34
KUMPULAN TEORI-TEORI HUKUM Claude Henri Saint-Simon (1760-1825) Signifikansinya bagi perkembangan teori konservatif maupun teori marxian radikal. Dari sisi konservatif: Saint-Simon ingin mempertahankan masyarakat sebagaimana adanya, bahwa studi terhadap fenomena sosial harus menggunakan teknik ilmiah sama sebagaimana yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Dari sisi radikal: Perlunya reformasi sosialis, khususnya perencanaan system ekonomi terpusat. Auguste Comte (1798-1857) Pandangan Ilmiahnya “positivisme” atau “filsafat positif” untuk menyerang apa yang dipandangnya sebagai filsafat negative dan destruktif dari pencerahan. Comte-teori evolusi, atau hukum tiga tahap. Menurut Comte, bukan hanya dunia yang mengalami proses ini, namun kelompok manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan, individu dan bahkan pikiran pun melalui ketiga tahap tersebut; 1. Tahap Teologis: (sebelum tahun 1300) Bahwa kekuatan supranatural dan figure-figur religius, yang berwujud manusia, menjadi akar segalanya. Secara khusus, dunia sosial dan fisik dipandang sebagai dua hal yang dibuat Tuhan. 2. Tahap Metafisis: (1300-1800) Era ini dicirikan oleh kepercayaan bahwa bahwa kekuatan abstrak seperti “alam” dan bukannya Tuhan yang dipersonalisasikan, diyakini dapat menjelaskan segalanya.

Kumpulan Teori Teori

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori hukum

Citation preview

Page 1: Kumpulan Teori Teori

KUMPULAN TEORI-TEORI HUKUM

Claude Henri Saint-Simon (1760-1825)

Signifikansinya bagi perkembangan teori konservatif maupun teori marxian radikal.

Dari sisi konservatif: Saint-Simon ingin mempertahankan masyarakat sebagaimana adanya, bahwa studi terhadap fenomena sosial harus menggunakan teknik ilmiah sama sebagaimana yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam.

Dari sisi radikal: Perlunya reformasi sosialis, khususnya perencanaan system ekonomi terpusat.

Auguste Comte (1798-1857)

Pandangan Ilmiahnya “positivisme” atau “filsafat positif” untuk menyerang apa yang dipandangnya sebagai filsafat negative dan destruktif dari pencerahan. Comte-teori evolusi, atau hukum tiga tahap. Menurut Comte, bukan hanya dunia yang mengalami proses ini, namun kelompok manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan, individu dan bahkan pikiran pun melalui ketiga tahap tersebut;

1. Tahap Teologis: (sebelum tahun 1300)

Bahwa kekuatan supranatural dan figure-figur religius, yang berwujud manusia, menjadi akar segalanya. Secara khusus, dunia sosial dan fisik dipandang sebagai dua hal yang dibuat Tuhan.

2. Tahap Metafisis: (1300-1800)

Era ini dicirikan oleh kepercayaan bahwa bahwa kekuatan abstrak seperti “alam” dan bukannya Tuhan yang dipersonalisasikan, diyakini dapat menjelaskan segalanya.

3. Tahap Positivistik: (1800)

Yang dicirikan oleh kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan. Kini orang cenderung berhenti melakukan pencarian terhadap sebab mutlak (Tuhan atau alam) dan lebih berkonsentrasi pada penelitian terhadap dunia sosial dan fisik dalam upayanya menentukan hukum yang mengaturnya.

Comte memfokuskan perhatian pada faktor intelektual. Ia menegaskan bahwa kekacauan intelektual adalah sebab dari kekacauan sosial. Kekacauan yang tumbuh dari system ide sebelumnya (teologi dan metafisis) yang terus ada pada zaman positivistic (ilmiah). Yang diperlukan adalah perubahan intelektual, sehingga hanya ada sedikit alasan untuk melakukan revolusi politik dan sosial.

Page 2: Kumpulan Teori Teori

Jonathan Turner

Menegaskan bahwa semesta sosial bertanggung jawab atas perkembangan hukum yang dapat diuji dengan mengumpulkan data secara saksama dan hukum-hukum abstrak ini akan merujuk pada unsur dasar dan generik semesta sosial dan akan memperlihatkan hubungan alamiah.

Emile Durkheim (1858-1917)

Secara politis Durkheim berhaluan liberal, namun secara intelektual ia mengambil posisi yang lebih konservatif.

Pandangannya adalah bahwa kekacauan sosial bukanlah bagian dari dunia modern dan dapat dikurangi dengan reformasi sosial.

Fakta Sosial. Durkheim menyatakan bahwa tugas utama sosiologi adalah mengkaji apa yang disebut sebgai kekuatan dan struktur yang ada diluar, namun memiliki daya paksa terhadap individu.

Agama. Durkheim menandaskan bahwa masyarakat dan agama (atau, lebih umum lagi, kesadaran kolektif) adalah satu dan sama. Agama adalah cara masyarakat mengekspresikan dirinya dalam bentuk fakta sosial nonmaterial.

Hegel (1770-1831)

Ada dua konsep yang jadi inti filsafat Hegel yaitu: dialektika dan idealisme (Hegel 1807/1967, 1821/1967).

Dialektika adalah kerangka berpikir dan citra dunia, dialektika adalah kerangka berpikir yang menekankan pentingnya proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi-suatu kerangka berpikir yang dinamis ketimbang statis tentang dunia.Di sisi lain dialektika adalah pandangan bahwa dunia tidak diciptakan oleh struktur statis melainkan oleh proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi.

Idealisme, menyatakan bahwa, yang ada hanyalah pikiran dan konstruksi psikologis. Kaum idealis tidak hanya menitikbertakan pada proses mental namun juga gagasan yang dihasilkan oleh proses tersebut.

Feuerbach (1808-1872)

Dalam kritiknya terhadap Hegel, Feuerbach memfokuskan perhatiannya pada agama. Bagi Feuerbach, Tuhan hanyalah hasil proyeksi yang dilakukan orang terhadap esensi manusia menjadi kekuatan impersonal. Orang menempatkan Tuhan di luar dan diatas dirinya sendiri, yang akibatnya adalah mereka terasing dari Tuhan dan memproyeksikan serangkaian karakteristik positif kepada Tuhan (bahwa Ia sempurna, Mahakuasa, dan Kudus).

Page 3: Kumpulan Teori Teori

Aliran pemikiran non-doktrinal :Karl Marx, Henry S. Maine, Emile Durkheim dan Max Weber

(para pencetus cabang ilmu pengetahuan yang disebut dengan Sosiologi Hukum) mencoba mengamati dan menganalisis hukum dari perspektif sosial/ dalam ranah sosiologi.

Pada aliran ini hukum dikonsepkan sebagai suatu nomologik atau logika hukum yang berlandaskan pada nomos (realitas sosial). Konsep tersebut menampilkan wajah hukum sebagai regularities (pola-pola perilaku) yang terjadi di alam pengalaman dan/ atau sebagaimana tersimak dalam kehidupan sehari-hari (sine ira et studio). Wajah hukum yang regularities tampil dalam dua tipologi wajah hukum, yaitu:1. Sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional di dalam sistem kehidupan

masyarakat, baik:a. Dalam proses-proses pemulihan ketertiban;b.Penyelesaian sengketa; maupunc. Dalam proses-proses pengarahan dan pembentukan pola perilaku yang

baru.2. Sebagai makna-makna simbolik, sebagaimana termanifestasi dan tersimak

dalam aksi-aksi serta interaksi masarakat.

Aliran pemikiran doktrinal :Oliver Wendell Holmes, Benjamin Nathan Cardozo, dan Roscoe Pound,

Mengamati dan menganalisis hukum dalam ranah ilmu hukum dan pada dasarnya mencoba mengedepankan tesis bahwa hukum itu tidaklah akan dapat dipahami dengan cukup sempurna apabila tidak dikaji dalam hubungannya dengan realitas-realitas sosial.

Pada aliran ini hukum dikonsepkan sebagai suatu normologik atau sesuatu yang berlandaskan pada logika normatif. Konsep tersebut menampilkan wajah hukum sebagai sebuah norma, yaitu:1. Norma yang identik sebagai keadilan yang harus diwujudkan (ius

constituendum);2. Norma yang senyatanya telah terwujud sebagai perintah-perintah yang

eksplisit dan secara positif dirumuskan (ius constitutum) guna menjamin kepastiannya; dan

3. Norma hasil cipta penuh pertimbangan hakim pengadilan (judgments) tatkala mengadili suatu perkara dengan memperhatikan terwujudnya kemanfaatan dan kemaslahatan bagi para pihak yang berperkara.

Atau menampilkan tipologi wajah hukum yang:1. Sarat dengan asas moral keadilan;2. Sarat dengan norma yang dipositifkan melalui peraturan perundang-

undangan;3. Judgemade atau yang tampil dalam putusan-putusan hakim.

Page 4: Kumpulan Teori Teori

SinzheimerHukum tidaklah bergerak dalam ruang hampa dan berhadapan dengan

dengan hal-hal yang abstrak. Melainkan, ia selalu berada dalam suatu tatanan sosial tertentu dan dalam lingkup manusia-manusia yang hidup. Jadi bukan hanya bagaimana mengatur sesuai dengan prosedur hukum, melainkan juga bagaimana mengatur sehingga dalam masyarakat timbul efek-efek yang memang dikehendaki oleh hukum.

Dengan demikian masalah efisiensi suatu peraturan hukum menjadi sangat penting. Oleh karena menyangkut pula kaitan-kaitan lain dalam berpikirnya, yaitu meninjau hubungan hukum dengan faktor-faktor serta kekuatan-kekuatan sosial di luarnya.

Agar hukum benar-benar digunakan secara efisien dan efektif untuk mengatur masyarakat, komponen-komponen sosial yang mengintari proses hukum tersebut perlu mendapat perhatian dan harus dimanfaatkan untuk membangun suatu tatanan hukum yang bermanfaat bagi masyarakat, karena akan membawa kita untuk lebih memahami kehidupan masyarakat dan membuat kita lebih mampu memecahkan problema-problema sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Robert B. SeidmanKomponen-komponen kekuatan sosial dan personal akan selalu bersinergi

dalam proses bekerjanya hukum. Sehingga hukum yang multi wajah, tidak memadai jika hanya dilihat dari satu sudut pandang (perspektif) saja. Studi-studi yang normatif maupun yang sosiologis, antropologis, psikologis, politik, ekonomi, dan sebagainya dikembangkan agar penggalan-penggalan wajah hukum yang dikemukakan oleh masing-masing perspektif dapat disatukan menjadi satu kesatuan wajah hukum yang utuh dan benar-benar sempurna.

Gustav RadbruchTiga nilai dasar yang ingin dikejar dan perlu mendapat perhatian serius dari

para pelaksana hukum:1) Keadilan;2) Kepastian hukum;3) Kemanfaatan.

Nilai kemanfaatan akan mengarahkan hukum pada pertimbangan kebutuhan masyarakat pada suatu saat tertentu, sehingga hukum itu benar-benar mempunyai peranan yang nyata bagi masyarakatnya.

BredermeierDi dalam suatu sistem sosial dapat dijumpai bekerjanya 4 proses-proses

fungsional utama, yaitu:1. Adaptasi;

Page 5: Kumpulan Teori Teori

2. Perwujudan tujuan;3. Mempertahankan pola; dan4. Integrasi.

Keempat proses itu saling kait-mengkait dan secara timbal-balik saling memberikan input. Setiap sub-proses memperoleh input dari ketiga lainnya. Sementara itu, output dari salah satu proses juga akan menjadi input bagi sub-proses yang lain.

Semua itu menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil studi ilmu-ilmu sosial di dalam studi hukum sangat diperlukan. Ini tidak dapat terjadi bila kerangka berfikir yang kita ikuti masih tetap bertumpu pada aliran analisis-positivitis.

Sekalipun aliran analisis-positivitis melihat masalah pengaturan oleh hukum dari segi legitimasinya dan semata-mata dilihat sebagai ekspresi dari nilai-nilai keadilan, justru banyak tugas-tugas yang menyangkut pelaksanaan keadilan yang memerlukan keahlian-keahlian yang bersifat non-hukum, yang seringkali belum dikuasai benar oleh para petugas hukum yang ada pada saat ini.

MontesquieuHukum manusia tidak lain adalah hasil akhir dari bekerjanya berbagai

faktor, seperti adat kebiasaan setempat serta lingkungan fisik di sekitarnya. Untuk dapat memahami bekerjanya berbagai faktor tersebut, perlu bantuan dari ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan sosial bersifat dekriptif. Ilmu pengetahuan hukum bersifat normatif dan evaluatif. Keterbatasan ilmu hukum inilah yang menyebabkan diperlukannya “teori hukum sosial” untuk memperluas wawasan keilmuan dari hukum agar keluar dari kungkungan paradigma lama yang bersifat normatif dan evaluatif semata.

NorthopHukum memang tidak dapat dimengerti secara baik jika ia terpisah dari

norma-norma sosial sebagai “hukum yang hidup”.

Eugen EhrlichHukum yang hidup dinamakan sebagai hukum yang menguasai hidup itu

sendiri, sekalipun ia tidak dicantumkan dalam peraturan-peraturan hukum.

Yehezkel DrorBidang budaya atau aktivitas masyarakat tertentu ternyata sangat berjalinan

erat dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat. Oleh karena itu, usaha untuk mempelajari hukum secara terpisah dari konteks sosialnya akan menjadi sukar.

Yulius StoneSekalipun ilmu sosialnya telah bisa selesai, namun persoalan pertimbangan

kebijakan dan keadilan masih perlu dipertanyakan. Kerja mengumpulkan data dan bahkan juga usaha inferensinya untuk menarik simpulan umum dari fakta-fakta ini haruslah dipandang sekedar sebagai landasan penggarapan masalah yang lebih pokok. Adapun masalah yang lebih pokok ini ialah apakah yang seharusnya

Page 6: Kumpulan Teori Teori

diperbuat terhadap fakta-fakta itu? Pertanyaan Yulius Stone ini adalah persoalan etik kebijakan sosial dan keadilan.

Yap Thiam HienSekalipun komponen-komponen sosial teramat penting dalam penataan

lembaga dan pranata hukum, namun belum mendapat perhatian serius dari para pekerja hukum, baik di kalangan intelektual, legislator maupun aparat penegak hukum. Mengenai kekurangan pengetahuan dan kekurangan pedulian terhadap aspek non yuridik itu juga dirasakan oleh seorang pengacara kondang ini.

Pengertian Hukum :Friederich Karl von Savigny

Pendiri aliran sejarah: hukum itu ekspresi dari kesadaran hukum rakyat (Volksgeist).

LemaireHukum itu banyak seginya serta meliputi segala lapangan kehidupan

manusia menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi hukum yang memadai dan komprehensif.

Mr. Dr. KischHukum itu tidak dapat dilihat/ditangkap oleh panca indera, maka sukarlah

untuk membuat suatu definisi tentang hukum yang memuaskan umum.

Van Vollen HovenHukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus-

menerus dalam keadaan bentur-membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya.

SoedimanHukum sebagai pikiran atau anggapan orang tentang adil dan tidak adil

mengenai hubungan antar manusia.Pengertian-pengertian tersebut menunjukkan hukum memiliki banyak

dimensi, masing-masing dimensi memiliki metode yang berbeda. Secara garis besar pengertian hukum dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian dasar:1. Hukum dipandang sebagai kumpulan ide atau nilai abstrak. Konsekuensi

metodologi adalah bersifat filosofis;2. Hukum dilihat sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka

pesat perhatian terfokus pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yang bisa kita bicarakan sebagai subyek tersendiri terlepas dari kaitannya dengan hal-hal di luar peraturan-peraturan tersebut. Konsekuensi metodologinya adalah bersifat normative-analitis;

3. Hukum dipahami sebagai sarana/alat untuk mengatur masyrakat, maka metoda yang digunakan adalah metoda sosiologis. Pengertian ini mengaitkan

Page 7: Kumpulan Teori Teori

hukum untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan konkrit da;lam masyarakat.

Tujuan Hukum :1. Teori Etis

Genny Hukum semata-mata bertujuan untuk menemukan keadilan. Isi hukum

ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang apa yang adil dan tidak adil. Hukum bertujuan untuk merealisasikan atau mewujudkan keadilan.

Hakikat keadilan terletak pada penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan. Kesulitan teori ini pada pemberian batasan terhadap isi keadilan itu.

AristotelesKeadilan ada dua macam:

a. justisia distributiveMenghendaki setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya

b. justisia communicativeMenghendaki setiap orang mendapatkan hak yang sama banyaknya (keadilan yang menyamakan).

Roscoe Pound Melihat keadilan dalam hasil-hasil konkrit yang dapat diberikan kepada

masyarakat.

2. Teori UtilitasJeremy Bentham Tujuan hukum adalah untuk menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi

manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada hakikatnya hukum dimanfaatkan untuk menghasilkan sebesar-besarnya kesenangan atau kebahagiaan bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganutnya.

3. Teori CampuranMochtar Kusumaatmadja Tujuan lain dari hukum adalah untuk mencapai keadilan secara berbeda-

beda (baik isi maupun ukurannya) menurut masyarakat dan zamannya.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono SoekantoTujuan hukum adalah demi kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi

ketertiban ektern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.

Page 8: Kumpulan Teori Teori

Van ApeldoornHukum bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

SoebektiHukum mengabdi pada tujuan untuk mendatangkan kemakmuran dan

kebahagiaan bagi rakyatnya. Dengan mengabdi pada tujuan negara itu, hukum mewujudkan keadilan dan ketertiban.Secara garis besar tujuan hukum meliputi: 1. Pencapaian suatu masyarakat yang tertib dan damai;2. Mewujudkan keadilan; serta3. Untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan atau kesejahteraan.

Fungsi-fungsi Hukum :HoebelAda empat fungsi dasar dari hukum:1. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat, dengan

menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan dan apa yang pula dilarang;

2. Menentukan pembagian kekuasaan dan memerinci siapa saja yang boleh melakukan paksaan serta siapakah yang harus menaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksinya yang tepat dan efektif;

3. Menyelesaikan sengketa; dan4. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan

kondisi-kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.

Di samping itu hukum berfungsi:a. Sebagai kontrol sosial;b. Sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial, yaitu dengan memandang

hukum sebagai suatu mekanisme kontrol sosial yang bersifat umum dan beroperasi secara merata di hamper seluruh sector kehidupan masyarakat.

ParsonsFungsi utama suatu sistem hukum bersifat integratif:a. untuk mengurangi unsur-unsur konflik yang potensial dalam masyarakat, dan b. untuk melicinkan proses pergaulan sosial.

AubertFungsi hukum yang bersifat prevention to promotion.

Brockman dan EwaldFungsi hukum adalah socialization of Law.

LuhmanFungsi hukum sebagai social engineering as a political approach to law.

Page 9: Kumpulan Teori Teori

Penyelenggaraan keadilan dalam masyarakat berkaitan erat dengan tingkat kemampuan masyarakatnya. Pada masing-masing tingkat kemampuan masyarakat terdapat tatanan hukum yang berbeda-beda.

Hukum sebagai suatu sistem norma :Bertalanffy, Kenncth Building

Dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki secara efektif, hukum harus dilihat sebagai sub-sistem dari suatu sistem yang besar yaitu masyarakat atau lingkungannya.

Dalam hal sistem, definisi sistem yang dikemukakan mengandung implikasi yang sangat berarti terhadap hukum terutama berkaitan dengan aspek: 1. Keintegrasian;2. Keteraturan;3. Keutuhan;4. Keteror-ganisasian;5. Keterhubungan komponen satu sama lain; dan6. Ketergantungan komponen satu sama lain.

Shrode dan VoichSistem harus berorientasi kepada tujuan. Karena hukum sebagai suatu

sistem, untuk dapat memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem.

Lawrence M. FriedmanHukum itu merupakan gabungan antara komponen:1. Struktur

Kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem tersebut.Komponen ini dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan hukum secara teratur.

2. Substansi Sebagai output dari sistem hukum, berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur.

3. KulturTerdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Lawrence M. Friedman disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat. Kultur hukum dibedakan antara:a. Internal legal culture

Kultur hukum para lawyer and judges.b. External legal culture

Kultur hukum masyarakat luas.

Page 10: Kumpulan Teori Teori

Lon L. FullerUntuk mengenal hukum sebagai sistem maka harus dicermati apakah ia

memenuhi delapan azas atau principle of legality:1. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia tidak boleh

mengandung sekadar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc;2. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan;3. Peraturan tidak boleh berlaku surut;4. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti;5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain;6. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa

yang dapat dilakukan;7. Peraturan tidak boleh sering dirubah-rubah;8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengn

pelaksanaannya sehari-hari.

Hans Kelsen Perwujudan norma tampak sebagai suatu bangunan atau susunan yang

berjenjang mulai dari norma positif tertinggi hingga perwujudan yang paling rendah yang disebut sebagai individual norm. Teori Hans Kelsen yang membentuk bangunan berjenjang tersebut disebut juga stufen theory.

Hukum sebagai suatu sistem norma, dibuat menurut norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi ini pun dibuat menurut norma yang lebih tinggi lagi, dan demikian seterusnya sampai berhenti pada norma yang tertinggi yang tidak dibuat oleh norma lagi melainkan ditetapkan terlebih dulu keberadaannya oleh masyarakat atau rakyat.

Hans Kelsen menamakan norma tertinggi tersebut sebagai Grundnorm atau Basic Norm (norma dasar). Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm inilah semua peraturan hukum itu disusun dalam satu kesatuan secara hirarkhis, dan dengan demikian ia juga merupaklan suatu sistem. Grundnorm merupakan sumber nilai bagi adanya sistem hukum. Norma-norma yang terkandung dalam hukum positip itu pun harus dapat ditelusuri kembali sampai pada norma yang paling dasar yaitu Grundnorm.

Dalam tata susunan norma hukum tidak dibenarkan adanya kontradiksi antara norma hukum yang lebih rendah dengan norma hukum yang lebih tinggi. Agar keberadaan hukum sebagai suatu sistem tetap dapat dipertahankan, maka ia harus mampu mewujudkan tingkat kegunaan (efficaces) secara minimum. Efficacy suatu norma ini dapat terwujud apabila: ketaatan warga dipandang sebagai suatu kewajiban yang dipaksakan oleh norma; perlu adanya persyaratan berupa sanksi yang diberikan oleh norma.

Untuk mengatakan hukum sebagai suatu sistem norma, Hans Kelsen menghendaki obyek hukum bersifat empiris dan dapat ditelaah secara logis. Sumber yang mengandung penilaian etis diletakan di luar kajian hukum atau bersifat trancenden terhadap hukum positif, dan oleh karenanya kajiannya bersifat meta-yuridis.

Page 11: Kumpulan Teori Teori

Elemen-Elemen Pembentukan Hukum :Burkhardt Krems

Pembentukan peraturan perundang-undangan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan:1. isi atau substansi peraturan;2. metoda pembentukan; 3. proses; dan 4. prosedur pembentukan peraturan.Setiap bagian kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratannya sendiri agar produk hukum tersebut dapat berlaku sebagaimana mestinya, baik secara yuridis, politis maupun sosiologis.

KremsPembentukan peraturan perundang-undangan bukanlah merupakan kegiatan

yuridis semata, melainkan suatu kegiatan yang bersifat interdisipliner. Artinya setiap aktivitas pembentukan peraturan perundang-undangan memerlukan bantuan ilmu-ilmu tersebut agar produk hukum yang dihasilkan itu dapat diterima dan mendapat pengakuan dari masyarakat.

Metode pembentukan peraturan perundang-undangan menentukan apakah suatu peraturan dapat mencapai sasarannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Untuk itulah maka bantuan dari sosiologis hukum, ilmu pengetahuan tata hukum dan ilmu tentang perencanaan sangat diperlukan. Apa lagi dalam kehidupan dewasa ini semua perencanaan kebijaksanaan dan program-program pembangunan cenderung menjadikan pranata hukum sebagai sandarannya.

Cita Hukum: Kunci Pembentukan Hukum :Penjelasan Umum UUD 1945 secara tegas menggariskan bahwa pokok-

pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan adalah mewujudkan “cita hukum” yang tidak lain adalah “Pancasila”.

Cita hukum berbeda dengan konsep hukum. Cita hukum ada di dalam cita bangsa Indonesia, baik berupa gagasan, rasa, cipta, dan pikiran. Sedangkan konsep hukum merupakan kenyataan dalam kehidupan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang dinginkan dan bertujuan mengabdi kepada nilai-nilai tersebut.

Cita hukum sebagai konstruksi pikiran yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita-cita yang diinginkan masyarakat.

Gustav Radbruch, seorang ahli filsafat hukum beraliran Neo-Kantian sama seperti Rudolf Stammler

Cita hukum berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulatif dan konstruktif. Tanpa cita hukum, produk hukum yang dihasilkan itu akan kehilangan maknanya.

Setiap proses pembentukan dan penegakan serta perubahan-perubahan, tidak boleh bertentangan dengan cita hukum yang telah disepakati. Aspek nilai yang terkandung dalam cita hukum semakin penting, artinya secara instrumental berfungsi, terutama bagi para pembuat kebijaksanaan (technical policy). Dimensi

Page 12: Kumpulan Teori Teori

nilai bukan saja dijumpai saat pembentukan peraturan hukum, melainkan juga saat diimplementasikan.

Hukum merupakan instrumen yang sarat nilai. Untuk mencari model penyusunan peraturan perundang-undangan yang demokratis, maka kita jangan berkutat pada segi teknik dan ditopang oleh ilmu hukum yang bersifat dogmatik saja.

Burkhardt KremsPembentukan isi suatu peraturan perundang-undangan merupakan bidang

gabungan antara politik hukum dan sosiologi hukum.

Tahap politis :Tahap yang baru dimasuki apabila problem yang timbul dapat dimasukkan

dalam agenda pemerintah sebagai policy problems.Tahap ini mengidentifikasi problema dan kemudian merumuskan lebih

lanjut. Proses ini sangat ditentukan oleh para pelaku yang terlibat, secara individual maupun kelompok di dalam masyarakat. Di samping itu, faktor lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan, geografi, dan sebagainya dapat berpengaruh dan menjadi bahan atau input bagi sistem politik yang terdiri dari:1. Lembaga legislatif2. Eksekutif3. Yudikatif4. Partai-partai politik5. Tokoh masyarakat6. Dan sebagainya

Semuanya berinteraksi dalam suatu kegiatan atau proses untuk mengubah input menjadi output. Proses ini oleh Easton disebut withinputs, conversión process, dan the black box.

Seluruh ide dan gagasan yang berhasil diidentifikasi dalam proses sosilogis, dipertajam lebih lanjut dalam wacana yang lebih kritis oleh kekuatan yang ada dalam masyarakat. Tahap politis inilah yang sangat menentukan apakah idea tau gagasan itu perlu dilanjutkan atau diubah untuk selanjutnya memasuki tahapan yuridis.

Pergeseran Paradigma Hukum :Paradigma kekuasaan yang dipakai dalam pembanguna di Indonesia ini

perlu diubah atau diganti dengan “paradigma moral”. Paradigma moral yang ideal memiliki seperangkat nilai yang egalitarian (bersifat sama), demokratis, pluralistis, dan profesional untuk membangun “masyarakat madani” (civil society). Perubahan paradigma ini penting untuk memulihkan dan mengembalikan otentisitas hukum “sebagai sarana untuk memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang”. Satjipto Rahardjo adalah begawan sosiologi hukum yang menaruh keprihatinan terhadap orientasi hukum menuju kebahagiaan. Hukum hendaknya bisa memberi kebahagiaan, bukan sebaliknya membuat ketidak-nyamanan atau ketidak-tentraman hidup.

Page 13: Kumpulan Teori Teori

WignyosoebrotoMasyarakat warga adalah suatu masyarakat ideal yang di dalamnya hidup

manusia yang diakui berkedudukan sama dalam soal pembagian hak dan kewajiban, warga-warga yang berkesempatan, berkebebasan dan berkeberdayaan.

Di dalam masyarakat Indonesia timbul gejala tuntutan akan kebutuhan dilakukannya reformasi di segala bidang kehidupan baik politik, ekonomi, maupun hukum. Tuntutan tersebut merupakan refleksi masa lalu yaitu suatu masa dimana rejim Orde Baru berkuasa.

Orde Baru memang bertekad untuk melakukan pembaharuan dengan jalan melengserkan kekuatan rejim Orde Lama. Tekad yang paling utama adalah menata kembali kehidupan politik yang demokratis untuk mendapat legitimasi dan dukungan masyarakat. Dalam perjalanannya bergeser drastis dari politik yang demokratis ke arah demokratis yang otoriter.

Pada masa Orde Lama hukum sering disalahgunakan, terutama untuk mempertahankan status quo dan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Kecenderungan seperti ini semakin kuat disebabkan oleh paradigma pembangunan hukum yang digunakan selama ini yang lebih berorientasi pada kekuasaan.

Contohnya, substansi Undang-undang Nomor 5 dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Susduk MPR/DPR/DPRD pada masa orde baru, jika dicermati lebih secara politis dibuat untuk mempertahankan status quo. Karena dimungkinkan masuknya “tangan” eksekutif di lembaga legislatif melalui kewenangan pengangkatan atas sebagian anggota lembaga perwakilan rakyat serta penerapan lembaga recall bagi anggota DPR/MPR.

Konstitusi maupun format politik waktu itu telah menobatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan politik yang paling besar. Empat hal yang menunjukkan kekuatan kekuasaan presiden yang besar:1. Kekuatan presiden itu sendiri merupakan setengah dari seluruh kekuatan

lembaga legislatif;2. Presiden adalah panglima tertinggi ABRI yang juga merupakan salah satu

kekuatan politik dominan di Indonesia;3. Presiden adalah Ketua Dewan Pembina Golkar yang merupakan fraksi yang

menguasai mayoritas kursi di Lembaga permusyawaratan perwakilan;4. Presiden menguasai anggaran belanja negara.

Kondisi ini yang memungkinkan pemerintah menempatkan dirinya pada posisi strategis untuk menentukan semua kebijaksanaan negara. Model pembentukan kebijaksanaan negara semacam ini jelas sangat elitis, karena hanya merekalah yang tahu akan kebutuhan rakyat dan berusaha memenuhinya, tanpa harus mengikutsertakan rakyat karena dianggap pasif, apatis dan miskin informasi.

Apa yang menjadi hukum di rejim ini adalah apa yang dimaui oleh kekuasaan politik dan penguasa demi kepentingan yang diinginkannya. Tipe hukumnyapun akhirnya bersifat represif, yang menghendaki tingkat kepatuhan warga yang mendekati mutlak. Kecenderungan otoritarianisme dan sentralistik merupakan ciri kebudayaan politik negara patrimonial.

Page 14: Kumpulan Teori Teori

Berkembsngnya kapitalisme semu berlangsung sejak masa Demokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin dan sampai dengan Orde Baru. Seiring dengan proses pembangunan melalui model pertumbuhan pada masa Orde Baru, intensitas kegiatan kapitalis semu terus berkembang sedemikian rupa. Sehingga pembangunan hukum pada masa Orde Baru sangat sarat dengan paradigma kekuasaan.

Hukum yang dilandasi oleh paradigma kekuasaan menghadirkan hukum yang tidak demokratis, yaitu suatu sistem hukum yang totaliter.

Ciri-ciri sistem hukum totaliter:1. Sistem hukumnya terdiri dari peraturan yang mengikat yang isinya erubah-

ubah tergantung putusan penguasa yang dibuat secara arbiter;2. Dengan teknikalitas tertentu, hukum dipakai sebagai kedok untuk menutupi

penggunaan kekuasaan secara arbiter. Hukum diterima berdasarkan kesadaran palsu dan menurunkan derajat manusia;

3. Penerimaan sosial terhadap hukum didasarkan pada kesadaran palsu dan merendahkan derajat manusia;

4. Sanksi-sanksi hukum mengandung pengrusakan terhadap ikatan-ikatan sosial serta menciptakan suatu suasana nihilisme sosial yang menyebar;

5. Tujuan akhirnya adalah suatu legitimasi institucional, terlepas dari seberapa besar diterima oleh masyarakat.

Tatanan hukum yang demikian itu juga menunjukkan adanya hierarki, tetapi hierarki tersebut tidak didasarkan pada logika hukum melainkan logika kekuasaan. Sudah barang tentu hal tersebut menimulkan persoalan menyangkut konsistensi dengan cita hukum dan politik hukum.

Kualitas hukum kita menjadi hukum otoriter dengan memperlihatkan ciri-ciri otoritarian sebagai berikut:1. Kaidah dasar totaliter2. Kaidah dasar di atas konstitusi3. Hukum yang membudak4. Birokrasi Totalitarian5. Trias Politika pro-forma6. Kepatuhan terpaksa7. Tipe rekayasa merusak

Reformasi dan Pergeseran Paradigma :Menyadari akan segala kelemahan penataan hukum pada masa lalu, maka

agenda terpenting adalah mengembalikan atau memulihkan otentisitas hukum.

Karena Beccaria: hukum itu pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

Bagi Indonesia sendiri tujuan hukum itu telah dirumuskan secara tegas dalam UUD 1945.

Menurut para filsafat pencerahan, tatanan hukum yang dibentuk minimal memenuhi kriteria berikut:1. Hukum tidak boleh hanya merupakan alat bantu untuk mencapai rasionalitas,

akan tetapi hukum itu sendiri harus rasional. Dan hukum yang rasional itu

Page 15: Kumpulan Teori Teori

adalah hukum yang benar-benar mampu mewujudkan tujuan kehadirannya di lingkungan sosial di mana ia memang diperlukan;

2. Untuk menjamin agar karya hukum yang rasional dapat mewujudkan tujuannya, ia harus didukung oleh tindakan yang efisien oleh perangkat pelaksanaan hukumnya;

3. Tentang pentingnya memasukkan substansi ke dalam bentuk hukum berkaitan sangat erat dengan pengaruh struktur sosial masyarakat, karena di situ hukum seharusnya mewujudkan tujuan-tujuannya.

Itu berarti, reformasi haruslah merupakan usaha untuk menjadikan hukum sebagai institusi yang mampu menjalankan pekerjaannnya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

Reformasi semestinya memiliki visi yang jelas apabila tidak ingin sekadar mengubah hukum secara parsial. Sekedar contoh visi reformasi yang jelas adalah “menempatkan tatanan hukum di atas dasar Paradigma Moral menggantikan Paradigma hukum lama yang didasarkan pada Paradigma Kekuasaan.

Paradigma moral tersebut berupa seperangkat nilai yang bersifat egalitarian, demokratis, pluralistis, dan profesional untuk membangun masyarakat madani (civil society). Oleh karena itu usaha reformasi hukum hendaknya ditempatkan di atas landasan paradigma baru tersebut.

William Graham Sumner (1840-1910). Pada dasarnya ia menganut pemikiran

survival of the fittest dalam memahami dunia sosial. Seperti Spencer, ia melihat

manusia berjuang melawan lingkungannya dan yang paling kuatlah yang akan

berhasil mempertahankan hidupnya. Sistem teoritis ini cocok dengan

perkembangan kapitalisme karena menyediakan legitimasi teoritis bagi

ketimpangan kekuasaan dan kekayaan yang ada.

Lester F. Ward (1841-1913).

Ward menerima gagasan bahwa manusia berkembang dari bentuk yang lebih rendah ke statusnya yang seperti sekarang. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Menurutnya, sosiologi tidak hanya bertugas meneliti kehidupan sosial saja, tetapi harus pula menjadi lmu terapan. Sosiologi terapan ini meliputi kesadaran yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Charles Horton Cooley (1864-1929).

Ia mempelajari tentang aspek psikologi sosial dari kehidupan sosial. Cooley menekuni tentang kesadaran. Yang terkenal adalah konsep cermin diri (the looking glass self), yang menyatakan bahwa manusia memiliki kesadaran dan

Page 16: Kumpulan Teori Teori

kesadaran itu terbentuk dalam interaksi sosial yang berlanjut. Selain itu adalah konsep kelompok primer, yakni kelompok yang hubungan antara anggotanya sangat akrab dan bertatap muka dalam arti saling mengenal kepribadian masing-masing. Baik Cooley maupun Mead menolak pandangan behavioristik tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia (individu) memberikan respon secara membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Ia menganjurkan sosiolog mencoba menempatkan diri di tempat aktor yang diteliti dengan menggunakan metode introspeksi simpatetik untuk menganalisis kesadaran itu. Sosiologi seharusnya memusatkan perhatian pada fenomena psikologi sosial seperti kesadaran, tindakan, dan interaksi.

George Herbert Mead (1863-1931).

Pemikiran Mead perlu dilihat dalam konteks behaviorisme psikologi tentang

pemusatan perhatian pada aktor dan perilakunya. Setelah kematian Mead dan

pindahnya Park, mulai memudar Sosiologi Chicago. Selain itu, sekelompok

wanita juga membentuk organisasi reformasi sosial serta mengembangkan teori

sosiologi rintisan. Diantara wanita itu adalah Jane Adams (1860-1935), C. P.

Gilman (1860-1935), A. J. Cooper (1858-1964), Ida W. Barnett (1862-1931),

Marianne Weber (1870-1954) dan B.P. Webb (1858-1943). Ciri-ciri utama teori

mereka yang sebagian dapat menjelaskan bahwa teori itu mereka kemukakan

dalam rangka upaya membangun sosiologi profesional.

W.E.B. Du Bois (1868-1963) dan Teori Ras.

Ia tertarik pada ide-ide abstrak demi melayani hak-hak sipil, terutama untuk

orang-orang Afrika Amerika. Studinya, The Philadelphia Negro (1899/1996),

terhadap tujuh distrik di Philadelphia dan terkenal sebagai etnografi rintisan.

Teorinya yang terkenal The Soul of Black Folk serta veil (selubung) yang

menciptakan separasi yang jelas antara orang Afrika-Amerika dan kulit putih.

Selain itu teori kesadaran ganda (double conciousness), perasaan akan “ke-

dua-an� atau perasaan di pihak Afrika-Amerika yang melihat dan mengukur

diri sendiri melalui mata orang lain.

Page 17: Kumpulan Teori Teori

Roescoe Hinkle (1980) dan E. Fuhrman (1980)

melukiskan beberapa konteks dasar yang mendorong bangunan teori yang menyangkut

perubahan sosial.

Para sosiolog Amerika awal beraliran politik liberal dan tidak konservatif seperti kebanyakan teoritisi Eropa awal.

Menurut Schwendinger dan Schwendinger (1974)

Menyatakan bahwa teori sosiologi Amerika awal membantu merasionalkan eksploitasi,

imperialisme domestik dan internasional, serta ketimpangan sosial. Dengan demikian,

liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung implikasi konservatif yang sangat

besar.Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Amerika

adalah industrialisasi dan urbanisasi.

Arthur Vidich dan Stanford Lyman (1985)

Menunjukkan besarnya pengaruh Kristen, terutama ajaran Protestan, terhadap kemunculan sosiologi Amerika. Menurutnya, sosiologi merupakan respon moral dan intelektual terhadap masalah kehidupan dan terhadap pemikiran lembaga dan keyakinan orang Amerika. Ciri lain sosiologi Amerika awal adaah berpaling dari perspektif historis dan searah dengan orientasi positivistik atau ilmiah. Sosiolog Amerika lebih cenderung mengarah pada upaya studi ilmiah terhadap proses-proses sosial jangka pendek daripada membuat interpretasi perubahan historis jangka panjang. Kebanyakan teoritisi Eropa menciptakan teori sosiologi, sedangkan teoritisi Amerika memanfaatkan landasan teoritis yang sudah disediakan itu.

Teori Sosiologi Hingga Pertengahan Abad 20

Pitirim Sorokin (1889-1968).

Ia mendirikan jurusan sosiologi di Harvard dan mengangkat Talcot Parsons sebagai

instruktur sosiologi.

Talcot Parsons (1902-1979).

Pada tahun 1937, ia menerbitkan buku yang berjudul The Structure of Social Action. Buku ini penting karena: pertama, memperkenalkan teori-teori besar Eropa ke kalangan luas di Amerika. Kedua, Ia memusatkan perhatian pada karya Durkheim, Weber,dan Pareto. Ketiga, menjadi tonggak penyusunan teori sosiologi sebagai kegiatan sosiologi yang penting dan sah. Keempat, Ia

Page 18: Kumpulan Teori Teori

menekankan penyusunan teori sosiologi khusus yang telah berpengaruh besar terhadap sosiologi.

Ia lebih memusatkan perhatianpada sistem sosial dan fungsionalis struktural. Kekuatannya terletak pada hubungan antara struktur sosial berskala besar dan pranata sosial. Buku lainnya berjudul The Social System(1951), berkonsentrasi pada struktur masyarakat dan pada antar hubungan berbagai struktur itu. Perubahan dipandang sebagai proses yang teratur dan Parsons akhirnya menerima pemikiran neorevolusioner tentang perubahan sosial.

George Homans (1910-1989).

Ia mencetuskan teori Pareto dan kemudian dijadikan buku yang bejudul An Introduction to Pareto (ditulis bersama Charles Curtis) tahun 1934. Selain itu, ia mengemukakan teori behaviorisme psikologi. Berdasarkan perspektif ini, ia membangun teori pertukaran. Di sini Harvard dan produk teoritis utamanya, fungsionalisme struktural, menjadi dominan dalam sosiologi di akhir tahun 1930-an dan menggantikan aliran Chicago dan interaksionisme simbolik.

Herbert Blumer (1900-1987).

Ia menciptakan ungkapan symbolic interactionism pada tahun 1937.Pada tahun 1900-an hingga 1930-an teori Marxian berkembang, disertai kemunculan aliran kritis atau aliran Frankfurt. Teori kritis menggabungkan pemikiran Marx dan Weber yang menciprakan istilah �Marxisme Weberian�. Aliran ini menggunakan teknik penelitian ilmiah yang dikembangkan oleh sosiolog Amerika untuk meriset masalah minat terhadap pemikiran Marxis. Teoritisi kritis berupaya menyatukan teori yang berorientasi Freudian dengan pemikiran Marx dan Weber di tingkat sosial dan kultural.

Karl Manheim (1893-1947).

Ia terkenal karena membedakan antara dua sistem gagasan ideologi dan utopia. Ideologi adalah sistem gagasan yang mencoba menyembunyikan dan melestarikan keadaan kini dengan menginterpretasikannya dari sudut pandang masa lalu. Sebaliknya, utopia adalah sistem gagasan yang mencoba melampaui keadaan kini dengan memusatkan perhatian pada masa datang.

Teori Sosiologi dari Pertengahan Abad 20Era 1940-an dan 1950-an.

George Huaco (1986)

mengaitkan pertumbuhan dan kemerosotan fungsionalisme struktural dengan posisi masyarakat Amerika dalam tatanan dunia.

C. Wright Mills (1916-1962).

Ia menerbitkan dua karya utama: pertama, White Collar yakni pekerja berkerah putih. Kedua, The Power Elite (1956) merupakan buku yang menunjukkan betapa Amerika didominasi oleh sekelompok kecil pengusaha, politisi dan

Page 19: Kumpulan Teori Teori

pimpinan tentara. Selain itu, ia menerbitkan buku yang berjudul The Sosiological Imagination (1959). Buku ini mengandung kritikan keras Mills terhadap Parsons dan terhadap praktik teori besarnya.

Dahrendorf .

Karya utamanya Class and Class Conflict in Indutrial Society (1959) berpengaruh dalam

teori konflik karena banyak menggunakan logika struktural-fungsional yang memang

sesuai dengan logika sosiolog aliran utama.

Erving Goffman (1922-1982).

Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgis berupa buku

Presentation of Self in Everiday Life, diterbitkan tahun 1959. Menurutnya interaksi

dilihat sangat rapuh, dipertahankan oleh kinerja sosial. Kinerja sosial yang buruk atau

kacau merupakan ancaman besar terhadap interaksi sosial sebagaimana yang terjadi

pada pertunjukan teater.

Alfred Schutz (1899-1959).

Ia memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara

mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Ia juga menggunakan perspektif

intersubjektivitas dalam pengertian lebih luas untuk memahami kehidupan sosial,

terutama mengenai ciri sosial pengetahuan. Secara keseluruhan Schutz memusatkan

perhatian pada hubungan dialektika antara cara individu membangun realitas sosial dan

realitas kultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial.

Bila para sosiolog fenomenologi cenderung memusatkan perhatian pada apa yang

dipikirkan orang, sosiolog etnometodologi mencurahkan perhatian pada studi terinci

tentang percakapan orang. Etnometodologi pada dasarnya adalah studi tentang

kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan

pertimbangan (metode) yang dapat dipahami anggota masyarakat biasa dan yang

mereka jadikan sebagai landasan untuk bertindak.Akhir 1960-an ditandai

perkembangan teori Marxian dalam teori sosiologi Amerika. Dan berawal di

penghujung 1970-an, muncul teori baru yang menantang teori sosiologi yang sudah

mapan dan bahkan menantang sosiologi Marxian sendiri. Cabang pemikiran sosial

radikal terakhir inilah yang dimaksud dengan teori feminis kontemporer. Teori feminis

Page 20: Kumpulan Teori Teori

melihat dunia dari sudut pandang wanita untuk menemukan cara yang signifikan, tetapi

tak diakui dimana aktivitas wanita yang disubordinasikan berdasarkan jender dan

dipengaruhi oleh berbagai praktik stratifikasi seperti kelas, ras, umur, heteroseksual

yang dipaksakan, dan ketimpangan geososial membantu menciptakan dunia. Teori ini

berinteraksi dengan perkembangan aliran post-strukturalis dan post-modern. Ketika

strukturalisme tumbuh di dalam sosiologi, di luar sosiologi berkembang pula post-

strukturalisme.

Michael Foucault (1926-1984).

Ia memusatkan perhatian pada struktur, tetapi kemudian ia beralih keluar struktur,

memusatkan perhatian pada kekuasaan dan hubungan antara pengetahuan dan

kekuasaan. Perkembangan Terkini dalam Teori Sosiologi. Banyak karya dalam teori

sosiologi Amerika yang memusatkan perhatian pada hubungan antara teori-teori mikro

dan makro serta menyatukan antara berbagai tingkat analisis. Ada empat tingkatan

utama analisis sosial yang harus dijelaskan menurut cara yang terintegrasi: subjektivitas

makro, objektivitas makro, subjektivitas mikro, dan objektivitas mikro. Sejalan dengan

pertumbuhan minat terhadap analisis integrasi mikro-makro di Amerika, di Eropa orang

memusatkan perhatian pada analisis integrasi agen-struktur. Ada empat upaya analisis

utama dalam teori sosial Eropa masa kini yang dapat dihimpun:

Teori strukturisasi Anthony Gidden (1984), melihat agen dan struktur sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama lain.

Margaret Archer (1982) menolak pendapat yang menyatakan agen dan struktur dapat dipandang sebagai dualitas, tetapi lebih melihatnya sebagai dualisme.

Piere Bourdieu dalam bukunya, masalah agen-struktur diterjemahkan menjadi pemusatan perhatian terhadap hubungan antara habitus dan bidang atau lapangan (field).

Jurgen Habermas menjelaskan masalah agen-struktur di bawah judul kolonisasi kehidupan-dunia. Gerakan di atas membuka jalan untuk gerakan lebih luas menuju sintesis teoritis yang dimulai sekitar awal tahun 1990-an. Terdapat dua aspek khusus karya sistesis baru dalam teori sosiologi. Pertama, sintesis yang sangat luas dan tak terbatas pada upaya sintesis yang terpisah. Kedua, sintesis yang bertujuan menyintesiskan pemikiran teoritisi yang relatif sempit dan tidak mengembangkan teori sintesis besar yang meliputi semua teori sosiologi.Semua teoritisi klasik besar (Max, Weber, Durkheim, dan Simmel) memikirkan dunia modern.

Page 21: Kumpulan Teori Teori

Anthony Giddens menggunakan istilah seperti modernitas radikal atau tinggi. Ia melihat modernitas sekarang sebagai juggernaut yang lepas kontrol.

Jurgen Habermas

Melihat modernitas sebagai proyek yang belum selesai. Sedangkan post-

modernitas adalah sejarah baru yang dianggap telah menggantikan era modern

atau modernitas. Teori sosial post-modern adalah cara berpikir baru tentang post-

modernitas; dunia sudah demikian berbeda sehingga memerlukan cara berpikir

yang sama sekali baru.

Thorstein Veblen (1857-1929).

Arti penting gagasannya terdapat dalam bukunya yang berjudul The Theory of the

Leisure Class (1899/1994) memfokuskan pada konsumsi, bukannya produksi.

Jadi karya ini mengantisipasi pergeseran dalam teori sosiologi dewasa ini yang

berpindah dari fokus produksi menuju fokus konsumsi.

Aliran ChicagoAlbion Small (1848-1926).

Pendiri Jurusan Sosiologi Universitas Chicago tahun 1892. Pendapatnya

mengarah kepada pandangan bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada

reformasi sosial dan pandangan ini digabungkan dengan keyakinan bahwa

sosiologi haruslah selalu ilmiah.

W.I. Thomas (1863-1947).

Pernyataan utamanya mucul pada tahun 1918 dengan diterbitkannya hasil riset

ilmiah bersama Florian Znaniecki berjudul The Polish Peasant in Europe and

America. Martin Bulmer melihatnya sebagai studi landmark karena hasil studinya

itu memindahkan sosiologi dari teori abstrak dan riset kepustakaan ke studi dunia

empiris dengan menggunakan sebuah kerangka teoritis. Selain itu terdapat juga

pernyataan psikologi sosialnya yang paling terkenal adalah: Bila manusia

mendefinisikan situasi sebagai nyata, maka akibatnya adalah nyata.

Penekanannya adalah pada arti penting apa yang dipikirkan orang dan bagaimana

pikirannya itu mempengaruhi apa yang mereka kerjakan. Sasaran perhatian

Page 22: Kumpulan Teori Teori

psikologi sosial mikroskopik ini bertolak belakang dengan sasaran perhatian

perspektif struktur sosial dan kultural pemikir Eropa seperti Marx, Weber, dan

Durkheim. Inilah salah satu ciri khas produk teoritis aliran Chicago

interaksionisme simbolik.

Robert Park (1864-1944).

Ia mengembangkan minat yang besar dari aliran Chicago terhadap ekologi urban.

Bersama Ernest W. Burgess, 1921, ia menerbitkan buku ajar sosiologi pertama

yang berjudul An Introduction to The Science of Sociology.

Teori paradigma

Thomas S. Kuhn The Structure of Scientific Revolution th 1962 . yg diterjemahkan “Peran Paradigma dalam Revolusi Sains th 1989. Kuhn tdk menjelaskan makna paradigma dg jelas bar oleh Mastermann konsep paradigma Kuhn diklasifikasi menjadi tiga hal yaitu : yaitu -Paradigma metafisik (metaphisical paradigma)- Paradigma sosiologis (sociological paradigma) - Paradigma konstruk (construct paradigma)

Robert King MertonIa merupakan murid Talcot Parsons dan tokoh penyokong teori fungsional structural. Ia juga berguru pada tokoh-tokoh seperti: Pitirin A. Sorokin, Emile Durkeim, L.J. Henderson, E.F. Gay, George Sarton dan George Simmel.Salah satu pemikiran utamanya adalah mengkritik tiga postulat dasar analisis structural yang dikembangkan oleh antropolog seperti Malinowski dan Radcliffe Bron. Kritikannya antara lain:1. Postulat tentang kesatuan nasional masyarakat; bahwa semua keyakinan dan

praktik cultural-sosial yang sudah baku adalah fungsional bagi individu atau kelompok dalam masyarakat – terjadi integrasi tingkat tinggi.

Martom menganggap bahwa hal itu terjadi pada masyarakat primitive dan skala kecil, namun tidak pada masyarakat yang lebih luas dan kompleks.

2. Postulat tentang fungsionalisme universal; bahwa semua bentuk kultur dan struktur sosial yang sudah baku selalu memiliki fungsi positif.

Marton menganggap hal itu bersifat relative karena tidak semua struktur, adat, gagasan dan system kepercayaan memiliki fungsi positif

3. Postulat tentang Indispensability; bahwa semua aspek yang sudah baku di samping fungsional, ia juga cerminan dari kebutuhan masyarakat. Sebagai satu kesatuan struktur dan fungsi adalah penting dan tidak membutuhkan struktur dan fungsi lain.

Page 23: Kumpulan Teori Teori

Marton menganggap bahwa ada alternative struktur dan fungsi lain bagi masyarakat. Ketiga kritikan utama tersebut muncul karena Marton menganggap sosiolog hanya mengembangkan system teori abstrak, bukan pada riset empiris.

Teori Konflik

Ralf Dahrendorf1. Masyarakat atau system sosial dalam keadaan dinamis dan memiliki potensi

konflik serta disintegrasi.2. Keteraturan dalam masyarakat terjadi karena adanya paksaan (koersi).3. Tiap posisi sosial memiliki otoritas tersendiri yang bukan ditentukan oleh

individu, melainkan posisi yang di sandang individu tersebut.Dalam pandang Dahrendorf, otoritas tersebut membawa 2 bentuk kepentingan, yaitu kepentingan tersembunyi dan kepentingan nyata.Kepentingan tersembunyi = harapan peran yang tidak disadari.Kepentingan nyata = kepentingan tersembunyi yang telah disadari.

Randall Cillins