17
BAB I I.I. PENDAHULUAN Kusta termasuk penyakit tertua yang dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata kusta sendiri berasal dari bahasa india yaitu kustha. Sedangkan lepra atau kusta yang disebut dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini sangat tidak jelas, apabila dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang. 1 I.II. DEFINISI Kusta sinonimnya adalah Leprae/Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali sistem saraf pusat. 1 Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia yang menyerang jaringan superficial, terutama kulit dan saraf perifer. 2 Merupakan penyakit infeksi mikobakterium yang bersifat kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat manifestasi kulit. 3 I.III. ETIOLOGI Penyebabnya adalah Mycobacterium leprae merupakan agen kausal pada lepra. Kuman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familial Mycobacteriaceae atas dasar morfologik, 1

LAPKAS KUSTA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPKAS KUSTA

Citation preview

Page 1: LAPKAS KUSTA

BAB I

I.I. PENDAHULUAN

Kusta termasuk penyakit tertua yang dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata

kusta sendiri berasal dari bahasa india yaitu kustha. Sedangkan lepra atau kusta yang disebut

dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnya mencakup

beberapa penyakit kulit lainnya. Deskripsi mengenai penyakit ini sangat tidak jelas, apabila

dibandingkan dengan kusta yang kita kenal sekarang.1

I.II. DEFINISI

Kusta sinonimnya adalah Leprae/Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang

kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.

Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas,

kemudian dapat ke organ lain kecuali sistem saraf pusat.1

Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia yang

menyerang jaringan superficial, terutama kulit dan saraf perifer.2 Merupakan penyakit infeksi

mikobakterium yang bersifat kronik progresif, mula-mula menyerang saraf tepi, dan

kemudian terdapat manifestasi kulit.3

I.III. ETIOLOGI

Penyebabnya adalah Mycobacterium leprae merupakan agen kausal pada lepra.

Kuman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familial Mycobacteriaceae atas dasar

morfologik, biokimiawi, antigenik, dan kemiripan genetik dengan mikobakterium lainnya.2

I.IV. EPIDEMIOLOGI

Masalah epidemiologi belum terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti

berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antarkulit yang lama dan erat.

Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M.leprae masih dapat hidup beberapa hari

dalam droplet.1

Lepra dapat menyerang semua umur, walaupun kasus pada bayi yang berusia kurang

dari 1 tahun sangat jarang. Insidensi spesifik usia memuncak selama masa kanak-kanak pada

sebagian besar negara berkembang, sampai 20 persen kasus terjadi pada anak dibawah 10

1

Page 2: LAPKAS KUSTA

tahun tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada dewasa. Paling banyak terkena pada

kelompok sosial ekonomi rendah. Rasio jenis kelamin penyakit lepra yang tampak pada

dewasa adalah laki-laki lebih besar dibanding wanita. Sedangkan pada anak berbanding sama

rasionya.2

I.V. GEJALA KLINIS

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, diawali lesi

bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, kemudian membesar dan meluas.

Jika saraf sudah terkena, penderita menegeluh kesemutan dan baal (anesthesia) pada bagian

tertentu, ataupun kesukaran menggerakan anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan

sendi, rambut alispun dapat rontok.3

I.V. PEMBAGIAN/KLASIFIKASI

Zona Spektrum Kusta Menurut Macam Klasifikasi1

Klasifikasi Zona Spektrum

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

Puskesmas PB MB

Ket : TT (Tuberkuloid polar tipe stabil) BB (Mild borderline)

BT (Borderline tuberculoid) BL (Borderline lepramatous)

LL (Lepromatosa polar) I (Indeterminate)

Untuk kepentingan pengobatan pada tahun 1987 telah terjadi perubahan. Yang

dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan BTA negatif pada pemeriksaan kulit, yaitu

tipe I, TT, dan BT. Bila pada tipe tersebut BTA positif, maka akan dimasukan kedalam kusta

MB. Sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB, BL, dan LL atau apapun

klasifikasinya dengan BTA positif, harus diobati dengan rejimen MDT (multi drug

treatment)-MB.

2

Page 3: LAPKAS KUSTA

I.VI. PEMERIKSAAN KULIT

a. Lokalisasi3

Seluruh tubuh

b. Efloresensi dan sifat-sifatnya1

Berdasarkan klasifikasi WHO :

PB : Lesi kulit berupa makula datar, papul yang meninggi, nodus,

eritema/hipopigmentasi, distribusi tidak simetris, hilang sensasi yang

jelas, dan lesi berjumlah 1-5.

MB : Lesi kulit berupa makula datar, papula yang meninggi, nodus,

distribusi lebih simetris, dan jumlah lesi lebih dari 5.

Berdasarkan klasifikasi Ridley & Jopling 3 :

Tipe I : makula hipopigmentasi berbatas tegas, anestesi dan anhidrasi,

pemeriksaan bakteriologi (-), tes lepromin (+).

Tipe TT : makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas

tegas, anestesi, bagian tengah sembuh, bakteriologi (-), tes lepromin (+) kuat.

Tipe BT : makula eritematosa tak teratur, batas tak tegas, kering, mula-mula

ada tanda kontraktur, anestesi, pemeriksan bakteriologi (+/-), tes lepromin

positif/negatif (+/-).

Tipe BB : makula eritematosa, menonjol, bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi

satelit, penebalan saraf, kontraktur, pemeriksaan bakteriologi (+), tes lepromin

negatif (-).

Tipe BL : makula infiltrat merah mengkilat, tak teratur, batas tak tegas,

pembengkakan saraf, pemeriksaan bakteriologi (+) banyak basil, tes lepromin

negatif (-).

Tipe LL : infiltrat difus berupa nodul simetri, permukaan mengkilat, saraf

terasa sakit, anestesi, pemeriksaan bakteriologi (+) kuat, tes lepromin (-).

3

Page 4: LAPKAS KUSTA

I.VII. DIAGNOSIS BANDING

Beberapa hal penting dalam menetukan diagnosis banding lepra3 :

- ada makula hipopigmentasi

- ada beberapa daerah anestesi

- pemeriksaan bakteriologi memperlihatkan basil tahan asam

- ada pembengkakan/pergeseran saraf tepi atau cabang-cabangnya

a. Tipe I (Lesi yang berupa makula hipopigmentasi) : tinea versikolor, vitiligo,

pitiriasis rosea, dermatitis seborika.

b. Tipe TT (Lesi berupa makula eritematosa dengan pinggir mininggi) : tinea

korporis, psoriasis, lupus eritematosus tipe diskoid, pitiriasis rosea.

c. Tipe BT, BB, BL (Lesi berupa ilfiltrat tak berbatas tegas) : selulitis, erisepelas, atau

psoriasis.

d. Tipe LL (Lesi berupa nodula) : SLE, dermatomiositis, erupsi obat.

I.VIII. PENATALAKSANAAN

Untuk pengobatan kusta sendiri berdasarkan WHO itu menggunakan MDT (multi drug

treatment). Pengertian dari MDT sendiri pada saat ini ialah DDS sebagai obat dasar ditambah

dengan obat-obatan lain, seperti :

Kombinasi DDS (diamino difenyl sulfon) dan rifampisin.1,3

a. Tipe PB (I, TT, BT) : DDS 100 mg/hari dan rifampisin 600 mg setiap bulan.

Keduanya diberikan selama 6-9 bulan. Pemeriksaan bakteriologi dilakukan setelah 6

bulan pengobatan. Pengawasan dilakukan selama 2 tahun. Jika tidak ada aktivasi

secara klinis dan bakteriologi tetap negatif dinyatakan relief from control (RFC)

(bebas dari pengamatan).

b. Tipe MB (BB, MB, LL, dan semua tipe yang tes BTA positif) : kombinasi DDS,

rifampisin, dan lampren (klofazimin). DDS 100 mg/hari ; rifampisin 600 mg setiap

bulan ; dan lampren 300 mg setiap bulan, diteruskan dengan 50 mg setiap hari atau

4

Page 5: LAPKAS KUSTA

100 mg selang sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu. Pengobatan dilakukan 2-3

tahun. Pemeriksaan bakteriologi setiap 3 bulan. Sesudah 2-3 tahun bakteriologi tetap

negatif, pemberian obat dihentikan (release from treatment = RFT). Jika setelah

pengawasan tidak ada aktivitas klinis dan pemeriksaan bakteriologi selalu negatif,

maka dinyatakan bebas dari pengawasan (RFC).

Apabila sudah terjadi reaksi kusta seperti E.N.L (eritama nodusum leprosus), dan reversal

maka pengobatannya antra lain menggunakan :

Reaksi ENL dan reversal : tablet kortikosteroid (predinosn, metyprednisolon,dll)

biasanya 15-30 mg sehari, kadang bisa lebih tinggi. Perhatikan kontraindikasi penggunaan

obat ini, maka dapat diberikan analgetik-antipiretik (paracetamol, ibuprofen) atau obat

sedativa atau obat yang mencegah iritasi lambung (ranitidin). Untuk reaksi reversal

pemberian kortikosteroid harus disertai neuritis.1

I.IX. PROGNOSIS

Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih

singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,

prognosis menjadi kurang baik.3

Gambar Penderita Kusta/Lepra/Morbus Hansen

5

Page 6: LAPKAS KUSTA

BAB II

KASUS

II.I. IDENTITAS

No. Rekam Medis : 075545

Nama : Tn. RT

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Batu Aji, Puskopkar

Agama : Kristen

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Juru Kemudi Kapal Laut/Swasta

II.II. ANAMNESIS

Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Desember 2013 pada pukul

11.00 WIB.

Keluhan Utama :

Bercak-bercak merah di seluruh badan (dada, punggung, perut, leher, kedua kaki,

kedua tangan. dan muka).

Keluhan Tambahan :

Baal/mati rasa di sebagian lesi, kesemutan, demam yang hilang timbul sejak 1 bulan

terakhir, dan ada bekas luka bakar yang sudah mengering (krusta) di pergelangan tangan

kanan.

6

Page 7: LAPKAS KUSTA

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pasien mengalami perubahan pada warna kulit berupa bercak-bercak kemerahan tidak

teratur selama kurang lebih 2 bulan, awalnya perubahan warna dari putih kecil sebesar koin

menjadi merah, timbul di daerah dada kemudian menjalar ke hampir seluruh bagian tubuh

lain, yaitu punggung, perut, kedua tangan, kedua kaki, dan yang terakhir di daerah muka dan

leher. Bercak kemerahan disertai adanya sisik-sisik halus.

Riwayat Alergi : riwayat alergi disangkal pasien.

Riwayat Pengobatan : ada pemakaian obat penurun panas.

Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat penyakit serupa disangkal.

Riwayat Terdahulu : riwayat penyakit serupa disangkal.

II.III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital :

TD : tidak dilakukan

Nadi : tidak dilakukan

RR : tidak dilakukan

Suhu : tidak dilakukan

Keadaan Spesifik :

Kepala : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thoraks : dalam batas normal

7

Page 8: LAPKAS KUSTA

Abdomen : dalam batas normal

Genitalia : dalam batas normal

Ekstremitas : deformitas jari-jari tangan kiri

Status dermatologis

Lokalisasi : thorax, truncus dorsum, abdomen, extremitas inferior,

extremitas superior, collum/regio cervicalis, facialis.

Ruam/Efloresensi : makula eritematous numular sampai plak, makula

hipopigmentasi, berbatas tegas dengan tepi aktif,

polisiklik sampai dengan bentuk tidak teratur,

permukaan kering, terdapat gambaran bagian tengah

sembuh pada beberapa lesi, skuama halus, dan

universal.

II.IV. DIAGNOSIS BANDING

- Kusta (Morbus hansen) tipe PB atau tipe MB

- Pitiriasis Rosea

- Tinea Korporis

- Psoriasis

II.V. DIAGNOSIS SEMENTARA

- Kusta/Morbus Hansen (tipe MB)

II.VI. TES-TES YANG DILAKUKAN

- Tidak dilakukan

II.VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan bakteriologi (BTA) dengan hasil positif (+) didapatkan basil tahan

asam pada kerokan kulit tengkuk leher yang berjumlah 6 bakteri tahan asam dalam

100 lapang pandang.

8

Page 9: LAPKAS KUSTA

II.VIII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan berdasarkan etiologi, simptomatis dan status dermatologis pasien 5 :

- DDS 100 mg/hari ; rifampisin 600 mg setiap bulan ; dan lampren (klofazimin) 300

mg setiap bulan, diteruskan dengan 50 mg setiap hari atau 100 mg selang

sehari, atau 3 x 100 mg setiap minggu. Pengobatan dilakukan 2-3 tahun

- Ibuprofen Tab 2 kali sehari

- Carmed lotion dipakai setelah mandi seluruh badan

- Metylprednisolon 2 kali sehari

- Ranitidin 2 kali sehari

- Gentamicin krim 2% 2-3 kali sehari pada luka bakar

II.IX. PROGNOSIS

Prognosis untuk vitam umumnya bonam, namun dubia ad malam pada fungsi

ekstremitas, karena dapat terjadi deformitas, atropi atau mutilasi, demikian pula untuk

kejadian berulang.4

9

Page 10: LAPKAS KUSTA

BAB III

DISKUSI

Tn.RT, laki-laki berusia 26 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Embung

Fatimah dengan keluhan adanya bercak kemerahan pada seluruh tubuh sejak 2 bulan lalu,

awal mula timbul di bagian dada dan kemudian menjalar ke bagian tubuh lain seperti di

daerah punggung, perut, kaki, tangan, leher dan muka. Bercak merah awalnya kecil lalu

melebar dan menjalar. Pasien juga mengeluh kadang terasa baal dan kesemutan. Pada daerah

bercak tidak terasa gatal walaupun saat sedang berkeringat sekalipun dan menyangkal adanya

panas dan nyeri. Pasien juga mengeluh demam yang hilang timbul sejak 1 bulan lalu. Pasien

pernah mengkonsumsi obat penurun demam dan tidak pernah memberi salep atau sejenisnya

pada daerah bercak. Didapatkan deformitas pada jari-jari tangan kiri pasien. Riwayat

keluarga disangkal dan tidak ada penyakit penyerta lainnya. Gambaran efloresensinya adalah

makula eritematosa numular sampai plak, ada juga makula hipopigmentasi, berbatas tegas

dengan tepi lebih aktif, polisiklik sampai dengan bentuk tidak teratur, permukaan kering,

terdapat gambaran bagian tengah sembuh pada beberapa lesi, skuama halus yang sedikit, dan

universal. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa tes bakteriologi (BTA)

didapatkan hasil (+) yaitu adanya kuman basil tahan asam.

Pada anamnesis didapatkan gejala kemerahan berupa makula eritematosa numular

sampai plak, ada juga makula hipopigmentasi, berbatas tegas dengan tepi aktif, polisiklik

sampai dengan bentuk tidak teratur, permukaan kering, terdapat gambaran bagian tengah

sembuh pada beberapa lesi, skuama halus yang sedikit, universal dan adanya rasa baal/mati

rasa serta kesemutan hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dari Morbus hansen atau Kusta.1,3

Menurut kepustakaan bahwa pada pemeriksaan bakteriologi (BTA) apabila

didapatkan hasil positif (+) ditemukan kuman basil tahan asam pada kerokan kulit penderita

maka hal tersebut diklasifikasikan kedalam kusta tipe MB (Multi Basiler) tanpa memandang

klasifikasi lain dari kusta itu sendiri.1

Diagnosis banding dari kusta adalah pitiriasis rosea, tinea korporis, dan psoriasis.

Pada pitiriasis rosea gambaran klinisnya memang mirip dengan kusta karena terdapat makula

eritematosa. Perbedaannya dengan kusta terdapat pada bagian tepi lesi yaitu pada kusta tepi

lesi/pinggir lesi meninggi sedangkan pada pitiriasis rosea tidak. Penyebab dari kusta sendiri

adalah baketri basil tahan asam sedangkan pitiriasis rosea sendiri belum diketahui secara

10

Page 11: LAPKAS KUSTA

pasti.3 Pada tinea korporis gambaran lesinya memang mirip yaitu adanya makula, tetapi yang

menjadi perbedaanya adalah warna dari makulanya pada tinea korporis lebih

hiperpigmentasi, dan pada pemeriksaan KOH dijumpai hifa. Sedangkan pada kusta tidak

hiperpigmentasi dan pemeriksaan KOH tidak dijumpai hifa.1,3 Dan pada psoriasis yang

menjadi perbedaan lebih khasnya adalah pada skuama. Skuama yang sangat tebal dan

berlapis-lapis pada psoriasis menjadi ciri khas tersendiri sedangkan pada kusta kadang

ditemukan skuama tetapi tidak tebal melainkan halus bahkan tidak ditemukan skuama sama

sekali.3

Pengobatan yang diberikan selain pengobatan kusta yang MDT (multi drug treatment)

harus juga diberikan berdasarkan simptomatis dan status dermatologis pasien. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan bahwa dengan pemberian ibuprofen tablet 2 x 1 sebagai antipiretik dan

analgetik, carmed lotion sebagai pelembab untuk kulit kering, metylprednisolon 2 x 1 untuk

reaksi kusta, dan ranitidin tablet 2 x 1 untuk mencegah dan mengurangi iritasi lambung efek

dari mengkonsumsi obat-obatan seperti kortikosteroid dan obat kusta yang harus diminum

dalam jangka panjang. 1,3

Daftar Pustaka

1. Djuanda Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. 2006. Jakarta :FKUI.

2. Isselbacher, Braunwald, Wilson, dkk. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison.

Edisi 13. Volume 3. 1999. Jakarta : EGC.

3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Edisi 2. 2005. Jakarta : EGC.

11

Page 12: LAPKAS KUSTA

4. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Difasilitas Pelayana Kesehatan Primer. 23

desember 2013.

12