27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bila sebuah benda tenggelam dalam air ditimbang dengan cara menggantungkannya pada sebuah timbangan pegas, maka timbangan akan menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan jika benda ditimbang di udara. Ini disebabkan air memberikan gaya ke atas yang sebagian mengimbangi gaya berat. Gaya ini bahkan nampak ketika kita menenggelamkan sepotong gabus. Ketika terbenam seluruhnya, gabus mengalami gaya ke atas dari tekanan air yang lebih besar dari gaya berat, sehingga gabus muncul ke atas permukaan, di mana gabus mengapung dengan sebagian daripadanya tenggelam. Gaya ini tergantung pada kerapatan fluida dan volume benda, tetapi tidak pada komposisi atau bentuk benda dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.

Laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia fisiska

Citation preview

Page 1: Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bila sebuah benda tenggelam dalam air ditimbang dengan cara

menggantungkannya pada sebuah timbangan pegas, maka timbangan akan

menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan jika benda ditimbang di udara. Ini

disebabkan air memberikan gaya ke atas yang sebagian mengimbangi gaya berat.

Gaya ini bahkan nampak ketika kita menenggelamkan sepotong gabus. Ketika

terbenam seluruhnya, gabus mengalami gaya ke atas dari tekanan air yang lebih besar

dari gaya berat, sehingga gabus muncul ke atas permukaan, di mana gabus

mengapung dengan sebagian daripadanya tenggelam. Gaya ini tergantung pada

kerapatan fluida dan volume benda, tetapi tidak pada komposisi atau bentuk benda

dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Sebuah benda

yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh

sebuah gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.

Pada tahun 200 SM Archimedes diberi tugas untuk menentukan apakah

mahkota yang dibuat untuk Raja Hieron adalah asli mengandung emas ataukah

palsu.Masalahnya adalah menentukan kerapatan mahkota yang bentuknya tidak

beraturan dan tidak bisa dihancurkan.Archimedes mendapatkan solusinya ketika

sedang mandi.Bobot jenis mahkota itu dapat ditetapkan dengan menimbang mahkota

itu di udara dan kemudian menimbangnya lagi ketika tenggelam di air. Untuk

menentukan persen lemak dalam tubuh seseorang, kerapatan tubuhnya dapat pula

diukur sepertiprinsip Archimedes yaitu dengan cara menimbangnya ketika orang

tersebut menyelam di air.

Page 2: Laporan

Kerapatan dan bobot jenis sangat dekat pengaplikasiannya dalam kehidupan

kita.Untuk itu, penting untuk mengetahui penentuan nilainya dengan menggunakan

beberapa alat, di antaranya neraca Westphal dan piknometer.Untuk dapat memahami

penggunaan dari alat tersebut dan penentuan nilai bobot jenis, maka dilakukan

percobaan ini menggunakan akuades, aseton, dan gliserol 10% sebagai contoh zat.

1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa

metode pengukuran.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis

dari akuades, aseton, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal dan

piknometer.

1.2 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot

jenis beberapa zat yaitu akuades, aseton, dan gliserol 10 % dengan menggunakan

neraca Westphal dan piknometerlalu membandingkannya dengan nilai kerapatan dan

bobot jenis secara teori.

Page 3: Laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang

diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat

ekstensif. Suatu sifat yang tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif.Sifat-

sifat intensif pada umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena

tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1996).

Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air dinamakan berat jenis zat.

Berat jenis adalah bilangan berdimensi yang sama besarnya kerapatan ini bila

dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (dalam kilogram per liter). Berat jenis

suatu zat dapat diperoleh dengan membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3. Sebagai

contoh berat jenis aluminium adalah 2,7 dan berat jenis es adalah 0,92. Berat jenis

benda-benda yang tenggelam dan air berkisar dari 1 sampai sekitar 22,5 (untuk

elemen yang paling padat, yaitu osmium) ( Tipler, 1998).

Suatu sifat yang besarnya bergantung pada jumlah bahan yang sedang

diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume merupakan sifat-sifat

ekstensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah

sifat instensif. Massa 1000 cm3airpada suhu 4 °C dan tekanan atmosfer normal adala

hampir tepat 1 kg. Rapatan dari air di bawah keadaan ini adalah 1000 g/1000cm3 =

1,000 g/cm3. Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap, rapatan

merupakan fungsi dari suhu. Satuan SI untuk rapatan adalah kg/m3 tetapi kadang-

kadang dapat pula dinyatakan dalam g/mL.Untuk gas satuannya adalah g/L (Petrucci,

1996).

Page 4: Laporan

Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air, maka benda

akan tenggelam di dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan

mengapung. Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda

yang tercelup ke dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap

kerapatan cairan (Tipler, 1998).

Dalam praktek, bobot jenis ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat

pada volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar

(t°C) sehingga bobot jenis menurut definisi lama diberikan nama lain yaitu kerapatan

atau densitas (d) yang didefinisikan sebagai:

d =

Bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t ° CBobot sejumlah volume air pada suhu 4 ° C

atau sering diberi lambang d4t

(Taba dkk., 2013).

Bobot jenis menurut definisi baru diberi nama gravitas spesifik

(specificgravity) Sgt

(Taba dkk., 2013).

Sgt

=

Bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t ° CBobot sejumlah volume air pada suhu 4 ° C

d4t

= Sgt

x daqt

Walaupun kebanyakan zat padat dan cairan mengembang bila dipanaskan dan

menyusut sedikit dipengaruhi oleh pertambahan tekanan eksternal, perubahan dalam

volume ini relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan zat

padat dan cairan hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya,

kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan, sehingga temperatur

dan tekanan harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Tipler, 1998).

Page 5: Laporan

Pada dasarnyaproses yang samadapat digunakan untukmenentukanvolume

suatu zat yang tidak diketahui dalam wadah tertutup.Pertama,

obyekhampaditimbangkosong.Kemudiandiisi dengan cairanyangdiketahui

kerapatannya danditimbang kembali.Selisih bobot (Δm) adalah bobotcairan dari data

tersebut. Volume dapat dihitung dengan rumusV=m/ρ. Seperti yangtelah dijelaskan,

proses inidigunakan untuk mengalibrasi sampelyang digunakan

dalammerkuriporosimetri(Mustafa dan Gerpen, 2000).

Densitas metil eterdariasam lemaksebagaifungsidari suhu

dapatdiperkirakanhanyamenggunakanhubungan empiris (Kimilu dkk, 2011)

Pada 25 °C ekspansi koefisien panas dari air adalah α = 2.07 x 10- 4 K - 1 dan

kerapatan 0.9970 g/cm 3. Densitas dari suatu zat, padat, cair dan gas dengan suhu

tertentu berbeda-beda.Densitas adalah perbandingan antara massa m dengan volume

V, perubahan densitas disebabkan oleh pemanasan yang menyebabkan perubahan

volume. Di sisi lain, jika volume menurun pada saat pemanasan, maka kepadatan

akan meningkat(Monk, 2004).

Huruf Yunani ρ (rho) biasanya digunakan untuk menyatakan kerapatan

(Tipler, 1998) :

ρ = mV

Kerapatanpadatandan cairanseringdibandingkan dengankerapatanair.Segala

sesuatu yangkurang padat(lebih ringan) daripada airmengapungdi atasnya, dan segala

sesuatu yanglebih padat(lebih berat)akantenggelam. Pada keadaan yang sama,

kepadatan gasdibandingkan denganudara.Setiapgasyang kurang padat(lebih ringan)

akan naikdi udara dan sesuatu yang lebihpadat (lebih berat) akan tenggelamdi

Page 6: Laporan

udara.Pada perhitungankepadatanobjek,kita harusmembuat duapengukuran, yaitu

berdasarkanmassa bendadan berdasarkan volumenya (Tipler, 1998).

Bila kerapatan suatu benda lebih besar daripada kerapatan air maka benda

akan terapung dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, benda akan mengapung.

Untuk benda-benda yang mengapung, bagian volume sebuah benda yang tercelup

dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan benda terhadap kerapatan cairan

(Tipler, 1998).

Neraca Mohr-Westphal dapat digunakan untuk mengukur densitascairanyang

lebih berat ataulebih ringandaripada air(0,0001 sampai 2,2220). Neracaterdiri

daripilar yang dapat diatur, ujungtiangstainlessdenganbantalanbatu akik, anting,

penyelam, dan silinder.Penyelamdigantungpada tiangdan ditempatkandalam

silinderyang mengandung sampel cairan.Antingditempatkanpada tiangsecara

berurutansampai tiang neraca.Jumlahrider settingadalah gravitasispesifiknya.Jika

cairanlebih ringandaripada air, posisi antingmenunjukkanpersepuluhunit, dan

antingyang lebih kecilmemberikan tempat desimal kedua, ketiga,dan keempat. Jika

cairanlebih beratdaripada air, anting keduaditempatkan pada pengait penyelam, di

mana ia memilikinilai 1. Anting lainmemberikantempat desimalberturut-turut (Fisher

Scientific International, 1992).

Piknometer digunakan untuk mengukur berat jenis suatu zat cair dan zat

padat, kapasitas volumenya antara 10 mL – 25 mL, bagian tutup mempunyai lubang

berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada suhu tetap. Volume zat

cair selalu sama dengan volume piknometer. Prosedur dan koreksi penentuan berat

jenis menurut SNI dengan piknometer yaitu membersihkan dan dikeringkan

piknometer; menimbang piknometer kosong; memasukkan air sampai penuh dan

tutup; merendam dalam air pada suhu 25 ºC selama 30 menit dan kemudian

Page 7: Laporan

keringkan bagian luarnya saja; menimbang dan membuang air tersebut kemudian

dikeringkan dan diisi dengan minyak biji mengkudu dan tutup kembali; merendam

dalam air pada suhu 25 ºC selama 30 menit dan kemudian keringkan bagian luarnya

saja; menimbang; menghitung bobot jenisnya (Basset dkk, 1994).

Metodepiknometer lainnyaadalah dengan menempatkansejumlahsampel

keringsebelumditimbang yang berwujud padat dalampiknometerdanmengisi

sisapiknometerdengancairanyang kerapatannyadiketahui (biasanya air),

bobotpiknometeryangtelah terisi dengan cairan mempunyai bobotyang

sebelumnyatidak diketahui.Kerapatan darisampel dapatditentukan darikerapatan yang

diketahui sebelumnya yaitu air,bobotpiknometeryang mengandungsampel

dancairan,dan bobotsampel.Metode ini adalah metodeyang umum digunakan

dalamkarakterisasisampel(Basset dkk, 1994).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Page 8: Laporan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu akuades, gliserol 10 %,

metanol, kertas saring, sabun cair dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan yaitu 1 set neraca Westphal,

piknometer 25 mL, gelas ukur tanpa skala, pipet tetes, neraca analitik, termometer

100 °C, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL.

3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca

Westphal

Neraca Westphal dirangkai dan diseimbangkan terlebih dahulu.Diisi gelas

ukur dengan akuades sampai batas skala atas kemudian di ukur suhunya dengan

menggunakan termometer dicatat suhu akuades.Dimasukkan penyelam ke dalam

gelas ukur yang berisi akuades dan diatur lengan neraca sehingga penyelam kurang

lebih 2 cm dari permukaan cairan.Diletakkan anting pada skala lengan tunggal

sedemikian rupa sehingga neraca Westphal setimbang, kemudian ditentukan bobot

jenis dari akuades dengan melihat angka skala dengan ditunjukkan oleh anting dari

anting terbesar sampai anting terkecil.Penyelam dan gelas ukur kemudian

dibersihkan dan dikeringkan.Isi dari gelas ukur diganti berturut-turut dengan metanol

dan gliserol 10%, dan dilakukan pengerjaan dengan prosedur yang sama.

3.3.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan

Piknometer

Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.Kemudian diisi

piknometer dengan akuades sampai penuh kemudian ditutup.Diukur suhu akuades

Page 9: Laporan

dengan termometer kemudian dicatat suhunya.Dibersihkan bagian luar piknometer

dengan menggunakantissue.Setelah itu, ditimbang piknometer yang berisi akuades

dengan menggunakan neraca analitik dan dicatat bobotnya.Piknometer dibersihkan

dan dikeringkan. Dilakukan prosedur yang sama dengan dengan akuades untuk

metanol kemudian gliserol 10 %.

Page 10: Laporan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal

No. Contoh

Pembacaan Skala

Suhu (°C)Bobot jenisAntin

g IAnting

IIAnting III

Anting IV

1. Akuades 7 5 2 3 29,6 0,7523

2. Metanol 7 4 3 9 28,9 0,7439

3. Gliserol 10% 7 4 5 0 30,2 0,7450

Tabel 2. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

No

.Nama

Bobot (gram) Suhu

(°C)Piknometer + Sampel Piknometer Kosong Sampel

1. Akuades 43,8732 18,9146 24,9586 29,7

2. Metanol 44,5740 18,9146 25,6594 29,8

3.Gliserol

10%39,4125 18,9146 20,4979 26,0

4.2 Perhitungan

4.2.1 Neraca Westphal

A. Akuades

Anting I : 7 x 0,1 = 0,7

Page 11: Laporan

Anting II : 5 x 0,01 = 0,05

Anting III : 2 x 0,001 = 0,002

Anting IV : 3 x 0,0001 = 0,0003

Anting I + II + III + IV = 0,7523

Sgt = 0,7523

d4t = Sg

t x daqt 29,6°C = 0,7523 x 0,995766g/cm3

= 0,7491g/cm3

B. Metanol

Anting I : 7 x 0,1 = 0,7

Anting II : 4 x 0,01 = 0,04

Anting III : 3 x 0,001 = 0,003

Anting IV : 9 x 0,0001 = 0,0009

Anting I + II + III + IV = 0,7439

Sgt = 0,7439

d4t = Sg

t x daqt 30,2°C = 0,7439 x 0,995586g/cm3

= 0,7406g/cm3

C. Gliserol 10%

Anting I : 7 x 0,1 = 0,7

Anting II : 4 x 0,01 = 0,04

Anting III : 5 x 0,001 = 0,005

Anting IV : 0 x 0,0001 = 0,0000

Anting I + II + III + IV = 0,7450

Sgt = 0,7450

Page 12: Laporan

d4t = Sg

t x daqt 28,9°C = 0,7450 x 0,995973g/cm3

= 0,7420 g/cm3

4.2.2 Piknometer

A. Akuades

Bobot akuades + piknometer = 43,8732

Bobot piknometer kosong = 18,9146

Bobot akuades = 24,9586

Sgt =

bobot akuadesbobot akuades

=24,9586 g24,9586 g

=1 , 0000

daqt (29,7 °C) = 0,995736g/cm3

d4t = Sg

t × daqt (29,7 °C)

= 1,0000 × 0,995736g/cm3

= 0.9957g/cm3

B. Metanol

Bobot metanol + piknometer = 44,5740

Bobot piknometer kosong = 18,9146

Bobot metanol = 25,6594

Sgt =

bobot metanolbobot akuades

=25,6594 g24,9586 g

=1 , 0281

daqt (29,8 °C) = 0,995706g/cm3

d4t = Sg

t × daqt (29,8 °C)

Page 13: Laporan

= 1,0281 × 0,995706g/cm3

= 1, 0237 g/cm3

C. Gliserol 10 %

Bobot gliserol + piknometer = 39,4125

Bobot piknometer kosong = 18,9146

Bobot akuades = 25,4025

Sgt =

bobot gliserolbobot akuades

=25,4025 g24,9586 g

=1 , 0178

daqt (26,0 °C) = 0,996783g/cm3

d4t = Sg

t × daqt (26,0 °C)

= 1,0178 × 0,996783g/cm3

= 1, 0145 g/cm3

4.3 Pembahasan

Zat memiliki kerapatan dan bobot jenis yang berbeda-beda. Kerapatan adalah

perbandingan bobot suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada suhu 4 °C

pada volume yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot suatu zat dengan

bobot air pada suhu dan volume yang sama.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan kerapatan dan bobot jenis melalui

dua cara yaitu dengan menggunakan neraca Wesphalt dan piknometer. Bahan atau

sampel yang digunakan adalah akuades, gliserol 10%, dan metanol.

Pengukuran pertama yaitu dengan menggunakan neraca Westphal dimulai

dengan merangkai neraca sedemikian rupa. Setelah itu, gelas ukur diisi dengan zat

Page 14: Laporan

yang akan diukur kerapatan dan bobot jenisnya yaitu akuades, metanol, dan

gliserol 10 %, tetapi sebelumnya dipastikan bahwa gelas ukur telah dibersihkan dan

dikeringkan agar tidak adanya zat lain di dalamnya yang dapat mempengaruhi

pengukuran. Setelah itu, suhu zat di dalam gelas ukur diukur karena nilai kerapatan

zat berpengaruh pada suhu.Kemudian penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur dan

jangan sampai menyentuh dinding gelas ukur karena hal itu dapat mempengaruhi

kesetimbangan neraca sehingga mengganggu dalam pembacaan skala.Setelah itu,

anting-anting diletakkan pada skala yang tepat sampai neraca seimbang.Saat

mengambil anting-anting dan meletakkan pada skala pada lengan neraca harus

menggunakan pinset agar tidak ada bobot tambahan yang mungkin saja berasal dari

tangan.Pembacaan skala untuk mengetahui bobot jenisnya dimulai dari anting

terkecil sampai anting terbesar.Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat

sesuai dengan bobot jenis sampel yang sebenarnya.

Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

dimulai dengan menimbang piknometer kosong yang telah kering dan bersih hal ini

bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jadi, jika masih terdapat titik air

di dalamnya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Setelah menimbang

piknometer kosong dengan neraca analitik, zat yang akan diukur bobot jenisnya

dimasukkan ke dalam piknometer lalu diimpitkan dengan perlahan sampai tidak ada

gelembung udara yang dapat mempengaruhi pengukuran dan dinding luar

piknometer dibersihkan agar tidak mempengaruhi pengukuran. Kemudian diukur

suhu zat di dalam piknometer lalu ditimbang piknometer yang berisi zat dengan

neraca analitik dan dicatat bobotnya.Tetapi sebelum itu dengan cara yang sama,

akuades ditentukan terlebih dahulu bobotnya sebagai zat baku pembanding dalam

penentuan nilai bobot jenis zat.Pada sampel yang mudah menguap seperti metanol,

Page 15: Laporan

pengukuran harus segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel, sebab

sampel akan terus berkurang bobotnya dalam piknometer.

Berdasarkan dari hasil pengukuran bobot jenis dan kerapatan contoh zat yaitu

akuades, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal

didapatkanyaitu akuades memiliki Sgt = 0,7523 dan d4

t = 0,7491 g/cm3, metanol

memiliki Sgt = 0,7439 dan d4

t = 0,7406 g/cm3 , dan gliserol memiliki Sgt = 0,7450 dan

d4t = 0,7420 g/cm3.

Hasil yang diperoleh pada pengukuran bobot jenis dengan menggunakan piknometer

adalah akuades memiliki Sgt = 1 dan d4

t = 0.9957g/cm3, metanol memiliki Sg

t = 1 ,0281

dan d4t = 1, 0237 g/cm3, dan gliserol 10 % memiliki Sg

t = 1 ,0178dan d4

t = 1, 0145

g/cm3.

Terdapat perbedaan antara kedua metode tersebut dapat disebabkan adanya

perbedaan suhu dalam pengerjaan dengan kedua metode ini.Menurut teori, bobot

jenis akuades adalah 1 g/cm3, metanol adalah 0,7915 g/cm3, dan gliserol memiliki

bobot jenis 1,26 g/cm3. Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari hasil

percobaan dan teori, terjadi sedikit perbedaan nilai bobot jenis dari masing-masing

sampel.Hal ini mungkin disebabkan kesalahan dalam pengukuran seperti kesalahan dalam

mengkalibrasi, pembacaan skala, kondisi neraca danneraca Wesphalt yang tidak tepat

seimbang, piknometer yang tidak terlalu kering saat ditimbang, menguapnya sampel pada

percobaan piknometer.

Page 16: Laporan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengukuran bobot jenis dan kerapatan contoh zat yaitu

akuades, metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal

didapatkanakuades memiliki kerapatan 0,7491g/cm3 dan bobot jenis 0,7523 pada

suhu 29,6 oC; metanol memiliki kerapatan 0,7406g/cm3 dan bobot jenis 0,7439pada

suhu 30,2 oC; dan gliserol memiliki kerapatan 0,7420g/cm3 dan bobot jenis

0,7450pada suhu 28,9oC. Sedangkan dengan metode Piknometer, pada akuades

diperoleh kerapatan 0.9957g/cm3dan bobot jenis 1 pada suhu 29,7oC; metanol

memiliki kerapatan 1,0237 g/cm3 dan bobot jenis 1,0281pada suhu 29,8oC; dan

gliserol 10% memiliki kerapatan 1, 0145 g/cm3 dan bobot jenis 1,0178pada suhu

26,0oC.

5.2 Saran

Saran untuk laboratorium yaitu diharapkan menyediakan alat dan bahan

dengan lengkap agar praktikum berjalan dengan baik.Laboratorium diharapkan

memperbaiki sarana dan prasarana laboratorium, misalnya, saluran air yang rusak

agar praktikum lebih berjalan lancar.

Page 17: Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, Denny, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik edisi keempat, diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono, EGC, Jakarta.

Fisher Scientific International, 1992, The Fisher Catalog (1510-1511), Fisher Scientific Company, USA.

Kimilu, R. K., Nyang’aya, J. A., dan Onyari, J. M., 2011, The Effects Of Temperature and Blending On The Spesific Gravity and Viscosity Of Jatropha Methyl Ester, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 6 (12): 1819-6608.

Mustafa, E. Tat dan Gerpen,J. H.V, 2000, The Specific Gravity of Biodiesel and Its Blends with Diesel Fuel,77(2).

Monk, Paul., 2004, Physical ChemistryUnderstanding our Chemical World, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, England.

Petrucci, R.H., 1996, Kimia DasarPrinsip dan Terapan Modern,edisi keempat jilid pertama, diterjemahkan oleh Sumidar Achmadi, Erlangga, Jakarta.

Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., dan Fauziah, S., 2011, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tipler, Paul A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, diterjemahkan oleh Dra. Lea Presetio, M.Sc dan Rahmad W.Adi, Ph.D, Erlangga, Jakarta.

Page 18: Laporan

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 27 Maret 2013

ASISTEN PRAKTIKAN

MUHAMMAD YUSUF NURDIANTI NURDINNIM : H311 06 006 NIM : H311 11 279

Page 19: Laporan