Upload
suecha-gnesh
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Salah satu komponen yang tak pernah terpisahkan,seringkali orang menyepelekan landasan pendidikan. Padahal landasan pendidikan dan pendidikan tak bisa terpisahkan sebagaimana pondasi dan bangunannya.
Dalam makalah ini penulis berusaha memaparkan landasan pendidikan baik secara filosofis maupun yuridis.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi:
1. Apakah pengertian landasan filosofis pendidikan.2. Tujuan pendidikan di indonesia3. Apakah landasan pendidikan nasional di indonesia4. Apa saja aliran filsafat dan bagaimana implikasinya terhadap pendidikan.
1.3 Tujuan.
1. Mengetahui pengertian landasan filosofis pendidikan2. Mengetahui tujuan pendidikan3. Mengetahui landasan pendidikan nasional di indonesia4. Mengetahui berbagai aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan
Ajaran filsafat yang komperehensif itu telah menduduki status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia,yakni sebagai ideologi suatu bangsa dan negara[1]. Manusia sebagai pribadi ataupun sebagai masyarakat ,sebagai bangsa dan negara hidup di dalam sosio-budaya. Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan sosio-budaya itu terutama melalui pendidikan.Untuk menjamin supaya pendidikan itu benar dan prosesnya efektif maka dibutuhkan terutama landasan filosofis dan landasan –landasan ilmiah[2]. Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Sekedar tinjauan sejarah ide-ide filsafat pendidikan itu,antara lain tersimpul di dalam pandangan:
1. Teori (Hukum)Empirisme
Ajaran filsafat empirisme yang dipelopori oleh John Lockke(1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan ditentukan oleh fator-faktor lingkungan,terutama pendidikan. John lockke berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas-putih,dan lingkungan itulah yang ‘menulisi’ putih itu. Teori ini terkenal sebagai teori tabula-rasa atau teori empirisme. Bagi john locke faktor pengalaman yang berasal dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang.
1. Teori (hukum)nativisme
Ajaran filsafat nativisme yang dapat digolongkan filsafat idealisme berkesimpulan bahwa perkembangan pribadi hanya di tentukan hereditas ,faktor dalam yang bersifat kodrati.ajaran nativisme dapat dianggap aliran pesimistis karena menerima kepribadian sebagaimana adanya,tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.
1. Teori (hukum)konvergensi
Bagaimanpun kuatnya alsan kedua aliran pandangan di atas,namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja,tanpa pengaruh lingkungan(pendidikan)yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, meskipun lingkungan (pendidikan)yang positif dan maksimal,tidak akan menghasilkan kepribadian ideal tanpa potensi hereditas yang baik.
Oleh karena itu,perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil prosesv kerjasama kedua faktor,baik internal(potensi hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan,pendidikan)
Filsafat dan pendidikan tidaklah terpisahkan. Filsafat adalah menetapkan ide-ide dan idealisme,dan pendidikan merupakan usaha merelisasi ide-ide itu menjadi kenyataan ,tingkah-laku ,bahkan membina kepribadian.
Bidang ilmu pendidikan dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan,yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya,merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pendidikan. Kedua bidang diatas harus menjadi pengetahuan dasar(basic knowledge) bagi setiap pelaksana pendidikan,apakah ia guru ataukah sarjana pendidikan.
2.2 Aliran –Aliran dalam Fisafat Pendidikan
Saat kemunculannya yang pertama,filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju bijak. Dalam konseptualisasi ekstrem,filsafat pada periode pertama saat mulai disadari bahkan tidak,belum memiliki nama apaun,termasuk nama “filsafat”. Dalam bab ini kita membicarakan tentang aliran-aliran pokok dalam filsafat pendidikan,yaitu[3]:
A. Filsafat Pendidikan Idealisme
Istilah “idealisme”tentu saja telah menjadi istilah atau frase yang sering kita dengar,bahkan kita pakia dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,istilah “idealis” dalam filsafat,selalu mempunyai arti berbeda dari kata “idealis”dalam bahasa sehari-hari. Idealisme dalam filsafat adalah aliran pemikiran filsafat yang kental dengan corak metafisik[4].Idealisme memandang bahwa realitas terdiri atas ide-ide,pikiran-pikiran,akal(mind),atau jiwa,bukan benda material. Idealisme menekankan ‘idea’ jauh terlebih dulu ada ketimbang materi[5]. Dalam perkembangannya,idealisme tumbuh menjadi pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atau sangat berhubungan dengan ide,pikiran,dan jiwa. Kecenderungan-kecenderungan pemikiran idealisme ini lebih banyak muncul dan berkembang di belahan dunia barat yang di mulai dengan masa pencerahan dan renaissans. Perdebatan-perdebatan filosofis telah muncul ke permukaan sebagai aliran rasionalisme dan juga empirisme yang keduanya pada tahap tertentu telah memunculkan pandangan idealisme yaitu:
1. Idealisme Subjektif George Barkeley
Pandangan ini dipelopori salah satunya oleh George Berkeley, dengan pandangan idealisme subjektifnya yang menekankan bahwa keberadaan ide harus bersandar pada akal kita.George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat uskup di Gereja Anglikan.Ia dilahirkan pada 1685 dan meninggal pada 1753. Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang pengenalan. Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati.
1. Idealisme Immanuel Kant
Pandangan Barkeley di atas berpengaruh besar bagi pendidikan modern dan memancing munculnya idealisme baru seorang Immanuel Kant(1724-1804). Pemikiran Kant muncul sebagia pemicu wisata intelektual yang paling berpengaruh dalam filsafat.Konsep idealismenya didasarkan pada pemikirannnya yang rapu dan terarah dan relevan dengan idealisme.Dalam hal ini Kant mengembangkan dualisme.Dia memercayai keberadaan realitas eksternal. Akan tetapi, disisi lain dia berpendapat bahwa pikiran memberikan keunngulan memahami itu. Lebih khusus lagi,ia berpendapat bahwa, baik pikiran maupun panca indera akan menghasilkan penggetahuan.
1. Idealisme Epistimologi
Idealisme epistimologi memandang bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa mana pun dengan entitas-entitas fisik
1. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari idealisme,hadir menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
Selanjutnya realisme agaknya di pengaruhi dua filsuf terkemuka,yaitu Franci Bacon (1561-1626) dengan pemikirannya tentang metodologi induktif serta John Locke tentang konsep akal-pikir jiwa manusia yang disebut “tabula rasa”,ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi lingkungan.
1. Aliran progresivisme
lahir di amerika,akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di amerika, ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu masif
John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme,yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan ini,sekolah-sekolah menjadi ruang yang benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
1. Aliran Esensialisme
Esensialisme kerap diungkapkan sebagai reaksi kedua terhadap progrevisisme tahun 1930-an. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang memiliki tata yang jelas.Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dasar filosofi esensialisme terutama memandang bahwa setiap jenis tertentu tidak lain adalah entitas yang memiliki seperangkat karakteristik dan sifat yang bersifat (given)atau terberikan sejak keberadaannya yang pertama kali. Esensialisme berupaya untuk mengajar siswa dengan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme juga bermaksud menanamkan pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dangan progresivisme.
1. Aliran Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari bahasa latin,yaitu dari akar “perenis” atau “perenial”(bahasa inggris)yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Maka,pandangan selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila,norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat mendasarkan padaatuan,bukan mencerai-beraikan;menemukan persamaan-persamaan,bukan membanding-bandingkan;serta memahami isi,bukan melihat luar atas berbagai aliran dan oemikiran.Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastina tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik.
1. Aliran Eksistensialisasi
Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya,mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri. Aliran eksistensialisme terbagi dua sifat,yaitu teistik(bertuhan)dan atteistik. Menurut eksistensialisme,ada dua jenis filsafat tradisional,yaitu filsafat spekulatif dan filsafat skeptis.
Eksistensi membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya,mampu berada,eksis. Oleh eksistensi,kursi dapat berada di tempat. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri dan sadar akan tanggung jawabnya di masa depan adalah inti eksistensialisme.
1. Aliran Rekonstruksionisme
Rekonstruksisme berasal dari kata reconnstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran ini adalah menyusun kembali susunan lama dan membangun tata susunan hidup kehidupan yang bercorak modern. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran Rekontruksionalisme bercita-cita,untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritasinternasionl. Aliran ini memersepsikan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur,diperintah secara demokratis,bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
1. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme atau aliran perilaku(juga disebut perspektif belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme,termasuk tindakan,pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan serta pengajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN
3.1 Tujuan Pendidikan
Langeveld mengemukakan serangkain tujuan pendidikan,yang saling bertautan sebagai berikut[6]:
1. Tujuan umum2. Tujuan khusus3. Tujuan tak lengkap4. Tujuan insidentil5. Tujuan sementara6. Tujuan Perantara
1) Tujuan umum :
Tujuan ini juga disebut tujun total, tujuan yang sempurna atau tujuan akhir. Kohnstan dan Gunning mengatakan bahwa tujuan akhir dari pendidikan itu ialah untukmembentuk insan kamil atau manusia sempurna .manusia dapat dikatakan sebagai insan kamil, apabila dalam hidupnya menunjukan adanya keharmonisan /keselarasan antara jasmaniah dan rohaniah. Harmonis antara segi-segi dalam kejiwaan. Atau dengan kata lain bahwa kehidupan sebagai insan kamil adalah merupakan suatu kehidupan dimana terjamin adanya ketiga inti hakiakat manusia ,yaitu manusia sebagai makhluk individuil,manusia sebagaimakhluk sosial,dan manusia sebagai makhluk susila.
2) Tujuan Khusus
Untuk menuju kepada tujuan umum itu,perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi atau situasi tertentu. Misalnya:
Disesuaikan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa Disesuaikan dengan tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan Disesuaikan dengan bakatkemempuan anak didik Disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan sebagainya
Tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan-keadaan tertentu,dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus
3) Tujuan tak lengkap
Tujuan dari masing-masing aspek pendidikan inilah yang di maksud dengan tujuan pendidikan tak lengkap. Sebab masing-masing aspek tak bisa dipisahkan,padahal masing-
masing aspek pendidikan itu hanyalah merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruan. Oleh karena itu tujuan dari masing aspek pendidikan itu harus dilengkapi dengan tujuan dan aspek-aspek yang lain. Misalnya: kita hanya mementingkan pendidikan kecerdasan saja, sehingga mengakibatkan yang bersifat intelektualistis atau kita lebih mementingkan pendidikan teori saja,dan kurang memperhatikan segi praktis,hal ini akan mengakibatkan pendidikan yang bersifat teoritis.
4) Tujuan insidentil (tujuan seketika atau sesaat)
Tujuan ini timbul secara kebetulan,secara mendadak dan hanya bersifat sesaat.misalnya : tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam khdupan sekolah. Maka diadakanlah darmawisata ke suatu tempat. Dalam hal ini tujuan itu telah selesai,setelah darmawisata dilaksanakan.
5) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan-tujuan yang ingin kita capai dalam fase-fase tertentu dari pendidikan . Misalnya: anak dimasukkan ke sekolah .tujuannya ialah agar anak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis ini adalah merupakan tujuan sementara. Tujuan yang lebih lanjut ialah agar anak dapat belajar ilmu pengetahuan dari buku-buku.Dapat belajar dari buku,inipun merupakan tujuan sementara . tujuan utamanya ialah agar anak memiliki ilmu pengetahuan.
6) Tujuan Perantara
Tujuan perantara disebut juga tujuan intermediair. Tujuan ini adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Misalnya: kita belajar bahasa inggris atau bahasa belanda,atau yang lain. Tujuan belajar bahasa ini adalah agar kita dapat mempelajari buku-buku yang tertulis dalam bahasa inggris atau bahasa yang lain.
3..2TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Telah kita ketahui bahwa dasar dan tujuan pendidikan di tiap-tiap negara itu tidak selalu tetaap sepanjang masa,melainkan sering mengalami perubahan atau pergantian,sesuai dengan perkebangan zaman.
Di indonesia perubahan-perubahan dasar dan tujuan pendidikan itu pernah terjadi juga terjadi. Berikut ini perubahan-perubahan itu secara kronologis[7]:
1) Menteri PPK.Mr.Suwandi (tanggal 1 maret 1946)
Rumusannya berbunyi sebagai berikut:”tujuan pendidikan membentuk patriotisme”. Rumusan ini adalah jawaban bagi tahap revolusi fisik yang di tandai oleh kedatangan pemerintahan kolonial.
2) Menurut UUUPP No.4/1950,jo No.12/1954
Dalam bab III,pasal 4 disebutkan dasar pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:”pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas-asas yang termaktub dalam ‘pancasila’. Undang-undang Dasar Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan indinesia”.
Dalam bab II,pasal 3 dirumuskan tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:’tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesajahteraan masyarakat dan tanah air”
3) Menurut Ringkasan Tap. MPRS.No.II/MPRS/1960
Dalam Tap.MPRS.tersebut ditambahkan “catatan” dalam dasar pendidikan dan pengajaran tahun 1950 dan 1954 sebagai berikut:
Manipol/usdek wajib ditambahkan sebagai pendidikan dan pengajaran. Dalam Tap.MPRS tersebut,dalam lampiran A No.21 tertulis tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:”politik dan sistem pendidikan nasional kita,baik yang diselenggarakan oleh pihak pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta,dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi,supaya melahirkan:
a) Warga negara indonesia yang berjiwa pancasila ,ialah :ketuhanan yang Maha Esa,perikemanusiaan yang adil dan beradab,kebangsaan,kerakyatan,keadilan sosial
b) Tenaga-tenaga kejuruan yang ahli dan berjiwa revolusi agustus 1945
Oleh karena rumusan tersebut ternyata menyimpang dari Pancasila(seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945)maka MPRS/1968 menyatakan tidak berlakunya Tap MPRS No. II/MPRS/1960
4) Keputusan MPRS.No.XXVVI tahun 1966
Keputusan MPRS ini membuka jalan ke arah rumusan-rumusan dasarc dan tujuan pendidikan yang lebih eksplisit juga didasari keyakinan atas kebenaran pancasila dan UUD.
5) Ketetaopan MPRS No.IV tahun 1973
“pembangunann di pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila,dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan ,dapat mengembangkan aktivitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa,dapat mengembangkankecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,mencintai bangsanya dan mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fisosofi dan pendidikan adalah dua hal yang tak terpisahkan,menjadikan filosofi dan pendidikan satu kesatuan yang saling berkaita. Dalam filosofi pendidikan terdapat 9 aliran pendidikan yaitu:a).idealisme,b).realisme,c)pragmatisme,d)progresivisme,e)esensialisme,f)perenialisme,g)eksistensisme,h)rekonstrukssionime,i)behaviorisme. Filosofis pendidikan adalah pendidikan yang ditinjau dari segi filosofi(filsafat).
Jika di telaah dengan seksama lahirnya aliran-aliran tersebut berkaitan dengan pemaknaan berbagai kalangan di dalam memaknai pendidikan secara filosofi
4.2 Saran
Seharusnya aliran dalam filosofi pendidikan hanyalah satu,sehingga pelaku maupun peserta didik tidak merasa kebingungan ketika dihadapkan pada filosofi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Syam,Mohammad Noor.1986.Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat PendidikanPancasila.Surabaya:Usaha Nasional
Beeby, C.E.1987.pendidikan di indonesia.jakarta:LP3ES
Tim dosen FIP-IKIP MALANG.1980.Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan..Surabaya:Usaha Nasional
Ahmadi,abu.1987.Ilmu Pendidikan.Jakarta:PT.Melton Putra
Gandhi,Teguh Wangsa.Filsafat Pendidikan.2011.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
[1] Mohammad Noor Syam,Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan pancasila,hal.38
[2] Ibid,hal.39
[3]Teguh wangsa gandhi,filsafat pendidikan
[5]Ibid hal.128
[6] Drs.H.Abu Ahmadi, ilmu Pendidikan,Jakarta:PT.MELTON PUTRA
[7]Tim dosen FIP-IKIP malang,Pengantar dasar-dasar pendidikan,1981