32
LAPORAN PRATIKUM PERCOBAAN I (PENGOLAHAN LAHAN) Nama : ANDI MUSDALIFAH BAKRI Nim : I 11113095 Kelompok : V (LIMA) Hari/Gelombang : I (SATU) Asisten : RESKI AMALIAH LABORATORIUM TANAMAN MAKANAN TERNAK JURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN 1

LAPORAN PRATIKUM

PERCOBAAN I

(PENGOLAHAN LAHAN)

Nama : ANDI MUSDALIFAH BAKRI

Nim : I 11113095

Kelompok : V (LIMA)

Hari/Gelombang : I (SATU)

Asisten : RESKI AMALIAH

LABORATORIUM TANAMAN MAKANAN TERNAKJURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

Page 2: LAPORAN 1

BAB IPENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai

peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah

diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan

pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya.

Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka

ketersediaannya juga jadi terbatas.

Lahan merupukan bagian dari benteng alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim , topografi/relief, tanah, hidrologi, dan

bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian

yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora,

fauna dan manusia baik di masa lalu maupun di masa sekarang, seperti lahan rawa

dan pasang surut yang telah di reklamasi atau tindakan konservasi tanah pada

suatu lahan tertentu

Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan

sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin

kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan

datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah

rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum

Page 3: LAPORAN 1

awal pengolahan merupakan salah satu hal yang penting, karna merupakan

pondasi awal sebelum melakukan kegiatan bercocok tanam.

I.II Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari pratikum Laboratorium Tanaman Makanan Ternak mengenai

Pengolahan Lahan adalah untuk membersihkan tanah dari tumbuhan liar atau

pengganggu, untuk menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna,

untuk memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban, dan untuk memperbaiki

kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air.

Kegunaan dari pratikum Laboratorium Tanaman Makanan Ternak

mengenai Pengolahan Lahan adalah agar dapat membersihkan tanah dari

tumbuhan liar atau pengganggu, agar dapat menjamin perkembangan sistem

perakaran yang sempurna, agar dapata memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban,

dan dapat memperbaiki kelestarian dan kesuburan tanah serta persediaan air.

Page 4: LAPORAN 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah adalah proses dimana tanah digemburkan dan

dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan

berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin

pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan

cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.

Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan

kesuburannya berkurang (Spargue, Milton A, 1986).

Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas

alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi

berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal

perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus

memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. Dalam

pembukaan areal perkebunan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni (Anonim,

2008) :

1. survei areal

survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan

dibuka sekaligus menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus

membuat peta dengan cara menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya,

baik untuk pengukuran batas areal maupun pembuatan rencana blok.

Page 5: LAPORAN 1

2. desain perkebunan

Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun

yang terbagi dalam afdeling, apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah

dikuasai masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang

menyebabkan tanah menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah

kering secara lestari adalah sederhana, tidak memerlukan peralatan serba modern

(canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan lahan kering adalah

menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan kemampuan

tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah

memperkaya tanah dengan zat hara tersedia untuk akar

II.2 Cara Pengolahan Lahan / Tahapan-Tahapannya

1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional

Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk

lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini biasanya

banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak

menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran.

Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena

dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong.

Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak menagalami kekurangan,

diantaranya membutuhkan waktu  yang lama dalam pengerjaannya (Sumadi,

1999)

2. Pengolahan Lahan Secara Modern

Page 6: LAPORAN 1

Pengolahan lahan dengan  cara modern biasanya banyak dilakukan untuk

tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan

dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem 

ini memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta

dapat menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu

dibutuhkannya modal yang besar dalam pengupayaannya.

Tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing,

pembajakan dan penggaruan. Namun hal ini kesemuanya tergantung pula pada

kondisi tanah setempat, jenis tanaman yang hendak ditanam, serta bahan

penanaman yang dipergunakan

a.       Membersihkan areal (land-clearing)

Land-clearing bermaksud memebersihklan areal terhadap pepohonan,

semak-semak dan alang-alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya.

b.      Pembajakan (ploughing)

Pembajakan bermaksud untuk :

-       Memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan

selanjutnya lebih mudah dilakukan.

-      Memasakkan tanah sebab dengan membalik lapisan tanah dan membiarkan

beberapa hari sebelum digemburkan, maka proses mineralisasi bahan-bahan

organik akan berlangsung lebih cepat. Sebab aktivitas biologis

mikroorganisme dipergiat.

c.       Penggaruan (harrowing)

Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk :

Page 7: LAPORAN 1

-       Menghancurkan bongkah-bongkahan besar menjadi struktur remah.

-       Membersihlkan tanah dari sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.

II.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengolahan Lahan Daerah Tropis dan Sub Tropis

A. faktor pembentukan

Syarat utama terbentukanya tanah ada 2 yaitu (1) tersedianya bahan asal

atau bahan induk, (2) adanya faktor yang mempengaruhi bahan asal atau bahan

induk tanah hingga menjadi tanah. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi

pembentukan tanah. ada 5 faktor yang dianggap paling penting dalam pem

bentukan tanah yaitu (Jenny, 1941) :

Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan

tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensita reaksi kimia

dan fisika didalam tanah yang menentukan watak pelapukan yang terjadi, yang

selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan profil tanah. pengaruh suhu

terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara yaitu:

a. Memperbesar evapo-tranpirasi, sehingga mempengaruhi terhadap gerakan air

dalam tanah.

b. Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.

Pengaruh iklim secara tegas dapat bekerja sama dengan faktor lain dalam

pembentikan tanah. Di daerah lembab, curah hujan yang melimpah memberikan

lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan pohon-pohon seperti yang

terjadi pada hutan hujan tropis. Iklim memberikan sebagian pengaruhnya melalui

faktor pembentukan tanah yang lain yaitu organisme atau jasad hidup.

2. Organisme

Page 8: LAPORAN 1

Semua mahkluk hidup, baik hidupnya maupun sudah mati mempunyai

pengaruh terhadap pembentukan tanah. Di antara makhluk yang paling

berpengaruh adalah vegetasi karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat

untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak

langsung melalui vegetasi. Manusia dapat berpengaruh langsung maupun tidak

langsung dalam pembentukan tanah baik melalui vegetasi penutupan dan

penggunaan lahan. Pengaruh manusia dalam penggunaan vegetasi penutupan

dapat mengurangi erosi yang dapat memperlambat hilangnya mineral tanah.

Manusia dengan berbagai teknologinya akan mempengaruhi pembentukan tanah,

misalnya dalam bercocok tanam (pengolahan tanah, pengairan, pemupukan), dan

juga penggunaan untuk pemukiman.

Akumulasi bahan organik, daur unsur hara dan pembentukan struktur tanah

yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme didalam tanah.

Disampaing itu unsur N dapat diikat di dalam tanah maupun yang bersimbiosis

dengan tamanam. Demikian pula vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat

menjadi pencegah terjadinya erosi tanah sehingga dapat berfungsi membatasi

jumlah kehilangan tanah.

Jasad hidup dalam tanah mempunyai peranan penting dalam proses:

a. Dekomposisi sisa-sisa jasad hidup seperti dekomposisi karbohidrat,

dekomposisi selulosa, dekomposisi selulosa, dekomposisi protein, dekomposisi

lignin, maupun tranformasi lemak.

b. Pembentukan humus dan pemecahan humus.

Page 9: LAPORAN 1

c. Peredaran N dalam tanah yang berupa: ditrifikasi, deniftrifikasi, amonifikasi

dan fiksasi-N

d. Perubahan bentuk unsur-unsur seperti sulfur, pospos, Fe, K, Ca, As dan Se.

e. Homogenisasi bahan-bahan dalam tanah.

Cacing sangat efektif dalam dekomposisi seresah. Pada malam hari dia

membawa guguran daun, rerumputan ke dalam lubangnya dan mencampurnya

dengan mineral-mineral tanah.

Semut-semut menyusup kedalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari

dalam tanah kepermukaa tanah sambil membangun sarang-sarangnya berupa

berupa bukit-bukit kecil di pertmukaan tanah dan sering pada batang-batang

pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan organik. Tikus dan binatang lain

menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan.

3. Bahan Induk

Bahan induk adalah keadaan tanah dalam kondisi nol (time zero) dari

proses pembentukan tanah. Jenis-jenis bahan induk tanah (Jenny , 1941) :

a). Batuan beku terbentuk karena adanya pembekuan magma.

Batuan beku atas terjadi karena magma membeku dipermukaan

bumi(batuan volkanik). Batuan beku gang terjadi karena magma membeku

diantara sarang magma dengan permukaan bumi. Berdasarkan kandungan Si O2,

batuan beku dibedakan menjadi: (1) batuan beku yang bersifat masam atau banyak

mengandung SiO2, akan meghasilkan tanah yang masam; (2) batuan beku

intermedier atau cukup SiO2; (3) dan batuan beku alkalis atau sedikit SiO2,akan

menghasilkan tanah-tanah alkalis tetapi apabila curah hujannya tinggi dapat pula

Page 10: LAPORAN 1

membentuk tanah masam dijawa dan beberapa tempat lain diluar jawa banyak

ditemukan tanah yang berkembang dari bahan-bahan volkanik. Tanah volkanik

umumnyaq berada di sekitar gunung berapi dan memiliki tingkat kesuburan yang

tinggi karena banyak mengandungmineral yang mudah lapukyang kaya akan

unsur hara seperti K, Ca, Mg dan sebaginya.

b). Batuan sedimen

Batuan sedimen tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan

laut)yang sudah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan

yang keras. Contoh dari batuan endapan yang tua: (1) batua gamping, merupakan

endapan laut yang banyak mengandung karang laut, sehingga sebagian besar

terdiri dari CaCO3 (kalsit) dan Ca Mg (CO3)2 atau dolomit.; (2) batu pasir, yang

banyak mengandung pasir kuarsa atau SiO2.; (3) batu liat ada yang bersifat

masam dan ada yang bersifat alkalis seperti shale atau napal dengan kadar liat

yang teinggi. Batuan sedimen muda, biasanya belum menjadi batuan. Umumnya

diendapkan oleh air, misalnya yang terjadi didataran banjir, ada juga sedimen

muda yang merupkan hasil pengendapan angin misalnya pasir pantai dan

sebagainya.

c). Batuan metamorphose

Batuan beku atau batuan sedimen yang terkena pengaruh tekanan dan suhu

yang tinggi akan menjadi batuan lain (batuan malihan). Batuan metamorfese

umumnya bertekstur lembar(foliated texture) akibat rekristalisasi dari beberpa

mineral dan orientasi mineral menjadi pararel sehingga terbentuk lembar-lembar.

Batuan metamorfose dengan lembar-lembar halus disebut scist (misalnya mika

Page 11: LAPORAN 1

schist), sedangkan dengan lembar-lembar kasar disebut gnesiss (misalnya granit

gneis). Ada juga batuan betuan metamorfose yang tidak menunjukan folaited

texture, misalnya kwarsit (dari batuan pasir), dan marmer (dari batu kapur

karbonat).

d). Bahan induk organic

Pada daerah hutan yang berawa-rawa atau selalu tergenang air, proses

penghancuran bahan organik berjalan lebih lambat dari pada proses penimbunan,

sehingga terjadilah akumulasi bahan organik. Adanya akumulasi bahan-bahan

organik akan membentuk tanah organik atau tanah gambut seperti banyak

ditemukan dipantai timur sumatera, pantai barat, selatan, dan timur kalimantan,

dan pada pantai selatan irian jaya.

4. Topografi atau Relief

Topografi suatu daerah dapat mempercepat atau memperlambat pengaruh

iklim. Didaerah yang relatif datar atau cekung kecepatan aliran air lebih lambat

dari daerah landai atau kering, sehinga pada daerah yang datar atau cekung dapat

dijumpai adanya tanah yang terbentuk dicirikan oleh warna kelabu atau banyak

adanya karatan sebagai akibat adanya pergenangan air.

Di daerah berombak atau bergelombang drainase tanah umumnya lebih

baik dari pada daerah datar atau cekung, sehingga pengaruh iklim (terutama curah

hujan dan suhu) akan lebih jelas seperti adanya pelapukandan pencucian tanah

lebih cepat.

Didaerah perbukitan dan pegunungan seringkali erosi berlangsung dalam

tingkat yang lebih cepat dari pada pembentukan tanah, akibatnya solum tanah

Page 12: LAPORAN 1

yang terbentuk relatif dangkal atau tipis. Sebaliknya pada lereng kaki perbukitan

atau pegunungan sering dijumpai tanah yang relatif dalam akibat penimbunan

bahan-bahan yang diendapkan oleh aliran air dari lereng bagian atas.

5. Waktu

Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah,

memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.

Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung

berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung

tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tingkatan perkembangan tanah dapat

di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika,

pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung

cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang

cukup subur.

Subtropis adalah wilayah Bumi yang berada di utara dan selatan setelah

wilayah tropis yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada

lintang 23,5° utara dan selatan. Kondisi iklim subtropis diwarnai dengan

gangguan dan rintangan dari alam seperti badai, hujan salju, atau tornado. Daerah

beriklim subtropis memiliki 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim

gugur, dan musim dingin. Keempat musim di atas memiliki karakteristik

tersendiri, dengan suhu maksimal, suhu minimal, kelembaban, maupun kondisi

mahluk hidup yang berbeda.

II.4 Jenis Tanah yang Diolah

Page 13: LAPORAN 1

Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan

tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat  dari tanah

tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan

yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak

sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar

jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami

dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005) :

1. Alfisols

Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan

basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang

ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning

dan planosols.

2. Andisols

Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat

andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

3. Aridisol

Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim

kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah

tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).

4. Entisols

Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada

bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah

tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.

Page 14: LAPORAN 1

5. Gelisols

Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak

dijumpai di Indonesia

6. Histosols

Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah,

paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini

adalah tanah bog dan tanah gambut.

7. Inceptisols

Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon

teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang

eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest,

glei humik dan glei humik rendah.

8. Mollisols

Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa.

Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah

rendzina.

9. Oxisols

Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter

dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis

tanah laterik.

10. Spodosols

Page 15: LAPORAN 1

Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis

tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

11. Ultisols

Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%)

yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang

lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah

ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.

12. Vertisols

Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan

kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan

jenis tanah ini adalah tanah grumosol.

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah

Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan

Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols

yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).

II.5 Jarak Pengolahan Tanah

Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah

posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam pengolahan lahan ada tahapan-

tahapan yang harus dilakukan seperti membersihkan areal, pembajakan dan

penggaruan hingga tanah menjadi gembur kemudian bentuk bedengan dengan

ketinggian 30 cm, lebar 50 cm dan pajang mengikuti kontur lahan. Buat jarak

antar bedeng selebar 30-40 cm yang nantinya menjadi saluran air agar tidak

terjadi erosi.

Page 16: LAPORAN 1

BAB IIIMETODE PRAKTEK

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pada percobaan Pengolahan Lahan dilaksankan pada hari

Sabtu, 13 September 2014, pada pukul 07:30 WITA- Selesai bertempat di Kebun

Rumput dan Labolatorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan Pengolahan Lahan yaitu

Parang/Sabit, Cangkul, Copper, Skop, Ember, Linggis, Meteran.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pengolahan lahan yaitu Air,

tissue, kayu, dan tali rapiah.

III.3 Mekanisme Kerja

Langka pertama dalam percobaan Pengolahan Lahan yakni membersihkan

areal (land-clearing) terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau

tumbuhan lainnya dengan menggunakan alat yakni parang/sabit, cangkul, copper,

kemudian cara kedua yaitu pembajakan (ploughing) dengan memecahkan lapisan

tanah menjadi bongkah-bongkah, sehingga penggemburan selanjutnya lebih

mudah dilakukan dan pembalikan dilakukan dengan kedalaman 30-50 cm

bergantung dari jenis tanah. Setelah dibalik tanah diratakan sampai halus agar

dapat ditanami dengan baik selanjutnya cara terkhir yaitu penggaruan (harrowing)

dengan menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah

Page 17: LAPORAN 1

sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan-tumbuhan liar. Tanah yang

sudah diolah dengan baik siap ditanami tanaman hijauan.,

Page 18: LAPORAN 1

BAB IVPEMBAHASAN

A. Pembahasan

II.1 Pengolahan Lahan

Pelaksanaan praktikum pengolahan lahan dilakukan dengan cara

pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Pengolahan lahan bertujuan agar

sinar matahari dan oksigen dapat diserap oleh unsur hara dalam tanah yang

nantinya akan mempercepat proses realisasi bahan-bahan organik. Pengolahan

lahan bukan hanya sekedar penggemburan lahan akan tetapi juga pemberian

pupuk dasar sebagai penambah unsur hara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Hal ini sesuai dengan pendapat Spargue (1986) yang mengatakan bahwa

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan.

Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari

menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.

II.2 Cara Pengolahan Lahan / Tahapan-Tahapannya

Membersihkan areal lahan yang akan ditanami terhadap semak-semak,

alang-alang, dan tumbuhan yang lainnya denagn menggunakan cangkul,

parang/sabit agar tanaman dapat tumbuh dan mendapatkan unsur hara. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sumadi (1999) yang mengatakan bahwa pembersihan

lahan dengan penebasan padang rumput, agar tidak dapat mengganggu tumbuh

tanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual membabat atau

membakar.

Page 19: LAPORAN 1

Pembajakan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan linggis, cangkul,

skop, dan air untuk melunakkan tanah sehingga lebih mudah untuk digemburkan

untuk ditanami tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi (1999) yang

mengatakan bahwa tanah yang digemburkan dapat menyebabkan air lebih mudah

terserap sehingga berpengaruh positif terhadap kegiatan organisme tanah dalam

membantu proses nitrifikasi dan penguraian bahan organik.

II.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengolahan Lahan Daerah Tropis dan Sub Tropis

Penggaruan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul, skop,

dan parang untuk membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan liar. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sumadi (1999) yang menyatakan bahwa penggaruan efektif

untuk tanaman pengganggu yang masih kecil dan tumbuh.

II.4 Jenis Tanah yang Diolah

Tanah yang kami olah ialah tanah litosol yang keras dan berpasir yang

cocok ditanami pakan ternak. Hal ini sesuai dengan Sutanto (2005) yang

mengatakan bahwa Tanah litosol adalah tanah berpasir. Bahan pembentuknya

berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna.

Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan

tanaman keras.

II.5 Jarak Pengolahan Tanah

Pada praktikum pengolahan lahan, luas tanah yang digunakan 4 meter per

kelompok, dengan jarak antar kelompok 2 meter, jarak antar bedengan 50 cm, dan

luas bedengan 30 cm.

Page 20: LAPORAN 1

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pratikum tentang Pengolahan Lahan dapat diambil

kesimpulan bahwa Pengolahan Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam

pertanian, karena pengolahan lahan merupakan proses awal sebelum kegiatan

penanaman dan pengolahan lahan pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah

nantinya proses pertumbuhan, serta untuk membunuh berbagai oraganisme yang

dapat membahayakan bagi tanaman. Pengolahan lahan bukan hanya sekedar

penggemburan lahan akan tetapi juga pemberian pupuk dasar sebagai penambah

unsure hara yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pengolahan lahan mendukung keberhasilan dari produktifitas suat budidaya

tanaman hortikultura karena pada tanah yang digunakan sebagai media terdapat

berbagai unsure hara serta baik unsure hara makro maupun mikro, akan tetapi

unsure hara mikro cenderung sangat sedikit maka harus mendapat suplai

tambahan dari manusia.

B. Saran

1. Laboratorium

Setiap melakukan praktikum pesertanya disesuaikan dengan keadaan

dilaboratorium karna apabila terlalu banyak pesertanya itu tidak efisien dan pada

saat dilapangan tidak memadai alat-alat jadi pada saat praktikum kita mengalami

kesusahan dengan itu membuat kita tidak terlalu memahami, begitu juga dalam

Page 21: LAPORAN 1

melakukan praktikum kita harus lebih teliti agar dapat meminimaliskan yang

terjadi.

2. Asisten

Saat praktikum berjalan sebaiknya para asisten memperhatikan dan

memberi bimbingan arahan praktikannya agar dapat melakukan praktikum dengan

baik sesuai dengan prosedurnya.

3. Peternak

Saat pratikum berjalan sebaiknya peternak dengan aktif melakukan

pratikum dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pratikum.

Page 22: LAPORAN 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar http://ditjenbun.deptan.go.id/perlinbun/linbun/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=157. Donwlod 18 Mei 2008.

Sprague, Milton A., and Glover B. Triplett. 1986. No-tillage and surface-tillage agriculture : the tillage revolution. New York, Wiley.

Sumadi, 1999. Pengolahan tanah. Trubus, Jakarta

Sutanto, 2005. Jenis tanah. pradaya paramita. Jakarta

Jenny, 1941. Faktor tumbuh. Sinar Baru:Bandung.