48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah polimer dari asam amino sedangkan asam amino adalah monomer dari protein. Protein sendiri tersusun dari banyak asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Dan ikatan peptida itu sendiri adalah suatu ikatan yang berfungsi untuk menghubungkan asam amino yang satu dengan asam amino yang lainnya. Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer- monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil 1

Laporan Asam Amino-1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Asam Amino-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Protein adalah polimer dari asam amino sedangkan asam amino

adalah monomer dari protein. Protein sendiri tersusun dari banyak

asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Dan ikatan

peptida itu sendiri adalah suatu ikatan yang berfungsi untuk

menghubungkan asam amino yang satu dengan asam amino yang

lainnya.

Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa

organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang

dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.  Peptida dan

protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan

penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika

bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan

sebagai polipeptida.

Asam amino adalah senyawa organik yang merupakan monomer

(satuan pembentuk protein). Asam amino mempunyai dua gugus

fungsi yaitu gugus amino (-NH2) dan gugus karboksil (-COOH) yang

terikat pada atom karbon yang sama. Atom karbon yang  mengikat

gugus amino adalah atom berkarbon terhadap karboksil, karena dapat

disebut sebagai asam asam amino karboksilat.

1

Page 2: Laporan Asam Amino-1

Dari penjelasan di atas, ternyata asam amino memiliki gugus

karboksilat   (-COOH) dan gugus amino (-NH2). Asam amino ini sendiri

dapat diidentifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi dan

dapat diketahui gugus-gugus apa saja yang berikatan di dalamnya.

Berdasarkan teori untuk percobaan uji terhadap asam amino ini dapat

digunakan reagen Millon, larutan Ninhydrin, Cysteina, dan Cystine dan

diketahui gugus apa saja yang ada dalam asam amino. Oleh karena

itu, percobaan uji terhadap asam amino ini dilakukan.

1.2  Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1. Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk

mengindentifikasi gugus-gugus yang ada pada asam amino.

1.2.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui adanya gugus hidroksi fenil spesifik

pada asam amino tirosin dengan menggunakan reagen

millon.

2. Untuk mengetahui adanya gugus amino bebas dengan

menggunakan larutan ninhydrin.

3. Untuk mengetahui adanya gugus sulfuhidril dengan

menggunakan kristal cysteina hydroklorida, natrium

nitroprussida 1% dan NH3.

2

Page 3: Laporan Asam Amino-1

1.3  Prinsip

Prinsip dari percobaan ini adalah mengindentifikasi gugus-gugus

yang ada pada asam amino dengan menggunakan reagen millon,

larutan ninhydrin dan cysteina yang ditandai dengan terjadinya

perubahan warna dan endapan yang menunjukkan adanya reaksi uji

positif terhadap asam amino.

3

Page 4: Laporan Asam Amino-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk)

protein adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi

yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam amino, gugus

amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus

karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan

gugus karboksil dalam asam amino terikat pada atom karbon yang

sama. Rumus asam amino dapat ditunjukkan pada gambar (1 : 15) :

R

α

H2N – C – COOH

H

Reaksi yang digunakan dalam tes millon adalah larutan merkuri

dari ion merkurano dalam asam nitrat dan asam nitrous. Warna merah

yang terbentuk mungkin garam merkuri dari tripsin yang teraksitasi.

Bila ninhidrin dipanaskan dengan asam amino, maka akan terbentuk

kompleks yang berwarna. Untuk salah satu asam amino, dapat

ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna

yang terbentuk yang sebanding dengan konsentrasi asam amino

tersebut. Reaksi antara gugus sulfuhydril dari asam amino (cystein)

4

Page 5: Laporan Asam Amino-1

peptida (glutathiono) atau protein dengan nitroprossida dan amoniak

berlebih dapat diterangkan sebagai berikut (2 : 14) :

Fe3+(CN)5NO2- + NH3 + RSH NH4 + Fe2+(CN)5NO2-SR-

Asam amino adalah senyawa yang memiliki gugus amino (-

NH2) dan asam karboksilat (-CO2H) pada molekul yang sama. Ada

dua puluh asam amino alami yang lazim. Keduapuluh asam amino

alami yang lazim, memiliki rangka yang terdiri dari gugus asam

karboksilat dan gugus yang terikat secara kovalen pada atom pusat

(karbon alfa). Dua gugus lainnya pada karbon alfa ialah hydrogen dan

gugus R yang merupakan rantai samping asam amino. Sifat kimia

gugus rantai sampinglah yang menyebabkan perbedaan sifat asam

amino. Dua puluh asam amino alfa alami ini dibagi menjadi tujuh

golongan berdasarkan struktur rantai sampingnya, yaitu (3 : 127) :

1. Rantai samping alifatik.

Golongan ini terdiri dari asam amino yang memiliki rantai samping

hidrokarbon. Asam amino golongan ini ialah glisina, alanina,

valina, lesina, isolesina, dan prolina.

2. Rantai samping hidrosilik

Asam amino dalam golongan ini ialah serina dan treonina.

Keduanya mempunyai rantai samping alifatik yang mengandung

fungsi hidroksi.

3. Rantai samping aromatik

5

Page 6: Laporan Asam Amino-1

Ada tiga asam amino yang mempunyai cincin aromatik pada rantai

sampingnya yaitu fenilalanina, tirosina, dan triptofan.

4. Rantai samping asam

Asam aspartat dan glutamat mempunyai rantai samping yang

berakhir dengan asam karboksilat. Pada pH faal yang lazim, yaitu

sedikit di atas pH 7, gugus asam karboksilat ini mengion. Karena

alasan ini, maka asam aspartat dan asam glutamat sering disebut

sebagai ion karboksilatnya, yaitu aspartat dan glutamat.

5. Rantai samping amida

Asparagina dan glutamine masing-masing adalah amida dari

aspartat dan glutamat. Rantai sampingnya bermuatan netral pada

pH 7,0.

6. Rantai samping basa

Dalam golongan ini dijumpai tiga asam amino yang mengandung

nitrogen yang bersifat basa lemah. Nitrogen dari lisina dan

arginina adalah basa yang cukup kuat sehingga dapat mengambil

proton dari air pada pH netral. Nitrogen pada rantai samping

histidina sifat basanya lebih lemah dibanding pada lisina dan

arginina.

7. Rantai samping mengandung belerang

Metionina dan sisteina adalah dua asam amino biasa. Sisteina

sering terdapat berhubungan dengan sisteina lain dengan

6

Page 7: Laporan Asam Amino-1

membentuk ikatan disulfida (-S-S-) dan menghasilkan asam amino

sistina.

Terdapat empat buah struktur rangkaian asam amino yang

membentuk protein, yaitu (4 : 137) :

1. Struktur primer, struktur ini merupakan rantai pendek dari asam

amino dan dianggap lurus.

2. Struktur sekunder, struktur ini merupakan rangkaian lurus (struktur

primer) dari rantai asam amino, dimana masing-masing gugus

mengadakan ikatan hidrogen sehingga rantai asam amino

membentuk heliks, seperti per.

3. Struktur tersier, struktur ini terbentuk jika rangkaian heliks (struktur

sekunder) menggulung karena adanya tarik-menarik antar bagian

polipeptida sehingga membentuk satu sub unit protein yang disebut

struktur tersier.

4. Struktur kuaterner, struktur ini terbentuk jika antar sub unit protein

(dari struktur tersier) mengadakan suatu interaksi membentuk

struktur kuaterner.

Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang

dijumpai dalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon,

hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot

molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul protein

terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam

amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan

7

Page 8: Laporan Asam Amino-1

struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau

menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya

struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang

menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur

kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang

terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa

kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat

membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). Proses ini

biasanya menonaktifkan sifat hayatinya (5 : 54).

Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer,

sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer menunjukkan jumlah,

jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena

ikatan antara asam amino ialah ikatan peptida, maka struktur primer

protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya diketahui.

Untuk mengetahui jenis, jumlah dan urutan asam amino dalam protein

dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu

(6 : 109):

1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.

2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.

3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan

4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.

Asam amino yang pertama kali ditemukan adalah asparagin

pada tahun 1806. Yang paling akhir adalah treonin, yang belum

8

Page 9: Laporan Asam Amino-1

teridentifikasi sampai tahun 1928. Semua asam amino mempunyai

nama atau nama umum yang kadang-kadang diturunkan dari sumber

pertama-tama molekul ini diisolasi. Seperti dapat diduga asparagin

pertama-tama ditemukan pada asparagus, asam glutamat ditemukan

dalam gluten gandum, dan glisin (bahasa yunani, glycos, manis)

dinamakan karena rasanya yang manis (7 : 313).

Corak umum dari semua asam amino ialah adanya paling

sedikit satu gugus asam amino dan satu gugus asam karboksilat. Baik

interaksi antarmolekul atau intermolekul antara fungsi basa dan asam

memainkan peranan penting dalam sifat fisika dan kimia dari senyawa

dan berdwifungsi ini. Banyak dari perhatian pada molekul ini

ditunjukkan pada suatu pemahaman mengenai peranannya sebagai

“balok pembangun” dari peptida dan protein (4 : 138).

Gugus karboksil dan gugus amino memperlihatkan semua

reaksi yang dapat diharapkan dari fungsi-fungsi ini, misalnya

pembentukan garam, pengesteran, dan asilasi. Disamping itu gugus

yang terdapat pada rantai samping (R) juga dapat memberikan reaksi

yang khas asam amino (2 : 15).

Asam-asam amino beraksi dengan ninhidryn untuk membentuk

produk yang disebut ungu ruhenann. Reaksi ini biasa digunakan

sebagai uji bercak untuk mendeteksi hadirnya asam-asam amino

pada kertas kromatografi. Karena reaksi itu kuantitatif, reaksi ini

digunakan sebagai penganalisis asam amino yang diotomasi,

9

Page 10: Laporan Asam Amino-1

instrumen-instrumen yang menetapkan persentase asam-asam amino

yang ada dalam suatu contoh (8 : 183).

Nitroprussida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna

merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi

protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif.

Gugus –S-S- pada sistein apabila direduksi terlebih dahulu dapat juga

memberikan hasil positif (6 : 122).

Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada

180°C

Reaksi biuret dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

protein. Dalam larutan basa, biuret memberikan warna violet dengan

CuSO4, karena terbentuk kompleks Cu2+¿ ¿ dengan gugus CO dan

gugus NH dari rantai ammonium dalam suasana basa (9 : 20).

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat

dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan

protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah merah

oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol,

karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil

10

Page 11: Laporan Asam Amino-1

yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan

hasil positif (6 : 122).

Reaksi ini khas adalah untuk penentuan gugus indole spesifik

untuk asam amino triptofan. Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid

tertentu (asam gliosilik, methanol, para metal amino-benzaldehide)

dalam suasana asam dan dingin memberikan warna violet (9 : 20).

Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat

berikatan satu dengan yang lain membentuk suatu senyawa yang

disebut dipeptida. Apabila jumlah asam amino yang berikatan tidak

lebih dari sepuluh molekul disebut oligopeptida. Peptida yang dibentuk

oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida.Selanjutnya tripeptida

dan tetrapeptida adalah peptide yang terdiri atas tiga molekul dan

empat molekul asam amino. Delapan molekul asam amino dengan

demikian akan membentuk oktapeptida. Polipeptida adalah peptide

yang molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino. Protein

adalah suatu ikatan polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus

asam amino (6 : 103)

 Asam amino satu dengan yang lainnya akan bersambung

membenrtuk struktur primer protein oleh ikatan peptida. Susunan

asam amino menentukan sifat struktur sekunder dan tersier. Hal ini

akan mempengaruhi secara bermakna sifat-sifat fungsiu protein

makanan dan perilakuknya selama pemrosesan. Dari 20 asam amino,

hanya 8 asam amino yang merupakan asam amino esensial yang

11

Page 12: Laporan Asam Amino-1

terdapat dalam protein dan ketersediaannya menentukan kualitas gizi

protein. Pada umumnya, kualitas protein hewan lebih tinggi daripada

kualitas protein tumbuhan. Protein tumbuhan dapat ditingkatkan mutu

gizinya dengan pencampuran secara bijaksana atau dengan

modifikasi genetik melalui persilangan (10 : 85)

Asam amino pertama kali ditemukan adalah asparagin, pada

tahun 1806. sedangkan asam amino yang terakhir adalah treonin,

yang  belum teridentifikasi hingga tahun 1938. semua asam amino

memiliki nama biasa atau umum, yang kadang-kadang diturunkan dari

sumber pertama-pertama molekul ini diisolasi. Asam-asam -amino

yang mempunyai gugus amino tunggal dan gugus karoboksil tunggal

mengkriskal dari larutan netral dalam bentuk ion penuh, yang disebut

ion polar atau zwiterion. Walaupun ion polar bersifat netral dan tidak

bergerak di dalam medan listrik, ion ini mempunyai muatan listrik yang

berlawanan pada kedua kutubnya (10 : 85)

 Sifat asam amino dalam larutan, maka ia akam terionisasi dan

dapat bersifat sebagai asam atau basa. Sifat-sifat asam dan basa ini

sangat penting didalam pengertian pengetahuan mengenai sifat

protein. Hal ini sangat penting diterapkan dalam seni pemisahan,

identifikasi, dan kuatifikasi asam amino yang berbeda, yaitu dalam hal

menentukan komposisi dan urutan asam amino dari  molekul protein,

yang didasarkan atas tingkah laku asam basa yang khas (10 : 85)

12

Page 13: Laporan Asam Amino-1

Reaksi Ninhidryn, Gugus amina dapat bereaksi dengan

pereaksi ninhydrin membentuk ammonium, CO2, dan a ldeh ida .

Reaks i n inh id ryn d ipaka i sebaga i dasar  untuk penentuan

kuantitas asam amino. Warna biru menunjukkan secarakhas gugus

amino. Tetapi prolin dan hidroksiprolin yang mempunyaigugus

amina sekunder menghasilkan warna kuning. Sedangkan asparagine

yang mengandung gugus amida bebas bereaksi membentuk warna

coklat (11 : 62)

 Struktur ke-20 asam amino dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

(1) golongan dengan gugus R nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan

dengan gugus R polar, tetapi tidak bermuatan, (3) golongan dengan

gugus R bermuatan negatif, (4) golongan dengan gugus R bermuatan

positif (12 : 103-106):

1. Delapan Asam Amino Mempunyai Gugus Nonpolar

Gugus R  di dalam golongan ini merupakan hidrokarbon. Lima

asam amino dengan gugus R alifatik (alanin, valin, leusin, isoleusin,

dan prolin), dua dengan lingkaran aromatik (fenilalanin dan

triptofan), dan satu yang mengandung sulfur (metionin). Kelarutan

asam amino golongan ini kurang bila dibandingkan dengan

golongan asam amino yang mempunyai gugus polar yang tidak

bermuatan. Hal itu disebabkan oleh gugus R yang tidak polar.

Hidrofobik adalah sifat fobia terhadap air dan bilamana asam amino

13

Page 14: Laporan Asam Amino-1

itu terdapat pada rantai polimer protein maka asam tersebut

cenderung melipat dalam gumpalan protein itu.

2. Golongan Asam Amino Mempunyai Gugus Polar Tidak Bermuatan

Gugus R dari asam amino polar lebih larut dalam air, atau lebih

hidrofilik, dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena

golongan ini mengandung gugus fungsionil yang membentuk ikatan

hidrogen dengan air. Golongan ini meliputi glisin, serin, treonin,

sistein, tirosin, asparagin, dan glutamin. Polaritas yang dimaksud

disebabkan karena gugus OH pada serin, treonin, tirosin, gugs –SH

pada sistein dan gugus –NH2 pada asparagin dan glutamin. Mereka

dapat ikat-mengikat dengan air (atau zat pelarut polar lainnya)

melalui ikatan jembatan hidrogen, inilah yang menyebabkan sifat

larut dari asam amino golongan ini.

3. Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R yang Bermuatan

Negatif (Asam)

Golongan asam amino ini mengandung gugus R yang bermuatan

total negatif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi asam

aspartat dan asam glutamat, yang masing-masing memiliki

tambahan gugus karboksil.

4. Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R Bermuatan

Positif (Basa)

14

Page 15: Laporan Asam Amino-1

Golongan asam amino ini mempunyai gugus R dengan muatan

total positif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi lisin, arginin, dan

histidin.

Dalam molekul asam amino, karena atom C  a (alfa) masih

mengikat gugus lain yang tidak sama dengan gugus asam amino,

maka atom C ini bersifat asimetris, sehingga asam amino memiliki

sifat optis aktif (artinya dapat memutar bidang sinar terpolarisasi), baik

secara positif maupun negatif. Mengingat sifat-sifat asam amino yang

dapat larut dalam air, dapat membentuk kristal, harga konstanta

dielektrikum yang tinggi, memiliki panas netralisasi seperti pada H+ 

dan OH-  dan dalam medan listrik (misal: dengan elektrophoresa) tak

bergerak (dalam keadaan tertentu), maka asam amino dipercaya

memiliki sifat amphoter atau dalam keadaan zwitter ion yang memiliki

muatan (+) dan (-) yang seimbang (13 : 35)

Selain 20 asam amino dasar dikenal 150 lebih asam amino

yang kurang umum. Kebanyakan dari asam amino ini tidak ada

hubungannya dengan pembentukan protein dan banyak merupakan

turunan sederhana dari 20 asam amino yang biasa. Asam amino

demikian mungkin merupakan bentuk antara metabolik atau bagian

dari suatu biomolekul bukan protein. Ada dua kelompok amino yang

bukan merupakan pembentuk protein (14 : 28) :

1. Yang jarang didapatkan sebagai satuan pembentuk protein.

2. Yang sama sekali tidak merupakan satuan pembentuk protein.

15

Page 16: Laporan Asam Amino-1

Dimana Asam amino bisa dengan pengaruh pH akan menjadi

gugus amino terprotonasi (NH3+) dan gugus karboksil terionisasi

(COO-). Pembangun protein adalah asam α-amino, sering disebut

asam amino saja, yang mempunyai struktur sebagai berikut (15 : 17) :

H O

│ │+NH3 –C– C–O –

R

Efek pada gambar tersebut adalah efek zwitter (atau ionisasi

ganda). Dengan adanya ion ganda ini menyebabkan bereaksi dengan

asam ataupun basa. Terdapat 20 macam asam amino yang ditemukan

dalam protein. Berdasarkan gugus R-nya asam amino terdiri dari

(15:17) :

1. Asam Amino dengan gugus R-nya berupa hidrogen atau rantai

karbon yaitu glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin dan fenilalanin

2. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung gugus hidroksil (-

OH) yaitu Serin, treonin, dan tirosin

3. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung gugus karboksil

(-COOH) yaitu asam aspartat dan asam glutamat.

4. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung N yaitu asparagin,

glutamin, lisin, arginin, histidin dan triptofan

5. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung S yaitu sistein,

metionin

16

α

Page 17: Laporan Asam Amino-1

6. Asam Amino dengan gugus R-nya membentuk ikatan siklik dengan

gugus amin yaitu prolin

Kedua puluh asam amino tersebut terbagi menjadi 2 bagian

berdasarkan kepolarannya yaitu asam amino bersifat polar dan

nonpolar (16 : 8-9) :

1. Asam amino bersifat nonpolar yaitu Glisin, Alinin, Prolin, Valin,

Isoleusin, Metionin, Triptofan, Leusin, dan Phenilalanin.

2. Asam aminao bersifat polar yaitu Asparagin, Threonin, Serin, Asam

aspartat, Tirosin, Histidin, Arginin, Lysin, Asam Glutamat, dan

Sistein.

No Nama Sifat Jenis

1 Glisin Netral Non esensial

2 Alanin Netral Non esensial

3 Valin Netral Esensial

4 Leusin Netral Esensial

5 Isoleusin Netral Esensial

6 Serin Netral Non esensial

7 Threonin Netral Esensial

8 Fenilalanin Netral Esensial

9 Metionin Netral Esensial

10 Sistein Netral Non esensial

11 Asparagin Netral Non esensial

12 Tirosin Netral Non esensial

13 Triptofan Netral Esensial

17

Page 18: Laporan Asam Amino-1

14 Prolin Netral Non esensial

15 Glutamin Netral Non esensial

16 As. Aspartat Asam Non esensial

17 As. Glutamat Asam Non esensial

18 Lisin Basa Esensial

19 Arginin Basa Esensial

20 Histidin Basa Esensial

Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas

pertama, produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh,

digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua,

pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah

katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta

siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan

asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino

(17 : 625).

18

Page 19: Laporan Asam Amino-1

II.2 Uraian Bahan

1. Albumin (18 : 75)

Nama resmi : ALBUMINUM

Nama lain : Albumin

Pemerian : Cairan jernih warna coklat merah sampai

coklat jingga tua tergantung dari kadar protein.

Kelarutan : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu

antara 2˚ dan 25˚, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Protein dalam telur

2. Ammonia (18 : 86)

Nama resmi : AMMONIA

Nama lain : Amonia

RM/BM : NH4OH / 35,05

Pemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; bau khas ;

menusuk kuat

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ; di tempat sejuk

Kegunaan : digunakan pada uji sistein

3. Aqudest (18 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18,02

19

Page 20: Laporan Asam Amino-1

Pemerian : Cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai Pelarut

4. Ninhidrin (18 : 717)

Nama resmi : NINHYDRIN

Nama lain : Indametrion hidrat / indantrion hidrat

RM/BM : C9H4O3.H2O / -

Pemerian : Serbuk hablur ; putih atau kuning sangat

pucat

Kelarutan : Larut pada suhu 60˚ dalam 20 bagian air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pereaksi pada tes ninhidrin.

5. Raksa (II) nitrat (18 : 725)

Nama resmi : HYDRARGYRI BINITRAS

Nama lain : Raksa (II) Klorida / Sublimat

RM/BM : Hg(NO3)2.H2O / -

Pemerian : Hablur lembab ; tidak berwarna atau

berwarna lemah.

Kelarutan : Larut dalam asam nitrat encer P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pereaksi pada tes millon

20

Page 21: Laporan Asam Amino-1

6. Sistein (18 : 730)

Nama resmi : SISTEINA

Nama lain : Sistina

RM/BM : HOOC(NH2)CHCH2S-SCH2-CH(NH)COOH /

240,29

Pemerian : Serbuk hablur ; putih

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air ; praktis tidak

larut dalam etanol (95%) P dan dalam pelarut

organik lain ; larut dalam asam mineral encer

dan dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai bahan utama pada tes cystein.

7. Natrium nitroprusida (18 : 714)

Nama resmi : NATRII NITROHEKSASIANOFERAT

Nama lain : Natrium nitroprusida

RM/BM : Na2[Fe(CN)5(NO)].2H2O / -

Pemerian : Hablur ; warna merah delima

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : zat tambahan pada uji sistein

21

Page 22: Laporan Asam Amino-1

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan sebagai berikut, gegep,

gelas beaker, kaki tiga, lampu spirtus, pipet skala, pipet tetes,

rak tabung, segitiga, sendok tanduk,tabung reaksi.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu

aquadest, Kristal cysteine HCl, NH3,pereaksi milon, pereaksi

ninhidrin,putih telur,.

III.2 Cara Kerja

- Tes Millon

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dipipet 3 mL putih telur, dimasukkan kedalam tabung reaksi.

3. Ditambahkan 5 tetes pereaksi millon.

4. Dipanaskan dan diamati perubahan warnanya.

5. Positif jika larutan hasil berwarna merah.

- Tes Ninhidryn

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dipipet 3 mL putih telur, dimasukkan kedalam tabung reaksi.

3. Ditambahkan pereaksi ninhidryn 1%.

4. Diamati perubahan yang terjadi.

22

Page 23: Laporan Asam Amino-1

5. Positif jika terjadi perubahan warna menjadi biru-ungu.

- Tes Cysteine

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diambil Kristal cysteine HCl secukupnya, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

3. Ditambahkan 5 mL aquadest.

4. Ditambahkan 0,5 mL natrium nitroprussida 1%.

5. Ditambahkan 0,5 mL NH3.

6. Diamati perubahan yang terjadi.

7. Positif jika larutan berwarna merah hingga terbentuk endapan.

23

Page 24: Laporan Asam Amino-1

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

a. Tes millon

Sampel

Warna Pereaksi

berlebih

dipanaskan

Dengan pereaksi

millon

Setelah pemanasan

Putih Telur

(Albumin)

Gumpalan

putih

Endapan

kuningkuning

b. Tes ninhidrin

Sampelwarna

Dengan ninhidrin Setelah pemanasanPutih Telur

(Albumin)Putih kebiruan ungu

c. Tes sistein

Sampel

warna

Dengan penambahan Na

nitroprusida

Setelah penambahan

amonium

Kristal

sistein HClTidak dilakukan

Larutan berwarna

putih dan terbentuk

endapan putih

d. Tes sistin

Tidak dilakukan

24

Page 25: Laporan Asam Amino-1

IV.2 Reaksi

Tes Millon

Tes ninhidrin

Tes sistein

25

Page 26: Laporan Asam Amino-1

BAB V

PEMBAHASAN

Protein yang diisolasi dari sel hidup ada beratus-ratus. Semuanya

mengandung unsure-unsur C, H, N dan O dan hampir semua

mengandung S. Beberapa protein juga mengandung P, Fe, Zn dan Cu.

Bilamana protein itu dihidrolisis dengan bantuan asam maka

hasilnya adalah asam amino, yang jumlahnya tergantung dari panjang

rantai, berat molekul, dan lain-lain.

Asam amino merupakan satuan penyusun protein. Berdasarkan

rumus bangunnya asam amino dapat dipandang sebagai turunan asam

karboksilat, yang satu atom hidrogennya digantikan oleh gugus amino

(NH2).

Asam amino yang terdapat dalam protein dapat dibagi dalam dua

golongan berdasarkan polaritas relative gugus R-nya, yaitu :

Gugus nonpolar, yaitu gugus yang mempunyai sedikit atau tidak

mempunyai selisih muatan dari daerah yang satu ke daerah yang

lain. Gugus yang termasuk nonpolar adalah Alanin, Isoleusin,

Leusin, Metionin, Fenilalanin, Prolin, Triptofan, dan Valin.

Gugus polar, yaitu mempunyai selisih muatan yang relative besar

pada daerah-daerah yang berbeda. Gugus yang termasuk polar

adalah Arginin, Asam aspartat, Sistein, Asam glutamate, Glutamin,

Glisin, Histidin, Lisin, Serin, Treonin dan Tirosin.

26

Page 27: Laporan Asam Amino-1

Asam amino yang terdapat dalam protein, dapat dibedakan berdasarkan :

Rantai samping alifatik, yang terdiri dari : Glisin, Alanin, Valin,

Leusin, dan Isoleusin.

Rantai samping mengandung gugus hidroksil ( OH ), terdiri dari :

Serin dan Treonin.

Rantai samping mengandung atom sulfur, terdiri dari : Sistein dan

Metionin.

Rantai samping mengandung gugus asam atau amidanya, terdiri

dari : Asam aspartat, Asparagin, Asam glutamate, dan Glutamin.

Rantai samping mengandung gugus basa, terdiri dari : Arganin,

Lisin, Hidroksilisin dan Histidin.

Mengandung cincin aromatic, terdiri dari : Histidin, Fenilalanin,

Tirosin, dan Triptofan.

Asam imino, terdiri dari : Prolin dan 4-Hidroksiprolin.

Pembentukan ikatan peptide :

Reaksi asam amino yang paling penting adalah pembentukan

ikatan peptide. Pada dasarnya, pembentukan ikatan peptide memerlukan

pembuangan 1 mol air antara gugus alfa-karboksil dari asam amino dan

gugus alfa-karboksil dari asam amino kedua. Untuk mensintesis ikatan

peptide antara 2 asam amino, gugus karboksil lebih dahulu harus

diaktifkan. Secara kimia ini sebelumnya memerlukan perubahan menjadi

klorida asam. Secara biologi, pengaktifan memerlukan kondensasi dangan

27

Page 28: Laporan Asam Amino-1

ATP. Berikut adalah kondensasi gugus karboksil asam amino dengan

ATP.

Dalam percobaan ini dilakukan beberapa uji terhadap asam amino,

diantaranya :

Tes millon :

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel albumin

yang terdapat dalam putih telur, ditambahkan pereaksi millon, yaitu

dengan menggunakan reagen HgNO3 dalam HNO2, lalu dipanaskan. Pada

saat penambahan pereaksi millon warna yang didapatkan yaitu terbentuk

gumpalan putih, setelah pemanasan terbentuk endapan kuning, dan saat

di tambahkan pereaksi berlebih dan dipanaskan terbentuk warna kuning.

Pada literature ( Martin Muliawan : 1979 ) dijelaskan bahwa dengan

menggunakan reagen HgNO3 dalam HNO2, dan dengan dipanaskan. Hasil

positif yang didapatkan yaitu berwarna merah, warna merah yang

terbentuk kemungkinan terbentuk dari garam merkuri dan tripsin yang

tereksitasi, dan asam amino yang ditemukan adalah Tirosin.

Sedangkan pada literature (Anna Poedjiadi : 2009) Apabila

pereaksi millon dalam hal ini larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam

asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein akan

menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh

pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.

Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.

28

Page 29: Laporan Asam Amino-1

Reaksi millon

Tes Ninhydrin :Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel

albumin yang terdapat dalam putih telur, ditambahkan larutan ninhydrin

0,1 %, lalu dipanaskan. Pada saat penambahan larutan ninhydrin

terbentuk warna putih kebiruan, dan setelah pemanasan terbentuk warna

ungu.

Pada beberapa literature ( Martin Muliawan : 1979 ), dijelaskan

bahwa ninhydrin, suatu zat pengoksidasi yang sangat kuat, menyebabkan

dekarboksilasi oksidatif asam amino-alfa, menghasilkan CO2, NH3, dan

suatu aldehida dengan satu atom karbon kurang daripada asam amino

induknya. Ninhydrin tereduksi kemudian bereaksi dengan amino yang

lepas, membentuk kompleks biru yang maksimal menyerap cahaya

dengan panjang gelombang 570 nm. Intensitas warna biru yang dihasilkan

dalam keadaan baku merupakan dasar bagi test kwantitatif yang sangat

berguna untuk asam amino-alfa. Amina-amina yang bukan asam amino-

alfa juga bereaksi dengan ninhydrin, membentuk warna biru tetapi tanpa

mengelurkan CO2. Dengan demikian pengeluaran CO2 merupakan indikasi

29

Page 30: Laporan Asam Amino-1

adanya asam amino-alfa. NH3 dan peptide pun dapat bereaksi, walaupun

lebih lambat daripada asam amino-alfa. Prolin dan 4-Hidroksilprolin

menghasilkan warna kuning dan bukan warna merah dengan ninhydrin.

Pada literature lain ( Ralph J. Fessenden : 1997 ), dijelaskan bahwa

hasil positif yang diperoleh pada tes ninhydrin yaitu dari warna biru

menjadi ungu, dengan reaksi berikut :

Tes Cystein :

Pada percobaan ini, yang meraksikan kristal cystein hidroklorida

pada larutan ini memberikan warna merah salmon. Warna ini terjadi

karena antara natrium nitroprussida dalam amoniak akan menghasilkan

warna merah salmon. Setelah larutan dipanaskan dengan cara

pemanasan langsung, pemanasan berfungsi untuk mempercepat

terjadinya reaksi. Warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah.

Gugus yang nampak adalah sulfuhidril.

Pada larutan yang menggunakan sistein, hasil akhirnya

memberikan larutan yang berwarna coklat tua.

30

Page 31: Laporan Asam Amino-1

Reaksi antara gugus sulfuhydril dari asam amino (Cysteina) peptida

(glutathiono) atau protein dengan nitroprussida dan amoniak berlebih

dapat diterangkan sebagai berikut:

Fe3+(CN)5NO2- + NH3 + RSH NH4+Fe2+(CN)5NO2-SR-

warna salmon warna merah

Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Larutan contoh + Larutan Na-nitroprussida berwarna putih keruh dan

terdapat endapan + Amonium hidroksi berwarna bening pink, ada

endapan

Reaksi cysteina yaitu :

O ll H-S-CH2-CH-C-OH + NH4OH + Fe3+ (CN)5 NO2- Na

l NH2

O ll

NH4+ Fe (CN)5 NO2--S-CH2-CH-C-OH + NaOH

l NH2

31

Page 32: Laporan Asam Amino-1

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sampel putih telur dengan uji millon diperoleh gumpalan putih

setelah dipanaskan terdapat endapan kuning dan pereaksi

berlebih dipanaskan berwarna kuning.

2. Sampel putih telur dengan uji ninhidrin diperoleh warna warna

putih kebiruan dan setelah pemanasan berwarna ungu.

3. Sampel putih telur dengan uji cystein terbentuk endapan putih

dan larutan berwarna putih.

VI.2 Saran

Diharapkan para asisten mendampingi praktikan pada saat

praktikum sehingga praktikum berjalan dengan lancar.

32

Page 33: Laporan Asam Amino-1

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Dosen Kimia. 2007. Kimia Dasar 2. Universitas Hasanuddin. :

Makassar. p : 15

2. Tim Asisten. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. STIFA : Makassar.

p : 14-15

3. Sultanry. 1985. Kimia Pangan. Universitas Hasanuddin. : Makassar.

p:127

4. Pine, S. H, Hendrickson, J. B., Cram, D. J., dan Hammond, G. S.

1980. Kimia Organik. ITB : Bandung. p : 137-138

5. Daintith, J. 2005. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. : Jakarta. p : 54

6. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta.

p:103,109, dan 122

7. Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga. :

Jakarta. p : 313

8. Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1994. Kimia Organik.

Erlangga. : Jakarta. p : 183

9. Patong, A. R. 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium

Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin :

Makassar. p : 20

10. Arbianto, purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. ITB :

33

Page 34: Laporan Asam Amino-1

Bandung. p : 85

11. Girindra, A. 1990. Biokimia I. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

p: 62

12. Deman, M.John, 1997. Kimia Makanan. ITB : Bandung. p : 103-106

13. Willbraham, AC. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB :

Bandung. p : 35

14. Hart, H. 2003. Kimia Organik. Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.

Erlangga : Jakarta. p : 28

15. Citadi, MS, Prof. DR. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. UNPAR :

Palangkaraya. p : 17

16. Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Universitas Terbuka Indonesia :

Jakarta. p : 8-9

17. Martine D. W., Mayes P. A., and Rodwell V. W., 1987. Biokimia

(Review of Biochemistry). Alih Bahasa : Adji Dharma dan

Andreas Sanusi Kurniawan. EGC (Penerbit Buku

Kedokteran) : Jakarta. p : 625

18. DIRJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI :

Jakarta. p. 75, 86, 96, 717, 725, 730, 714.

34