55
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Dingin Media Air Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Ikan Mas Disusun oleh: Rizqi Koesoema A 230210120051 Ayip Choerul Rizal 230210120066 Ega Putra Pamungkas 230210120013 Kelompok 19 Laboratorium MSP UNIVERSITAS PADJADJARAN

Laporan Akhir Fha 25

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum FHA

Citation preview

Page 1: Laporan Akhir Fha 25

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Dingin Media Air Terhadap Membuka

dan Menutup Operculum Ikan Mas

Disusun oleh:

Rizqi Koesoema A 230210120051

Ayip Choerul Rizal 230210120066

Ega Putra Pamungkas 230210120013

Kelompok 19

Laboratorium MSP

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJATINANGOR

2013

Page 2: Laporan Akhir Fha 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

nikmat cipta, rasa, dan karsa yang telah diberikan sehingga laporan akhir praktikum

Fisiologi Hewan Air ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan akhir

prktikum ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum

Fisiologi Hewan Air dan juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu perikanan

dan ilmu kelautan bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.

Penyusun menguucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan assisten

laboratorium mata kuliah Fisiologi Hewan Air yang telah membimbing penyusun,

serta kepada seluruh pendukung yang membantu tersusunnya laporan akhir praktikum

ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini

masih banyak kekurangan, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran

dari para pembaca sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.

Jatinangor, Oktober 2013

Penyusun

Page 3: Laporan Akhir Fha 25

DAFTAR ISI

BAB Halaman

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2

1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas ................................................................................................... 3

2.2 Suhu ........................................................................................................... 6

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ............................................. 10

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 10

3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil .......................................................................................................... 13

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 15

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .................................................................................................... 21

5.2 Saran .......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23

LAMPIRAN ................................................................................................... 24

i

Page 4: Laporan Akhir Fha 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, yaitu suhu tubuhnya

mengikuti suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor

pembatas. Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengauhi kandungan

oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme

hewan akuatik tersebut.

Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan

jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong

kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan;

biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk

lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies

termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas

Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak, jukut.

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem

respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem

saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).

Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran

tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang

berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-

kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen

mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah

yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2

1

Page 5: Laporan Akhir Fha 25

2

berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang

disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh

operkulum.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu dingin

dan suhu panas media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan mas

yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini kita dapat mengetahui laju pernapasan dan cara benih ikan mas beradaptasi dengan lingkungannya ketika terjadi perubahan suhu, dengan cara menghitung buka tutup operculum benih ikan mas tersebut.

Page 6: Laporan Akhir Fha 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio.

2.1.2 Ciri Morfologi Ikan Mas

Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan

ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan

mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat di sembulkan, di bagian mulut

di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang

sempurna dan warna badan sangat beragam. (Susanto,2007).

Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan

ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung

yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup

insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).

Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang

berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang

bebas.

3

Gambar 1. Cyprinus carpio(http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/06/perikanan-tentang-budidaya-ikan-mas.html)

Page 7: Laporan Akhir Fha 25

Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed).

Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan

(protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam

4

Page 8: Laporan Akhir Fha 25

5

mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris

gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali

pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. sisik ikan mas berukuran

besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran).

Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras

dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung

berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal)

mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya

bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di

pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung

belakang pangkal ekor.

Insang berjumlah tiga pasang dengan penutupnya (operculum). Hampir

seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya

tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas ini berukuran relatif besar dan merupakan tipe

sisik sikloid. Ikan mas mempunyai 5 jenis sirip yaitu sepasang sirip dada (pectoral

fin), sepasang sirip perut (abdominal fin), sirip dubur (analfin), sirip punggung

(dorsal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang tunggal. Selain itu ikan mas mempunyai

gurat sisi atau linea lateralis yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor

yang berfungsi untuk mengetahui besarnya arus dalam air. Ekor pada ikan mas

bertipe homocerk, yaitu simetris dorso-ventral dan luar sedangkan dilihat sebelah

dalam dibangun oleh tulang-tulang yang asimetris di bagian dalam.

Gambar 2. Morfologi Ikan mas. (Sumber : blog.uad.ac.id)

Page 9: Laporan Akhir Fha 25

6

2.1.3 Sistem Respirasi Ikan Mas

Insang dimiliki oleh jenis ikan mas. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis

berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan

dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.

Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung

banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki

banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi

keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut

operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh

operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi

sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan

osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labrinyang merupakan perluasan ke

atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga

tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada

kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus

dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai

gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan

ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat

oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya

pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke

insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.Selain dimiliki oleh ikan, insang

juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki

insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.

2.1.4 Habitat Ikan Mas

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak

terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau.

Page 10: Laporan Akhir Fha 25

7

Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas

permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar,

ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang

bersalinitas (kadar garam) 25-30%.Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan

yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan

maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang

yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan sebagai ikan

konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di daratan

Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudidayaan ikan mas

di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk empang, balong

maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau waduk besar. Budidaya

modern di Jawa Barat menggunakan sistem air deras untuk mempercepat

pertumbuhannnya.

Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai sedang

dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak menyediakan

pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah

tempat yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai yang terlindungi

rindangmya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang

tumbang dapat menjadi tempat favoritnya. Di Indonesia sendiri untuk mencari tempat

memancing ikan mas bukanlah hal yang sulit. Karena selain telah dibudidayakan

banyak empang yang sengaja dibuat demi memanjakan para penggemar mancing ikan

mas.

2.2 SUHU

2.2.1 Pengertian

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyerapan organisme khususnya pada ikan yang bernapas dengan

insang.. Proses kehidupan vital yang seringdisebut proses metabolisme. Hanya

Page 11: Laporan Akhir Fha 25

8

berfungsi dalam kisaran suhu yang relative sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken

1992 dalam sembiring, 2008). Apabila ikan berada pada suhu yang bukan habitatnya

makaikan akan menyesuaikan diri dengan cara membuka atau menutup operculum

ikan. Semakin tinggi suhu lingkungannya maka semakin cepat pula proses buka tutup

operculum ikan tersebut

MenurutHandjojodanDjokoSetianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air

normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan

metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan factor fisik yang sangat penting

di air.

2.2.2 Faktor-Faktor yang  MempengaruhiSuhu

Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai factor seperti

intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,

ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupolehvegetari) dari

pepohonan yang tumbuh seltepi (Brehm  danMelfering, 1990, dalam Barus, 2010).

Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas

yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan

hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.

Hal in iterutama akan menyebabkan peningkatan temperature suatu system perairan

(Barus, 2001)

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini

adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliransungai (Flux)

danpolasirkulasi air (Hadikusumah, 2008).

Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak

mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis

air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 C, setiap satuan volume air

memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan

dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan

Page 12: Laporan Akhir Fha 25

9

yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu

yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya

penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain:

1. Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air. 

2. Angin, sebagai penggerak permindahan massa air. 

3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat

lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan

air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.

Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut

didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding

dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim,

lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari,

penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan

peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan

kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.

Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan pada perairan

tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu tersebut biasanya

berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan

untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap

proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu

pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan.

Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10oC suhu perairan mengakibatkan

meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat,

sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang.

Keadaan suhu alami memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi

secara optimum. Banyak kegiatan hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi,

pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses

Page 13: Laporan Akhir Fha 25

10

metabolisme. Oleh sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan

dianggap merugikan (Clark, 1974).

Page 14: Laporan Akhir Fha 25

BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air Terhadap Membuka

dan Menutup Operculum Ikan Mas dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 03 Oktober

2013 pada pukul 13:15 s.d. selesai. Tempat praktikum dilaksanakan di

Laboratoriumlaboratorium MSP, Laboratorium Akuakultur danLaboratorium

Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat Dan Bahan

Dalam pelaksanaan praktikum digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat

Beaker glass sebagai tempat untuk ikan yang diamati.

Wadah plastik sebagai tempat ikan sebelum dan setelah diamati.

Water bath sebagai penangas air.

Termometer Hg/alkohol untuk mengukur suhu air.

Hand counter untuk menghitung bukaan operculum ikan.

Timer/stopwatch untuk mengamati waktu.

2. Bahan

Benih ikan mas sebanyak 3 ekor.

Stok es balok untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.

Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.

3.3 Prosedur

Dalam percobaan, langkah-langkah yang diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan satu beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua

wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.

11

Page 15: Laporan Akhir Fha 25

12

2. Mengambil sebanyak 3 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu

memasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media air.

3. Mengisi beaker glass dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu mengukur

suhunya dengan termometer dan mencatat hasilnya.

4. Pengamatan dilakukan dengan lima perlakuan, yaitu:

a. T1 = untuk suhu kamar (.... ± 0,5oC)

b. T2 = untuk suhu 3oC di bawah suhu kamar.

c. T3 = untuk suhu 6oC di bawah suhu kamar.

d. T4 = untuk suhu 3oC di atas suhu kamar.

e. T5 = untuk suhu 6oC di atas suhu kamar.

5. Memasukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sedah diketahui

suhunya (perlakuan a) kemudian menghitung banyaknya membuka dan

menutupnya operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan

hand counter dan stopwatch sebagai penunjuk waktu dan mengulangnya

sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat

pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.

6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama melanjutkan dengan ikan uji berikutya

sampai ketiga ikan teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam

wadah plastik lain yang telah disediakan.

7. Setelah selesai dengan perlakuan a, melanjutkan dengan perlakuan b dengan

mengatur suhu air pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang

diinginkan dengan cara menambahkan es balok yang telah dipecahkan dengan

palu sedikit demi sedikit. Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu

air naik pada kisaran toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti

pada point 5.

8. Setelah selesai dengan perlakuan b, melanjutkan dengan perlakuan c dengan

mengatur suhu pada beaker glasssupaya sesuai dengan suhu yang diinginkan

Page 16: Laporan Akhir Fha 25

13

dengan cara menambahkan es balok yang telah dipecahkan dengan palu

sedikit demi sedikit. Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air

naik pada kisaran toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada

point 5.

9. Setelah selesai dengan perlakuan c, melanjutkan dengan perlakuan d dengan

mengatur suhu pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.

Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran

toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

10. Setelah selesai dengan perlakuan d, melanjutkan dengan perlakuan e dengan

mengatur suhu pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.

Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran

toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

Page 17: Laporan Akhir Fha 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Data hasil dari pengamatan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar (T1 = 27oC)

Ikan ke :Ulangan

Rata-rataI II III

1 122 137 123 127,3

2 164 136 146 148,7

3 137 148 153 146

Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC di bawah suhu

kamar (T2 = 24oC)

Ikan ke :Ulangan

Rata-rataI II III

1 122 120 105 115,72 123 128 115 122

3 124 126 121 123,7Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 6oC di bawah suhu

kamar (T3 = 21oC)

Ikan ke :Ulangan

Rata-rataI II III

1 132 112 123 122,3

2 108 110 99 105,7

3 100 86 90 92

14

Page 18: Laporan Akhir Fha 25

15

Tabel 4. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC di atas suhu

kamar (T4 = 30oC)

Ikan ke :Ulangan

 Rata-rataI II III

1 137 151 161 149,7

2 145 144 151 146,7

3 149 150 147 148,7

Tabel 5. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 6oC di atas suhu

kamar (T5 = 33oC)

Ikan ke : Ulangan

 Rata-rataI II III

1 131 150 161 147,3

2 136 147 160 147,7

3 190 190 169 183

Page 19: Laporan Akhir Fha 25

16

4.2 Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan dengan menempatkan ikan pada suhu

yang berbeda-bedapada media air sesuai dengan yang diinginkan hal tersebut

berpengaruh terhadap pernapasan dan metabolisme ikan tersebut.Ikan merupakan

hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Bagi

hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas , oleh karena itu

perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut, yang

akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut

(Fahriya, 2012).Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan

lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Dalam keadaan suhu normal metabolisme

maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi

perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian

metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.

Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu

meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen sebagai bahan pernafasan

dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan

hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari

lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh

terhadap fisiologi respirasi ikan.Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi

oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju

metabolismenya semakin rendah. Selain itu umur mempengaruhi ukuran ikan,

sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Ikan

akan mengalami stres ketika berbeda media air saat dipindahkan dari wadahnya. Ikan

kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres. Oleh

sebab itu biasanya dilakukan aklimatisasi sehingga ikan dapat beradaptasi perlahan-

lahan terhadap kodisi lingkungan barunya.

Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan maka ikan akan

berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak.

Page 20: Laporan Akhir Fha 25

17

Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga

oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Ketika ada

peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi

peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat

dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi. Respirasi ikan akan turut

mengatur pH tubuhnya.

a. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 27oC

Pada percobaan atau perlakuan pertama yaitu pada suhu 27oC membuka dan

menutupnya operculum benih ikan mas antara ikan satu dengan yang lainnya

sangat bervariasi.Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahawa ukuran

ikan berpengaruh terhadapkebutuhan oksigen terlarut ikan. Selain itu, proses

aklimatisasi ikan terhadap lingkungannnya atau juga mengalami stres

menyebabkan membuka dan menutup operculumnya belum stabil.

b. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 24oC

Pada perlakuan kedua dengan perubahan suhu dari 27oC menurun menjadi

24oC, membuka dan menutupnya operculum ketiga ikan mengalami

penurunan dari suhu sebelumnya. Pada temperature dibawah suhu kamar

maka tingkat buka-tutup operculum akan semakin lambat dari suhu kamar.

Penurunan suhu berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya operculum

ikan yang disebabkan suhu yang dingin membuat metabolisme ikan menurun

dan kebutuhan ikan akan oksigen terlarut semakin rendah..

c. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 21oC

Pada perlakuan ketiga suhu air diturunkan 3 derajat dari sebelumnya sehingga

suhunya lebih dingin dari suhu sebelumnya, ketika satu persatu ikan

dimasukan kedalam media air tersebut, jelas terlihat bahwa membuka dan

menutupnya operculum ketiga ikan pada waktu satu menit mengalami

penurunan. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin rendah suhu air maka

semakin rendah pula laju pernapasan dari benih ikan mas tersebut.

Page 21: Laporan Akhir Fha 25

18

d. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 30oC

Pada perlakuan yang keempat yaitu menaikan suhu air menjadi 30oC. Namun,

benih ikan mas tidak langsung di masukan pada media air yang suhunya lebih

tinggi, terlebih dahulu ikan diaklimatisasi selama 3 menit untuk

pengkondisian ikan dari suhu air yang dingin. Hal tersebut dilakukan agar

ikan dapat mengkondisikan suhu tubuhnya dari media air yang dingin ke

media yang sebelumnya. Setalah 3 menit satu persatu ikan di masukan pada

media air dengan suhu 30oC setelah diamati ternyata membuka dan

menutupnya operculum ikan kembali mengalami peningkatan dari yang

tadinya suhu rendah ke suhu yang tinggi khusunya ikan kesatu yang notabene

memiliki ukuran lebih kecil, sedangkan untuk kedua ikan lainnya

perbandingannya tidak begitu jauh dari suhu kamar awal (T1), hal

tersebutdisebabkan oleh metabolisme ikan yang semakin cepat pada suhu

yang lebih tinggi dari suhu kamarsehingga membutuhkan oksigen yang lebih

pula.

e. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 31oC

Pada perlakuan yang terakhir suhu dinaikan kembali menjadi 6 kali lebih

tinggi dari suhu kamar awal (T1). Setelah dihitung membuka dan menutup

operculumnya selama satu menit, ketiga benih ikan mas mengalami

peningkatan dalam membuka dan menutupnya operculum. Ketika suhu air

meningkat maka oksigen terlarut dalam air akan berkurang, sehingga ikan

akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume

yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas

bernapasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada

keadaan normal. Ketika ada peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen

terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan.

Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas

respirasi pada ikan tersebut.

Page 22: Laporan Akhir Fha 25

19

Perbandingan dengan data hasil pengamatan dari kelompok 2

Tabel 6. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar 25 C⁰

Ikan ke : Ulangan

 Rata-rataI II III

1 130 115 103 116

2 124 90 126 113

3 143 151 161 152

Tabel 7. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 22 C⁰

Ikan ke : Ulangan

 Rata-rataI II III

1 127 133 153 138

2 160 135 141 145

3 154 137 136 142

Tabel 8.Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu19 C⁰

Ikan ke :Ulangan

 Rata-rataI II III

1 151 152 163 155

2 129 117 136 127

3 160 124 121 135

Tabel 9. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 28oC

Ikan ke : Ulangan

 Rata-rataI II III

1 145 139 149 144

Page 23: Laporan Akhir Fha 25

20

2 161 162 174 165

3 162 167 166 165

Tabel 10. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 31 C⁰

Ikan ke :Ulangan

 Rata-rataI II III

1 179 190 173 180

2 165 178 175 172

3 189 186 184 186

Dari data tabel di atas terdapat perbedaan hasil dengan hasil data dari

kelompok kami. Dari data kelompok 2di atas menunjukan adanya peningkatan

membuka dan menutup operculum ketika suhu air diturunkan dan dinaikkan,

sedangkan pada hasil pengamatan kami bukaan operculum ikan terus menurun seiring

dengan diturunkannya suhu dan mengalami peningkatan bukaan operculum pada saat

suhu air dinaikkan, begitu pula dengan beberapa data kelompok yang lain, seperti

pada data kelompok 4, kelompok9, dan kelompok 12 (terlampir). Data dari kel 2pada

tabel 7 dan tabel 8 menunjukan perbedaan aktivitas operculum ikan, ketika suhunya

diturunkan dari 22oC menjadi 19oC aktivitas operculum ikan malah meningkat

sehinga tidak membuktikan bahwa dalam suhu yang lebih rendah ikan tidak akan

terlalu banyak membutuhkan oksigen. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh

perbedaan ukuran ikan, dan keadaan ikan pada saat dipindahkan ke media air yang

berbeda dari sebelumnya sehingga ikan yang sulit mengkondisikan diri dengan

lingkungan yang baru. Ikan yang lebih kecil dan muda akan mengalami stress ketika

dipindahkan pada media air yang baru karena ikan seperti ini sangat rentan terhadap

perubahan suhu. Kemudian ketelitian dalam perhitungan bukaan operculum dalam

waktu tertentu juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil pengamatan antara

kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.

Page 24: Laporan Akhir Fha 25

21

Page 25: Laporan Akhir Fha 25

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas lingkungan perairan yang paling

jelas. Suhu tersebut mempunyai peranan yang peting dalam mengatur aktivitas

biologis hewan air di perairan. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun

tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan

suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme

tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Perubahan suhu

yang terjadi akan sangat berpengaruh terhadap pernafasan ikan, karena ketika ada

peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi

peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat

dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi. Apabila suhu meningkat maka

kelarutan oksigen berkurang. Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan

maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah

volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktivitas

pernapasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan

normal.

5.2 Saran

Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat mengetahui

bahwa perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap membuka dan

menutupnya operculum benih ikan mas. Ketika suhu menurun, bukaan

operculum ikan pun menurun pula, begitu juga seebaliknya ketika suhu naik

maka bukaan operculum ikan meningkat. Namun, ketelitian dalam

perhitungan bukaan operculum pada setiap setiap menitnya harus diperhatikan

oleh semua praktikan. Karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap

pembahasan dan kevalidan dari data hasil pengamatan. Praktikan juga

22

Page 26: Laporan Akhir Fha 25

23

seharusnya memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan ikan menjadi stres pada

saat diamati. Kmudian praktikan seharusnya memperhatikan dengan baik setiap

arahan dari laboran.

Page 27: Laporan Akhir Fha 25

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012.Suhu dan Kekeruhan Air. http://www.kajianpustaka.com/

Anonim,2011.Pengaruh Suhu Air Pada Makhluk Hidup. http://www.sentra-

edukasi.com/

Anonim,2012.Ikan Mas dan Ikan Lele. http://percobaandanpraktikum.blogspot.com/

Diakses tanggal 02 Oktober 2013

Fahriya, 2012. Pengaruh Suhu terhadap Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan.

Biofahriya.blogspot.com

24

Page 28: Laporan Akhir Fha 25

LAMPIRAN

Kelompok 1

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

27OC1 136 118 110 121,32 133 127 126 128,73 130 148 142 140

24OC1 108 113 114 111,72 122 122 112 118,63 130 125 125 126,7

21OC1 103 95 98 98,72 94 96 86 923 89 76 78 81

30OC1 115 117 122 1182 150 157 172 159,73 162 165 170 165,6

33OC1 153 160 163 158,72 160 166 171 165,7

Kelompok 2

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 130 115 103 1162 124 90 126 1133 143 151 161 152

23OC1 127 133 153 1382 160 135 141 1453 154 137 136 142

20OC1 145 139 149 1442 161 162 174 1653 162 167 166 165

29OC1 151 152 163 1552 129 117 136 1273 160 124 121 135

31OC1 179 190 173 1802 165 178 175 1723 189 186 184 186

25

Page 29: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 3

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 111 90 90 972 99 106 108 104,333 121 131 131 124,67

23OC1 90 87 81 862 84 92 87 87,673 106 102 96 101,33

20OC1 80 85 81 822 77 79 81 793 96 89 89 91,33

29OC1 132 127 126 128,332 120 128 127 1253 143 151 153 149

31OC1 135 137 142 1382 130 133 134 132,333 180 174 168 174

Kelompok 4

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 131 133 128 127,332 158 161 153 157,333 157 159 160 158,67

23OC1 130 129 131 1302 151 144 138 144,333 147 139 138 141,33

20OC1 120 122 117 119,672 130 132 134 1323 139 137 136 137,33

29OC1 160 163 162 161,672 167 165 170 167,333 166 171 169 166,60

31OC1 195 198 196 196,332 201 199 204 201,333 207 210 213 210

Page 30: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 5

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 136 135 137 1362 137 133 145 138,43 115 132 127 124,6

23OC1 123 114 114 1172 125 137 123 128,33 129 134 116 126,3

20OC1 101 112 112 108,32 117 120 120 1193 95 106 107 102,6

29OC1 139 148 160 1492 159 167 147 157,63 155 160 160 158,3

31OC1 151 178 155 161,32 154 160 164 159,33 164 163 151 159,3

Kelompok 6

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 85 143 185 1382 66 93 100 863 92 87 93 91

23OC1 146 145 133 1442 128 126 113 1223 155 96 116 122

20OC1 149 141 142 1442 160 149 139 1493 127 121 57 102

29OC1 76 97 100 1002 95 86 90 903 79 70 84 84

31OC1 130 135 132 1322 143 115 112 1123 159 105 89 89

Page 31: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 7

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 132 121 124 125,62 125 110 117 117,33 122 136 130 129,3

23OC1 108 115 106 109,62 101 102 100 100,33 118 117 115 116,6

20OC1 92 102 108 100,62 91 91 80 87,33 117 110 91 106

29OC1 177 178 180 178,32 164 170 175 169,63 155 162 167 161,3

31OC1 131 149 152 1442 142 149 173 154,63 173 165 180 172,6

Kelompok 8

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 150 148 141 1462 137 135 135 1363 136 138 143 139

23OC1 125 115 106 1152 112 111 111 1113 114 116 113 114

20OC1 104 87 91 942 96 91 96 943 110 102 90 101

29OC1 147 150 146 1472 148 143 145 1453 147 145 142 143

31OC1 159 152 151 1542 149 157 153 1533 158 148 144 150

Page 32: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 9

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

6OC1 127 127 127 1272 116 116 114 1153 110 113 116 113

23OC1 107 116 116 1132 114 102 104 106,73 111 106 105 107,3

20OC1 100 108 90 99,32 103 105 106 104,73 92 98 95 95

29OC1 106 118 112 1122 120 120 114 1163 124 126 121 123,7

31OC1 138 138 146 140,72 134 133 146 137,73 142 144 149 145

Kelompok 10

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 160 160 149 1562 152 132 125 1363 103 156 124 128

23OC1 157 166 151 1582 149 131 126 1353 111 116 118 115

20OC1 90 76 74 802 94 94 97 913 85 82 92 86

29OC1 166 165 157 1622 183 186 170 1793 182 169 180 77

31OC1 230 235 234 2332 249 241 244 2443 249 240 263 250

Page 33: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 11

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 105 127 107 1132 105 117 117 1133 124 112 103 113

23OC1 84 77 99 86,62 97 87 87 90,33 96 95 95 95

20OC1 90 80 88 862 85 80 73 793 113 106 97 105

29OC1 148 140 127 1382 155 140 142 1463 148 138 179 155

31OC1 150 135 135 153,62 173 193 193 176,33 142 162 157 153,6

Kelompok 12

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 125 148 138 144,32 159 162 152 157,33 157 152 146 151,7

23OC1 139 136 135 136,32 168 165 165 166,73 166 153 158 159,3

20OC1 143 140 93 125,32 146 139 154 146,33 135 133 129 132,3

29OC1 157 160 162 159,72 172 178 172 1743 170 168 176 171,3

31OC1 181 184 186 183,72 191 193 190 191,33 186 189 191 188,7

Page 34: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 13

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 103 102 107 110,42 137 132 129 132,73 136 134 120 134

23OC1 134 140 142 138,62 142 146 147 1453 99 105 110 105

20OC1 104 101 107 1032 110 109 105 1083 124 129 125 126

29OC1 138 135 122 1312 140 134 158 1443 156 135 145 154

31OC1 138 156 120 1382 170 197 183 183,33 176 170 140 162

Kelompok 14

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 95 81 89 88,332 138 135 154 142,333 136 155 150 147

23OC1 131 144 134 1362 167 127 134 1433 150 145 147 147

20OC1 86 86 78 832 74 81 76 773 85 93 94 91

29OC1 138 158 137 1442 135 137 136 1363 150 147 140 146

31OC1 197 190 190 1922 187 182 183 1843 199 183 191 191

Page 35: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 15

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 126 128 137 130,32 128 148 158 144,673 137 128 130 131,67

23OC1 102 111 104 1052 117 111 110 1133 102 95 118 105

20OC1 75 58 67 66,72 68 97 68 873 129 132 133 131,3

29OC1 159 130 148 145,72 165 145 141 150,33 177 188 188 184,4

31OC1 145 157 159 1532 216 - - 2163 254 - - 254

Kelompok 16

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC123

23OC123

20OC123

29OC123

31OC123

Page 36: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 17

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 122 137 123 127,32 164 136 146 148,73 137 148 153 146

23OC1 122 120 105 115,72 123 128 115 1223 124 126 - 123,7

20OC1 132 112 123 122,32 108 110 99 105,73 100 86 90 92

29OC1 137 151 161 149,72 145 144 151 146,73 149 150 147 148,7

31OC1 131 150 161 147,32 136 147 160 147,73 190 190 169 183

Kelompok 18

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 102 125 129 118,62 113 150 133 1323 97 106 117 106,6

23OC1 103 100 112 1052 103 121 130 1183 142 174 139 151,6

20OC1 135 168 119 140,62 110 147 168 141,63 162 124 132 139,3

29OC1 102 102 125 109,62 120 125 127 1243 117 121 117 118,3

31OC1 115 116 127 119,32 115 166 160 1473 125 126 130 127

Page 37: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 19

Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III

26OC1 121 116 78 1052 70 104 98 90,673 130 116 130 125,33

23OC1 98 85 77 86,672 102 78 54 783 109 68 68 80,67

20OC1 57 52 35 482 68 80 43 63,673 62 43 49 58

29OC1 121 115 122 119,32 131 124 107 120,63 123 116 111 116,6

31OC1 142 152 132 1422 153 144 128 141,63 146 116 114 126

Kelompok 20

Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III

26OC1 265 173 181 206,32 149 154 114 1393 228 153 160 180,3

23OC1 148 144 151 148,32 110 102 110 107,33 112 117 117 115,3

20OC1 74 114 101 96,32 72 76 73 73,63 93 95 98 95,3

29OC1 210 200 271 2272 213 195 210 2063 260 256 253 256,3

31OC1 203 229 240 2242 229 225 215 2233 231 197 223 217

Page 38: Laporan Akhir Fha 25

Kelompok 21

Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III

26OC1 160 145 140 148,32 105 109 114 109,33 146 155 162 154,3

23OC1 123 121 131 1662 124 112 90 108,63 118 116 123 119

20OC1 122 107 116 1152 107 81 91 933 123 119 122 121,3

29OC1 155 180 162 165,62 176 158 147 167,33 167 172 169 169,3

31OC1 181 167 171 1732 190 170 187 182,33 199 199 190 196

Kelompok 22

Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III

26OC123

23OC123

20OC123

29OC123

31OC123

Page 39: Laporan Akhir Fha 25

Objek yang akan diamati yaitu 3 ekor ikan mas dengan warna yang berbeda.

Alat pemanas air dan es batu untuk menaikan suhu air dan menurunkan suhu air.

Penghitungan buka tutup operculum.

Pengukuran suhu untuk menentukan suhu yang diinginkan.