Upload
linda-indriani
View
18
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Uji sterilitas sediaan
Citation preview
Laporan Mikrobiologi 'pengujian sterilitas'
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Prinsip Percobaan
Uji Sterilitas berdasarkan ketentuan Farmakope Indonesia IV
I.2 Tujuan percobaan
Menguji sterilitas sediaan obat dan alat kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan steril memiliki beberapa sifat bentuk takaran yang unik, seperti bebas dari
mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari partikulat dan standar yang sangat tinggi dalam
hal kemurnian dan kualitas; bagaimanapun, tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah mutlak
tidak adanya kontaminasi mikroba. Tidak seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat
sterilitas adalah nilai yang mutlak. Sebuah sediaan baik steril maupun non steril. Secara historis,
pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi, namun sediaan akhir
pengujian sterilitas mengalami banyak batasan. Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari
uji sterilitas. Ini adalah uji yang dekstruktif; sehingga, hal ini tergantung pemilihan statistik
sampel acak dari keseluruhan lot. Ketidakpastian akan selalu ada selama sampel secara tegas
mewakili keseluruhan. Jika diketahui bahwa satu unit dari 1000 unit terkontaminasi (yakni,
angka kontaminasi = 0,1%) dan 20 unit disampel secara acak dari 1000 unit, kemungkinan unit
yang terkontaminasi dari 20 sampel itu adalah 0,02. Dengan kata lain, hanya 2% peluang dari
yang unit yang terkontaminasi akan dipilih sebagai bagian 20 wakil sampel dari keseluruhan
1000 unit.
Bahkan jika unit yang terkontaminasi satu dari 20 sampel dipilih untuk uji sterilitas,
kemungkinan uji sterilitas akan gagal masih ada untuk mendeteksi kontaminasi. Konsentrasi
kontaminan mikroba mungkin saja terlalu rendah untuk terdeteksi selama periode inkubasi atau
dapat saja tidak cukup berkembang cukup cepat atau tidak sama sekali karena ketidakcukupan
media dan inkubasi.
Jika perkembangan mikroba terdeteksi dalam uji sterilitas, maka hal ini dapat mencerminkan
pembacaan positif yang salah (false-positive reading) karena masalah kontaminasi aksidental
dari media kultur pada saat uji sterilitas berlangsung. Masalah kontaminasi aksidental adalah hal
serius, merupakan batasan yang masih tidak dapat dihindari dari uji sterilitas.
Food and Drug Administration (FDA) menerbitkan pedoman mengenai prinsip umum
dari proses validasi. Konsep umum dan elemen kunci dari proses validasi yang betul-betul dapat
diterima oleh FDA telah diuraikan. Titik utama yang ditekankan pada pedoman adalah
ketidakcukupan kepercayaan dari uji sterilitas sediaan akhir dalam memastikan sterilitas dari
kumpulan sediaan parenteral steril. Arti yang lebih besar harus ditempatkan pada validasi proses
semua sistem yang terlibat dalam produksi hasil akhir.
Batasan-batasan utama ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada pengujian sterilitas produk
akhir saja dalam memastikan sterilitas sediaan parenteral dapat mengarahkan kepada hasil yang
keliru. Salah satu tujuan validasi pada pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan
ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga prinsip yang terlibat dalam proses
validasi sediaan steril adalah :
1. Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan
2. Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum yang pasti dimana proses dan metode
sterilisasi memiliki sterilisasi yang terpercaya terhadap semua unit dari batch sediaan.
3. Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji sterilitas sediaan
akhir.
Validasi sediaan steril pada konteks bab ini akan merujuk pada konfirmasi bahwa sebuah produk
telah terekspos proses pembuatan dan khususnya metode sterilisasi yang sesuai menghasilkan
batch sediaan yang diketahui memiliki derajat nonsteril.
Sediaan steril dapat berwujud:
1. Padat steril
· merupakan obat steril
· merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan bila akan digunakan.
Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil dalam cairan, maka dibuat padat. Cara
pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi pada suhu rendah dengan pengeringan steril, kemudian
didinginkan sampai -60oC untuk pembekuan. Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan
pengurangan tekanan secra bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.
2. Semi padat, misal salep mata.
3. Cair, misal injeksi.
Ada beberapa metode Uji sterilitas
1. Direct inoculation of culture medium
Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British
Farmakope:
a. media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok untuk pembiakan
aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
b. Soya bean casein digest medium
Media ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC, sedang
fungi 20-25oC.
2. Membran filtrasi
Teknik yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran
steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin organisme perlu
adaptasi dulu.
3. Introduction od concentrate culture medium
Medium yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan. Tidak
banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
III.1 Sediaan Air
Disiapkan sediaan cair yang akan diuji kesterilannya (injeksi,tetes mata), media NA dan SDA, 1
pipet steril 1 ml, 1 pipet media steril, 2 cawan petri.
Pipet @ 1 ml sediaan uji, dimasukkan kedalam 2 cawan petri
Cawan 1 ditambahkan dengan 15 ml media NA dan cawan-2 dengan 15 ml SDA
Memutar cawan diatas meja hingga homogen dan dilakukan pra-inkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit
Cawan NA diinkubasi pada suhu 35-370C dan cawan SDA pada 20-250C, selama 4 hari
Pengamatan dilakukan dengan teliti, dicatat perubahan yang terjadi
III.2 Sediaan Padat
Disiapkan 1 media pelat NA, 1 media pelat SDA, kasa steril (ukuran 2 cm), benang bedah steril 2
cm, pinset, gunting
Membagi media pelat menjadi 2 bagian area dengan cara mebarik garis batas pada dasar cawan
petri dengan spidol marker
Dilakukan ‘flambir’ terhadap gunting dan pinset, kemudian kasa steril dijepit dan digunting
dengan ukuran seperti diatas, disiapkan 2 potong kasa
1 potongan kasa steril diletakan disalah satu area media NA, juga diatas media SDA
Dikedua sisi media NA dan SDA diletakkan potongan benang bedah dengan ukuran @2 cm.
Pemotongan benang dilakukan dengan aseptis juga
Keduanya diinkubasi selama 4 hari, media NA pada suhu 35-370C dan cawan SDA pada 20-
250C
Pengamatan dilakukan dengan teliti, dicatat perubahan yang terjadi
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Media NA
Hasil Percobaan Pengamatan
Injeksi
Pengamatan hari pertama setelah
diinkubasi pada suhu 35-370C
selama 24 jam, belum terjadi
pertumbuhan bakteri.
Injeksi
Setelah diinkubasi pada suhu 35-
370C selama 4 hari, terdapat
sedikit pertumbuhan bakteri
berwarna putih
Salep
Pengamatan hari pertama setelah
diinkubasi pada suhu 35-370C
selama 24 jam, belum terjadi
pertumbuhan bakteri.
Salep
Setelah diinkubasi pada suhu 35-
370C selama 4 hari, terdapat
banyak pertumbuhan bakteri
berwarna putih dan kuning,
berkoloni lebih dari 5
Kasa
Pengamatan hari pertama setelah
diinkubasi pada suhu 35-370C
selama 24 jam, belum terjadi
pertumbuhan bakteri.
Kasa
Setelah diinkubasi pada suhu 35-
370C selama 4 hari, terdapat
sedikit pertumbuhan bakteri
berwarna putih agak kuning pada
bagian kasa yang steril maupun
tidak steril
Media SDA
Hasil Percobaan Keterangan
Injeksi
Setelah diinkubasi pada suhu 20-
250C selama 4 hari, terdapat banyak
pertumbuhan khamir, berbentuk bulat
putih berukuran sangat kecil, sedikit
berlendir
Salep
Setelah diinkubasi pada suhu 20-
250C selama 4 hari, terdapat sedikit
pertumbuhan khamir, berbentuk bulat
putih berukuran kecil, sedikit
berlendir
Kasa
Setelah diinkubasi pada suhu 20-
250C selama 4 hari , terdapat
pertumbuhan koloni kapang dan
khamir berwarna hitam dan putih,
sedikit berlendir dan berspora pada
kasa tidak steril dan steril
BAB V
PEMBAHASAN
Sediaan obat dan alat kesehatan seharusnya bersifat steril, bebas dari kuman terutama sediaan
obat yang langsung kontak dengan mukosa atau langsung masuk ke aliran darah seperti injeksi,
tetes mata, cairan infuse dan salep mata. Demikian juga dengan alat-alat kesehatan seperti kasa
dan benang bedah. Standar ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi infeksi pada pasien yang
menggunakan sediaan obat maupun alat kesehatan tersebut akibat kontaminasi bakteri patogen.
Pada percobaan ini kelompok kami melakukan percobaan pada cairan injeksi, sediaan salep dan
kasa yang steril dan tidak steril pada media NA dan SDA.
Pada media NA setelah 24 jam dilakukan inkubasi pada suhu 35-370C tidak terlihat adanya
pertumbuhan koloni bakteri. Namun ketika inkubasi dilakukan sampai hari ke-4 ternyata positif
terjadi pertumbuhan bakteri pada semua cawan. Hal ini disebabkan 2 kemungkinan, pertama
mungkin karena kelompok kami bekerja kurang aseptis sehingga bakteri dari luar dapat masuk.
Kemungkinan yang kedua adalah cairan injeksi, salep dan kasa yang dijadikan sampel sudah
terkontaminasi bakteri atau tidak steril.
Pada media SDA setelah diinkubasi selama 4 hari pada suhu 20-250C atau suhu ruangan secara
makroskopis terlihat adanya spora dan berlendir. Ini menunjukan adanya pertumbuhan koloni
kapang dan khamir. Penyebabnya hampir sama dengan pertumbuhan bakteri pada media NA.
Dapat kami simpulkan bahwa pengujian sterilitas injeksi, salep dan kasa yang kami lakukan
positif terjadi pertumbuhan mikroba ini menunjukan bahwa ketiga sediaan tersebut tidak steril.
Penyebabnya antara lain: kontaminasi mikroba dari udara saat membuka cawan petri, saat
penuangan media atau disebabkan pekerjaan kelompok kami yang kurang aseptis atau dari
sediaan tersebut yang sejak awal pembuatannya memang sudah tidak steril atau sudah
terkontaminasi mikroba.
BAB VI
KESIMPULAN
· Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan
spora-sporanya.
· Sediaan steril harus bebas dari jasad renik, bakteri patogen non patogen baik yang
vegetatif maupun non vegetatif.
· Ketelitian saat percobaan sangat penting karena jika pekerjaan yang kita lakukan tidak
aseptis sangat rentan terkontaminasi mikroba
· Pada percobaan kami positif pada larutan injeksi, salep dan kassa terjadi pertumbuhan
mikroba, maka ketiga sediaan tersebut tidak steril.