Upload
docong
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
KAJIAN PEWILAYAHAN KOMODITASBERDASARKAN ZONA AGRO EKOLOGI SKALA
1:50.000 DI KKAABBUUPPAATTEENN AACCEEHH BBAARRAATT,,NNAAGGAANN RRAAYYAA DDAANN AACCEEHH BBAARRAATT DDAAYYAA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2014
NAMA PENELITI UTAMA : DIDI DARMADI, S.P., M.Si.
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTPKegiatan 2014
:Kajian Pewilayahan KomoditasBerdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala1:50.000 Di Kabupaten Aceh Barat,Nagan Raya Dan Aceh Barat Daya
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianProvinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 20145. Status Penelitian : Baru6. PenanggungJawab :
A. Nama : Didi Darmadi, S.P., M.Si.B. Pangkat/ Golongan : Penata Muda Tk. I/ IIIbC. Jabatan : Penyuluh Pertama
7. Lokasi : Provinsi Aceh8. Agroekosistem : Multi Agroekosistem9. TahunMulai : 201410. TahunSelesai : 201411. Output Tahunan : Tersedianya Data Dan Peta Komoditas
Unggulan Di Kabupaten Barat,Kabupaten Nagan Raya DanKabupaten Aceh Barat Daya
12. Output Akhir Tersedianya Data Dan Peta KomoditasUnggulan Di Masing-Masing KabupatenDalam Provinsi Aceh
13. Biaya : RP 145.400.000,- (Seratus EmpatPuluh Lima Juta Empat Ratus RibuRupiah)
MengetahuiKepala Balai,
Ir. Basri AB, M.SiNIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program,
Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 003
Penanggungjawab Kegiatan,
Didi Darmadi, S.P., M. Si.NIP. 19810512 200604 1 010
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbal ‘alamin, segala puji bagi Tuhan semesta alam yang
telah memberi kami kesehatan, kesempatan dan ilmu pengetahuan sehingga kami
dapat melaksanakan kegiatan dan menulis laporan akhir kegiatan “Kajian
Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala 1:50.000 di Kabupaten
Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh”.
Kegiatan pewilayahan Zona Agro Ekologi Skala 1:50.000 terlaksana karena
mendapat dukungan langsung Balai Besar Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian (BBPSDLP) di Bogor untuk menyediakan data sekunder dalam bentuk
shape file dan data lainnya juga kegiatan ini mendapat respon positif dari Bappeda
Provinsi, Bappeda Kabupaten, Dinas/Instansi tingkat II yang terkait, dan
penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam
pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan
ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi yang menggunakan.
Banda Aceh, Desember 2014Penanggungjawab,
Didi Darmadi, S.P., M.Si.NIP.19810512 200604 1 0 10
RINGKASAN
4
1 Judul :Kajian Pewilayahan KomoditasBerdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala1:50.000 di Kabupaten Aceh Barat, NaganRaya dan Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh.
2 Unit Kerja :Balai Pengkajian Teknologi PertanianAceh
3 Lokasi :Provinsi Aceh
4 Agroekosistem :Multiagroekosistem
5 Status (L/B) :Lanjutan
6 Tujuan :1. Menyusun data tentang keadaanbiofisik dan sosial ekonomi ke dalamsuatu sistem pangkalan data dan peta.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaianbeberapa jenis tanaman/komoditaspertanian unggulan spesifik lokasi sertakebutuhan teknologinya.
3. Memberikan masukan dalamperencanaan pengkajian danpengembangan komoditas spesifiklokasi.
7 Keluaran :1. Tersusunnya suatu sistem pangkalandata dan berbagai peta mengenaikeadaan serta potensi biofisik dansosial ekonomi.
2. Identifikasi beberapa jenis komoditaspertanian spesifik lokasi teknologibudidayanya.
3. Bahan masukan bagi perencanaanpenelitian/pengkajian danpengembangan komoditas unggulanspesifik lokasi.
8 Hasil :- Peta pewilyahan komoditasberdasarkan zona agro ekologi skala1:50.000 untuk kabupaten terpilih.
- Peta pewilayahan komoditas unggulanterpilih.
9 Prakiraan Manfaat :Peta pewilayahan komoditas berdasarkanzona agro ekologi skala 1:50.000, dapatdijadikan sebagai salah satu bahanpertimbangan pengembangan komoditaspertanian spesifik lokasi.
5
10 Prakiraan Dampak :Penggunaan peta pewilayahan komoditasberdasarkan zona agro skala 1:50.000dan permintaan pendetilan peta tematiksemi detail menjadi detail sesuai dengankebutuhan pengguna (pemerintahdaerah) dalam pengembangan komoditaspertanian spesifik lokasi.
11 Prosedur :Koordinasi dan sosialisasi denganpemerintah daerah, Pengumpulan datasekunder peta spasial dari BBSDLP danBIG, Pembuatan peta satuan lahan,pembuatan peta observasi, pengambilansampel tanah, wawancara dengan petaniuntuk kondisi existing di lokasi penelitian,analisis sampel tanah di laboratorium,analisis usaha tani hasil wawancaradengan petani, analisis data hasil analisissampel tanah menggunakan aplikasiSPKL, pembuatan peta kesesuaian lahanZona Agro Ekologi Skala 1:50.000,Rekomendasi komoditas berdasarkankesesuaian lahan.
12 Jangka Waktu :1 tahun.13 Biaya :Rp. 145.400.000,- (Seratus empat
puluh lima juta empat ratus riburupiah).-
6
SUMMARY
1. Title :The Study of Zoning CommoditiesBased Agro-Ecological Zones Scale 1:50,000 in West Aceh, Nagan Raya andWest Aceh, Aceh province
2. Implementation Unit :Assessment Institute for AgricultureTechnology (AIAT aceh)
3. Location :Aceh Province
4. Agroecosystem :Wet land and dry land
5. Status :Continued6. Objectives :1. Compile data on biophysical and
socio-economic circumstances into asystem database and map.2. Conduct an analysis of the suitabilityof some types of plants / seed-specificagricultural commodities andtechnology needs.3. Provide input in the planning anddevelopment assessment of specificcommodities
7. Output :1. Establishment of a database systemand a variety of maps of the stateas well as biophysical and socio-economic potential.
2. Identification of some specific typesof agricultural commoditiesproduction technologies.
3. Material input for the planning ofresearch/assessment anddevelopment of leading commodityspecific.
8. Outcome :1. The Map of zoning commoditybased on agro-ecological zone scale1: 50,000 for the selected districts.
2. Map of the leading commodityzoning elected.
9. Expected benefit :The commodity zoning map basedagro ecological zone scale 1: 50,000,can be used as a materialconsideration the development of site-specific agricultural commodities.
7
10. Expected impact :The use of commodity zoning mapsbased agro zone scale 1: 50,000 anddemand pendetilan semi detailedthematic maps into the detailsaccording to the needs of users (localgovernment) in the development ofsite-specific agricultural commodities.
11. Procedure :To coordination and socializing withlocal government, secondary data wascollected spatial map of BBSDLP andBIG, Mapping unit of land, map makingobservations, soil sampling, interviewswith farmers to existing conditions inthe study area, analysis of soil samplesin the laboratory, analysis farm withinterview’s farmer, analysis of datafrom the analysis of soil samples usingSPKL applications, land suitability mapmaking Agro Ecological Zones Scale 1:50,000, Recommendations commoditybased land suitability.
12. Duration :1 Year
13. Budget :IDR 145.400.000
8
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan...........................................................................Kata Pengantar....................................................................................Ringkasan............................................................... ............................Summary............................................................................................Daftar Isi.............................................................................................Daftar Tabel........................................................................................Daftar Gambar.....................................................................................Daftar Lampiran...................................................................................
I. PENDAHULUAN................................................................................1.1. Latar Belakang........................................................................1.2. Tujuan...................................................................................1.3. Keluaran Yang Diharapkan......................................................1.4. Hasil Yang Diharapkan............................................................1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak...............................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................2.1. Pengertian Zona Agro-Ekologi..................................................2.2. Kesesuaian Lahan ..................................................................2.3 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait.....................................
III. METODOLOGI...............................................................................3.1. Lokasi dan Waktu....................................................................3.2. Pendekatan.............................................................................3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan.................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................4.1. Kabupaten Aceh Barat.............................................................4.2. Kabupaten Aceh Barat ............................................................4.3. Kabupaten Aceh Barat Jaya ....................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................5.1. Kesimpulan.............................................................................5.2. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................
iiiiiivviiixxxi
113333
5567
999910
15151558
777777
78
79
9
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh BaratTahun 2013 .......................................................................................... 18
2. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk padatahun 2012 masing-masing kecamatan, Kabupaten Aceh Barat,Provinsi Aceh ....................................................................................... 19
3. Analisis kelayakan usaha tani tanaman pangan dalam satu hektardi Kabupaten Aceh Barat ........................................................................ 21
4. NPV usaha tani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat .... 275. B/C usaha tani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat..... 286. Rincian kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten
Nagan Raya................ ......................................................................... 547. Analisis kelayakan usaha tani tanaman pangan dalam satu hektar
di Kabupaten Aceh Barat Daya ............................................................... 66
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta administratif, Kabupaten Aceh Barat . .............................................. 162. Peta satuan lahan skala 1:150.000 Kabupaten Aceh Barat ........................ 303. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan). ........... 344. Struktur tanah gambut di salah satu kebun sawit Kabupaten
Nagan Raya.......................................................................................... 375. Keragaan tanaman sawit di salah satu kebun sawit di lahan gambut
di Kabupaten Nagan Raya...................................................................... 386. Beberapa lokasi verifikasi data poligon di Kabupaten Nagan Raya.............. 397. Peta administratif, Kabupaten Nagan Raya ............................................. 408. Persentase jumlah penduduk Kabupaten Nagan Raya menurut
kecamatan Tahun 2012 ........................................................................ 419. Piramida penduduk Nagan Raya Tahun 2012 .......................................... 4310. Peta satuan lahan skala 1:50.000 di Kabupaten Nagan Raya ................... 4811. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan) .......... 5312. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 7,
Kabupaten Nagan Raya ...................................................................... 5513. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 8,
Kabupaten Nagan Raya ...................................................................... 5614. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten Nagan Raya .... 5715. Hasil verifikasi data peta satuan lahan ke lokasi
Kabupaten Aceh Barat Daya ................................................................ 6016. Dokumentasi melihat struktur tanah, hasil pengeboran tanah 1 m .......... 6117. Pengklasifikasian tanah ....................................................................... 6118. Pengambilan sampel tanah sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya .......... 6219. Pengambilan ordinat lokasi menggunakan alat GPS di
Kab. Aceh Barat Daya .......................................................................... 6220. Pengklasifikasian tanah dan penggunaan bagan warna tanah
(Muncell colour system) ....................................................................... 6221. Peta administratif Kabupaten Aceh Barat Daya ...................................... 6322. Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya, 2012 .......................... 6423. Peta satuan lahan skala 1:125.000 Kabupaten Aceh Barat Daya ............. 7124. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai ...................................... 7324. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta ............................... 7425. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah ................................ 75
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar risiko badan penelitian dan pengembangan pertanian .................. 792. Penanganan resiko Badan penelitian dan pengembangan pertanian ........ 803. Dokumentasi koordinasi dan sosialisasi kegiatan ZAE
di Kabupaten Aceh Barat ..................................................................... 814. Dokumentasi verifikasi hasil data poligon ke lapangan ........................... 825. Dokumentasi koordinasi dan sosialisasi kegiatan ZAE
di Kabupaten Nagan Raya .................................................................... 836. Dokumentasi yang dilakukan tim AEZ BPTP Aceh di Bappeda
Kabupaten Aceh Barat Daya ................................................................ 847. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 858. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 919. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 93
12
1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Arah pembangunan pertanian adalah peningkatan pendapatan dan taraf hidup
petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengisi
dan memperluas pasar, serta menunjang pembanguan wilayah. Hal tersebut dapat
dicapai dengan menciptakan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga
mampu meningkatkan dan meanekaragamkan hasil serta meningkatkan mutu.
Negara agraris yang berswasembada saat ini dengan kondisi kenyataan yang
ada di masyarakat belum tercapai. Hal ini dikarenakan sektor non pertanian justru
mendapat tempat diatas sektor pertanian itu sendiri. Pertanian dianggap sebagai
sebuah sektor yang kurang menguntungkan. Di dalam tataran normatif seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah. Keberadaan pertanian sebagai sebuah aktivitas
kurang mendapat perhatian yang khusus dibanding aktivitas yang lain. Kondisi ini
dapat terlihat dalam perwilayahan komoditas, aktivitas pertanian kurang mendapat
sorotan yang lebih mendetail mengenai jenis pertanian pada tataran Rencana Tata
Ruang.
Daerah pertanian secara regional memiliki pertumbuhan perekonomian yang
didominasi oleh sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan Hortikultura.
Namun sektor pertanian kurang dapat memberikan nilai tambah bagi pelaku
pertanian. Merespon dari hal ini diperlukan perbaikan kinerja sektor pertanian secara
komprehensif meliputi kegiatan produksi dan pasca produksi. Respon tersebut dapat
diimplementasikan ke dalam perwilayahan komoditas pertanian. Peran dari
perwilayahan komoditas adalah bagaimana mengarahkan pola komoditas pertanian
sehingga dapat mengoptimalisasi guna lahan pertanian.Perwilayahan Komoditas
pertanian yang akan dikembangkan menyangkut aspek pemasaran, kelembagaan,
infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia. Aspek kelembagaan, sumber daya
manusia dan infrastruktur merupakan komponen-komponen pembentuk tipologi
perwilayahan komoditas pertanan sebagai dasar pengembangan kawasan pertanian
dalam pengembangan ekonomi wilayah.
13
Propinsi Aceh yang berpenduduk sekitar empat juta jiwa dengan luas 55.339
km2 mempunyai aneka ragam keadaan biofisik, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
Pada kondisi yang demikian ini, diperlukan pendekatan yang bersifat spesifik lokasi
sesuai dengan daya dukung lahan, tenaga kerja, modal dan kemampuan manajemen
petani. Pendekatan ini diharapkan akan menghasilkan sistem usahatani dan paket
teknologi spesifik lokasi yang bersifat efisien, berkelanjutan dan mempunyai nilai
komparatif dan kompetitif .
Produksi pertanian di Provinsi Aceh relatif masih jauh dibawah potensi
sumberdaya yang ada (genetif dan lingkungan). Masih banyak wilayah yang potensial
untuk pertanian belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Kalaupun sudah di
manfaatkan tetapi belum intensif serta teknologi yang diaplikasikan oleh petani masih
bersifat umum dan tradisionil. Sebagai contoh teknologi Supra Insus untuk padi sawah,
berlaku untuk semua wilayah padahal tipologi lahan termasuk agro-ekologinya berbeda
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Akibatnya potensi sumberdaya pertanian
yang ada belum termanfaatkan secara optimal.
Hingga saat ini telah banyak peta pewilayahan di bidang pertanian yang telah
disusun dan dipublikasikan, seperti peta tanah, peta kemampuan wilayah, peta
kesesuaian lahan, peta iklim dan lain-lainnya. Peta-peta tersebut pada umumnya
dususun berdasarkan salah satu atau dua komponen agro-ekologi secara terpisah
sehingga kurang mencerminkan kondisi dan potensi wilayah secara menyeluruh dan
terpadu. Peta-peta tersebut agak sulit diinterprestasikan oleh pihak penentu
kebijakkan, terutama yang tidak mempunyai latar belakang pertanian. Dengan
demikian untuk tujuan praktis peta-peta tersebut terkesan kurang bermanfaat bagi
pengambil kebijakkan dan pengguna lainnya (Amien, I. 1994 ; Amien, I. 1995a ; Amien,
I. 1995b).
Sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut agar dapat dihasilkan
dengan lebih efisien, hemat, terarah dan benar-benar sesuai untuk Propinsi Aceh,
maka diperlukan pewilayahan berdasarkan agro-ekosistem yang dipertajam dengan
zona agro-ekologi berbagai komoditas prioritas beserta kebutuhan teknologinya yang
layak mendapatkan prioritas pengembangan.
14
Sesuai tidaknya suatu tanaman atau teknologi pada suatu daerah dapat diketahui
apabila ada informasi yang memadai mengenai keadaan agroekologi daerah tersebut.
Untuk keperluan alih teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas
tersebut ke daerah pertumbuhan baru, diperlukan data agroekologi dari daerah yang
menjadi sasaran. Data tersebut akan lebih berdaya guna jika diinterpretasikan secara
terpadu dan akan lebih informatik jika disajikan dalam bentuk peta.
1. 2. Tujuan
1. Menyusun data tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi ke dalam suatu
sistem pangkalan data dan peta.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian unggulan spesifik lokasi serta kebutuhan teknologinya.
3. Memberikan masukan dalam perencanaan pengkajian dan pengembangan
komoditas spesifik lokasi..
1. 3. Keluaran Yang Diharapkan
1. Tersusunnya suatu sistem pangkalan data dan berbagai peta mengenai keadaan
serta potensi biofisik dan sosial ekonomi,
2. Identifikasi beberapa jenis komoditas pertanian spesifik lokasi teknologi
budidayanya.
3. Bahan masukan bagi perencanaan penelitian/pengkajian dan pengembangan
komoditas unggulan spesifik lokasi.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Peta pewilyahan komoditas berdasarkan zona agro ekologi skala 1:50.000
untuk kabupaten terpilih,
Peta pewilayahan komoditas unggulan terpilih.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Manfaat, Peta pewilayahan komoditas berdasarkan zona agro ekologi skala
1:50.000, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan
pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi,
15
2. Dampak, penggunaan peta pewilayahan ZAE skala 1:50.000 dan permintaan
pendetilan peta tematik semi detail menjadi detail sesuai dengan kebutuhan
pengguna (pemerintah daerah) dalam pengembangan komoditas pertanian
spesifik lokasi.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Zona Agro-Ekologi
Agro-ekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik
lingkungan yang hampir sama, dimana keragaan tanaman dan hewan dapat
diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata (Amien, 1996). Zonasi agro-ekologi
adalah suatu konsep pewilayahan yang dikenal dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah, dan penentuan AEZ secara akademis merupakan syarat
yang diperlukan dalam pembangunan pertanian wilayah (Winoto, 1996). Karena
anjuran teknologi pertanian yang tepat bagi petani dan lingkungannya diketahui
dengan pasti, maka inventarisasi sumberdaya lahan yang menyangkut tanah, iklim
dan sumberdaya manusia serta sosial ekonomi yang dirangkum dalam zona agro-
ekologi menjadi sangat mendesak (Amien dan Karama, 1983).
Umumnya hasil penelitian pertanian tradisional hanya dapat diterapkan untuk
lokasi, musim, varietas dan pengelolaan yang sesuai dengan keadaan ditempat
percobaan atau penelitian dilaksanakan (Amien dan Karama, 1993).` Dengan cara
demikian sangat sulit untuk mencapai tujuan akhir penelitian pertanian, yaitu
memberikan anjuran teknologi yang tepat bagi petani sesuai lahan, tenaga kerja,
modal dan kemampuan manajemen masing-masing petani (Nix, 1984). Tujuan ini
hampir tidak mungkin akan tercapai sekiranya kita tidak beralih dari pendekatan partial
atau dengan sistem penelitian yang terpisah-pisah menuju penelitian terpadu.
Penelitian terpadu bertumpu pada dua komponen, yaitu inventarisasi sumber daya
yang menghasilkan data base dan penelitian yang menghasilkan teknologi yang
dirangkum dalam sistem simulasi dan sistem pakar. Dengan mengkaitkan kedua
komponen tersebut keragaan suatu komoditas pada lingkungan tertentu dengan
mudah dapat diperkirakan (Amien, I. 1986 ; Amien, I. 1997 ; Eswaran, H. 1984). Data
base harus disusun sedemikian rupa, sehingga informasi yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cepat (Sumawinata, 1996).
17
2.2. Kesesuaian Lahan
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya
ditentukan oleh sifat lingkungan fisik yang mencakup iklim, tanah, topografi/bentuk
wilayah, hidrologi, dan persyaratan penggunaan tertentu. Kesesuaian antara sifat
lingkungan fisik dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas
yang dievaluasi memberikan gambaran bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan
untuk sektor pertanian.
Sesuai tidaknya suatu tanaman atau teknologi pada suatu daerah dapat
diketahui apabila ada informasi yang memadai mengenai keadaan lingkungan daerah
tersebut. Sebagaimana penelitian internasional pada awalnya, penelitian pertanian di
Indonesia juga masih dibagi-bagi berdasarkan komoditas. Untuk keperluan alih
teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas tersebut ke daerah
pertumbuhan baru, diperlukan data dan lingkungan dari daerah yang menjadi sasaran
(Amien, I. 1986).
Data peta yang dihasilkan dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi
penentu dan pembuat kebijakan, perencanaan, maupun pelaksanaan pembangunan
pertanian, informasi sumber daya lahan yang menyangkut iklim, hidrologi dan tanah
yang telah banyak dikumpulkan perlu ditingkatkan dayaguna dan manfaatnya.
Pemahaman yang dalam tentang sumber daya ini sangat menentukan dalam
pengambilan kebijakan, sehingga untuk mencapai pembangunan pertanian tangguh
yang berkelanjutan berupa perolehan komoditas dan cara pengelolaannya untuk
masing-masing lahan dapat dipilih dengan tepat (Amien, I. 1997).
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan dan langkanya lahan
pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara
sektor pertanian dan sektor non pertanian, diperlukan adanya teknologi yang tepat
guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan secara
berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan
efisien, diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah
dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan
diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang nilai ekonominya cukup tinggi.
18
Data/informasi mengenai sifat lingkungan fisik dapat diperoleh melalui kegiatan survei
dan pemetaan sumber daya lahan termasuk pemetaan tanah (Puslittanak, 1993). Data
dan peta kesesuaian lahan digunakan terutama untuk kepentingan perencanaan
pembangunan, pengembangan dan konservasi lahan pertanian secara berkelanjutan.
2.3. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait
Agar sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut dapat dihasilkan
dengan lebih efisien, hemat, terarah dan benar-benar sesuai, maka diperlukan
pewilayahan komoditas berdasarkan agro-ekosistem yang dipertajam dengan
kebutuhan teknologinya (Puji Fitri Andi, 2006). Untuk keperluan alih teknologi yang
dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas tersebut ke daerah pertumbuhan baru,
diperlukan data agroekologi dari daerah yang menjadi sasaran. Data tersebut akan
lebih berdaya guna jika diinterpretasikan secara terpadu dan akan lebih informatik jika
disajikan dalam bentuk peta.
Tahun 1997/1998 Loka Pengkajian Teknologi Petanian Provinsi Aceh telah
dilakukan studi tentang Karakterisasi Agro-ekosistem yang terdapat di Propinsi Aceh,
dengan keluaran berupa pangkalan data dan peta pewilayahan propinsi Daerah
Istimewa Aceh berdasarkan agro-ekologi skala 1 : 250.000 dsi Aceh Besar, Pidie dan
Aceh Utara (Chairunas, dkk, 1998). Pada tahun 2000 sampai 2003 Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh telah melakukan pengkajian zona agro-ekologi di tiga
kabupaten/kota yaitu Sabang, Seumeulu, Aceh Barat dan Aceh Selatan namun data
tanah, iklim, dan social ekonomi serta peta dasar skala 1:50000 tidak dapat diperoleh
secara lengkap karena terbatas dana (Chairunas, dkk. 2003).
Malik A, dkk 2009, melaporkan bahwa salah satu faktor keberhasilan
pembangunan pertanian pada suatu daerah adalah terletak pada sejauhmana
pembangunan pertanian itu direncanakan dengan baik. Penetapan sektor atau
komoditas andalan merupakan kegiatan penting sebagai bahan informasi
penyusunan perencanaan pembangunan pertanian. Investasi merupakan motor
penggerak pertumbuhan ekonomi.
19
Dalam penyusunan ZAE yang berdasar pada analisis potensi sumber daya
lahan termasuk iklim spesifik lokasi, potensi tenaga kerja, beban lingkungan dan
infrastruktur atau prasarana memberikan kemudahan dalam menunjukkan
produktivitas pangan dan transfer paket teknologi menuju suatu usaha agribisnis.
20
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu
Pengkajian ini dilaksanakan pada multiagroekosistem dengan lokasi terplih
yaitu Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Pengkajian ini
dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2014.
3.2. Pendekatan
Pengkajian ini bersifat partisipatif dan kerjasama antara peneliti/pengkaji, penyuluh,
pemuka masyarakat, petani dan pengguna lainnya. Dalam pelaksanaannya
melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian dan Hortikultura,
Badan Pertahan, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Dinas perikanan dan
Kelautan, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lainnya. Pengkajian ini meliputi lahan
kering dan lahan basah di Provinsi Aceh.
Pendekatan awal pengkajian dilakukan pengumpulan data sekunder melalui
desk study/kepustakaan/review. Data yang dikumpulkan terdiri dari biofisik, sosial
ekonomi di wilayah pengkajian serta peta dasar skala semi detail (skala 1:50.000).
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Pengkajian ini menggunakan data primer dan data sekunder dari berbagai sumber
yang berhubungan dengan lokasi pengkajian. Data primer diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung dengan responden yang telah ditentukan
sebelumnya, pengukuran dan pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium.
Data sekunder diperoleh dari perpustakaan, analisis peta dan instansi terkait.
Data primer meliputi :
o Hasil analisis contoh tanah berupa kandungan hara tanah, pH tanah,
dan lain-lain yang dibutuhkan
o Hasil wawancara dengan responden di lapangan berupa data biofisik,
social ekonomi dan budaya lokasi pengkajian
21
Data sekunder meliputi :
o Peta dasar semi detail (skala 1 : 50000) yang terdiri dari 1)peta
penggunaan lahan, 2) peta jenis tanah, 3) peta lereng, 4) peta
topografi, 5) peta administrasi
o Data Iklim yang meliputi : data curah hujan, temperature,
kelembaban udara
o Data demografi, social ekonomi dan kelembagaan.
3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Bahan dan peralatan ; Alat Tulis Kantor (ATK), Lodrug peta dasar, Bahan
pembantu lapang (kuesioner, topi lapang, meja lapang, tali plastic, label,
spatu lapang dll).
Alat ; Satu set computer, camera, bor tanah, meteran, timbangan, parang,
cangkul, dll
Metode Pelaksanaan kegiatan
Untuk mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan pengkajian ini dilakukan
dalam beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut :
- Konsultasi dengan instansi terkait.
- Pengumpulan data sekunder dan peta dasar skala 1:50.000.
- Survei lapangan, karakterisasi lokasi (sosial, budaya dan ekonomi).
Inventarisasi tanaman budidaya yang ada.
- Pengambilan sampel tanah secara komposit.
- Analisis tanah (lab. Tanah).
- Penyusunan peta kesesuaian lahan skala 1:50.000.
- Verifikasi lapang.
- Pelaporan.
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
persiapan, penelitian lapangan, dan pengolahan data. Tahap persiapan terdiri dari 2
kegiatan kegiatan utama, yaitu (1) penyusunan peta dasar. Peta dasar yang
digunakan adalah peta Rupa Bumi Indonesia digital skala 1:50.000 (Bakosurtanal,
1999) dan (2) Analisis satuan lahan, Analisis satuan lahan menggunakan pendekatan
22
landform, sebagai dasar pembeda utama. Satuan landform diperoleh dari
interpretasi peta kontur dari RBI dan citra landsat ETM 7 serta dibantu dengan peta
geologi skala 1:250.000. Klasifikasi landform mengacu pada Laporan Teknis LREPP II,
No.5 (Marsoedi et al., 1997). Hasilnya berupa delineasi satuansatuan landform.
Penelitian lapangan terdiri dari: (1) Pengamatan tanah – Peta hasil interpretasi
satuan lahan skala 1:50.000 digunakan sebagai peta kerja di lapangan. Pengecekan
batas delineasi satuan lahan hasil interpretasi dilakukan sekaligus dengan
pengamatan tanah dan lingkungan. Pengamatan sifat morfologi tanah dilakukan
melalui minipit dan pemboran, yang mengacu pada Soil Survey Manual (Soil Survey
Division Staff, 1993) dan Guidelines for Soil Profile Description (FAO, 1990).
Parameter sifat-sifat tanah yang diamati di lapangan antara lain: kedalaman
tanah (sampai bahan induk atau lapisan kedap), tekstur, drainase, reaksi tanah/pH,
keadaan batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah. Sedangkan
parameter fisik lingkungan yang telah diamati antara lain: landform, bahan induk,
relief/lereng, penggunaan lahan dan pengelolaannya. Hasil pengamatan lapangan
tersebut telah disimpan dalam basis data Site and Horizon Description.
Ada dua katagori data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data
biofisik dan data ekonomi. Data biofisik meliputi data tanah dan lingkungannya, data
iklim, data syarat tumbuh optimum masing-masing tanaman, dan data lain yang
menunjang. Data ekonomi yang dikumpulkan antara lain data analisis usaha tani
masing-masing komoditas yang berpotensi sebagai komoditas unggulan, data
prioritas komoditas unggulan menurut pemerintah daerah. Baik data biofisik maupun
data ekonomi diambil dari data primer dan data sekunder. Data primer diambil
melalui survei pengamatan lapangan, dan wawancara dengan petani. Sedangkan
data sekunder diambil dari beberapa instansi terkait.
Data tanah dan lingkungannya merupakan data primer dan diperoleh dari
hasil pengamatan melalui pembuatan profil tanah dan atau minipit. Pengamatan
melalui profil tanah dimaksudkan untuk menunjang klasifikasi tanah. Evaluasi lahan
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip sistem kerangka kerja (FAO, 1976).
Kegiatan evaluasi lahan ini pada prinsipnya dilakukan dengan cara “matching”, yaitu
23
dengan cara membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan
persyaratan tumbuh/hidup tanaman melalui suatu penyusunan model evaluasi lahan.
Kriteria persyaratan tumbuh tanaman yang digunakan berpedoman kepada
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenuddin et.al., 2003).
Tanaman yang dievaluasi tingkat kesesuaian lahannya adalah komoditas unggulan
sektor tanaman pangan (padi, kedelai, kacang tanah) dan hortikultura (semangka,
cabai, durian, manggis, rambutan) di Provinsi Aceh.
Peta arahan penggunaan lahan disusun berdasarkan hasil evaluasi
kesesuaian lahan terpilih untuk berbagai komoditas pertanian tanaman pangan (padi,
kedelai, kacang tanah) dan hortikultura (semangka, cabai, durian, manggis,
rambutan) dengan mempertimbangkan kawasan lindung (peta rencana tata ruang
daerah, tata guna hutan kesepakatan/peta paduserasi), dan penggunaan lahan saat
ini (existing landuse). Kesesuaian lahan terpilih didasarkan pada urutan prioritas
yaitu: padi sawah, tanaman pangan lahan kering (kedelai dan kacang tanah),
tanaman hortikultura (semangka, cabai, durian, manggis, rambutan), tanaman
perkebunan (kakao), dan kawasan lindung. Contohnya, apabila lahan termasuk
cukup sesuai untuk tanaman padi sawah, dan juga tanaman pangan lahan kering,
maka prioritasnya adalah untuk tanaman padi sawah. Demikian juga, jika lahan
cukup sesuai untuk tanaman pangan lahan kering dan tanaman hortikultura, maka
diprioritaskan untuk tanaman pangan lahan kering.
Legenda peta arahan penggunaan lahan dikelompokkan menjadi: (i)
Kawasan budidaya pertanian, (ii) Kawasan budidaya kehutanan, dan (iii) Kawasan
lindung. Kawasan budidaya pertanian dirinci lagi menjadi beberapa kelompok
komoditas dan prioritas pengembangan, seperti: pengembangan tanaman padi
sawah, pengembangan tanaman pangan lahan kering, pengembangan tanaman
hortikultura dan perkebunan. Kawasan budidaya kehutanan merupakan kawasan
yang tidak sesuai untuk budidaya pertanian dan telah diusulkan dalam rencana tata
ruang wilayah kabupaten sebagai areal hutan produksi. Kawasan lindung dapat
dirinci sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya untuk hutan lindung dan kawasan
konservasi.
24
Analisis Data
Lokasi kegiatan dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Aceh Barat, Nagan
Raya dan Aceh Barat Daya. Dalam penyusunan peta arahan rekomendasi komoditas
pertanian unggulan, ada beberapa hal yang dipertimbangkan yaitu: komoditas
unggulan daerah, kecocokan hasil penilaian, punya daya saing tinggi (komparatif
dan kompetitif), nilai ekonomis tinggi, kondisi sosial budaya setempat, ketersediaan
tenaga kerja, dan informasi dari instansi di wilayah setempat.
Untuk memadukan beberapa hal pertimbangan di atas, maka data yang
terkumpul kemudian dianalisa dengan beberapa metode sesuai dengan masing-
masing jenis data. Beberapa metoda analisis yang digunakan adalah:
1). Analisis laboratorium tanah. Beberapa sampel tanah dianalisis di laboratorium.
Prosedur analisis mengikuti metode standar yang digunakan pada ”Soil Survey
Laboratory Methods Manual” (Soil Survey Laboratory Staff, 1992). Jenis analisis
contoh tanah terdiri atas analisis ukuran partikel (tekstur), reaksi tanah atau pH
(H2O dan KCl), karbon organik, nitrogen, P dan K potensial (25% ekstrak HCl),
P2O5 tersedia (ekstrak Bray-1 atau Olsen). Sebelum dilaksanakan
penilaian/evaluasi lahan, data laboratorium diolah terlebih dahulu baik untuk
tujuan klasifikasi tanah maupun perbaikan terhadap satuan peta analisis. Hal ini
perlu dilakukan agar diperoleh satuan peta yang mempunyai sifat dan
karakteristik terrain dan kimia tanah sehomogen mungkin. Semakin homogen
unit dasar penilaian yang disusun, maka semakin tinggi kehandalan penyajian
data spasialnya. Tanah diklasifikasikan berdasarkan Soil Taxonomy (Soil Survey
Staff, 2010).
2). Program SPKL digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan beberapa
komoditas yang potensial sebagai komoditas unggulan daerah setempat
(Rossiter dan Van Wambeke, 1995). Dengan arti lain analisis ini dimaksudkan
untuk melihat tingkat kesesuaian lahan yang telah kita karakterisasi, kemudian
dipadukan dengan persyaratan tumbuh optimal yang diperlukan oleh beberapa
komoditas yang kita analisis. Kriteria kesesuaian lahan mengacu pada Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenudin et al., 2003). Out put
dari proses evaluasi lahan tersebut, menghasilkan tingkat kesesuaian lahan
25
masing-masing komoditas pada masing-masing satuan peta tanah, yaitu S1
(sangat sesuai), S2 (sesuai dengan kendala sedang), S3 (sesuai dengan kendala
tinggi, N (tidak sesuai). Hasil evaluasi lahan kemudian dituangkan dalam bentuk
data spasial atau peta skala 1:50.000 dengan memanfaatkan Sistem Informasi
Geografis (GIS).
Hasil pengolahan dari metode-metode tersebut kemudian dipadukan untuk
menyusun peta arahan rekomendasi komoditas pertanian unggulan skala 1:50.000
untuk mendukung pengembangan pertanian berskala agribisnis di kabupaten.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pewilayahan komoditas unggulan daerah Tahun 2014 berdasarkan
zona agro ekologi skala 1:50.000 dilaksanakan di 3 (tiga) kabupaten yaitu
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya.
4.1. Pewilayahan Komoditas Berdasarkan ZAE di Kabupaten Aceh Barat
4.1.1. Koordinasi, Sosialisasi dan Survey Lokasi
Pelaksanaan kegiatan Zona Agro Ekologi (ZAE) 2014 diawali dengan
koordinasi instansi terkait yaitu Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Bappeda Kabupaten
Nagan Raya dan Bappeda Kabupaten Aceh Barat Daya. Koordinasi dan sosialisasi
kegiatan AEZ Tahun 2014 dilakukan di Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya
dan Aceh Barat Daya. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan AEZ di Bappeda Aceh Barat.
Tim AEZ bertemu dengan Kasie. Litbang Bappeda karena beberapa orang kabid. ada
pertemuan di Banda Aceh. Tim AEZ BPTP Aceh menyerahkan peta AEZ skala
1:250.000 kepada Kasie Litbang Bappeda Kab. Aceh Barat. Dalam pertemuan itu Tim
AEZ BPTP meminta bahan peta administrasi dan peta RTRW kabupaten Aceh Barat
dan beberapa data dukung administrasi seperti Aceh Barat dalam Angka untuk data
sosial ekonomi dan data Sistem Informasi Profile Daerah (SIPP) sebagai data dukung
sosial lainnya. Dokumentasi sewaktu tim AEZ melakukan koordinasi dan sinkronisasi
di Bappeda Aceh Barat dapat di lihat pada Lampiran 1.
4.1.2. Peta Satuan Lahan dan Verifikasi Peta Satuan Lahan di Lapangan
Verifikasi hasil data peta satuan lahan dilakukan mulai dari Kabupaten Aceh Barat.
Verifikasi meliputi mensingkronkan potensi wilayah pada komoditas unggulan daerah
yaitu untuk Aceh Barat adalah tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi) dan tanaman
perkebunan (sawit, kakao dan karet). Data verifikasi dilengkapi dengan nilai GPS (global
positioning system) atau nilai ordinat pada saat di lapangan. Nilai ordinat ini selanjutnya
digunakan untuk mencocokkan dengan data peta RBI posisi kabupaten Aceh Barat di
peta. Dokumentasi lokasi verifikasi di Kabupaten Aceh Barat dapat dilhat pada Lampiran
2.
27
4.1.3. Data Lokasi
Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Secara geografis, daerah penelitian
terletak antara 95°52’ - 96°30’ BT dan antara 04°06’ - 04°047’ LU. Kabupaten Aceh
Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya di sebelah utara, sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya, sedangkan
sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Aceh Barat terdiri
atas 12 Kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong. Sebanyak 192 desa diantaranya
berada di dataran dan 83 desa terletak di lembah. Hanya 47 desa yang terletak di
lereng. Berikut di bawah ini peta administratif Kabupaten Aceh Barat (Gambar 1).
Gambar 1. Peta administratif, Kabupaten Aceh Barat (BPS, 2013).
28
Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang menempati 26,70% wilayah Aceh
Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan kecamatan terkecil
adalah Johan Pahlawan yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Luas
Kecamatan ini hanya 44,91 Km2 atau hanya 1,53% dari luas Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan terdekat dari pusat
kota Meulaboh adalah Meureubo, Samatiga dan Kaway XVI. Sedangkan Kecamatan
terjauh adalah Woyla Timur, Panton Reu dan Sungai Mas.
4.1.4. Data Suhu, Curah di Kabupaten Aceh Barat
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adalah 26oC dengan suhu
terendah 18oC pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30oC di bulan Mei. Kelembapan
udara berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Aceh Barat sebanyak
3.245,2 mm per tahun. Sedangkan curah hujan tahun sebelumnya mencapai 3.937,7
mm per tahun.
Curah hujan tertinggi tahun 2012 terjadi pada bulan Nopember, yaitu 537,1
mm dan jumlah curah hujan terendah adalah di bulan Maret yakni 88,2 mm.
Sementara pada tahun 2011, curah hujan tertinggi dan terendah terjadi pada bulan
Agustus (774,3 mm) dan Mei (136,1 mm).
4.1.5. KependudukanBerdasarkan data pada buku “Aceh Barat Dalam Angka” (BPS Kabupaten
Aceh Barat, 2013) tercatat bahwa Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah
2.927, 95 km2 (Tabel 1). Kabupaten ini dihuni oleh penduduk sebanyak 182.364 jiwa
pada tahun 2013 (Tabel 2).
29
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No. Kecamatan Luas (km2) Distribusi (%)1 Johan Pahlawan 44,91 1,532 Samatiga 140,69 4,813 B u b o n 129,58 4,434 Arongan Lambalek 130,06 4,445 Woyla 249,04 8,516 Woyla Barat 123,00 4,207 Woyla Timur 132,60 4,538 Kaway XVI 510,18 17,429 Meureubo 112,87 3,8510 Pante Ceureumen 490,25 16,7411 Panton Reu 83,04 2,8412 Sungai Mas 781,73 26,70Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013.
Menurut data BPS Kabupaten Aceh Barat (2010), di wilayah Kabupaten Aceh
Barat perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex rasio)
adalah sebesar 98 persen. Di tingkat kecamatan sex rasio terendah terdapat di
Kecamatan Trienggadeng, yaitu sebesar 95 persen dan tertinggi terdapat di
Kecamatan Jangka Buya dan Panteraja, yaitu sebesar 100 persen. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 72.700 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 74.264 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini tahun 2010 adalah masih
tergolong rendah, yaitu 126 jiwa per km2. Kecamatan terpadat adalah Jangka Buya
dengan tingkat kepadatan 281 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan terjarang
penduduknya adalah Meurah Dua dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 37
jiwa per km2.
30
Tabel 2. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk pada tahun 2012masing-masing kecamatan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan(jiwa) (jiwa) (jiwa) (km2) (jiwa/km2)
1 Johan Pahlawan 29.976 29.117 59.103 44,91 1316,032 Samatiga 7.092 6.928 14.020 140,69 99,653 B u b o n 3.442 3.403 6.845 129,58 52,824 Arongan Lambalek 5.713 5.386 11.099 130,06 85,345 Woyla 6.308 6.319 12.627 249,04 50,706 Woyla Barat 3.625 3.548 7.173 123,00 58,327 Woyla Timur 2.176 2.148 4.324 132,60 32,618 Kaway XVI 10.233 9.774 20.007 510,18 39,229 Meureubo 14.344 13.535 27.879 112,87 247,0010 Pante Ceureumen 4.880 4.924 9.804 490,25 20,0011 Panton Reu 2.991 2.941 5.932 83,04 71,4412 Sungai Mas 1.793 1.758 3.551 781,73 4,54
Jumlah 92.573 89.781 182.364 2.928 2.078Sumber: Aceh Barat Dalam Angka BPS Kab. Aceh Barat, 2013.
4.1.6. Keadaan Sosial Ekonomi
Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan
lahan secara ekonomi untuk tanaman semusim (padi sawah, kedelai, kacang tanah,
cabe dan semangka), dan tanaman tahunan (durian, sawit, karet). Indikator yang
digunakan untuk analisis usahatani tanaman semusim adalah rasio penerimaan
dengan total biaya (R/C ratio) atau B/C (benefit cost ratio). Suatu usahatani
tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C rationya lebih dari satu, dimana
semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan.
Kelayakan usahatani tanaman rambutan, manggis dan durian digunakan analisis dari
sisi finansial dengan menghitung tingkat imbalan yang diterima atau modal yang
telah di investasikan oleh petani. Analisis kelayakan dengan menentukan Net
Persent Value (NPV) atau nilai pendapatan sekarang di akhir usaha dikurangi nilai
biaya sekarang, dan B/C (benefit cost ratio).
31
4.1.7. Analisis Usahatani Tanaman Pangan
4.1.7.1. Padi sawah
Komoditas padi sawah di Kabupaten Aceh Barat terdapat di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Johan Pahlawan, Samatiga, Bubon, Woyla, Woyla Barat,
Woyla Timur, Kaway XVI, Meurebo, Pante Ceuremen, Pante Reu dan Sungai Mas.
Daerah penghasil padi sawah terbesar di Kabupaten Aceh Barat adalah Kecamatan
Pante Ceureumen, Woyla dan Kaway XVI. Hasil survei dan analisis kelayakan
usahatani padi sawah menunjukkan bahwa hampir sebagian besar (65%)
pengelolaan lahan sudah menggunakan traktor besar dan hand traktor.
Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah menggunakan varietas unggul
rata-rata petani menggunakan varietas Ciherang, Mekongga dan masih ada
beberapa petani menggunakan varietas IR 54 di kecamatan Meurebo, Pante
Ceuremen dan Pante Reu. Bahkan ada beberapa kelompok petani masih
menggunakan varietas lokal untuk padi yang ditanam di sawah tanah hujan seperti
di Kecamatan Woyla dan Woyla Timur. Pengelolaan lahan dan pembajakan
dikerjakan secara borongan dengan biaya rata-rata Rp. 800.000/ha.
Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK ponska, Urea, dan SP36. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan KCl
diganti pupuk NPK poska. Dosis pupuk yang digunakan masih belum berimbang
berdasarkan status hara tanah. Biaya untuk pembelian pupuk dalam 1 ha sekitar Rp
1.400.000/ha.
Penyiangan umumnya dilakukan satu kali pada umur 20-25 HST dengan
cara manual. Hama yang umum menyerang tanaman padi antara lain ; hama putih
(menyerang tanaman padi pada awal pertumbuhan), walang sangit dan tikus. Hama
keong mas dapat mengganggu pada awal pertumbuhan tetapi umur tanaman padi >
30 HST keong mas dapat dikendalikan gulma dalam petak sawah. Pengendalian
hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian pestisida berkisar
Rp. 1.000.000-1.200.000/ha.
32
Tabel 3. Analisis kelayakan usahatani tanaman pangan dalam satu hektar diKabupaten Aceh Barat.
Uraian KomoditasPadi Sawah Kedelai Jagung
I.Biaya ProduksiA. Penggunaan Tenaga
Kerja 7.188.000 4.155.000 7.400.000
Pengolahan tanah 1 800.000 800.000 800.000Pengolahan tanah 2 560.000 - 500.000Buat bedengan/parit - 460.000 550.000Pemberian pupuk I - - -Pemberian mulsa - - -Isi polibag bibit - - -Tanam 1.600.000 900.000 1.200.000Pemasangan ajir - - -Pupuk susulan - - -Penyiangan / bumbun 600.000 300.000 1.700.000Penyemprotan (hama +ppc) 580.000 255.000 300.000
Panen 2.448.000 1.340.000 2.200.000Pengangkutan hasil 600.000 100.000 150.000B. Bahan Produksi 2.980.000 890.000 3.540.000Benih 480.000 280.000 2.750.000Mulsa plastic - - -Urea 270.000 90.000 90.000SP36 200.000 250.000 375.000KCl - - -NPK poska 990.000 - -¤ NPK bast - - -Pupuk kandang - - 125.000Boron, Dolomit,Obat-obatan 1.040.000 270.000 200.000C. Sewa Lahan 1.080.000 - -
Total Biaya (A+B+C)=D 11.248.000 5.045.000 10.940.000II. Hasil UsahataniProduksi (kg) 7.200 1.850 2.550Penerimaan (E) 23.760.000 7.955.000 19.125.000Pendapatan (E-D)=F 12.512.000 2.910.000 8.185.000R/C (E/D) 2.11 1.58 1.75BC (F/D) 1.11 0.58 0.75
Sumber: Analisis data primer 2011
33
Produksi rerata 7,2 ton/ha gabah kering panen. Hasil analisis usahatani
menunjukkan bahwa dengan harga gabah Rp 3.300/kg maka petani mendapat
keuntungan Rp 12.512.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani dengan
menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani padi sawah layak
untuk diusahakan karena R/C rationya 2,11.
4.1.7.2. Padi ladang
Komoditas padi ladang di Kabupaten Aceh Barat terdapat di seluruh
kecamatan, kecamatan yang menjadi sentra penanaman padi ladang yaitu
Kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Mas selain itu ada di kecamatan Woyla, Woyla
Timur, Woyla Barar dan Panton Reu. Petani masih menggunakan varietas lokal dan
varietas unggul (VUB) Ciherang, Mekongga dan masih ada beberapa petani
menggunakan varietas IR 54 di kecamatan Pante Ceuremen dan Panton Reu.
Bahkan ada beberapa kelompok petani masih menggunakan varietas lokal untuk
padi yang ditanam di sawah tanah hujan seperti di Kecamatan Woyla dan Woyla
Timur. Pengelolaan lahan dan pembajakan dikerjakan secara borongan dengan
biaya rata-rata Rp. 800.000/ha.
Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK ponska, Urea, dan SP36. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan KCl
diganti pupuk NPK poska. Dosis pupuk yang digunakan masih belum berimbang
berdasarkan status hara tanah. Biaya untuk pembelian pupuk dalam 1 ha sekitar Rp
1.400.000/ha.
Penyiangan umumnya dilakukan satu kali pada umur 20-25 HST dengan
cara manual. Hama yang umum menyerang tanaman padi antara lain ; hama putih
(menyerang tanaman padi pada awal pertumbuhan), walang sangit dan tikus. Hama
keong mas dapat mengganggu pada awal pertumbuhan tetapi umur tanaman padi >
30 HST keong mas dapat dikendalikan gulma dalam petak sawah. Pengendalian
hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian pestisida berkisar
Rp. 1.000.000-1.200.000/ha.
34
4.1.7.3. Kedelai
Kedelai merupakan komoditas unggulan kedua setelah padi sawah di
Kabupaten Aceh Barat. Kedelai banyak ditanam di Kecamatan Samatiga dan Bubon.
Pada lahan sawah irigasi sederhana dan tadah hujan, kedelai ditanam setelah panen
padi sawah pada bulan Juni atau Juli, panen bulan September atau Oktober. Pada
lahan kering, kedelai ditanam sepanjang tahun dua kali tanam dalam setahun yaitu
buan Maret atau April dan bulan September atau Oktober.
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani kedelai menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan umumnya tanpa olah tanah, gulma disemprot dengan herbisida
terutama pada lahan kering. Pada lahan sawah diolah satu kali mengunakan traktor
dengan biaya Rp. 800.000/ha. Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah
menggunakan varietas unggul (Kipas merah, Anjasmoro, Wilis, Burangrang,
Panderman), tetapi tingkat kemurnian benih masih rendah karena benih yang
ditanam petani banyak tercampur dengan varietas lain.
Pengelolaan lahan dan pembajakan dikerjakan secara borongan dengan
biaya rata-rata Rp. 800.000/ha. Jarak tanam 20 cm x 30 cm dan 30 cm x 30 cm.
sebagian petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36 sebanyak 100 kg/ha,
diberikan pada umur 15-20 HST secara sebar. Pengendalian hama penyakit
umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk pembelian obat Rp.
270.000/ha.
Produksi rerata 1,85 ton/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa
dengan harga kedelai Rp 4.300/kg maka petani mendapat keuntungan
Rp.2.910.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani kedelai dengan menggunakan
analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kedelai layak untuk diusahakan
karena R/C rationya 1,58.
4.1.7.4. Jagung
Jagung merupakan komoditas unggulan juga setelah padi sawah dan kedelai
di Kabupaten Aceh Barat. Jagung hampir ditanam diseluruh kecamatan, akan tetapi
tanaman jagung banyak ditanam di Kecamatan Woyla Barat, Kecamatan Sungai Mas,
Kecamatan Meurebo, Kecamatan Arongan Lambalek, Kecamatan Johan Pahlawan
dan Kecamatan Bubon. Pada lahan sawah tadah hujan, Jagung ditanam setelah
35
panen padi ladang pada bulan Juli, panen bulan Oktober awal. Pada lahan kering,
jagung ditanam sepanjang tahun dua kali tanam dalam setahun yaitu bulan Maret
dan bulan September.
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani jagung menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan umumnya tanpa olah tanah, gulma disemprot dengan herbisida
terutama pada lahan kering. Pada lahan sawah diolah satu kali mengunakan traktor
dengan biaya Rp. 800.000/ha. Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah
menggunakan varietas unggul (Pioner, Bima atau varietas hibrida yang tersedia di
toko dengan label biru). Pengelolaan lahan dan pembajakan dikerjakan secara
borongan dengan biaya rata-rata Rp. 800.000/ha. Jarak tanam 20 cm x 30 cm dan
30 cm x 30 cm. sebagian petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36
sebanyak 100 kg/ha, diberikan pada umur 15-20 HST secara sebar. Pengendalian
hama penyakit umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk
pembelian obat Rp. 270.000/ha.
Produksi rerata 4,5 ton/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa
dengan harga jagung Rp 2.200/kg maka petani mendapat keuntungan
Rp.8.900.000/ha.Hasil analisis kelayakan usahatani jagung dengan menggunakan
analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani jagung sangat layak untuk
diusahakan karena R/C rationya 1,58.
4.1.7.5. Kacang tanah
Kacang tanah merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Barat dan
ditanam diseluruh kecamatan. Beberapa kecamatan sentra penanaman kacang
tanah yaitu Kecamatan Woyla Barat, Woyla Timur, Panton Reu, Sungai Mas, Woyla,
Arongan Lambalek dan Kecamatan Bubon. Pada lahan sawah irigasi sederhana dan
tadah hujan kacang tanah ditanam setelah panen padi sawah pada bulan Juni,
panen bulan September.
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani kacang tanah menunjukkan
bahwa kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering. Pada lahan sawah
kacang tanah ditanam setelah panen padi. Pengolahan tanah menggunakan traktor
dengan biaya Rp 1.400.000 (untuk dua kali pengolahan). Pada lahan kering kacang
tanah ditanam sepanjang tahun (2-3 kali dalam satu tahun). Penggunaan benih
36
kacang tanah rerata 200-250 kg/ha dalam bentuk polong dengan harga Rp
11.000/kg. Petani pada umumnya menggunakan varietas lokal.
Penanaman dilakukan secara tugal, jarak tanam 20 cm x 20 cm, dua biji per
lubang, pada umumnya petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36
sebanyak 150 kg/ha, diberikan pada umur 20-25 HST secara larikan. Pengendalian
hama penyakit umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk
pembelian obat Rp 200.000/ha. Produksi kacang tanah rerata 2,55 ton/ha. Hasil
analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga kacang tanah Rp 7.500/kg
maka petani mendapat keuntungan Rp 8.185.000/ha.
Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial
menunjukkan bahwa usahatani kacang tanah layak untuk diusahakan karena R/C
rationya 1,75.
4.1.8. Analisis Usahatani Tanaman Hortikultura
4.1.8.1. Cabai
Cabai merupakan komoditas tanaman hortikultura sayuran yang banyak
diusahakan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. Tanaman ini umumnya
diusahakan di lahan sawah setelah panen padi dan di lahan kering. Hasil survei
lapangan menunjukkan bahwa budidaya tanaman cabai yang dilakukan secara
intensif dan pada waktu panen harga tinggi dapat memberikan keuntungan yang
besar kepada petani cabai.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali dengan biaya Rp 1.400.000/ha, upah buat
bedengan mencapai Rp 1.700.000/ha. Untuk mulsa plastik seluas satu hektar lahan
dibutuhkan dana Rp 2.000.000. Pupuk yang digunakan untuk tanaman cabai adalah
Urea, SP36, KCl, NPK bast, dolomit dan obat-obatan, dalam satu hektar dibutuhkan
biaya Rp 17.800.000. Produksi cabai rerata per hektar 12 ton/ha. Hasil analisis
usahatani menunjukkan bahwa dengan harga cabai Rp 8.000/kg maka petani
mendapat keuntungan 46.550.000/ha.
Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial
menunjukkan bahwa usahatani cabai layak untuk diusahakan karena R/C rationya
1,94.
37
4.1.8.2. Rambutan
Rambutan merupakan tanaman buah-buahan yang banyak diusahakan
petani di Kabupaten Aceh Barat. Tanaman rambutan banyak terdapat di Kecamatan
Samatiga (17.305 btg), Kawai XVI (16.985 btg), Bubon (11.705 btg) dan Pante
Ceureumen (10.914 btg) dan yang telah berbuah kurang lebih 65% (BPS Kabupaten
Aceh Barat, 2013). Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani rambutan
menunjukkan bahwa budidaya tanaman rambutan belum dilakukan petani secara
intensif, seperti pemupukan pada umumnya tidak dilakukan petani sesuai anjuran.
Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan petani pada umumnya.
Bibit rambutan berasal dari toko saprodi pertanian terdekat. Bibit tersebut
pada umumnya berasal dari Brastagi, Sumatera Utara. Hasil peninjauan ke lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman rambutan sudah berumur di atas 10
tahun, hanya kurang lebih 30% tanaman rambutan yang berumur di bawah 10
tahun. Walaupun budidaya tanaman rambutan belum dilakukan petani secara
intensif akan tetapi pertumbuhan cukup baik dan hasil panen dalam satu hektar
dapat mencapai 4000-5000 per pohon, harga rata-rata 100 rupiah per buah.
Pemupukan pada umumnya dilakukan petani saat tanam dengan memberikan pupuk
kandan dan NPK poska, pada tahun 1 dan 2 diberi pupuk NPK, sedangkan pada
tahun ke 3 dan seterusnya tidak dilakukan pemupukan oleh petani. Penyiangan
umumnya dilakukan sekali setahun yaitu membersihkan rumput yang tumbuh
dibawah pokok rambutan. Sebagian petani menggunakan herbisida Run-Up.
Penyiangan ini tetap dilakukan petani sekali setahun (pada saat tanaman telah
berbuah) selama tanaman masih menghasilkan. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan petani jika ada serangan, terutama ulat daun dan buah dengan insektisida,
biaya per pohon sekiar 25.000 – 30.000 rupiah. Rambutan mulai berbuah raa-rata
pada umur 3-4 tahun. Buah pada tahun pertama masih sedikit dan mencapai
puncaknya pada umur 10-15 tahun.Buah dalam satu pohon dapat mencapai 500
buah dengan harga rata-rata 100 rupiah per buah.
Analisis secara finansial, menunjukkan bahwa usahatani tanaman Rambutan
layak untuk dilaksanakan. Analisis dilakukan dengan metode perhitungan arus tunai
berdiskonto dengan tingkat discount 20% (di gunakan DF 20% sesuai tingkat suku
38
bunga bank). Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai NPV dan B/C pada
Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. NPV usahatani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat.
TahunKe
Biaya(Rp)
Penerimaan
(Rp)
PenerimaanBersih sebelum
DF
DF 20% PV penerimaanDF 20%
0 103.200 0 (103.200) 1,00 (103.200)1 69.000 0 (69.000) 0,83 (57.270)2 81.500 0 (81.500) 0,69 (56.235)3 73.500 0 (73.500) 0,58 (42.630)4 73.500 12.000 (61.500) 0,48 (29.520)5 73.500 150.000 76.500 0,40 30.6006 73.500 200.000 126.500 0,33 41.4757 73.500 300.000 226.500 0,28 63.4208 73.500 350.000 276.500 0,23 62.0359 73.500 400.000 326.500 0,19 60.24010 73.500 450.000 376.500 0,16 55.44511 73.500 500.000 426.500 0,13 35.91512 73.500 40.000 326.500 0,11 24.88513 73.500 350.000 276.500 0,09 22.12014 73.500 350.000 276.500 0,08 13.59015 73.500 300.000 226.500 0,06 11.59016 73.500 300.000 226.500 0,05 11.32517 73.500 250.000 176.500 0,05 8.82518 73.500 200.000 126.500 0,04 5.06019 73.500 150.000 76.500 0,03 2.29520 73.500 50.000 (23.500) 0,03 (705)
Net Present Value 211.535
Berdasarkan hasil analisis usahatani dengan memasukkan pendapatan bersih
pada tingkat DF 20% pada usahatani rambutan diperoleh nilai NPV sebesar Rp.
211,535 per pohon. Jadi berdasarkan kriteria investasi maka usahatani tanaman
rambutan layak untuk diusahakan di Kabupaten Aceh Barat, karena NPV
menunjukkan nilai positif dan B/C sebesar 1,46.
39
Tabel 5. B/C usahatani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat
TahunKe
Biaya(Rp)
DF20%
PVBiayaDF (20%)
Penerimaan(Rp)
DF20%
PV penerimaanDF 20%
0 103.200 1,00 103.200 0 1,00 01 69.000 0,83 57.270 0 0,83 02 81.500 0,69 56.235 0 0,69 03 73.500 0,58 42.630 0 0,58 04 73.500 0,48 35.280 12.000 0,48 5.7605 73.500 0,40 29.400 150.000 0,40 60.0006 73.500 0,33 24.255 200.000 0,33 66.0007 73.500 0,28 20.580 300.000 0,28 84.0008 73.500 0,23 16.905 350.000 0,23 80.5009 73.500 0,19 13.965 400.000 0,19 76.00010 73.500 0,16 11.760 450.000 0,16 72.00011 73.500 0,13 9.555 500.000 0,13 65.00012 73.500 0,11 8.085 40.000 0,11 44.00013 73.500 0,09 6.615 350.000 0,09 31.50014 73.500 0,08 5.880 350.000 0,08 28.00015 73.500 0,06 4.410 300.000 0,06 18.00016 73.500 0,05 3.675 300.000 0,05 15.00017 73.500 0,05 3.675 250.000 0,05 12.50018 73.500 0,04 2.940 200.000 0,04 8.00019 73.500 0,03 2.205 150.000 0,03 4.50020 73.500 0,03 2.205 50.000 0,03 1.500
460.725 672.260
B/C 1,46
4.1.9. Landform dan Relief
4.1.9.1. Landform
Landform merupakan bentukan alam di permukaan bumi yang
menggambarkan kondisi suatu wilayah dengan ciri yang berbeda satu dengan
lainnya, tergantung dari proses pembentukan dan evolusinya. Berdasarkan hasil
interpretasi citra landsat yang didukung oleh peta geologi, data DEMs dan hasil
pengamatan lapangan, daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 6 grup
landform utama, yaitu: (1) Aluvial, (2) Marin, (3) Fluvio-Marin, (4) Volkanik, (5)
Tektonik, dan (6) Aneka.
40
Pengaruh relief yang menonjol terhadap sifat tanah, antara lain kondisi
drainase dan laju aliran permukaan. Di wilayah datar kondisi drainase biasanya
sedang-sangat terhambat dan aliran permukaan sangat lambat, akibatnya pada
daerah yang paling rendah terjadi akumulasi bahan-bahan dari daerah sekitarnya.
Sedangkan di daerah bergelombang-bergunung umumnya berdrainase baik-cepat
dan aliran permukaan berlangsung sangat cepat, sehingga proses erosi berlangsung
cukup intensif terlebih pada daerah terbuka atau yang telah diusahakan untuk
pertanian.
Relief atau kelerengan lahan juga akan mempengaruhi metode pembukaan
pengelolaan lahan untuk tujuan pertanian. Pada lahan yang datar sampai berombak,
pembukaan/ pengelolaan lahan dengan cara mekanisasi dengan menggunakan alat-
alat berat relatif mudah dilakukan, pada lahan yang reliefnya bergelombang masih
memungkinkan untuk melaksanakan pembukaan/pengolahan lahan dengan
menggunakan alat-alat berat, sedangkan pada wilayah yang berbukit atau
bergunung pengoperasian alat-alat berat sangat beresiko dan pengelolaan lahan
hanya dapat dilakukan dengan cara manual.
4.1.10. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dan pengamatan lapangan, jenis
penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Barat terdiri dari: (a) sawah, (b) tegalan, (c)
tambak, (d) kebun campuran, (e) semak belukar, (f) hutan, (g) pemukiman, (h)
rawa, dan (i) tubuh air. Penyebaran data penggunaan lahan dapat disajikan pada
Gambar 2, peta satuan lahan Kabupaten Aceh Barat.
41
Gambar 2. Peta satuan lahan skala 1:150.000 Kabupaten Aceh Barat.
4.1.11. Evaluasi LahanEvaluasi lahan secara fisik yang didasarkan pada kualitas tanah (karakteristik
tanah dan lingkungan) dan persyaratan tumbuh tanaman. Penilaian kelas kesesuaian
lahan untuk setiap komoditas pada setiap satuan tanah dikelompokkan berdasarkan
kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N).
Untuk penilaian kesesuaian lahan menggunakan aplikasi SPKL (Sistem Penilaian
Kesesuaian Lahan). Pada tingkat Subkelas dicantumkan faktor
pembatas/penghambat bagi pertumbuhan tanaman, ditulis dengan simbol yang
diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S3oa, yaitu
42
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas/penghambat ketersediaan oksigen.
Berikut, dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan), Gambar
3.
43
44
45
Gambar 3. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan).
46
Berdasarkan data analisis usaha tani pangan, data evaluasi lahan dan
penggunaan lahan serta penggunaan aplikasi SPKL tersebut, maka penentuan zona
kesesuaian lahan untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) adalah sesuai
(S1) untuk daerahJohan Pahlawan, Samatiga, Bubon, Woyla Barat, Woyla Timur,
Kaway XVI, Meurebo, Pante Ceuremen. Daerah cukup sesuai (S2) adalah
Kecamatan Sungai Mas selain itu ada di kecamatan Panton Reu dengan faktor
penghambat air dan keterbatasan nutrisi tanaman (hara tanaman). Jika kedua
faktor tersebut diatasi misalnya dengan pengairan irigasi dan irigasi buatan dengan
sumur bor atau sumur galian maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. Daerah
dengan kriteria sesuai marginal (S3) adalah daerah semak belukar. Daerah tersebut
ada di semua kecamatan, dengan faktor pembatas hara terbatas, air tidak tersedia,
dan bentuk geografis yang berombak.
Rekomendasi zona kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura seperti cabai,
buah-buahan yaitu sesuai (S1) untuk kecamatan Johan Pahlawan, Woyla Barat,
Woyla Timur, Meurebo, cukup sesuai (S2) ada di Kecamatan Samatiga, Kawai XVI,
Bubon dan Pante Ceureumen dengan faktor pembatas ketersediaan nutrisi terutama
untuk hortikultura semusim seperti tanaman cabai, tomat dan lainnya, sedangkan
untuk tanaman hortikultura tahunan faktor pembatas dapat diatasi setelah tanaman
berumur 2 tahun. Di tahun pertama tanaman membutuhkan tambahan nutrisi
melalu pemupukan. Zona tidak sesuai pada lokasi semak belukar dengan faktor
penghambat topografi yaitu kelerengan >40%.
4.2. Pewilayahan Komoditas Berdasarkan ZAE di Kabupaten Nagan Raya
4.2.1. Koordinasi, Sosialisasi dan Survey Lokasi
Pelaksanaan kegiatan Zona Agro Ekologi (ZAE) 2014 diawali dengan
koordinasi instansi terkait yaitu Bappeda Kabupaten Nagan Raya. Koordinasi dan
sosialisasi kegiatan AEZ Tahun 2014 dilakukan di Bappeda Kabupaten Nagan Raya
tim AEZ bertemu Selanjutnya, tim AEZ BPTP Aceh melakukan koordinasi dan
sosialisasi kegiatan AEZ tahun 2014 di Kabupaten Nagan Raya. Tim bertemu dengan
Kabid. Litbang Bappeda Bpk. Yuliana Yatim, S.Hut. dalam sambutannya, beliau
dangat appresiasi terhadap kegiatan AEZ yang dilakukan oleh BPTP Aceh skala
1:50.000, dan yang telah dilakukan oleh tim AEZ BPTP Aceh dan BBPSDLP, Bogor
47
tahun 2012 – 2013 yang telah menghasilkan peta pewilayahan komoditas spasial
1:250.000,-. Beliau sangat ingin membantu jika ada yang bisa dibantu agar tim AEZ
BPTP Aceh untuk tidak sungkan-sungkan menghubungi beliau terkait data maupun
koordinasi lainnya. Kabid. Litbang Bappeda berharap untuk dilibatkan aktif karena
sebagai bentuk koordinasi dan kerjasama yang baik antara Litbang Pusat (BPTP)
dan Litbang daerah (Bappeda). Data yang berhasil didapat oleh tim AEZ BPTP Aceh
pada saat koordinasi adalah data profile (SIPP) dan Nagan dalam Angka, untuk data
spasial file SHP, data tidak ditemukan karena operator data sedang perjalanan dinas
ke provinsi beserta beberapa orang kabid ke Banda Aceh. Beliau berjanji bila data
itu akan disajikan untuk pertemuan yang akan datang jika tim AEZ BPTP Aceh
berkunjung ke Bappeda kembali.
4.1.2. Peta Satuan Lahan Verifikasi Peta Satuan Lahan di Lapangan
Verifikasi hasil data peta satuan lahan dilanjutkan ke Kabupaten Nagan Raya.
Verifikasi meliputi mensingkronkan potensi wilayah pada komoditas unggulan
daerah yaitu untuk Nagan Raya adalah tanaman pangan (padi, kedelai, kacang
tanah) dan tanaman perkebunan (sawit, kakao dan karet). Data verifikasi dilengkapi
dengan nilai GPS (global positioning system) atau nilai ordinat pada saat di
lapangan. Nilai ordinat ini selanjutnya digunakan untuk mencocokkan dengan data
peta RBI posisi kabupaten Nagan Raya. Dokumentasi lokasi verifikasi di Kabupaten
Nagan Raya dapat dilihat pada Gambar 6.
Selanjutnya tim AEZ BPTP Aceh bersama Bpk. Sukarman dan Bpk. Zainal
Abidin menuju Kab. Nagan Raya. Verifikasi dilakukan dengan membuat peta satuan
lahan skala 1:200.000, kemudian tim menuju ke beberapa titik poligon yang telah
dibuat. Lokasi observasi yang tim AEZ lakukan pada titik poligon (1) Afg 1.2.2 yang
artinya daerah dalam poligon termasuk dalam daerah kategori
banjirdataransungaiberkelok-kelok, sedimenhalus dan kasar, datar
untukcekungdengan kelerengan dibawah <3% (flood plain of meandering rivers,
fine and coarse sediments, backswamps, flat to concave (slopes < 3%), (2) titik
polygon D 2.1.2 yang artinya daerah dalam polygon termasuk dalam kategori daerah
dengan kandungan air tawar dan terdapat kubahgambut, tanah sedimen dengan
ketebalan bahan organik0,5-2,0m, rata dengansedikit cembung (oligotrophic
48
freshwater peat domes, organic sediments thickness 0.5-2.0 m, flat to slightly
convex), (3) titik polygon D 2.1.3 yang artinya daerah dalam polygon termasuk
daerah dengan kandungan air tawar dan terdapat kubah gambut, tanah sedimen
dengan ketebalan diatas >2,0 m, rata dengan sedikit cembung (oligotrophic
freshwater peat domes, organic sediments thickness > 2.0 m, flat to slightly convex),
(4) titik polygon Bfq 1.1. yang artinya daerah dalam polygon termasuk dalam
kategori wilayahpantaimuda, pegunungan, bagian tanah sedimenhalus dan kasar
tidak dibedakan(complex of young beach ridges and swales, fine and coarse
sediments (undifferentiated)).
Gambar 4. Struktur tanah gambut di salah satu kebun sawit Kab. Nagan Raya.
TanahGambut
49
Gambar 5. Keragaan tanaman sawit di salah satu kebun sawit di lahan gambutdi Kabupaten Nagan Raya.
Kabupaten Nagan Raya memiliki komoditas unggulan utama pangan yaitu
padi dan jagung, sedangkan komoditas unggulan lainnya adalah komoditas
perkebunan yaitu tanaman sawit. Gambar 5, menunjukkan beberapa lokasi verifikasi
tim AEZ menunjukkan kondisi agroekologi yang sesuai untuk komoditas perkebunan.
Pemanfaatan lahan kering dataran tinggi dan rendah di kabupaten ini sangat
optimal. Perlakuan teknologi pada dataran tinggi telah menerapkan teknologi
terasering yang sangat bagus, sehingga pengaturan per tanaman dengan jarak
tanam yang tepat telah dilakukan oleh petani sawit. Pola PIR yang diterapkan
perusahaan swasta telah membantu petani untuk belajar sambil berbuat (learning
by doing) dan akhirnya ketika dilepas teknologi yang mereka pelajari dapat
diterapkan dan disebarkan ke petani lainnya.
50
Desa Suak Salemban, Kec. Alue Bili Kecamatan Alue Bili
Desa Suak Salemban, Kec. Alue Bili Desa Suak Puntung, Kec. Kuala Pesisir
Gambar 6. Beberapa lokasi verifikasi data poligon di Kabupaten Nagan Raya.
4.2.3. Data Lokasi
Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Secara geografis, terletak antara
96°11’ - 96°48’ BT dan antara 03°40’ - 04°038’ LU. Luas daerah 3.363,72 km2 (UU
No. 4 Tahun 2002, sedangkan menurut RTRW luas daerah 3.544,91 km2. Kabupaten
Nagan Raya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat di sebelah utara, sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Barat, sedangkan sebelah barat
berbatasan denganAceh Barat. Kabupaten Nagan Raya terdiri atas 10 Kecamatan, 30
mukim dan 222 gampong. Berikut di bawah ini peta administratif Kabupaten Nagan
Raya(Gambar 7).
51
Gambar 7. Peta administratif, Kabupaten Nagan Raya (BPS, 2013).
Kecamatan terluas adalah Darul Makmur yang menempati 29,0% wilayah
Nagan Raya. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Suka Makmue hanya 1,45% dari
luas Kabupaten Nagan Raya.
52
4.2.4. Data Suhu, Curah di Kabupaten Nagan Raya
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adalah 26oC dengan suhu
terendah 18oC pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30oC di bulan Mei. Kelembapan
udara berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Nagan Raya sebanyak
3.245 mm per tahun dengan jumlah curah hujan bulanan rata-rata 270 mm.
Curah hujan tertinggi tahun 2012 terjadi pada bulan Nopember – Desember
dan jumlah curah hujan terendah adalah di bulan Maret yakni 88 mm.Suhu udara
dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu
udara dan kelembaban udara rata-rata per bulan 26,40C udara minimum rata-rata
berkisar antara 20,80C s/d 23,10C berkisar antara 30,00C s/d 31,50C bulan.
4.2.5. KependudukanBerdasarkan data pada buku “Nagan Raya Dalam Angka” (BPS Kabupaten
Nagan Raya, 2013) tercatat bahwa Kabupaten Nagan Raya mempunyai luas wilayah
3.544,91 km2. Kabupaten ini dihuni oleh penduduk sebanyak 152.130 jiwa pada
tahun 2013 (Gambar7).
Gambar 8. Persentase jumlah penduduk Kabupaten Nagan Raya menurut kecamatanTahun 2012 (Sumber : BPS Kabupaten Nagan Raya, 2013).
53
Menurut data BPS Kabupaten Nagan Raya (2012), berdasarkan data dari
Dinas Kependudukan dan Pencatatan SIpil Kabupaten Nagan Raya bahwa pada akhir
tahun 2012 jumlah penduduk Nagan Raya adalah sebanyak 152.130 jiwa dengan
rincian jumlah laki-laki sebanyak 76.069 jiwa dan perempuan sebanyak 76.061 jiwa.
Sehingga besaran sex rasionya adalah sebesar 100. Kecamatan Darul Makmur
menempati urutan pertama dalam distribusi penduduk Nagan Raya, yaitu 28,09
persen dari jumlah penduduk keseluruhan, diikuti oleh Kecamatan Kuala sebanyak
12,35 persen. Kecamatan Seunagan dan Kecamatan Kuala Pesisir secara berurutan
adalah sebesar 10,23 persen dan 10,01 persen. Sedangkan diurutan berikutnya
terdapat Kecamatan Tadu Raya, Kecamatan Senagan Timur dan Kecamatan Beutong
adalah sebesar 9,05 persen, 8,70 persen dan 8,58 persen. Kecamatan Tripa Makmur
dan Kecamatan Suka Makmue memiliki distribusi sebesar 5,86 persen dan 5,67
persen. Sedangkan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang memiliki distribusi
terkecil yaitu sebesar 1,46 persen.
Tingkat kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk per
satuan luas wilayah. Angka ini menggambarkan tingkat huni masyarakat yang
menempati suatu wilayah. Tingkat kepadatan penduduk pada 2012 sebesar 43
jiwa/km2. Grafik 4 menunjukkan bahwa Kecamtan Seunagan menempati urutan
pertama tingkat kepadatan penduduknya, yaitu sebesar 274 jiwa/km2. Setelah itu
terdapat Kecamatan Kuala Pesisir, Suka Makmue dan Kuala secara berurutan dengan
kepadatan antara 150-200 jiwa/km2. Kelompok berikutnya adalah Kecamatan
Seunagan Timur, Tripa Makmur dan Darul Makmur. Disusul Kecamatan Tadu Raya
dan Kecamatan Beutong dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan
Beutong Ateuh Banggalang.
54
Gambar 9. Piramida penduduk Nagan Raya Tahun 2012.
4.2.6. Keadaan Sosial Ekonomi
Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan
lahan secara ekonomi untuk tanaman semusim (padi sawah, jagung, kacang tanah
dan cabai), dan tanaman tahunan (durian, sawit, karet dan kelapa). Indikator yang
digunakan untuk analisis usahatani tanaman semusim adalah rasio penerimaan
dengan total biaya (R/C ratio) atau B/C (benefit cost ratio). Suatu usahatani
tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C rationya lebih dari satu, dimana
semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan.
Kelayakan usahatani tanaman rambutan, manggis dan durian digunakan analisis dari
sisi finansial dengan menghitung tingkat imbalan yang diterima atau modal yang
telah di investasikan oleh petani. Analisis kelayakan dengan menentukan Net Persent
Value (NPV) atau nilai pendapatan sekarang di akhir usaha dikurangi nilai biaya
sekarang, dan B/C (benefit cost ratio).
4.2.7. Analisis Usahatani Tanaman Pangan
4.2.7.1. Padi sawah
Komoditas padi sawah di Kabupaten Nagan Raya terdapat di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Darul Makmur, Tripa Makmur, Kuala, Kuala Pesisir,
Tadu Raya, Beutong, Beutong Ateuh Banggalang, Seunagan, Suka Makmue,
55
Seunaga Timur. Daerah penghasil padi sawah terbesar di Kabupaten Nagan Raya
adalah Kecamatan Suka Makmur dan Kuala.Hasil survei dan analisis kelayakan
usahatani padi sawah menunjukkan bahwa hampir sebagian besar (>65%)
pengelolaan lahan sudah menggunakan traktor besar dan hand traktor.
Penggunaan benih rerata 35 kg/ha. Petani sudah menggunakan varietas unggul
rata-rata petani menggunakan varietas Ciherang dan masih ada beberapa petani
menggunakan varietas IR 54 di kecamatan Seunagan, Tadu Raya. Pengelolaan lahan
dan pembajakan dikerjakan secara borongan dengan biaya rata-rata Rp. 800.000/ha.
Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK ponska, Urea, dan SP36. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan KCl
diganti pupuk NPK poska. Dosis pupuk yang digunakan masih belum berimbang
berdasarkan status hara tanah. Biaya untuk pembelian pupuk dalam 1 ha sekitar Rp
1.400.000/ha.Penyiangan umumnya dilakukan satu kali pada umur 20-25 HST
dengan cara manual. Hama yang umum menyerang tanaman padi antara lain ;
hama putih (menyerang tanaman padi pada awal pertumbuhan), walang sangit dan
tikus. Hama keong mas dapat mengganggu pada awal pertumbuhan tetapi umur
tanaman padi > 30 HST keong mas dapat dikendalikan gulma dalam petak sawah.
Pengendalian hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian
pestisida berkisar Rp. 1.000.000/ha.
Produksi rerata 7,2 ton/ha gabah kering panen. Hasil analisis usahatani
menunjukkan bahwa dengan harga gabah Rp 3.300/kg maka petani mendapat
keuntungan Rp 12.512.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani dengan
menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani padi sawah layak
untuk diusahakan karena R/C rationya 2,11.
4.2.7.2. Kedelai
Kedelai merupakan komoditas unggulan kedua setelah padi sawah di
Kabupaten Aceh Barat. Kedelai banyak ditanam di Kecamatan Suka Makmur dan
Darul Makmur. Pada lahan sawah irigasi sederhana dan tadah hujan, kedelai
ditanam setelah panen padi sawah pada bulan Juni atau Juli, panen bulan
September atau Oktober. Pada lahan kering, kedelai ditanam sepanjang tahun dua
56
kali tanam dalam setahun yaitu buan Maret atau April dan bulan September atau
Oktober.
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani kedelai menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan umumnya tanpa olah tanah, gulma disemprot dengan herbisida
terutama pada lahan kering. Pada lahan sawah diolah satu kali mengunakan traktor
dengan biaya Rp. 800.000/ha. Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah
menggunakan varietas unggul (Anjasmoro, Burangrang, Panderman), tetapi tingkat
kemurnian benih masih rendah karena benih yang ditanam petani banyak tercampur
dengan varietas lain.
Pengelolaan lahan dan pembajakan dikerjakan secara borongan dengan
biaya rata-rata Rp. 800.000/ha. Jarak tanam 20 cm x 30 cm dan 30 cm x 30 cm.
sebagian petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36 sebanyak 100 kg/ha,
diberikan pada umur 15-20 HST secara sebar. Pengendalian hama penyakit
umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk pembelian obat Rp.
270.000/ha.
Produksi rerata 1,85 ton/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa
dengan harga kedelai Rp 4.300/kg maka petani mendapat keuntungan
Rp.2.910.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani kedelai dengan menggunakan
analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani kedelai layak untuk diusahakan
karena R/C rationya 1,58.
4.2.7.3. Jagung
Jagung merupakan komoditas unggulan juga setelah padi sawah dan kedelai
di Kabupaten Aceh Barat. Jagung hampir ditanam diseluruh kecamatan, akan tetapi
tanaman jagung banyak ditanam di Kecamatan Seunagan, Kecamatan Kuala,
Kecamatan Tadu Raya. Pada lahan sawah tadah hujan, Jagung ditanam setelah
panen padi ladang pada bulan Juli, panen bulan Oktober awal. Pada lahan kering,
jagung ditanam sepanjang tahun dua kali tanam dalam setahun yaitu bulan Maret
dan bulan September.
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani jagung menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan umumnya tanpa olah tanah, gulma disemprot dengan herbisida
terutama pada lahan kering. Pada lahan sawah diolah satu kali mengunakan traktor
57
dengan biaya Rp. 800.000/ha. Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah
menggunakan varietas unggul (Pioner, NK atau varietas hibrida yang tersedia di toko
dengan label biru). Pengelolaan lahan dan pembajakan dikerjakan secara borongan
dengan biaya rata-rata Rp. 800.000/ha. Jarak tanam 20 cm x 30 cm dan 30 cm x 30
cm. sebagian petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36 sebanyak 100
kg/ha, diberikan pada umur 15-20 HST secara sebar. Pengendalian hama penyakit
umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk pembelian obat Rp.
270.000/ha.
Produksi rerata 4,5 ton/ha. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa
dengan harga jagung Rp 2.200/kg maka petani mendapat keuntungan
Rp.8.900.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani jagung dengan menggunakan
analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani jagung sangat layak untuk
diusahakan karena R/C rationya 1,58.
4.2.8. Analisis Usahatani Tanaman Hortikultura
4.2.8.1. Cabai
Cabai merupakan komoditas tanaman hortikultura sayuran yang banyak
diusahakan masyarakat di Kabupaten Nagan Raya. Tanaman ini umumnya
diusahakan di lahan sawah setelah panen padi dan di lahan kering. Hasil survei
lapangan menunjukkan bahwa budidaya tanaman cabai yang dilakukan secara
intensif dan pada waktu panen harga tinggi dapat memberikan keuntungan yang
besar kepada petani cabai.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali dengan biaya Rp 1.400.000/ha, upah buat
bedengan mencapai Rp 1.700.000/ha. Untuk mulsa plastik seluas satu hektar lahan
dibutuhkan dana Rp 2.000.000. Pupuk yang digunakan untuk tanaman cabai adalah
Urea, SP36, KCl, NPK bast, dolomit dan obat-obatan, dalam satu hektar dibutuhkan
biaya Rp 17.800.000. Produksi cabai rerata per hektar 12 ton/ha. Hasil analisis
usahatani menunjukkan bahwa dengan harga cabai Rp 8.000/kg maka petani
mendapat keuntungan 46.550.000/ha.
Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial
menunjukkan bahwa usahatani cabai layak untuk diusahakan karena R/C rationya
1,94.
58
4.2.9. Landform dan Relief
4.1.9.1. Landform
Landform merupakan bentukan alam di permukaan bumi yang
menggambarkan kondisi suatu wilayah dengan ciri yang berbeda satu dengan
lainnya, tergantung dari proses pembentukan dan evolusinya. Berdasarkan hasil
interpretasi citra landsat yang didukung oleh peta geologi, data DEMs dan hasil
pengamatan lapangan, daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 6 grup
landform utama, yaitu: (1) Aluvial, (2) Marin, (3) Fluvio-Marin, (4) Volkanik, (5)
Tektonik, dan (6) Aneka.
Pengaruh relief yang menonjol terhadap sifat tanah, antara lain kondisi
drainase dan laju aliran permukaan. Di wilayah datar kondisi drainase biasanya
sedang-sangat terhambat dan aliran permukaan sangat lambat, akibatnya pada
daerah yang paling rendah terjadi akumulasi bahan-bahan dari daerah sekitarnya.
Sedangkan di daerah bergelombang-bergunung umumnya berdrainase baik-cepat
dan aliran permukaan berlangsung sangat cepat, sehingga proses erosi berlangsung
cukup intensif terlebih pada daerah terbuka atau yang telah diusahakan untuk
pertanian. Relief atau kelerengan lahan juga akan mempengaruhi metode
pembukaan pengelolaan lahan untuk tujuan pertanian. Pada lahan yang datar
sampai berombak, pembukaan/ pengelolaan lahan dengan cara mekanisasi dengan
menggunakan alat-alat berat relatif mudah dilakukan, pada lahan yang reliefnya
bergelombang masih memungkinkan untuk melaksanakan pembukaan/pengolahan
lahan dengan menggunakan alat-alat berat, sedangkan pada wilayah yang berbukit
atau bergunung pengoperasian alat-alat berat sangat beresiko dan pengelolaan
lahan hanya dapat dilakukan dengan cara manual.
4.2.10. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dan pengamatan lapangan, jenis
penggunaan lahan di Kabupaten Nagan Raya terdiri dari: (a) sawah, (b) tegalan, (c)
tambak, (d) kebun campuran, (e) semak belukar, (f) hutan, (g) pemukiman, (h)
rawa, dan (i) tubuh air. Penyebaran data penggunaan lahan dapat disajikan pada
Gambar 2, peta satuan lahan Kabupaten Nagan Raya.
59
Gambar 10. Peta satuan lahan skala 1:50.000 Kabupaten Nagan Raya.
60
4.2.11. Evaluasi LahanEvaluasi lahan secara fisik yang didasarkan pada kualitas tanah (karakteristik
tanah dan lingkungan) dan persyaratan tumbuh tanaman. Penilaian kelas kesesuaian
lahan untuk setiap komoditas pada setiap satuan tanah dikelompokkan berdasarkan
kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N).
Untuk penilaian kesesuaian lahan menggunakan aplikasi SPKL (Sistem Penilaian
Kesesuaian Lahan).Pada tingkat Subkelas dicantumkan faktor
pembatas/penghambat bagi pertumbuhan tanaman, ditulis dengan simbol yang
diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S3nw, yaitu
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas/penghambat ketersediaan hara dan air.
Berikut, dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan), Gambar
11.
61
62
63
64
Gambar 11. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan).
65
4.2.12. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dan pengamatan lapangan, jenis
penggunaan lahan di Kabupaten Nagan Raya terdiri dari: (a) sawah, (b) tegalan, (c)
tambak, (d) kebun campuran, (e) semak belukar, (f) hutan, (g) pemukiman, (h)
rawa, dan (i) tubuh air. Penyebaran data penggunaan lahan sawah dapat disajikan
pada Gambar 11, Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 6. Rincian kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten Nagan Raya.
Simbol Kesesuaian Lahan Luas (Ha)Ha %
Lahan Sesuai (S) 172.020 50,24
S1 Sangat Sesuai 9.076 2,65
S2 Cukup Sesuai 77.692 22,69
S3 Sesuai Marginal 85.251 24,90Lahan TidakSesuai (N) 170.378 49,76
N Tidak Sesuai 168.334 49,16
X2 Pemukiman 370 0,11
X3Sunga/Danau/PerairanDarat 1.675 0,49
Evaluasi LahanEvaluasi lahan juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPKL. Penilaian
kelas kesesuaian lahan untuk setiap komoditas pada setiap satuan tanah
dikelompokkan berdasarkan kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan
dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai
marginal (S3), dan tidak sesuai (N). Hasil pemetaan komoditas berdasarkan zona
agro ekologi zone skala 1:50.000 disajikan pada Gambar 8. Untuk kesesuaian lahan
untuk komoditas unggulan daerah yaitu tanaman padi disajikan pada Gambar 12.
66
Gambar 12. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 7, Kabupaten Nagan Raya.
67
Gambar 13. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 8, Kabupaten Nagan Raya.
68
Gambar 14. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten Nagan Raya.
69
Berdasarkan data analisis usaha tani pangan, data evaluasi lahan dan
penggunaan lahan serta penggunaan aplikasi SPKL tersebut, maka penentuan zona
kesesuaian lahan untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) adalah sesuai
(S1) dengan total luas 9.076 ha, untuk daerah Kecamatan Darul Makmur, Tripa
Makmur, Kuala, Kuala Pesisir, Seunagan, Suka Makmue, Seunagan Timur. Daerah
cukup sesuai (S2) dengan total luas 77.692 ha, adalah Kecamatan sebagian
Kecamatan Tripa Makmur selain itu ada di Tadu Raya, Beutong, Beutong Ateuh
Banggalang dengan faktor penghambat oksigen dan keterbatasan nutrisi tanaman
(hara tanaman). Jika kedua faktor tersebut diatasi misalnya dengan pembuatan
saluran drainase yang baik maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. Daerah
dengan kriteria sesuai marginal (S3) dengan total luas 85.253 ha, adapun sebagian
besar adalah daerah rawa. Daerah tersebut ada di beberapa kecamatan, dengan
faktor pembatas hara terbatas, oksigen kurang tersedia, dan bentuk geografis yang
dekat dengan daerah marin (laut).
Rekomendasi zona kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura seperti cabai,
buah-buahan yaitu sesuai (S1) untuk Tadu Raya, Beutong, Beutong Ateuh
Banggalang, cukup sesuai (S2) ada di Kecamatan Darul Makmur, Suka Makmur,
Seunagan, dengan faktor pembatas ketersediaan saluran drainase untuk
mengalirnya air terutama untuk hortikultura semusim seperti tanaman cabai, tomat
dan lainnya.
4.3. Pewilayahan zona agro ekologi skala 1:50.000 di KabupatenAceh Barat Daya
4.3.1. Koordinasi, Sosialisasi dan Survey Lokasi
Koordinasi dan sosialisasi kegiatan AEZ tahun 2014 di Kabupaten Barat Daya.
Tim bertemu dengan Kabid. Litbang Bappeda Bpk. Dody, M.Si. dalam sambutannya,
beliau sangat appresiasi terhadap kegiatan AEZ yang dilakukan oleh BPTP Aceh skala
1:50.000, dan yang telah dilakukan oleh tim AEZ BPTP Aceh dan BBPSDLP, Bogor
tahun 2012 – 2013 yang telah menghasilkan peta pewilayahan komoditas spasial
1:250.000,-. Beliau berharap agar BPTP Aceh melakukan verifikasi dan kerjasama
dengan Bagian Litbang Bappeda untuk menentukan komoditas unggulan yang akan
dikembangkan oleh kab. Aceh Barat Daya. Tim AEZ BPTP Aceh juga menyerahkan
70
peta AEZ skala 1:250.000,- kepada Kabid. Litbang Bappeda Aceh Barat Daya. Data
yang berhasil didapat oleh tim AEZ BPTP Aceh pada saat koordinasi adalah data
Abdya dalam Angka, untuk data spasial file SHP, beliau tidak tahu dan akan
menanyakan ke bagian data (operator). Beliau berjanji bila data itu ada akan
disajikan untuk pertemuan yang akan datang jika tim AEZ BPTP Aceh berkunjung ke
Bappeda kembali.
4.3.2. Peta Satuan Lahan dan Verifikasi Peta Satuan Lahan di Lapangan
Survey kegiatan verifikasi peta satuan lahan berikutnya ke Kabupaten Aceh
Barat Daya. Hasil koordinasi dengan Bappeda Aceh Barat Daya, Kabid. Litbang
Bappeda Aceh Barat Daya bahwa komoditas unggulan di kabupaten ini adalah
tanaman pangan (padi, kacang tanah), tanaman perkebunan (nilam, kakao dan
pala) dan hortikultura (mangga, kueni dan durian). Pihak Bappeda berharap agar
komoditas pangan diutamakan diperhatikan karena menyangkut ketersediaan
pangan di kabupaten ini, juga Bappeda berharap agar BPTP mau mendampingi
program pangan yang mereka lakukan karena penanaman padi sawah di Abdya
cukup luas dan Abdya menjadi salah satu kabupaten penghasil lumbung pangan di
Provinsi Aceh. Hasil verifikasi data satuan lahan ke lapangan di Kabupaten Aceh
Barat Daya, dokumentasi lokasi lahan sawah disajikan pada Gambar 15.
Desa Alue Mangota, Kec. Setia Desa Baharu, Kec. Setia
71
Desa Sangkalan, Kec. Blangpidie Desa Keude Paya, Kec. Blangpidie
Gambar 15. Hasil verifikasi data peta satuan lahan ke lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya.
Hasil verifikasi di lapangan ternyata Kabupaten Abdya memiliki beberapa
potensi lainnya selain lahan sawah yaitu dari hasil laut yang berlimpah. Selanjutnya
pada bulan Agustus Tim dari BBPSDLP (Dr. Sukarman dan Drs. Zaimal Abidin, M.S.)
melakukan kunjungan dalam rangka Pendampingan pemetaan, dan observasi
lapangan ke Provinsi Aceh. Kegiatan verifikasi pemetaan dan observasi lapangan
serta pengambilan sampel tanah bersama tim pendamping dari Balai Besar Sumber
Daya Lingkungan Pertanian di Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat
Daya. Tim AEZ BPTP Aceh mempersiapkan peta poligen skala 1:50.000, alat-alat
seperti GPS, bor tanah dan lainnya. Bahan yang disediakan antara lain plastik wadah
sampel tanah, spidol, kertas penanda sampel dan lainnya.
Sebelum ke lapangan tim BBSDLP bertemu dengan kepala BPTP Aceh Bpk. Ir.
Basri AB, M.Si. dalam rangka berkoordinasi tentang kegiatan pendampingan yang
dilakukan oleh BBPSDLP ke BPTP Aceh bertujuan untuk melihat secara langsung
kondisi lapangan daerah yang akan dipetakan dan mendampingi kegiatan observasi
lapangan yang dilakukan oleh tim AEZ BPTP Aceh untuk menyamakan langkah-
langkah dalam observasi lapangan dan pengambilan sampel berdasarkan peta
poligen yang telah dibuat oleh tim skala 1:50.000. Dokumentasi pada saat
pengambilan sampel tanah di titik polygon dapat dilihat pada Gambar 15.
72
Gambar 16. Dokumentasi melihat struktur tanah, hasil pengeboran tanah 1 m.
Hasil pengeboran tanah di lokasisatuan lahan kemudian dilakukan
pengklasifikasian tanah berdasarkan muncel chart soil (bagan warna tanah).
Gambar 16, menunjukkan dokumentasi yang dilakukan tim AEZ BPTP Aceh bersama
tim pendamping dari BBPSDLP (Bpk. Zainal).
Gambar 17. Pengklasifikasian tanah.
Kemudian observasi dilakukan ke Kabupaten Aceh Barat Daya, berikut
dokumentasi kegiatan observasi lapangan dan pengambilan sampel tanah di
Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
73
Gambar 18. Pengambilan sampel tanah sawah di Kab. Aceh Barat Daya.
Gambar 19. Pengambilan ordinat lokasi menggunakan alat GPS di Kab. Aceh Barat Daya.
Gambar 20. Pengklasifikasian tanah dan penggunaan bagan warna tanah (Muncellcolour system).
Muncell
74
4.3.3. Data Lokasi
Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh. Secara geografis, daerah
penelitian terletak antara 96°34’57” - 97°09’19” BT dan antara 03°34’ - 04°05’37”
LU. Luas wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya 1.882,05 Km2. Kabupaten Aceh Barat
Dayasebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Selatan, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Nagan Raya.
Kabupaten Aceh Barat Daya terdiri atas 9 Kecamatan, 23 mukim dan 132 gampong.
Berikut di bawah ini peta administratif Kabupaten Aceh Barat Daya (Gambar 20).
Gambar 21. Peta administratif Kabupaten Aceh Barat Daya.
75
Kecamatan terluas adalah kecamatan Blangpidiedengan luas 581,22 ha.
Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan kecamatan terkecil
adalah Susoh. Luas Kecamatan ini hanya 19,05 Km2. Blangpidie merupakan ibukota
Kabupaten Aceh Barat Daya. Kecamatan terdekat dari pusat kota Blangpidie adalah
Susoh. Sedangkan Kecamatan terjauh adalah Manggeng.
4.3.4. Data Suhu, Curah di Kabupaten Aceh Barat Daya
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adalah 26oC dengan suhu
terendah 18oC pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30oC di bulan Mei. Kelembapan
udara berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012, tertinggi tahun 2012
terjadi pada bulan Desember, yaitu 24,75 mm dan jumlah curah hujan terendah
adalah di bulan Juli yakni 7,0 mm.
4.3.5. Kependudukan
Berdasarkan data pada buku “Aceh Barat Daya Dalam Angka” (BPS
Kabupaten Aceh Barat Daya, 2013) tercatat bahwa Kabupaten Aceh Barat Daya
mempunyai luas wilayah 1.882,05 Km2. Kabupaten ini dihuni oleh penduduk
sebanyak 131.087 jiwa pada tahun 2012.
Gambar 22. Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya, 2012.
76
Menurut data BPS Kabupaten Aceh Barat Daya (2010), di wilayah Kabupaten
Aceh Barat Daya perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
(sex rasio) adalah sebesar 102 persen. Di tingkat kecamatan sex rasio terendah
terdapat di Kecamatan Lembah Sabil, yaitu sebesar 99 persen dan tertinggi terdapat
di Kecamatan Setia dan Babahrot, yaitu sebesar 106 persen. Jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 74.874 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 73.050 jiwa.
4.3.6. Keadaan Sosial Ekonomi
Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan
lahan secara ekonomi untuk tanaman semusim (padi sawah, kedelai, kacang tanah,
cabe dan semangka), dan tanaman tahunan (durian, sawit, karet). Indikator yang
digunakan untuk analisis usahatani tanaman semusim adalah rasio penerimaan
dengan total biaya (R/C ratio) atau B/C (benefit cost ratio). Suatu usahatani
tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C rationya lebih dari satu, dimana
semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan.
Kelayakan usahatani tanaman rambutan, manggis dan durian digunakan analisis dari
sisi finansial dengan menghitung tingkat imbalan yang diterima atau modal yang
telah di investasikan oleh petani. Analisis kelayakan dengan menentukan Net
Persent Value (NPV) atau nilai pendapatan sekarang di akhir usaha dikurangi nilai
biaya sekarang, dan B/C (benefit cost ratio).
4.3.7. Analisis Usahatani Tanaman Pangan
4.3.7.1. Padi sawah
Komoditas padi sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya terdapat di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Blangpidie, Susoh, Lembah Sabil, Tangan-Tangan,
Kuala Batee, Babahrot, Manggeng, Setia dan Jeumpa. Daerah penghasil padi sawah
terbesar di Kabupaten Aceh Barat adalah Kecamatan Blangpidie, Susoh, Manggeng
dan Setia. Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani padi sawah menunjukkan
bahwa hampir sebagian besar (>75%) pengelolaan lahan sudah menggunakan
traktor besar dan hand traktor. Penggunaan benih rerata 25 kg/ha, karena sebagian
petani sudah menerapkan pola tanam PTT (pengelolaan Tanaman Terpadu) dan SRI
(system of Rice Intensification) yang mengunakan benih muda, jmlah benih per
lubang tanam 2 – 3 benih per lubang dan jarak tanam.Selain itu petani sudah
77
menggunakan varietas unggul rata-rata petani menggunakan varietas IR 64,
Ciherang, Mekongga dan Inpari. Bahkan ada beberapa kelompok petani masih
menggunakan varietas lokal untuk padi yang ditanam di sawah tanah hujan seperti
di Kecamatan Blangpidie dan Kuala Batee yaitu varietas lokal Sigupai. Pengelolaan
lahan dan pembajakan dikerjakan secara borongan dengan biaya rata-rata Rp.
800.000/ha.
Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK ponska, Urea, dan SP36. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan KCl
diganti pupuk NPK poska. Dosis pupuk yang digunakan masih belum berimbang
berdasarkan status hara tanah. Biaya untuk pembelian pupuk dalam 1 ha sekitar Rp
1.400.000/ha.
Penyiangan umumnya dilakukan satu kali pada umur 20-25 HST dengan
cara manual. Hama yang umum menyerang tanaman padi antara lain ; hama putih
(menyerang tanaman padi pada awal pertumbuhan), walang sangit dan tikus. Hama
keong mas dapat mengganggu pada awal pertumbuhan tetapi umur tanaman padi >
30 HST keong mas dapat dikendalikan gulma dalam petak sawah. Pengendalian
hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian pestisida berkisar
Rp. 1.000.000-1.200.000/ha.
Tabel 7 Analisis kelayakan usahatani tanaman pangan dalam satu hektar diKabupaten Aceh Barat Daya.
UraianKomoditas
Padi Sawah Kedelai JagungII. Biaya ProduksiB. Penggunaan Tenaga
Kerja7.188.000 4.155.000 7.400.000
Pengolahan tanah 1 800.000 800.000 800.000Pengolahan tanah 2 560.000 - 500.000Buat bedengan/parit - 460.000 550.000Pemberian pupuk I - - -Pemberian mulsa - - -Isi polibag bibit - - -Tanam 1.600.000 900.000 1.200.000Pemasangan ajir - - -Pupuk susulan - - -Penyiangan / bumbun 600.000 300.000 1.700.000
78
Penyemprotan (hama +ppc) 580.000 255.000 300.000
Panen 2.448.000 1.340.000 2.200.000Pengangkutan hasil 600.000 100.000 150.000B. Bahan Produksi 2.980.000 890.000 3.540.000Benih 480.000 280.000 2.750.000Mulsa plastic - - -Urea 270.000 90.000 90.000SP36 200.000 250.000 375.000KCl - - -NPK poska 990.000 - -¤ NPK bast - - -Pupuk kandang - - 125.000Boron, Dolomit,Obat-obatan 1.040.000 270.000 200.000C. Sewa Lahan 1.080.000 - -
Total Biaya (A+B+C)=D 11.248.000 5.045.000 10.940.000II. Hasil UsahataniProduksi (kg) 7.200 1.850 2.550Penerimaan (E) 23.760.000 7.955.000 19.125.000Pendapatan (E-D)=F 12.512.000 2.910.000 8.185.000R/C (E/D) 2.11 1.58 1.75BC (F/D) 1.11 0.58 0.75Sumber: Analisis data primer 2012
Produksi rerata 7,2 ton/ha gabah kering panen. Hasil analisis usahatani
menunjukkan bahwa dengan harga gabah Rp 3.300/kg maka petani mendapat
keuntungan Rp 12.512.000/ha. Hasil analisis kelayakan usahatani dengan
menggunakan analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani padi sawah layak
untuk diusahakan karena R/C rationya 2,11.
4.3.7.2. Kacang tanah
Kacang tanah merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Aceh Barat Daya
dan ditanam diseluruh kecamatan. Beberapa kecamatan sentra penanaman kacang
tanah yaitu Kecamatan Blangpidie, Susoh, Manggeng, Kuala Batee dan Babhrot.
Pada lahan sawah irigasi sederhana dan tadah hujan kacang tanah ditanam setelah
panen padi sawah pada bulan Juni, panen bulan September.
79
Hasil survei dan analisis kelayakan usahatani kacang tanah menunjukkan
bahwa kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering. Pada lahan sawah
kacang tanah ditanam setelah panen padi. Pengolahan tanah menggunakan traktor
dengan biaya Rp 1.400.000 (untuk dua kali pengolahan). Pada lahan kering kacang
tanah ditanam sepanjang tahun (2-3 kali dalam satu tahun). Penggunaan benih
kacang tanah rerata 200-250 kg/ha dalam bentuk polong dengan harga Rp
11.000/kg. Petani pada umumnya menggunakan varietas lokal.
Penanaman dilakukan secara tugal, jarak tanam 20 cm x 20 cm, dua biji per
lubang, pada umumnya petani menggunakan pupuk urea 50 kg/ha dan SP36
sebanyak 150 kg/ha, diberikan pada umur 20-25 HST secara larikan. Pengendalian
hama penyakit umumnya dilakukan 3-4 kali selama pertumbuhan, biaya untuk
pembelian obat Rp 200.000/ha. Produksi kacang tanah rerata 2,55 ton/ha. Hasil
analisis usahatani menunjukkan bahwa dengan harga kacang tanah Rp 7.500/kg
maka petani mendapat keuntungan Rp 8.185.000/ha.
Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial
menunjukkan bahwa usahatani kacang tanah layak untuk diusahakan karena R/C
rationya 1,75.
4.3.8. Analisis Usahatani Tanaman Hortikultura
4.3.8.1. Cabai
Cabai merupakan komoditas tanaman hortikultura sayuran yang banyak
diusahakan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya. Tanaman ini umumnya
diusahakan di lahan sawah setelah panen padi dan di lahan kering. Hasil survei
lapangan menunjukkan bahwa budidaya tanaman cabai yang dilakukan secara
intensif dan pada waktu panen harga tinggi dapat memberikan keuntungan yang
besar kepada petani cabai.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali dengan biaya Rp 1.400.000/ha, upah buat
bedengan mencapai Rp 1.700.000/ha. Untuk mulsa plastik seluas satu hektar lahan
dibutuhkan dana Rp 2.000.000. Pupuk yang digunakan untuk tanaman cabai adalah
Urea, SP36, KCl, NPK bast, dolomit dan obat-obatan, dalam satu hektar dibutuhkan
biaya Rp 17.800.000. Produksi cabai rerata per hektar 12 ton/ha. Hasil analisis
80
usahatani menunjukkan bahwa dengan harga cabai Rp 8.000/kg maka petani
mendapat keuntungan 46.550.000/ha.
Hasil analisis kelayakan usahatani dengan menggunakan analisis finansial
menunjukkan bahwa usahatani cabai layak untuk diusahakan karena R/C rationya
1,94.
4.3.8.2. Mangga
Mangga merupakan tanaman buah-buahan yang banyak diusahakan petani
di Kabupaten Aceh Barat Daya. Tanaman mangga banyak terdapat di Kecamatan
Blangpidie, Susoh, Manggeng, Kuala Batee dan Babahrot. Hasil survei dan analisis
kelayakan usahatani mangga menunjukkan bahwa budidaya tanaman mangga
belum dilakukan petani secara intensif, seperti pemupukan pada umumnya tidak
dilakukan petani sesuai anjuran. Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan
petani pada umumnya.
Bibit mangga berasal dari toko saprodi pertanian terdekat. Bibit tersebut
pada umumnya berasal dari bibit lokal dan ada juga yang membeli dari Medan,
Sumatera Utara. Hasil peninjauan ke lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar
tanaman mangga sudah berumur di > 10 tahun, hanya kurang lebih 30% tanaman
mangga yang berumur di < 10 tahun. Walaupun budidaya tanaman mangga belum
dilakukan petani secara intensif akan tetapi pertumbuhan cukup baik dan hasil
panen dalam satu hektar dapat mencapai 20-50 buah per pohon, harga rata-rata
10.000 rupiah per buah. Pemupukan pada umumnya dilakukan petani saat tanam
dengan memberikan pupuk kandan dan NPK poska, pada tahun 1 dan 2 diberi
pupuk NPK, sedangkan pada tahun ke 3 dan seterusnya tidak dilakukan pemupukan
oleh petani. Penyiangan umumnya dilakukan sekali setahun yaitu membersihkan
rumput yang tumbuh dibawah tanaman mangga. Sebagian petani menggunakan
herbisida Run-Up. Penyiangan ini tetap dilakukan petani sekali setahun (pada saat
tanaman telah berbuah) selama tanaman masih menghasilkan. Pengendalian hama
dan penyakit dilakukan petani jika ada serangan, terutama ulat daun dan buah
dengan insektisida, biaya per pohon sekiar 25.000 – 30.000 rupiah. Mangga mulai
berbuah rata-rata pada umur 3-4 tahun. Buah pada tahun pertama masih sedikit
dan mencapai puncaknya pada umur 8-15 tahun. Analisis secara finansial,
81
menunjukkan bahwa usahatani tanaman mangga layak untuk dilaksanakan. Analisis
dilakukan dengan metode perhitungan arus tunai berdiskonto dengan tingkat
discount 20% (di gunakan DF 20% sesuai tingkat suku bunga bank). Berdasarkan
hasil analisis usahatani dengan memasukkan pendapatan bersih pada tingkat DF
20% pada usahatani rambutan diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 200,000 per pohon.
Jadi berdasarkan kriteria investasi maka usahatani tanaman mangga layak untuk
diusahakan di Kabupaten Aceh Barat Daya, karena NPV menunjukkan nilai positif
dan B/C sebesar 1,56.
4.3.9. Landform dan Relief
4.3.9.1. Landform
Landform merupakan bentukan alam di permukaan bumi yang
menggambarkan kondisi suatu wilayah dengan ciri yang berbeda satu dengan
lainnya, tergantung dari proses pembentukan dan evolusinya. Berdasarkan hasil
interpretasi citra landsat yang didukung oleh peta geologi, data DEMs dan hasil
pengamatan lapangan, daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi 6 grup
landform utama, yaitu: (1) Aluvial, (2) Marin, (3) Fluvio-Marin, (4) Volkanik, (5)
Tektonik, dan (6) Aneka.
Pengaruh relief yang menonjol terhadap sifat tanah, antara lain kondisi
drainase dan laju aliran permukaan. Di wilayah datar kondisi drainase biasanya
sedang-sangat terhambat dan aliran permukaan sangat lambat, akibatnya pada
daerah yang paling rendah terjadi akumulasi bahan-bahan dari daerah sekitarnya.
Sedangkan di daerah bergelombang-bergunung umumnya berdrainase baik-cepat
dan aliran permukaan berlangsung sangat cepat, sehingga proses erosi berlangsung
cukup intensif terlebih pada daerah terbuka atau yang telah diusahakan untuk
pertanian.
Relief atau kelerengan lahan juga akan mempengaruhi metode pembukaan
pengelolaan lahan untuk tujuan pertanian. Pada lahan yang datar sampai berombak,
pembukaan/ pengelolaan lahan dengan cara mekanisasi dengan menggunakan alat-
alat berat relatif mudah dilakukan, pada lahan yang reliefnya bergelombang masih
memungkinkan untuk melaksanakan pembukaan/pengolahan lahan dengan
menggunakan alat-alat berat, sedangkan pada wilayah yang berbukit atau
82
bergunung pengoperasian alat-alat berat sangat beresiko dan pengelolaan lahan
hanya dapat dilakukan dengan cara manual.
4.3.10. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dan pengamatan lapangan, jenis
penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Barat Daya juga terdiri dari: (a) sawah, (b)
tegalan, (c) tambak, (d) kebun campuran, (e) semak belukar, (f) hutan, (g)
pemukiman, (h) rawa, dan (i) tubuh air. Penyebaran data penggunaan lahan dapat
disajikan pada Gambar 2, peta satuan lahan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Gambar 23. Peta satuan lahan skala 1:125.000 Kabupaten Aceh Barat Daya.
83
4.3.11. Evaluasi LahanEvaluasi lahan secara fisik yang didasarkan pada kualitas tanah (karakteristik
tanah dan lingkungan) dan persyaratan tumbuh tanaman. Penilaian kelas kesesuaian
lahan untuk setiap komoditas pada setiap satuan tanah dikelompokkan berdasarkan
kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N).
Untuk penilaian kesesuaian lahan menggunakan aplikasi SPKL (Sistem Penilaian
Kesesuaian Lahan). Pada tingkat Subkelas dicantumkan faktor
pembatas/penghambat bagi pertumbuhan tanaman, ditulis dengan simbol yang
diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S3oa, yaitu
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas/penghambat ketersediaan oksigen.
84
Gambar 24. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai.
85
Gambar 25. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta.
86
Gambar 26. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah.
Berdasarkan data analisis usaha tani pangan, data evaluasi lahan dan
penggunaan lahan serta penggunaan aplikasi SPKL tersebut, maka penentuan zona
kesesuaian lahan untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) (Gambar 24
dan 26) adalah sesuai (S1) untuk seluruh kecamatan kecuali wilayah yang
berdekatan dengan hutan dan pesisir pantai (marin). Daerah cukup sesuai (S2)
adalah sebagian kecil di Kecamatan Susoh dan Kecamatan Babahrot dengan faktor
penghambat air dan keterbatasan nutrisi tanaman (hara tanaman). Jika kedua
87
faktor tersebut diatasi misalnya dengan pengairan irigasi dan irigasi buatan dengan
sumur bor atau sumur galian maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. Daerah
dengan kriteria sesuai marginal (S3) adalah daerah semak belukar. Daerah tersebut
ada di semua kecamatan, dengan faktor pembatas hara terbatas, air tidak tersedia.
Rekomendasi zona kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta (Gambar
25) yaitu sesuai (S1) untuk kecamatan Babahrot (S2) ada di Kecamatan Blangpidie,
Kuala Batee dan Babahrot dengan faktor pembatas ketersediaan nutrisi (hara
tanaman). Zona tidak sesuai (S3) pada lokasi sawah produktif dan lahan potensial
untuk tanaman pangan, faktor pembatasnya bagi tanaman kopi robusta adalah
kelembaban yang tinggi, drainase dan intensitas matahari yang tinggi.
88
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kondisi iklim tergolong lembab, dengan curah hujan rata-rata tahunan sekitar 1.968
mm. Daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya) tergolong
zone agroklimat D2 dengan 3 bulan basah (curah hujan >200 mm) berturut-turut
dari November hingga Januari dan 3 bulan kering (curah hujan <100 mm) berturut-
turut dari Juni sampai Agustus. Kondisi iklim tersebut masih cukup sesuai untuk
pengembangan berbagai komoditas pertanian.
Daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya) didominasi
oleh grup landform tektonik, diikuti oleh grup volkan, grup aluvial, grup fluvio-marin,
dan grup marin. Sedangkan bentuk wilayahnya didominasi oleh daerah bergunung
disusul berturut-turut oleh wilayah datar, berbukit kecil, berbukit, bergelombang,
agak datar, dan berombak. Penggunaan lahan saat ini didominasi oleh hutan dan
semak belukar. Lahan lainnya digunakan sebagai sawah irigasi, tegalan, perikanan
(tambak), kebun campuran,dan sawah tadah hujan.
Tanah-tanah di daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat
Daya) didominasi berturut-turut oleh Ordo Ultisols, Inceptisols, Alfisols, dan Entisols.
Tanah-tanah tersebut berkembang dari bahan induk batu pasir dan batu liat, batu
liat berkapur, andesit, bahan aluvium halus dan kasar, endapan marin, dan endapan
fluvio-marin. Ultisols telah mengalami pelapukan lanjut sehingga miskin unsur hara,
sedangkan tanah-tanah yang terbentuk dari bahan batuliat berkapur, andesit,
aluvium halus dan endapan marin mempunyai kandungan unsur hara relatif lebih
baik.
Kendala biofisik pengembangan tanaman pangan lahan kering dan
hortikultura di daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya)
adalah drainase sangat terhambat, tekstur tanah kasar/drainase cepat, bahaya
sulfidik, dan lahan sangat curam (lereng > 30%).
5.2. Saran
Peta komoditas yang disajikan belum secara detail menjangkau sampai pada
tingkat desa, untuk itu perlu dilakukan pendetilan pada skala yang lebih besar.
89
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, J.D., D.McC. Bridge, N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D. H.Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, dan R.Whandoyo. 1981. Peta Geologi Lembar Banda Aceh, Skala 1:250.000. PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
BPS Kabupaten Aceh Barat. 2013. Aceh Barat Dalam Angka 2010. Biro Pusat StatistikKabupaten Aceh Barat.
BPS Kabupaten Nagan Raya. 2013. Nagan Raya Dalam Angka 2010. Biro PusatStatistik Kabupaten Nagan Raya.
BPS Kabupaten Aceh Barat Daya. 2013. Aceh Barat Daya Dalam Angka 2010. BiroPusat Statistik Kabupaten Aceh Barat Daya.
Cameron, N.R., J.D. Bennett, D.McC. Bridge, M.C.G. Clarke, A. Djunuddin, S.A.Ghazali, H. Harahap, D. H. Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, H. Ngabito, N.M.S.Rock, dan S.J. Thompson. 1983. Peta Geologi Lembar Takengon, Skala1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Djaenudin, D., M. Hendrisman, dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis EvaluasiLahan Untuk Komoditas Pertanian. Edisi pertama. Balai Penelitian Tanah,Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Keats, K., N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, H. Harahap, D. H. Jeffery, W.Kartawa, , H. Ngabito, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, dan R. Whandoyo. 1981.Peta Geologi Lembar Lhokseumawe, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.
Marsoedi, Ds, Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof, E.R.Jordan. 1997. Pedoman klasifikasi landform. Buku Teknis No. 5, versi 3.LREPP II Project. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Rossiter, D. G. and A. R. Van Wambeke. 1995. Automated Land Evaluation System(ALES). Version 4.65. User Manual. Department of Soil and AtmosphericScience, Cornell University.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. Eleventh Edition. USDA. NaturalResources Conservation Service. Washington, DC.
90
Lampiran 1
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHNAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, MsiNIP : 19600811 198503 1 001KEGIATAN : Pengkajian Pewilayahan Komoditas ZAE Skala 1:50.000TUJUAN KEGIATAN : 1. Koordinasi dan Sosialisasi Pemetaan Komoditas
2. Survey dan pengambilan sampel tanah dan profile3. Validasi data oleh BBPSLP4. Sosialisasi hasil kegiatan kepada Bappeda kab.
No Risiko Penyebab Dampak1.
2.
Hasil analisistanah tidakakurat
Data biofisikdan socialekonomikurang tepat
Kesalahan dalampengambilan sampel
Sumber data sudahsudah lama
Penentuan komoditas unggulantidak tepat
Penentuan komoditas unggulantidak tepat
91
Lampiran 2
PENANGANAN RESIKOBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHNAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, MsiNIP : 19600811 198503 1 001KEGIATAN : Pengkajian Pewilayahan Komoditas ZAE Skala 1:50.000TUJUAN KEGIATAN : 1. Koordinasi dan Sosialisasi Pemetaan Komoditas
2. Survey dan pengambilan sampel tanah dan profile3. Validasi data oleh BBPSLP4. Sosialisasi hasil kegiatan kepada Bappeda kab.
NNo Resiko Penyebab Dampak Upaya
Penanganan1.
2.
Hasil analisistanah tidakakurat
Data biofisikdan socialekonomikurang tepat
Kesalahandalampengambilansampel
Sumber datasudah sudahlama
Penentuankomoditasunggulan tidaktepat
Penentuankomoditasunggulan tidaktepat
pengambilansampel tanahharus dilakukanoleh yang ahlidibidangnya
Sumber data harusberasal dari tahunterakhir
92
Lampiran 3. Dokumentasi koordinasi dan sosialisasi kegiatan ZAE di KabupatenAceh Barat.
93
Lampiran 4. Dokumentasi verifikasi hasil data poligon ke lapangan.
Desa Marek, Kec. Kawai XVI Desa Suak Gedebang, Kec. Samatiga
Desa Suak Timah, Kec. Samatiga
94
Lampiran 5. Dokumentasi yang dilakukan tim AEZ BPTP Aceh di Bappeda KabupatenNagan Raya.
Koordinasi dan sosialisasi tim AEZ BPTP di Bappeda Nagan Raya.
95
Lampiran 6. Dokumentasi yang dilakukan tim AEZ BPTP Aceh di Bappeda KabupatenAceh Barat Daya.
96
85
Lampiran 7. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya dilakukan di Lab. BPTP Aceh.
HASIL ANALISIS (AnalysesReport)
Urut
Sample ID Tekstur Bahan Organik
C/N
Ekstrak HCl25%
Bray
Morgan
Lab. Desa KecamatanPasir Debu Liat
C-Organik
N-Total P2O5 K2O
P2O5
K2
O
% % mg/100grp
pmpp
m
1 BA.14.001 Blangbrandang Johan Pahlawan 13,17 39,07 47,76 4,56 0,36 12,69 4,2714,46 ND 2,41
2 BA.14.002 Blangbrandang Johan Pahlawan 6,61 36,92 56,47 4,59 0,25 18,52 4,5414,46 ND ND
3 BA.14.003 Blangbrandang Johan Pahlawan 13,33 40,16 46,50 3,12 0,23 13,36 10,6816,87 ND ND
86
4 BA.14.004 Blangbrandang Johan Pahlawan 12,26 36,73 51,01 1,15 0,07 15,77 28,1229,46 0,48 3,62
5 BA.14.005 Blangbrandang Johan Pahlawan 11,78 45,13 43,08 1,46 0,14 10,21 7,0716,87 ND 4,82
6 BA.14.006 Blangbrandang Johan Pahlawan 11,41 38,25 50,33 0,39 0,06 6,41 11,0821,42 ND ND
7 BA.14.007 Blangbrandang Johan Pahlawan 17,24 40,37 42,39 0,53 0,06 8,66 6,8716,87 ND 1,21
8 BA.14.008 Blangbrandang Johan Pahlawan 15,68 48,18 36,14 0,22 0,04 4,93 17,1521,42 ND ND
9 BA.14.009 Simpang Penia Kaway XIV Gambut 25,57 0,24 106,20
10 BA.14.010 Simpang Penia Kaway XIV Gambut 36,03 0,50 71,68
11 BA.14.011 Simpang Penia Kaway XIV Gambut 35,50 0,64 55,74
12 BA.14.012 Simpang Penia Kaway XIV Gambut 34,92 0,55 63,14
13 BA.14.013 Simpang Penia Kaway XIV 14,40 28,53 57,06 5,15 0,32 16,34 4,4016,87 ND 12,05
14 BA.14.014 Simpang Penia Kaway XIV 11,18 28,16 60,65 4,45 0,27 16,56 2,5416,87 ND ND
15 BA.14.015 Simpang Penia Kaway XIV 21,41 24,18 54,41 0,43 0,22 1,95 2,0016,87 ND ND
16 BA.14.016 Simpang Penia Kaway XIV 10,29 21,88 67,83 4,99 0,15 33,29 2,6016,87 ND 1,21
17 BA.14.017MeunasahRayek Kaway XIV 19,87 41,09 39,04 1,54 0,07 23,44 20,69 24,10 0,66 2,41
18 BA.14.018MeunasahRayek Kaway XIV 11,05 44,47 44,47 0,62 0,05 11,92 13,55 21,42 ND 1,21
19 BA.14.019 Meunasah Kaway XIV 12,70 42,63 4 0,86 0, 10, 1 24, N 1,
87
Rayek 4,67 09 12 7,22 10 D 21
20 BA.14.020MeunasahRayek Kaway XIV 13,36 32,24 54,40 0,43 0,08 5,55 30,62 26,78 ND 2,41
21 BA.14.021 SemaraPanteCeureumen 36,39 40,05 23,56 8,76 0,09 102,63 2,00 16,87 0,48 3,62
22 BA.14.022 SemaraPanteCeureumen 36,89 43,69 19,42 10,21 0,07 148,84 3,00 14,46 ND 2,41
23 BA.14.023 SemaraPanteCeureumen 36,83 44,74 18,42 13,93 0,07 203,02 4,00 14,46 ND ND
24 BA.14.024 SemaraPanteCeureumen 33,18 52,50 14,32 9,40 0,02 516,24 3,34 14,46 ND ND
25 BA.14.025 SeumantokPanteCeureumen 40,11 37,18 22,72 1,83 0,01 262,13 2,00 21,42 0,48 12,05
26 BA.14.026 SeumantokPanteCeureumen 44,99 32,60 22,41 1,07 0,00 254,48 1,87 21,42 0,06 3,62
27 BA.14.027 SeumantokPanteCeureumen 37,23 34,42 28,35 0,71 0,03 26,60 1,47 21,42 ND 3,62
28 BA.14.028 SeumantokPanteCeureumen 37,46 32,28 30,26 0,50 0,09 5,54 1,33 21,42 ND 2,41
29 BA.14.029 Meuteulang Panton Reu 18,68 46,76 34,56 0,94 0,13 7,16 8,34 26,78 ND ND
30 BA.14.030 Meuteulang Panton Reu 22,91 38,55 38,55 0,82 0,13 6,25 5,81 24,10 ND 2,41
31 BA.14.031 Meuteulang Panton Reu 20,99 40,52 38,49 0,74 0,11 6,52 8,67 26,78 ND 3,62
32 BA.14.032 Meuteulang Panton Reu 20,85 40,59 38,56 0,84 0,11 7,71 6,07 24,10 ND 4,82
33 BA.14.033GampongPinem Samatiga 29,12 46,58 2 0,72 0, 7,2 1 26, N 2,
88
4,30 10 4 6,55 78 D 41
34 BA.14.034GampongPinem Samatiga 33,36 44,43 22,21 0,56 0,08 6,90 15,35 24,10 ND ND
35 BA.14.035GampongPinem Samatiga 55,76 32,17 12,06 0,31 0,07 4,65 16,68 24,10 ND ND
36 BA.14.036GampongPinem Samatiga 51,79 34,15 14,06 0,25 0,04 6,61 17,08 24,10 ND 1,21
37 BA.14.037GampongPinem Samatiga 18,85 49,94 31,21 2,25 0,03 84,65 4,27 24,10 ND 12,05
38 BA.14.038GampongPinem Samatiga 15,97 45,09 38,94 1,40 0,25 5,51 5,00 21,42 ND 2,41
39 BA.14.039GampongPinem Samatiga 12,52 48,83 38,66 0,98 0,10 9,50 5,67 21,42 ND 6,03
40 BA.14.040GampongPinem Samatiga 23,22 46,47 30,31 0,59 0,06 9,75 7,87 24,10 ND 4,82
41 BA.14.041 Layung Bubon 21,72 37,08 41,20 1,69 0,16 10,49 12,01 21,42 ND 3,62
42 BA.14.042 Layung Bubon 15,28 46,39 38,33 0,49 0,06 7,82 12,21 21,42 ND 3,62
43 BA.14.043 Layung Bubon 13,01 40,46 46,53 0,66 0,07 8,90 17,82 29,46 ND ND
44 BA.14.044 Layung Bubon 13,26 44,38 42,36 0,50 0,04 12,27 11,68 24,10 ND 3,62
45 BA.14.045 Blang Mee Woyla 27,25 51,63 21,12 8,57 0,64 13,45 2,94 16,87 ND 4,82
46 BA.14.046 Blang Mee Woyla 22,44 51,70 25,85 8,64 0,44 19,79 2,40 16,87 ND ND
47 BA.14.047 Blang Mee Woyla 20,85 51,21 27,93 8,17 0,40 20,48 2,94 14,46 ND ND
48 BA.14.048 Blang Mee Woyla 21,94 51,30 26,76 5,99 0,40 14,96 2,94 16,87 ND 2,41
89
49 BA.14.049GunungPanyang Woyla Timur 6,70 38,17 55,13 3,30 0,19 17,45 9,34 21,42 ND ND
50 BA.14.050GunungPanyang Woyla Timur 27,20 43,68 29,12 2,23 0,22 10,15 4,54 24,10 ND 3,62
51 BA.14.051GunungPanyang Woyla Timur 6,50 41,56 51,94 2,17 0,15 14,23 10,71 12,05 ND 1,34
52 BA.14.052GunungPanyang Woyla Timur 6,11 43,82 50,07 2,40 0,16 14,93 17,53 9,64 ND 0,67
53 BA.14.053 Tepin PerahuArongaLambalek 8,81 46,65 44,53 3,30 0,30 11,11 16,73 14,46 ND 6,03
54 BA.14.054 Tepin PerahuArongaLambalek 23,81 45,30 30,89 1,67 0,17 10,00 3,90 9,64 ND 2,68
55 BA.14.055 Tepin PerahuArongaLambalek 41,43 34,33 24,24 0,56 0,04 12,96 8,00 12,05 ND 2,01
56 BA.14.056 Tepin PerahuArongaLambalek 49,52 32,31 18,17 0,55 0,04 13,50 6,68 12,05 1,44 1,34
57 BA.14.057GunungPanyang Woyla Timur 27,03 47,95 25,02 2,36 0,20 11,72 4,43 14,46 1,27 11,19
58 BA.14.058GunungPanyang Woyla Timur 26,92 36,54 36,54 0,86 0,07 12,74 1,79 12,05 ND 6,03
59 BA.14.059GunungPanyang Woyla Timur 25,24 34,35 40,41 0,59 0,08 7,36 1,32 12,05 ND 3,35
60 BA.14.060GunungPanyang Woyla Timur 28,53 38,80 32,67 1,19 0,11 10,80 2,51 12,05 ND 4,69
61 BA.14.061 Tepin PerahuArongaLambalek 14,95 52,65 32,40 0,71 0,09 7,61 18,59 27,12 ND 4,02
62 BA.14.062 Tepin PerahuArongaLambalek 10,38 55,00 34,63 1,05 0,13 8,07 23,66 24,10 ND 4,02
63 BA.14.063 Tepin PerahuArongaLambalek 10,17 53,08 36,75 1,18 0,17 7,09 22,35 24,10 ND 3,35
64 BA.14.064 Tepin Perahu Aronga 10,80 41,49 4 2,08 0, 9,1 1 27, N 4,
90
Lambalek 7,71 23 7 7,46 12 D 69
65 BA.14.065ArongaLambalek 83,86 9,22 6,92 7,70 0,57 13,61 14,62 14,46 9,05 5,36
66 BA.14.066ArongaLambalek
Vol.Sampletidakcukup 8,89 1,05 8,43 13,16 12,05 2,02 6,03
67 BA.14.067ArongaLambalek
Vol.Sampletidakcukup 10,57 1,64 6,44 22,29 14,46 5,19 6,03
68 BA.14.068ArongaLambalek
Vol.Sampletidakcukup 10,48 1,69 6,21 26,49 14,46 8,90 11,19
69 BA.14.069 Meureubo 16,27 38,80 44,93 1,20 0,13 9,01 10,71 14,46 ND 3,35
70 BA.14.070 Meureubo 12,39 40,75 46,86 1,07 0,11 9,41 8,86 24,10 ND 4,69
71 BA.14.071 Meureubo 19,05 45,66 35,28 2,11 0,20 10,47 11,64 24,10 ND 4,02
72 BA.14.072 Meureubo 19,04 45,67 35,29 2,12 0,21 10,25 10,91 21,09 ND 4,69
Note :Data hanya berlaku terhadap contoh yangdiuji.
ND : Tidak Terdeteksi (dibawah limit minimum). Banda Aceh, 22 Januari 2015
Koordinator,
91
Lampiran 8. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya dilakukan di Lab. BPTP Aceh.
HASIL ANALISIS (AnalysesReport)
Urut
Sample ID Tekstur Ekstrak Air 1 : 5 Bahan Organik
C/N
Ekstrak HCl 25% Bray Morgan
Lab. Desa KecamatanPasir Debu Liat DHL
pHC-Organik N-Total P2O5 K2O P2O5 K2O
% dS/m % mg/100gr ppm ppm
1 BA.14.163 Alue Bilie Darul Makmur 32,49 49,10 18,41 5,80 1,30 0,13 9,96 36,24 16,87 10,91 14,06
2 BA.14.164 Alue Bilie Darul Makmur 30,90 46,75 22,36 6,48 0,93 0,10 9,19 14,38 26,78 2,77 16,07
3 BA.14.165 Alue Bilie Darul Makmur 30,70 48,91 20,38 5,76 1,08 0,10 10,47 20,26 24,10 14,67 12,05
4 BA.14.166 Alue Raya Darul Makmur 26,29 40,95 32,76 5,90 1,35 0,11 12,66 8,03 24,10 7,47 18,08
5 BA.14.167 Alue Raya Darul Makmur 23,58 47,51 28,92 5,64 1,84 0,19 9,87 7,88 16,87 ND 10,04
6 BA.14.168 Alue Raya Darul Makmur 39,90 45,59 14,51 6,72 2,03 0,17 12,27 7,63 24,10 2,06 4,82
7 BA.14.169 Alue Raya Darul Makmur 25,50 47,60 26,90 1,94 0,17 11,67 12,68 24,10 ND 10,04
92
5,91
8 BA.14.170 Suka Makmur Darul Makmur 19,90 34,64 45,46 5,91 4,42 0,34 12,99 12,55 24,10 3,14 12,05
9 BA.14.171 Suka Makmur Darul Makmur 22,06 36,80 41,13 5,62 4,42 0,29 15,17 9,17 48,21 ND 12,05
10 BA.14.172 Suka Makmur Darul Makmur 17,95 48,79 33,27 5,50 5,69 0,32 17,84 8,03 24,10 4,30 4,82
11 BA.14.173 Suka Makmur Darul Makmur 16,13 36,82 47,05 5,96 1,30 0,18 7,35 7,91 21,09 3,36 10,04
12 BA.14.174 Suka Makmur Darul Makmur 21,68 32,98 45,34 6,14 1,72 0,22 7,98 78,75 33,14 ND 3,62
13 BA.14.175 Suka Damai Tripa Makmur 11,46 39,12 49,42 5,84 1,67 0,16 10,44 8,10 18,08 ND 8,03
14 BA.14.176 Suka Damai Tripa Makmur 16,83 31,19 51,98 6,34 2,21 0,21 10,75 45,91 42,18 ND 6,03
15 BA.14.177 Mon Dua Tripa Makmur Sampel tidak cukup 5,85 9,31 1,54 6,03 44,79 18,08 ND 12,05
16 BA.14.178 Mon Dua Tripa Makmur Sampel tidak cukup 5,73 9,68 1,56 6,20 34,04 21,09 ND 6,03
17 BA.14.179 Mon Dua Tripa Makmur 70,01 18,46 11,54 5,75 7,72 0,78 9,94 33,21 21,10 ND 6,03
18 BA.14.180 Mon Dua Tripa Makmur Sampel tidak cukup 5,94 9,31 1,44 6,48 33,59 21,09 ND 6,03
19 BA.14.181 Tripa Bawah Tripa Makmur 12,50 38,66 48,84 5,28 0,99 0,12 8,36 5,84 18,08 ND 6,03
20 BA.14.182 Tripa Bawah Tripa Makmur 17,08 36,40 46,52 6,59 0,64 0,10 6,37 48,62 9,04 0,45 6,03
21 BA.14.183 Tripa Bawah Tripa Makmur 10,80 38,52 50,68 5,75 0,78 0,11 7,34 46,47 12,05 1,20 6,03
22 BA.14.184 Tripa Bawah Tripa Makmur 12,69 8,58 8,73 5,13 0,87 0,12 7,05 44,03 15,06 0,45 8,03
93
Lampiran 9. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya dilakukan di Lab. BPTP Aceh.
HASIL ANALISIS (Analyses Report)
Urut
Sample ID Tekstur BahanOrganik
C/N
Ekstrak HCl25%
Bray
Morgan
Lab. Desa KecamatanPasir Debu Liat
C-Organik
N-Total P2O5 K2O
P2O5
K2
O
% % mg/100grp
pmp
pm
1 BA.14.073 Ujong Batee Manggeng 21,08 49,85 29,08 2,15 0,20 10,661
1,06 33,74 0,59 12,05
2 BA.14.074 Ujong Batee Manggeng 29,42 41,52 29,06 2,12 0,24 8,921
3,31 16,07 0,07 17,53
3 BA.14.075 Ujong Batee Manggeng 24,01 28,23 47,77 4,58 0,43 10,753
8,95 16,07 0,29 17,41
4 BA.14.076 Ujong Batee Manggeng1
5,923
7,614
6,465,5
70,
4412
,603
8,5242
,182
,432
4,10
94
5 BA.14.077 Ujong Batee Manggeng 36,99 36,59 26,42 0,93 0,13 7,299,
60 16,07 0,07 7,23
6 BA.14.078 Lhok Puntoy Manggeng 34,99 40,63 24,38 0,90 0,12 7,589,
84 24,10 ND 8,44
7 BA.14.079 Lhok Puntoy Manggeng 43,26 32,42 24,32 0,76 0,11 7,019,
66 12,05 ND 10,71
8 BA.14.080 Lhok Puntoy Manggeng 39,25 38,48 22,28 0,72 0,11 6,488,
87 24,10 ND 8,44
9 BA.14.081 Lhok Puntoy Manggeng 16,90 60,25 22,85 2,16 0,20 10,872
7,05 16,07 3,22 10,71
10 BA.14.082 Lhok Puntoy Manggeng 25,09 41,62 33,29 2,25 0,26 8,665
8,88 16,07 0,07 2,41
11 BA.14.083 Suka Damai Lembah Sabil 38,57 30,72 30,72 1,35 0,17 8,052
4,14 16,07 0,29 2,41
12 BA.14.084 Suka Damai Lembah Sabil 34,07 35,03 30,90 1,70 0,20 8,312
3,40 16,07 ND 2,41
13 BA.14.085 Suka Damai Lembah Sabil 33,81 35,17 31,03 1,92 0,23 8,272
3,52 28,92 0,15 6,03
14 BA.14.086 Suka Damai Lembah Sabil 40,14 28,90 30,96 1,80 0,20 8,892
1,85 24,10 0,07 10,71
15 BA.14.087 Meunasah Tengah Lembah Sabil 21,95 30,81 47,24 1,53 0,22 6,909,
96 16,07 ND 2,41
16 BA.14.088 Meunasah Tengah Lembah Sabil 20,87 22,91 56,22 2,29 0,22 10,311
0,88 28,92 ND 3,62
17 BA.14.089 Meunasah Tengah Lembah Sabil1
8,614
8,003
3,392,4
10,
2012
,239,
3024
,100
,44ND
95
18 BA.14.090 Cot Ba U Lembah Sabil 33,57 35,29 31,14 2,12 0,22 9,534
3,03 28,92 0,15 2,41
19 BA.14.091 Cot Ba U Lembah Sabil 31,49 39,44 29,06 2,12 0,25 8,613
9,63 28,92 0,07 1,21
20 BA.14.092 Cot Ba U Lembah Sabil 33,77 35,18 31,04 1,95 0,23 8,344
8,31 33,74 0,07 1,21
21 BA.14.093 Daya Laot TanganTangan 48,42 28,88 22,70 1,78 0,17 10,242
0,98 28,92 ND 3,62
22 BA.14.094 Daya Laot TanganTangan 48,52 26,77 24,71 1,67 0,14 11,592
8,78 28,92 ND 2,41
23 BA.14.095 Daya Laot TanganTangan 48,48 26,79 24,73 1,71 0,15 11,422
3,52 33,74 ND ND
24 BA.14.096 Daya Laot TanganTangan 50,47 28,89 20,64 1,79 0,14 12,422
2,41 28,92 ND ND
25 BA.14.097 Bineh Krueng TanganTangan 30,28 41,01 28,71 1,43 0,24 5,881
9,00 38,56 ND 2,41
26 BA.14.098 Bineh Krueng TanganTangan 29,70 39,28 31,01 1,90 0,23 8,361
2,21 38,56 ND 3,62
27 BA.14.099 Bineh Krueng TanganTangan 29,25 41,62 29,13 2,25 0,22 10,322
4,76 39,44 ND ND
28 BA.14.100 Adan TanganTangan 32,97 22,34 44,68 0,89 0,15 6,102
7,73 38,56 0,15 2,41
29 BA.14.101 Adan TanganTangan 30,75 20,37 48,88 1,05 0,15 6,992
5,31 38,56 ND 2,41
30 BA.14.102 Adan TanganTangan2
8,482
4,524
7,001,2
30,
225,
512
5,9824
,100
,153,
62
96
31 BA.14.103 TanganTangan Cut Setia 23,32 39,38 37,31 2,03 0,30 6,772
7,67 33,74 ND 3,62
32 BA.14.104 TanganTangan Cut Setia 16,94 41,53 41,53 2,14 0,30 7,032
7,11 39,44 ND 2,41
33 BA.14.105 TanganTangan Cut Setia 21,13 39,43 39,43 2,11 0,30 6,942
0,12 39,44 ND 1,21
34 BA.14.106 TanganTangan Cut Setia 18,54 37,60 43,87 2,47 0,42 5,891
9,00 38,56 ND 2,41
35 BA.14.107 TanganTangan Cut Setia 18,63 39,64 41,73 2,40 0,35 6,941
7,76 38,56 ND 1,21
36 BA.14.108 Lhong Setia 23,01 40,52 36,47 0,74 0,14 5,412
3,09 28,92 1,32 2,41
37 BA.14.109 Lhong Setia 27,60 34,19 38,21 0,32 0,17 1,892
3,89 16,07 ND 2,41
38 BA.14.110 Lhong Setia 25,39 38,32 36,30 0,48 0,15 3,101
1,79 12,05 0,66 4,82
39 BA.14.111 Lhong Setia 30,90 31,41 37,69 2,60 0,38 6,851
7,89 16,07 ND 1,21
40 BA.14.112 Lhong Setia 23,45 34,99 41,55 4,96 0,48 10,421
0,45 24,10 ND 6,03
41 BA.14.113 Lamkuta Blangpidie 26,02 38,05 35,93 3,12 0,28 11,031
0,45 12,05 ND 3,62
42 BA.14.114 Lamkuta Blangpidie 32,02 28,84 39,14 1,69 0,18 9,301
1,67 24,10 ND 4,8243 BA.14.115 Lamkuta Blangpidie 1
97
31,17 35,46 33,37 2,39 0,29 8,36 1,00 28,92 ND 4,82
44 BA.14.116 Lamkuta Blangpidie 23,10 42,72 34,18 3,69 0,34 10,901
6,03 38,56 ND 7,23
45 BA.14.117 Lamkuta Blangpidie 26,33 37,89 35,78 2,89 0,33 8,761
5,47 33,74 4,40 2,41
46 BA.14.118 Kedai Siblah Blangpidie 57,04 36,82 6,14 1,29 0,12 10,621
6,03 38,56 27,20 3,62
47 BA.14.119 Kedai Siblah Blangpidie 65,08 20,54 14,38 1,53 0,13 11,411
5,47 39,44 15,21 6,03
48 BA.14.120 Kedai Siblah Blangpidie 61,09 32,77 6,14 1,36 0,11 12,951
6,59 14,46 19,73 4,82
49 BA.14.121 Kedai Siblah Blangpidie 54,71 32,94 12,35 1,65 0,12 13,271
7,71 21,09 24,07 10,71
50 BA.14.122 Kedai Siblah Blangpidie 44,30 47,45 8,25 1,77 0,18 10,051
7,22 12,05 2,69 7,23
51 BA.14.123 Alue Sungai Pinang Jeumpa 33,54 41,54 24,92 2,15 0,23 9,245
3,00 4,82 ND 4,82
52 BA.14.124 Alue Sungai Pinang Jeumpa 35,76 43,52 20,72 2,03 0,25 8,044
8,20 9,64 ND 6,03
53 BA.14.125 Alue Sungai Pinang Jeumpa 37,55 41,64 20,82 2,28 0,28 8,104
7,76 12,05 0,07 8,44
54 BA.14.126 Alue Sungai Pinang Jeumpa 35,57 39,49 24,94 2,19 0,26 8,444
7,61 9,64 0,07 2,41
55 BA.14.127 Alue Sungai Pinang Jeumpa 37,72 39,44 22,83 2,12 0,25 8,374
6,28 24,10 ND 6,0356 BA.14.128 Cut Manee Jeumpa 1
98
18,43 45,08 36,49 3,96 0,37 10,80 7,15 15,06 1,12 2,41
57 BA.14.129 Cut Manee Jeumpa 22,38 40,97 36,65 4,20 0,37 11,451
6,49 15,06 ND 2,41
58 BA.14.130 Cut Manee Jeumpa 25,02 42,85 32,13 3,85 0,42 9,212
3,49 33,14 ND 7,23
59 BA.14.131 Cut Manee Jeumpa 20,87 37,48 41,65 2,29 0,22 10,248,
64 4,82 ND 10,71
60 BA.14.132 Cut Manee Jeumpa 23,08 33,26 43,66 2,20 0,15 14,299,
46 9,64 ND 3,62
61 BA.14.133 Padang Baru Susoh 27,12 56,22 16,66 2,29 0,16 14,002
7,84 48,21 4,93 4,82
62 BA.14.134 Padang Baru Susoh 23,79 57,67 18,54 1,68 0,25 6,822
8,34 45,37 8,22 6,03
63 BA.14.135 Padang Baru Susoh 26,64 50,30 23,05 2,65 0,25 10,592
8,34 45,37 4,93 6,03
64 BA.14.136 Padang Baru Susoh 26,89 50,13 22,98 2,47 0,25 9,842
8,03 42,53 3,44 7,23
65 BA.14.137 Padang Baru Susoh 27,45 49,75 22,80 2,04 0,23 8,832
8,28 42,53 5,46 7,23
66 BA.14.138 Ujong Padang Susoh 71,04 14,48 14,48 1,92 0,21 9,144,
41 4,82 2,17 4,82
67 BA.14.139 Ujong Padang Susoh 68,98 16,54 14,48 1,91 0,19 10,013,
53 4,82 2,17 8,44
68 BA.14.140 Ujong Padang Susoh 68,80 16,64 14,56 2,23 0,22 10,204,
73 4,82 1,49 6,0369 BA.14.141 Ujong Padang Susoh 4,
99
68,77 14,57 16,65 2,28 0,22 10,37 35 4,82 1,94 7,23
70 BA.14.142 Ujong Padang Susoh 68,84 16,62 14,54 2,16 0,21 10,423,
72 2,41 0,60 10,71
71 BA.14.143 Ie Mameh Kuala Batee 24,49 41,95 33,56 2,69 0,28 9,776
4,95 24,10 ND 6,03
72 BA.14.144 Ie Mameh Kuala Batee 24,26 42,08 33,66 2,87 0,30 9,446
5,11 14,46 ND 10,71
73 BA.14.145 Ie Mameh Kuala Batee 21,85 44,36 33,79 3,08 0,28 11,006
6,69 21,09 ND1
2,05
74 BA.14.146 Ie Mameh Kuala Batee 24,40 44,10 31,50 2,76 0,27 10,276
4,64 14,46 ND6,
03
75 BA.14.147 Ie Mameh Kuala Batee 26,66 39,81 33,53 2,64 0,27 9,773
6,83 33,14 0,756,
03
76 BA.14.148 Padang Sikabu Kuala Batee 45,30 38,50 16,21 0,75 0,09 8,472
0,57 27,12 0,906,
03
77 BA.14.149 Padang Sikabu Kuala Batee 53,41 32,41 14,18 0,73 0,08 9,193
8,83 14,46 1,274,
02
78 BA.14.150 Padang Sikabu Kuala Batee 57,42 30,41 12,16 0,79 0,08 9,694
0,82 30,13 ND6,
03
79 BA.14.151 Padang Sikabu Kuala Batee 55,37 32,46 12,17 0,81 0,08 10,023
8,53 30,13 ND4,
02
80 BA.14.152 Padang Sikabu Kuala Batee 29,03 54,75 16,22 0,79 0,10 8,106
4,48 14,46 ND6,
0381 BA.14.153 Pante Rakyat Babah Rot 5 4,
100
28,18 41,04 30,78 1,47 0,21 6,97 6,84 42,53 ND 02
82 BA.14.154 Pante Rakyat Babah Rot 25,66 43,37 30,98 1,83 0,23 8,003
8,07 24,10 0,192,
41
83 BA.14.155 Pante Rakyat Babah Rot 27,95 37,06 35,00 1,65 0,25 6,754
2,59 48,21 ND8,
03
84 BA.14.156 Pante Rakyat Babah Rot 29,74 37,20 33,06 1,87 0,21 8,893
5,38 21,09 0,562,
41
85 BA.14.157 Blang Dalam Babah Rot 16,52 36,65 46,83 1,03 0,14 7,304,
86 9,64 1,206,
03
86 BA.14.158 Blang Dalam Babah Rot 14,52 44,78 40,71 1,01 0,14 7,337,
82 21,09 ND6,
03
87 BA.14.159 Blang Dalam Babah Rot 20,61 42,75 36,64 1,02 0,17 5,918,
45 12,05 ND8,
03
88 BA.14.160 Blang Dalam Babah Rot 19,00 42,52 38,47 0,71 0,12 5,939,
15 21,09 ND8,
03
89 BA.14.161 Blang Dalam Babah Rot 28,57 38,78 32,66 1,16 0,17 6,873
6,24 9,64 0,978,
03
90 BA.14.162 Blang Dalam Babah Rot 11,75 51,31 36,94 1,48 0,20 7,501
4,38 12,05 ND1
4,06
Note : Data hanya berlaku terhadap contoh yang diuji.ND : Tidak Terdeteksi (dibawah limit minimum).
Lampiran 10.. LEGENDA PETA SATUAN LAHAN DAN TANAH LEMBAR BANDA ACEH (0421), SUMATERA
Banda Aceh, 26 Januari2015
101
LEGEND OF THE LAND UNIT AND SOIL MAP SHEET BANDA ACEH (0421), SUMATRA1 A. GRUP ALUVIAL/ALLUVIAL GROUP2 Au.1.1.1 Dataran aluvial peralihan ke marin, sedimen tak dibedakan, rawa dengan vegetasi rendah terbuka, datar (lereng <3%)3 Alluvial plain transitional to marine, undifferentiated sediments, swamps with open low vegetation, flat (slopes <3%).4 Afq.1.2.1 Dataran banjir dari sungai bermeander, sedimen halus dan kasar, jalur meander: tanggul, alur-alur drainase, dll; datar sampai berombak (lereng <8%)5 Floodplain of meandering rivers, fine and coarse sediments, meanderbelts: levees, spilways, etc; flat to undulating (slopes <8%)67 Afq.1.2.2 Dataran banjir dari sungai bermeander, sedimen halus dan kasar, rawa belakang, datar sampai cekung (lereng <3%)8 Floodplain of meandering rivers, fine and coarse sediments, backswamps, flat to concave (slopes <3%)9
10 Au.2.1.1 Kipas aluvial dan koluvial, sedimen tak dibedakan, datar (lereng <3%), agak tertoreh11 Alluvial and colluvial fans, undifferentiated sediments, flat (slopes <3%), slightly dissected12 Au.2.2.1 Kipas aluvial dan koluvial, sedimen tak dibedakan, berombak (lereng 3-8%), agak tertoreh13 Alluvial and colluvial fans, undifferentiated sediments, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected1415 Afq.4.1.1 Teras sungai datar, sedimen halus dan kasar, (lereng <3%), agak tertoreh16 Flat river terraces, fine and coarse sediments, (slopes <3%), slightly dissected1728 B. GRUP MARIN/MARINE GROUP29 Bfq.1.1 Komplek beting pasir resen berselang-seling dengan cekungan, sedimen halus dan kasar (tidak dibedakan)30 Complex of young beach ridges and swales, fine and coarse sediments (undifferentiated)3132 Bf.4.2 Dataran pasang surut berawa di belakang pantai; vegetasi rendah terbuka, terutama rumput, sedimen halus (lereng <3%)33 Marshy tidal flat behind shore; low, open vegetation, mainly grasses, fine sediments, (slopes <3%)34
102
35 Bf.4.3 Dataran pasang surut sepanjang pantai; bervegetasi mangrove, sedimen halus, (lereng <3%)36 Tidal flat along seashore; mangrove vegetation, fine sediments, (slopes <3%)3738 Bf.4.4 Dataran estuarin sepanjang sungai; bervegetasi nipah dan/atau mangrove, sedimen halus, (lereng <3%)39 Estuarine flat along major rivers; nipa and/or mangrove vegetation, fine sediments, (slopes <3%)40 Bf.4.5 Dataran pantai diatas ketinggian pasang rata-rata; sebagian tanahnya telah berkembang/masak, telah diolah, sedimen halus, (lereng <3%)41 Flat above storm level; elevated, older flat, partly ripened, cultivated, fine sediments, (slopes <3%)4247 T. GRUP TERAS MARIN / MARINE TERRACE GROUP48 Tqk.2.1 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, berombak (lereng 3-8%) agak tertoreh49 Marine terraces, coarse felsic sedimentary and soft calcareous rocks, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected50 Tqk.6.2 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, bergelombang berbukit kecil (lereng 8-25%), cukup tertoreh51 Marine terraces, coarse felsic sedimentary and soft calcareous rocks, rolling with hillocks (slopes 8-25%), moderately dissected5265 Tqk.7.3 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, berbukit kecil (lereng >16%), sangat tertoreh66 Marine terraces, coarse felsic sedimentary rocks and soft calcareous rocks, hillocky (slopes >16%), strongly dissected67 P. GRUP DATARAN/PLAIN GROUP68 Pfk.4.1 Dataran, batuan sedimen halus masam dan batukapur lunak,berombak sampai bergelombang (lereng 3-15%), agak tertoreh69 Plains,fine felsic sedimentary and soft calcareous rocks, undulating to rolling (slopes 3-15%), slightly dissected70 V. GRUP VOLKAN/VOLCANIC GROUP71 Vab.1.2.3 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng atas gunung berapi, lereng curam sampai sangat curam (>25%), sangat tertoreh72 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano upper slopes, steep to very steep slopes (>25%), strongly dissected73 Vab.1.3.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng tengah gunung berapi, lereng cukup curam sampai curam (16-55%), cukup tertoreh74 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano middle slopes, moderately steep to very steep slopes (16-55 %), moderately dissected75 Vab.1.4.1 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng bawah dan kaki lereng, melandai, (lereng >16%), tertoreh ringan
103
76 Vab.1.4.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng bawah dan kaki lereng, datar sampai melandai, (lereng <16%), cukup tertoreh77 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano lower slopes and footslopes, flat to sloping (slopes <16%), moderately dissected7879 Vab.1.6.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lahar (muda), cukup tertoreh80 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, (young) lahars, moderately dissected8182 Vab.1.9.1 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lembah kaldera, agak tertoreh83 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, caldeira floor, slightly dissected99 Vab.2.10.2 Perbukitan volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berbukit, lereng cukup curam sampai sangat curam (>16%), cukup tertoreh
100 Volcanic hills, intermediate and mafic tuffs and lavas, hilly, moderately steep to very steep slopes (>16%), moderately dissected101102 Vab.2.11.3 Pegunungan volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam sampai sangat curam (>16%), sangat tertoreh103 Volcanic mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, moderately steep to very steep slopes, (>16%), strongly dissected104105 Vab.3.2.1 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berombak (lereng 3-8%), agak tertoreh106 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected107 Vab.3.3.1 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, bergelombang (lereng 8-16%), agak tertoreh108 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, rolling (slopes 8-16%), slightly dissected
Vab.3.3.2 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, agak bergelombang (lereng < 8%), tertoreh
109 Vab.3.7.2 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berbukit kecil (lereng >16%), cukup tertoreh110 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, hillocky (slopes >16%), moderately dissected111 K. GRUP KARST/KARST GROUP112 Kc.3.3 Karst, batukapur, perbukitan kecil dan perbukitan, lereng cukup curam sampai curam (16-55%), sangat tertoreh113 Karst, limestone, hillocks and hills, moderately steep to steep slopes (16-55%), strongly dissected
104
114115116 Kc.4.3 Karst, batukapur, batukapur berlapis horizontal, sangat tertoreh117 Karst, limestone, horizontally bedded chalk, strongly dissected118119120121 Kc.5.3 Karst, batukapur, pegunungan, lereng curam sampai sangat curam (>25%), sangat tertoreh122 Karst, limestone, steep to very steep slopes (>25%), strongly dissected123124125142 H. GRUP PERBUKITAN / HILLY GROUP
143 Hk.1.1.1Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, termasuk lembah antar perbukitan dan kaki lereng berombak, batukapur lunak, lereng melandai (<16%), agaktertoreh
144 Hillocks and hills in random pattern, including undulating interhill bottoms and footslopes, soft calcareous rocks, gently slopes (slopes <16%), slightly dissected145146 Hab.1.2.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam, (16-25%), cukup tertoreh147 Hillocks and hills in random pattern, intermediate and mafic tuffs and lavas, moderately steep slopes (16-25%), moderately dissected148 Hq.1.2.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batuan sedimen kasar masam, lereng cukup curam, (16-25%), cukup tertoreh149 Hillocks and hills in random pattern, coarse felsic sedimentary rocks, moderately steep slopes (16-25%), moderately dissected150151 Hk.1.3.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batukapur lunak, lereng curam sampai sangat curam (>25%), cukup tertoreh152 Hillocks and hills in random pattern, soft calcareous rocks, steep to very steep slopes (>25%), moderately dissected153 Hsz.1.3.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batuan ultramafik dan volkanik tak dibedakan, lereng curam sampai sangat curam (>25%), cukup tertoreh
105
154 Hillocks and hills in random pattern, ultramafic and undifferentiated volcanic rocks, steep to steep slopes (>25%), moderately dissected157 M. GRUP PEGUNUNGAN DAN PLATO / MOUNTAIN AND PLATEAU GROUP158 Ms.2.1.2 Pegunungan, batuan ultramafik, lereng agak curam sampai cukup curam (<25%), cukup tertoreh159 Mountains, ultramafic rocks, gentle to moderately steep slopes (<25%), moderately dissected160171 Mab.2.2.2 Pegunungan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam sampai sangat curam (25-75%), cukup tertoreh172 Mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, steep to very steep slopes (slopes 25-75%), moderately dissected173174 Mq.2.2.2 Pegunungan, batuan sedimen kasar masam, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), cukup tertoreh175 Mountains, coarse felsic sedimentary rocks, steep to very steep slopes (25-75%), moderately dissected176177 Mf.2.2.3 Pegunungan, batuan sedimen halus masam, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh178 Mountains, fine felsic sedimentary rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected179 Mg.2.2.3 Pegunungan, batuan plutonik masam, lereng curam sampai sangat curam (lereng 25-75%), sangat tertoreh180 Mountains,acid plutonic rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected181 Mk.2.2.3 Pegunungan, batukapur lunak,lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh182 Mountains, soft calcareous rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected183184 Mr.2.2.3 Pegunungan, batuan plutonik intermedier, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh185 Mountains, intermediate plutonic rocks, steep to very steep slopes (25-75 %), strongly dissected186 Mab.2.3.3 Pegunungan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh187 Mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected188 Mg.2.3.3 Pegunungan, batuan plutonik masam, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh189 Mountains, acid plutonic rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected198 Mq.2.3.3 Pegunungan, batuan sedimen kasar masam, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh
106
199 Mountains, felsic coarse sedimentary rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected200 Muz.2.3.3 Pegunungan, bahan volkanik dan sedimen tak dibedakan, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh201 Mountains, undifferentiated volcanic and sedimentary rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected202203 X. GRUP ANEKA BENTUK/MISCELANEOUS GROUP204 X.1 Daerah terjal, sempit tererosi atau lereng tunggal tanpa endapan dan koluvial, umumnya berlereng >25%, atau kadang-kadang >75%205 Steep, narrow, erosive river valleys or single slopes without major colluvial or alluvial deposits, general slope >25%, but frequently >75%207 Jumlah/Total:
Koordinator,