135
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

Page 2: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa, karena kami telah menyelesaikan Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi

Pemerintah (LAPKIN) Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaran 2018 tepat pada

waktunya.

LAPKIN Deputi Bidang Pembiayaan merupakan laporan pertanggung jawaban

Deputi Bidang Pembiayaan kepada pimpinan dan publik sekaligus sebagai basis

evaluasi dan inovasi pimpinan dalam menentukan kebijakan kedepan. Kami

mengharapkan dengan adanya laporan ini dapat memberikan masukan yang

konstruktif dalam rangka mewujudkan amanat Nawacita Nomor 6 : “Meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia

bisa maju dan bangkit bersama Bangsa-bangsa Asia lainnya”.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap tugas pokok dan fungsi

yang telah dilaksanakan oleh Deputi Bidang Pembiayaan telah sesuai dengan target

yang telah ditetapkan. Langkah-langkah strategis yang telah dilakukan dalam rangka

perluasan akses Koperasi dan UMKM terhadap sumber permodalan dan pembiayaan

formal antara lain adalah 1) Review Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor

2/Per/M.KUKM/II/2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koperasi Dan

Usaha Kecil Dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha

Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor

11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi yang merupakan perubahan atas Peraturan

Menteri Koperasi dan UKM 16/PER/M.KUKM/IX/2015, 2) Fasilitasi pengembangan

skim pembiayaan melalui peran pemerintah antara lain Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Page 3: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

2

dengan subsidi bunga dan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi), 3) Akuntabilitas kinerja dan

anggaran yang dapat diakses secara online oleh masyarakat melalui website Deputi

Bidang Pembiayaan dengan alamat url http://pembiayaan.depkop.go.id, 4) Fasilitasi

pengembangan lembaga pendukung antara lain Perusahaan Penjaminan Kredit

Daerah (PPKD) dan Badan Layanan Umum Daerah Dana Bergulir (BLUD-DB) serta

Advokasi perpajakan bagi KUMKM dan 5) Kemudahan akses pembiayaan melalui

bantuan modal awal (start up capital) bagi wirausaha pemula.

Namun kami menyadari bahwa segala upaya yang telah dilakukan tersebut

masih jauh dari sempurna, tantangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi

di bidang pembiayaan, kebutuhan akan skema inovatif pembiayaan serta kemudahan

akses pembiayaan, saat ini menjadi kebutuhan dasar yang merupakan kebijakan dari

program yang dapat memperluas akses Koperasi dan UMKM terhadap akses sumber

pembiayaan baik dari perbankan maupun non perbankan.

Laporan Akuntabilitas dan Kinerja (LAPKIN) tahun 2018 ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan/referensi untuk pemantapan kebijakan/program

pemberdayaan Koperasi dan UMKM yang dapat mendorong peningkatan produtivitas

dan daya saing Koperasi dan UMKM.

Jakarta, Januari 2019

Deputi Bidang Pembiayaan

Ir. Yuana Setyowati, MM

11

Page 4: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

3

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Deputi Bidang Pembiayaan disusun berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, sesuai dengan Penetapan Kinerja antara Deputi Bidang Pembiayaan

dengan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Penetapan Kinerja tersebut

dijabarkan menjadi 4 (empat) Sasaran Strategis (SS) dengan 5 (lima) Indikator Kinerja

Utama (IKU) serta 2 (dua) program/kegiatan yang mendukung pencapaian target.

Pencapaian SS dan IKU Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaran 2018

sebagai berikut :

1. Dari 5 (lima) IKU yang telah ditetapkan, terdapat 3 (tiga) IKU yang capaiannya

sesuai target (100%), 1 (satu) IKU capaiannya melebihi target (106,6%) dan 1

(satu) IKU capaiannya tidak mencapai target (97,85%).

2. Uraian 3 (tiga) IKU yang capaianya sesuai target yaitu advokasi kerja sama antar

lembaga pembiayaan / keuangan Syariah (3 Jaringan), advokasi kerja sama

antar usaha simpan pinjam koperasi (3 Jaringan), dan usaha mikro yang

mendapat pendampingan sertifikasi tanah (150 KUMK Pra dan Pasca SHAT).

3. Uraian IKU yang capaiannya melebihi target yaitu wirausaha pemula yang

didukung modal awal usaha (capaian 1.952 dari target 1.831 wirausaha pemula)

sedangkan IKU yang tidak mencapai target yaitu Usaha mikro sektor prioritas

yang didampingi mengakses dan mengelola kredit usaha rakyat (capaian 14.677

dari target 15.000 usaha mikro).

4. Realisasi anggaran Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2018 sebesar

Rp. 44.949.638.726,- atau 98,98% dari alokasi anggaran sebesar Rp.

45.417.320.000,-.

Page 5: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ 1

Ikstisar Eksekutif .............................................................................................................. 3

Daftar Isi .......................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 5

B. Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 10

C. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................................... 10

D. Organisasi dan Kepegawaian ........................................................................ 19

E. Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja ..................................................... 23

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2015 – 2019 .............. 27

1. Visi dan Misi ............................................................................................. 27

2. Tujuan dan Indikator Capaian Tujuan ....................................................... 28

B. Penetapan Kinerja ......................................................................................... 29

1. Sasaran, IKU dan Target .......................................................................... 29

2. Sasaran Strategis dan Program Kegiatan yang Mendukung Pencapaian

Target Sasaran Strategis ......................................................................... 30

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Deputi Bidang Pembiayaan ................................................. 34

B. Realisasi Anggaran ....................................................................................... 105

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 107

B. Saran ............................................................................................................ 109

LAMPIRAN

1) Penetapan Kinerja ........................................................................................................ 110

2) Dokumen Lainnya ......................................................................................................... 110

Page 6: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka untuk mempertajam dan meningkatkan akuntabilitas

Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

sekaligus sebagai upaya mendorong dan mengakselerasi pemberdayaan

koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah serta meningkatkan daya saing,

maka Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menetapkan

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor

07/Per/M.KUKM/VII/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2015 - 2019.

Arah kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM dalam pemberdayaan

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) pada tahun 2015-

2019 telah ditetapkan 5 (lima) rencana strategis antara lain sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui (i) penguatan kebijakan

kewirausahaan yang mencakup pola pengembangan kewirausahaan,

penataan kurikulum kewirausahaan di lembaga pendidikan formal, serta

perluasan dukungan khususnya bagi wirausaha berbasis teknologi

(technopreneurs); dan (ii) peningkatan akses ke pelatihan dan layanan

pendampingan usaha;

2. Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan melalui

(i) pengembangan lembaga pembiayaan/bank UMKM dan koperasi, serta

optimalisasi sumber pembiayaan non-bank; (ii) integrasi sistem informasi

Page 7: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

6

debitur UMKM dari lembaga pembiayaan bank dan non-bank; dan (iii)

advokasi pembiayaan bagi UMKM dan koperasi.

3. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran melalui (i)

perluasan penerapan teknologi tepat guna; (ii) diversifikasi produk berbasis

rantai nilai dan keunggulan lokal; (iii) peningkatan penerapan standardisasi

produk (Standar Nasional Indonesia/SNI, HaKI), dan sertifikasi (halal,

keamanan pangan dan obat); dan (iv) integrasi fasilitasi pemasaran dan

sistem distribusi baik domestik maupun ekspor;

4. Penguatan kelembagaan usaha melalui (i) kemitraan investasi berbasis

keterkaitan usaha (backward-forward linkages); dan (ii) peningkatan peran

koperasi dalam penguatan sistem bisnis pertanian dan perikanan, dan

sentra industri kecil di kawasan industri; dan

5. Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha melalui (i) harmonisasi

perizinan sektoral dan daerah; (ii) pengurangan jenis, biaya dan waktu peng

perizinan; (iii) penyusunan rancangan undang-undang tentang

Perkoperasian; (iv) peningkatan efektivitas penegakan regulasi persaingan

usaha yang sehat; dan (v) peningkatan sinergi dan kerja sama pemangku

kepentingan (publik, swasta dan masyarakat) yang didukung sistem monev

terpadu yang berbasis data UMKM dan koperasi secara sektoral dan

wilayah.

Dalam arah strategi tersebut, Deputi Bidang Pembiayaan fokus ke dalam

arah kebijakan nomor 2 (dua), yakni : Peningkatan akses pembiayaan dan

perluasan skema pembiayaan melalui :

Page 8: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

7

1. Perluasan akses pembiayaan bagi UMKM melalui lembaga keuangan bank

(LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB);

2. Penguatan peran KSP/USP-Koperasi sebagai keuangan formal;

3. Integrasi sistem informasi kredit program UMKM dari lembaga pembiayaan

bank dan non-bank; dan

4. Pendampingan akses pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi.

Sebagai upaya mewujudkan Renstra tersebut Deputi Bidang Pembiayaan

menyusun Rencana Kerja dengan 3 (tiga) program strategis dan 6 (enam)

program teknis antara lain :

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Kementerian Koperasi dan UKM, meliputi kegiatan :

• Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi urusan

Pembiayaan

2. Program Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi, meliputi kegiatan :

a. Perluasan Pembiayaan dan Jasa Keuangan Non Bank dan advokasi

perpajakan bagi Koperasi dan UMKM;

b. Fasilitasi Permodalan Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil;

c. Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah.

3. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi, meliputi kegiatan :

• Penguatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

4. Program Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan Berbasis Usaha Mikro

meliputi kegiatan :

• Peningkatan Akses KUMKM pada Asuransi, Penjaminan, dan Pasar

Modal

Page 9: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

8

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien dan

akuntabel, Deputi Bidang Pembiayaan berpedoman pada dokumen

perencanaan yang terdiri dari :

1. Fase perencanaan melalui dokumen Renstra yang kemudian diturunkan

dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK),

2. Fase pengukuran kinerja melalui penggunaan instrument Indikator Kinerja

Utama (IKU)

3. Fase pelaporan kinerja yang diwujudkan dalam dokumen Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAPKIN)

4. Fase evaluasi dan pemanfaatan informasi kinerja sebagai materi umpan

balik formulasi kebijakan.

Dalam Rencara Strategis Tahun 2015 – 2019, Deputi Bidang Pembiayaan

memfokuskan sasaran, indikator, dan target capaian peningkatan daya saing

pada aspek pembiayaan yaitu peningkatan akses pembiayaan formal oleh

UMKM. Target capaian tersebut diharapkan berdampak pada meningkatnya

kinerja kelembagaan dan usaha koperasi dalam 3 (tiga) pilar indikator, yaitu : (1)

Peningkatan partisipasi anggota koperasi dalam permodalan, (2) Pertumbuhan

jumlah anggota Koperasi, dan (3) Pertumbuhan volume usaha koperasi.

Isu-isu aktual terkait pembiayaan bagi koperasi dan UKM antara lain :

1. Masih banyak Usaha Mikro Kecil yang membutuhkan modal awal (Start Up

Capital) untuk usaha.

2. Masih banyak UMKM yang belum bisa mengakses kredit dari perbankan

(berdasarkan data statistik Bank Indonesia tahun 2017 baru 19% UMKM

Page 10: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

9

yang dapat mengakses kredit dari perbankan dan baru 26,54% UMKM yang

memiliki rekening tabungan di perbankan).

3. Besarnya suku bunga pinjaman perbankan.

4. Agunan merupakan salah satu persyaratan kredit perbankan, sementara

masih banyak UMK yang belum memiliki sertifikat hak atas tanah.

5. Masih banyak koperasi yang belum melaporkan SPT Pajak (14.566

koperasi atau 12.47%) dan masih terdapat koperasi yang belum memiliki

NPWP (33,404 koperasi atau 22,24%).

Masih banyak pengelolaan usaha koperasi yang belum didukung SDM yang

kompeten dan berstandar, serta manajemen pengelolaan administrasi usaha

yang masih tradisional.

Pokok-pokok strategi Deputi Bidang Pembiayaan untuk mencapai sasaran,

indikator dan target tersebut ialah melalui kegiatan peningkatan kualitas

kompetensi SDM, peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema

pembiayaan, peningkatan nilai tambah dari jaringan kerjasama antar usaha

simpan pinjam oleh koperasi.

Program sebagaimana dimaksud di atas telah dilaksanakan pada tahun

anggaran 2018 dan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan program

tersebut, serta sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban dalam perspektif

transparansi dan akuntabilitas publik kami menyusun Laporan Akuntabilitas dan

Kinerja Instansi Pemerintah (LAPKIN). Penyusunan ini telah diamanatkan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri

Page 11: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

10

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Cara Review atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAPKIN)

Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2018 dimaksudkan untuk :

1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan

program/kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah

ditetapkan.

2. Sebagai media untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Deputi

Bidang Pembiayaan selama satu tahun anggaran kepada masyarakat dan

stakeholders lainnya.

3. Sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan dan strategi pencapaian

target yang lebih baik di tahun berikutnya.

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Nomor 08/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, bahwa Deputi Bidang

Pembiayaan merupakan salah satu unit kerja eselon I (satu) di lingkungan

Kementerian Koperasi dan UKM dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

Tugas Deputi Bidang Pembiayaan yaitu “Membantu Menteri Negara Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah dalam menyiapkan perumusan

Page 12: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

11

kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan yang

meliputi, perumusan, koordinasi, perencanaan dan pengembangan kebijakan

dan penyelenggaraan fungsi teknis pemberdayaan KUMKM di bidang

Pembiayaan”.

Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pembiayaan

menyelenggarakan fungsi :

1. Menetapkan rencana dan program pengembangan kebijakan di bidang

pembiayaan.

2. Menetapkan kebijakan di bidang pembiayaan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku berdasarkan

kewenangan yang dilimpahkan oleh Menteri Negara.

3. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan kebijakan dibidang

pembiayaan dengan unit kerja di lingkungan Kementerian Negara Koperasi

dan UKM maupun lembaga/ instansi terkait lainnya.

4. Melaksanakan fungsi teknis pemberdayaan KUMKM di bidang pembiayaan.

5. Mengatur penerapan Penetapan di bidang pembiayaan.

6. Memberi dukungan dan kemudahan dalam pengembangan pembiayaan

bagi koperasi dan usaha kecil dan menengah.

7. Memberi dukungan dan kemudahan dalam kerjasama antar koperasi dan

usaha kecil dan menengah serta kerjasama dengan badan usaha/asosiasi

lainnya.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan keuangan/

pembiayaan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

Page 13: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

12

9. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan perkoperasian dan

usaha kecil dan menengah di bidang pembiayaan yang meliputi bidang

simpan pinjam, permodalan, asuransi, penjaminan dan pasar modal,

pembiayaan non bank dan perpajakan serta pembiayaan syariah.

10. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas

bawahan di lingkungan bidang pembiayaan.

11. Memimpin dan memberikan pengarahan dalam rangka pelaksanakaan

tugas bawahan di lingkungan Deputi Bidang Pembiayaan.

12. Memimpin dan mengadakan rapat, seminar, lokakarya dan pertemuan

dinas lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas.

13. Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan.

14. Dalam melaksanakan tugas Deputi Bidang Pembiayaan melaporkan dan

bertanggung jawab kepada Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

menengah.

Penjabaran tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon II (dua) di

Lingkungan Deputi Bidang Pembiayaan diuraikan sebagai berikut :

1. Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan

Tugas :

“Membantu Deputi Bidang Pembiayaan dalam melaksanakan koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi

Deputi Bidang Pembiayaan, yang meliputi koordinasi, perumusan kebijakan

dan penyelenggaraan pengelolaan serta pelayanan administratif kepada

seluruh unsur dilingkungan Deputi Bidang Pembiayaan”.

Page 14: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

13

Fungsi :

1) Mengoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Asisten Deputi di lingkungan

Deputi Bidang Pembiayaan.

2) Mengoordinasikan penyusunan rencana dan program pengembangan

koperasi dan usaha kecil dan menengah, administrasi keuangan,

pengolahan data serta evaluasi dan pelaporan di lingkungan Deputi

Bidang Pembiayaan.

3) Mengoordinasikan pelayanan administrasi umum, kepegawaian

rumah tangga serta kehumasan kepada seluruh unsur di lingkungan

Deputi Bidang Pembiayaan.

4) Mengoordinasikan perencanaan, pengelolaan keuangan dan

pelayanan umum di lingkungan Deputi Bidang Pembiayaan.

5) Mengoordinasikan perumusan kebijakan pengelolaan keuangan dan

pengelolaan BMN di ligkungan Deputi Bidang Pembiayaan.

6) Mengoordinasikkan pelaksanaan laporan keuangan Kementerian

Negara Koperasi dan UKM.

7) Mengadakan pembinaan, petunjuk dan pengawasan terhadap

pelaksanaan anggaran rutin serta pembangunan.

8) Mengoordinasikan perumusan konsepsi pengembangan,

penyempurnaan organisasi dan tatalaksana Deputi Bidang

Pembiayaan dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna

unit Deputi Bidang Pembiayaan.

Page 15: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

14

9) Mengoordinasikan penyusunan perumusan kebijaksanaan pembinaan

dan pelayanan umum.

10) Mengoordinasikan dan membina aparatur di lingkungan Deputi Bidang

Pembiayaan dalam rangka pembinaan dan pemberian pelayanan.

11) Membina hubungan kerjasama dengan lembaga/instansi baik di dalam

maupun di luar Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

menengah yang ada hubungannya dengan tugas-tugas pembinaan.

12) Memimpin dan memberikan pengarahan dalam rangka pelaksanaan

tugas bawahan di lingkungannya.

13) Memimpin dan mengadakan rapat dinas, seminar, lokakarya dan

pertemuan dinas lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas.

14) Melaksanakan tugas lain sesuai petunjuk pimpinan.

15) Melaporkan pelaksanaan tugas Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan

kepada Deputi Bidang Pembiayaan.

16) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Deputi Bidang

Pembiayaan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang Pembiayaan.

2. Asisten Deputi Simpan Pinjam

Tugas :

“Melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di

bidang peningkatan akses pembiayaan usaha simpan pinjam”.

Fungsi :

1) Perumusan rencana dan program pengembangan serta perumusan

kebijakan di bidang peningkatan akses pembiayaan simpan pinjam;

Page 16: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

15

2) Melaksanakan koordinasi perumusan kebijakan di bidang akses

pembiayaan simpan pinjam dengan unit kerja, baik di dalam maupun

di luar lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM;

3) Melaksanakan pemantauan analisis dan evaluasi pelaksanaan

kebijakan di bidang pembiayaan usaha simpan pinjam meliputi Bidang

Literasi dan Penumbuhan KSP dan USP, Bidang Pemberdayaan dan

Pengembangan KSP dan USP serta Bidang Peningkatan Akses

Pembiayaan Usaha Simpan Pinjam;

4) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan.

5) Dalam melaksanakan tugas Asisten Deputi Simpan Pinjam

melaporkan dan bertanggung jawab kepada Deputi Bidang

Pembiayaan.

3. Asisten Deputi Permodalan

Tugas :

"Melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di

bidang peningkatan akses pembiayaan permodalan”.

Fungsi :

1) Perumusan rencana dan program pengembangan serta perumusan

kebijakan di bidang peningkatan akses pembiayaan permodalan;

2) Melaksanakan koordinasi perumusan kebijakan di bidang akses

pembiayaan Permodalan dengan unit kerja, baik di dalam maupun di

luar lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM;

Page 17: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

16

3) Melaksanaan pemantauan analisis dan evaluasi pelaksanaan

kebijakan di bidang pembiayaan usaha permodalan meliputi Bidang

Pengembangan Permodalan Sendiri, Bidang Pengembangan Dana

Cadangan dan Hibah serta Bidang Kredit Program;

4) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan.

5) Dalam melaksanakan tugas Asisten Deputi Permodalan

bertanggungjawab kepada Deputi Bidang Pembiayaan.

4. Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan, dan Pasar Modal

Tugas :

“Melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi kebijakan,

penyelenggaraan fungsi teknis pemberdayaan KUMKM dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di

bidang asuransi, penjaminan dan pasar modal”.

Fungsi :

1) Penyusunan dan perumusan rencana dan program kebijakan di

bidang pembiayaan asuransi, penjaminan dan pasar modal;

2) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi peraturan dan atau

ketentuan di bidang pembiayaan asuransi, penjaminan dan pasar

modal;

3) Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi serta kerjasama dengan unit

kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan Kementerian Koperasi

dan UKM dalam rangka koordinasi pelaksanaan tugas;

4) Pelaksanaan pemantauan, analisis, evaluasi dan laporan kebijakan di

bidang pembiayaan asuransi, penjaminan dan pasar modal; dan

Page 18: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

17

5) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan.

6) Dalam melaksanakan tugas, Asisten Deputi Asuransi, penjaminan dan

Pasar Modal bertanggung jawab kepada deputi Bidang Pembiayaan.

5. Asisten Deputi Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan

Tugas :

“Melaksanakan penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di

Bidang Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan”.

Fungsi :

1) Perumusan rencana dan program pengembangan serta perumusan

kebijakan di Bidang Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan bagi

Koperasi dan UMKM;

2) Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan perumusan kebijakan di

Bidang Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan bagi Koperasi dan

UMKM dengan unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan

Kementerian Koperasi dan UKM, sesuai dengan pelaksanaan tugas;

3) Melakukan sosialisasi, memantau, menganalisa dan mengevaluasi

pelaksanaan kebijakan di Bidang Pembiayaan Non Bank dan

Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM yang meliputi bidang lembaga

pembiayaan, dana bergulir dan perpajakan;

4) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan;

5) Dalam melaksanakan tugas Asisten Deputi Pembiayaan Non Bank

dan Perpajakan bertanggungjawab kepada Deputi Bidang

Pembiayaan.

Page 19: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

18

6. Asisten Deputi Pembiayaan Syariah

Tugas :

“Melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam rangka perumusan,

perencanaan, pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan

pelaporan di bidang peningkatan akses pembiayaan usaha pembiayaan

syariah”. Bagi KSPPS/USPPS koperasi yang meliputi Bidang Literasi

Keuangan Syariah dan penumbuhan, pemberdayaan dan pengembangan

pembiayaan syariah, pengembangan dan pendayagunaan zakat, infaq,

shodaqoh dan wakaf (ziswaf), kerjasama antar lembaga keuangan syariah

dan advokasi akses pembiayaan KSPPS/USPPS koperasi.

Fungsi :

1) Merumuskan rencana dan program pengembangan serta perumusan

kebijakan di bidang peningkatan akses usaha pembiayaan syariah.

2) Mengkoordinasikan perumusan kebijakan di bidang akses usaha

pembiayaan syariah dengan unit kerja, baik di dalam maupun di luar

lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM.

3) Memantau, menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan di

bidang pembiayaan syariah meliputi Bidang Literasi dan Penumbuhan

KSPPS dan USPPS Koperasi, Bidang Pemberdayaan dan

Pengembangan KSPPS dan USPPS Koperasi serta Bidang

Peningkatan Akses Pembiayaan Syariah.

4) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan petunjuk pimpinan.

5) Dalam melaksanakan tugas Asisten Deputi Pembiayaan Syariah

melaporkan dan bertanggung jawab kepada Deputi Bid. Pembiayaan.

Page 20: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

19

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

SEKRETARIAT DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

Asdep Simpan Pinjam

Asdep Permodalan

Asdep Asuransi, Penjaminan dan

Pasar Modal

Asdep Pemb. Non Bank & Perpajakan

Asdep Pemb.Syariah

D. Organisasi dan Kepegawaian

Struktur Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama Deputi Bidang

Pembiayaan sebagai berikut :

Dalam menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang

Pembiayaan dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris Deputi dan 5 (lima) Asisten Deputi

dengan rincian data sebagai berikut :

Deputi Bidang Pembiayaan

Nama : Ir. Yuana SUtyowati, MM

Dasar : Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor SK : 92/TPA Tahun 2017, Tanggal 25 Juli 2017

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

Page 21: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

20

Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan

Nama : Drs. Sutarjo, MM

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 32/KEP/M.KUKM/XII/2016, Tanggal 14 Desember 2016

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

Asisten Deputi Simpan Pinjam

Nama : Drs. Ahmad Husein, MM

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 20/KEP/M.KUKM/XII/2015, Tanggal 21 Desember 2015

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

Asisten Deputi Permodalan

Nama : Ir. Luhur Pradjarto, MM

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 04/KEP/M.KUKM/II/2016, Tanggal 16 Februari 2016

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

(per tanggal 9 November 2018 dilantik menjadi Staf Ahli Menteri

Koperasi dan UKM Bidang Hubungan Antar Lembaga).

Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal

Nama : Ir. Willem Pasaribu, M.Ec

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 20/KEP/M.KUKM/XII/2015, Tanggal 21 Desember 2015

Page 22: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

21

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan

PimpinanTinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi

dan UKM (per tanggal 1 September 2018 memasuki masa

purnabhakti)

Asisten Deputi Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan

Nama : Ir. Suprapto, M.Sc

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 20/KEP/M.KUKM/XII/2015, Tanggal 21 Desember 2015

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

(per tanggal 1 Oktober 2018 memasuki masa purnabhakti)

Asisten Deputi Pembiayaan Syariah

Nama : Dra. Munawarah, MM

Dasar : Menteri Koperasi dan UKM

Nomor SK : 32/KEP/M.KUKM/XII/2016, Tanggal 14 Desember 2016

Perihal : Pemberhentian dan Pengangkatan Dari Dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM

Page 23: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

22

Secara lengkap struktur Deputi Bidang Pembiayaan sebagai berikut :

Saat ini jumlah pegawai Deputi Bidang Pembiayaan sebanyak 107 orang

terdiri dari 83 Pegawai Negeri Sipil (78%) dan 24 Pegawai Honorer/Non PNS

(22%). Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 68 orang (64%)

berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang (36%) berjenis kelamin perempuan.

Sementara berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 1 orang (0,93%) pegawai

berpendidikan Doktor (S3), sebanyak 19 orang (17,8%) pegawai berpendidikan

Master (S2), sebanyak 64 orang (59,8%) pegawai berpendidikan Sarjana (S1),

sebanyak 23 orang (21,5%) pegawai berpendidikan Sekolah Menengah (SMA)

rincian sebagai berikut :

Page 24: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

23

Sebaran pegawai pada Deputi Bidang Pembiayaan sebagai berikut :

No Jabatan Jumlah

1 Eselon I (Deputi) 1

2 Eselon II (Sesdep/Asdep) 6

3 Eselon III (Kepala Bagian/Kepala Bidang) 15

4 Eselon IV (Kepala Sub Bagian/Sub Bidang) 34

5 Staf/Pelaksana 51

JUMLAH 107

E. Sistematika Pernyusunan Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri PANRB Nomor 53 Tahun 2014, Laporan

Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang

dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.

Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah

Sebaran Pegawai Berdasarkan Pendidikan

0.9%

21.5% 17.8%

59.8%

Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Sekolah Menengah (SMA)

Page 25: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

24

pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara

memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah

pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam

pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi

output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan

terwujudnya organisasi akuntabel.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang

(seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini

dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan

pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan

posisi kinerja instansi pemerintah.

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan

terwujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator

kinerja instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi.

Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur,

dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu. Indikator Kinerja

Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja

utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (core

business) yang diemban. IKU dipilih dari seperangkat indikator kinerja yang

berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan proses bisnis organisasi dan

kriteria indikator kinerja yang baik. IKU perlu ditetapkan oleh pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sebagai dasar penilaian untuk setiap

tingkatan organisasi.

Page 26: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

25

Indikator Kinerja pada tingkat Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah

sekurang-kurangnya adalah indikator hasil (outcome) sesuai dengan

kewenangan, tugas dan fungsinya masing-masing. Indikator kinerja pada unit

kerja (setingkat Eselon I) adalah indikator hasil (outcome) dan atau keluaran

(output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja dibawahnya.

Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon II) sekurang-kurangnya adalah

indikator keluaran (output). Laporan Kinerja menyajikan informasi tentang :

1. Uraian singkat organisasi;

2. Rencana dan target kinerja yang ditetapkan serta pengukuran kinerja;

3. Evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil

program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud. Analisis

ini juga mencakup atas efisiensi penggunaan sumber daya.

Beberapa kebijakan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

antara lain :

• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyeleggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas KKN;

• Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah;

• Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penetapan

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah

Page 27: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

26

• Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Rencana Strategis Kementerian Lembaga Tahun 2015 -2019.

Konsep dasar Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yaitu :

Sistematika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yaitu Kata Pengantar,

Ikhtisar Eksekutif, Daftar Isi, Pendahuluan, Perencanaan Kinerja (Rencana

Strategis dan Penetapan Kinerja), Akuntabilitas Kinerja (Capaian Kinerja dan

Realisasi Anggaran), dan Penutup serta Lampiran.

Page 28: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

27

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

A. Rencana Strategis Deputi Bidang Pembiayaan

1. Visi dan Misi

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan mayoritas pelaku

usaha nasional yang jumlahnya mencapai 62 juta (Kemenkop UKM, 2017), dan

telah turut memberi andil dalam memberikan kontribusinya terhadap PDB

Nasional. Namun demikian UMKM hingga saat ini masih menghadapi berbagai

kendala di antaranya dibidang permodalan/pembiayaan usaha. Oleh karena itu,

Kementerian Koperasi dan UKM melalui Deputi Bidang pembiayaan sebagai

salah satu unit kerja memiliki visi dan misi dalam rangka pemberdayaan KUMKM

sebagai berikut :

Visi

“Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri

untuk Berkontribusi Dalam Perekonomian Nasional”

Misi

a. Meningkatkan akses Pembiayaan Formal bagi Koperasi dan UMKM.

b. Meningkatkan akses dan sumber pembiayaan yang lebih luas, mudah dan

terjangkau bagi koperasi dan UMKM.

c. Menyiapkan bahan kebijakan yang kondusif bagi perkembangan Koperasi

dan UMKM.

d. Memantapkan koordinasi dengan para lintas pelaku dalam rangka

meningkatkan sinergi pembinaan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM.

Page 29: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

28

e. Memantapkan pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi di bidang

pembiayaan.

f. Menyebarluaskan berbagai informasi pembiayaan seluas-luasnya kepada

para pelaku koperasi dan UMKM.

2. Tujuan dan Indikator Capaian Tujuan

Berdasarkan visi dan misi Deputi Bidang Pembiayaan, maka telah

ditetapkan Program strategis Deputi Bidang Pembiayaan antara lain sebagai

berikut :

a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksana Tugas Teknis Lainya;

b. Program Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi;

c. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi;

d. Program Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan Berbasis Usaha Mikro.

Uraian Program kerja Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2018 terdiri dari 6

(enam) kegiatan yaitu :

a. Koordinasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Monitoring Evaluasi Urusan

Pembiayaan;

b. Perluasan Pembiayaan dan Jasa Keuangan Non Bank dan Advokasi

Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM ;

c. Fasilitasi Permodalan Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil;

d. Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah;

e. Penguatan Usaha Simpan Pinjam Koperasi;

f. Peningkatan Akses KUMKM pada Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal.

Beberapan Strategi Deputi Bidang Pembiayaan dalam mewujudkan

kebijakannya, mengambil langkah-langkah strategis sebagai berikut :

Page 30: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

29

a. Menyiapkan dan mengembangkan berbagai bahan kebijakan dan

strategi perluasan akses pembiayaan Koperasi dan UMKM, yang

mendukung perwujudan Koperasi sebagai salah satu lembaga

keuangan formal yang sehat, kuat dan terpecaya;

b. Memantapkan koordinasi kebijakan, program dan kegiatan

pembiayaan bagi pemberdayaan KUKM baik secara lintas sektoral

maupun wilayah dengan pemerintah daerah;

c. Mengembangkan kerjasama dengan Bank, Lembaga Keuangan Non-

bank, dan lembaga penjaminan dalam rangka perluasan akses

sumber-sumber pembiayaan;

d. Membangun komitmen dan langkah bersama gerakan koperasi dalam

menghadapi tantangan era globalisasi dan perdagangan bebas;

e. Meningkatkan kepercayaan dan partisipasi anggota koperasi dengan

mendorong perlu adanya penjaminan simpanan koperasi;

f. Konsolidasi ke dalam masing-masing KSP/USP-Koperasi /

KSPPS/USPPS-Koperasi dalam bidang kelembagaan dan usaha

sesuai norma yang berlaku;

g. Mengembangkan kerja sama dengan stakeholder terkait dalam

pemberdayaan KUMKM.

B. Penetapan Kinerja Tahun 2018

1. Sasaran Indikator Kinerja Utama dan Target

Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang

mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur

dalam rentang waktu satu tahun tertentu, dengan mempertimbangkan sumber

daya yang dikelola. Tujuan khusus penetapan kinerja adalah :

Page 31: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

30

a. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur sebagai

wujud nyata komitmen antara pemerima amanah dengan pemberi amanah;

b. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi;

c. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja.

Deputi Bidang Pembiayaan telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2018

secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya antara lain

sebagai berikut :

Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pembiayaan

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Fasilitasi Permodalan

Koperasi dan Usaha Mikro

dan Kecil

Wirausaha pemula yang

didukung modal awal usaha

1.831

Orang

2 Penguatan Koperasi

dan UMKM di Bidang

Keuangan Syariah

Advokasi kerja sama antar

lembaga pembiayaan /

keuangan syariah

3

Jaringan

3 Penguatan Usaha

Simpan Pinjam

Koperasi

Advokasi kerja sama antar

usaha simpan pinjam

koperasi

3

Jaringan

4 Peningkatan Akses

KUMKM pada Asuransi,

Penjaminan, dan Pasar

Modal

Usaha mikro sektor prioritas

yang didampingi mengakses

dan mengelola kredit (KUR)

15.000

Usaha

Mikro

Usaha mikro yang

mendapat pendampingan

sertifikasi tanah

150 KUMK

(pra/pasca

SHAT)

2. Sasaran Strategis dan Program Kegiatan yang Mendukung

Pencapaian Target Sasaran Strategis

Beberapa program/kegiatan yang mendukung pencapaian target sasaran

strategis Deputi Bidang Pembiayaan antara lain :

Page 32: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

31

Penetapan Kinerja Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya Kualitas

Perencanaan,

Pelaksanaan, dan

Monev Satker Deputi

Bidang Pembiayaan

Dokumen perencanaan Satker

Deputi Bidang Pembiayaan

(RKP, RENJA, dan RKA K/L)

1

Dokumen

Dokumen Akuntabilitas Kinerja

Deputi Bidang Pembiayaan

(LAKIP, Laporan Tahunan, PK)

1

Dokumen

2 Terwujudnya Kualitas

Urusan Umum,

Kepegawaian, dan

Akuntabilitas Keuangan

Pelayanan Urusan Umum

sesuai SOP

1 Layanan

Pengelolaan dan Pelayanan

Kepegawaian sesuai SOP

1 Layanan

3 Terwujudnya

Transparansi Urusan

Pembiayaan melalui

Teknologi Informasi

Layanan Sistem Informasi

Deputi Bidang Pembiayaan

yang berjalan secara real time

1 Layanan

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Simpan Pinjam

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya kualitas

dan jangkauan usaha

simpan pinjam koperasi

Usaha simpan pinjam koperasi

yang diadvokasi kerja sama

antar usahanya

3 jaringan

Usaha KSP dan USP yang

diadvokasi kelembagaan dan

usahanya

100

KSP/USP

Koperasi

Usaha simpan pinjam koperasi

yang diadvokasi literasi dan

penumbuhan usahanya

100 LKM

Pengurus, Pengawas, dan

Manajer KSP dan USP yang

bersertifikat SKKNI bertambah

5 Persen

Page 33: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

32

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Permodalan

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR

KINERJA

TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya Akses Bantuan

Permodalan bagi Usaha

Mikro dan Kecil

Wirausaha pemula yang

didukung bantuan modal

awal usaha

1831 Orang

2 Meningkatnya Akses

Koperasi dan Usaha

Mikro dan Kecil pada

Permodalan

Koperasi dan UMK yang

mengakses permodalan

melalui Advokasi,

promosi dan intermediasi

pembiayaan

100

KUMKM

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya akses usaha

mikro pada Kredit Usaha

Rakyat (KUR)

Usaha mikro sektor

prioritas yang didampingi

dalam mengakses dan

mengelola kredit usaha

rakyat (KUR)

15000

Usaha

Mikro

2 Terwujudnya fasilitasi kredit

program berbasis penjaminan

Koordinasi, sosialisasi

dan monev kredit

program berbasis

penjaminan

3 Laporan

3 Terwujudnya akses

usaha mikro dan kecil

pada SHAT untuk

mendukung reforma

agraria

Usaha mikro yang

mendapat pendampingan

sertifikasi hak atas tanah

150 KUMK

(pra/pasca

SHAT)

4 Meningkatnya akses

KUMKM pada Asuransi

Penjaminan, dan Pasar

Modal

KUMKM yang difasilitasi

dalam mengakses

asuransi dan pasar modal

100

KUMKM

Page 34: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

33

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Meningkatnya

Kapasitas dan

jangkauan

pembiayaan serta

layanan keuangan non

bank bagi koperasi dan

UMKM

Fasilitasi Pembentukan

Lembaga penjaminan kredit

daerah

4 PPKD

Fasilitasi Pembentukan Badan

layanan umum daerah

3 BLUD

Koperasi dan UMK yang

meningkat kapasitas dan

jangkauan pembiayaan

500

KUMKM

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Pembiayaan Syariah

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya

kualitas dan

jangkauan Layanan

Pembiayaan

Syariah yang

mendukung

pemerataan antar

kelompok

pendapatan

Lembaga

Pembiayaan/Keuangan Syariah

yang diadvokasi kerja sama

antar usahanya

3 jaringan

Jasa Pembiayaan/Keuangan

Syariah yang diadvokasi

kelembagaan dan usahanya

100 KSPPS

Jasa Pembiayaan/Keuangan

Syariah yang diadvokasi

literasi dan penumbuhan

usahanya

100

KSPPS/USPPS

Koperasi

Page 35: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

34

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Deputi Bidang Pembiayaan

1. Pengukuran Capaian Kinerja

Dalam awal tahun anggaran 2018, Deputi Bidang Pembiayaan telah

menetapkan Penetapan Kinerja dengan sasaran strategis dan indikator kinerja

serta target yang telah ditetapkan. Berikut pencapaian realisasi terhadap sasaran

strategis tahun 2018 sebagai berikut :

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET REALISASI Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Fasilitasi Permodalan Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil

Wirausaha pemula yang didukung modal awal usaha

1.831 Orang

1.952 orang

106,6%

2 Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah

Advokasi kerja sama antar lembaga pembiayaan / keuangan syariah

3 Jaringan

3 Jaringan

100%

3 Penguatan Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Advokasi kerja sama antar usaha simpan pinjam koperasi

3 Jaringan

3 Jaringan

100%

4 Peningkatan Akses KUMKM pada Asuransi, Penjaminan, dan Pasar Modal

Usaha mikro sektor prioritas yang didampingi mengakses dan mengelola kredit (KUR)

15.000 Usaha Mikro

14.677 Usaha Mikro

97,85%

Usaha mikro yang mendapat pendampingan sertifikasi tanah

150 KUMK

(pra/pasca SHAT)

150 KUMK (pra/pasca

SHAT)

100%

Page 36: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

35

Secara umum realisasi kinerja Deputi Bidang Pembiayaan tercapai sesuai

target, yaitu terfasilitasinya jaringan kerjasama antar usaha simpan pinjam

koperasi maupun antara lembaga pembiayaan/keuangan syariah serta usaha

mikro yang mendapat pendampingan sertidikat tanah. Terdapat 1 program yang

tidak mencapai target yaitu pada program usaha sektor prioritas yang didampingi

mengakses dan mengelola kredit KUR hanya 14.677 usaha mikro 97,85% dari

target 15.000 usaha mikro, kondisi ini mengalami kenaikan target jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 14.000 usaha mikro.

Hasil pendampingan KUR tahun 2018 sebanyak 14.677 usaha mikro dari

target 15.000 usaha mikro. Terdapat 323 usaha mikro (2,16%) yangtidak

terealisasi antara lain disebabkan oleh : adanya tenaga pendamping yang tidak

menyampaikan laporan sebanyak 8 orang serta tenaga pendamping yang

mengundurkan diri sebanyak 4 orang. Hasil pada program dimaksud telah

terealisasi akad kredit sebanyak 10.908 proposal (74,3%) senilai Rp. 264,58

milyar (67,60%) dari usulan/proposal KUR secara komulatif 14.477 propoal

senilai Rp. 390,88 milyar.

Sasaran strategis Deputi Bidang Pembiayaan lainnya yang melampaui

target adalah fasilitasi permodalan bagi wirausaha pemula, realisasi pada tahun

2018 sebanyak 1.952 orang atau 106,6% dibadingkan target yaitu 1.831 orang

dengan nilai bantuan sebanyak Rp. 23.801.000.000. Target pada tahun 2018

mengalami kenaikan sebanyak 52% dibandingkan tahun sebelumnya dengan

target 1200 orang. Adapun sebaran berdasarkan wilayah kelompok penerima

pada sasaran daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) sebanyak 335 orang

(17,16%), daerah KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) sebanyak 119 orang (6,10%)

Page 37: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

36

dan daerah antara kelompok pendapatan sebanyak 1.498 orang (76,74%).

Sebaran penerima program bantuan modal awal usaha berdasarkan jenis

kelamin yaitu sebanyak 1.142 perempuan (58,5%) dan 810 laki-laki (41,5%),

adapun hal tersebut membuktikan bahwa program Kementerian Koperasi dan

UKM telah pro gender sesuai Instruksi Presiden tentang Pengarusutamaan

Gender.

2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA SESUAI PENETAPAN

KINERJA

a) EVALUASI FASILITASI PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA

MIKRO DAN KECIL

Asisten Deputi Permodalan telah menetapkan Penetapan Kinerja

dengan sasaran strategis dan indikator kinerja dengan pencapaian realisasi

sampai dengan akhir tahun 2018, sebagai berikut:

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

A Wirausaha Pemula yang

didukung Modal Awal

Usaha

1.831 WP 1.952 WP 106,61

B KUMKM yang mendapat

Advokasi, Promosi dan

Intermediasi Pembiayaan

100 KUKM 100 KUKM 100

Pada Tahun Anggaran 2018, Asisten Deputi Permodalan mendapatkan

alokasi anggaran sebesar Rp. 26.501.851.000, dengan penyerapan pada

akhir tahun anggaran sebesar Rp. 26.453.717.027 atau sebesar 99,82 %.

Page 38: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

37

Evaluasi atas program wirausaha pemula, berdasarkan jumlah usulan

yang telah mengikuti Program Wirausaha Pemula sampai dengan akhir

Desember 2018 terdapat 5.718 proposal usulan dari 34 Provinsi pada 301

Kabupaten/Kota, dan dapat direalisasikan sebanyak 1.952 Wirausaha

Pemula (106,61%) dengan nilai sebesar Rp. 23,801 milyar (99,99%).

Penyebaran realisasi WP berada di Daerah Tertinggal/Terluar/ Terdepan

sebanyak 335 WP (17,16%), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebanyak

119 WP (6,10%), dan Daerah antar Kelompok berpendapatan

rendah/masyarakat miskin sebanyak 1.498 WP (76,74%) sebagaimana

grafik dibawah ini :

Berdasarkan klasifikasi bidang usaha, sebaran penerima WP tahun

2018 secara rinci sebagai berikut:

a) Kerajinan sebanyak 307 WP dengan nilai sebesar Rp. 3,733 milyar

(15,73 %);

b) Konveksi dan Busana sebanyak 220 WP dengan nilai sebesar Rp. 2,

754 milyar (11,27%);

Page 39: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

38

c) Kuliner sebanyak 1.077 WP dengan nilai sebesar Rp. 13,040 milyar

(55,17%);

d) Perikanan sebanyak 78 WP dengan nilai sebesar Rp. 951 juta (4,00%);

e) Pertanian sebanyak 71 WP dengan nilai sebesar Rp. 874 juta (3,64%);

f) Peternakan sebanyak 117 WP dengan nilai sebesar Rp. 1,438 milyar

(5,99%);

g) Perdagangan dan Jasa sebanyak 52 WP dengan nilai sebesar Rp. 645

juta (2,66%); dan

h) Inovatif lainya sebanyak 30 WP dengan nilai sebesar Rp. 366 juta

(1,54%).

Berdasarkan monitoring dan laporan dari daerah per semester I periode

Desember, telah terdapat 717 wirausaha pemula penerima bantuan tahun

2018 yang telah melaporkan. Penerima bantuan berdasarkan gender jenis

kelamin terdapat sebesar 41,55% laki-laki, dan 58,28% perempuan.

Bantuan dana telah dipergunakan untuk modal kerja sebesar Rp. 5,095

milyar sedangkan untuk modal investasi sebesar Rp. 6,034 milyar.

Page 40: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

39

Analisis Capaian Kinerja

Analisis capaian kinerja tahun 2018 dari Asisten Deputi Permodalan

sebagai berikut :

1) Wirausaha Pemula yang didukung Modal Awal Usaha

Pencapaian sasaran strategis "Meningkatnya daya saing UMKM dan

Koperasi" dengan Indikator kinerja "Wirausaha Pemula yang didukung

Modal Awal Usaha" dengan jumlah target sebanyak 1.831 WP yang

mendapatkan Bantuan Pemerintah untuk pengembangan usahanya

dengan nilai Rp 23,803 Milyar,-. Nilai Bantuan per-Wirausaha Pemula

berkisar Rp 10 - 13 Juta. Realisasi penerima WP mencapai 1.952 WP atau

mencapai 106.61%. Adapun plafon Anggaran sebesar Rp 23.803.000.000,-

dengan realisasi per Desember 2018 sebesar Rp 23.801.000.000,-

(99,99%).

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi penerima program

Wirausaha Pemula tahun 2018 bantuan dana telah dipergunakan untuk

modal kerja sebesar Rp. 5,095 milyar sedangkan untuk modal investasi

sebesar Rp. 6,034 milyar. Bantuan sangat bermanfaat, antara lain

diindikasikan dengan adanya penambahan tenaga kerja sebanyak 600

orang (meningkat 50,04%) dari total tenaga kerja sebelumnya sebanyak

1.199 orang sebagaimana grafik dibawah ini :

Page 41: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

40

Selain itu terjadi peeningkatan asset usaha sebesar Rp. 6,468 milyar

atau 103,54 % dari total aset sebelumnya sebesar Rp. 6,247 milyar sebagai

berikut :

Sedangkan penambahanan omset usahanya sebesar Rp. 1,123 milyar

atau 47,60% dari total omset sebelumnya sebesar Rp. 2,361 milyar sebagai

berikut :

Page 42: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

41

2) KUMKM yang mendapat Advokasi, Promosi dan Intermediasi

Pembiayaan

Plafon Anggaran KUMKM pada kegiatan advokasi, promosi dan

intermediasi sebesar Rp 350.000.000,-. dapat direalisasikan per Desember

2018 sebesar Rp 343.014.800,- (98,00%).

Pencapaian sasaran strategis melalui "Meningkatnya daya saing UMKM

dan Koperasi" dengan Indikator kinerja "KUMKM yang mendapat Advokasi,

Promosi dan Intermediasi Pembiayaan" dengan jumlah target sebanyak

100 KUMKM dengan realisasi 100%.

Advokasi dibidang pembiayaan dilakukan antara lain melalui kegiatan

Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pendamping Pembiayaan bagi

Koperasi dan UMKM. Kegiatan tersebut memiliki peran penting dalam

membantu Koperasi dan UKM mengembangkan usahanya, dengan dibekali

wawasan dan kemampuan agar memiliki kapasitas yang baik dalam

menjalankan perannya.

Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pendamping Pembiayaan

bertujuan untuk:

• Meningkatkan wawasan kepada para Pendamping Pembiayaan dari

unsur KKMB, BDS, Microfin Indonesia, PLUT-KUKM dan Pedamping

KUR Tahun 2018.

• Menemukan dan mengidentifikasi hambatan yang dihadapi oleh para

Pendamping Pembiayaan.

• Membantu Koperasi dan UMKM dalam membuat pilihan akses

pembiayaan sesuai dengan kebutuhan.

Page 43: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

42

Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas

Pendamping Pembiayaan diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari KKMB,

BDS, Microfin Indonesia, PLUT-KUKM dan Pedamping KUR, dilaksanakan

di kota Yogyakarta dengan materi sebagai berikut :

❖ Program Pendamping Pembiayaan pada Deputi Bidang Pembiayaan

oleh Ir. Luhur Pradjarto, MM dari Deputi Bidang Pembiayaan

❖ Program dan Kegiatan Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan

Tahun 2018 oleh Dra. Murtiningsih, MM dari Deputi Bidang SDM

❖ Tips Mudah Mengakses Pembiayaan Permodalan oleh Bakhtiar Yogy

Satrio dari Bank Rakyat Indonesia

❖ Membangun Mindset Wirausaha oleh Prof. DR. M. Suyanto, MM dari

AMIKOM Yogyakarta

❖ Strategi Marketing dan Pengembangan Usaha oleh Drs. Cahyo Binarto,

MM dari Sekjen KKMB Pusat.

Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tahun 2018 sebagai berikut :

Page 44: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

43

b) PENGUATAN KOPERASI DAN UMKM DI BIDANG KEUANGAN

SYARIAH

Dalam awal tahun anggaran 2018, Asisten Deputi Pembiayaan Syariah

telah menetapkan Penetapan Kinerja dengan sasaran strategis dan

indikator kinerja serta target yang telah ditetapkan. Berikut pencapaian

realisasi terhadap sasaran strategis tahun 2018 sebagai berikut :

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

TARGET REALISAS I

Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Terwujudnya

kualitas dan

jangkauan

Layanan

Pembiayaan

Syariah

yang

mendukung

pemerataan

antar

kelompok

pendapatan

Lembaga

Pembiayaan/K

euangan

Syariah yang

diadvokasi

kerja sama

antar usahanya

3 jaringan 3 jaringan 100

Jasa

Pembiayaan/K

euangan

Syariah yang

diadvokasi

kelembagaan

dan usahanya

100

KSPPS

100

KSPPS

100

Jasa

Pembiayaan/K

euangan

Syariah yang

diadvokasi

literasi dan

penumbuhan

usahanya

100

KSPPS /

USPPS

Koperasi

100

KSPPS /

USPPS

Koperasi

100

Page 45: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

44

Dalam melaksanaan kegiatan untuk mewujudkan kinerja organisasi

sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja yang telah disepakati, pada

tahun 2018 Asisten Deputi Pembiayaan Syariah mendapatkan anggaran Rp

1.847.395.000,- dengan realisasi penggunaan anggaran mencapai Rp

1.845.060.321,- atau sebesar 99,87%,.

Beberapa program/kegiatan penguatan koperasi yang melaksanakan

keuangan Syariah, antara lain :

1) Advokasi kerja sama antar lembaga pembiayaan / keuangan syariah

Kerjasama pembiayaan antar KSPPS/USPPS Koperasi melalui

optimalisasi fungsi KSPPS Sekunder.

Pelaksanaan koordinasi telah dilakukan di 3 (tiga) daerah yaitu Kota

Tasikmalaya Jawa Barat, D.I Yogyakarta dan Bogor Jawa Barat dengan

jumlah peserta dimasing-masing daerah 30 orang yang terdiri dari aparatur

pembina, gerakan koperasi serta pelaku yakni pengurus KSPPS/USPPS.

Asdep Pembiayaan Syariah selama tahun 2016 hingga 2017 telah

melakukan bimbingan teknis dan sosialisasi tentang manfaat pembentukan

Koperasi Sekunder yang menjalankan fungsi APEX atau lebih dikenal

dengan Jaringan Kerjasama Usaha antar KSPPS model APEX (JKUK-

APEX). Kegiatan Jaringan Kerjasama Usaha Antar KSPPS mengadopsi

konsep generic model Apex BPR Bank Indonesia yang relevan diterapkan

pada KSPPS dengan menyesuaikan kultur koperasi dan regulasi di bidang

perkoperasian. Dalam operasionalisasinya JKUK memiliki 3 (tiga)

komponen yakni: 1) pengumpulan dana (pooling of funds); 2) pemberian

bantuan keuangan (liquidity mismatch dan linkage program) dan; 3)

Page 46: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

45

dukungan teknis (technical assistance). Melalui kerjasama ini akan terjadi

sinergi yang dapat saling bahu membahu, mengoptimalkan kekuatan dalam

memberikan pelayanan baik untuk penerimaan simpanan maupun

pembiayaan (pinjaman), yang pada gilirannya dapat mendukung

pelaksanaan program inklusi keuangan.

Agar implementasi pembentukan dan pengembangan JKUK dapat

berjalan secara efektif dan memadai, Deputi Bidang Pembiayaan c.q

Asisten Deputi Bidang Pembiayaan pada tahun 2017 telah

menyempurnakan “Pedoman Pengembangan Usaha Koperasi melalui

Kerjasama Usaha antar KSPPS”.

Setelah mencermati perkembangan di lapangan terhadap implementasi

Jaringan Kerjasama Usaha antar KSPPS model APEX dengan

mengoptimalkan fungsi KSPPS Sekunder, disimpulkan bahwa ada

beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mengimplementasikan

kebijakan ini.

Pertama, mengidentifikasi sebaran dan jumlah KSPPS primer dan

keberadaan koperasi sekunder di wilayah tersebut serta memberikan

pemahaman dan sosialisasi kepada para pengurus KSPPS primer tentang

penting dan kebermanfaatan hadirnya KSPPS Sekunder. Perlu adanya

komitmen bersama diantara para pengurus KSPPS primer dan

pendampingan untuk membentuk KSPPS Sekunder atau mengoptimalkan

peran dari KSPPS Sekunder yang ada. Kedua, bilamana telah ada KSPPS

Sekunder pada wilayah tersebut, maka diperlukan identifikasi jangkauan

layanan dari koperasi sekunder dimaksud dan jenis layanan apa saja yang

Page 47: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

46

telah dilakukan. Apakah fungsi penyediaan fasilitas likuiditas, pendidikan,

dukungan teknis lainnya dan monitoring pelaporan telah berjalan dengan

baik. Ketiga, bilamana KSPPS Sekunder telah menjalankan kegiatan (1).

usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah antar Koperasi; (2). kegiatan

sosial (maal); (3). mengelola manajemen resiko; (4). pendidikan dan

pelatihan; (5). bimbingan dan konsultasi manajemen usaha simpan pinjam

dan pembiayaan syariah; (6). standarisasi manajemen dan Sumber Daya

Manusia (SDM); (7). standarisasi sistem akuntansi dan pemeriksaan untuk

anggotanya; (8). monitoring dan evaluasi, supervisi dan bantuan teknis; (9).

pengadaan sarana usaha anggotanya; maka peran KSPPS sekunder

tersebut dapat di optimalkan dengan menjalankan fungsi APEX dan

bekerjasama dengan lembaga pembiayaan sebagai penyedia dana.

Kedepan kami berharap, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi dan

Kabupaten/ Kota dapat melanjutkan dan menduplikasi kegiatan ini,

sehingga terbentuk JKUK di tiap-tiap daerah.

Sebagai salah satu upaya peran pemerintah dalam mendorong dan

menumbuh kembangkan KSPPS/USPPS-Koperasi dan memperkuat

manajemen, pengembangan usaha, permodalan, dan memperluas layanan

maka pelaksanaan program/kegiatan “Fasilitasi Pengembangan

KSPPS/USPPS-Koperasi yang Berjejaring” akan tetap dilanjutkan, dan

telah dituangkan dalam RPJMN 2015-2019.

Dalam rangka pelaksanaan advokasi bagi peningkatan akses pembiayaan

kepada KSPPS dan USPPS Koperasi, beberapa kegiatan telah kami laksanakan,

diantaranya:

Page 48: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

47

a) Dengan telah terbentuknya Direktorat Pembiayaan Syariah LPDB-

KUMKM berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor

08/PER/M.KUKM/VII/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, maka Asdep Pembiayaan Syariah mendorong agar LPDB-

KUMKM untuk menyusun variasi produk pembiayaan dengan pola

syariah.

b) Asdep Pembiayaan Syariah ikut terlibat dan berpartisipasi aktif di dalam

Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sesuai dengan Perpres No

91 Tahun 2016 tentang KNKS, diantaranya :

• Pembahasan kriteria calon Direktur Eksekutif dan para Direktur pada

Manajemen Eksekutif KNKS;

• Pembahasan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia sebagai

haluan dasar bagi Manajemen Eksekutif KNKS dalam menjalankan

tugasnya;

• Bersama dengan LPDB-KUMKM sebagai peserta pameran

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2018 di Surabaya.

c) Mendorong gerakan koperasi (KSPPS/USPPS Koperasi) mengakses

program pemerintah seperti Pembiayaan pada LPDB-KUMKM, KSPPS

sebagai penyalur KUR dan Pembiayaan Ultra Mikro.

2) Lembaga Pembiayaan KSPPS/USPPS Koperasi yang menerapkan

manajemen pendayagunaan Zakat dan Wakaf dengan baik

Permenkop dan UKM No. 11 Tahun 2017 tentang Tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi

Page 49: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

48

yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan UKM

16/PER/M.KUKM/IX/2015 pada pasal 19 ayat (4) menyarankan Koperasi

yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan

syariah wajib memiliki unit kegiatan sosial sosial (maal) dan unit kegiatan

usaha bisnis (tamwil). Kemudian pasal 22 ayat (1) KSPPS atau USPPS

Koperasi melaksanakan kegiatan sosial (maal) untuk pemberdayaan

anggota dan masyarakat dibidang sosial dan ekonomi.

Sebagaimana tugas pemerintah dalam membangun dan

mengembangkan aktfitas maal pada KSPPS/USPPS Koperasi sebagai

Badan Usaha dan gerakan ekonomi rakyat, khususnya ekonomi islam untuk

mewujudkan koperasi yang dikelola secara profesional dan menerapkan

prinsip keterbukaan, transparasi dan akuntabilitas yang dapat diakui,

diterima baik oleh pengelolaan oleh koperasi Simpan Pinjam Syariah/Unit

Simpan Pinjam anggota pada khususnya maupun oleh masyarakat pada

umumnya.

Sudah disusun pedoman Pengelolaan maal oleh KSPPS/USPPS

Koperasi. Pedoman ini menjadi acuan untuk pengelola unit maal dalam

menjalankan aktifitas maalnya.

Pedoman pengelolaan maal oleh KSPPS/USPPS Koperasi sekurang –

kurangnya meliputi sebagai berikut :

• Pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) atau mitra pengelola zakat

(Dasar, Prinsip, dan Persyaratan Pembentukan UPZ/MPZ) pada

KSPPS/USPPS Koperasi.

Page 50: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

49

Pembentukan KSPPS/USPPS koperasi sebagai Nazhir Wakaf

(Persyaratan, Penunjukan, Kewenangan, dan Tugas Nazhir Wakaf

KSPPS/USPPS Koperasi)

Operasional Unit Maal (Proses AKtivitas, Struktur Organisasi dan Job

Description)

Kebijakan Unit Maal (Kebijakan Umum dan Keuangan) .

Dalam menjalankan fungsi sosial (maal), Kementerian Koperasi dan

UKM berperan sebagai fasilitator dalam menjembatani KSPPS/USPPS

Koperasi memperoleh legalitas operasional dan perkuatan kapasitas

pengelolaan dana ziswaf sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku dengan menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama RI, Badan

Wakaf Indonesia, Lembaga Amil Zakat Nasional dan Badan Amil Zakat

Nasional. Melalui kerjasama tersebut, sebanyak 214 KSPPS/USPPS

Koperasi memperoleh legalitas operasional dari LAZ Dompet Dhuafa dan

Baitulmaal Muamalat dan penguatan kapasitas kompetensi pengelola

ziswaf oleh LAZ dan Baznas serta sebanyak 146 KSPPS/USPPS Koperasi

memperoleh legalitas operasional penguatan kapasitas kompetensi

pengelola sebagai Nazir Wakaf Uang dari Badan Wakaf Indonesia.

Dana ZIS yang terhimpun diharapkan tidak hanya dimanfaatkan bagi

kegiatan santunan (charity) tetapi dapat dimanfaatkan lebih besar bagi

program/kegiatan pemberdayaan social–ekonomi anggota dan

masyarakat, sedangkan dana yang terhimpun dari wakaf uang ini dapat

dimanfaatkan oleh koperasi yang bersangkutan untuk memperkuat

permodalan untuk pembiayaan bagi anggotanya. Melalui dana wakaf

Page 51: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

50

KSPPS/USPPS Koperasi dapat memperluas jangkauan layanan kepada

pelaku usaha mikro dan kecil anggota koperasi dengan porsi nisbah bagi

hasil atau ringan yang ringan karena koperasi hanya berkewajiban menjaga

nilai harta wakaf dan hasil pendayagunaan pun disalurkan kepada

maukufalih (penerima manfaat) melalui program/kegiatan Unit Maal dalam

pemberdayaan masyarakat.

3) Advokasi Literasi dan Penumbuhan Keuangan Syariah bagi KSPPS/USPPS

Koperasi

Regulasi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi :

a) Dengan keluarnya Permen No. 11 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi

sebagai penyempurnaan dari Permen 16 Tahun 2015 maka dilakukan

kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dengan lintas pelaku terkait dalam

rangka sosialisasi dan regulasi kebijakan yang dilaksanakan di Bogor

Jawa Barat. Kegiatan ini dilakukan agar Koperasi baik KSPPS/USPPS

Koperasi dapat melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

syariah dan juga memenuhi persyaratan agar bisa melakukan

transformasi dari KSP/USP Koperasi menjadi KSPPS/USPPS Koperasi,

kegiatan ini juga dilakukan untuk lebih memberikan pemahaman tentang

legalitas usaha dan lembaga karena banyaknya BMT yang masih belum

berbadan hukum dan perubahan ini merupakan penyesuaian

nomenklatur tupoksi Kementerian Koperasi dan UKM RI setelah

berlakunya UU No. 21/2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan UU

No. 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

Page 52: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

51

b) Standar Kompetensi Pengelola dan Jenjang Klasifikasi Pengelola

KSPPS/USPPS Koperasi :

Sebagai hasil inisasiasi Bidang Literasi dan Penumbuhan

KSPPS/USPPS Koperasi pada tahun sebelumnya telah terbit

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No, 193 Tahun 2017 tentang

Standar Kompetensi Bidang Pengelola KSPPS/USPPS Koperasi.

Dengan telah dikeluarkannya Keputusan Menteri tersebut maka telah

dikeluarkan Permen No. 12 Tahun 2018 tentang Kualifikasi Nasional

Indonesia Bidang Pengelola Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah/Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi.

Literasi dan Penumbuhan Keuangan Syariah, upaya yang dilaksanakan

dalam mendukung literasi keuangan syariah dilaksanakan melalui

bimbingan teknis, edukasi dan konsultasi bagi Pengurus, Pengawas,

Dewan Pengawas Syariah, Pengelola Koperasi dan masyarakat, dengan

kegiatan antara lain :

a) Peningkatan Kapasitas Dewan Pengawas Syariah

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Dewan Pengawas Syariah

dilaksanakan dalam rangka pemahaman dan peningkatan pengetahuan

tentang Keuangan Syariah dan produk – produk dan akad yang

dilakukan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

(KSPPS/USPPS Koperasi) serta sosialisasi regulasi dan kebijakan

tentang KSPPS/USPPS Koperasi kepada calon DPS dari masing-

masing Koperasi.

Page 53: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

52

Kegiatan Peningkatan Kapasitas Dewan Pengawas Syariah

dilaksanakan sebanyak 2 (dua) angkatan yang terdiri dari 25 (dua puluh

lima) orang calon DPS dari masing-masing koperasi per angkatannya,

kegitan ini dilaksanakan di Bogor Jawa Barat bekerjasama dengan

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

b) Dukungan Penumbuhan KSPPS/USPPS Koperasi

Koordinasi dan Sinergi mendukung pertumbuhan KSPPS/USPPS

Koperasi melalui pendirian dan perubahan KSP/USP Koperasi menjadi

KSPPS/USPPS Koperasi, dengan para lintas pelaku terkait baik Dinas

Koperasi, Gerakan Koperasi, Perbankan dan pengelola KSPPS/USPPS

Koperasi.

Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tahun 2018 sebagai berikut :

Page 54: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

53

c) PENGUATAN USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI

Berdasarkan implementasi program/kegiatan yang telah dilaksanakan

pada tahun 2018, rata-rata capaian sasaran strategis pelaksanaan

program/kegiatan pada Asisten Deputi Simpan Pinjam adalah 100%

dengan rincian pada table sebagai berikut :

No Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Nilai Capaian

Target Realisasi %

1 Meningkat

nya

Kualitas

Akses dan

Jangkauan

Usaha

Simpan

Pinjam

Koperasi

Advokasi

Kerja Sama

Antar Usaha

Simpan

Pinjam

Koperasi

3 Jaringan 3 Jaringan 100

Advokasi

Kelembagaan

Dan Usaha

KSP dan USP

100 KSP/USP Koperasi

100 KSP/USP Koperasi

100

Advokasi

Literasi dan

Penumbuhan

Usaha Simpan

Pinjam

Koperasi

100 LKM 100 LKM 100

Pada Tahun Anggaran 2018, Asisten Deputi Simpan Pinjam

mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.600.000.000,- dengan

penyerapan pada akhir tahun anggaran sebesar Rp. 1.566.861.155,- atau

sebesar 98 %.

Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja setiap Sasaran Strategis pada

Asisten Deputi Simpan Pinjam, diuraikan sebagai berikut :

Page 55: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

54

1) Advokasi Kerja Sama Antar Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1995 mengamanatkan bahwa

koperasi menjalankan kerjasama karena memberikan peluang untuk dapat

mengembangkan dengan membangun jaringan kerjasama antar usaha

koperasi dan lembaga pembiayaan lainnya, sehingga Koperasi menjadi

kuat dan kokoh dalam permodalan menjadikan koperasi yang sehat,

tangguh dan mandiri.

Awal kegiatan pengembangan kerjasama usaha simpan pinjam

koperasi pada Tahun 2016 dengan pendampingan KSP/USP Koperasi

untuk penguatan kelembagaanya. Tahun 2017 melaksanakan advokasi

kerjasama antar usaha simpan pinjam oleh koperasi. Kegiatan

dilaksanakan sebagai suatu pembinaan KSP/USP Koperasi.

Pembentukan jaringan kerjasama tidak serta merta dapat dibentuk

dalam waktu singkat, hal tersebut diperlukan kesabaran dan waktu yang

cukup, selain wawasan dan pengetahuan, kepercayaan antar pengurus

koperasi itu sendiri adalah hal yang paling penting. Tahun 2018 merupakan

satu rangkaian kegiatan sebelumnya untuk memperkuat kerjasama

koperasi melalui kegiatan Advokasi Penguatan Jaringan Kerjasama antar

Usaha Koperasi.

Dengan terbentuknya jaringan tersebut diharapkan akan memudahkan

bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi/Kab/Kota) untuk

melakukan pembinaan, pengawasan maupun pendataan koperasi dan juga

efisiensi anggaran dan keterbatasan personil yang menangani koperasi

Page 56: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

55

serta manfaat dari koperasi itu sendiri untuk pemenuhan akses

permodalanya.

Pelaksanaan kegiatan bertujuan terbentuknya penguatan Jaringan

Kerjasama Antar Usaha Simpan Pinjam Koperasi. Sasaran pelaksanaan

kegiatan adalah perkuatan terbentuknya jaringan kerjasama antar usaha

simpan pinjam koperasi. Metode pelaksanaan kegiatan dengan koordinasi

dengan para pemangku kepentingan dan pendampingan pembentukan

jaringan kerjasama antar usaha simpan pinjam koperasi, dengan tahap-

tahap pelaksanaan: Teknis Integrasi Penguatan Kerjasama Antar Usaha

Simpan Pinjam Koperasi; Integrasi Penguatan Kerjasama Antar Usaha

Simpan Pinjam Koperasi; dan Pemantauan Integrasi Penguatan Kerjasama

antar Usaha Simpan.

Kerjasama koperasi merupakan hubungan antar perkumpulan yang

beranggotakan orang perorang atau badan hukum, baik antar koperasi

maupun koperasi dengan lembaga bukan koperasi pada bidang usaha atau

juga tidak pada bidang usaha dalam prinsip saling membutuhkan untuk

meningkatkan kesejahteraan bersama.

Jaringan kerjasama koperasi mempunyai pola vertikal: kerjasama antar

koperasi primer dengan koperasi sekunder dengan usaha yang sama; pola

horisantal: kerjasama antar koperasi koperasi primer atau antar koperasi

sekunder; pola diagonal: kerjasama antar koperasi primer dan koperasi

sekunder dengan usaha yang berbeda atau antara koperasi dengan

lembaga bukan koperasi; dan pola internacional: kerjasama koperasi dalam

negeri dengan koperasi di luar negeri.

Page 57: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

56

Pembentukan kerjasama usaha koperasi terdiri dari 3 jenis, yaitu:

kerjasama usaha antar koperasi dengan cara membentuk organisasi baru

yang berbentuk badan hukum dan dalam bentuk kemitraan usaha atau

proyek tanpa membentuk organisasi baru; kerjasama usaha antara

koperasi dengan lembaga non koperasi dengan membentuk wadah baru

yang berbadan hukum dan dengan tanpa membentuk wadah baru

berbadah hukum; dan kerjasama antar koperasi bukan dalam usaha.

Pembentukan rintisan jaringan kerjasama yang telah dilaksanakan yaitu :

a) Integrasi Penguatan Kerjasama Antar Usaha Simpan Pinjam

Koperasi Jaringan Provinsi Bali

Provinsi Bali membentuk 21 jaringan kerjasama usaha simpan pinjam

dalam bentuk pra koperasi sekunder (APEX): Komunitas Koperasi

Sidakarya - Kota Denpasar, Koperasi Gianyar Wahyu Abadi,\ Kab. Gianyar,

Koperasi Merta Sedana Mandiri - Kabupaten Tabanan dan jaringan

kerjasama usaha (Non APEX): Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab.

Tabanan, Kab. Gianyar, Kab. Bangli, Kab. Buleleng, Kab. Karangasem,

Kab. Klungkung, Kab. Jembrana, Kab. Jembrana.

b) Jaringan Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur mendorong penguatan pembentukan jaringan

kerjasama usaha (Non APEX): Kota Surabaya, Kab. Gresik, Kab. Kediri,

Kota Kediri, Kota Pasuruan, Kab. Pasuruan, Kab. Pasuruan, Kab. Jombang,

Kab. Jombang, Kab. Blitar, Kab. Sidoarjo, Kab. Sidoarjo, Kab.

Tulungagung, Kota Malang, Kab. Malang, Kab. Malang, Kab. Lamongan,

Kab. Lamongan, Kab. Tuban, Kab. Lumajang dengan penerapan

Page 58: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

57

penetapan standar dari pengelola KSP, standar kompetensi, dan standar

SIKP (Sistem Informasi Kredit Program) yang harus dipenuhi.

c) Jaringan Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah menerapkan jaringan kerjasama guna memperluas

jaringan usaha dengan strategi merger, menjadikan satu badan hukum

koperasi baru pada tiga koperasi, yaitu KSP Sekawan Abadi Sejati yang

berasal dari KSP Barokah di Kabupaten Pekalongan, KSP Mutiara di

Sleman dan KSP Pahala di Gunung Kidul, dengan terbitnya surat

Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor

000746/PAD/M.KUKM2/VIII/2018 Tanggal 29 Agustus 2018, Tentang

Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar menjadikan proses

penggabungan telah resmi.

Penerapan jaringan layanannya berkembang berada di Kabupaten

Pemalang, Kabupaten dan Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, yang meliputi Wonosari,

Kecamatan Tepus, Kecamatan Playen, dan Kecamatan Karangmojo, selain

Kota dan Kabupaten Semarang. Dan kerjasama ini membuka lembaran

baru bagi korporasi dalam memasuki era financial technologi (fintech) dan

memperkuat jaringan usaha koperasi.

d) Pemantauan Integrasi Penguatan Kerjasama antar Usaha Simpan

Kondisi saat ini adalah sebagian besar koperasi memiliki usaha simpan

pinjam, usaha simpan pinjam ada yang menjadi bagian dari suatu koperasi

(USP Koperasi dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP), dan sebagian besar

Page 59: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

58

merupakan koperasi tingkat primer dan yang lain adalah kopersi tingkat

sekunder.

Kondisi koperasi tersebut memberikan arah bahwa koperasi tidak hanya

bergerak pada internal koperasi namun juga eksternal koperasi, yaitu

kerjasama antar koperasi. Prinsip kerjasama antar koperasi adalah

koperasi melayani anggotanya secara paling efektif dan memperkuat

gerakan koperasi dengan bekerja bersama antar koperasi dan lembaga

bukan koperasi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional untuk

saling memperkuat dan memenuhi kebutuhan antar koperasi dalam rangka

memenuhi kebutuhan para anggotanya.

e) Kendala Pelaksanaan Kegiatan

Kendala dalam pelaksanaan kegiatan Advokasi Kerja Sama Antar

Usaha Simpan Pinjam Koperasi, antara lain:

• Kerjasama usaha simpan pinjam koperasi antar koperasi cenderung

dilakukan oleh koperasi yang secara struktural memiliki kaitan dalam

organisasi dalam organisasi yang sama.

• Potensi kerjasama usaha simpan pinjam antara koperasi dalam

pengertian lintas jenis, bentuk dan daerah besaran nilanya sangat

besar, namun belum dapat dilaksanakan karena belum ada lembaga

“APEX” atau forum komunikasi, assosiasi yang mengkorodinasikannya.

• KSP/USP Koperasi belum merasa penting dalam pembentukan

kerjasama jaringan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya

efisien dan daya saing antar usaha simpan pinjam lembaga keuangan.

Page 60: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

59

Penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi sebagai bentuk penilaian

kinerja koperasi masih belum banyak dilaksanakan oleh Dinas yang

membidangi Koperasi. Dan diharapkan tiap-tiap koperasi dapat

membuat penilaian sendiri untuk kepentingan intern koperasi dalam

pelaksanaan kerjasama pembentukan jaringan.

f) Rekomendasi Kegiatan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan, dapat disampaikan rekomendasi

untuk perlunya pelaksanaan kegiatan selanjutnya dilanjutkan adalah

sebagai berikut:

Menjadikan peran Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM

untuk menfasilitasi terbentukanya wadah jaringan kerjasama antar

koperasi, sehingga memudahkan melakukan pemantauan

kemajuannya dengan menyiapkan instrumen pemantauan kerjasama

antara koperasi. Instrumen pemantauan kerjasama antar koperasi

memuat: indentitas koperasi, apa jenis yang dikerjasamakan, besaran/

nilai yang dikerjasamakan, aturan main penggunaan dana kerjasama.

Untuk efisiensi, instrumen kerjasama harus dibangun menggunakan

jaringan internet dan website.

Menjadikan wadah bersama dalam menghimpun dana dari anggota

Koperasi dan menjalin kerjasama usaha antar koperasi (KUK) atau

cooperative networking dalam usaha simpan pinjam koperasi serta

berbagai bidang kegiatan ekonomi dan sosial. Kerjasama ini

menjadikan Iembaga peredam persaingan antar koperasi.

Page 61: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

60

• Meningkatkan akses dan pangsa pasar dengan cara meningkatkan

keterkaitan usaha, kesempatan usaha, kepastian usaha, perluasan

akses terhadap informasi usaha dan penyediaan sarana dan prasarana

usaha yang memadai serta penyederhanaan perizinan.

• Memperluas akses terhadap sumber permodalan dengan cara

memkokoh struktur permodalan dan meningkatkan kemampuan

pemanfaatan permodalan. Meningkatkan kemampuan organisasi dan

manajemen dengan cara meningkatkan profesionalisme pengelolaan

koperasi.

2) Advokasi Kelembagaan dan Usaha KSP dan USP

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, maka semakin

jelas bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Koperasi,

kegiatan usaha simpan pinjam perlu ditumbuhkembangkan agar KSP dan

atau USP pada koperasi dapat melaksanakan fungsinya untuk

menghimpun dana (tabungan koperasi dan simpanan berjangka koperasi)

serta memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya serta

koperasi lain dan atau calon anggotanya.

Persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh KSP/USP koperasi sebagai

lembaga keuangan ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari

anggota pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Oleh

karena itu KSP/USP sebagai lembaga keuangan mikro yang dimiliki dan

dipergunakan oleh para anggotanya harus dikelola secara professional dan

meyakinkan.

Page 62: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

61

Tidak seperti lembaga keuangan bank, KSP/USP menyelenggarakan

kegiatan usahanya berdasarkan nilai, norma dan prinsip-prinsip koperasi,

sehingga benar-benar dapat menunjukkan perilaku koperasi dan bukan

perusahaan kapitalistik; dimana kedudukan anggota adalah sebagai pemilik

sekaligus sebagai pengguna jasa dari koperasi, dalam hal ini berlaku asas

self responsibility, anggota harus bertanggung jawab terhadap

keberhasilan koperasinya.

Untuk mewujudkan fungsi KSP/USP sesuai dengan tujuannya,

dianggap perlu adanya upaya peningkatan dan perluasan wawasan

pengetahuan tentang Manajemen KSP/USP Koperasi. Manajemen

koperasi tidak didasarkan pada pemaksaan wewenang, melainkan melalui

keterlibatan dan partisipasi. Para manajer professional koperasi

menggunakan metoda yang sama seperti manajemen pada umumnya.

Hanya saja nilai-nilai dan tujuan yang harus diperjuangkan metode itulah

yang membuat manajemen koperasi unik dan berbeda dari manajemen

lainnya. Fungsi utamanya adalah mengupayakan kepemimpinan koperasi

bagi anggota dan pengurus terpilih di dalam pengembangan kebijakan dan

strategi yang akan memberdayakan koperasi dalam mewujudkan cita-cita

atau tujuannya.

Sistem manajemen dan organisasi koperasi perlu dikembangkan kearah

sistem manajemen dan organisasi yang disatu pihak dapat melakukan

fungsi ekonomi perusahaan secara efektif dan dilain pihak dapat pula

merangsang partisipasi anggota dan memenuhi koperasi sebagai

organisasi sosial.

Page 63: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

62

Dalam hubungan ini didorong unit perkembangan koperasi lebih besar

agar efisiensi dan efektifitas koperasi dapat meningkat selanjutnya memberi

kemudahan kepada koperasi untuk memenuhi kebutuhan koperasi atas

modal kerjanya.

Sebagian pengurus koperasi belum dapat memahami dan atau

menerapkan prinsip dan asas-asas koperasi. Masalah ini berkaitan erat

dengan rendahnya pengetahuan perkoperasian dari para pengelola

koperasi, khususnya koperasi simpan pinjam dan koperasi kredit. Dari

adanya masalah ini implementasi pola simpan pinjam koperasi tidak

berbeda jauh dengan perusahan swasta. Koperasi kurang memperhatikan

keterkaitan usaha-nya dengan anggota atau kebutuhan anggota. Masalah

ini memang tidak secara langsung bersumber dari kebijakan pemerintah,

namun karena sulit untuk dapat diselesaikan oleh koperasi sendiri, maka

pemerintah juga berkewajiban untuk membantu penyelesaian masalah

tersebut.

Banyak para pengurus koperasi yang sudah memahami asas asas dan

prinsip dasar koperasi, tetapi mereka belum memiliki kemampauan

manajemen usaha koperasi. Hal ini juga kurang menguntungkan bagi

pengembangan koperasi karena koperasi cenderung tidak mempunyai

daya saing dan usaha koperasi tidak akan berkembang dengan baik, seperti

yang juga diharapkan oleh para anggotanya. Adanya masalah ini dapat

menghambat sinergi pembangunan koperasi dengan potensi anggota,

sehingga koperasi tidak dapat mengembangkan potensi sumberdaya

Page 64: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

63

anggota secara optimal, baik dari aspek pengembangan permodalan

maupun dari aspek kemampuan, di sektor keuangan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk meningkatkan

Kelembagaan dan Usaha KSP dan USP Koperasi, Asisten Deputi Simpan

Pinjam melaksanakan Kegiatan Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP

Koperasi, diharapkan Koperasi khususnya Koperasi Simpan Pinjam

ataupun Unit Simpan Pinjam Koperasi dapat menjalankan prinsip prinsip

koperasi sehingga dapat melayani anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

a) Tujuan Kegiatan

Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP Koperasi yang

dilaksanakan bertujuan untuk:

1) Memberikan panduan bagi pengelola KSP/USP Koperasi dalam

menjalakan kegiatan operasional usaha usaha simpan pinjam koperasi

secara profesional, transparan dan akuntabel baik bagi pihak internal

maupun pihak eksternal KSP/USP Koperasi.

2) Mewujudkan KSP/USP Koperasi yang profesional, transparan dan

akuntabel baik bagi pihak internal maupun eksternal KSP/USP Koperasi

diperlukan peningkatan kapasitas dan kualitas manajemen dan

organisasi KSP/USP Koperasi melalui Bimbingan Teknis, diklat teknis

maupun diklat kompetensi.

1) KSP/USP Koperasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya melalui

layanan usaha simpan pinjam diperlukan strategi yang tepat agar

KSP/USP dapat melaksanakan fungsi dan perannya dengan optimal.

Page 65: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

64

b) Sasaran pokok

Pelaksanaan kegiatan Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP

Koperasi ini diharapkan mencapai sasaran pokok sebagai berikut:

1) Terwujudnya pengelolaan KSP/USP Koperasi yang sehat dan mantap

melalui sistem pengelolaan yang profesional sesuai dengan kewajiban

usaha simpan pinjam.

2) Terwujudnya pengelolaan KSP/USP Koperasi yang efektif, efisien dan

transparan.

3) Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi

lain dan atau anggotanya.

4) Tersedianya landasan yang sistematis sebagai salah satu landasan

kerja pengawasan dan pengendalian KSP/USP koperasi yang efektif

baik bagi kepentingan pengendalian internal maupun pengawasan dari

pihak eksternal.

5) Terjalin kerjasama usaha dengan berbagai pihak untuk meningkatkan

manfaat bagi anggota

Metode pelaksanaan kegiatan mengacu pada bentuk kegiatan yang

telah disampaikan, sehingga lebih merupakan penjabaran bentuk kegiatan

dalam proses pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini lebih ditekankan pada

identifikasi dan pemetaan berbagai persoalan dan masalah serta solusi

alternatif dalam meningkatkan Penataan Manajemen KSP/USP Koperasi

sehingga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi KSP/USP

Koperasi yang pada akhirnya semakin mengkontribusi terhadap

kesuksesan usahanya ke depan.

Page 66: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

65

Pada kegiatan Advokasi ini, dihadirkan Nara Sumber yang kemudian

menyampaikan materi sesuai topik yang ditentukan dilanjutkan dengan

diskusi interaktif dengan para peserta kegiatan. Advokasi Penataan

Manajemen KSP/USP Koperasi antara lain :

o Perkoperasian (Sebuah Pengantar)

o Pembinaan Organisasi Dan Manajemen Usaha Simpan Pinjam Oleh

Koperasi

o Produk Simpanan dan Pinjaman Koperasi Simpan Pinjam/ Koperasi

Kredit

o Kebijakan Pembinaan Terhadap KSP/USP Koperasi

o Pembinaan Organisasi dan Manajemen Usaha Simpan Pinjam oleh

Koperasi

o Pembinaan Teknis Penerapan Akuntansi Usaha Simpan Pinjam Oleh

Koperasi

c) Pelaksanaan Kegiatan Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP

Koperasi Tahun Anggaran 2018

Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP Koperasi pada Tahun

Anggaran 2018 dilaksanakan di 2 (Dua) Provinsi/Kab/Kota dengan jumlah

peserta 50 KSP/USP Koperasi, yaitu :

1) Kota Malang, Provinsi Jawa Timur

2) Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

d) Kendala Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Advokasi Penataan Manajemen KSP/USP Koperasi ini

bertujuan untuk : a) Memberikan panduan bagi pengelola KSP/USP

Koperasi dalam menjalakan kegiatan operasional usaha usaha simpan

Page 67: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

66

pinjam koperasi secara profesional, transparan dan akuntabel baik bagi

pihak internal maupun pihak eksternal KSP/USP Koperasi, b) Mewujudkan

KSP/USP Koperasi yang profesional, transparan dan akuntabel baik bagi

pihak internal maupun eksternal KSP/USP Koperasi diperlukan

peningkatan kapasitas dan kualitas manajemen dan organisasi KSP/USP

Koperasi melalui Bimbingan Teknis melalui diklat teknis maupun diklat

kompetensi, c) KSP/USP Koperasi dapat memenuhi kebutuhan

anggotanya melalui layanan usaha simpan pinjam diperlukan strategi yang

tepat agar KSP/USP dapat melaksanakan fungsi dan perannya dengan

optimal. Berbagai hal yang harus menjadi perhatian utama dalam

pengembangan KSP/USP Koperasi

Keterbatasan dana dan anggaran pada pelaksanaan Advokasi,

mengingat permintaan dari Dinas yang Membidangi Koperasi dan UKM

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan kegiatan tersebut di wilayahnya.

Sehingga pada tahun Anggaran 2018, kegiatan Advokasi hanya dapat

dilaksanakan di 2 (dua) Kab/Kota/Provinsi.

e) Rekomendasi Kegiatan

• Untuk meniningkatkan implementasi prinsip-prinsip koperasi

diperlukan sosialisasi/penyuluhan, bimbingan, dan pendampingan

dari instansi pusat dan daerah yang menangani urusan koperasi.

Karena itu, perlu kebijakan yang diarahkan untuk memberikan

peluang kepada koperasi melaksanakan aktivitas usahanya dengan

lingkup yang luas/besar dan tetap mempertahankan jadirinya sebagai

koperasi sesuai dengan nilai-nilai dasar dan prinsip-prinsip koperasi

Page 68: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

67

yang berlaku, sekaligus memberikan peringatan/sanksi bagi koperasi

yang melanggarnya

• Pengurus/Pengawas/Pengelola koperasi harus berstandar

kompetensi agar dapat menciptakan Koperasi yang sehat, kuat,

tangguh, dan terpercaya.

• Struktur organisasi pada menajemen koperasi harus bisa mengikuti

perubahan Pengeloaan Koperasi harus menggunakan IT

3) Advokasi Literasi dan Penumbuhan Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Dengan berkembangnya keuangan mikro sebagai wahana

pengurangan kemiskinan di Indonesia, Indonesia merupakan surga bagi

LKM yang dianggap paling sukses di dunia, ditambah beraneka ragam LKM

lain ditingkat kecamatan dan perdesaan. Isue dibidang pengaturan dan

pengawasan yang berkembang didunia internasional dan kemudian

masalah yang sedang dihadapi LKM di Indonesia. Pertanyaan muncul

dengan tumbuhnya LKM adalah dapatkah pelayanan LKM memenuhi

standar kinerja yang diperlukan untuk menjaga perkembangan sistem

keuangan yang sehat, dan apakah pengaturan dan pengawasan oleh

otoritas pengawasan memberikan faedah dan nilai tambah kepada LKM

dan para nasabahnya. Lembaga keuangan mikro merupakan lembaga

keuangan dimana dikhususkan untuk memberikan pelayanan berupa jasa

kepada mereka (masyarakat) yang memiliki penghasilan minim serta

masuk dalam lingkaran miskin, selain itu juga untuk mereka para

pengusaha kecil atau mikro yang masih membutuhkan bantuan. Bentuk

Page 69: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

68

bantuannya bisa berupa pinjaman, pembiayaan usaha mikro dan

pengelolaan simpanan.

Pengentasan kemiskinan merupakan program pemerintah, dapat

dilakukan dengan banyak sarana dan program baik yang bersifat langsung

maupun tidak langsung. Sarana dan program tersebut diantaranya dengan

mendorong usaha kecil atau usaha mikro yang bersifat produktif melalui

penyediaan fasilitas pinjaman skala kecil. Dengan demikian maka akan

dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dan dapat menumbuhkan

usaha-usaha kecil dan mikro di tingkat bawah seperti pedesaan.

Pemerintah berupaya meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi dam

harus bisa mengurangi angka pengangguran dengan mendorong sektor

usaha mikro. Usaha tersebut dapat berupa pemberian kredit dengan bunga

kecil. Selain itu juga menumbuh kembangkan produksi mikro dalam jumlah

yang lebih besar lagi, seperti pada pemberian kredit kepada usaha properti

dan jenis usaha lainnya. Hal tersebut dikarenakan usaha kecil mikro sudah

jelas terbukti memiliki kemampuan bertahan dalam menghadapi krisis yang

tinggi. Ketika krisis ekonomi yang lalu di alami Indonesia, sektor bisnis

properti mengalami keterpurukan yang tergolong mendalam sementara

sektor usaha mikro dapat tetap mampu berdiri. Usaha mikro pula lah yang

mampu tetap mempertahankan Indonesia tidak semakin terpuruk.

Secara garis besar lembaga keuangan mikro di Indonesia terbagi

menjadi tiga yaitu: formal, semi formal, dan non formal. Yang dimaksud

formal yaitu yang diatur dan diawasi secara langsung oleh Bank Indonesia.

Contoh dari yang formal ini adalah divisi keuangan mikro bank besar,

Page 70: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

69

seperti: BRI, Bank Danamon, Bank Mandiri, dan Bank Bukopin, serta BPR.

Selanjutnya adalah semi formal. Semi formal merupakan lembaga yang

pendiriannya dan operasional lembaganya diatur oleh regulator perbankan,

tetapi pengawasannya dilakukan secara mandiri atau di luar dari regulator

perbankan. Contoh dari lembaga keuangan semi formal dapat berupa

perum pegadaian. Dan yang terakhir adalah non-formal. Contoh dari

lembaga non formal tersebut adalah Koperasi kredit, Koperasi keuangan

serta koperasi simpan pinjam. Lembaga lembaga ini sangat penting

pengaruhnya terhadap penyediaan jasa keuangan untuk golongan

menengah ke bawah.

Saat ini pengetahuan masyarakat /anggota koperasi dan LKM tentang

produk dan kegiatan usaha simpan pinjam seperti Koperasi Simpan Pinjam

atau Unit Simpan Pinjam-Koperasi (KSP-USP-Kop) dinilai sangat minim,

padahal kemajuan dan keberlangsungan hidup usaha simpan pinjam

koperasi sebagai lembaga yang juga memiliki fungsi intermediary

ditentukan oleh partisipasi anggotanya baik sebagai pemilik maupun

sebagai pengguna produk. Usaha simpan pinjam koperasi memiliki peran

cukup besar dalam fortofolio penyaluran kredit kepada UMKM. Untuk

mendorong penumbuhan jumlah usaha simpan pinjam koperasi baru dan

penumbuhan anggota baru berdampak pada peningkatan dana yang dapat

dikelola dan jumlah penyaluran pembiayaan oleh usaha simpan pinjam

koperasi kepada UMKM khususnya usaha mikro, maka literasi kepada

masyarakat yang belum menjadi anggota maupun yang telah menjadi

anggota menjadi sangat penting dilakukan. Sehubungan dengan hal diatas

Page 71: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

70

diperlukan adanya kegiatan bimbingan teknis dan sosialisasi Literasi dan

Penumbuhan Usaha Simpan Pinjam Koperasi, dalam melakukan literasi

kepada keuangan mikro agar terdorong mempunyai badan hukum

koperasi.

a) Tujuan Kegiatan

Advokasi Literasi Dan Penumbuhan Usaha Simpan Pinjam Koperasi

ini mempunyai tujuan memberikan informasi dan pemahaman kepada

para pemangku kepentingan, gerakan koperasi dan pelaku keuangan

mikro untuk memberikan kepastian hukum dan memenuhi kebutuhan

layanan keuangan, pilihan legalitas/badan hukum dalam memenuhi

kebutuhan layanan keuangan terhadap masyarakat berpenghasilan

rendah untuk memperoleh pinjaman/pembiayaan mikro. Literasi ini

mendorong agar masyarakat yang selama ini bergerak dibidang

pembiayaan mempunyai legalitas berupa koperasi simpan pinjam atau

usaha simpan pinjam koperasi.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Advokasi Literasi Dan Penumbuhan

Usaha Simpan Pinjam Koperasi ini adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan pengetahuan tentang Perkoperasian khususnya Usaha

Simpan Pinjam Koperasi (KSP dan USP Koperasi)

• Melakukan literasi kepada masyarakat tentang Usaha Simpan Pinjam

Koperasi

• Memberikan pilihan kepastian hukum/legalitas dalam memenuhi

kebutuhan layanan keuangan

• Mendorong lembaga keuangan mikro bertransformasi menjadi KSP

Page 72: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

71

b) Pelaksanaan kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan berupa sosialisasi dan advokasi berisi

informasi mengenai pembentukan KSP, tatacara pembentukan koperasi,

pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, penggabungan,

peleburan, dan pembagian serta pembubaran koperasi. Literasi

merupakan rangkaian proses/aktivitas/kegiatan untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat yang telah menjadi anggota maupun yang belum

menjadi anggota sehingga mengetahui posisinya sebagai anggota koperasi

sebagai pengguna produk dan sekaligus pemilik. Pada kegiatan Bimteksos

ini, dihadirkan Nara Sumber yang kemudian menyampaikan materi sesuai

topik yang ditentukan dilanjutkan dengan diskusi interaktif dengan para

peserta kegiatan. Advokasi Literasi dan Penumbuhan Usaha Simpan

Pinjam Koperasi antara lain : manajemen Koperasi, tatacara, prosedur,

persyaratan dan manfaat dalam pendirian Koperasi Simpan Pinjam,

Lembaga Keuangan Mikro dan Konversi Berbadan Hukum Koperasi dan

Kebijakan Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil. Salah satu narasumber

juga sebagai pengurus koperasi kredit.

Pelaksanaan Kegiatan Advokasi Literasi dan Penumbuhan Usaha Simpan

Pinjam Koperasi Tahun Anggaran 2018 jumlah peserta sebanyak 100

orang dilaksanakan di 4 (empat) Provinsi/Kab/Kota yaitu:

1) Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

2) Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

3) Kota Malang, Provinsi Jawa Timur

4) Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah

Page 73: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

72

Kegiatan Advokasi Literasi dan Penumbuhan Usaha Simpan Pinjam

Koperasi mempunyai tujuan memberikan informasi dan pemahaman

kepada para pemangku kepentingan, gerakan koperasi dan pelaku

keuangan mikro untuk memberikan kepastian hukum dan memenuhi

kebutuhan layanan keuangan, pilihan legalitas/badan hukum dalam

memenuhi kebutuhan layanan keuangan terhadap masyarakat

berpenghasilan rendah untuk memperoleh pinjaman/pembiayaan mikro.

Literasi ini mendorong agar masyarakat yang selama ini bergerak dibidang

pembiayaan mempunyai legalitas berupa koperasi simpan pinjam atau

usaha simpan pinjam koperasi.

Banyaknya permintaan dari Dinas Yang Membidangi Koperasi dan UKM

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan kegiatan tersebut di wilayahnya,

terkendala karena keterbatasan dana, maka pada tahun Anggaran 2018

kegiatan Advokasi Literasi Dan Penumbuhan Usaha Simpan Pinjam

Koperasi hanya dapat dilaksanakan di 4 (empat) Kab/Kota/Provinsi.

c) Rekomendasi Kegiatan

1) Perlu penggalangan kerjasama antara pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat dalam rangka pemberdayaan koperasi /LKM sesuai dengan

UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro untuk

mendorong LKM berbadan hukum koperasi.

2) Instansi Pusat bersama Dinas Yang Membidangi Koperasi di daerah

untuk meningkatkan implementasi UU No. 1 Tahun 2013 dalam

melakukan sosialisasi/penyuluhan, bimbingan, dan pendampingan,

Page 74: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

73

perlu kebijakan yang lebih untuk memberikan peluang dan kemudahan

kepada LKM yang berminat menjadi Koperasi/KSP.

3) Untuk mendorong pembentukan Koperasi diperlukan insentif bagi LKM

ataupun Kelompok Masyarakat lainnya seperti:

• Kemudahan Pengurusan Akta Notaris.

• Kemudahan pengurusan Bada Hukum Koperasi.

• Peningkatan Kapasitas/Pelatihan Pengurus & Sertifikasi Pengelola

Koperasi.

• Sistem Informasi Manajemen/Aplikasi Pengelolaan Koperasi,

• Akses/Kemitraan dgn Pihak Ketiga & Inklusi Keuangan (Dana

masyarakat, Perbankan & CSR).

Dokumentasi pelaksanaan kegiatan tahun 2018 sebagai berikut :

Page 75: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

74

f) PENINGKATAN AKSES KUMKM PADA ASURANSI, PENJAMINAN, DAN

PASAR MODAL

Usaha Mikro, Kecil dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan

masih menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan usahanya, dan

terkadang harus terbentur oleh rentenir yang sifatnya tidak hanya

menyulitkan usaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga bisa mematikan

usaha yang telah dijalani, disamping itu juga umumnya dikarenakan

persoalan penjaminan kredit serta ketidakmampuan dalam menyusun

kelayakan usaha. Selanjutnya persoalan utama bagi usaha, mikro dan kecil

yang dihadapi sampai dengan saat ini adalah tidak dapat menyediakan

agunan pada saat mengajukan kredit.

Selain itu juga pihak perbankan mempunyai kriteria penilaian kelayakan

dalam memberikan pengajuan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil.

Sedangkan bagi koperasi, baik yang bergerak di bidang serba usaha,

produksi maupun simpan pinjam masih mengalami hambatan dalam

mengembangkan usahanya karena modal harus diakumulasi dari anggota

sendiri atau masih memanfaatkan modal sendiri. Oleh sebab itu, Asisten

Deputi Asuransi Penjaminan dan Pasar Modal mencoba menjabarkan

sasaran tersebut kedalam beberapa indikator kinerja, dan capaian kinerja

dari sasaran ini sebagai berikut :

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

1. Usaha Mikro Sektor

Prioritas Yang Didampingi

Mengakses dan

Mengelola Kredit

15.000

usaha mikro

14.677

usaha mikro

97,84%

Page 76: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

75

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

2 Usaha Mikro Yang

Mendapat Pendampingan

Sertifikat Tanah

150 KUMK

(PRA/PASCA

SHAT)

150 KUMK

(PRA/PASCA

SHAT)

100%

3 Koordinasi, Sosialisasi

dan Monev Kredit

Program Berbasis

Penjaminan

3 laporan 3 laporan 100%

4 Fasilitasi Akses ke

Asuransi dan Pasar

Modal.

100 KUMKM 105 KUMKM 100%

Alokasi anggaran pada Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar

Modal pada tahun 2018 sebesar Rp. 9,905,008,000,- (sembilan milyar

sembilan ratus lima juta delapan ribu rupiah) dengan realisasi sebesar

9,649,868,494,- (sembilan milyar enam ratus empat puluh sembilan juta

delapan ratus enam puluh delapan enpat ratus embilan puluh empat rupiah)

atau 97,42%.

Beberapa kegiatan strategis yang telah dilaksanakan antara lain :

1) Usaha mikro sektor prioritas yang didampingi mengakses dan

mengelola kredit (KUR)

Peran Usaha mikro sangat penting dalam perekonomian, diantaranya

dalam hal penyerapan tenaga kerja dan pemerataan tingkat ekonomi

masyarakat. Data menunjukan bahwa sebagian besar Usaha di Indonesia

meupakan Usaha Mikro yang mencapai 98,70% dari Jumlah UMKM dan

Usaha Besar. Maka upaya-upaya pengembangan UMKM menjadi hal yang

sangat penting guna mencapai kemerataan dan kestabilan ekonomi. Dalam

pengembangannya Usaha Mikro dihadapi pada beberapa kendala

Page 77: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

76

diantaranya terkait, pemasaran, manajemen usaha dan akses permodalan

yang cepat dan murah. Selain kecepatan dan murahnya biaya /bunga kredit

juga Usaha Mikro dihadapi dengan permasalahan ketiadaan jaminan dan

atau jaminan yang dimilki tidak mencukupi sebagai syarat pengajuan kredit.

Sementara itu disis lain, Lembaga keuangan dalam penentuan kriteria

penilaian kelayakan dalam memberikan pengajuan pembiayaan kepada

Usaha Mikro salah satunya menyaratkan adanya Agunan/Jaminan. Upaya

untuk memberikan kemudahan berusaha bagi Usaha Mikro khususnya

telah telah dilakukan oleh pemerintah tentunya melalui berbagai program

kegiatan, baik yang terkait dengan dukungan finansial maupun non

finansial.

Sebagai salah satu program yang cukup masif dan memiliki volume

yang besar adalah program Kredit Usaha Rakyat KUR). Program KUR telah

dimulai sejak tahun 2007 dengan skema imbal jasa penjaminan. Pada tahun

2007 s/d. 31 Desember 2014 program KUR disalurkan oleh sebanyak 33

Bank Pelaksana dengan total penyalurannya mencapai Rp.178,8 Trilyun

kepada 12.475.927 debitur dengan NPL secara nasional 3,3%, dan

menyerap tenaga kerja sebanyak 20,3 juta tenaga pekerja.

Melihat perkembangan program KUR tersebut, maka pada

pemerintahan yang baru, diawal Tahun 2015 telah dilakukan evaluasi untuk

perbaikan skema dan regulasinya diantaranya penerbitan Keppres 19

Tahun 2015 sebagai revisi Keppres No 14 Tahun 2015 tentang Komite

Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang

diketuai Oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan

Page 78: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

77

beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah, Menteri Perindustrian, Menteri

Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri Kelauatan dan Perikanan,

Menteri Tenaga Kerja, Menteri BUMN, Sekretaris Kabinet, Ketua BPKP,

dan Kepala BNPT. Sebelumnya Komite Kebijakan diputuskan hanya

melalui Keputusan Menko bidang Perekonomian.

Pada Tanggal 14 Agustus 2015 Program KUR kembali diluncurkan

dengan menggunakan Skema Subsidi Bunga. Skema ini dapat menekan

suku bunga kredit dari 22% menjadi 12%. Target penyaluran ditetapkan

sebesar Rp. 30 trilyun yang disalurkan oleh 7 (tujuh) Bank penyalur yaitu

Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, BPD NTT, BPD Kalbar dan Bank

Sinarmas serta Maybank. Pada Tahun 2016 suku bunga KUR diturunkan

menjadi 9% dengan target penyaluran sebesar Rp.100 trilyun yang pada

tahun 2017 target penyaluran dinaikan menjadi 110 triliun dan pada Tahun

2018 dinaikan kembali menjadi 123,8 Triliun. Jumlah Penyalur KUR

sebanyak 41 Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank dan 2 (satu) Koperasi.

Peran dan Tugas Kementeri Lembaga dalam Program KUR sesuai

dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11

Tahun 2017 yaitu salah satunya melakukan pembinaan dan pendampingan

usaha baik yang sedang menerima KUR maupun yang belum menerima

KUR di sektornya masing-masing. Sejalan dengan peran dan tugas

tersebut maka pada tahun 2018 Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan

Pasar Modal memiliki program pendampingan UMKM untuk mengakses

Kredit Usaha Rakyat. Pendampingan mengakses kredit usaha rakyat

Page 79: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

78

dilaksanakan oleh 314 tenaga pendamping kepada 14.677 Usaha Mikro

dengan nilai plafond pengajuan sebesar Rp.390.884.552.000,- dengan

realisasi pencairan sebesar Rp.264.583.202.560.- atau sebesar 67,69%.

Target Capaian %

UMi terdampingi (unit)

Usaha Mikro Sektor Prioritas Yang

Didampingi Mengakses dan Mengelola

Kredit

15.000 14.677 97,84

Plafond Pengajuan (Rp) Rp.380.397.500.000,-.

Realisasi Pengajuan (Rp) Rp.211.600.700.000,-.

Jumlah Pendamping (Org) 314

Jumlah usaha mikro yang didampingi tidak memenuhi target disebabkan

karena terdapat Tenaga Pendamping tidak dapat memenuhi target

pendampingannya sebagai akibat wilayahnya terkena dampak bencana

alam.

Koordinasi, Sosialisasi serta Monitoring dan Evaluasi Kredit Program

Berbasis Penjaminan

Guna peran serta dalam mensuksekan program Kredit Usaha Rakyat,

maka kegiatan koordinasi, sosialisasi dan Monev program Berbasis

Penjaminan khususnya Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki

peran yang sangat penting. Kegiatan koordinasi, sosialisasi dan Monev

program Kredit Usaha Rakyat tahun 2018 melibatkan semua stake holder

program diantaranya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Kementerian Keuangan, Bank Penyalur dan Lembaga Penjamin.

Page 80: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

79

Pada tahun 2018 telah dilakukan Koordinasi dan Sosialisasi Program

KUR di 20 Lokasi diantaranya sebagai berikut :

No Provinsi No Provinsi

1 Garut, Jawa Barat 11 Batam, Kepulauan Riau

2 Tuban, Jawa Timur 12 Palangkaraya, Kalteng

3 Minahasa Selatan, Sulut 13 Bandung, Jawa Barat

4 Kupang, Nusa Tenggara Timur 14 Pangkal Pinang, Babel

5 Denpasar, Bali 15 Malang, Jawa Timur

6 Medan, Sumatera Utara 16 Jambi, Jambi

7 Yogyakarta, DI. Yogyakarta 17 Bekasi, Jawa Barat

8 Solo, Jawa Tengah 18 Semarang, Jawa Tengah

9 Balikpapan, Kalimantan Timur 19 Gianyar, Bali

10 Bandar Lampung, Lampung 20 Banda Aceh, Aceh

Perkembangan realisasi penyaluran KUR Pada Tahun 2018 sampai

dengan tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp. 120,3 trilyun kepada

4.440.028 debitur atau telah mencapai 97,21% dari target sebesar Rp.123,8

triliun. Dilihat dari aspek realisasi penyaluran kredit/pembiayaan kepada

UMKMK, Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah berjalan cukup baik

dibandingkan dengan realisasi kredit sejenis lainnya. Rincian realisasi

Penyaluran KUR Per 31 Desember 2018, sebagai berikut :

NO

URAIAN

TARGET

(Rp. MILYAR)

JUMLAH KREDIT

(Rp. MILYAR)

JUMLAH DEBITUR

(ORANG)

PERSEN

(%)

1

KUR MIKRO

75.783

73.819

4.105.088

97,41

2

KUR RITEL

47.008

45.945 299.270

97,74

3

KUR P-TKI

1.010

583 35.67

57,79

JUMLAH

123.801

120.348

4.440.028

97,21

Page 81: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

80

Untuk memperluas jangkauan penyaluran KUR maka perlu terus

didorong penambahan Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan

Bukan Bank yang menyalurkan KUR termasuk terus mendorong Koperasi

sebagai penyalur KUR.

Untuk mendukung upaya program KUR dengan bunga 7%, pada tahun

2018 pemerintah telah memberikan subsidi bunga KUR sebesar Rp. 11,5

triliun. Kedepan, untuk lebih memastikan program KUR tepat sasaran,

maka peran Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah harus terus

ditingkatkan dalam melakukan upload data calon Debitur ke Sistem

Informasi Kredit Program (SIKP).

Dokumen Koordinasi, Sosialisasi dan Monev penyaluran kredit program

bebasis penjaminan tahun anggaran 2018 secara lengkap dituangkan pada

Draft Laporan Keuangan dengan target dan capaian sebagai berikut :

Target Capaian %

Dokumen Koordinasi,

Sosialisasi dna Monev Program

Berbasis Penjaminan

3 Laporan 3 Laporan 100%

2) Usaha mikro yang mendapat pendampingan sertifikasi tanah

Reforma agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan tiga

di antara banyak masalah bangsa ini. Akar-akar permasalahan

kemiskinan dan ketahanan pangan adalah permasalahan agraria.

Program Pemberdayaan KUMK melalui kegiatan Sertipikasi Hak Atas

Tanah untuk akses permodalan, ternyata membantu dalam mengatasi

masalah penjaminan bagi UMK untuk mengakses sumber-sumber

Page 82: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

81

pembiayaan kepada Lembaga keuangan Bank/non Bank, disamping itu

juga program ini sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan usaha

dan kesejahteraan UMK. Hak kepemilikan tanah merupakan hak

kepemilikan yang paling hakiki bagi masyarakat khususnya UMK dalam

upaya meningkatkan status hukum Hak atas Kepemilikan Tanahnya

dalam bentuk Sertipikat. Dengan demikian Sertifikasi Hak Atas Tanah

(SHAT) para UMK tersebut dapat diberdayakan sebagai jaminan

(collateral) dalam mengakses sumber pembiayaan dari Lembaga

Keuangan Bank maupun Non Bank.

Dalam perkembangannya di tahun 2008 sampai saat ini, program

Sertipikasi Hak atas Tanah bagi UMK dikelola oleh Badan Pertanahan

Nasional (BPN), sedangkan Kementerian Negara Koperasi dan UKM

berperan dalam memfasilitasi yaitu dengan cara menyiapkan Calon

Peserta Calon Lokasi (CPCL) program SHAT. Tahapan yang sangat

penting dalam percepatan program SHAT yaitu tahapan pra sertipikasi

dan pasca sertipikasi agar dapat berjalan lebih optimal, antara lain

perlunya fasilitasi bagi UMK untuk mendapatkan program pembiayaan

melalui Sertipikasi Tanah agar tanah/lahan/area yang digunakan oleh

UMK dalam berproduksi dapat memperoleh kekuatan hukum dalam

bentuk Sertifikat Tanah.

Dalam rangka mewujudkan peningkatan usaha bagi UMK,

diperlukan peluang pembiayaan bagi UMK melalui pemanfaatan

penjaminan sertifikat dan juga informasi tentang adanya fasilitas skema

kredit dengan bunga murah yang dapat diakses oleh UMK. Untuk dapat

Page 83: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

82

meningkatkan kepercayaan lembaga keuangan terhadap usaha UMK

perlu terus didorong kegiatan fasilitasi Program Sertipikasi Hak Atas

Tanah Bagi UMK.

Adapun tujuan kegiatan tersebut adalah Meningkatkan akses

pembiayaan dan mewujudkan percepatan Program Sertipikasi Hak Atas

Tanah UMK melalui koordinasi dengan stakeholder baik Pusat maupun

Daerah.

Pelaksanaan kegiatan Sertipikasi Hak Atas Tanah bagi UMK tahun

2018 pada Asisten Deputi Asuransi Penjaminan dan Pasar Modal,

bersinergi dengan Kementerian ATR / BPN telah menindaklanjuti

dengan melaksanakan kegiatan koordinasi dan sosialisasi sertipikasi ha

katas tanah bagi UMK di 6 Lokasi. Adapun Permasalahan dan kendala

yang dihadapi dalam penyelenggaraan program secara garis besar,

diantaranya meliputi : (1) Lokasi/obyek sertipikasi program

pemberdayaan KUMK yang tumpang tindih dengan lokasi yang telah

diproses sertipikatnya melalui program pertanahan yang lain, agar

dialihkan lokasinya; (2) Tidak lengkapnya data/lokasi/hasil identifikasi

yang disampaikan Dinas Koperasi dan KUMK kepada BPN, seperti

SPPT PBB, warisan belum terbagi, serta riwayat pemilikan yang

terputus; (3) Keterlambatan penyampaian biaya sertipikasi tanah dari

POKJA Kabupaten/Kota ke Kantor Pertanahan setempat; (4) Data yang

diusulkan Dinas Koperasi dan UKM tidak sesuai dengan data fisik dan

yuridis penguasaan/pemilikan tanah; dan (5) Terdapatnya peserta

program yang tidak mampu membayar uang pemasukan kepada

Page 84: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

83

Negara dan/atau BPHTB, sehingga sertipikat tidak dapat diterbitkan.

Rekapitulasi Kegiatan Usaha Mikro Yang Mendapat Pendampingan

Sertipikasi Tanah Tahun 2018 sebagai berikut :

No Provinsi Jumlah Peserta

Sosialisasi Program Sertipikasi Hak Atas Tanah Bagi UMK

1 Banten 25 UMK

2 Jawa Barat 50 UMK

3 Jawa Tengah 25 UMK

4 Jawa Timur 25 UMK

5 Kalimantan Selatan 25 UMK

TOTAL 150 UMK

3) Fasilitasi Akses ke Asuransi dan Pasar Modal

Pemerintah mengamanatkan bahwa pembangunan ekonomi nasional

harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan

terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia dan tercapainya kesejahteraan

masyarakat. Untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional,

diperlukan upaya-upaya yang lebih nyata dengan menumbuhkan dan

menetapkan peraturan perundang-undangan/kebijakan yang mampu

merangsang terselenggaranya kemitraan usaha yang kokoh diantara

semua pelaku kehidupan ekonomi berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan.

Kemitraan/kerjasama pembiayaan usaha besar dan usaha menengah

dengan usaha kecil harus disertai dengan pembinaan dan pengembangan

oleh Pemerintah yang terkait dengan kebijakan pembiayaan kepada

Koperasi dan UKM dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,

Page 85: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

84

saling memperkuat dan saling menguntungkan, sehingga pemberdayaan

KUMKM secara tidak langsung akan memberdayakan pula Usaha Mikro

Kecil dan Menengah. Disamping kemitraan tersebut, Pemerintah perlu

terus melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi/edukasi yang terkait dengan

pola pembiayaan termasuk pembiayaan Pasar Modal, karena sampai

dengan saat ini masalah permodalan selalu dihadapi oleh pelaku Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah termasuk Koperasi. Untuk memenuhi

permodalannya, maka UMKM termasuk Koperasi dapat memilih alternatif

dari berbagai sumber pembiayaan yang ada, baik yang bersifat ekuitas

(modal sendiri) seperti simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota

termasuk modal penyertaan dan cadangan yang disisihkan dari SHU,

maupun yang bersifat utang (Liability) dari lembaga keuangan bank dan non

bank, pinjaman dari perusahaan lain, pinjaman dari perorangan serta dari

pasar modal melalui penerbitan saham, obligasi, reksadana dan surat utang

lainnya. sumber dana yang bersifat ekuitas memiliki resiko biaya yang relatif

rendah dibandingkan dengan sumber dana yang bersifat utang, karena

Koperasi tidak mempunyai kewajiban membayar bunga atau imbalan yang

tetap tetapi berdasarkan pembagian sisa hasil usaha yang diperoleh

koperasi, disamping itu juga bersifat permanen (jangka panjang).

Namun apabila kebutuhan dana tidak dapat dipenuhi dari ekuitas, maka

Koperasi dapat mencari alternatif sumber pembiayaan yang bersifat utang

baik bank maupun non bank dengan pertimbangan benefit yang akan

diperoleh harus lebih besar dari biaya dana yang akan dikeluarkan. bagi

Koperasi yang memerlukan dana relatif besar dan berjangka menengah

Page 86: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

85

dan panjang, maka koperasi dapat memanfaatkan sumber pembiayaan dari

pasar modal.

Dalam konteks Pasar Modal, semangat serta komitmen industri

pasar modal untuk berpartisipasi dalam upaya pengembangan KUMKM di

Indonesia secara tegas tersurat dalam Penjelasan Umum dari Undang-

undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, dimana disebutkan

bahwa peran pasar modal dalam pembangunan nasional adalah sebagai

salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi

bagi masyarakat. serta Undang-undang nomor 25 tahun 1992, tentang

Perkoperasian pada Bab VII, pasal 41 poin 3 huruf d yang menyatakan

bahwa Koperasi dapat menghimpun dana melalui penerbitan obligasi dan

surat hutang lainnya, Undang-undang nomor 20 tahun 2008, tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah pada Bab VII, pasal 24 huruf a yang

menyatakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan

pemberdayaan Usaha Menengah dengan cara memfasilitasi dan

mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja dan investasi melalui

perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap pasar modal, dan

lembaga pembiayaan lainnya dan POJK Nomor 53/POJK.04/2017 tentang

pernyataan pendaftaran dalam rangka penwaran umum dan penambahan

modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu oleh emiten

dengan asset skala kecil atau emiten dengan asset skala menengah. Peran

strategis tersebut diharapkan dapat menunjang pembangunan nasional

guna meningkatkan pemerataan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi

nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Page 87: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

86

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut adalah

memberikan alternatif pendanaan kepada Koperasi dan UKM melalui

penawaran saham/kepemilikan usaha serta meningkatkan kapitalisasi

Koperasi.

Pelaksanaan kegiatan Pasar Modal di tahun 2018 pada Asisten Deputi

Asuransi Penjaminan dan Pasar Modal bersinergi dengan Bursa Efek

Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menindaklanjuti dengan

melaksanakan kegiatan koordinasi dan sosialisasi Akses KUMKM ke

Asuransi dan Pasar Modal di 3 Provinsi. Adapun kendala yang dihadapi

pada umumnya gerakan Koperasi belum memahami sepenuhnya tentang

Pasar Modal dan apabila mengacu pada peraturan yang baru,

kemungkinan Koperasi dan UM yang dapat akses ke Pasar Modal dengan

cepat hanya Koperasi dan UM yang potensial, Pendanaan yang ada selama

ini dipandang relatif lebih mudah diakses meskipun biaya mendapatkannya

tidak lebih murah dan Persepsi penjamin (Underwriter) lembaga penunjang

lainnya masih selektif terhadap calon emiten. Rekapitulasi Kegiatan

Koperasi dan UMKM Yang Mendapat Fasilitasi Akses Pembiayaan ke

Asuransi dan Pasar Modal Tahun 2018 sebagai berikut :

No Provinsi Jumlah Peserta

Sosialisasi Peluang Pendanaan Bagi KUMKM Untuk Dapat

Mengakses ke Asuransi dan Pasar Modal

1 Riau 35 KUM

2 DI.Yogyakarta 35 KUM

3 Jawa Barat 35 KUM

TOTAL 105 KUM

Page 88: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

87

Berikut dokmentasi penyelengaraan kegiatan di lingkungan Asisten

Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal tahun 2018 :

3. PROGRAM/KEGIATAN LAIN YANG MENDUKUNG PENCAPAIAN

SASARAN STRATEGIS

a) PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN

TUGAS TEKNIS LAINNYA

Kegiatan Koordinasi Perencanaan, Pelaksanaan dan Monitoring

Evaluasi Urusan Pembiayaan pada Sekretariat Deputi Bidang

Pembiayaan, dilaksanakan dalam bentuk pemberian layanan dengan

uraian sebagai berikut :

Page 89: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

88

• Perencanaan dan Penyusunan Program/Anggaran TA. 2018

Layanan koordinasi perencanaan dalam penyusunan kegiatan

dilingkungan Deputi Bidang Pembiayaan dilaksanakan agar dapat

sinergis dengan target-target yang telah diamanatkan oleh RPJMN,

Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM dan RKP.

Kegiatan ini dilaksanakan antar unit eselon II dilingkup Deputi Bidang

Pembiayaan, antar unit dalam lingkup Kementerian Koperasi dan UKM,

serta koordinasi antar stakeholder baik antar instansi yang terkait.

Layanan penganggaran kegiatan pada Deputi Bidang Pembiayaan

dilaksanakan dengan mengkoordinir penyusunan anggaran, revisi

anggaran, koordinasi review anggaran dan koordinasi dengan

Kementerian teknis lainnya. Layanan pelaksanaan bidang pembiayaan

yang terkait dengan dukungan terhadap perangkat pengelola anggaran

Deputi Bidang Pembiayaan, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

yang telah ditetapkan.

Layanan monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan dengan

melakukan koordinasi kebijakan strategis Deputi Bidang Pembiayaan,

yang dilakukan dengan melakukan intermediasi kegiatan yang

dilaksanakan dengan melibatkan stakeholder terkait, khususnya SKPD

tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota; Layanan monitoring dan evaluasi

kegiatan secara teknologi informasi tersaji pada :

• Layanan pelaporan keuangan adalah sebuah informasi administrasi

keuangan sekretariat keuangan Deputi Bidang Pembiayaan, dalam

memberikan layanan pencairan dokumen pelaksanaan kegiatan,

Page 90: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

89

yang diawali dari penyusunan SPP, SPM, SP2D, pengarsipan

dokumen pertanggungjawaban, pengembangan layanan pelaporan

realisasi anggaran, penyusunan laporan keuangan dan pencatatan

keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku;

• Layanan umum adalah layanan yang terkait dengan kegiatan yang

bersifat keperluan sarana dan prasarana yang memadai termasuk

administrasi kepegawaian, layanan ini menitikberatkan pada

penyediaan sarana pendukung kegiatan dan re-administrasi data

kepegawaian dilingkungan Deputi Bidang Pembiayaan secara

elektronik dan otomatis, baik dalam hal kenaikan pangkat, kenaikan

golongan, kenaikan gaji berkala, pensiun dan penataan arsip dll.

• Layanan pengembangan Sistem informasi pembiayaan, digunakan

untuk mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam

manajemen tatakelola pemerintahan, baik digunakan oleh internal

Deputi Bidang Pembiayaan, maupun digunakan oleh stakeholder yang

berkepentingan, baik Oleh Koperasi, UMKM maupun Deputi dilingkup

Kementerian Koperasi dan UKM, serta instansi lain terkait. Evaluasi

terhadap target dan capaian yang dilakukan oleh

Sekretariat Deputi Bidang Pembiayaan yaitu seluruhnya dapat

terealisasi sesuai target antara lain dokumen perencanaan, dokumen

akuntabilitas, layanan umum dan kepegawaian serta layanan informasi

pembiayaan, sebagaimana disajikan sebagai berikut :

Page 91: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

90

NO SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

TARGET REALISASI Persen

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Terwujudnya

Kualitas

Perencanaan,

Pelaksanaan,

dan Monev

Satker Deputi

Bidang

Pembiayaan

Dokumen

perencanaan

Satker Deputi

Bidang

Pembiayaan

(RKP, RENJA,

dan RKA K/L)

1 Dokumen 1 Dokumen 100%

Dokumen

Akuntabilitas

Kinerja Deputi

Bidang

Pembiayaan

(LAKIP, Laporan

Tahunan, PK)

1 Dokumen

1 Dokumen

100%

2 Terwujudnya

Kualitas Urusan

Umum,

Kepegawaian,

dan

Akuntabilitas

Keuangan

Pelayanan

Urusan Umum

sesuai SOP

1 Layanan 1 Layanan 100%

Pengelolaan dan

Pelayanan

Kepegawaian

sesuai SOP

1 Layanan 1 Layanan 100%

3 Terwujudnya

Transparansi

Urusan

Pembiayaan

melalui

Teknologi

Informasi

Layanan Sistem

Informasi Deputi

Bidang

Pembiayaan yang

berjalan secara

real time

1 Layanan 1 Layanan 100%

Target pada unit kerja Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan tahun

2018 sama dibandingkan dengan target 2017 yaitu 2 dokumen

(perencanaan dan akuntabilitas), 2 layanan (umum dan kepegawaian)

serta 1 layanan informasi pembiayaan. Namun anggaran tahun 2018

mengalami penurunan sebesar 55% dibandingkan tahun 2017 yaitu

Page 92: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

91

sebesar Rp. 7.421.242.000,- (tujuh milyar empat ratus dua puluh satu

juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah), menjadi sebesar Rp.

3.271.438.000,- (tiga milyar dua ratus tujuh puluh satu juta empat ratus

tiga puluh delapan ribu rupiah) dengan realisasi sebesar Rp.

3.190.036.059 (tiga milyar serratus sembilan puluh juta tiga puluh enam

rebut lima puluh sembulan rupiah) atau 97.51%.

Adapun sisa anggaran yang tidak dapat terserap antara lain

disebabkan selisih satuan biaya masukan berdasarkan Peraturan

Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.

Berikut dokmentasi penyelengaraan kegiatan di lingkungan

Sekretaris Deputi Bidang Pembiayaan tahun 2018 :

Page 93: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

92

b) Perluasan Pembiayaan dan Jasa Keuangan Non Bank dan

Advokasi Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM

Usaha Mikro, Kecil dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan

masih menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan usahanya,

dan terkadang harus terbentur oleh rentenir yang sifatnya tidak hanya

menyulitkan usaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga bisa

mematikan usaha yang telah dijalani,disamping itu juga umumnya

dikarenakan persoalan penjaminan kredit serta ketidakmampuan dalam

menyusun kelayakan usaha. Sedangkan bagi koperasi, baik yang

bergerak di bidang serba usaha, produksi maupun simpan pinjam masih

mengalami hambatan dalam mengembangkan usahanya karena modal

harus diakumulasi dari anggota sendiri atau masih memanfaatkan

modal sendiri. Oleh sebab itu, Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Non

Bank dan Perpajakan menterjemahkan sasaran tersebut kedalam

beberapa indikator kinerja, dan capaian kinerja dari sasaran ini sebagai

berikut :

NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

1 Terlaksananya Percepatan

Pembentukan Lembaga

Penjaminan Kredit di Daerah

3 PPKD 3 PPKD 100%

2 Terfasilitasinya

Pengembangan Lembaga

Badan Layanan Umum

(BLUD-DB) di daerah

3 BLUD-DB 3 BLUD-DB 100%

3 Advokasi Perpajakan bagi

KUMKM

500

KUMKM

500

KUMKM

100%

Page 94: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

93

Pada Tahun Anggaran 2018, Asisten Deputi Perpajakan dan

Pembiayaan Non Bank mendapatkan alokasi anggaran sebesar

Rp.2.291.628.000 (dua milyar dua ratus sembilan puluh satu juta enam

ratus dua puluh delapan), dengan realisasi penyerapan pada akhir tahun

2018 sebesar Rp. 2.244.096.670 (dua milyar dua ratus empat puluh

empat juta sembilan puluh enam ribu enam ratus tujuh puluh rupiah atau

sebesar 97.63%.

Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran

ini adalah sebagai berikut :

1) BLUD – DB Yang Terinisiasi Pembentukannya

Amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pasal 21 ayat (1) menyebutkan

bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan

bagi usaha mikro dan kecil”. Pemerintah melalui Kementerian Koperasi

dan UKM telah membuka dan memberi akses pembiayaan bagi pelaku

usaha mikro, kecil dan koperasi melalui Badan Layanan Umum

Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM). Selanjutnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang

Pedoman Penyusunan APBD 2016 dalam uraian Pembiayaan Daerah

sub Pengeluaran Pembiayaan menyebutkan bahwa “Dalam rangka

pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Daerah dapat menganggarkan

investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir

sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah”. Dana Bergulir dalam APBD

Page 95: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

94

dianggarkan pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaran

pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasi Pemerintah

Daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada

kelompok masyarakat penerima.

Peluang mendayagunakan instrumen dana bergulir di Daerah untuk

memfasilitasi permodalan bagi usaha mikro dan kecil tertuang dalam PP

No. 58 Tahun 2005 Pasal 145 yang menyebutkan bahwa Pemerintah

Daerah (provinsi, kabupaten/kota) dapat membentuk Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) untuk : a) menyediakan barang dan/jasa untuk

layanan umum; dan b) mengelola dana khusus (dana bergulir) dalam

rangka meningkatkan ekonomi/pelayanan kepada masyarakat. Adapun

ketentuan pelaksanaannya dijabarkan lebih lanjut dalam Permendagri

No. 13 Tahun 2006 dan No. 61 Tahun 2007.

Oleh karena itulah dalam rangka membuka dan memperluas akses

pembiayaan bagi usaha mikro, kecil dan koperasi, Kedeputian Bidang

Pembiayaan Cq. Asdep Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan

menginisiasi pembentukan BLUD Dana Bergulir di Provinsi dan

Kabupaten/Kota sebagai upaya untuk memfasilitasi permodalan bagi

usaha mikro, kecil dan menengah dengan persyaratan mudah, cepat

dan murah serta terjangkau bagi UMKM.

Pengembangan lembaga pembiayaan di daerah dilakukan dengan

tujuan:

a. Membuka akses pembiayaan Koperasi dan UMKM di daerah;

b. Memperluas jangkauan pembiayaan UMKM dan koperasi ;

Page 96: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

95

c. Mendorong pertumbuhan koperasi dan UMKM di daerah;

d. Mendekatkan pelayanan pembiayaan kepada UMKM dan koperasi

di daerah;

e. Meningkatkan kerjasama pembiayaan antara LPDB-KUMKM

dengan BLUD-DB.

Program Kegiatan yang dilakukan :

a. Melakukan Bimbingan teknis dan sosialisasi tentang kosep

pengorganisasian dan pengelolaan BLUD dana bergulir untuk

aparatur PPKD dan SKPD yang membidangi Koperasi dan UKM

Provinsi, Kabupaten/Kota;

b. Memfasilitasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam

pembentukan BLUD Dana Bergulir dan mendorong terjadinya

komunikasi yang intensif dengan legislatif daerah untuk penyediaan

modal awal;

c. Memberikan bimbingan dan konsolidasi bagi BLUD Dana Bergulir

yang telah terbentuk tetapi belum sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah tersosialisasinya Iniasasi

Pembentukan Badan Layanan Umum Daerah Dana Bergulir (BLUD-DB)

pada tahun 2018 dilaksanakan di 5 (lima) Kabupaten yaitu Kab.

Ponorogo Kab. Buton Utara, Buton Selatan, Belitung Timur dan

Banyumas. Peserta terdiri dari seluruh lintas pelaku (stakeholders)

terkait, yakni Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM

Page 97: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

96

kabupaten/kota, Bappeda kabupaten/kota, Bagian ekonomi

kabupaten/kota, Dinas PPKAD kabupaten/kota dan SKPD.

No.

Provinsi/Kab/Kota

Tanggal

Pelaksanaan

Jumlah

Peserta

1 Kab. Ponorogo 24 Januari 2018 50

2 Kab. Buton Utara 20 – 21 Feb 2018 35

3

4

5

Kab. Buton Selatan

Kab. Belitung Timur

Kab. Banyumas

22 Februari 2018

26 – 27 April 2018

02 – 03 Mei 2018

35

35

50

Jumlah 205

Selain kegiatan tersebut di atas Asdep Pembiayaan Non Bank dan

Perpajakan juga intens melakukan konsultasi dan koordinasi dengan

Biro Hukum dan Direktur BUMD, BLUD, dan Barang Milik Daerah

Kementerian Dalam Negeri terkait Percepatan Pembentukan BLUD DB

di Daerah. Dimana hasil rumusan konsultasi tersebut antara lain adalah:

a. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

Dana Bergulir adalah Dana yang disisihkan pemerintah dalam

rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara

bergulir kepada kelompok masyarakat dimasukkan dalam kelompok

Investasi Jangka Panjang Non Permanen.

b. Transaksi pembiayaan dan investasi jangka panjang hanya ada di

Bendahara Umum Negara (BUN)/Bendahara Umum Daerah (BUD),

oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir berada pada

Menteri Keuangan sebagai BUN atau Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah (PPKD) sebagai BUD.

Page 98: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

97

c. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD

adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah

daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Terminologi yang digunakan adalah Badan Layanan Umum Daerah

Dana Bergulir (BLUD DB).

d. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008

tentang Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian/Lembaga,

Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian/Lembaga dilakukan

oleh Satker yg menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum (Satker BLU). Karenanya, Kementerian Koperasi

dan UKM membentuk Satker BLU LPDB-KUMKM untuk mengelola

dana bergulir, dimana Menteri Keuangan menunjuk Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA) BUN, yaitu Direktur Keuangan LPDB-

KUMKM. Pola Satker BLU LPDB-KUMKM selain bertanggung jawab

kepada Menteri Koperasi dan UKM, juga bertanggungjawab kepada

Menteri Keuangan.

e. Pola pengelolaan dana bergulir oleh Satker BLU LPDB-KUMKM

inilah yang diduplikasi oleh daerah baik provinsi maupun

kabupaten/kota, yaitu Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM

membentuk BLUD yang mengelola dana bergulir (BLUD DB) dengan

BUD atau PPKD menunjuk salah satu pejabat BLUD DB sebagai

Page 99: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

98

Kuasa Pengguna Angaran (KPA) BUD, sehingga BLUD DB selain

bertanggung jawab kepada Kepala SKPD (dalam hal ini Kepala

Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM) juga bertanggung

jawab kepada PPKD/SKPKD sebagai BUD.

2) Lembaga Penjaminan Kredit Daerah yang difasilitasi

Penjaminan kredit merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem

dukungan kredit yang berfungsi sebagai penambah keyakinan kreditur

terhadap potensi risiko kredit. Dampak yang ditimbulkan adanya

penjaminan kredit adalah peningkatan jumlah kredit yang disalurkan

kreditur tehadap debitur khususnya KUMKM, yang diukur dari besaran

gearing ratio (GR).

Ungkitan (leverage) kredit yang berdampak pada gairah bisnis dan

pertumbuhan ekonomi itu dapat bertumbuh dan berkembang apabila ada

penjaminan kredit yang dikelola perusahaan penjaminan. Perusahaan

penjaminan di daerah, berupa Jamkrida menjadi suatu keharusan

pembentukannya. Karena itu perlu upaya terencana percepatan

pembentukannnya. Pelaksanaan Lembaga Penjaminan Kredit di Daerah

yang difasilitasi tahun 2018 sebagai berikut :

No Provinsi Tanggal Pelaksanaan Jumlah

Peserta

1 Gorontalo 28 – 29 Maret 2018 30

2 Jambi 03 – 04 April 2018 30

3 Aceh 09 – 10 Mei 2018 30

Jumlah 90

Page 100: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

99

Sementara itu untuk provinsi yang lainnya terbagi menjadi beberapa

cluster, antara lain yaitu :

CLUSTER I

a) Provinsi Aceh

PERDA atau Qanun bagi PPKD Aceh belum ada, namun

Perda/Qanun Penyertaan Modal sudah ada yaitu Qanun No. 16

tahun 2013 dengan penyertaan modal dasar Rp. 100 M (modal

disetor Rp. 25 M). Perda/Qanun pembentukan PPKD akan dibahas

dengan DPRA masa bakti periode 2014 – 2019. Pembahasan Perda

terbentuk karena adanya Pilkada.

b) Provinsi Sulawesi Tengah

Telah terbit Perda No. 3 tahun 2015 tentang perubahan atas Perda

No. 11 Tahun 2009, tentang Lembaga Penjaminan Kredit di Prov.

Sulteng. Modal disetor sebesar Rp. 25 Miliar, terdiri dari alokasi

APBD Tahun 2016 Provinsi Sulteng sebesar Rp. 12.750.000.000,-

sementara sisanya Rp. 12.250.000.000,- diharapkan diperoleh dari

kontribusi APBD pemerintah Kab/Kota. Untuk hal tersebut Gubernur

telah menyurati Bupati/Walikota se Sulawesi Tengah

CLUSTER II

Provinsi Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Kepulauan Riau, Bengkulu,

dan Lampung. Perda Pembentukan PT Jamkrida Sumut, DI Yogyakarta,

Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Lampung sudah ada. Untuk Perda

Penyertaan Modal maupun anggarannya sedang dalam proses.

Page 101: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

100

CLUSTER III

Provinsi Papua Barat Raperda Pembentukan dan Raperda Penyertaan

Modal PT Jamkrida Papua Barat sedang dalam proses. Pemerintah

daerah Papua Barat telah mengikuti workshop di Bandung, Surabaya,

dan Bali namun tidak adanya Tim Perintis dan lemahnya Sumber Daya

Manusia menyebabkan proses pembentukan PT. Jamkrida menjadi

terkendala.

CLUSTER IV

Provinsi Sulawesi Tenggara telah diadakan sosialisasi/ koordinasi oleh

Tim Koordinasi Nasional Pembentukan PPKD ke Provinsi Sulawesi

Tenggara dalam mempersiapkan pembentukan dan pengelolaan PPKD.

Pemda Provinsi Sultra telah membentuk tim yang terdiri dari berbagai

pihak terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Pemerintah Daerah, Bank

Indonesia dan Perguruan Tinggi. Telah ada naskah akademik untuk

pembentukan PPKD.

CLUSTER V

Provinsi Kalimantan Utara, Jambi, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan

Maluku telah diadakan sosialisasi/ koordinasi oleh Tim Koordinasi

Nasional Pembentukan PPKD ke Provinsi Kalimantan Utara dalam

mempersiapkan pembentukan dan pengelolaan PPKD. Pemda Provinsi

Kaltara telah membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak terkait

(Dinas Koperasi dan UKM, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan

Perguruan Tinggi). Naskah akademik pembentukan PPKD dalam

proses.

Page 102: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

101

CLUSTER VI

Provinsi Gorontalo dan Maluku Utara kondisi Sumber Daya Manusia

(SDM) pada Pemda belum sepenuhnya memiliki kompentensi untuk

mempersiapkan pembentukan dan pengelolaan PPKD. APBD Pemda

jumlah dan alokasinya tidak memadai sehingga sosialisasi tentang

manfaat pembentukan PPKD kurang optimal. Belum optimalnya

koordinasi antar Tim Koordinasi Nasional (Timkornas) pembentukan

PPKD untuk melakukan sosialisasi/koordinasi pada provinsi tersebut.

Kemauan yang kuat atau komitmen dari Pimpinan Daerah (Eksekutif

dan Legislatif) belum tampak pada provinsi yang bersangkutan

dikarenakan mindset pola pikir pada pemberdayaan KUMKM belum

konsepsional dan belum berorientasi pada jangka panjang. Persyaratan

jumlah modal disetor untuk membentuk PPKD sesuai dengan PMK 99

tahun 2012 adalah sebesar Rp. 25 Milyar, namun karena kemampuan

keuangan Daerah yang berbeda beda maka beberapa Pemda

terkendala memenuhi persyaratan jumlah modal disetor.

3) Advokasi Perpajakan bagi KUMKM

Secara eksplisit dinyatakan dalam PP 46 tahun 2013, sulit dipungkiri

bahwa yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan perpajakan

dimaksud adalah KUMKM yang berimplikasi terhadap tarif kompetitif

dan kesederhanaan dalam pemenuhan kewajiban pelaporan pajak

tahunan.

Khusus, dalam rangka optimalisasi dan edukasi atas kebijakan dan

teknis perhitungan perpajakan bagi Wajib Pajak yang dikenai Pajak

Page 103: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

102

Penghasilan bersifat final. Sebagian besar pengurus koperasi masih

belum mengerti akuntansi atau pembuatan laporan keuangan yang

standard. Program/Kegiatan yang dilakukan:

a) Sehubungan permintaan dan desakan berbagai kalangan seperti

Dekopin, gerakan koperasi, asosiasi UMKM dan Pemda untuk

melakukan peninjauan kembali PP Nomor 46 Tahun 2013 khusus

terkait pajak final 0,25 persen dari omzet hingga Rp4,8 milyar per

tahun, kami melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pajak,

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, dan Kementerian

Hukum dan HAM untuk merevisi PP Nomor 46 Tahun 2013.

b) Pada tahun 2018, kegiatan advokasi perpajakan bagi KUMKM

memiliki output 500 KUMKM. Untuk memenuhi output tersebut

dilaksanakan melalui APBN dan Non APBN dengan komposisi

sebagai berikut:

No Keterangan Jumlah

KUMKM

I APBN 270

1 Kediri 45

2 Malang 45

3 Ogan Komering Ilir 45

4 Sukabumi 45

5 Tangerang 45

6 Tegal 45

II Non APBN 267

1 Sosialisasi Perpajakan bagi Koperasi pada tanggal

18 Juli 2018 di Aula Auditorium Dinas Perumahan

Rakyat dan Pemukiman Provinsi Banten

100

Page 104: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

103

2 RAT PKPRI Kota Blitar tanggal 24 Maret 2018 di

Aula PKPRI Kota Blitar

64

3 Talkshow BOTAX, Universitas Muhammadiyah

Purwokerto tanggal 4 Mei 2018

53

4 Seminar Nasional Kreatif Perpajakan Tahun 2018

tanggal 13 September 2018 di Politeknik Negeri

Bali

50

TOTAL 537

Pada tanggal 22 Juni 2018 telah diterbitkan PP Nomor 23 Tahun

2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang

Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu. Aturan ini sebagai pengganti atas PP Nomor 46 Tahun 2013.

Adapun pokok-pokok perubahannya, antara lain:

a) Penurunan tarif PPh Final dari 1 persen menjadi 0,5 persen dari

omzet, yang wajib dibayarkan setiap bulannya;

b) Mengatur jangka waktu pengenaan tarif PPh Final 0,5 persen

sebagai berikut:

1) Untuk wajib pajak Orang Pribadi yaitu selama 7 tahun;

2) Untuk wajib pajak Badan berbentuk Koperasi, Persekutuan

Komanditer atau Firma selama 4 tahun;

3) Untuk wajib pajak Badan berbentuk Perseroaan Terbatas

selama 3 tahun.

Dalam rangka edukasi perpajakan tersebut, dilakukan bimbingan

teknis dengan tujuan :

Page 105: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

104

a) Mengedukasi pengurus untuk tertib administrasi pajak sebagai

kewajiban warga negara sehingga peraturan ini diharapkan

mendorong mematuhi peraturan perpajakan.

b) Mendorong Koperasi untuk transparan dan jujur melaporkan

usahanya kepada petugas pajak.

c) Memberikan kesempatan pelaku dan pengelola mengetahui

literasi terkait perpajakan Koperasi. Pajak merupakan sumber

pendanaan pemerintah untuk pembangunan.

Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan bimtek di daerah

antara lain:

a) Para pelaku koperasi mengeluhkan pengenaan pajak yang

dirasakan memberondong, karena jenisnya cukup banyak

sangat variatif. Akibatnya beban pajak yang ditanggung setiap

koperasi dirasakan sangat besar. Dampaknya banyak koperasi

menjadi kelimpungan.

b) Implementasi penerapan PPh Final 0,25 persen terhadap

UMKM yang mempunyai peredaran bruto tidak lebih dari Rp.

4,8 miliar setahun adalah tepat, jika hanya dilihat dari sisi

kemudahan dalam penghitungan pajak bagi kelompok

perorangan dan badan usaha yang selama ini kesulitan

menyelenggarakan pembukuan.

Sedangkan saran yang diperoleh antara lain:

a. Pemerintah harus segera merevisi Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas

Page 106: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

105

Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib

Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Dalam aturan

itu, wajib pajak yang menjalankan usaha dengan omzet sampai

Rp 4,8 miliar per tahun dikenakan tarif PPh final satu 0,25

persen.

b. Usulan insentif perpajakan bagi Koperasi.

B. Akuntabilitas Keuangan Deputi Bidang Pembiayaan

Alokasi anggaran Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaraan 2018

sebesar Rp. 45.417.320.000,- (empat puluh lima milyar empat ratus tujuh belas

juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah). Realisasi anggaran Pada Deputi Bidang

Pembiayaan Tahun 2018 sebesar Rp. 44.949.638.726,- (empat puluh empat

milyar sembilan ratus empat puluh sembilan enam ratus tiga puluh delapan tujuh

ratus dua puluh enam rupiah) atau sebesar 98,98%. Rincian penyerapan

anggaran terdapat dalam tabel di bawah ini :

No Sasaran Strategis / Program /

Kegiatan

Pagu Realisasi %

1 Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Teknis Lainnya Kementerian

Koperasi dan UKM

3.271.438.000 3.190.036.059 97,51

Koordinasi Perencanaan,

Pelaksanaan dan Monitoring

Evaluasi Urusan Pembiayaan

3.271.438.000 3.190.036.059 97,51

2 Program Peningkatan Daya

Saing UMKM dan Koperasi

30.640.874.000 30.542.874.018 99,68

Page 107: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

106

No Sasaran Strategis / Program /

Kegiatan

Pagu Realisasi %

Perluasan Pembiayaan dan

Jasa Keuangan Non Bank dan

Advokasi Perpajakan Bagi

Koperasi dan UMKM

2.291.628.000 2.244.096.670 97,93

Fasilitasi Permodalan Koperasi

dan Usaha Mikro dan Kecil

26.501.851.000 26.453.717.027 99,82

Penguatan Koperasi dan UMKM

di Bidang Keuangan Syariah

1.847.395.000 1.845.060.321 99,87

3 Program Penguatan

Kelembagaan Koperasi

1.600.000.000 1.566.850.155 97,93

Penguatan Usaha Simpan

Pinjam Koperasi

1.600.000.000 1.566.850.155 97,93

4 Program Peningkatan

Penghidupan Berkelanjutan

Berbasis Usaha Mikro

9.905.008.000 9.649.868.494 97,42

Peningkatan Akses UMKM pada

Asuransi, Penjaminan dan

Pasar Modal

9.905.008.000 9.649.868.494 97,42

Total 45.417.320.000 44.949.638.726 98,98

Adapun alokasi Deputi Bidang Pembiayaan sebesar Rp. 467.681.274,- atau

1,02% anggaran yang tidak dapat terealisasi antara lain disebabkan oleh :

1. Adanya Tenaga Pendamping Kredit Usaha Rakyat (TP KUR) sebanyak 4

orang yang mengundurkan diri.

2. Adanya selisih satuan biaya masukan antara Provinsi/DI dan Kab/Kota

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2018 tentang

Perubahan Standar Biaya Masukan Tahun 2018.

Page 108: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

107

3. Adanya sisa alokasi anggaran dalam proses prngadaan barang dan jasa

pemerintah.

Page 109: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

108

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan terkait pelaksanaan program kegiatan Deputi Bidang

Pembiayaan Tahun 2018 sebagai berikut :

a. Deputi Bidang Pembiayaan merupakan salah satu unit Eselon I di lingkup

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang memiliki tugas

dan fungsi untuk membantu Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah dalam menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi

pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan yang meliputi, perumusan,

koordinasi, perencanaan dan pengembangan kebijakan dan

penyelenggaraan fungsi teknis pemberdayaan KUMKM di Bidang

Pembiayaan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 08/Per/M.KUKM/IX/2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah

b. Laporan Kinerja Deputi Bidang Pembiayan Tahun 2018 menyajikan

berbagai keberhasilan maupun hambatan yang ada dalam mencapai

sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan

Indikator Kinerja Utama (IKU). Selanjutnya capaian terhadap IKU tersebut

dilakukan analisis dan evaluasi serta perbandingan terhadap capaian IKU

tahun sebelumnya sebagai analisis dan evaluasi lebih lanjut untuk menilai

keberhasilan dalam satu periode Renstra yang berkesinambungan.

Page 110: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

109

c. Secara umum beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh Deputi

Bidang Pembiayaan sepanjang tahun 2018 sesuai dengan Penetapan

Kinerja antara lain:

• pagu DIPA Deputi Bidang Pembiayaan sebesar Rp. 45.417.320.000,-

dengan realisasi per 31 Desember 2018 sebesar Rp 44.949.638.726,-

atau 98,98%.

• Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan keuangan kedeputian bidang

pembiayaan secara real time melalui website

http://pembiayaan.depkop.go.id.

• Terfasilitasinya 1.952 wirausaha pemula yang mendapat dukungan

modal awal (start up capital) atau 106,6% dibandingkan target 1.831

wirausaha pemula.

• Terfasilitasinya advokasi kerja sama antar usaha simpan pinjam

koperasi sebanyak 3 jaringan.

• Terfasilitasinya advokasi kerja sama antar lembaga pembiayaan/

keuangan syariah sebanyak 3 jaringan.

• Terfasilitasinya 14.677 usaha mikro sektor prioritas (kawasan ekspor,

Pengembangan Kawasan Pedesaan, KEK, antar kelompok

pendapatan, reforma agraria, dan pengembangan daerah tertinggal)

yang didampingi dalam mengakses dan mengelola kredit usaha rakyat

atau 97,36% ijka dibandingkan target 15.000 usah mikro.

• Terfasilitasinya 150 Usaha mikro yang mendapat pendampingan

Sertifikasi Hak Atas Tanah (Pra dan Pasca).

Page 111: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

110

• Penurunan tarif pajak dari 1% menjadi 0,5% sesuai PP Nomor 23

Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha

yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran

Bruto Tertentu.

B. Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja Deputi Bidang Pembiayaan pada

tahun mendatang, beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain adalah :

• Dengan telah tersusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah hendaknya

Program khusus yang ada di Deputi Bidang Pembiayaan didalam Rencana

Strategis (Renstra) lebih dipertajam sehingga sasaran yang diharapkan

dapat tercapai.

• Peningkatan Monitoring dan evaluasi kinerja sacara reguler (setiap bulan,

triwulan, semester dan tahunan) untuk dapat mengawal pencapaian kinerja.

• Peningkatan pengelolaan database Deputi Bidang Pembiayaan melalui

dukungan teknologi informasi.

• Peningkatan koordinasi dengan berbagai instansi baik di pusat maupun

daerah perlu ditingkatkan secara intensif.

• Dengan adanya efisiensi anggaran, diharapkan output kegiatan yang

dijadikan target dapat disesuaikan.

Page 112: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

111

LAMPIRAN

Page 113: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

112

Page 114: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

113

Page 115: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

114

Page 116: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

115

Page 117: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

116

Page 118: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

117

Page 119: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

118

Page 120: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

119

Page 121: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

120

Page 122: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

121

Page 123: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

122

Page 124: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

123

Page 125: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

124

Page 126: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

125

Page 127: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

126

Page 128: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

127

Page 129: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

128

Page 130: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

129

Page 131: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

130

Page 132: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

131

Page 133: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

132

Page 134: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN

133

Page 135: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DEPUTI …...Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha