Upload
intan-indriani
View
61
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPKAS KUSTA
Citation preview
BAB I
I.I. PENDAHULUAN
Kusta termasuk penyakit tertua yang dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata
kusta sendiri berasal dari bahasa india yaitu kustha. Sedangkan lepra atau kusta yang disebut
dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup
beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini sangat tidak jelas, apabila
dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang.1
I.II. DEFINISI
Kusta sinonimnya adalah Leprae/Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang
kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali sistem saraf pusat.1
Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia yang
menyerang jaringan superficial, terutama kulit dan saraf perifer.2 Merupakan penyakit infeksi
mikobakterium yang bersifat kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi, dan
kemudian terdapat manifestasi kulit.3
I.III. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah Mycobacterium leprae merupakan agen kausal pada lepra.
Kuman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familial Mycobacteriaceae atas dasar
morfologik, biokimiawi, antigenik, dan kemiripan genetik dengan mikobakterium lainnya.2
I.IV. EPIDEMIOLOGI
Masalah epidemiologi belum terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti
berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antarkulit yang lama dan erat.
Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M.leprae masih dapat hidup beberapa hari
dalam droplet.1
Lepra dapat menyerang semua umur, walaupun kasus pada bayi yang berusia kurang
dari 1 tahun sangat jarang. Insidensi spesifik usia memuncak selama masa kanak-kanak pada
sebagian besar negara berkembang, sampai 20 persen kasus terjadi pada anak dibawah 10
1
tahun tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada dewasa. Paling banyak terkena pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Rasio jenis kelamin penyakit lepra yang tampak pada
dewasa adalah laki-laki lebih besar dibanding wanita. Sedangkan pada anak berbanding sama
rasionya.2
I.V. GEJALA KLINIS
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, diawali lesi
bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, kemudian membesar dan meluas.
Jika saraf sudah terkena, penderita menegeluh kesemutan dan baal (anesthesia) pada bagian
tertentu, ataupun kesukaran menggerakan anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan
sendi, rambut alispun dapat rontok.3
I.V. PEMBAGIAN/KLASIFIKASI
Zona Spektrum Kusta Menurut Macam Klasifikasi1
Klasifikasi Zona Spektrum
Ridley & Jopling TT BT BB BL LL
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa
WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)
Puskesmas PB MB
Ket : TT (Tuberkuloid polar tipe stabil) BB (Mild borderline)
BT (Borderline tuberculoid) BL (Borderline lepramatous)
LL (Lepromatosa polar) I (Indeterminate)
Untuk kepentingan pengobatan pada tahun 1987 telah terjadi perubahan. Yang
dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan BTA negatif pada pemeriksaan kulit, yaitu
tipe I, TT, dan BT. Bila pada tipe tersebut BTA positif, maka akan dimasukan kedalam kusta
MB. Sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB, BL, dan LL atau apapun
klasifikasinya dengan BTA positif, harus diobati dengan rejimen MDT (multi drug
treatment)-MB.
2
I.VI. PEMERIKSAAN KULIT
a. Lokalisasi3
Seluruh tubuh
b. Efloresensi dan sifat-sifatnya1
Berdasarkan klasifikasi WHO :
PB : Lesi kulit berupa makula datar, papul yang meninggi, nodus,
eritema/hipopigmentasi, distribusi tidak simetris, hilang sensasi yang
jelas, dan lesi berjumlah 1-5.
MB : Lesi kulit berupa makula datar, papula yang meninggi, nodus,
distribusi lebih simetris, dan jumlah lesi lebih dari 5.
Berdasarkan klasifikasi Ridley & Jopling 3 :
Tipe I : makula hipopigmentasi berbatas tegas, anestesi dan anhidrasi,
pemeriksaan bakteriologi (-), tes lepromin (+).
Tipe TT : makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas
tegas, anestesi, bagian tengah sembuh, bakteriologi (-), tes lepromin (+) kuat.
Tipe BT : makula eritematosa tak teratur, batas tak tegas, kering, mula-mula
ada tanda kontraktur, anestesi, pemeriksan bakteriologi (+/-), tes lepromin
positif/negatif (+/-).
Tipe BB : makula eritematosa, menonjol, bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi
satelit, penebalan saraf, kontraktur, pemeriksaan bakteriologi (+), tes lepromin
negatif (-).
Tipe BL : makula infiltrat merah mengkilat, tak teratur, batas tak tegas,
pembengkakan saraf, pemeriksaan bakteriologi (+) banyak basil, tes lepromin
negatif (-).
Tipe LL : infiltrat difus berupa nodul simetri, permukaan mengkilat, saraf
terasa sakit, anestesi, pemeriksaan bakteriologi (+) kuat, tes lepromin (-).
3
I.VII. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa hal penting dalam menetukan diagnosis banding lepra3 :
- ada makula hipopigmentasi
- ada beberapa daerah anestesi
- pemeriksaan bakteriologi memperlihatkan basil tahan asam
- ada pembengkakan/pergeseran saraf tepi atau cabang-cabangnya
a. Tipe I (Lesi yang berupa makula hipopigmentasi) : tinea versikolor, vitiligo,
pitiriasis rosea, dermatitis seborika.
b. Tipe TT (Lesi berupa makula eritematosa dengan pinggir mininggi) : tinea
korporis, psoriasis, lupus eritematosus tipe diskoid, pitiriasis rosea.
c. Tipe BT, BB, BL (Lesi berupa ilfiltrat tak berbatas tegas) : selulitis, erisepelas, atau
psoriasis.
d. Tipe LL (Lesi berupa nodula) : SLE, dermatomiositis, erupsi obat.
I.VIII. PENATALAKSANAAN
Untuk pengobatan kusta sendiri berdasarkan WHO itu menggunakan MDT (multi drug
treatment). Pengertian dari MDT sendiri pada saat ini ialah DDS sebagai obat dasar ditambah
dengan obat-obatan lain, seperti :
Kombinasi DDS (diamino difenyl sulfon) dan rifampisin.1,3
a. Tipe PB (I, TT, BT) : DDS 100 mg/hari dan rifampisin 600 mg setiap bulan.
Keduanya diberikan selama 6-9 bulan. Pemeriksaan bakteriologi dilakukan setelah 6
bulan pengobatan. Pengawasan dilakukan selama 2 tahun. Jika tidak ada aktivasi
secara klinis dan bakteriologi tetap negatif dinyatakan relief from control (RFC)
(bebas dari pengamatan).
b. Tipe MB (BB, MB, LL, dan semua tipe yang tes BTA positif) : kombinasi DDS,
rifampisin, dan lampren (klofazimin). DDS 100 mg/hari ; rifampisin 600 mg setiap
bulan ; dan lampren 300 mg setiap bulan, diteruskan dengan 50 mg setiap hari atau
4
100 mg selang sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu. Pengobatan dilakukan 2-3
tahun. Pemeriksaan bakteriologi setiap 3 bulan. Sesudah 2-3 tahun bakteriologi tetap
negatif, pemberian obat dihentikan (release from treatment = RFT). Jika setelah
pengawasan tidak ada aktivitas klinis dan pemeriksaan bakteriologi selalu negatif,
maka dinyatakan bebas dari pengawasan (RFC).
Apabila sudah terjadi reaksi kusta seperti E.N.L (eritama nodusum leprosus), dan reversal
maka pengobatannya antra lain menggunakan :
Reaksi ENL dan reversal : tablet kortikosteroid (predinosn, metyprednisolon,dll)
biasanya 15-30 mg sehari, kadang bisa lebih tinggi. Perhatikan kontraindikasi penggunaan
obat ini, maka dapat diberikan analgetik-antipiretik (paracetamol, ibuprofen) atau obat
sedativa atau obat yang mencegah iritasi lambung (ranitidin). Untuk reaksi reversal
pemberian kortikosteroid harus disertai neuritis.1
I.IX. PROGNOSIS
Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih
singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,
prognosis menjadi kurang baik.3
Gambar Penderita Kusta/Lepra/Morbus Hansen
5
BAB II
KASUS
II.I. IDENTITAS
No. Rekam Medis : 075545
Nama : Tn. RT
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Batu Aji, Puskopkar
Agama : Kristen
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Juru Kemudi Kapal Laut/Swasta
II.II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Desember 2013 pada pukul
11.00 WIB.
Keluhan Utama :
Bercak-bercak merah di seluruh badan (dada, punggung, perut, leher, kedua kaki,
kedua tangan. dan muka).
Keluhan Tambahan :
Baal/mati rasa di sebagian lesi, kesemutan, demam yang hilang timbul sejak 1 bulan
terakhir, dan ada bekas luka bakar yang sudah mengering (krusta) di pergelangan tangan
kanan.
6
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengalami perubahan pada warna kulit berupa bercak-bercak kemerahan tidak
teratur selama kurang lebih 2 bulan, awalnya perubahan warna dari putih kecil sebesar koin
menjadi merah, timbul di daerah dada kemudian menjalar ke hampir seluruh bagian tubuh
lain, yaitu punggung, perut, kedua tangan, kedua kaki, dan yang terakhir di daerah muka dan
leher. Bercak kemerahan disertai adanya sisik-sisik halus.
Riwayat Alergi : riwayat alergi disangkal pasien.
Riwayat Pengobatan : ada pemakaian obat penurun panas.
Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat penyakit serupa disangkal.
Riwayat Terdahulu : riwayat penyakit serupa disangkal.
II.III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
TD : tidak dilakukan
Nadi : tidak dilakukan
RR : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
Keadaan Spesifik :
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
7
Abdomen : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Ekstremitas : deformitas jari-jari tangan kiri
Status dermatologis
Lokalisasi : thorax, truncus dorsum, abdomen, extremitas inferior,
extremitas superior, collum/regio cervicalis, facialis.
Ruam/Efloresensi : makula eritematous numular sampai plak, makula
hipopigmentasi, berbatas tegas dengan tepi aktif,
polisiklik sampai dengan bentuk tidak teratur,
permukaan kering, terdapat gambaran bagian tengah
sembuh pada beberapa lesi, skuama halus, dan
universal.
II.IV. DIAGNOSIS BANDING
- Kusta (Morbus hansen) tipe PB atau tipe MB
- Pitiriasis Rosea
- Tinea Korporis
- Psoriasis
II.V. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Kusta/Morbus Hansen (tipe MB)
II.VI. TES-TES YANG DILAKUKAN
- Tidak dilakukan
II.VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan bakteriologi (BTA) dengan hasil positif (+) didapatkan basil tahan
asam pada kerokan kulit tengkuk leher yang berjumlah 6 bakteri tahan asam dalam
100 lapang pandang.
8
II.VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan berdasarkan etiologi, simptomatis dan status dermatologis pasien 5 :
- DDS 100 mg/hari ; rifampisin 600 mg setiap bulan ; dan lampren (klofazimin) 300
mg setiap bulan, diteruskan dengan 50 mg setiap hari atau 100 mg selang
sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu. Pengobatan dilakukan 2-3 tahun
- Ibuprofen Tab 2 kali sehari
- Carmed lotion dipakai setelah mandi seluruh badan
- Metylprednisolon 2 kali sehari
- Ranitidin 2 kali sehari
- Gentamicin krim 2% 2-3 kali sehari pada luka bakar
II.IX. PROGNOSIS
Prognosis untuk vitam umumnya bonam, namun dubia ad malam pada fungsi
ekstremitas, karena dapat terjadi deformitas, atropi atau mutilasi, demikian pula untuk
kejadian berulang.4
9
BAB III
DISKUSI
Tn.RT, laki-laki berusia 26 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Embung
Fatimah dengan keluhan adanya bercak kemerahan pada seluruh tubuh sejak 2 bulan lalu,
awal mula timbul di bagian dada dan kemudian menjalar ke bagian tubuh lain seperti di
daerah punggung, perut, kaki, tangan, leher dan muka. Bercak merah awalnya kecil lalu
melebar dan menjalar. Pasien juga mengeluh kadang terasa baal dan kesemutan. Pada daerah
bercak tidak terasa gatal walaupun saat sedang berkeringat sekalipun dan menyangkal adanya
panas dan nyeri. Pasien juga mengeluh demam yang hilang timbul sejak 1 bulan lalu. Pasien
pernah mengkonsumsi obat penurun demam dan tidak pernah memberi salep atau sejenisnya
pada daerah bercak. Didapatkan deformitas pada jari-jari tangan kiri pasien. Riwayat
keluarga disangkal dan tidak ada penyakit penyerta lainnya. Gambaran efloresensinya adalah
makula eritematosa numular sampai plak, ada juga makula hipopigmentasi, berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif, polisiklik sampai dengan bentuk tidak teratur, permukaan kering,
terdapat gambaran bagian tengah sembuh pada beberapa lesi, skuama halus yang sedikit, dan
universal. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa tes bakteriologi (BTA)
didapatkan hasil (+) yaitu adanya kuman basil tahan asam.
Pada anamnesis didapatkan gejala kemerahan berupa makula eritematosa numular
sampai plak, ada juga makula hipopigmentasi, berbatas tegas dengan tepi aktif, polisiklik
sampai dengan bentuk tidak teratur, permukaan kering, terdapat gambaran bagian tengah
sembuh pada beberapa lesi, skuama halus yang sedikit, universal dan adanya rasa baal/mati
rasa serta kesemutan hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dari Morbus hansen atau Kusta.1,3
Menurut kepustakaan bahwa pada pemeriksaan bakteriologi (BTA) apabila
didapatkan hasil positif (+) ditemukan kuman basil tahan asam pada kerokan kulit penderita
maka hal tersebut diklasifikasikan kedalam kusta tipe MB (Multi Basiler) tanpa memandang
klasifikasi lain dari kusta itu sendiri.1
Diagnosis banding dari kusta adalah pitiriasis rosea, tinea korporis, dan psoriasis.
Pada pitiriasis rosea gambaran klinisnya memang mirip dengan kusta karena terdapat makula
eritematosa. Perbedaannya dengan kusta terdapat pada bagian tepi lesi yaitu pada kusta tepi
lesi/pinggir lesi meninggi sedangkan pada pitiriasis rosea tidak. Penyebab dari kusta sendiri
adalah baketri basil tahan asam sedangkan pitiriasis rosea sendiri belum diketahui secara
10
pasti.3 Pada tinea korporis gambaran lesinya memang mirip yaitu adanya makula, tetapi yang
menjadi perbedaanya adalah warna dari makulanya pada tinea korporis lebih
hiperpigmentasi, dan pada pemeriksaan KOH dijumpai hifa. Sedangkan pada kusta tidak
hiperpigmentasi dan pemeriksaan KOH tidak dijumpai hifa.1,3 Dan pada psoriasis yang
menjadi perbedaan lebih khasnya adalah pada skuama. Skuama yang sangat tebal dan
berlapis-lapis pada psoriasis menjadi ciri khas tersendiri sedangkan pada kusta kadang
ditemukan skuama tetapi tidak tebal melainkan halus bahkan tidak ditemukan skuama sama
sekali.3
Pengobatan yang diberikan selain pengobatan kusta yang MDT (multi drug treatment)
harus juga diberikan berdasarkan simptomatis dan status dermatologis pasien. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan bahwa dengan pemberian ibuprofen tablet 2 x 1 sebagai antipiretik dan
analgetik, carmed lotion sebagai pelembab untuk kulit kering, metylprednisolon 2 x 1 untuk
reaksi kusta, dan ranitidin tablet 2 x 1 untuk mencegah dan mengurangi iritasi lambung efek
dari mengkonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid dan obat kusta yang harus diminum
dalam jangka panjang. 1,3
Daftar Pustaka
1. Djuanda Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. 2006. Jakarta :FKUI.
2. Isselbacher, Braunwald, Wilson, dkk. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison.
Edisi 13. Volume 3. 1999. Jakarta : EGC.
3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC.
11
4. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Difasilitas Pelayana Kesehatan Primer. 23
desember 2013.
12