16
PRESENTASI / LAPORAN KASUS MEDIK : HIPERTENSI No. ID Peserta : - Nama Peserta : dr. Arif Rahman Hakim No. ID Wahana : - Nama Wahana : PKM Kec. Cibeber Topik : hipertensi Tanggal Kasus : 04 juni 2015 Nama Pasien : Tn. AY No. Rekam Medis : - Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Wahyu Hapsari Tempat Presentasi : PKM Kec. Cibeber Obyektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan Penyegaran □ Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia □ Bumil □ Deskripsi : Pria, 57 tahun, lemas pada seluruh tubuh disertai keringat dingin. □ Tujuan : diagnosis serta tatalaksana hipoglikemia Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit Cara Membahas : □ Diskusi Presentasi dan Diskusi □ E- mail □ Pos DATA PASIEN 1

Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hipertensi

Citation preview

Page 1: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

PRESENTASI / LAPORAN KASUS MEDIK :

HIPERTENSI

No. ID Peserta : -

Nama Peserta : dr. Arif Rahman Hakim

No. ID Wahana : -

Nama Wahana : PKM Kec. Cibeber

Topik : hipertensi

Tanggal Kasus : 04 juni 2015

Nama Pasien : Tn. AY No. Rekam Medis : -

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Wahyu Hapsari

Tempat Presentasi : PKM Kec. Cibeber

Obyektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

✔ Diagnostik ✔ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja ✔ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Pria, 57 tahun, lemas pada seluruh tubuh disertai keringat dingin.

□ Tujuan : diagnosis serta tatalaksana hipoglikemia

Bahan Bahasan : □ Tinjauan

Pustaka

□ Riset ✔ Kasus □ Audit

Cara Membahas : □ Diskusi ✔ Presentasi dan

Diskusi

□ E-mail □ Pos

DATA PASIEN

Nama : Tn. AY No RM : -

Nama Klinik : PKM Kec. Cibeber Telp : - Terdaftar Sejak : -

Data Utama Untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / gambaran klinis :

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala sejak 1 hari

2. Riwayat pengobatan : Pasien meminum obat captopril 12,5 mg.

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Riwayat hipertensi (+), diabetes melitus (+) sejak tahun

1999 dan terkontrol minum obat, alergi (-), asma (-), gastritis (-), jantung (-)

4. Riwayat keluarga : -

5. Riwayat pekerjaan : -

6. Lain – lain : -

1

Page 2: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Daftar Pustaka :

1. Harrison`s. Principles of Internal Medicine. 17thEdition. United State of America.

2008

2. Sudoyo A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006

3. Sylvia AP, Lourraine MW. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi

ke 6. Vol II. Jakarta :EGC. 2003

4. Silbernagl Stefan, Lang Florian. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta :

EGC. 2006.

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis Hiprtensi

2. Tatalaksana dan pencegahan Hiprtensi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif :

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala sejak 1 hari smrs, keluhan ini dirasakan setelah

pasien tidak lagi meminum obat darah tinggi, pasien mengeluh nyeri di tengkuk leher dan

terasa berat sampai ke pundak pasien juga mengeluh keringat dingin, badan terasa

gemetar, mual muntah disangkal, pingsan disangkal, sesak (-), nyeri dada (-). Pasien

mempunyai riwayat Hipertensi sejak tahun 1999, pasien mengaku terkontrol minum obat

tersebut,

2. Objektif :

Kesadaran : compos mentis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Tekanan Darah : 170/100 mmHg

Frekuensi Nadi : 88x/menit, reguler, isi cukup

Frekuensi nafas : 18x/menit

Suhu : 36,7˚C

Status Generalis:

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya langsung dan

tak langsung ada.

Leher : KGB tidak teraba pembesaran.

2

Page 3: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur dan gallop.

Paru : vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada ronki dan wheezing.

Abdomen : datar, bising usus (+) normal, limpa serta hepar teraba dalam batas normal.

Ekstrimitas : akral hangat, crt < 2’ edema tidak ada.

Motoric : baik, 5 .5. 5. 5.

3. Assessment :

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan pada pasien ada beberapa

faktor yang mendukung kearah diagnosis hipertensi . Berikut adalah dasar teori

penegakkan diagnosisnya

1. DEFINISI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ).

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

3

Page 4: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol

terisolasi

≥ 140 Dan < 90

2. PENYEBAB

1. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar

yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

2. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya

3. Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

4. Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10

% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa

factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur

bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan

ras ( ras kulit   hitam   lebih  banyak dari kulit putih )

c.Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam

yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh

4

Page 5: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin

).

3. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu

dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system

pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

5

Page 6: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

4. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward  K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

2. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

3. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala

dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan

jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi

ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan

5. PENCEGAHAN

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik

yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga

berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum

diketahui pasti.

6. PENATALAKSANAAN

Pengobatan

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga

isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah

6

Page 7: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk

mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang

berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah

sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya

ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non

farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang

lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c). Penurunan berat badan

d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok

f). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain

b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87

% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi

maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis

7

Page 8: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek

dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan

psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b). Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat

ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)

sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan.

Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja

pada saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

8

Page 9: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.

Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan

pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes

melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar

gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).

Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga

pemberian obat harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot

pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan

pusing.

Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin

timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi

jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan

Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan

muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk

dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah :

sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

9

Page 10: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya

hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang

baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan

petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa

dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah

atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan

mengukur memakai alat tensimeter

e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat

mengukur tekanan darahnya di rumah

i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x

sehari

j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan

masalah-masalah yang mungkin terjadi

k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat

untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali

pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan

hipertensi.

10

Page 11: Lapkas Hipertensi Pkm Cibeber

4. Plan :

Diagnosis

Diagnosis hipertensi sudah dapat ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.

Pengobatan

Non medikamentosa

o Diet rendah garam

Medikamentosa

Captopril 25 mg 2x1

Amlodipin 5 mg 1x1

11