Upload
andi-musdalifah
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRATIKUM
PERCOBAAN I
(PENGOLAHAN LAHAN)
Nama : ANDI MUSDALIFAH BAKRI
Nim : I 11113095
Kelompok : V (LIMA)
Hari/Gelombang : I (SATU)
Asisten : RESKI AMALIAH
LABORATORIUM TANAMAN MAKANAN TERNAKJURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
BAB IPENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai
peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah
diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya.
Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka
ketersediaannya juga jadi terbatas.
Lahan merupukan bagian dari benteng alam (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik termasuk iklim , topografi/relief, tanah, hidrologi, dan
bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian
yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora,
fauna dan manusia baik di masa lalu maupun di masa sekarang, seperti lahan rawa
dan pasang surut yang telah di reklamasi atau tindakan konservasi tanah pada
suatu lahan tertentu
Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan
sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin
kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan
datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah
rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum
awal pengolahan merupakan salah satu hal yang penting, karna merupakan
pondasi awal sebelum melakukan kegiatan bercocok tanam.
I.II Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari pratikum Laboratorium Tanaman Makanan Ternak mengenai
Pengolahan Lahan adalah untuk membersihkan tanah dari tumbuhan liar atau
pengganggu, untuk menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna,
untuk memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban, dan untuk memperbaiki
kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air.
Kegunaan dari pratikum Laboratorium Tanaman Makanan Ternak
mengenai Pengolahan Lahan adalah agar dapat membersihkan tanah dari
tumbuhan liar atau pengganggu, agar dapat menjamin perkembangan sistem
perakaran yang sempurna, agar dapata memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban,
dan dapat memperbaiki kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah adalah proses dimana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan
berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin
pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan
cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.
Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan
kesuburannya berkurang (Spargue, Milton A, 1986).
Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas
alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi
berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal
perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus
memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. Dalam
pembukaan areal perkebunan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni (Anonim,
2008) :
1. survei areal
survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan
dibuka sekaligus menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus
membuat peta dengan cara menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya,
baik untuk pengukuran batas areal maupun pembuatan rencana blok.
2. desain perkebunan
Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun
yang terbagi dalam afdeling, apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah
dikuasai masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang
menyebabkan tanah menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah
kering secara lestari adalah sederhana, tidak memerlukan peralatan serba modern
(canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan lahan kering adalah
menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan kemampuan
tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah
memperkaya tanah dengan zat hara tersedia untuk akar
II.2 Cara Pengolahan Lahan / Tahapan-Tahapannya
1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk
lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya
banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak
menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena
dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong.
Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak menagalami kekurangan,
diantaranya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya (Sumadi,
1999)
2. Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk
tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan
dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem
ini memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta
dapat menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu
dibutuhkannya modal yang besar dalam pengupayaannya.
Tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing,
pembajakan dan penggaruan. Namun hal ini kesemuanya tergantung pula pada
kondisi tanah setempat, jenis tanaman yang hendak ditanam, serta bahan
penanaman yang dipergunakan
a. Membersihkan areal (land-clearing)
Land-clearing bermaksud memebersihklan areal terhadap pepohonan,
semak-semak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.
b. Pembajakan (ploughing)
Pembajakan bermaksud untuk :
- Memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan
selanjutnya lebih mudah dilakukan.
- Memasakkan tanah sebab dengan membalik lapisan tanah dan membiarkan
beberapa hari sebelum digemburkan, maka proses mineralisasi bahan-bahan
organik akan berlangsung lebih cepat. Sebab aktivitas biologis
mikroorganisme dipergiat.
c. Penggaruan (harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk :
- Menghancurkan bongkah-bongkahan besar menjadi struktur remah.
- Membersihlkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
II.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengolahan Lahan Daerah Tropis dan Sub Tropis
A. faktor pembentukan
Syarat utama terbentukanya tanah ada 2 yaitu (1) tersedianya bahan asal
atau bahan induk, (2) adanya faktor yang mempengaruhi bahan asal atau bahan
induk tanah hingga menjadi tanah. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah. ada 5 faktor yang dianggap paling penting dalam pem
bentukan tanah yaitu (Jenny, 1941) :
Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan
tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensita reaksi kimia
dan fisika didalam tanah yang menentukan watak pelapukan yang terjadi, yang
selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan profil tanah. pengaruh suhu
terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara yaitu:
a. Memperbesar evapo-tranpirasi, sehingga mempengaruhi terhadap gerakan air
dalam tanah.
b. Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.
Pengaruh iklim secara tegas dapat bekerja sama dengan faktor lain dalam
pembentikan tanah. Di daerah lembab, curah hujan yang melimpah memberikan
lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan pohon-pohon seperti yang
terjadi pada hutan hujan tropis. Iklim memberikan sebagian pengaruhnya melalui
faktor pembentukan tanah yang lain yaitu organisme atau jasad hidup.
2. Organisme
Semua mahkluk hidup, baik hidupnya maupun sudah mati mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan tanah. Di antara makhluk yang paling
berpengaruh adalah vegetasi karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat
untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak
langsung melalui vegetasi. Manusia dapat berpengaruh langsung maupun tidak
langsung dalam pembentukan tanah baik melalui vegetasi penutupan dan
penggunaan lahan. Pengaruh manusia dalam penggunaan vegetasi penutupan
dapat mengurangi erosi yang dapat memperlambat hilangnya mineral tanah.
Manusia dengan berbagai teknologinya akan mempengaruhi pembentukan tanah,
misalnya dalam bercocok tanam (pengolahan tanah, pengairan, pemupukan), dan
juga penggunaan untuk pemukiman.
Akumulasi bahan organik, daur unsur hara dan pembentukan struktur tanah
yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme didalam tanah.
Disampaing itu unsur N dapat diikat di dalam tanah maupun yang bersimbiosis
dengan tamanam. Demikian pula vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat
menjadi pencegah terjadinya erosi tanah sehingga dapat berfungsi membatasi
jumlah kehilangan tanah.
Jasad hidup dalam tanah mempunyai peranan penting dalam proses:
a. Dekomposisi sisa-sisa jasad hidup seperti dekomposisi karbohidrat,
dekomposisi selulosa, dekomposisi selulosa, dekomposisi protein, dekomposisi
lignin, maupun tranformasi lemak.
b. Pembentukan humus dan pemecahan humus.
c. Peredaran N dalam tanah yang berupa: ditrifikasi, deniftrifikasi, amonifikasi
dan fiksasi-N
d. Perubahan bentuk unsur-unsur seperti sulfur, pospos, Fe, K, Ca, As dan Se.
e. Homogenisasi bahan-bahan dalam tanah.
Cacing sangat efektif dalam dekomposisi seresah. Pada malam hari dia
membawa guguran daun, rerumputan ke dalam lubangnya dan mencampurnya
dengan mineral-mineral tanah.
Semut-semut menyusup kedalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari
dalam tanah kepermukaa tanah sambil membangun sarang-sarangnya berupa
berupa bukit-bukit kecil di pertmukaan tanah dan sering pada batang-batang
pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan organik. Tikus dan binatang lain
menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan.
3. Bahan Induk
Bahan induk adalah keadaan tanah dalam kondisi nol (time zero) dari
proses pembentukan tanah. Jenis-jenis bahan induk tanah (Jenny , 1941) :
a). Batuan beku terbentuk karena adanya pembekuan magma.
Batuan beku atas terjadi karena magma membeku dipermukaan
bumi(batuan volkanik). Batuan beku gang terjadi karena magma membeku
diantara sarang magma dengan permukaan bumi. Berdasarkan kandungan Si O2,
batuan beku dibedakan menjadi: (1) batuan beku yang bersifat masam atau banyak
mengandung SiO2, akan meghasilkan tanah yang masam; (2) batuan beku
intermedier atau cukup SiO2; (3) dan batuan beku alkalis atau sedikit SiO2,akan
menghasilkan tanah-tanah alkalis tetapi apabila curah hujannya tinggi dapat pula
membentuk tanah masam dijawa dan beberapa tempat lain diluar jawa banyak
ditemukan tanah yang berkembang dari bahan-bahan volkanik. Tanah volkanik
umumnyaq berada di sekitar gunung berapi dan memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi karena banyak mengandungmineral yang mudah lapukyang kaya akan
unsur hara seperti K, Ca, Mg dan sebaginya.
b). Batuan sedimen
Batuan sedimen tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan
laut)yang sudah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan
yang keras. Contoh dari batuan endapan yang tua: (1) batua gamping, merupakan
endapan laut yang banyak mengandung karang laut, sehingga sebagian besar
terdiri dari CaCO3 (kalsit) dan Ca Mg (CO3)2 atau dolomit.; (2) batu pasir, yang
banyak mengandung pasir kuarsa atau SiO2.; (3) batu liat ada yang bersifat
masam dan ada yang bersifat alkalis seperti shale atau napal dengan kadar liat
yang teinggi. Batuan sedimen muda, biasanya belum menjadi batuan. Umumnya
diendapkan oleh air, misalnya yang terjadi didataran banjir, ada juga sedimen
muda yang merupkan hasil pengendapan angin misalnya pasir pantai dan
sebagainya.
c). Batuan metamorphose
Batuan beku atau batuan sedimen yang terkena pengaruh tekanan dan suhu
yang tinggi akan menjadi batuan lain (batuan malihan). Batuan metamorfese
umumnya bertekstur lembar(foliated texture) akibat rekristalisasi dari beberpa
mineral dan orientasi mineral menjadi pararel sehingga terbentuk lembar-lembar.
Batuan metamorfose dengan lembar-lembar halus disebut scist (misalnya mika
schist), sedangkan dengan lembar-lembar kasar disebut gnesiss (misalnya granit
gneis). Ada juga batuan betuan metamorfose yang tidak menunjukan folaited
texture, misalnya kwarsit (dari batuan pasir), dan marmer (dari batu kapur
karbonat).
d). Bahan induk organic
Pada daerah hutan yang berawa-rawa atau selalu tergenang air, proses
penghancuran bahan organik berjalan lebih lambat dari pada proses penimbunan,
sehingga terjadilah akumulasi bahan organik. Adanya akumulasi bahan-bahan
organik akan membentuk tanah organik atau tanah gambut seperti banyak
ditemukan dipantai timur sumatera, pantai barat, selatan, dan timur kalimantan,
dan pada pantai selatan irian jaya.
4. Topografi atau Relief
Topografi suatu daerah dapat mempercepat atau memperlambat pengaruh
iklim. Didaerah yang relatif datar atau cekung kecepatan aliran air lebih lambat
dari daerah landai atau kering, sehinga pada daerah yang datar atau cekung dapat
dijumpai adanya tanah yang terbentuk dicirikan oleh warna kelabu atau banyak
adanya karatan sebagai akibat adanya pergenangan air.
Di daerah berombak atau bergelombang drainase tanah umumnya lebih
baik dari pada daerah datar atau cekung, sehingga pengaruh iklim (terutama curah
hujan dan suhu) akan lebih jelas seperti adanya pelapukandan pencucian tanah
lebih cepat.
Didaerah perbukitan dan pegunungan seringkali erosi berlangsung dalam
tingkat yang lebih cepat dari pada pembentukan tanah, akibatnya solum tanah
yang terbentuk relatif dangkal atau tipis. Sebaliknya pada lereng kaki perbukitan
atau pegunungan sering dijumpai tanah yang relatif dalam akibat penimbunan
bahan-bahan yang diendapkan oleh aliran air dari lereng bagian atas.
5. Waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah,
memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung
berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung
tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tingkatan perkembangan tanah dapat
di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika,
pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung
cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang
cukup subur.
Subtropis adalah wilayah Bumi yang berada di utara dan selatan setelah
wilayah tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada
lintang 23,5° utara dan selatan. Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan
gangguan dan rintangan dari alam seperti badai, hujan salju, atau tornado. Daerah
beriklim subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim
gugur, dan musim dingin. Keempat musim di atas memiliki karakteristik
tersendiri, dengan suhu maksimal, suhu minimal, kelembaban, maupun kondisi
mahluk hidup yang berbeda.
II.4 Jenis Tanah yang Diolah
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan
tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah
tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan
yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak
sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar
jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami
dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005) :
1. Alfisols
Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan
basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning
dan planosols.
2. Andisols
Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat
andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3. Aridisol
Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim
kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4. Entisols
Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada
bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
5. Gelisols
Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
6. Histosols
Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah,
paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah bog dan tanah gambut.
7. Inceptisols
Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon
teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang
eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest,
glei humik dan glei humik rendah.
8. Mollisols
Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa.
Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah
rendzina.
9. Oxisols
Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter
dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis
tanah laterik.
10. Spodosols
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11. Ultisols
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%)
yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang
lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah
ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12. Vertisols
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan
kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah
Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan
Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols
yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
II.5 Jarak Pengolahan Tanah
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah
posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam pengolahan lahan ada tahapan-
tahapan yang harus dilakukan seperti membersihkan areal, pembajakan dan
penggaruan hingga tanah menjadi gembur kemudian bentuk bedengan dengan
ketinggian 30 cm, lebar 50 cm dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak
antar bedeng selebar 30-40 cm yang nantinya menjadi saluran air agar tidak
terjadi erosi.
BAB IIIMETODE PRAKTEK
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pada percobaan Pengolahan Lahan dilaksankan pada hari
Sabtu, 13 September 2014, pada pukul 07:30 WITA- Selesai bertempat di Kebun
Rumput dan Labolatorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan Pengolahan Lahan yaitu
Parang/Sabit, Cangkul, Copper, Skop, Ember, Linggis, Meteran.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pengolahan lahan yaitu Air,
tissue, kayu, dan tali rapiah.
III.3 Mekanisme Kerja
Langka pertama dalam percobaan Pengolahan Lahan yakni membersihkan
areal (land-clearing) terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau
tumbuhan lainnya dengan menggunakan alat yakni parang/sabit, cangkul, copper,
kemudian cara kedua yaitu pembajakan (ploughing) dengan memecahkan lapisan
tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya lebih
mudah dilakukan dan pembalikan dilakukan dengan kedalaman 30-50 cm
bergantung dari jenis tanah. Setelah dibalik tanah diratakan sampai halus agar
dapat ditanami dengan baik selanjutnya cara terkhir yaitu penggaruan (harrowing)
dengan menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah
sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan-tumbuhan liar. Tanah yang
sudah diolah dengan baik siap ditanami tanaman hijauan.,
BAB IVPEMBAHASAN
A. Pembahasan
II.1 Pengolahan Lahan
Pelaksanaan praktikum pengolahan lahan dilakukan dengan cara
pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Pengolahan lahan bertujuan agar
sinar matahari dan oksigen dapat diserap oleh unsur hara dalam tanah yang
nantinya akan mempercepat proses realisasi bahan-bahan organik. Pengolahan
lahan bukan hanya sekedar penggemburan lahan akan tetapi juga pemberian
pupuk dasar sebagai penambah unsur hara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Spargue (1986) yang mengatakan bahwa
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan.
Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari
menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.
II.2 Cara Pengolahan Lahan / Tahapan-Tahapannya
Membersihkan areal lahan yang akan ditanami terhadap semak-semak,
alang-alang, dan tumbuhan yang lainnya denagn menggunakan cangkul,
parang/sabit agar tanaman dapat tumbuh dan mendapatkan unsur hara. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sumadi (1999) yang mengatakan bahwa pembersihan
lahan dengan penebasan padang rumput, agar tidak dapat mengganggu tumbuh
tanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual membabat atau
membakar.
Pembajakan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan linggis, cangkul,
skop, dan air untuk melunakkan tanah sehingga lebih mudah untuk digemburkan
untuk ditanami tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi (1999) yang
mengatakan bahwa tanah yang digemburkan dapat menyebabkan air lebih mudah
terserap sehingga berpengaruh positif terhadap kegiatan organisme tanah dalam
membantu proses nitrifikasi dan penguraian bahan organik.
II.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengolahan Lahan Daerah Tropis dan Sub Tropis
Penggaruan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul, skop,
dan parang untuk membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan liar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumadi (1999) yang menyatakan bahwa penggaruan efektif
untuk tanaman pengganggu yang masih kecil dan tumbuh.
II.4 Jenis Tanah yang Diolah
Tanah yang kami olah ialah tanah litosol yang keras dan berpasir yang
cocok ditanami pakan ternak. Hal ini sesuai dengan Sutanto (2005) yang
mengatakan bahwa Tanah litosol adalah tanah berpasir. Bahan pembentuknya
berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna.
Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan
tanaman keras.
II.5 Jarak Pengolahan Tanah
Pada praktikum pengolahan lahan, luas tanah yang digunakan 4 meter per
kelompok, dengan jarak antar kelompok 2 meter, jarak antar bedengan 50 cm, dan
luas bedengan 30 cm.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pratikum tentang Pengolahan Lahan dapat diambil
kesimpulan bahwa Pengolahan Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam
pertanian, karena pengolahan lahan merupakan proses awal sebelum kegiatan
penanaman dan pengolahan lahan pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah
nantinya proses pertumbuhan, serta untuk membunuh berbagai oraganisme yang
dapat membahayakan bagi tanaman. Pengolahan lahan bukan hanya sekedar
penggemburan lahan akan tetapi juga pemberian pupuk dasar sebagai penambah
unsure hara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pengolahan lahan mendukung keberhasilan dari produktifitas suat budidaya
tanaman hortikultura karena pada tanah yang digunakan sebagai media terdapat
berbagai unsure hara serta baik unsure hara makro maupun mikro, akan tetapi
unsure hara mikro cenderung sangat sedikit maka harus mendapat suplai
tambahan dari manusia.
B. Saran
1. Laboratorium
Setiap melakukan praktikum pesertanya disesuaikan dengan keadaan
dilaboratorium karna apabila terlalu banyak pesertanya itu tidak efisien dan pada
saat dilapangan tidak memadai alat-alat jadi pada saat praktikum kita mengalami
kesusahan dengan itu membuat kita tidak terlalu memahami, begitu juga dalam
melakukan praktikum kita harus lebih teliti agar dapat meminimaliskan yang
terjadi.
2. Asisten
Saat praktikum berjalan sebaiknya para asisten memperhatikan dan
memberi bimbingan arahan praktikannya agar dapat melakukan praktikum dengan
baik sesuai dengan prosedurnya.
3. Peternak
Saat pratikum berjalan sebaiknya peternak dengan aktif melakukan
pratikum dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pratikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar http://ditjenbun.deptan.go.id/perlinbun/linbun/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=157. Donwlod 18 Mei 2008.
Sprague, Milton A., and Glover B. Triplett. 1986. No-tillage and surface-tillage agriculture : the tillage revolution. New York, Wiley.
Sumadi, 1999. Pengolahan tanah. Trubus, Jakarta
Sutanto, 2005. Jenis tanah. pradaya paramita. Jakarta
Jenny, 1941. Faktor tumbuh. Sinar Baru:Bandung.