36
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO I KEJADIAN LUAR BIASA, DBD DI CIAMIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK A5 Clarissa Rayna S.P (G0010045) Paramita Stella (G0010149) Elga Puri Indanarta (G0010069) Rachma Dinar Okfiani (G0010157) Fernando Feliz C. (G0010079) Siska Dewi Agustina (G0010179) M. Rama Anshorie (G0010117) Yohanes Purbanta S. (G0010199) Mifta Wiraswesti (G0010125) Yusuf Budi Hermawan (G0010203)

LAPORAN 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN 1

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKENARIO I

KEJADIAN LUAR BIASA, DBD DI CIAMIS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK A5

Clarissa Rayna S.P (G0010045) Paramita Stella (G0010149)

Elga Puri Indanarta (G0010069) Rachma Dinar Okfiani (G0010157)

Fernando Feliz C. (G0010079) Siska Dewi Agustina (G0010179)

M. Rama Anshorie (G0010117) Yohanes Purbanta S. (G0010199)

Mifta Wiraswesti (G0010125) Yusuf Budi Hermawan (G0010203)

Tutor :

Dr. Risya Cilmiati A R, drg, M.Si, Sp.KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

Page 2: LAPORAN 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokter sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer akan menjalankan

perannya dengan landasan kedokteran klinis dan kedokteran komunitas, sehingga

tidak hanya mampu melakukan upaya kuratif pada pasien individu namun juga

mampu melakukan upaya komprehensif yaitu preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif pada individu sakit, individu sehat serta anggota komunitas. Penyakit dan

masalah di bidang kesehatan yang terjadi di masyarakat apalagi yang memiliki angka

kejadian tinggi di populasi menjadi perhatian untuk dikelola dengan sistem managerial

yang terintegrasi dan kerjasama dokter, tenaga kesehatan profesional dan komunitas.

Berikut kasus yang menjadi bahan diskusi tutorial kali ini:

Kejadian Luar Biasa, DBD di Ciamis

Minggu 19 Mei 2013 | 04.59 WIB

CIAMIS, KOMPAS.com- Dalam lima bulan terakhir sepanjang 2013, kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ciamis, Jawa Barat, meningkat tajam. Menurut

catatan Dinas Kesehatan Ciamis, dalam rentang waktu tersebut 141 orang dirawat

akibat DBD. Dari ratusan yang terkena DBD dua orang meninggal dunia. Dua orang

penderita yang meninggal akibat DBD adalah atas nama Rika (7) dan Agus Ikin (45).

Rika warga Desa/Dusun Sindangjaya RT 9/03, Kacamatan Banjarsari yang meninggal

di RSU kota Banjar pada Januari lalu. Sedangkan Agung, warga Kawali, meninggal di

RSHS Bandung. Menurut Kabid Pengendaliaan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL) Dinkes Ciamis, H Yoyo, banyaknya kasus DBD selama Januari hingga Mei

sudah termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kasi P4B Dinkes Ciamis Osep Hernandi mengatakan kasus DBD yang terjadi

selama lima bulan terakhir sudah melampaui jumlah kasus sepanjang 2012.

“Sepanjang 2012 hanya terjadi 138 kasus dengan 3 penderita meninggal dunia.

Sedangkan pada tahun 2013 yang baru memasuki bulan kelima, sudah terjadi 141

kasus dengan korban meninggal sudah dua orang. Kondisi ini sudah termasuk kategori

KLB,” ujar Osep.

Page 3: LAPORAN 1

Serangan DBD terbanyak, kata Osep, terjadi di Ciamis (27 kasus) dan Banjarsari

(13 kasus). Lalu Cisaga, Pangandaran dan Baregbeg (7 kasus). “Kasus DBD ini terjadi

dan hampir menyebar di 36 kecamatan di Ciamis,” kata Yoyo dan Oded.

Meningkat tajamnya kasus DBD di Ciamis selama 2013, kataOsep, lantaran cuaca

yang tidak menentu, hujan masih sering turun diselingi panas terik. Osep mengatakan

kondisi seperti itu memicu perkembangbiakan nyamuk aedes aegipty, penular DBD.

“Kondisi pancaroba ini diperkirakan akan berlangsung sampai Juli,” ujarnya.

Sementara itu penyakit Cikhungunya yang sempat menyerang 20 warga di

lingkungan Blok Aren di Jalan Stasiun Ciamis, mulai reda. “Tidak ada penambahan

kasus. Kasus Cikhungunya di Blok Aren mulai reda,” ujar Osep.

Menurut Osep Dinas Kesehatan sudah menurunkan petugas ke lokasi untuk

melakukan penyuluhan dan pendataan warga yang terjangkit Cikhungunya. “Fogging

belum dilakukan, langkah utama yang dianjurkan adalah pemberantasan sarang

nyamuk,” ujarnya.

Sumber : Tribunnews

Editor : Palupi Annisa Auliani

(http://regional.kompas.com/read/2013/05/19/04590153/

Kejadian.Luar.Biasa.DBD.di.Ciamis)

B. Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan wabah dan KLB?

2. Bagaimana kriteria untuk menentukan KLB?

3. Bagaimana langkah penyelidikan KLB?

4. Bagaimana pengelolaan setelah tegak status KLB ?

5. Bagaimana alur epidemiologi KLB DBD ?

6. Bagaimana pencegahan terhadap kejadian KLB?

C. Tujuan penulisan

1. Mampu membedakan kejadian wabah dan KLB

2. Mampu menjelaskan konsep terjadinya penyakit dan faktor-faktor risiko dalam

lingkungan dalam mendukung terjadinya penyakit.

Page 4: LAPORAN 1

3. Mampu menjelaskan pengaruh behaviour dalam keberhasilan penanggulangan

penyakit.

4. Mampu menjelaskan dan melakukan upaya penyelidikan dan penanggulangan

wabah.

5. Mampu menjelaskan metode pencegahan kejadian KLB

6. Memenuhi tugas kelompok tutorial Laporan Diskusi Tutorial skenario 1 Blok

Kedokteran Komunitas.

D. Manfaat penulisan

Penulisan laporan ini diharapkan dapat sebagai sarana pembelajaran mahasiswa

dalam rangka mempelajari dan memahami ilmu kedokteran komunitas.

Page 5: LAPORAN 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perbedaan wabah dan KLB

1. Wabah

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim

pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Menurut UU

RI  no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular)

Menurut DEPKES wabah adl suatu penigkatan kejadian kesakitan atau kematian yg

telah meluas secara cepat baik dalam jlh kasus maupun daerah terjangkit (depkes

dirjen P2M dan PLP, 1981).

Benenson (1985) wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit  tertentu pada

penduduk satu daerah, yang nyat-nyata melebihi jumlah yang biasa

Last (2001) wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa

penderita penyakit, peril;aku yang brehubungan dengankesehatan, atau kejadian lain

yg berhubungan dengan kesehatan, yg jum;lahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

Menurut UU no 6 tahun 1962 tentang wabah. Wabah adalah penjalaran suatu penyakit

dg cepat di suatu daerah tertentu, sehingga dalam waktu singkat jumlah penderita

menjadi banyak, yg harus dibatasi dg isolasi si penderita dari orang-orang lain

disekitarnya.

Permenkes no 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan sistem kewaspadan

dini KLB. Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakitmenular dalam masyarakat yg

jumlah penderitanya menigkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yg lazim pd

waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. 

Wabah : adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat

baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan

malapetaka.

2. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah  timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian

dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara

epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu

Page 6: LAPORAN 1

Outbreak, biasa disebut juga sebagai wabah ataupun kejadian luar biasa atau

epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) / outbreak / wabah / epidemik adalah salah satu

status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya

suatu wabah penyakit.

Kriteria KLB

Dalam buku Umar, Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular yang ditulis oleh

Prof. Dr. Umar, suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode

sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau

lebih bila dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih dibandingkan dengan angka rata2 per bulan dalam tahun sebelumnya.

f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan

50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.

g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan

kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun

waktu/tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus

neonatorum.

i. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

j. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu

sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

k.  Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan

makanan dan keracunan pestisida.

Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah

meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang

(pengendalian), dengan tujuan khusus :

a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

Page 7: LAPORAN 1

b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB

c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi

KLB

Tergolong Kejadian luar biasa, jika ada unsur :

a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

b. Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut

menurut penyakitnya (jam, hari, minggu).

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan

dengan periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun

sebelumnya.

Jadi perbedaan antara outbreak, KLB, dan wabah adalah adalah lingkup dari

luasnya peningkatan suatu kejadian penyakit dimana outbreak lingkupnya lebih kecil dari

KLB dan KLB lebih kecil dari Wabah. Yang berhak menyatakan wabah adalah Menkes,

KLB dapat dinyatakan oleh pemerintah daerah setempat sedangkan outbreak jika ada

peningkatan kasus dua kali lebih besar dalam tiga kurun waktu.

B. Langkah Penyelidikan KLB

Setelah ditemukan kejadian KLB, maka seharusnya pelayanan kesehatan melakukan

penyelidikan terhadap temuan kasus. Metode penyelidikan yang digunakan umumnya

sama untuk daerah-daerah di Indonesia. Menurut Duffy ME dan Jacobsen BS (2001),

Penyelidikan Epidemiologi KLB dibagi menjadi beberapa langkah yaitu:

Langkah 1. Persiapan investigasi di Lapangan

1. Investigasi : pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat

2. Administrasi : prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan, uang tunai,

dan keperluan pribadi lainnya.

3. Konsultasi : peran masing-masing petugas yang turun kelapangan, tentukan

langkah-langkah yang harus dilakukan.

Langkah 2. Menentukan dan memastikan adanya wabah

1. Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan

Page 8: LAPORAN 1

2. Pembuktian adanya wabah

Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang

diharapkan membandingkan jumlah saat ini dengan jumlah beberapa minggu atau

bulan atau periode waktu yang sama pada tahun sebelumnya.

Langkah   3. Memastikan Diagnosis

1. Memastikan bahwa masalah telah benar diadiagnosis dengan bebar, dan sesuai

dengan yang dilaporkan

2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan

peningkatan kasus yang dilaporkan.

Langkah 4. Tentukan dan Identifikasi Kasus (membuat definisi kasus dan

menemukan dan menghitung kasus)

1. Informasi klinis tentang penyakit

2. Karakteristik tentang orang yang rentan

3. Informasi mengenai lokasi atau tempat

4. Spesifikasi waktu selama wabah yang terjadi

Penyelidikan kasus didefinisikan dalam tiga kelas sebagai berikut :

1. Kasus pasti (confirmed), harus di sertakan dengan pemeriksaan laboratorium

dengan hasil +

2. Kasus mungkin (Probable), harus memenuhi semua cirri klinis penyakit tanpa

pemeriksaan laboratorium

3. Kasus meragukan (Possible), biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis

saja.

Sumber informasi :

1. Catatan surveilans

2. Catatan keluar RS, statistic kematian, register, dll.

3. Data wilayah di dekatnya atau data rasional.

4. Survey

Langkah 5. Melakukan Epidemiologi Deskriptif

1. Gambaran Perjalanan wabah berdasarkan waktu (Kurva epidemik, Perjalanan

Wabah, Mencari Periode Pemaparan

2. Gambaran Kejadian wabah berdasarkan orang

3. Gambaran Kejadian wabah berdasarkan tempat

Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)

Page 9: LAPORAN 1

Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu bertujuan untuk melihat

secara kronologis waktu timbulnya kejadian penyakit dalam hari, minggu,

bulan, jam (pada kasus-kasus tertentu), memperkirakan waktu penyebaran

dan cara-cara penyebaran. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waktu

disajikan dalam bentuk kurve epidemik.

Ciri-ciri kurva epidemik:

1)   Berbentuk histogram

2)   Dapat digunakan untuk memperkirakan cara penularan penyakit

3)   Dapat memperkirakan masa inkubasi suatu penyakit

4)   Informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama pada masing-masing kasus

5)   Untuk masa inkubasi yang pendek (dapat dilihat dari jam timbulnya gejala)

6)   Pilih skala untuk aksis-X

7)   Masa pra wabah

Berdasarkan sifatnya maka KLB / wabah dapat dibagi dalam dua bentuk utama yaitu

1. Common Source

Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang

dalam suatu kelompok menyeluruh dan terjadinya dalam wakturelatif singkat (sangat

mendadak).

Common source sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Point Source Epidemik (kurva epidemik dengan satu puncak) yaitu wabah yang

terjadi akibat pemaparan dalam waktu yang singkat dengan sumber penularan

tunggal.Contohnya kejadian keracunan dan polusi.

b. Intermittent Common Source Epidemik (kurva epidemik denggan beberapa

puncak ) yaitu wabah yang terjadi akibat pemaparan. Contohnya kejadian diare

dan disentri.

2. Propagated atau Progressive Epidemik

Adalah suatu bentuk epidemik yang terjadi karena penularan dari orang ke orang

baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui udara, makanan maupun vector.

Biasanya kejadian epidemik seperti ini relative lebih lama waktunya sesuai dengan sifat

penyakit serta lamanya masa intubasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh kepadatan dan

penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Gambaran

kejadian wabah berdasarkan tempat kejadian bertujuan untuk menunjukkan distribusi

Page 10: LAPORAN 1

kejadian penyakit menurut daerah geografis atau tempat sehingga nantinya dapat

ditentukan kemaparan terhadap sumber penyakit atau penyebab terjadinya kejadian dan

cara penyebarannya. Data yang dikumpulkan tergantung dari jenis penyakitnya yaitu

dapat berupa karakteristik geografis, keadaan sanitasi lingkungan, sumber air bersih,

kebiasaan tertentu, dsb. Tergantung dari jenis penyakitnya.

Langkah 6. Kembangkan Hipotesis

1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:

Apa reservoir utama agen penyakitnya?

Bagaimana cara penularannya?

Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?

Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

1. Wawancara dengan beberapa penderita

2. mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan.

3. Kunjungan rumah penderita

4. Wawancara dengan petugas kesehatan  setempat

5. Epidemiologi diskriptif

Langkah 7. Menilai Hipotesis

1. Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau

2. Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan

menyelidiki peran kebetulan.

Langkah 8. Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan

Penelitian Epidemiologi

epidemiologi analitik

Penelitian Laboratorium dan Lingkungan

Pemeriksaan serum

Pemeriksaan tempat pembuangan tinja

Langkah 9. Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan

1. Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin

2. Upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah

diketahui

3. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah

dalam penularan penyakit.

Page 11: LAPORAN 1

4. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau

reservoirnya.

Langkah 10. Menyampaikan Hasil Penyelidikan

Langkah 11. Menindakanjuti Rekomendasi.

C. Penanggulangan KLB di Indonesia

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan meliputi :

a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk:

Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah

Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah

Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah

Menentukan cara penanggulangan

Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti :

Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk

Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis

Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan

benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab

penyakit wabah

b. Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk

Tindakan Karantina, dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat

lain yang ditentukan. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk

Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah

agar mereka tidak menjadi sumber penularan

Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung

penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit

(carrier)

c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai

risiko terkena penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang

bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-

orang yang belum sakit tetapi mempunyai resiko untuk terkena penyakit.

d. Pemusnahan Penyebab Penyakit, dilakukan terhadap :

Page 12: LAPORAN 1

Bibit penyakit/kuman

hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab

penyakit.

Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau

tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.

e. Penanganan Jenazah Akibat KLB, dilakukan denganmemperhatikan norma

agama atau kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terhadap jenazah akibat penyakit KLB, perlu penanganan secara khusus menurut

jenis penyakitnya yang meliputi :

Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;

Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang

digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan

f. Penyuluhan kepada Masyarakat mengenai upaya penanggulangan KLB

dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain,

lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.

Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai

media komunikasi, massa baik pemerintah maupun swasta. Setiap orang berperan

serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah, peran serta tersebut dapat

dilakukan dengan :

Memberikan informasi adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah

Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah

Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah

Kegiatan lainnya

g. Upaya Penanggulangan Lainnya, yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masing-

masing penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, misalnya

penutupan daerah tertentu yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/Daerah atas

permintaan Menteri.

Penanggulangan KLB dilakukan tidak perlu menunggu ditetapkannya suatu

wilayah menjadi Daerah KLB, begitu ada gejala atau tanda terjangkitnya suatu penyakit

KLB segera dilaksanakan upaya penanggulangan seperlunya.

Tindakan yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan seperlunya adalah

sama dengan upaya penanggulangan KLB pada umumnya dan bilamana perlu untuk

penanggulangan seperlunya dapat dibentuk Tim Gerak Cepat. Masalah KLB dan

Page 13: LAPORAN 1

penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan

nasional yang berkaitan dengan sektor non kesehatan.

D. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa oleh WHO

Secara general, WHO sudah mengeluarkan beberapa langkah penanggulangan KLB yang

dapat digunakan sebagai acuan penyelidikan dan penanggulangan KLB di seluruh

dunia. Langkah-langkah tersebut yaitu :

1. Preparedness

Dalam setiap situasi darurat, lembaga utama untuk kesehatan bertanggung jawab

untuk persiapan untuk dan respon terhadap peningkatan yang tajam dalam jumlah kasus

penyakit.

Health coordination meetings.

Surveillance system : laporan mingguan kepada Departemen Kesehatan dan

WHO (selama terjadi outbreak kemungkinan laporan harian daripada mingguan)

Rencana respon outbreak pada setiap penyakit : sources, skills and activities yang

dibutuhkan

Persediaan : alat untuk sampling laboratorium, antimikroba yang sesuai, cairan iv,

vaksin

Rencana untuk bangsal isolasi di rumah sakit

Laboratorium support

Ada sejumlah penyakit dengan potensi epidemi yang menimbulkan besar

ancaman bagi kesehatan penduduk, penyakit tersebut adalah Kolera, Meningoccocal

disease, Measles, Shigellosis

Pada beberapa daerah, penyakit yang mempunyai potensi epidemi adalah :

Malaria, Louse-borne typhus, Yellow fever, Trypanosomiasis, Visceral or

cutaneous leishmaniasis, Viral haemorrhagic fevers, Relapsing fever, Typhoid,

Hepatitis A dan E

2. Detection

Page 14: LAPORAN 1

Untuk memastikan deteksi dini KLB dalam situasi darurat, sebuah dasar sistem

surveilans dengan mekanisme peringatan dini yang disepakati oleh semua operasional

lembaga sangat penting. Pelaporan bentuk, definisi kasus dan pelaporan mekanisme

harus dikembangkan oleh badan kesehatan utama pada awal situasi darurat dan

konsensus dicapai dengan semua instansi.

Pekerja klinik di tingkat perawatan primer dan sekunder adalah komponen kunci

dari awal sistem peringatan. Mereka harus dilatih untuk melaporkan segera setiap kasus

yang dicurigai penyakit dengan potensi epidemi ke koordinator kesehatan.

Untuk memastikan deteksi cepat KLB dalam situasi darurat, maka perlu:

untuk mendirikan sebuah sistem peringatan dini dalam sistem surveilans,

dengan pelaporan penyakit dengan potensi epidemi;

untuk melatih pekerja klinis untuk mengenali penyakit prioritas / sindrom;

untuk melatih pekerja klinis untuk melaporkan kasus penyakit prioritas /

sindrom segera ke koordinator kesehatan;

untuk koordinator kesehatan untuk melaporkan kepada badan kesehatan yang

memimpin;

untuk mengatur pengawasan selama periode berisiko tinggi dan dalam daerah

yang mempunyai resiko tinggi

Sistem surveilans idealnya akan mendeteksi KLB pada tahap awal. Setelah KLB

terjadi, investigasi akan diperlukan untuk:

mengkonfirmasi KLB,

mengidentifikasi semua kasus dan kontak,

Page 15: LAPORAN 1

mendeteksi pola penyebaran epidemi,

estimasi potensi untuk menyebar lebih lanjut,

menentukan apakah langkah-langkah kontrol bekerja secara efektif

Ambang batas waspada digunakan untuk: (a) peringatan dini dan meluncurkan

penyelidikan pada awal KLB (b) memeriksa epidemic preparedness (c) memulai

kampanye vaksinasi jika ada KLB di negara tetangga (d) memprioritaskan daerah untuk

kampanye vaksinasi dalam outbreak. Ambang epidemi digunakan untuk mengkonfirmasi

munculnya KLB untuk meningkatkan langkah-langkah kontrol, seperti vaksinasi massal,

manajemen kasus yang sesuai, mendistribusikan pengobatan ke layanan-layanan

kesehatan, melakukan perawatan sesuai dengan epidemic protocol, menginformasikan

kepada public.

OCT (Outbreak Control Team):

a health coordinator

a clinical worker

a laboratory technician

a water/sanitation specialist

a vector control specialist

a representative of the local health authority

health educators

community leaders

3. Confirmation

Page 16: LAPORAN 1

4. Response

a. Investigasi

Tentukan definisi kasus KLB.

Hitung jumlah kasus dan menentukan ukuran populasi (untuk menghitung

attack rate).

Mengumpulkan / menganalisa data deskriptif untuk tanggal (misalnya

waktu / tanggal onset, tempat / lokasi kasus dan individu karakteristik

seperti umur / seks)

Tentukan populasi berisiko

Merumuskan hipotesis untuk patogen / source / transmisi.

Menindaklanjuti kasus dan kontak

Melakukan penyelidikan lebih lanjut / studi epidemiologi (misalnya untuk

memperjelas modus transmisi, carrier, dosis yang dibutuhkan, definisi yang

lebih baik dari faktor risiko untuk penyakit dan pada kelompok berisiko

Menulis sebuah laporan investigasi (investigasi hasil dan rekomendasi

untuk tindakan)

b. Kontrol

Melaksanakan pengendalian dan tindakan pencegahan khusus untuk

penyakit

Mencegah paparan (isolasi misalnya kasus KLB kolera)

Mencegah infeksi (misalnya vaksinasi KLB campak)

Mencegah penyakit (high risk group diberikan chemoprophylaxis)

Mencegah kematian

Page 17: LAPORAN 1

Perlakukan kasus dengan pengobatan yang dianjurkan seperti dalam

pedoman WHO / nasional

OCT harus:

Bertemu setiap hari untuk update perkembangan KLB

meninjau sumber daya manusia, logistik dan keuangan yang tersedia untuk

mengelola KLB

mengawasi investigasi kasus yang dilaporkan untuk mengetahui patogen,

sumber infeksi dan transmisi

memastikan bahwa para pekerja klinis melaporkan kasus-kasus yang diduga

tim dengan segera

memastikan bahwa para pekerja menggunakan standard treatment protocols

memastikan bahwa kasus-kasus diukur oleh waktu dan tempat

menghasilkan peta spot dan kurva epidemi

mengawasi pelaksanaan tindakan pengendalian

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk response outbreak adalah

5. Evaluation

Page 18: LAPORAN 1

Setelah sebuah KLB, tim pengendalian KLB harus melakukan evaluasi secara

menyeluruh, sebagai berikut :

penyebab KLB

surveilans dan deteksi KLB

kesiapan untuk KLB

manajemen KLB

kontrol tindakan

Isu-isu spesifik yang harus dievaluasi meliputi:

ketepatan waktu deteksi dan respon

efektivitas

biaya

kesempatan yang hilang

kebijakan yang baru / direvisi

Temuan dari evaluasi ini harus didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis

berisi rekomendasi yang jelas tentang:

karakteristik epidemiologi epidemi

surveilans

kesiapan

tindakan pengendalian dilakukan

E. Pencegahan KLB

Upaya penanggulangan wabah meliputi:

a. Penyelidikan epidemiologis;

Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah

Page 19: LAPORAN 1

Menentukan factor penyebab timbulnya wabah

Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah

Menentukan cara penanggulangan wabah

Kegiatan :

Mengumpulkan data morbiditas dan mortalitas penduduk

Pemeriksaanklinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis

Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan, terhadap makhluk hidup dan

benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab

penyakit wabah

b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan

karantina, tujuannya adalah :

Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah

agar mereka tidak menjadi sumber penularan

Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung

penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit

(carrier)

c. Pencegahan dan pengebalan; tindakan-tindakan yang dilakukan untuk member

perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko

terkena penyakit.

d. Pemusnahan penyebab penyakit, terutama pemusnahan terhadap bibit

penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang mengandung

bibit penyakit.

e. Penanganan jenazah akibat wabah; penanganan jenazah yang kematiannya

disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang

merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan

secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama

serta harkatnya sebagai manusia. Penanganan secara khusus itu meliputi

pemeriksaan jenazah oleh petugas kesehatan dan perlakuan terhadap jenazah

serta sterelisisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan

jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

f. Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat

persuasive edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar

mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari

Page 20: LAPORAN 1

penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain.

Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan aktif dalam

menanggulangi wabah.

PEMBAHASAN

Pada skenario ini, didapatkan data pada lima bulan terakhir sepanjang 2013, 141

orang dirawat akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ciamis, Jawa Barat.

Selain itu, dari ratusan orang yang terkena DBD, dua orang diantaranya meninggal dunia.

Adapun kriteria suatu penyakit disebut sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) antara lain:

a. Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya tidak ada/tidak

diketahui.

b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dst)

c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan

periode sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan,tahun).

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih bila dibandingkan dgn angka rata-rata per bulan dalam tahun

sebelumnya.

e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali

lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata2 per bulan dalam tahun

sebelumnya.

f. Case fatality rate dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu

menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya.

g. Proporsional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan

kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun

waktu/tahun sebelumnya.

h. Beberapa penyakit khusus :kholera,DHF/DSS, SARS, avian flu, tetanus

neonatorum.

i. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

j. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4minggu

sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang

bersangkutan.

Page 21: LAPORAN 1

k. Beberapa penyakit yang dialami 1 (satu) atau lebih penderita : keracunan

makanan dan keracunan pestisida.

Kejadian luar biasa terjadi akibat adanya trias epidemiologi yang tidak seimbang.

Trias epidemiologi terdiri atas agent, host dan lingkungan. Perubahan keseimbangan itu

terjadi karena kenaikan jumlah atau virulensi agent, adanya agent baru yang sebelumnya

tidak ada, keadaan yang mempermudah penularan penyakit dan perubahan imunitas

penduduk terhadap agent yang pathogen, lingkungan dan kebiasaan penduduk.

a. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai penyelidikan KLB

antara lain:

b. Persiapan penelitian lapangan yang mencakup lokasi, gambaran penyakit,

keadaan geografis dan transportasi, pembuatan rencana kerja dan perizinan

terhadap pejabat setempat.

c. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB (dilihat dari kriteria KLB)

d. Memastikan diagnosis etiologis

e. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan

f. Mendeskripsikan kasus berdasarkan populasi, waktu dan tempat

g. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera

h. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran

i. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB

j. Merencanakan penelitian lain yang sistematis

k. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan

l. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi

m. Melaporkan hasil penyelidikan ke instansi kesehatan setempat dan sistem

pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Dalam menanggulangi kejadian luar biasa, tidak perlu menunggu suatu daerah

diputuskan menjadi daerah KLB. Jika ada satu gejala yang mengarah kepada KLB,

sebaiknya segera diberikan penanggulangan sepenuhnya. Langkah-langkah

penanggulangan KLB antara lain dengan penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan,

pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, pencegahan dan pengebalan untuk

masyarakat yang mempunyai risiko terkena penyakit, pemusnahan penyebab penyakit,

penanganan jenazah akibat KLB, penyuluhan kepada masyarakat dan lain-lain.

Program penanggulangan KLB adalah adalah suatu proses manajemen yang

bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pokok program

Page 22: LAPORAN 1

penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman KLB secara nasional, propinsi dan

kabupaten/kota; upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan

kondisi rentan KLB; penyelenggaraan SKD-KLB, kesiapsiagaan menghadapi

kemungkinan adanya KLB dan tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang

cepat dan tepat.

Menurut Marguerite (2009), demam dengue adalah demam akut yang disertai

sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam

kulit, yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue (DBD)/dengue

hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan

manifestasi perdarahan.

Demam dengue dan DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini memiliki 4

serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Dengue adalah penyakit yang terdapat

di seluruh dunia, dan sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini paling

sering terjadi di Asia Tenggara, tetapi menjadi lebih sering terjadi di Amerika Tengah

dan Amerika Selatan. Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk, yaitu

nyamuk Aedes aegypti (Marguerite, 2009).

Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan

manusia, seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang

menampung air hujan. Nyamuk ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam

rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat air bersih tergenang.

Pencegahan dilakukan dengan langkah 3M :

1. menguras bak air

2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak

nyamuk

3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air

Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang

membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan

nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa

waktu tertentu (Depkes RI, 2003)

Di tempat yang sudah terjangkit DBD dilakukan penyemprotan insektisida

secara fogging. Tapi efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis

insektisida yang dipakai. Selain itu, partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam

Page 23: LAPORAN 1

rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa (Depkes RI, 2003)

Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang hari

sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela,

menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat anti nyamuk yang

dioleskan (Depkes RI, 2003)

Page 24: LAPORAN 1

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Berdasarkan pembahasan dan diskusi dalam tutorial kasus DBD di Ciamis

termasuk Kejadian Luar Biasa yang ditentukan berdasarkan perbandingan dengan

keadaan pada tahun sebelumnya.

2. Terdapat perbedaan antara outbreak, KLB, dan wabah. Perbedaan yang paling

dapat dilihat adalah jumlah/frekuensi kejadian dan luas wilayah yang terkena

dampak.

3. Penyelidikan epidemiologi pada kejadian KLB harus menggunakan tahapan-

tahapan yang telah diatur oleh Undang-Undang dan disesuaikan dengan keadaan

dan kebutuhan daerah yang terkena agar dapat menanggulangi kejadian KLB

secara tepat dan tuntas

.

B. Saran

1. Perlu penyamaan persepsi mengenai istilah-istilah dalam epidemiologi agar tidak

terjadi kerancuan dan perbedaan makna dari istilah-istilah di kedokteran dan

masyarakat

2. Buku panduan tutorial seharusnya sudah diterima mahasiswa sebelum mengadakan

tutorial pertama agar diskusi lebih terarah ke tujuan pembelajaran.

Page 25: LAPORAN 1

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.who.int/infectious-disease- news/IDdocs/who cds200527/whocds200527 chapters/4 Outbreak_control.pdf

2. Depkes RI (2003). Pencegahan Dan Penanggulangan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan

3. Lingkungan; 2003.Duffy ME dan Jacobsen BS (2001). Univariate descriptive statistics. In: Barbara Hazard Munro (ed.): Statistical methods for health care research. Philadelpia, PA: Lippicott

4. Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.

5. Marguerite A (2009). Dengue Fever. Merck Manual Home Health Handbook