum

Page 169: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS SPHENOIDALIS AKUT

Jarang berdiri sendiri, biasanya sebagai bagian dari Pansinusitis.

Gejala: rasa sakit di daerah occiput/ os parietal.

Diagnosa: + RA: tampak pus di nasofaring

+ X Foto: bisa tampak oermukaan cairan

Terapi: - Analgetika

- Antibiotika

- Aplikasi vasokonstriktor

- Irigasi melalui osteum atau pungsi dinding depan.

Page 170: KuliahTHT FK UWK Surabaya

SINUSITIS SPHENOIDALIS KRONIKA

Etiologi: emphyema akut sinus sphenoid yang berlangsung lama,

olek karena:- proses alergi dengan atau tanpa polip

- penebalan mukosa akibat radang

- tumor

Gejala: - sefalgi – malaise, anoreksi, kurang konsentrasi

- post nasal drip di nasofaring

Diagnosa:- anamnesa: sefalgi dan post nasal drip

- X Foto proyeksi submental-vertex/ dengan kontras

Page 171: KuliahTHT FK UWK Surabaya

Terapi: a. konservatif: - terapi infeksi yang lain

- irigasi

- koreksi alergi, polip dll

b. Surgical (Hirsch)