115
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005 PADA KABUPATEN BANYUMAS DI BANYUMAS Nomor : 212/R/XIV.4/12/2005 Tanggal : 27 Desember 2005

Laporan Audit Keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Audit Keuangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN ATAS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2005

PADA

KABUPATEN BANYUMAS

DI

BANYUMAS

Nomor : 212/R/XIV.4/12/2005

Tanggal : 27 Desember 2005

Page 2: Laporan Audit Keuangan

2

DAFTAR ISI

RESUME HASIL PEMERIKSAAN............................................................ 1

BAB I. GAMBARAN UMUM 1. Tujuan Pemeriksaan.............................................................................................. 4 2. Sasaran Pemeriksaan............................................................................................ 4 3. Metode Pemeriksaan.............................................................................................. 4 4. Jangka Waktu Pemeriksaan................................................................................... 4 5. Obyek Pemeriksaan............................................................................................... 4 a. Dasar Hukum Pendirian, Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah, Bidang

Usaha..............................................................................................................

5 1) Dasar Hukum Pendirian...........................................................................

2) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah........................................................ 3) Bidang Usaha...........................................................................................

5 5 5

b. Organisasi........................................................................................................ 7 c. Personalia........................................................................................................ 8 d. Data Keuangan dan Kinerja RSUD.............................................................. 9 1) Anggaran dan

Realisasi........................................................................ a) Anggaran dan Realisasi Pendapatan................................................... b) Anggaran dan Realisasi Belanja........................................................

2) Ratio Kinerja RSUD..............................................................................

a) Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD............................................. b) Daftar 10 besar penyakit berdasarkan data kegiatan RSUD ............

9 9

10 11 12 13

6. Cakupan Pemeriksaan....................................................................................... 14 BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN................. 16 1. Lingkungan Pengendalian..................................................................................... 16 a. Integritas dan Nilai Etika................................................................................ 16 b. Komitmen pada kompetensi........................................................................... 17 c. Partisipasi Dewan Penyantun......................................................................... 17 d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen........................................................... 17 e. Struktur Organisasi......................................................................................... 18 f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.................................................... 19 g. Kebijakan dan praktik sumber daya............................................................... 19 2. Penaksiran Resiko.................................................................................................. 19 3. Aktivitas Pengendalian........................................................................................... 20 a. Kebijakan........................................................................................................ 20 b. Prosedur.......................................................................................................... 21 4. Informasi dan Komunikasi.................................................................................... 21 5. Pemantauan............................................................................................................ 22 BAB III. HASIL PEMERIKSAAN............................................................................. 23 1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum

diterima dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke kas daerah ……………………………………………………………………….

23

Page 3: Laporan Audit Keuangan

3

2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan

secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD...........

27

3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan kontribusi yang memadai bagi daerah …………………………………………..

38

4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah ……

41

5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai peruntukannya……………………………………………………………………

46

6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat dan pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar film senilai Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai …………..

52

7. Pemberian extra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur ………………………………...

58

8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B belum memiliki landasan peraturan …………………………………………...

61

9. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan penambahan pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini kebenarannya …………………………………………………….

66

10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00 secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya ……………………………………

73

11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam laporan Keuangan ………………………………………………………………..

79

12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan ........................................................

84

13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan .......................................................................................................

87

14. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00 menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah .................................

90

15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi lain ……………………………………………………………………………….

99

LAMPIRAN

Page 4: Laporan Audit Keuangan

4

HASIL PEMERIKSAAN ATAS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN BANYUMAS

DI BANYUMAS

Semester II Tahun Anggaran 2005

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Banyumas diatur

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 Tahun

1996 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas

menjadi Unit Swadana Daerah yang memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan pendidikan kesehatan, meningkatkan sumber daya manusia dan

meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Pada

Tahun 2001 RSUD Kabupaten Banyumas ditetapkan menjadi RS kelas B Pendidikan

oleh Menteri Kesehatan dengan Surat Keputusan Nomor 850/Menkes/SK/VIII/2001

tanggal 5 Oktober 2001.

Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Internal atas pengelolaan Keuangan

pada RSUD Kabupaten Banyumas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengendalian

administrasi dan pengelolaan keuangan masih cukup lemah, yang ditunjukkan dengan

lemahnya beberapa komponen pengendalian terutama pada kebijakan manajemen yang

berhubungan dengan pihak eksternal Rumah Sakit, kompetensi sumber daya yang

Page 5: Laporan Audit Keuangan

5

menangani administrasi keuangan, dan pemantauan oleh Satuan Pengawas Internal

Rumah Sakit. Adanya beberapa kelemahan dalam pengendalian internal ini

mengakibatkan pengelolaan atas asset asset Rumah Sakit seperti kas, piutang, persediaan,

aktiva, hutang dan kerja sama dengan pihak ketiga belum dilaksanakan secara optimal,

sebagaimana diuraikan dalam temuan pemeriksaan.

Dengan tidak mengurangi keberhasilan yang telah dicapai oleh RSUD Kabupaten

Banyumas, hasil pemeriksaan terinci atas pengelolaan asset-asset RSUD masih

menunjukkan beberapa kelemahan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum diterima

dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke kas daerah;

2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan secara

bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD;

3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan

kontribusi yang memadai bagi daerah;

4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah

5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai

peruntukannya;

6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat dan

pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar film senilai

Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai;

7. Pemberian ekstra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar

Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur;

8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B

belum memiliki landasan peraturan;

9. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi

Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan penambahan

pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini kebenarannya;

10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00

secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat

diyakini kewajarannya;

Page 6: Laporan Audit Keuangan

6

11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam laporan

Keuangan;

12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan

sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan;

13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan;

14. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00

menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah;

15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi lain.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERWAKILAN IV DI YOGYAKARTA

KEPALA,

Dra. Evita Eriati, MM

NIP. 240001905

Page 7: Laporan Audit Keuangan

7

BAB I. GAMBARAN UMUM

1. Tujuan Pemeriksaan

Untuk menentukan apakah :

a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;

b. Entitas yang diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan

keuangan tertentu;

c. Sistem pengendalian intern entitas tersebut, baik terhadap laporan keuangan

maupun terhadap pengamanan atas kekayaan, telah dirancang dan dilaksanakan

secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.

2. Sasaran Pemeriksaan

Guna mencapai tujuan pemeriksaan tersebut di atas, pemeriksaan diarahkan pada

sasaran sebagai berikut :

a. Pendapatan dan pengeluaran/biaya pelayanan kesehatan pada RSUD;

b. Pengelolaan kas, piutang dan persediaan pada RSUD;

c. Pengelolaan aktiva pada RSUD, termasuk di dalamnya pengadaan barang dan

jasa di lingkungan RSUD serta efektivitas pemanfaatan sarana, prasarana dan

peralatan kesehatan;

d. Pengelolaan hutang pada RSUD;

e. Kerjasama dengan pihak ketiga dan aktivitas investasi pada RSUD.

3. Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghimpun, menganalisis, dan mengevaluasi

data secara uji petik atas pengelolaan pendapatan, belanja rutin, belanja modal, kas,

piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama pihak ketiga dan investasi serta

konfirmasi dan pengujian di lapangan.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Juli sampai dengan 23 Agustus 2005.

5. Obyek Pemeriksaan

a. Dasar Hukum Pendirian, Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah, Bidang Usaha.

1) Dasar Hukum Pendirian

Page 8: Laporan Audit Keuangan

8

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas didirikan pada tanggal 1

Januari 1924 oleh Pemerintahan Belanda dan Tahun 1953 pengelolaannya

diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Tahun

1993 RSUD Banyumas ditetapkan dari Rumah Sakit kelas D menjadi kelas C

pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI Nomor (tanpa

nomor)/Menkes/SK/I/1993 dan menjadi Rumah Sakit Kelas B Non

Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan SK Menkes RI Nomor

115/Menkes/SK/VII/2000 dan Tahun 2001 ditetapkan menjadi RS kelas B

Pendidikan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor

850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001. Sesuai dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 Tahun 1996 tentang

Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas

menjadi Unit Swadana Daerah dan diundangkan dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor : 13 Tanggal 17 Nopember

1997.

2) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah

Tujuan RSUD adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

pendidikan kesehatan, meningkatkan sumber daya manusia dan

meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

dan pendidikan.

3) Bidang Usaha

Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai bidang usaha pelayanan kesehatan

masyarakat yang meliputi :

a). Pelayanan Rawat Inap meliputi :

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit dalam

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit bedah

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit anak

- Pelayanan Rawat Inap spesialis obsgyn

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit mata

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit THT

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit Syaraf

Page 9: Laporan Audit Keuangan

9

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jiwa

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit kulit dan kelamin

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jantung

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit ortopedi

- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit penyakit paru

b). Pelayanan Rawat Jalan meliputi :

- Klinik Gawat Darurat

- Klinik Konsultasi Gizi

- Klinik Laktasi

- Klinik Spesialis Bedah

- Klinik Spesialis Penyakit Dalam

- Klinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

- Klinik Spesialis Anak

- Klinik Spesialis Mata

- Klinik Spesialis THT

- Klinik Spesialis Syaraf

- Klinik Spesialis Jiwa

- Klinik Spesialis Jantung

- Klinik Spesialis Penyakit Kulit dan kelamin

- Klinik Spesialis Ortopedi

- Klinik Psikologi

- Klinik VIP

- Klinik Keluarga Berencana

- Klinik Stres dan penanggulangan narkoba

- Pusat Konsultasi Epilepsi

- Pusat Pelayanan Stroke Terpadu

c). Pelayanan Unit Penunjang

- Instalasi Laboratorium Klinik

- Instalasi Farmasi

- Instalasi Gawat Darurat

- Instalasi Radiologi

Page 10: Laporan Audit Keuangan

10

- Kasir

- Pusat Data Elektronik

- Instalasi Bedah Sentral

- Instalasi Pemasaran Sosial

- Instalasi Gizi

- Instalasi Sterilisasi Sentral

- Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS

- Instalasi Rehabilitasi Medik

- Fitnes Center

- Perpustakaan Elektronik dan Perpustakaan Konvensional

b. Organisasi

Pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Badan Rumah Sakit Umum

Daerah diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun

2001 Tanggal 2 Juni 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas.

1) Kepala Badan

2) Sekretariat, terdiri dari :

a). Sub Bagian Umum

b). Sub Bagian Tata Usaha

c). Sub Bagian Kepegawaian

d). Sub Bagian Rekam Medis

3) Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :

a). Sub Bidang Pelayanan Medis I

b). Sub Bidang Pelayanan Medis II

4) Bidang Keperawatan, terdiri dari :

a). Sub Bidang Pelayanan Keperawatan

b). Sub Bidang Asuhan Keperawatan

c). Sub Bidang Asuhan Kebidanan

5) Bidang Penunjang Medis, terdiri dari :

a). Sub Bidang Penunjang Medis I

b). Sub Bidang Penunjang Medis II

Page 11: Laporan Audit Keuangan

11

6) Bidang mutu dan pendidikan, terdiri dari :

a). Sub Bidang Riset, Pengembangan dan Peningkatan Mutu

b). Sub Bidang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

c). Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan

7) Bidang Keuangan, terdiri dari :

a). Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi

b). Sub Bidang Perbendaharaan

c). Sub Bidang Mobilisasi Dana

8) Kelompok Jabatan Fungsional

Susunan Organisasi dan Tata Kerja tersebut telah ditindaklanjuti dengan

Keputusan Bupati Banyumas Nomor 71 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok,

Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Umum Kabupaten

Banyumas tanggal 18 Juli 2001.

c. Personalia

Jumlah karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas

sampai dengan Juli 2005 sebanyak 517 orang dengan rincian sebagai berikut :

Total SDM PNS PTT Harian Lepas

Jumlah

1. Tenaga Medis 2. Tenaga Keperawatan 3. Tenaga Kesehatan Lainnya 4. Tenaga Non Kesehatan

29 83 37 70

1 82 21

105

1 36 7

45

31 201 65

220

Total 219 209 89 517

d. Data Keuangan dan Kinerja RSUD

RSUD Banyumas telah menyusun Neraca per 31 Desember 2004. Hasil

pemeriksaan atas bukti pendukung dari Neraca tersebut menunjukkan bahwa nilai

dari akun-akun neraca tersebut tidak dapat ditelusuri karena tidak didukung bukti-

bukti yang memadai. Dengan demikian, Neraca RSUD tidak dapat disajikan pada

Bab ini, karena tidak valid. Namun demikian, Laporan Realisasi Pendapatan dan

Belanja untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2004 dan 31 Juni 2005

telah disajikan dengan cukup memadai.

Page 12: Laporan Audit Keuangan

12

1) Anggaran dan Realisasi

Anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja pada RSUD Kabupaten

Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut :

a). Anggaran dan Realisasi Pendapatan

Anggaran dan realisasi Pendapatan untuk RSUD Kabupaten Banyumas

untuk Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Agustus) seperti tertera

dalam tabel berikut ini :

Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih2004 2004 2004(Rp) (Rp) (Rp)

Pendapatan Fungsional 14.721.286.000 15.556.359.644 835.073.644 1. Rawat Jalan 1.800.000.000 1.471.514.310 (328.485.690) 2. Rawat Inap 8.290.000.000 8.353.483.873 63.483.873 3. ASKES 3.521.286.000 4.468.827.661 947.541.661 4. Instalasi Farmasi B 950.000.000 896.701.348 (53.298.652) 5. Diklat 150.000.000 139.876.000 (10.124.000) 6. Lain-lain 10.000.000 225.956.452 215.956.452

- Pendapatan Non Fungsional 115.000.000 117.634.232 2.634.232 1. Adm. Rawat Jalan 30.000.000 20.838.750 (9.161.250) 2. Adm. Rawat Inap 42.000.000 57.413.050 15.413.050 3. Sewa Rumah Dinas 1.300.000 1.285.100 (14.900) 4. Jasa Giro 41.700.000 38.097.332 (3.602.668)

- JPS 778.714.000 807.754.443 29.040.443 Total Pendapatan 15.615.000.000 16.481.748.319 866.748.319

Page 13: Laporan Audit Keuangan

13

Pendapatan RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan

sebesar Rp15.615.000.000,00 dan telah direalisasikan sebesar

Rp16.481.748.319,00 atau mencapai 105,55% dari target. Sedangkan untuk

Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar Rp17.900.014.000,00 dan

telah direalisasikan sebesar Rp10.967.052.220,00 atau baru mencapai

61,27%

b). Anggaran dan Realisasi Belanja

Anggaran dan realisasi belanja untuk RSUD Kabupaten Banyumas untuk

Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Agustus) seperti tertera dalam tabel

berikut ini :

Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst)

Pendapatan Fungsional 17.000.000.000 10.098.679.889 (6.901.320.111) 1. Rawat Jalan 1.800.000.000 998.765.833 (801.234.167) 2. Rawat Inap 8.290.000.000 4.912.593.337 (3.377.406.663) 3. ASKES 6.000.000.000 3.575.335.738 (2.424.664.262) 4. Instalasi Farmasi B 800.000.000 529.818.156 (270.181.844) 5. Diklat 100.000.000 72.757.825 (27.242.175) 6. Lain-lain 10.000.000 9.409.000 (591.000)

- Pendapatan Non Fungsional 121.300.000 60.617.888 (60.682.112) 1. Adm. Rawat Jalan 25.000.000 12.557.256 (12.442.744) 2. Adm. Rawat Inap 55.000.000 39.046.750 (15.953.250) 3. Sewa Rumah Dinas 1.300.000 856.800 (443.200) 4. Jasa Giro 40.000.000 8.157.082 (31.842.918)

- JPS 778.714.000 807.754.443 29.040.443 Total Pendapatan 17.900.014.000 10.967.052.220 (6.932.961.780)

Page 14: Laporan Audit Keuangan

14

Uraian Belanja Anggaran Realisasi Selisih2004 2004 2004

Belanja Administrasi Umum 6.917.814.573 7.190.230.804 272.416.231,00 Belanja Pegawai 4.948.054.573 5.251.725.498 303.670.925,00 Belanja Barang dan Jasa 1.273.500.000 1.232.697.651 (40.802.349,00) Belanja Perjalanan Dinas 191.250.000 201.746.940 10.496.940,00 Belanja Pemeliharaan 505.010.000 504.060.715 (949.285,00) Belanja Operasional & Pemeliharaan 10.719.610.500 11.356.321.018 636.710.518,00 Belanja Pegawai 6.544.610.500 6.567.466.335 22.855.835,00 Belanja Barang dan Jasa 4.175.000.000 4.788.854.683 613.854.683,00 Belanja Modal 2.500.629.500 2.361.814.679 (138.814.821,00) Belanja Modal Bangunan Gedung 914.004.500 775.473.975 (138.530.525,00) Belanja Modal Alat Kantor & Rumah Tangga 751.805.000 751.521.417 (283.583,00) Belanja Modal Alat Kedokteran 834.820.000 834.819.287 (713,00) Total Belanja 20.138.054.573 20.908.366.501 770.311.928,00

Uraian Belanja Anggaran Realisasi Selisih2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst)

Belanja Administrasi Umum 7.980.615.050 6.287.224.975 (1.693.390.075) Belanja Pegawai 5.527.615.050 4.454.610.341 (1.073.004.709) Belanja Barang dan Jasa 1.824.500.000 1.394.338.552 (430.161.448) Belanja Perjalanan Dinas 365.500.000 245.102.060 (120.397.940) Belanja Pemeliharaan 263.000.000 193.174.022 (69.825.978) Belanja Operasional & Pemeliharaan 12.266.244.000 9.695.219.836 (2.571.024.164) Belanja Pegawai 6.990.800.000 4.889.309.288 (2.101.490.712) Belanja Barang dan Jasa 5.275.444.000 4.805.910.548 (469.533.452) Belanja Modal 2.280.756.000 737.722.705 (1.543.033.295) Belanja Modal Bangunan Gedung 1.080.756.000 383.836.900 (696.919.100) Belanja Modal Alat Kantor & Rumah Tangga 400.000.000 200.540.455 (199.459.545) Belanja Modal Alat Kedokteran 800.000.000 153.345.350 (646.654.650) Total Belanja 22.527.615.050 16.720.167.516 (5.807.447.534)

Belanja RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan

sebesar Rp20.138.054.573,00 dan telah direalisasikan sebesar

Rp20.908.366.501,00 atau mencapai 103,83% dari anggarannya.

Sedangkan untuk Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar

Rp22.527.615.050,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp16.720.167.516,00

atau telah mencapai 74,22%.

2) Rasio kinerja RSUD

Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan RSUD Kabupaten Banyumas

meliputi kegiatan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan

pelayanan administrasi. Adapun kegiatan pelayanan kesehatan khususnya

Page 15: Laporan Audit Keuangan

15

untuk pelayanan medis dalam Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Juni)

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

a). Indikator pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah

Tahun 2004

Bulan TT BOR (%)

LOS TOI BTO GDR NDR

Januari 283 72,4 5 2 5 60 30 Februari 283 74,6 5 2 5 20 10 Maret 283 73,1 5 2 5 50 70 April 283 71,5 5 2 5 60 30 Mei 283 77,5 5 1 5 50 60 Juni 283 74,7 5 1 5 50 30 Juli 283 79,5 5 1 5 40 20 Agustus 283 76,3 5 2 5 50 30 September 283 70,1 5 2 5 57 25 Oktober 283 74,5 6 2 4 58 25 Nopember 283 78,7 5 1 5 58 25 Desember 283 74,5 5 1 5 58 23 Total Rata-rata 283 74,78 5,1 1,58 4,92 50,92 31,5

Tahun 2005

Bulan TT BOR LOS TOI BTO GDR NDR Januari 283 79,80 6,00 1,00 5,00 40 24 Februari 283 81,30 6,00 2,00 4,00 56 29 Maret 283 81,10 5,00 1,00 5,00 34 12 April 283 82,80 6,00 1,00 5,00 39 25 Mei 283 87,70 6,00 1,00 5,00 65 28 Juni 283 85,30 6,00 1,00 9,00 53 24 Total Rata-rata 283 83 5,83 1,17 5,5 47,83 23,67

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat

pemanfaatan Rumah Sakit Umum Daerah berupa Bed Ocupancy Rate

(BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over

(BTO), Gross Death Rate (GDR) dan Nett Death Rate (NDR) selama dua

tahun terakhir menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

- Rasio BOR untuk Tahun 2004 sebesar 74,78 % dan Tahun 2005

sebesar 83% ini menunjukkan bahwa untuk tahun 2004 sudah sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh Dirjen Pelayanan Medik Dinas

Kesehatan yaitu 60% - 80% dan untuk Tahun 2005 di atas standar yang

berarti bahwa tingkat pemanfaatan tempat tidur mengalami kenaikan di

Page 16: Laporan Audit Keuangan

16

atas standar ideal, hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang

menginap di Rumah Sakit semakin meningkat dibandingkan kapasitas

yang ada.

- Rasio LOS untuk Tahun 2004 sebesar 5,1 hari dan Tahun 2005 sebesar

5,83 hari. Hal ini menunjukkan bahwa selama dua tahun nilai ratio

LOS lebih rendah dari standar yang ditetapkan yaitu sebesar 6 – 9 hari.

Bisa disimpulkan LOS masih kurang efisien. LOS menggambarkan

tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit.

- Rasio TOI untuk Tahun 2004 sebesar 1,58 hari dan Tahun 2005 sebesar

1,17 hari. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tahun 2004 dan 2005 ratio

ini sudah sesuai standar ideal yaitu sebesar 1 – 3 hari.

- Rasio BTO untuk tahun 2004 sebesar 4,92 kali dan tahun 2005 sebesar

5,5 kali hal ini menunjukkan bahwa rasio perputaran pemakaian tempat

tidur selama dua tahun masih jauh di bawah standar ideal yaitu sebesar

40 – 50 kali.

- Rasio GDR atau angka kematian kasar yaitu angka kematian umum

untuk tiap 1000 penderita keluar baik hidup dan mati pada periode

tertentu. Rasio GDR untuk Tahun 2004 dan 2005 masing-masing

sebesar 50,92 permil dan 47,83 permil hal ini menggambarkan bahwa

tingkat kematian untuk dua tahun masih di atas standar ideal yaitu di

bawah 45 permil. Rasio GDR ini menunjukkan bahwa semakin rendah

GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.

- Rasio NDR adalah angka kematian pasien rawat inap yang dirawat lebih

atau sama dengan 48 jam perawatan untuk tiap 1000 penderita keluar

baik hidup atau mati pada periode tertentu. Rasio NDR untuk tahun

2004 sebesar 31,50 permil dan tahun 2005 sebesar 23,67 permil, hal

ini menunjukkan bahwa selama dua tahun rasio NDR sudah berada di

bawah standar yaitu sebesar 25 permil. Semakin rendah NDR suatu

rumah sakit, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.

b). Daftar 10 besar penyakit berdasarkan data kegiatan Rumah Sakit Umum

Daerah selama dua tahun terakhir tampak pada daftar tabel berikut ini :

Page 17: Laporan Audit Keuangan

17

Tahun 2004

No Diagnosa Jumlah Prosentase 1 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu

(kolitis infeksi) 752 39,56

2 Tuberkolosis paru 438 23,04 3 Demam tifoid partifoid 293 15,41 4 Pneumonia 97 5,10 5 Demam berdarah dengue 85 4,47 6 Infeksi saluran nafas bagian atas akut 69 3,63 7 Broncitis akut dan bronkiolitis akut 64 3,37 8 Tetanus 49 2,58 9 Tuberkulosis susunan syaraf pusat 31 1,63 10 Tetanus neuonatorum 23 1,21 Jumlah 1901 100

Tahun 2005 (s.d. Juni)

No Diagnosa Jumlah Prosentase 1 Skizoprenia 805 31,03 2 Gastro Enteritis 365 14,07 3 Decom 358 13,80 4 KP 203 7,82 5 Chirhosis Hepatis 174 6,71 6 Stroke Non Hemorrage 166 6,40 7 Thonsilitis Cronis 136 5,24 8 Dispepsia 135 5,20 9 Hernia 130 5,01 10 Infeksi Saluran Kencing 122 4,70 Jumlah 2594 100

Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa antara Tahun 2004 dan Tahun

2005 pola penyakit yang ditangani oleh Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Banyumas mengalami perubahan. Pada Tahun 2004 penyakit

yang menduduki rangking tertinggi adalah penyakit diare dan gastroenteritis

oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) yaitu sebesar 39,56 %

sedangkan pada Tahun 2005 penyakit yang menduduki rangking tertinggi

adalah Skizoprenia yaitu sebesar 31,03 %.

6. Cakupan Pemeriksaan

Pemeriksaan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas

meliputi dua tahun anggaran yaitu Tahun 2004 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus).

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pengelolaan pendapatan dan belanja rumah

sakit, kas, piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama dengan pihak ketiga dan

Page 18: Laporan Audit Keuangan

18

investasi. Pemeriksaan pendapatan antara lain meliputi pendapatan fungsional yang

terdiri dari Rawat Jalan, Rawat Inap, Askes, Instalasi Farmasi, diklat dan lain-lain,

sedangkan pendapatan Non Fungsional antara lain meliputi Administrasi Rawat

Jalan, Administrasi Rawat Inap, Sewa Rumah Dinas, Sewa Diklat, dan Jasa Giro.

Pemeriksaan belanja meliputi belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan

Pemeliharaan dan Belanja Modal. Pendapatan RSUD Kabupaten Banyumas untuk

Tahun 2004 dianggarkan sebesar Rp15.615.000.000,00 dan telah direalisasikan

sebesar Rp16.481.748.319,00 atau mencapai 105,55% target. Sedangkan untuk

Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar Rp17.900.014.000,00 dan telah

direalisasikan sebesar Rp10.967.052.220,00 atau baru mencapai 61,27%

Belanja RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan

sebesar Rp20.138.054.573,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp20.908.366.501,00

atau mencapai 103,83% dari anggarannya. Sedangkan untuk Tahun 2005 (s.d.

Agustus) dianggarkan sebesar Rp22.527.615.050,00 dan telah direalisasikan

sebesar Rp16.720.167.516,00 atau telah mencapai 74,22%.

Sehubungan dengan hal tersebut telah dilakukan pemeriksaan atas

pendapatan sebesar Rp25.833.291.653,00 atau 94,11% dari total realisasi

pendapatan tahun 2004 dan tahun 2005 (s.d. Agustus) dan belanja sebesar

Rp37.628.534.017,00 atau 100% dari total realisasi belanja tahun 2004 dan 2005.

Hasil pemeriksaan menunjukkan total penyimpangan (Audit Finding) untuk bidang

pendapatan sebesar Rp2.265.806.443,00 atau 8,77% dari realisasi pendapatan yang

diperiksa dan untuk belanja sebesar Rp1.593.815.501,70 atau 4,24% dari total nilai

belanja yang diperiksa.

Page 19: Laporan Audit Keuangan

���

BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Pengendalian intern adalah suatu proses pengendalian yang dijalankan oleh

Dewan Penyantun, Direktur dan atasan langsung pegawai rumah sakit umum daerah

yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan (a)

keandalan laporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Dalam sistem pengendalian intern terdapat lima komponen yang menjadi

perhatian pihak manajemen, lima komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menunjukkan corak suatu organisasi yang mempengaruhi

sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan pengendalian intern.

Lingkungan pengendalian antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen

terhadap kompetensi, partisipasi Dewan Penyantun, filosofi dan gaya operasi

manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan

dan praktik sumber daya. Lingkungan Pengendalian pada RSUD Kabupaten

Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Integritas dan Nilai Etika

Integritas Dewan Penyantun, Direktur dan pegawai terhadap kelangsungan hidup

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas dan pencapaian tujuan rumah

sakit pada umumnya cukup baik. Nilai etika yang diterapkan Direktur kepada

para pegawai cukup baik sehingga pegawai memahami nilai-nilai etika dalam

bekerja maupun dalam pelayanan. Dalam hal disiplin bekerja dan etos kerja

pegawai di rumah sakit sudah baik, hal ini karena rumah sakit menerapkan cara

untuk meningkatkan pelayanan dengan memberi rangsangan yang berupa

pembagian jasa pelayanan dengan penghitungan berdasarkan angka indek yang

salah satu komponennya berupa penilaian prestasi, dedikasi, loyalitas, dan

kondite tidak tercela

Namun demikian, dari hasil pemeriksaan terhadap kondisi rumah sakit terdapat

salah satu pegawai yang perlu dilakukan pembinaan karena adanya tindakan yang

dapat dikategorikan sebagai pemalsuan bukti pendukung pertanggungjawaban

keuangan.

Page 20: Laporan Audit Keuangan

���

b. Komitmen pada Kompetensi

Direktur cukup memahami kompetensi yang dibutuhkan rumah sakit dan

berusaha menempatkan personil-personil yang tepat dalam melaksanakan tugas

pokok rumah sakit. Secara keseluruhan penempatan personil di beberapa unit

kerja telah cukup memadai, namun demikian masih terdapat beberapa unit kerja

yang kekurangan personil yang kompeten di bidangnya. Kekurangcukupan tenaga

yang kompeten terjadi pada Bagian Keuangan terutama untuk pengelolaan kas,

piutang dan penyusunan laporan Keuangan. Kepala Bidang Keuangan kurang

memahami akan pentingnya pembuatan laporan keuangan yang mencakup

seluruh komponen pendapatan, biaya dan akun-akun neraca yang terjadi dirumah

sakit secara menyeluruh dan kontinyu. Diperlukan data pendukung untuk

menyusun laporan keuangan yang lengkap dan pengalaman yang cukup untuk

menyusun Laporan Keuangan rumah sakit.

c. Partisipasi Dewan Penyantun

Dalam menetapkan kebijakan umum, menjalankan pengawasan, pengendalian dan

pembinaan terhadap rumah sakit, partisipasi aktif Dewan Penyantun sangat

dibutuhkan. Secara umum Dewan Penyantun telah melaksanakan tugasnya

dengan cukup memadai, namun demikian, pada beberapa bagian Dewan

Penyantun masih belum optimal dalam menjalankan perannya. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya beberapa permasalahan seperti terungkap dalam hasil

pemeriksaan.

d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen

Direktur cukup memahami adanya batasan-batasan dalam mengoperasikan rumah

sakit dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi

dalam pelaksanaan operasional rumah sakit masih dijumpai beberapa

permasalahan yang memerlukan kebijakan-kebijakan Direktur untuk

mengaturnya, antara lain :

- Adanya beberapa kegiatan yang belum ada landasan hukum. Hal ini terjadi

karena Direktur belum menetapkan Surat Keputusan sebagai landasan

hukum;

Page 21: Laporan Audit Keuangan

���

- Adanya pengenaan tarif rumah sakit yang belum berdasarkan Keputusan

Bupati;

- Adanya pegawai di bagian penerimaan uang yang mempunyai wewenang

pekerjaan yang melebihi batas atau merangkap beberapa tugas yang

sebenarnya bisa didelegasikan kepada pegawai lain;

- Laporan Keuangan yang dibuat belum mencerminkan kondisi keuangan yang

sebenarnya yang dalam hal ini dapat dilihat pada beberapa item pendapatan

dan belanja yang tidak dicatat sebagai transaksi rumah sakit.

- Tidak berfungsinya Tim Satuan Pengendalian Intern yang seharusnya

melakukan pengendalian secara berkala dengan cara membuat laporan

bulanan.

- Tidak tertibnya mekanisme pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan

secara swakelola oleh rumah sakit.

- Terdapat pemakaian fasilitas rumah sakit oleh pihak ketiga yang belum

ditangani secara maksimal sebagai potensi pendapatan.

e. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas merupakan rumah sakit kelas

B Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor

850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2001

tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan tata kerja badan Rumah Sakit

Umum Kabupaten Banyumas dan ditindak lanjuti dengan Keputusan Bupati

Banyumas Nomor 71 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas

dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Umum Kabupaten Banyumas terdiri dari

Kepala Badan, Sekretariat, Bidang Pelayanan Medis, Bidang Keperawatan,

Bidang Penunjang Medis, Bidang Mutu dan Pendidikan, Bidang Keuangan dan

kelompok jabatan fungsional. Secara garis besar pembagian tugas pokok dan

fungsi sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan akan tetapi untuk bidang

keuangan belum dapat berfungsi secara optimal karena kurangnya tenaga kerja

yang kompeten.

Page 22: Laporan Audit Keuangan

���

f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab

Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab dari Direktur kepada Kepala

Instalasi, dan Kepala Bidang sebagian besar sudah cukup memadai akan tetapi

masih terdapat kebijaksanaan di instalasi tertentu yang tidak berdasarkan Surat

Keputusan Direktur. Hal ini dapat dilihat pada Instalasi Gizi yang telah

membagikan tambahan makanan protein tinggi pada bangsal tertentu hanya

berdasarkan usulan dari kepala keperawatan tanpa disahkan dengan Surat

Keputusan Direktur. Selain itu, pemberian wewenang kepada Kepala Instalasi

untuk mengusulkan tarif layanan tidak berarti dapat memberlakukan tarif tersebut

tanpa persetujuan Bupati Kepala Daerah. Pemberian wewenang yang terlalu luas

juga terjadi pada pemberian wewenang kepada Kepala Sub Bagian Umum yang

telah mengelola pengadaan barang dan jasa secara swakelola dengan tidak

didukung dokumen-dokumen yang memadai, tidak mendasarkan pada peraturan

yang berlaku dan menggunakan rekanan dari internal rumah sakit.

g. Kebijakan dan praktik sumber daya

Penempatan personil pada masing-masing tugasnya telah dilaksanakan dengan

cukup memadai, kecuali untuk bidang keuangan dan administrasi. Hal ini

seharusnya segera menjadi perhatian manajemen dengan semakin meningkatnya

pasien yang harus dilayani maka pembenahan tenaga kerja pada bidang

Keuangan dan administrasi tidak dapat dihindari untuk segera dilakukan. Di

samping itu pembenahan atas personil di unit-unit pelayanan yang menangani

administrasi pendapatan maupun barang juga perlu dilakukan, karena hasil

pemeriksaan menunjukkan pengadministrasian pendapatan dan barang di unit-unit

pelayanan masing kurang memadai.

2. Penaksiran Risiko

Risiko mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan

secara negatif mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat, mengolah,

meringkas dan melaporkan data keuangan secara konsisten dengan asersi manajemen

dalam laporan keuangan. Penaksiran atau penilaian risiko atas pengelolaan Keuangan

secara formal belum pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit, namun secara berkala

Page 23: Laporan Audit Keuangan

���

telah diantisipasi oleh manajemen dengan melakukan pertemuan berkala yang

membahas permasalahan keuangan yang perlu diselesaikan oleh manajemen.

Meskipun demikian, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa antisipasi terhadap risiko

pengelolaan keuangan belum sepenuhnya dikendalikan dengan optimal.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan

bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan.

a. Kebijakan

Kebijakan operasional Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas secara

umum ditetapkan oleh Direktur, sedangkan kebijakan mengenai tarif pelayanan

rumah sakit ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Peraturan

Daerah dalam hal tarif telah mengalami perubahan dari Peraturan Daerah Nomor

1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada RSUD Kabupaten Banyumas

ke Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit

Swadana. Perubahan peraturan daerah yang mengatur tarif tersebut mempunyai

kenaikan biaya yang relatif tinggi sehingga dipandang akan membebani

masyarakat yang berobat ke RSUD Kabupaten Banyumas. Atas dasar hal tersebut

Direktur mengambil kebijaksanaan dengan mengeluarkan buku tarif baru

berdasarkan kenaikan tahap I yang mulai berlaku Tanggal 2 Januari 2002, dan

dilanjutkan dengan mengeluarkan Master Tarif berdasarkan kenaikan tahap II.

Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menaikkan tarif secara bertahap sebelum

diberlakukan tarif sesuai dengan tarif dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun

2001 dan disamping itu dalam master tarif diatur lebih rinci komponen biaya

pemeriksaan yang tidak terakomodasi dalam tarif sesuai Perda Nomor 18 Tahun

2001, akan tetapi pemberlakuan master tarif tersebut hanya berdasarkan usulan

dari masing-masing instalasi dan ditandatangani Direktur tanpa persetujuan

Pemerintah Daerah secara resmi.

Kebijakan operasional lainnya dilakukan secara lisan dan tertulis dalam disposisi-

disposisi surat pelaksanaan kegiatan. Secara umum kebijakan ini telah

Page 24: Laporan Audit Keuangan

���

diterjemahkan dengan baik oleh para pelaksana, namun pada beberapa hal

sebagaimana tersaji pada hasil pemeriksaan (misalnya pengadaaan barang dan

jasa secara swakelola) kebijakan Direktur tidak ditaati oleh pegawai yang

diberikan kewenangan dan tanggung jawab.

b. Prosedur

Prosedur Kerja untuk masing-masing unit atau instalasi RSUD telah diatur dalam

Prosedur Tetap (Protap). Prosedur Tetap tersebut dibentuk dan ditetapkan dengan

Surat Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Banyumas yang digunakan sebagai

pedoman kerja dari tiap unit atau instalasi.

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan meliputi sistem

akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,

meringkas dan melaporkan transaksi keuangan rumah sakit serta untuk memelihara

akuntabilitas aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Sistem akuntansi yang

terdiri dari metode dan pencatatan untuk mengidentifikasikan, menghimpun,

menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi untuk

menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan

dengan transaksi pada umumnya belum berjalan dengan baik, hal ini terjadi karena

pihak rumah sakit sebagian masih menggunakan pencatatan secara manual tanpa

diback up data pendukung yang relevan, sedangkan untuk menerapkan metode

Billing system yang mengcover transaksi pelayanan rumah sakit secara komputerisasi

belum dijadikan acuan untuk penyusunan Laporan Keuangan secara akrual basis.

Komunikasi mencakup pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual

berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

Komunikasi pada umumnya telah dilakukan secara memadai yaitu pertemuan rutin

antara Direktur dan jajaran di bawahnya untuk membahas permasalahan umum.

Namun demikian, komunikasi atas pengelolaan asset rumah sakit secara intensif dan

terinci kurang mendapatkan perhatian.

Page 25: Laporan Audit Keuangan

���

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu. Manajemen melakukan pemantauan terhadap pengendalian untuk

mengetahui apakah pengendalian tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Pemantauan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas belum dilakukan

secara kontinyu. Hal ini terjadi karena belum berfungsinya tim Satuan Pengawas Intern,

akan tetapi pengawasan dari Badan Pengawas Kabupaten dan pemantauan oleh Dewan

Penyantun telah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut Badan Pengawas Daerah

Kabupaten Banyumas pada tanggal 9 s.d. 22 Agustus 2005 telah melakukan

pemeriksaan bidang kesejahteraan rakyat pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Banyumas sesuai dengan Lembaran Temuan Pemeriksaan Nomor

700/IX/2005 tanggal 12 September 2005 dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sampai

dengan tim BPK melakukan pemeriksaan belum diketahui pelaksanaannya.

Secara umum, terhadap temuan-temuan audit eksternal sebelumnya, Direktur

RSU secara responsif selalu mempertimbangkan dan menindaklanjuti dengan

melakukan upaya perbaikan.

Page 26: Laporan Audit Keuangan

23

BAB III. HASIL PEMERIKSAAN

1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum

diterima dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke

kas daerah

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah

Daerah menetapkan Perda Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan yang mengatur tentang tarip pelayanan kesehatan sebagai dasar

pemungutan pendapatan. Perda tersebut di antaranya mengatur tentang pendapatan

administrasi yang berasal dari karcis untuk pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

seperti diuraikan sebagai berikut:

Administrasi Jenis Karcis Tarif Pemda RSUD

J. Sarana J. Pelayanan

Karcis Rawat Jalan – Poli Umum

3500 375

375

750 2000

Karcis Rawat Jalan - Poli Spesialis

6000 375 375 750 4500

Karcis Poliklinik VIP 17500 625 625 1250 15000 Karcis Rawat Inap 4500 500 500 1000 2500 Karcis IRD 7500 625 625 1250 5000

Berdasarkan buku setoran ke Kas Daerah Kabupaten Banyumas, selama Tahun 2004

RSUD telah menyetorkan seluruh pendapatan administrasinya sebesar

Rp78.570.050,00 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus) sebesar Rp51.604.006,00.

Pendapatan administrasi yang disetorkan belum termasuk pendapatan karcis

administrasi rawat jalan untuk pasien ASKES sebesar Rp38.292.750,00, sebagaimana

tertuang dalam LTP Bawasda Kabupaten Banyumas tanggal pemeriksaan 9 s/d 22

Agustus 2005.

Hasil pemeriksaan atas laporan pendapatan RSUD Banyumas menunjukkan bahwa

bagi hasil dari pendapatan administrasi karcis yang telah disetorkan oleh RSUD

kepada Kas Daerah (Pemkab) belum diterima. Bagi hasil tersebut sesuai ketentuan

Perda Nomor 18 Tahun 2001 dikembalikan ke RSUD Banyumas sebesar 50% untuk

digunakan sebagai biaya operasional. Hasil penghitungan bagi hasil yang seharusnya

diterima oleh RSUD dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Page 27: Laporan Audit Keuangan

24

Setoran ke Kasda Tahun

Rawat Inap Rawat Jalan

Jumlah Bagi hasil (50%)

2004 20.747.500,00 57.822.550,00 78.570.050,00 39.285.025,00

2005 (S.d. Agustus) 12.557.256,00 39.046.750,00 51.604.006,00 25.802.003,00

Jumlah 33.304.756,00 96.869.300,00 130.174.056,00 65.087.028,00

Rincian ada pada lampiran 1

Hasil wawancara dengan Pemegang Kas RSUD Banyumas diperoleh penjelasan

bahwa selama ini RSUD tidak pernah meminta kepada Pemda Kabupaten Banyumas

tentang bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang telah disetorkannya kepada

Pemda.

Selain hal itu, pemeriksaan atas pendapatan non fungsional RSUD Banyumas

menunjukkan bahwa selama Tahun 2004 – 2005 (s.d. Agustus), RSUD telah

menerima pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 yang keseluruhannya

belum disetorkan ke Kas Daerah (Lampiran 2). Sesuai dengan ketentuan tentang Unit

Swadana Daerah, RSUD hanya dapat menggunakan penerimaan fungsionalnya secara

langsung untuk membiayai pengeluaran operasionalnya, sedangkan penerimaan non

fungsionalnya yang tidak berasal dari fungsi pelayanan kesehatan kepada pasien

seluruhnya disetorkan ke kas daerah. Penerimaan sewa diklat ini dapat dikategorikan

sebagai pemakaian kekayaan daerah yang di atur pada Perda Nomor 10 Tahun 2001

tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Pemerintah Daerah. Namun demikian,

Pemerintah daerah belum mengatur pengelolaan sewa diklat ini sebagai pendapatan

retribusi pemakaian kekayaan pemerintah daerah.

Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD

Banyumas dan pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah tidak

sesuai dengan:

a. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit

Swadana Daerah,

Page 28: Laporan Audit Keuangan

25

• Pasal 31 ayat (5) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat jalan)

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana

tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan

dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).

• Pasal 32 ayat (4) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat inap)

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana

tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan

dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).

b. Perda Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2001 tanggal 10 September 2001

tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Pemerintah Daerah Pasal 1 huruf e.

Kekayaan Pemerintah Daerah adalah aktiva tetap berupa barang-barang bergerak

dan atau tidak bergerak yang dimiliki dan atau di bawah penguasaan Pemerintah

Daerah yang disediakan untuk dan atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna

menunjang berbagai keperluan yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan umum, huruf f. Pemakaian kekayaan pemerintah daerah adalah

pemakaian atau penggunaan atas Kekayaan Milik Pemerintah Daerah; Pasal 13

angka (2) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk

maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah.

c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata

cara penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan APBD, pasal 66 Dalam hal pengelolaan asset daerah

menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut menjadi Pendapatan Asli

Daerah dan disetor seluruhnya secara bruto ke Rekening Kas Daerah.

Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD dan

pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah mengakibatkan

pendapatan sebesar Rp65.087.028,00 belum dapat dipergunakan untuk operasional

RSUD dan dana sebesar Rp3.600.000,00 belum dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah

Daerah.

Page 29: Laporan Audit Keuangan

26

Permasalahan tersebut disebabkan Kepala Bagian Keuangan lalai dalam

melaksanakan ketentuan dalam Perda dengan tidak mengupayakan permintaan bagi

hasil pendapatan administrasi karcis dan tidak menyetorkan pendapatan sewa diklat

ke kas daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa memang untuk pendapatan administrasi pihak rumah sakit belum

memintakan 50% untuk operasional rumah sakit dan untuk pendapatan sewa diklat

sebesar Rp3.600.000,00 persepsi awal merupakan pendapatan untuk operasional

diklat. Namun demikian, setelah pemeriksaan berakhir RSUD telah memproses surat

usulan untuk menindaklanjuti hal tersebut.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan Kepala BPKD mengembalikan

pendapatan administrasi 50 % yang menjadi hak rumah sakit sebesar

Rp65.087.028,00 sebagai biaya operasional.

b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar menyetor pendapatan sewa diklat

sebesar Rp3.600.000,00 ke Kas Daerah.

Page 30: Laporan Audit Keuangan

27

2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan

secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD

RSUD Banyumas memiliki penerimaan fungsional dan non fungsional yang

secara global dikelompokkan sebagai penerimaan Rawat Jalan, Rawat Inap, Askes

dan penerimaan lainnya. Penerimaan tersebut dikelola melalui satu pintu penerimaan

yaitu kasir RSUD. Sesuai dengan Laporan Keuangan Tahun 2004 dan 2005 (s.d.

bulan Agustus) realisasi pendapatan RSUD Banyumas secara kas basis adalah sebesar

Rp16.364.114.087,00 dan sebesar Rp11.418.143.421,00.

Hasil pemeriksaan atas pembukuan penerimaan pada Kasir Penerima

menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Penerimaan rumah sakit untuk pihak ketiga atas Kerjasama Operasional Alat

Kesehatan sebesar Rp1.241.984.650,00 tidak dibukukan sebagai bagian dari

pendapatan RSUD, dikelola secara terpisah dari kas RSUD dan kurang

disetorkan sebesar Rp112.562.468,00.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

RSUD Banyumas menjalin kerja sama operasional dengan pihak ketiga untuk

pemakaian Alat Kesehatan (KSO). Kerjasama pengoperasian alat kesehatan di

RSUD Banyumas didasarkan pada perjanjian kerjasama yang memuat hak dan

kewajiban kedua belah pihak. Seluruh perjanjian tersebut hanya merupakan

kesepakatan antara Direktur RSUD dengan pihak investor, kecuali perjanjian

pemakaian alat CT Scan yang ditandatangani oleh Kepala Daerah, Ketua DPRD,

Direktur RSUD dan Investor. Beberapa perjanjian pemakaian/pengoperasian alat

kesehatan tersebut antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

Alat Kesehatan Investor Jasa Investor CT Scan PT. Bhineka Usada

Raya, Semarang Rp162.500,00/ per pasien

Automatic X Ray Film Processore

CV. Tri Cipta Jaya, Semarang

Pembelian AGFA X-Ray film

Mesin Hemodialisa Fresenius Medical Care, Jakarta

Pembelian bahan disposable hemodialisa set

Analyzer Il Ilyte Na/K/Cl

PT. Mendjangan Jakarta Pusat

Rp30.000,00/ per pasien

Page 31: Laporan Audit Keuangan

28

Kantong Darah PMI Tarif bervariasi/ kolf Autonalyzer ABX Mira Plus dengan UPS

CV Asia Lab., Yogyakarta

Tarip per test

Electro Encephalograph (EEG)

PT. Tiara Kencana Rp65.000,00/ per pasien

Hasil pemeriksaan fisik secara sampling menunjukkan seluruh alat

kesehatan yang dikerjasamaoperasionalkan berfungsi dengan baik.

Hasil pemeriksaan pengelolaan pendapatan rumah sakit atas

pengoperasian alat kesehatan melalui catatan pada kasir penerimaan menunjukkan

bahwa pendapatan rumah sakit atas KSO CT Scan, EEG, Elektrolite, dan Kantong

darah (bagian jasa pihak ketiga) belum dibukukan secara bruto sebagai

pendapatan rumah sakit, dipotong langsung, dan dikelola secara terpisah dari Kas

RSUD. Hasil rekapitulasi pendapatan KSO bagian jasa pihak ketiga yang

dipotong langsung berdasarkan pembayaran dari pasien selama Tahun 2004 dan

2005 (s.d Agustus) adalah sebesar Rp1.241.984.650,00 seperti tabel berikut:

Bulan/Tahun EEG CT Scan Elektrolite Darah Jumlah 2004 36.275.000 142.187.500 147.480.000 337.448.150 663.390.650 2005 23.570.000 153.260.000 167.456.000 234.308.000 578.594.000 Jumlah 59.845.000 295.447.500 314.936.000 571.756.150 1.241.984.650

Rincian ada pada lampiran 3.

Potongan tersebut selanjutnya secara harian disisihkan dari pendapatan

kasir RSUD dan ditampung dalam rekening Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana

(Sdri. Sukesti) dengan nomor rekening 3-003-20981-1 pada Bank Pembangunan

Daerah Jawa Tengah Cabang Purwokerto. Pembayaran kepada investor dilakukan

secara bulanan dengan menarik sejumlah uang dari rekening tersebut dan

disetorkan tunai oleh pemilik rekening.

Hasil wawancara dengan Sdri Sukesti, didapatkan informasi bahwa untuk

setiap pendebetan rekening tidak diselenggarakan pembukuan sehingga penarikan

uang dari rekening tersebut tidak dapat secara langsung diketahui penggunaannya.

Hasil pemeriksaan atas ketepatan pembayaran kepada investor selama

bulan Januari 2004 – Agustus 2005 menunjukkan adanya selisih kurang setor

untuk periode masa pemeriksaan Januari 2004 – Agustus 2005 sebesar

Rp102.664.100,00 yang dapat diuraikan pada tabel berikut:

Page 32: Laporan Audit Keuangan

29

No. Potongan KSO Setoran KSO Selisih (kurang)/lebih

1 CT Scan 295.447.500,00 308.912.500,00 13.465.000,00 2 EEG 59.845.000,00 57.792.000,00 (2.053.000,00) 3 Elektrolite 314.936.000,00 318.772.100,00 3.836.100,00 4 Darah 571.756.150,00 453.843.950,00 (117.912.200,00) Jumlah 1.241.984.650,00 1.139.320.550,00 (102.664.100,00)

Rincian pada lampiran 3.

Kekurangan setor tersebut belum termasuk potongan yang telah

direalisasikan Ka Subbid Mobilisasi Dana sebelum tahun 2004, sehingga untuk

mengetahui seluruh kewajiban setoran yang menjadi tanggung jawab Kasubbid

Mobilisasi Dana, per tanggal periode pemeriksaan (31 Agustus 2005), maka

penghitungan kewajiban yang bersangkutan dilakukan sebagai berikut:

Saldo buku kas per 31/12/2003 : 40.328.068,00 (-) Setoran yang mengurangi saldo Tahun 2003 : 25.404.700,00 Sisa dana 2003 yang masih menjadi kewajiban : 14.923.368,00 (+) Potongan KSO 2004 dan 2005 : 1.241.984.650,00 (- ) Setoran KSO 2004 dan 2005 : (1.139.320.550,00) (- ) Setoran ke Kas RSU : (5.025.000,00) Total Kewajiban : 112.562.468,00 Rekening giro per 31/8/2005 : (99.443.415,00) Kewajiban tunai per 31/8/2005 : 13.119.053,00

(Rincian pada lampiran 4).

Atas selisih kurang tersebut Sdri. Sukesti telah memahami permasalahannya dan

bersedia menyelesaikannya.

Selain hal tersebut, hasil cross cek atas hak investor berdasarkan laporan

instalasi pelayanan yang mengoperasikan alat kesehatan dan setoran yang

direalisasikan Kasubbid mobilisasi dana sebagaimana tercantum pada table paling

atas, menunjukkan adanya perbedaan antara Laporan Instalasi pelayanan dan

setoran kepada investor yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Laporan Unit Pelayanan Kasubbid Mobilisasi Dana Selisih Alat Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah

CT Scan 1.901 308.912.500,00 1.818 295.447.500,00 83 13.465.000,00 EEG 774 54.012.000,00 920 59.845.000,00 146 5.833.000,00 Elektrolit 10.643 318.772.100,00 10.498 314.936.000,00 145 3.836.100,00 Darah (kolf) 4.708 453.843.950,00 * 571.756.150,00 * 117.912.200,00

*) tidak diketahui karena tarif bervariasi

Page 33: Laporan Audit Keuangan

30

Hasil wawancara dengan petugas pada unit pelayanan (secara sample) dan

kasir penerima didapatkan informasi bahwa perbedaan tersebut terjadi disebabkan

cara pandang (persepsi) kasir dan unit pelayanan yang berbeda terhadap

penyetoran jasa pihak ketiga atas pengoperasian alat kesehatan. Kasir menghitung

dan menyetorkan pendapatan jasa pihak ketiga secara basis kas (berdasarkan

pembayaran pasien yang dilayani dengan alat kesehatan yang berkenaan baik

pasien umum dan jaminan), sedangkan unit penghasil menghitung hak jasa pihak

ketiga berdasarkan basis akrual (hak pihak ketiga dihitung sejak pasien dilayani,

dengan tidak memperhatikan apakah pasien melakukan pembayaran atau tidak).

Dengan adanya kondisi tersebut, maka pembayaran setoran pihak ketiga

yang dikelola melalui pemotongan langsung pendapatan kasir tidak dapat

digunakan sebagai dasar pembayaran, karena transaksi tersebut belum

mencerminkan hak dan kewajiban kedua belah pihak sesuai kesepakatan dalam

perjanjian kerjasama.

b. Penerimaan rumah sakit dari layanan pasien privat dokter sebesar

Rp814.513.897,00 belum dibukukan sebagai pendapatan rumah sakit, dikelola

secara terpisah dari Kas RSUD dan belum memberikan kontribusi bagi rumah

sakit.

Dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, sesuai ketentuan

Perda Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, RSUD

dapat bekerjasama dengan pihak lain. Kerjasama tersebut dapat berupa pemakaian

fasilitas rumah sakit untuk mengadakan praktek umum/spesialis, pemakaian

poliklinik, kamar operasi dan fasilitas lainnya oleh pihak ketiga.

Hasil pemeriksaan atas pendapatan rumah sakit melalui pembukuan kasir

penerimaan menunjukkan adanya pendapatan pelayanan pasien privat dokter yang

dikelola di luar pembukuan rumah sakit. Selama Tahun 2004 dan 2005 (S/d

Agustus) jumlah pasien privat dokter adalah sebanyak 497 orang dan 432 orang

dengan pendapatan sebesar Rp458.431.810,00 dan Rp356.082.087,00.

Pendapatan privat dokter tersebut diperuntukkan untuk dokter, anesthesi dan

assisten keperawatan dengan besaran yang telah ditetapkan dengan Keputusan

Page 34: Laporan Audit Keuangan

31

Direktur RSU Banyumas Nomor 900/360/2005 tanggal 23 Februari 2005 tentang

Kebijakan pelayanan private pada RSU Banyumas. Dari pendapatan privat

tersebut, tidak dijumpai adanya kontribusi langsung untuk rumah sakit dari porsi

pendapatan privat, disebabkan Surat Keputusan Direktur belum mengaturnya.

Surat Keputusan tersebut hanya mengatur pembagian tarif privat untuk

pendapatan dokter dan tim operasinya.

Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran uang privat kepada dokter,

anesthesi dan Askep diketahui bahwa dana privat dokter tersebut disisihkan

sebesar 5% dari bagian dokter dan anesthesia untuk dana taktis. Dana taktis

tersebut dikelola oleh Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana (Sdri. Sukesti). Hasil

rekapitulasi pendapatan dana taktis menunjukkan bahwa selama Tahun 2004 –

2005 terdapat mutasi penambahan sebesar Rp38.251.006,00 dan mutasi

pengurangan sebesar Rp33.520.000,00. Hasil wawancara dengan Sdri. Sukesti

didapatkan informasi bahwa dana taktis privat dokter digunakan untuk pemberian

reward bagi karyawan terbaik yang dilaksanakan oleh rumah sakit secara berkala.

Sampai dengan 31 Agustus 2005 saldo dana taktis tersebut sebesar

Rp25.151.110,00. Data selengkapnya pada lampiran 5.

Mempelajari Keputusan Direktur RSU yang mengatur tentang pendapatan

privat, menunjukkan bahwa mekanisme yang dilaksanakan oleh Ka Subbid

Mobilisasi Dana mengikuti Keputusan Direktur, yaitu pengelolaan pendapatan

privat dapat dilakukan secara langsung, penyisihan dana dari pendapatan privat

telah diatur penggunaannya dan kontribusi untuk RSU dari pelayanan privat

belum diatur proporsinya.

c. Restitusi, potongan, resep kredit dan keringanan kepada pasien dipotongkan

langsung dari penerimaan kasir dan tidak diselenggarakan pembukuan yang

memadai.

Sesuai dengan ketentuan Perda tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan,

Direktur RSUD diberi kewenangan untuk memberikan pengurangan atau

pembebasan biaya bagi pasien. Pemberian pengurangan atau pembebasan biaya

dilakukan setelah pasien memenuhi syarat-syarat tertentu dan dilakukan secara

Page 35: Laporan Audit Keuangan

32

bertahap. Hasil pemeriksaan atas pembukuan pendapatan kasir penerimaan

menunjukkan adanya restitusi, resep kredit dan pemberian keringanan kepada

pasien dengan cara pemotongan langsung penerimaan kasir. Dari rekapitulasi

potongan secara langsung pada kasir melalui sample pada buku setoran rawat inap

diketahui minimal terdapat pemotongan sebesar Rp4.361.516,00 dari biaya

perawatan pasien, resep kredit sebesar Rp19.815.178,00, dan restitusi sebesar

Rp4.301.409,00. Atas pemotongan ini, kasir tidak menyelenggarakan buku

potongan, sehingga total nilai potongan pasien yang merupakan pengurang

pendapatan, atau subsidi rumah sakit tidak dapat diketahui dalam laporan

keuangan.

Hasil wawancara dengan kasir penerima, didapatkan informasi bahwa

kasir dapat memproses pemotongan biaya setelah pasien menunjukkan disposisi

Direktur atau kuasa Direktur, namun unit pelayanan tidak menginput data tersebut

ke dalam billing system. Dengan tidak diinputnya potongan tersebut, kuitansi

pembayaran hasil cetakan billing system yang digunakan sebagai dasar

pembayaran belum mengakomodasi potongan.

Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh informasi

bahwa prosedur pemberian potongan melalui billing system hanya dapat

dilakukan oleh pejabat yang berhak di unit pelayanan yang telah diberi kuasa oleh

Direktur melalui pemberian nomor pin tertentu. Maksud dari pengamanan

tersebut adalah agar pemberian potongan atau keringanan yang dilakukan melalui

billing system dapat selektif dan terpantau. Namun demikian pemeriksaan atas

pembukuan potongan tersebut menunjukkan bahwa potongan yang dilakukan baik

melalui billing (komputerisasi) maupun dengan cara manual belum dibukukan

sebagai biaya rumah sakit. Dengan demikian, pemberian potongan belum

sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manajemen.

d. Pendapatan kasir dengan nilai yang belum dapat diidentifikasi tidak diinputkan

ke dalam billing sistem

Dengan diberlakukannya sistem komputerisasi dalam pelayanan, maka

seluruh transaksi pelayanan pasien diproses melalui billing system. Billing system

Page 36: Laporan Audit Keuangan

33

diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang data pelayanan

pasien, cepat dan akurat dalam pemrosesan data serta menjamin validitas

transaksi dari intervensi yang tidak diharapkan. Untuk dapat diproses dalam

billing system, diperlukan beberapa data pokok yang harus tersedia untuk setiap

pasien yang akan dilayani. Data pokok tersebut antara lain adalah nomor rekam

medis.

Hasil pengamatan atas kegiatan kasir penerimaan menunjukkan adanya

sejumlah pendapatan yang tidak dapat diinput pada sistem komputer karena tidak

tersedianya nomor rekam medis pasien pada sobekan rincian biaya (kitir/cepitir).

Kitir tersebut hanya berisi nama pasien dan biaya pelayanan, sehingga kasir tidak

dapat memproses penginputan data pasien ke dalam billing system. Kasir hanya

dapat menerima pembayaran dan membukukannya sebagai pendapatan RSUD.

Meskipun telah dibukukan sebagai penerimaan kasir, pendapatan yang tidak dapat

diinputkan ke dalam billing tersebut selanjutnya tidak terpantau keberadaannya

karena kasir tidak menyelenggarakan pembukuan tersendiri atas pendapatan

tersebut. Dengan kondisi demikian, maka data billing system belum

mencerminkan seluruh transaksi pelayanan pasien yang riil.

Pengelolaan pendapatan sebagaimana diuraikan di atas tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 24 ayat (3)

Pendapatan daerah disetor sepenuhnya secara tepat pada waktunya ke Kas Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata

cara penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan APBD, pasal 40

• Ayat (1) Dalam fungsinya sebagai penerima pendapatan Daerah, Satuan

Pemegang Kas dilarang menggunakan uang yang diterimanya secara langsung

untuk membiayai pengeluaran perangkat daerah.

Page 37: Laporan Audit Keuangan

34

• Ayat (2) Satuan pemegang kas sebagaimana dimaksud pada pasal 39 ayat (6)

wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama rekening

Kas Daerah paling lambat satu hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima.

c. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit

Swadana Daerah, pasal 55 ayat (1) Pemakaian fasilitas Rumah sakit oleh dokter

atau tenaga kesehatan lain untuk mengadakan praktek umum/spesialis, diatur

dengan surat perjanjian khusus. Ayat (2) Pemakaian fasilitas seperti tersebut pada

ayat (1) meliputi poliklinik umum, poliklinik gizi, kamar operasi, kamar roentgen,

kamar bersalin untuk kegiatan pemeriksaan.

d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/MENKES/SK/II/1987 tentang Pola

Tarip RS Pemerintah pasal 19 “Pemungutan, pembukuan, penggunaan dan

pelaporan yang diterima di Rumah Sakit sebagai pendapatan Negara dilaksanakan

secara terpusat di Rumah Sakit.”

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan

Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah:

• Pasal 7 ayat (1) Unit Swadana Daerah dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kepada masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak

ketiga. Ayat (2), bentuk dan jenis kerjasama dengan pihak ketiga dapat

dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.

• Pasal 13 ayat (1). b. Penerimaan fungsional Unit Swadana Daerah pada

bendahara khusus penerima dibukukan dalam buku kas umum/pembantu

dengan didukung bukti-bukti penerimaan yang sah; huruf.c. Penerimaan

fungsional Unit Swadana Daerah sebagaimana dimaksud huruf b. pasal ini,

pada kesempatan pertama segera disetor sepenuhnya ke Rekening

Bendaharawan Pengeluaran Unit Swadana Daerah yang bersangkutan di Bank

Pembangunan Daerah dan atau Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk.

f. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900 – 1101 tentang Petunjuk

teknis pengusulan, penetapan dan tata cara pengelolaan keuangan Unit Swadana

Daerah, Lampiran V. “ Rumah Sakit Swadana Daerah merupakan Unit Pelaksana

Teknis Daerah yang merupakan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, maka

Page 38: Laporan Audit Keuangan

35

pengelolaan keuangannya disamping berpedoman pada pengelolaan keuangan

Rumah Sakit Swadana Daerah tetap tunduk pada peraturan mengenai Keuangan

Daerah.” Lampiran V. B. alinea dua disebutkan : Tarip dalam rangka

pengembangan pelayanan dan penyesuaian terhadap perubahan harga

barang/bahan alat ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul Direktur Rumah Sakit.

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/Menkes/PER/XII/1989 tentang

Rekam Medis pasal 2 “Setiap pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan

rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis

Penerimaan RSUD Banyumas yang tidak dibukukan secara bruto, dipotong langsung

dan dikelola di luar rekening kas RSUD mengakibatkan:

a. Pendapatan RSUD Banyumas kurang disajikan minimal sebesar

Rp2.056.498.547,00;

b. Kekurangan setor kepada pihak ketiga sebesar Rp112.562.468,00;

c. Membebani tugas kasir penerimaan;

d. Pendapatan privat dokter minimal sebesar Rp814.513.897,00 belum memberikan

kontribusi bagi RSUD;

e. Potongan, resep kredit dan restitusi belum sepenuhnya dapat dikendalikan oleh

manajemen;

f. Pendapatan RSUD berdasarkan Billing Sistem belum dapat diyakini

kelengkapannya.

Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh:

a. Direktur RSU kurang memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam menerbitkan

Surat Keputusan Direktur tentang pendapatan privat dokter, dan lalai tidak

memintakan persetujuan Kepala daerah atas Perjanjian KSO;

b. Kepala Bagian Keuangan sebagai atasan langsung Kasir penerimaan dan Kepala

Sub Bidang Mobilisasi Dana mengabaikan tugas pengawasan yang menjadi

tanggung jawabnya;

c. Kasir penerimaan kurang memahami mekanisme pembukuan pendapatan sesuai

ketentuan keuangan daerah;

Page 39: Laporan Audit Keuangan

36

d. Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana lalai menyimpan dana daerah pada rekening

pribadi dan tidak menyelenggarakan pembukuan atas penggunaannya.

e. Petugas pada unit-unit pelayanan kurang memahami pentingnya nomor rekam

medis sebagai data pokok pasien.

Sehubungan dengan hal tersebut Direktur menjelaskan bahwa

pertanggungjawaban kasir adalah berupa rekening atas nama “alat (Sukesti)” senilai

Rp99.443.415,00 dengan nomor rekening 3-003-20981-1 dari Bank BPD Jateng

selanjutnya akan dimasukkan dalam rekening RSUD di bawah pemegang kas namun

realisasinya akan dilaksanakan pada Tahun 2006, dikarenakan pada Tahun 2005 yang

sedang berjalan belum memuat pasal mengenai pembayaran kepada pihak ketiga.

Pada tanggal 6 Oktober 2005, Kepala Bagian Keuangan telah memberikan tindak

lanjut berupa tambahan kuitansi pembayaran kepada pihak ketiga senilai

Rp11.310.000,00 dan setoran tunai sebesar Rp1.809.053,00. Dengan adanya setoran

tambahan tersebut maka sisa kewajiban yang masih harus disetorkan ke Kas RSUD

berdasarkan perhitungan per tanggal 31 Agustus 2005 adalah sebesar

Rp99.443.415,00.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan kepada Direktur RSUD agar melakukan

penertiban administrasi keuangan dan penataan personel yang tepat dalam bidang

pengelolaan keuangan RSUD;

b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas menegur Kepala Bagian Keuangan yang

lalai dalam melakukan pengawasan keuangan yang menjadi tanggung jawabnya

dan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola Keuangan RSUD

tidak sesuai ketentuan;

c. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas memerintahkan kepada Kepala Sub Bidang

Mobilisasi Dana untuk menyetorkan potongan jasa KSO sebesar Rp99.443.415,00

(per 31 Agustus 2005) dan potongan jasa KSO setelah masa pemeriksaan yang

Page 40: Laporan Audit Keuangan

37

masih dipungut ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran jasa pihak ketiga

dilakukan melalui pemegang Kas RSUD.

d. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas membuat surat perjanjian kerjasama

tentang privat dokter yang di dalamnya antara lain mengatur tentang kontribusi

untuk RSUD dari layanan privat dokter dan memerintahkan Kepala Sub Bidang

Mobilisasi Dana untuk menyetorkan dana privat dokter sebesar Rp25.151.110,00

ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran dana privat dokter dilakukan

melalui pemegang Kas RSUD.

e. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada bagian yang terkait untuk

menyelenggarakan pencatatan pendapatan RSUD secara tertib, yaitu:

1) Kasir agar membukukan potongan/restitusi pada buku potongan;

2) Kepala Bagian Keuangan agar membukukan pendapatan secara basis kas dan

akrual dengan tertib, termasuk transaksi keringanan bagi pasien;

3) Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk

menertibkan data pendapatan pada billing system sehingga billing system

dapat memuat transaksi secara lengkap.

Page 41: Laporan Audit Keuangan

38

3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan kontribusi yang memadai bagi daerah RSUD Banyumas menempati areal seluas 46.560 m2 yang digunakan sebagai

area pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mendukung pelayanan yang optimal,

RSUD Banyumas selain mengupayakan pelayanan medis dan penunjang medis, juga

telah berupaya melengkapi pelayanannya dengan menempatkan berbagai fasilitas dan

sarana prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung. Pelayanan tambahan tersebut

antara lain adalah Kantin RSUD, Toko Koperasi dan Wartel, Salon (Koperasi), serta

areal parkir bagi pengunjung. Fasilitas-fasilitas tersebut dikelola oleh pihak ketiga

(swasta) yang manajemennya terpisah dari manajemen Rumah Sakit.

Dari hasil pemeriksaan lapangan atas penggunaan fasilitas RSUD (pemda) dapat

disajikan data sebagai berikut:

No. Jenis Usaha Lokasi Pengelola Luas area 1 Kantin Di dalam area RSU Dharma Wanita 6.3 m x 6.6 m

2 Toko dan Wartel Di dalam area RSU Koperasi karyawan 4.6 m x 4.6 m

3 Salon Di dalam area RSU Koperasi karyawan 9,5 m x 2.7 m

4 Parkir luar Halaman luar RSU Sdr. Simun dkk. 23.4 m x 11m

5 Parkir dalam Halaman depan RSU Sdr. Simun dkk -

6 Toko Koperasi Halaman luar RSU Koperasi karyawan 6,75 m x 11 m

7 Kantin Koperasi Halaman luar RSU Mantan Karyawan 6,75 m x 11 m

Hasil pemeriksaan atas transaksi penerimaan RSUD dari aktivitas penggunaan

fasilitas Pemerintah Daerah tersebut menunjukkan terdapat penerimaan sebesar

Rp540.000,00 pada bulan April 2005 untuk sewa bangunan koperasi, wartel dan

salon. Sedangkan untuk parkir tidak dijumpai adanya kontribusi bagi RSUD. Hasil

wawancara dengan Bagian Tata Usaha RSUD diperoleh penjelasan bahwa perjanjian

kerjasama atas penggunaan fasilitas RSUD oleh pihak ketiga tersebut belum dibuat.

Penyetoran kontribusi kepada RSUD sebesar Rp540.000,00 per tahun merupakan

himbauan manajemen RSUD kepada pihak ketiga.

Pemeriksaan selanjutnya dilaksanakan dengan konfirmasi kepada pihak ketiga

yang mengelola unit bisnis yang bersangkutan. Pemilik Kantin saat dikonfirmasi

Page 42: Laporan Audit Keuangan

39

sedang tidak berada di tempat, sedangkan Ketua Koperasi Karyawan yang

membawahi unit Toko, Wartel, dan Salon menyatakan bahwa belum terdapat

kesepakatan antara RSUD dan koperasi tentang kontribusi untuk RSUD. Atas

pemakaian fasilitas di dalam area RSUD tersebut, biaya listrik dan air yang

digunakan oleh pemakai fasilitas masih ditanggung RSUD.

Selanjutnya dari hasil wawancara terhadap Pengelola Parkir didapatkan informasi

bahwa pengelola parkir membenarkan tidak adanya perjanjian kerjasama pengelolaan

parkir dengan Pemerintah Daerah (Dhi. RSUD Banyumas). Pengelola parkir

menjelaskan adanya gangguan-gangguan dari pihak luar yang sulit untuk

dikendalikan. Untuk selanjutnya yang bersangkutan bersedia untuk bermusyawarah

dengan pihak Pemerintah Daerah.

Dari hasil konfirmasi yang dilakukan kepada Pemerintah Daerah (dhi. BPKD

Kabupaten Banyumas) diperoleh keterangan bahwa pemakaian fasilitas RSUD oleh

pihak ketiga seharusnya memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah. Untuk

selanjutnya Pemerintah Daerah akan mengkoordinasikan dengan unit kerja yang

terkait dengan permasalahan tersebut.

Dengan adanya kondisi yang demikian, maka kerjasama RSUD dengan pihak

ketiga belum sepenuhnya dapat menguntungkan RSUD sebagaimana yang

diamanatkan dalam ketentuan.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105

Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:

a. Pasal 19 ayat (2) Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan

lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.

b. Pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau

menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan

pendapatan tersebut.

Page 43: Laporan Audit Keuangan

40

Permasalahan tersebut mengakibatkan:

a. RSUD belum mendapatkan kontribusi yang memadai atas penggunaan fasilitas

daerah termasuk belum diperhitungkannya pemakaian biaya listrik dan air oleh

pihak ketiga.

b. RSUD tidak dapat mengendalikan pengelolaan parkir yang berada di wilayahnya

sehingga mengganggu pelayanan terhadap masyarakat.

Permasalahan tersebut disebabkan Direktur RSUD kurang berupaya untuk

mengintensifkan peningkatan pendapatannya dari pemakaian fasilitas RSUD.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa upaya penertiban dan penataan parkir akan melibatkan pihak

terkait dan akan segera dilakukan koordinasi dengan koperasi dan Dharma Wanita

Persatuan RSUD untuk dilakukan perjanjian atas penggunaan tempat milik RSUD

Banyumas. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSU telah menunjukkan data

tambahan bahwa RSUD telah membuat draft perjanjian kerjasama dengan pihak

ketiga, draft tersebut selanjutnya akan diproses melalui pemerintah daerah.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar segera membuat perjanjian kerjasama

dengan pihak ketiga atas penggunaan fasilitas milik RSUD dan mengintensifkan

pendapatan yang seharusnya diterima RSUD.

Page 44: Laporan Audit Keuangan

41

4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah

Rumah Sakit Umum Daerah merupakan salah satu perangkat teknis daerah yang

bukan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan sehingga untuk memberlakukan

suatu kebijakan publik yang berkaitan dengan pelayanan RSUD harus mengikuti

ketentuan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah. Demikian juga dengan

pemberlakuan tarif pada RSUD Banyumas yang berkaitan dengan masyarakat luas diatur

dalam suatu Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.

Tarif rumah sakit merupakan sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan

kegiatan pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat sebagai

imbalan atas jasa pelayanan yang diterima. Dari hasil pemeriksaan atas data base

pelayanan pasien pada bagian pelayanan di masing-masing unit / instalasi dijumpai

adanya pemberlakuan dasar tarif yang tidak berdasarkan Perda. Hasil Konfirmasi

dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh penjelasan bahwa untuk mengatasi masa

transisi pemberlakuan tarif lama yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada

RSUD Kabupaten Banyumas dan tarif baru yang tertuang dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit Swadana Daerah,

maka direktur mengambil langkah kebijaksanaan dengan menaikkan tarif secara

bertahap. Langkah tersebut diambil karena kedua Perda tarif tersebut memiliki

perbedaan unit cost yang cukup besar. Hal ini terjadi karena pada saat disusunnya Perda

Tarif Tahun 2001 harga-harga kebutuhan rumah sakit relatif tinggi.

Untuk mengatur kenaikan tarif secara bertahap agar tidak terjadi lonjakan biaya

yang membebani masyarakat luas, maka direktur menerbitkan Buku Master Tarif Tahap I

yang dikeluarkan pada Tanggal 2 Januari 2002 dan Buku Master Tarif Tahap II

dikeluarkan pada 2 Januari 2003. Hasil penelaahan buku master tarif dan pembandingan

dengan Perda Tahun 2001 menunjukkan bahwa buku master tarif memuat tarif layanan

yang lebih rinci dan lengkap daripada tarif layanan yang tertuang pada lampiran Perda.

Penyusunan buku master tarif dilakukan berdasar unit cost yang diusulkan masing-

masing instalasi dan disetujui oleh Direktur RSU. Master tarif tersebut diberlakukan

Page 45: Laporan Audit Keuangan

42

tanpa persetujuan Pemerintah Daerah secara resmi. Dilihat dari perbandingan harga per

unit cost maka tarif pada master tarif tahap I secara umum lebih rendah dari tahap II dan

tarif pada master tarif tahap II secara umum lebih rendah dari Perda Nomor 18 Tahun

2001. Perbedaan tarif tiap tahap tersebut sebagian dapat dilihat sebagai berikut:

� �� ����� � �� �����

��������

�� ������� ������ ������ ������ ������ ������ ������

��������� �� ����� ����� ����� ����� ����� �����

� �!�" # ����� ����� ����� ����� ����� �����

����$

��%%��& '��()� �*���� �*���� ������ �*���� �*���� ������

��$+, ����* ��*�* ����� ����* ��*�* �����

�$���-� � ����* �����* ����� ����* �����* �����

.�$$��

��/� ��*���� ��*���� ������ ��*���� ��*���� ������

�,( �� "�( & ������ ������ �*���� ������ ������ ������

�0)� -� ������ ������ �*���� ������ ������ ������

1�� "����( !"))����2 ����

Lengkapnya pada Lampiran 6

Penjelasan lebih lanjut dari Kasubbag Tata Usaha diperoleh keterangan bahwa

mulai tanggal 1 April Tahun 2005, melalui Surat Keputusan Direktur RSU Nomor 800/

671.A/2005, sudah diberlakukan tarif 100 % sesuai Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun

2001. Hasil pemeriksaan secara sampling menunjukkan bahwa sebagian tarif layanan

pasien masih dikenakan berdasarkan master tarif tahap II karena di dalam Perda tarif

diatur secara global dan belum mengakomodasi adanya rincian pelayanan tambahan

untuk pasien. Bahkan minimal untuk lima layanan yang dilaksanakan oleh RSUD, Perda

tidak menyebutkan tarifnya. Macam-macam jenis layanan tersebut yaitu:

a. Pemeriksaan USG

b. Pemeriksaan Elektro Convultion Therapie (ECT)

c. Pelayanan EEG Brain Maping

d. Pelayanan ICU

e. Pelayanan Persalinan (VK)

Dari penghitungan secara sampling atas 10 jenis layanan pada bulan Januari s/d

Desember 2004 diketahui terdapat selisih pengenaan tarif berdasarkan master tarif II dan

Perda seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Page 46: Laporan Audit Keuangan

43

Jenis Pemeriksaan Pendapatan jika dihitung dengan Master tarif Tahap II

Pendapatan Jika dihitung dengan Perda Nomor 18 Tahun 2001

Selisih

1. Pengenaan tarif lebih tinggi dari Perda GDT / MDT Kelas II*) 605.000,00 199.500,00 405.500,00

Jumlah 605.000,00 199.500,00 405.500,00 2. Pengenaan tarif lebih rendah dari Perda*) Hemoglobin Kelas I 1.591.031,00 3.751.637,00 2.160.606,00 Hemoglobin Kelas II 1.981.881,00 4.783.504,00 2.801.623,00 Hemoglobin Kelas III 1.924.450,00 4.775.565,00 2.851.115,00 Hemoglobin Paviliun 729.081,00 1.608.040,00 878.959,00 Hemoglobin Kelas VIP 749.264,00 1.836.025,00 1.086.761,00 Albumin Kelas II 768.421,00 1.830.000,00 1.061.579,00 Trigliserid Kelas II 1.730.000,00 1.944.000,00 214.000,00 Film 35x35 Kelas II 10.989.000,00 11.462.500,00 473.500,00 Jumlah 20.463.128,00 31.991.271,00 11.528.143,00 3. Pengenaan tarif yang tidak ada dalam Perda EEG Brain Maping Kelas II 39.665.000,00 0,00 39.665.000,00 *) Pengenaan tarif ini dihitung tanpa mengakomodasi biaya bahan, sehingga dapat diperbandingkan dengan tarif perda yang juga tidak mengakomodasi biaya bahan.

Pada saat pemeriksaan tidak diketahui adanya persetujuan Bupati Banyumas atas

pengenaan tarif yang tidak sesuai Perda dan pengenaan tarif atas layanan tambahan yang

belum diakomodasi dalam Perda.

Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan

Sebagian Urusan Pemerintahan dalam bidang kesehatan kepada Daerah Bab VII

Pasal 17 yang menyatakan bahwa :

- ayat (1) Tarip upaya kesehatan pada Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu serta sarana kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh daerah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

- ayat (2) Tarip upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

berpedoman pada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas

Unit Swadana Daerah Bab V Pasal 9 ayat (1) Tarif dalam rangka penambahan

pelayanan dan atau penyesuaian terhadap perubahan harga bahan ditetapkan dengan

Keputusan Bupati atas usul Direktur.

Page 47: Laporan Audit Keuangan

44

Pengenaan tarif yang tidak berdasarkan Perda mengakibatkan:

a. Pengenaan tarif atas lima layanan tidak memiliki dasar hukum yang memadai;

b. Penerimaan rumah sakit diterima lebih tinggi dari Peraturan Daerah minimal sebesar

Rp405.500,00;

c. Penerimaan rumah sakit diterima lebih rendah dari Peraturan Daerah minimal sebesar

Rp11.528.143,00.

Permasalahan tersebut disebabkan:

a. Kelalaian bagian pelayanan yang tetap memberlakukan Master Tarif Tahap II

meskipun Direktur telah memberlakukan Perda Nomor 18 Tahun 2001;

b. Perda Nomor 18 Tahun 2005 tidak memuat lampiran tarif secara lengkap dan rinci

dan Direktur RSU tidak mengusulkan adanya tarif tambahan layanan serta rinciannya

untuk ditetapkan Kepala Daerah agar menjadi landasan hukum yang memadai.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa penyusunan tarif mengacu pada Pola Tarif Rumah Sakit secara

global dan tidak rinci, sedangkan rincian tarif diterjemahkan sendiri oleh masing-masing

instalasi, namun demikian pada rencana penyusunan tarif berikutnya akan disusun tarif

pelayanan secara rinci dan jelas sehingga mudah dipahami oleh semua unit kerja di

rumah sakit. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSU memberikan tambahan

penjelasan bahwa RSU telah mengkomunikasikan perihal kenaikan tarif secara bertahap

tersebut pada rapat dewan penyantun dan pernah mengusulkan persetujuan atas tarif

layanan tambahan kepada Bupati. Namun demikian, saat dilakukannya klarifikasi

persetujuan tersebut belum dapat ditunjukkan.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :

a. Memerintahkan seluruh unit pelayanan untuk memberlakukan pemungutan tarif

berdasarkan Perda Nomor 18 Tahun 2001.

b. Mengusulkan tarif layanan tambahan yang belum tertuang pada Perda Nomor 18

Tahun 2001 kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan persetujuan.

Page 48: Laporan Audit Keuangan

45

5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai

peruntukannya

Fungsi Rumah Sakit adalah menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan

bagi masyarakat luas, hal ini sesuai dengan tugas pokoknya yaitu melaksanakan upaya

kesehatan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan rumah sakit dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut rumah sakit harus memiliki sumber daya yang potensial

di bidang kesehatan sesuai dengan standar bidangnya masing-masing. Karyawan rumah

sakit merupakan komunitas internal yang memegang peranan penting dalam menentukan

kesuksesan penyelenggaraan sebuah rumah sakit. Oleh karena itu semua karyawan harus

selalu diperhatikan kesejahteraannya. Salah satu bentuk kesejahteraan bagi karyawan

adalah adanya pembagian jasa pelayanan

Pembagian jasa pelayanan pada RSU Banyumas telah diatur oleh Direktur

sebagaimana tertuang dalam Buku Pedoman pembagian jasa pelayanan di Rumah Sakit

Umum Banyumas edisi lima, sedangkan teknis pembagiannya dilaksanakan oleh Tim

Indek Rumah Sakit yang terdiri dari perwakilan karyawan masing-masing

bagian/instalasi. Adapun pembagian jasa pelayanan tersebut terdiri dari :

a. Standar Penilaian Indek Langsung

1) Direktur

2) Kontrak Karya

3) Tunjangan Pejabat Struktural

4) Tindakan Khusus

5) Medis

6) Pembagian jasa pelayanan tidak langsung (PNS)

7) Dokter Tamu

b. Standar Penilaian Indek Tidak Langsung

1) Standar Penilaian Indek Medis

2) Standar Penilaian Indek PNS

3) Standar Penilaian Indek Kontrak Karya

Page 49: Laporan Audit Keuangan

46

Pembagian indek dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Golongan/pangkat

b. Masa Kerja

c. Volume Tanggung Jawab

d. Volume Kerja

e. Tunjangan Fungsional

f. Volume Beban Kerja

g. Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, Tidak Tercela

Pemberian indek dilakukan/dipertimbangkan setelah yang bersangkutan mempunyai

masa kerja aktif minimal tiga bulan.

Pemeriksaan atas pembagian jasa pelayanan pada Bendahara Gaji, Buku catatan

keuangan dan hasil telaah SPJ menunjukkan terdapat pengeluaran yang diperhitungkan

sebagai komponen pengurang jasa pelayanan yang merupakan hak karyawan.

Pengeluaran-pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengeluaran untuk Dana Taktis direalisasikan sebesar Rp60.000.000,00

Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana taktis adalah sebesar

Rp3.000.000,00 per bulan, jumlah penerimaan sampai dengan Tahun 2004 sebesar

Rp3.000.000,00 x 12 bulan = Rp36.000.000,00 dan untuk Tahun 2005 sebesar

Rp3.000.000,00 x 8 bulan = 24.000.000,00 sehingga jumlah keseluruhan sebesar

Rp60.000.000,00 dan dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial

dan kedinasan yang tidak tersedia anggarannya. Hasil pemeriksaan atas Laporan

Keuangan Dana Taktis untuk Tahun 2005, pengeluaran yang telah direalisasikan

sebesar Rp17,471,750.00 sedangkan pengeluaran untuk Tahun 2004 belum

diketahui nilainya karena tidak tersedia datanya.

b. Pengeluaran untuk Dana Investasi direalisasikan sebesar Rp238.000.000,00;

Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana investasi tergantung kebijaksanaan

direktur sesuai dengan naik atau turunnya pendapatan jasa pelayanan pada saat itu.

Hasil pemeriksaan SPJ untuk Dana Investasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 50: Laporan Audit Keuangan

47

Bulan Jumlah Penerimaan

Jumlah Pengeluaran

Saldo

Tahun 2004 Januari 10.000.000,00 - 10.000.000,00 Februari 10.000.000,00 - 20.000.000,00 Maret 10.000.000,00 - 30.000.000,00 April 10.000.000,00 - 40.000.000,00 Mei 10.000.000,00 - 50.000.000,00 Juni 20.000.000,00 - 70.000.000,00 Juli 20.000.000,00 - 90.000.000,00 Agustus 20.000.000,00 - 110.000.000,00 September 15.000.000,00 53.393.500,00 Oktober 15.000.000,00 71.606.500,00 68.393.500,00 November 15.000.000,00 - 83.393.500,00 Desember 15.000.000,00 - 98.393.500,00 Jumlah 170.000.000,00 98.393.500,00 Tahun 2005 Januari 4.000.000,00 23.500.000,00 78.893.500,00 Februari 4.000.000,00 - 82.893.500,00 Maret 10.000.000,00 - 92.893.500,00 April 10.000.000,00 12.770.000,00 90.123.500,00 - 23.500.000,00 66.623.500,00 Mei 15.000.000,00 23.500.000,00 58.123.500,00 Juni 15.000.000,00 10.000.000,00 63.123.500,00 Juli 10.000.000,00 23.500.000,00 49.623.500,00 - 11.248.000,00 38.375.500,00 Jumlah 68.000.000,00 38.375.500,00 Jumlah I dan II 238.000.000,00 Bunga Bank 3.968.868,00 42.344.368,00 Administrasi Bank 25.000 42.319.368,00 Jumlah Total 241.968.868,00 199.649.500,00 42.319.368,00

Hasil pemeriksaan atas penggunaan dana investasi sebesar Rp199.649.500,00 di

antaranya sebesar Rp70.500.000,00 dipinjam untuk pembayaran hutang kepada CV.

Cipta Sarana Informatika, sebesar Rp23.500.000,00 dipinjamkan tanpa keterangan

dan Rp10.000.000,00 dipinjamkan kepada dokter Tarkib. Atas peminjaman tersebut

belum diketahui pengembaliannya. Sedangkan sisa pengeluaran sebesar

Rp95.649.500,00 dipergunakan untuk keperluan kegiatan RSU pemeliharaan dan

pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit, pembelian peralatan rumah sakit,

perawatan jenazah tanpa identitas, kegiatan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah

Sakit dan lain-lain. Hasil penelaahan SPJ diketahui dari dana investasi sebesar

Page 51: Laporan Audit Keuangan

48

Rp95.649.500,00 tersebut di antaranya sebesar Rp34.607.000,00 dipinjamkan

kepada IPSRS RSU untuk kegiatan pemeliharaan RSU. Rincian selengkapnya ada

pada lampiran 7.

Dana investasi disimpan pada Tabungan Bima BPD Jateng dengan nomor rekening

2-003-13075-3 atas nama Drs. Santoso/Dana Investasi. Atas setiap pengeluarannya,

pemilik rekening menyatakan telah mendapatkan persetujuan dari Direktur RSU.

c. Bantuan untuk Pemerintah Daerah direalisasikan sebesar Rp50.000.000,00

Besarnya dana jasa pelayanan yang dikeluarkan untuk bantuan ke Pemda sebesar

Rp2.500.000,00 per bulan. Pemeriksaan SPJ menunjukkan dana yang telah

dikeluarkan adalah sebesar Rp2.500.000,00 x 12 bulan = Rp30.000.000,00 untuk

Tahun 2004 dan untuk Tahun 2005 (sampai dengan bulan Agustus) sebesar

Rp2.500.000,00 x 8 bulan = Rp20.000.000,00. Bantuan untuk pemda ini tidak

tercantum dalam Buku Pedoman pembagian jasa pelayanan, namun merupakan

kebijakan Direktur RSU untuk merealisasikannya.

Hasil konfirmasi dengan Pemegang Kas Rumah Sakit menjelaskan bahwa

pengeluaran tersebut sebagai “ Tali Asih “ dari rumah sakit kepada Pemerintah

Daerah dalam hal ini adalah BPKD.

Pengeluaran tersebut dengan jumlah sebesar Rp348.000.000,00 (Rp60.000.000,00 +

Rp238.000.000,00 + Rp50.000.000,00) direalisasikan tidak melalui mekanisme akun

pengeluaran yang sebenarnya akan tetapi melalui pengurangan belanja jasa pelayanan.

Di samping pengeluaran tersebut tidak mempunyai dasar hukum karena tidak diatur

dengan Surat Keputusan Direktur, pembentukan dana taktis dan dana investasi belum

mendapatkan persetujuan Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan

pengelolaan keuangan daerah. Keberadaan dana-dana tersebut juga belum dibukukan

pada neraca RSU, sehingga transaksi penambahan maupun pengeluarannya tidak

terpantau dalam laporan keuangan.

Page 52: Laporan Audit Keuangan

49

Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :

a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara

penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan APBD, pasal 55 ayat (2) Pengguna anggaran dilarang melakukan

pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang

ditetapkan.

b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan

Penatausahaan serta pertanggung jawaban Keuangan Unit Swadana Daerah

Paragraf 4 Pasal 11 ayat (2) Penggunaan dana Unit Swadana Daerah untuk

pembiayaan investasi prasarana dan sarana di Unit Swadana Daerah yang

bersangkutan supaya terlebih dahulu mendapat persetujuan tersendiri dari Menteri

Dalam Negeri untuk Daerah Tk I dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk

Daerah Tingkat II.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kab Banyumas unit

Swadana Daerah pada

1) Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (19) yang menyatakan bahwa jasa

pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa

yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan,

konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.

2) Bab XIV Pengelolaan dan Penatausahaan penerimaan Rumah Sakit pada Pasal

57 ayat (7) menyebutkan bahwa Tata cara pengelolaan seluruh penerimaan

rumah sakit (pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran penggunaan

serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Permasalahan tersebut mengakibatkan :

a. Hak karyawan atas jasa pelayanan berkurang sebesar Rp348.000.000,00;

b. Status dana-dana yang disisihkan tidak memiliki landasan hukum, tidak jelas

mekanisme penggunaannya dan tidak terpantau dalam laporan keuangan.

Page 53: Laporan Audit Keuangan

50

Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan Direktur yang kurang memahami

ketentuan yang berlaku dan tidak tersedianya akun anggaran untuk pengeluaran

dimaksud.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa penggunaan dana-dana tersebut digunakan untuk kegiatan yang

sifatnya fleksibel dan tidak direncanakan sehingga tidak dianggarkan dalam DASK.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :

a. Memerintahkan pengelola dana taktis mempertanggungjawabkan penyisihan jasa

pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana taktis sebesar Rp60.000.000,00

kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan disertai bukti-bukti pengeluaran yang

sah;

b. Memerintahkan pengelola dana investasi mempertanggungjawabkan penyisihan jasa

pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana investasi sebesar Rp241.968.868,00

kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan cara melengkapi bukti-bukti pengeluaran

yang sah, menyetorkan kas Dana Investasi minimal sebesar Rp42.319.368,00

(termasuk bunga bank sebesar Rp3.968.868,00) ke Kas RSUD, dan menarik

peminjaman dana investasi dari pihak ketiga serta menyetorkannya ke Kas RSUD;

c. Mengatur kembali pembagian jasa pelayanan kepada pihak di luar rumah sakit sesuai

ketentuan pengelolaan rumah sakit pemerintah, sehingga pembagian jasa pelayanan

sepenuhnya dilaksanakan dengan dasar hukum yang memadai dan transparan.

Page 54: Laporan Audit Keuangan

52

6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat

dan pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar senilai

Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai

Sebagai bagian dari Organisasi Pelayanan Kesehatan, Instalasi Laboratorium dan

Radiologi merupakan unit pelaksana teknis fungsional rumah sakit yang melakukan

kegiatan pelayanan pemeriksaan laboratorium dan radiologi dalam usaha membantu

pelayanan medis terutama dalam penegakan diagnosis dan pengelolaan pasien.

Instalasi laboratorium dan radiologi menyelengggarakan pelayanan untuk

penderita rawat jalan, unit gawat darurat dan unit rawat inap. Hasil pemeriksaan kegiatan

administrasi pemakaian bahan pada Instalasi Laboratorium dan Radiologi diperoleh

gambaran bahwa pengendalian intern pada masing-masing instalasi masih lemah, hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Instalasi Laboratorium

Pemeriksaan atas dokumen Buku Pantauan Pemakaian Bahan, Buku Pasien dan

hasil pengecekan alat uji Laboratorium yang merupakan bentuk Kerja Sama

Operasional (KSO) antara Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas dengan

pihak ketiga, terdapat minimal dua alat kesehatan yakni Analyzer Il Ilyte Na/K/Cl,

dan Autonalyzer ABX Mira Plus dengan UPS yang tidak terpasang indikator

pengukur kuantitas layanannya sehingga menyulitkan dalam pengendalian

pemakaian bahan yang sesungguhnya. Dari hasil pemeriksaan buku pantauan

pemakaian bahan, dengan mengambil sampling untuk bulan Desember Tahun 2004

dan Januari - Agustus 2005 serta dari data pasien yang sudah periksa tetapi tidak

mengambil hasil laboratorium dan tidak membayar, terdapat beberapa orang pegawai,

keluarga dan tamu yang melakukan pemeriksaan tanpa melalui prosedur yang

seharusnya yaitu dengan cara mendaftar dan melakukan pembayaran lewat kasir,

namun pasien khusus tersebut langsung mendapatkan pelayanan di Laboratorium.

Karyawan, Keluarga dan tamu yang menggunakan bahan laboratorium sebanyak

185 orang dengan nilai pembayaran minimal sebesar Rp8.165.950,00. Selain itu

terdapat 48 pasien dengan nilai pembayaran sebesar Rp946.150,00 belum membayar

layanan laboratorium namun hasil laboratoriumnya telah selesai diproses.

Page 55: Laporan Audit Keuangan

53

Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Laboratorium dinyatakan bahwa

pasien-pasien tersebut merupakan pasien khusus yang memerlukan pelayanan cepat.

Pasien sebagaimana disebutkan telah mendapatkan ijin dari Direktur, namun tidak

diketahui secara formal data yang mendukung pernyataan tersebut. Dengan demikian,

pada saat pemeriksaan berakhir (tanggal 23 Agustus 2005) disimpulkan bahwa

layanan senilai Rp9.112.100,00 telah direalisasikan tanpa disertai pembayaran oleh

pasien.

Hasil cross cek data susulan dari Ka Sub Bid Penunjang Medis I setelah masa

pemeriksaan berakhir, yakni pada tanggal 6 Oktober 2005 menunjukkan tambahan

informasi bahwa Instalasi Laboratorium dan Kasir melakukan pencocokan atas

keseluruhan data tunggakan layanan di laboratorium. Pencocokan tersebut

menghasilkan data sebagai berikut:

Pasien khusus Karyawan

Pasien khusus Non Karyawan

Jumlah

Tarif billing 15.695.480,00 7.141.630,00 22.837.110,00 Ditagihkan Askes (8.932.075,00) (773.000,00) (9.705.075,00) Dibayar pasien (4.515.290,00) (5.214.530,00) (9.729.820,00) Kekurangan tagihan 2.248.115,00 1.154.100,00 3.402.215,00

Berdasarkan tabel di atas masih terdapat tunggakan sebesar Rp3.402.215,00 yang

belum diselesaikan dan akan ditindaklanjuti oleh manajemen. Pada saat pemeriksaan

dilaksanakan, data pembayaran sebesar Rp9.705.075,00 dan Rp9.729.820,00 tidak

diketahui oleh Instalasi Laboratorium dan tidak dapat ditunjukkan, sehingga catatan

pada Instalasi Laboratorium masih menunjukkan data bahwa pasien belum

menunaikan pembayarannya. Hal ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara kasir

dan instalasi laboratorium dalam menyajikan data pembayaran pasien secara akurat.

b. Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi telah melakukan kerja sama operasional dengan PT. Bhineka

Usada Raya Cabang Semarang dalam pemanfaatan alat CT Scanner yang tertuang

dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor : 119/759 A/2001 pada Tanggal 15

September 2001. Pada perjanjian kerja sama ini disebutkan bahwa rumah sakit

Page 56: Laporan Audit Keuangan

54

menggunakan alat tersebut untuk pelayanan pasien dengan memberi kontribusi

kepada pemilik alat dan kewajiban pembelian film oleh pihak rumah sakit kepada

pihak pemilik alat. Akan tetapi pada saat alat mengalami kerusakan dan pemakaian

film menjadi bertambah karena film sering rusak maka pihak rumah sakit yang

menanggung kerusakan film tersebut. Pemeriksaan atas Dokumen Laporan Harian

Radiologi, Laporan Bulanan Kegiatan Radiologi, Buku Permintaan Barang, dan

hasil cek fisik menunjukkan terdapat perbedaan pemakaian film radiologi (CT Scan)

menurut data harian yang dilaporkan dan data administrasi. Menurut data harian,

pemakaian film selama periode sampling sebanyak 3330 lembar dengan jumlah

kerusakan sebanyak 267 lembar, sedangkan menurut data bagian administrasi

terdapat pemakaian film sebanyak 2660 lembar termasuk yang rusak, jumlah

kerusakan tidak dapat diidentifikasi karena data pada laporan administrasi tidak

tersedia. Dengan demikian terdapat selisih 670 lembar film (3330 lembar – 2660

lembar ) dengan nilai sebesar Rp12.781.422,50 (1 box =100 lbr film, harga per box =

Rp1.907.675,00) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak dapat

ditelusuri kebenarannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Bulan Jumlah Pasien

Mnrt Lap kegiatan ke Pimpinan Jumlah

Pemakaian Film mnrt Ctt Adm Selisih

Baik Rusak (film) (Film) (film)

(film)

Januari 04 67 120 2 122 76 46 Februari 24 40 0 40 34 6

Maret 17 28 4 32 17 15 April 59 75 15 90 67 23 Mei 66 110 12 122 104 18

Juni 94 140 10 150 132 18 Juli 94 135 7 142 109 33

Agustus 115 121 16 137 147 (10) September 125 190 16 206 148 58

Oktober 93 149 22 171 128 43 Nopember 110 185 14 199 157 42 Desember 108 179 41 220 139 81

Jumlah 972 1472 159 1631 1258 373

Januari 05 119 156 15 171 156 15 Februari 89 112 27 139 115 24

Page 57: Laporan Audit Keuangan

55

Maret 125 177 20 197 168 29 April 144 196 2 198 199 (1) Mei 166 280 18 298 213 85 Juni 146 292 12 304 202 102 Juli 129 199 5 204 178 26

Agustus 141 179 9 188 171 17 Jumlah 1.059 1.591 108 1.699 1.402 297

Jumlah Total 2.031 3.063 267 3.330 2.660 670

Menurut hasil konfirmasi dengan bagian administrasi diperoleh penjelasan bahwa

perbedaan tersebut terjadi karena adanya pemakaian film yang kemungkinan tidak

dimasukkan dalam buku administrasi pasien karena adanya pergantian shif petugas

jaga. Selisih tersebut tidak dapat ditelusuri dengan tuntas disebabkan kartu persediaan

barang harian tidak pernah dibuat. Pengecekan terhadap film yang rusak tidak dapat

dilakukan karena penyimpanan film rusak tertumpuk menjadi satu dari tahun ke tahun

sehingga data kerusakan film yang sebenarnya hanya berdasarkan laporan bulanan dari

Instalasi Radiologi.

Setelah berakhirnya masa pemeriksaan, yakni pada tanggal 6 Oktober 2005

Kepala Instalasi Radiologi memberikan tambahan data yang menunjukkan bahwa telah

dilakukan penghitungan ulang atas kerusakan film dengan hasil total kerusakan film

selama Tahun 2004 dan 2005 adalah sebanyak 520 lembar film. Kerusakan tersebut

antara lain disebabkan loading jam (film rusak karena alat rusak), film bergaris dan

pemotretan kurang sempurna sehingga perlu diulang. Atas sebagian kerusakan tersebut,

pihak RSUD telah melakukan permohonan penggantian film kepada rekanan dan

disanggupi akan diganti sebanyak 300 lembar.

Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:

• pasal 4 “Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”.

Page 58: Laporan Audit Keuangan

56

• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau

menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan

pendapatan tersebut.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas

Unit Swadana Daerah Bab X Pasal 21 ayat (1) Bagi pasien yang tidak mampu

diberi keringanan membayar biaya pelayanan dan atau bebas biaya pelayanan,

tetapi pasien tersebut harus membawa surat keterangan miskin dari pejabat yang

berwenang, Untuk keperluan perawatan ini Direktur menempatkan pasien di kelas

II.

Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan

a. Data tunggakan tidak dapat dipergunakan sebagai dasar pengendalian tunggakan oleh

manajemen;

b. Penerimaan rumah sakit dari layanan laboratorium tertunda minimal sebesar

Rp3.402.215,00;

c. Data pemakaian film tidak andal sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai dasar

pengendalian persediaan oleh manajemen;

d. Kerusakan film tidak terpantau oleh manajemen sehingga tidak dapat diminimalkan.

Permasalahan tersebut disebabkan:

a. Kurangnya koordinasi antara Instalasi Laboratorium dan Kasir dalam memantau data

pembayaran pasien dan kelalaian Kepala Instalasi Laboratorium dalam

menyelenggarakan pembukuan bahan secara harian;

b. Adanya kelalaian dari petugas administrasi dan petugas jaga yang tidak

mendokumentasikan data dan pemakaian film dengan baik dan lemahnya

pengawasan dari Kepala Instalasi.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa memang benar terjadi kurang koordinasi dan kurang tertib dalam

Page 59: Laporan Audit Keuangan

57

administrasi sehingga perlu dilakukan teguran kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan

Subid Pelayanan Medis I, Kepala Instalasi Rawat Jalan serta kepada Kasir.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :

c. Menegur Kepala Instalasi Laboratorium dan Instalasi Radiologi yang kurang tertib

dalam melaksanakan administrasi layanan pasien yang menjadi tanggung jawabnya

dan memerintahkan kepada masing-masing Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan

pembukuan harian atas pemakaian bahan yang berada pada instalasinya;

d. Menagihkan sisa tunggakan layanan laboratorium sebesar Rp3.402.215,00.

Page 60: Laporan Audit Keuangan

58

7. Pemberian eksra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar

Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas mempunyai 16 instalasi yang

masing-masing mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya. Salah satu dari

ke-16 instalasi tersebut adalah instalasi gizi yang mempunyai tugas mengelola bidang

makanan, baik makanan pasien maupun makanan karyawan RSUD.

Dalam Prosedur Tetap pemberian makanan pada Instalasi gizi RSUD Banyumas

dengan Nomor Dokumen : 14/IG/V/89 dan Nomor Revisi 3 Tahun 2003 disebutkan

bahwa untuk karyawan mendapat porsi makan dari Rumah Sakit dengan ketentuan

sebagai berikut :

Jenis Karyawan Jenis Makanan Frekwensi/hari Keterangan Dokter Jaga Menu VIP 4X Residen Menu VIP 3X Supervisi Menu Kelas II 1X - Lauk Hewani telur 1

buah - Supervisi :hari libur

2X Instalasi Gizi, Satpam, Supir, Masjid

Menu Kelas II 3X Semua karyawan mendapat teh manis 1 gelas sehari

Tukang Kebun dan ISS

Menu Kelas II 1X

Perawat, PDE, Laboratorium, Kasir, Apotik, Informasi, Radiologi

Menu makanan Dinas Malam

1X Karyawan Dinas Malam

OK Telur + Mie Setiap ada CITO

1 butir dan 1 bungkus

OK Tamu Menu VIP Setiap ada OP CITO apabila operasi dilakukan setelah jam 14.00

Radiologi Telur + Susu Setiap hari - OK Tamu : dokter spesialis dari luar

- Susu dan telur dalam keadaan matang

Lembur Menu kelas II Sesuai kebutuhan

Lembur berdasarkan acc tertulis direktur

Page 61: Laporan Audit Keuangan

59

Sedangkan untuk yang mendapatkan snack harian sesuai prosedur tetap adalah Direktur,

Dokter Umum, Dokter Jaga, Dokter Residen, Dokter Spesialis, Kabag TU, Keuangan,

Perawatan, Kepala Instalasi Gizi, Apoteker/Kepala Instalasi Farmasi.

Pemberian makanan bagi karyawan tersebut dimaksudkan untuk kesejahteraan

karyawan dalam rangka penambahan gizi karyawan di lingkungan rumah sakit yang

dipandang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Di samping itu, berdasarkan data

pada Ruang Bougenville dan Ruang Cempaka (ruang penyakit dalam/ruang beresiko)

pada Tahun 2004 terdapat pasien Tubercolosis sebanyak 153 pasien dan telah

menyebabkan dua orang perawat terinfeksi penyakit tersebut.

Melihat kenyataan tersebut Kepala Bidang Keperawatan melalui surat Nomor

010/per/I/05 Tanggal 31 Januari 2005 mengajukan usulan untuk pemberian extra fooding

bagi perawat di ruang Bougenvile dan ruang Cempaka dengan pemberian makanan

tambahan tinggi protein. Adapun dana yang dibutuhkan adalah :

a. Kapasitas/jumlah pegawai yang membutuhkan makanan tambahan sebanyak 18 orang

untuk ruang bougenville dan cempaka

b. Harga makanan tambahan perporsi/orang

- Susu : Rp1000

- Telur : Rp600

c. Kebutuhan anggaran/Tahun Rp1600 X 18 orang x 365 hari = Rp10.512.000

Dari hasil pemeriksaan dan konfirmasi dengan Kepala Instalasi Gizi diperoleh penjelasan

bahwa usulan tersebut telah dilaksanakan dan dana yang telah dikeluarkan sampai dengan

bulan Agustus (saat pemeriksaan) adalah sebesar Rp1600 x 18 orang x 212 hari =

Rp6.105.600,00, akan tetapi atas pelaksanaan pemberian tambahan tersebut belum

didukung dengan adanya SK Direktur Rumah Sakit sehingga belum ada aturan resmi

yang melandasinya.

Permasalahan pemberian ekstra fooding yang tidak memiliki landasan peraturan

(SK Direktur) tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor : 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit

Umum Bab III Bagian Pertama pasal 8 yang menyatakan bahwa Direktur mempunyai

tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan,

Page 62: Laporan Audit Keuangan

60

mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini mengakibatkan pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk ruang

Bougenvile dan ruang Cempaka senilai Rp6.105.600,00 direalisasikan tanpa dasar

peraturan yang sah dan dapat menimbulkan kecemburuan dari instalasi lain yang tidak

mendapatkan tambahan makanan.

Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari Kepala Instalasi Gizi yang telah

merealisasikan pemberian makanan tambahan tanpa didasari SK Direktur.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa sudah dibuatkan SK tentang kebijakan pemberian extra fooding

kepada karyawan secara keseluruhan. Namun demikian untuk pemberian extra fooding

protein tinggi tambahan bagi pegawai yang berisiko tinggi khususnya di ruang

Bougenville dan Cempaka belum diterbitkan SKnya.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

untuk menegur Kepala Instalasi Gizi yang lalai dalam melaksanakan tugasnya dan

menetapkan Surat Keputusan tentang pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk

pegawai berisiko tinggi secara proporsional dan sesuai kemampuan rumah sakit.

Page 63: Laporan Audit Keuangan

61

8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen

B belum memiliki landasan peraturan

Dalam menyelenggarakan pelayanan fungsionalnya menyediakan obat bagi

pasien, Instalasi Farmasi. RSUD Banyumas melaksanakan pelayanan melalui dua

komponen instalasi, yaitu:

a. Komponen A yang bertugas mengelola obat-obatan yang berasal dari Inpres.

Askes, Pengembangan dan Pemda.

b. Komponen B yang bertugas mengelola obat-obatan dari Pedagang Besar Farmasi

(PBF), Pedagang Obat (PO) dan Apotek.

Komponen B merupakan instalasi farmasi yang modalnya dimiliki oleh dokter-

dokter/ Apoteker RSUD Banyumas yang pengelolaan serta tata kerjanya telah diatur

oleh Keputusan Bupati Banyumas Nomor 442/276/1996 tanggal 9 April 1996.

Meskipun permodalannya dimiliki oleh dokter dan apoteker, kewenangan

pengelolaannya ada di bawah Direktur RSUD yang didelegasikan kepada seorang

Apoteker yang merupakan pegawai RSUD.

Dalam mengelola obat yang menjadi kewenangannya, Instalasi Farmasi

Komponen B memperoleh keuntungan dari hasil penjualan obat kepada pasien

RSUD. Pembagian keuntungan tersebut diatur sebagai berikut:

a. 40% untuk Kas Daerah (dhi. Kas RSUD) yang selanjutnya dipergunakan untuk

peningkatan mutu RSU, pelayanan, peningkatan sumber daya serta menunjang

instalasi komponen A.

b. 5% untuk pengembangan dan penambahan modal Komponen B.

c. 45% untuk pemilik modal yang diatur oleh Direktur RSU.

d. 10% untuk Direktur RSU.

Hasil pemeriksaan atas pembukuan pengelolaan instalasi farmasi komponen B

menunjukkan bahwa pengelolaan Komponen B menggunakan sumber daya RSUD

dan dibiayai dari anggaran daerah. Sumber daya untuk pengelolaan komponen B

meliputi personel, sarana dan prasarana RSUD (tempat, listrik, jaringan komputer

dll). Sumber daya yang dikeluarkan untuk menunjang pengelolaan obat di Instalasi

Komponen B tidak dipisahkan dari manajemen RSUD. Personel yang menangani

penjualan obat di komponen B juga ditugaskan untuk melayani penjualan obat di

Komponen A. Baik komponen A maupun B berada di bawah kendali Kepala Instalasi

Page 64: Laporan Audit Keuangan

62

Farmasi. Penggunaan sumber daya RSUD tersebut tidak disebutkan dalam Surat

Keputusan Bupati Nomor 442/276/1996. Nilai sumber daya RSUD tidak dapat diukur

dengan tepat disebabkan belum ada pengaturan yang jelas tentang biaya yang menjadi

kewajiban RSU untuk menunjang komponen B.

Selain ditunjang biaya yang berasal dari anggaran daerah, Komponen B telah

merealisasikan biaya administrasi dan insentif dari hasil penjualan obat. Biaya

tersebut dipergunakan untuk pembayaran tenaga harian lepas yang bekerja pada

komponen B dan biaya bahan habis pakai lainnya. Sesuai dengan Surat Keputusan

Bupati tersebut di atas, komponen B hanya diperkenankan mengurangkan hasil

penjualan obat dengan biaya pembelian obat, sedangkan biaya administrasi tidak

disebutkan keberadaannya untuk dapat direalisasikan. Selama Tahun 2004 dan 2005

(S/d Agustus) biaya yang direalisasikan oleh komponen B adalah sebesar

Rp155.825.600,00. Dengan direalisasikan biaya tersebut maka pembagian

keuntungan kepada RSU menjadi lebih rendah sebesar Rp62.330.240,00, seperti

tampak pada tabel berikut:

Pembagian keuntungan Tahun Laba Biaya Laba bersih Dengan biaya Tanpa biaya

Selisih

1 2 3 4=3-2 5=40%x4 6=40%x2 7=6-5 2004 1.668.643.030 99.118.250 1.569.524.780 627.809.912 667.457.212 39.647.300 2005 (Juli) 947.041.560 56.707.350 890.334.210 356.133.684 378.816.624 22.682.940 2.615.684.590 155.825.600 2.459.858.990 983.943.596 1.046.273.836 62.330.240

Penghitungan lengkap ada pada lampiran 8.

Hasil penelaahan atas surat keputusan Bupati Nomor 442/276/1996, menunjukkan

bahwa surat keputusan Bupati tidak mengatur secara jelas hak dan kewajiban kedua

belah pihak (RSU dan para pemilik modal), sehingga menimbulkan ketidakjelasan

perlakuan biaya yang harus direalisasikan untuk mendukung kelancaran tugas

Instalasi Farmasi Komponen B.

Dari hasil pemeriksaan atas mekanisme penerimaan uang penjualan obat pada

Komponen B diketahui bahwa komponen B melakukan pengelolaan uang dengan

cara penggunaan langsung dan terpisah dari pengelolaan keuangan RSUD. Uang

penjualan obat setiap harinya diterima oleh Kasir Penerimaan RSUD dan selanjutnya

disetorkan kepada bendahara komponen B melalui rekening nomor 1-003-01625-3.

Penggunaan uang penjualan obat secara langsung tersebut tidak diatur di dalam Surat

Page 65: Laporan Audit Keuangan

63

Keputusan Bupati. Atas penggunaan uang tersebut, bendahara komponen B telah

membuat pembukuan dan melaporkannya secara rutin kepada Direktur RSUD.

Hasil wawancara dengan Direktur RSUD diperoleh informasi bahwa format

pengelolaan komponen B dengan mekanisme yang selama ini telah berjalan

sebagaimana dijelaskan sebelumnya dipandang cukup andal dalam mengantisipasi

adanya pemberian resep keluar dari rumah sakit. Konfirmasi atas permasalahan ini

juga dilakukan kepada Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Kepala BPKD dan

Kepala Bagian Hukum Kabupaten Banyumas. Hasil konfirmasi ditindaklanjuti

dengan rapat yang menyetujui adanya pengaturan kembali hak dan kewajiban kedua

belah pihak serta memperjelas badan usaha yang akan bekerja sama dengan RSUD.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 19 ayat (2), Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.

b. Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI Nomor 0428/Yanmed/RSKS/SK/1989 tanggal 17 April 1989 tentang Petunjuk pelaksanaan peraturan Menkes RI tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di RS Pemerintah :

• Pasal 3 ayat (4) Instalasi Farmasi Rumah Sakit berkewajiban dan harus

mampu mengelola obat-obatan Rumah Sakit secara berdaya guna dan berhasil

guna baik dari segi penggunaan biaya maupun obat-obatan.

• Pasal 9 ayat (3) Untuk dapat melaksanakan pengawasan dan pengendalian

terhadap pelayanan obat-obatan di Rumah Sakit, maka pelayanan obat-obatan

di Rumah Sakit harus melalui system satu pintu, ayat (4) Dengan system satu

pintu, sebagaimana dimaksud ayat (3) maka unit distribusi Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (Apotek Rumah Sakit) secara bertahap harus difungsikan

sepenuhnya sebagai satu-satunya Apotek Rumah Sakit yang berkewajiban

melaksanakan pelayanan obat-obatan di Rumah Sakit.

Permasalahan tersebut mengakibatkan:

a. Biaya operasional yang direalisasikan oleh rumah sakit untuk menunjang

Komponen B menjadi tidak jelas statusnya sehingga tidak diketahui hak dan

kewajiban antara pihak rumah sakit dengan pemilik modal.

Page 66: Laporan Audit Keuangan

64

b. Biaya operasional yang direalisasikan oleh Komponen B sebesar

Rp155.825.600,00 tidak memiliki landasan peraturan dan penerimaan bagi hasil

yang diterima RSU menjadi lebih rendah sebesar Rp62.330.240,00.

c. Penerimaan yang disetor tidak melalui Kas Daerah dapat mengakibatkan

penggunaan yang tidak sesuai tujuannya.

Permasalahan tersebut disebabkan Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor

442/276/1996 tidak mengatur dengan jelas:

a. Status badan usaha yang bekerja sama dengan RSUD,

b. Hak dan kewajiban kedua belah pihak yang bekerja sama,

c. Perlakuan biaya operasional Farmasi Komponen B,

d. Mekanisme pengelolaan keuangan di Farmasi Komponen B.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa aturan yang berlaku saat ini belum sesuai dengan aturan yang

ada di Pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000, Tanggal 10 Nopember

2000), sehingga akan ditindaklanjuti dengan membentuk suatu wadah (koperasi) dari

pemilik modal yang nantinya akan bekerja sama dengan RSUD Banyumas.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

a. Direktur RSUD agar merumuskan perjanjian kerja sama pengelolaan Instalasi

Farmasi Komponen B yang secara jelas mengatur hak dan kewajiban RSUD dan

pengelola dengan prinsip saling menguntungkan, berkeadilan dan

mempertimbangkan azas kepatutan dalam pembagian keuntungan. Perjanjian

tersebut selanjutnya diusulkan kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan

persetujuan;

b. Bupati Banyumas agar melakukan evaluasi atas usulan perjanjian kerja sama

pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B sebelum melakukan persetujuan atas

perjanjian kerja sama tersebut.

Page 67: Laporan Audit Keuangan

65

10. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi

Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan

penambahan pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini

kebenarannya

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

Rumah Sakit Umum Banyumas memerlukan adanya peningkatan fasilitas sarana dan

prasarana Instalasi, yaitu dengan pembangunan ruang Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM).

Untuk membiayai pembangunan IRM tersebut, pada Tahun 2005 RSU telah

menganggarkan dana yang dituangkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)

sebesar Rp296.604.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp284.139.000,00.

Sebelum pekerjaan dilaksanakan, pemimpin kegiatan telah menunjuk konsultan

perencana perorangan untuk membuat gambar dan perincian kebutuhan bahan/material

yang dibutuhkan untuk pekerjaan Pengembangan Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM),

namun penunjukan konsultan perencana tersebut tidak didasari dengan Surat Perintah

Kerja /Kontrak yang sah.

Untuk selanjutnya, pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara

swakelola berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Nomor : 050/339/2005 tanggal 17

Februari 2005 dengan nilai pekerjaan Rp284.139.000,00. Jangka waktu pelaksanaan

pekerjaan mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Mei 2005, dengan pemimpin kegiatan

pekerjaan tersebut adalah Kepala Sub Bagian Umum. Pekerjaan tersebut telah

diselesaikan dan diserahkan kepada Direktur RSU Banyumas berdasarkan Berita Acara

Penyerahan Pekerjaan Pengembangan IRM pada tanggal 16 Mei 2005.

Dari hasil pemeriksaan atas Rencana Anggaran Belanja (RAB), rincian

perhitungan volume dan kebutuhan material serta surat pertanggungjawaban keuangan

diketahui bahwa pengadaan material direalisasikan melebihi kebutuhan sebesar

Rp59.387.579,20 dan terdapat pemalsuan bukti pengadaan material oleh salah satu

anggota panitia pengadaan. Adapun kelebihan tersebut sebagian di antaranya senilai

Rp26.161.500,00 berasal dari peninggian nilai RAB (mark up) yang dibuat oleh

pemimpin kegiatan terhadap Rincian Perhitungan Volume dan kebutuhan material yang

dibuat oleh konsultan perencana, yaitu :

Page 68: Laporan Audit Keuangan

66

Kebutuhan barang menurut No.

Uraian RAB Konsultan

Perencana Selisih Harga

Satuan

Nilai selisih

1. Pekerjaan Pasangan : - Batu kali 39 39 - - - - Batu merah 37.000 36.932 68 200 13.600 - Pasir 34 rit 32 rit 2 135.000 270.000 - Kapur 250 - 250 6.500 1.625.000 - PC 293 267 26 33.500 871.000 Jumlah : 2.779.600 2. Pekerjaan Beton - Pasir 5 rit - 5 rit 135.000 675.000 - Split 26,9 - 26,9 90.000 2.421.000 - PC 224 - 224 33.500 7.504.000 Jumlah : 10.600.000 3. Pekerjaan Atap - Kayu 8/12 x 4 m 155 129 26 154.000 4.004.000 - Kayu 6/12 x 4 m 70 58 12 122.000 1.464.000 - Kayu 5/7 x 4 m 800 667 133 31.500 4.189.500 - Kayu 2/3 x 4 m 1001 833 168 12.375 2.079.000 - Papan 2/20 x 4 m 46 38 8 46.000 368.000 - Genteng 19.800 16.663 3137 200 627.400 - Genteng nok 149 124 25 2.000 50.000 Jumlah : 12.781.900 Total : 26.161.500

Sedangkan untuk pekerjaan selain yang tercantum pada table di atas, antara RAB

yang dibuat oleh pemimpin kegiatan dan perhitungan konsultan perencana untuk

kebutuhan bahan/material tidak terdapat perbedaan. Meskipun tidak terdapat perbedaan

antara nilai RAB dengan rincian konsultan perencana, pemeriksaan lanjutan dilaksanakan

dengan konfirmasi kepada pihak yang kompeten dan pengujian fisik pekerjaan, dengan

mempertimbangkan kondisi bahwa penunjukkan konsultan perencana oleh pemimpin

kegiatan hanya secara lisan (rekan pemimpin kegiatan), dalam pelaksanaan pekerjaan

pemimpin kegiatan tidak membuat Kerangka Acuan Kerja, buku harian, laporan

mingguan maupun bulanan, serta Surat Pertanggungjawaban tidak dapat diketahui

dengan pasti nilainya (karena SPJ atas kegiatan rehab IRM ini tidak dikumpulkan

menjadi satu, sehingga sulit diidentifikasi.)

Page 69: Laporan Audit Keuangan

67

Konfirmasi dilaksanakan pada tanggal 12 September 2005 kepada pelaksana

pekerjaan dengan didampingi oleh salah satu anggota panitia pengadaan. Dari hasil

konfirmasi, dilakukan penghitungan secara uji petik terhadap pemakaian bahan/material

untuk pekerjaan plafon dan pembayaran ongkos pekerja, yaitu :

a. Ongkos pekerja dalam RAB (pemimpin kegiatan) termasuk ongkos pembongkaran

ditentukan sebesar Rp62.716.078,95 dan didasari dengan bukti kehadiran pekerja.

Namun pada kenyataannya yang diterima oleh pelaksana pekerjaan hanya sebesar

Rp55.355.749,75, sehingga terdapat selisih sebesar Rp7.360.329,20 yang merupakan

tanggung jawab pemimpin kegiatan.

b. Bahan/material yang diadakan lebih kecil dibandingkan dengan RAB, yaitu :

Pekerjaan Plafon 479 m.

Untuk pekerjaan plafon dibutuhkan bahan/material berupa kayu ukuran 6/12 x 4 m,

untuk hanger dan kayu ukuran 4/6 x 5 m untuk plafon.

� Dari pekerjaan plafon tersebut dalam RAB telah ditentukan jumlah pengadaan

penggunaan kayu ukuran 6/12 x 4 m sebanyak 173 batang, namun berdasarkan

kenyataan/kayu yang digunakan hanya sebanyak 10 batang atau selisih sebanyak

173 – 10 = 163 batang. Harga per batang sebesar Rp122.000,00 atau nilai kerugian

sebesar Rp122.000 x 163 = Rp19.886.000,00.

� Sedangkan kayu ukuran 4/6 x 4 m dalam RAB sebanyak 780 batang, pekerjaan per

m2 menggunakan 5 m kayu, maka kayu yang dibutuhkan 479 x 5 m = 2.395 m.

Dari ukuran kayu per batang 4 m, maka kayu yang dibutuhkan sebanyak = 2.935 : 4

m = 599 batang, namun menurut RAB 780 batang, atau selisih 780 – 599 = 181.

Harga per batang sebesar Rp 24.750,00 atau nilai kerugian sebesar Rp24.750,00 x

181 batang = Rp 4.479.750,00.

� Eternit

Dari luas plafon 479 m2, maka kebutuhan eternit juga sebanyak 479 m2., dari

kebutuhan 479 m2 tersebut pihak panitia telah mengadakan sebanyak 40 box atau

400 m2, sedangkan yang 79 m2 menggunakan eternit lama/bongkaran. Menurut

RAB dibutuhkan 70 box atau 700 m2. Dengan demikian terdapat kelebihan 700 –

400 = 300 m2 atau 30 box. Harga per box sebesar Rp50.000,00 atau kerugian

sebesar Rp50.000,00 x 30 = Rp 1.500.000,00

Page 70: Laporan Audit Keuangan

68

Dari hasil pemeriksaan selanjutnya atas Surat Pertanggungjawaban Keuangan

(SPJ) yang dapat diidentifikasi untuk kegiatan pengembangan IRM diketahui bahwa

pengadaan material untuk kegiatan pengembangan IRM dilakukan oleh Sdr.

Mulyono, PNS RSUD Banyumas pada staf kepegawaian yang ditunjuk sebagai salah

satu anggota panitia pengadaan barang, serta bertindak juga sebagai supplier

(pemasok) material dengan nama UD. Dwi Tunggal yang beralamat di Jalan Bogisan

Kaliori, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.

Penelitian selanjutnya atas SPJ di Pemegang Kas dan bukti nota pengadaan material

yang sebenarnya (riil) diketahui bahwa :

1. Bukti asli pengiriman/pengadaan bahan/material yang diperoleh saat pemeriksaan

berasal dari Toko Fajar Indah dan Toko Bintang, sedangkan dalam SPJ, bukti

pengadaan yang dipergunakan untuk penagihan uang tidak diketahui adanya bukti

tersebut.

2. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengecekan keberadaan UD. Dwi

Tunggal dengan didampingi salah satu anggota panitia pengadaan yang lain pada

tanggal 14 September 2005, yang diketahui bahwa pada alamat yang disebutkan

sebagai alamat UD. Dwi Tunggal tidak terdapat adanya toko bangunan maupun

UD Dwi Tunggal. Hal tersebut juga diperkuat dengan keterangan Ibu Lurah

Bogisan Kaliori yang rumahnya satu lokasi dengan alamat UD. Dwi Tunggal

yang menyatakan bahwa di daerahnya tidak terdapat UD. Dwi Tunggal maupun

toko bangunan lainnya.

Dari hasil wawancara dengan Sdr. Mulyono diperoleh pengakuan bahwa yang

bersangkutan telah melakukan pengadaan bahan/material dari distributor/Toko lain

dan nota serta kuitansi pembelian diganti dengan nama UD. Dwi Tunggal atas nama

dirinya. Dengan demikian Sdr. Mulyono akan sangat mudah untuk menambah angka

barang yang dibeli. Kegiatan tersebut mudah dilakukan karena keberadaan panitia

pengadaan barang yang lain, panitia pemeriksa pekerjaan dan panitia penerima

barang semuanya tidak berfungsi.

Page 71: Laporan Audit Keuangan

69

Permasalahan adanya pengadaan bahan/material yang melebihi kebutuhan tidak

sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 disebutkan

bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan

memperhatikan azas Keadilan dan Kepatutan;

b. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Basrang/Jasa Pemerintah dalam pasal 39 ayat (3)

disebutkan bahwa Pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola

adalah :

1). Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya

manusia;

2). Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat

setempat;

3). Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi dan pembiayaannya tidak

diminati penyedia barang/jasa;

4). Pekerjaan secara rinci/detail sulit dihitung/ditentukan;

c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A

angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun

rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,

menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang

dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-

masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja

d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara

penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan APBD:

• Pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap

dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

Page 72: Laporan Audit Keuangan

70

• Pasal 57 ayat (1) Pengguna anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang

yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti

yang sah.

e. Inmendagri Nomor : 21 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan

Ganti Rugi Keuangan Daerah dan Barang Daerah pada huruf C antara lain

disebutkan bahwa ruang lingkup penyimpangan ditinjau dari pelaku :

1) Pegawai Negeri bukan bendaharawan meliputi antara lain menaikkan harga,

menambah kualitas, mutu dan lain-lain;

2) Pihak ketiga meliputi antara lain penipuan, penggelapan dan perbuatan lainnya

yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian daerah.

Permasalahan tersebut mengakibatan RSU Banyumas dirugikan minimal sebesar

Rp59.387.579,20 atau (Rp26.161.500,00 + Rp7.360.329,20 + Rp19.886.000,00 +

Rp4.479.750,00 + Rp1.500.000,00).

Hal tersebut disebabkan :

a. Kesengajaan dari Pemimpin kegiatan yang tidak membuat buku/laporan harian,

mingguan dan bulanan pelaksanaan kegiatan;

b. Kesengajaan dari Sdr. Mulyono untuk mengubah/mengganti nota pembelian

bahan/material yang sebenarnya menjadi nota dari UD. Dwi Tunggal;

c. Tidak berfungsinya Panitia Pemeriksa Barang, anggota panitia pengadaan lainnya dan

panitia penerima barang.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten

Banyumas menjelaskan bahwa dalam proses pekerjaan pengembangan IRM terdapat

pekerjaan di luar RAB yang merupakan permintaan user pada saat pelaksanaan

pekerjaan berlangsung dan perbedaan perhitungan antara pemimpin kegiatan dengan

konsultan perencana disebabkan konsultan belum menghitung pekerjaan pasangan dan

beton.

Selanjutnya pada tanggal 6 Oktober 2005 Direktur RSU dan Pimpinan Kegiatan

telah memberikan tambahan data dan penjelasan bahwa pada saat pelaksanaan pekerjaan

Page 73: Laporan Audit Keuangan

71

IRM tersebut telah terjadi perubahan dan penambahan-penambahan pekerjaan, namun

tidak diikuti dengan perhitungan kembali kebutuhan material dan administrasi atas

perubahan pekerjaan. Perubahan dan penambahan pekerjaan tersebut baru dibuat/dihitung

sendiri oleh Pimpinan Kegiatan pada saat memberikan komentar instansi dengan nilai

Rp20.363.400,00. Atas penambahan pekerjaan tersebut tidak didukung dengan Berita

Acara Perubahan/Penambahan pekerjaan sesuai prosedur semestinya. Dengan adanya

tambahan penjelasan seperti demikian, Badan Pemeriksa Keuangan belum dapat

meyakini kebenaran pekerjaan tambahan sebesar Rp20.363.400,00, sebelum dilakukan

pengujian atas tambahan pekerjaan tersebut.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada:

a. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur

Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten

Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas penambahan/perubahan pekerjaan

yang terkait dengan pekerjaan pengembangan IRM sebesar Rp20.363.400,00.

b. Kepala Bawasda untuk melaporkan hasil pemeriksaan tersebut di atas kepada Bupati

Banyumas dan menyampaikan hasilnya kepada Direktur RSUD untuk ditindaklanjuti

sesuai ketentuan pengelolaan keuangan daerah.

c. Direktur RSUD agar menarik kerugian minimal sebesar Rp39.024.179,20

(Rp59.387.579,20 – Rp20.363.400,00) dari Pemimpin Kegiatan dan menyetorkan ke

Kas RSUD.

d. Direktur RSUD agar memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan yang

sengaja tidak menyelenggarakan pencatatan atas pengelolaan pekerjaan

pengembangan IRM secara swakelola dan memberikan sanksi sesuai ketentuan

kepegawaian yang berlaku bagi PNS kepada Sdr. Mulyono atas kesengajaannya

mengganti nota pembelian.

Page 74: Laporan Audit Keuangan

72

10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00

secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat

diyakini kewajarannya

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Rumah Sakit Umum (RSU) Banyumas

pada tahun 2004 dan tahun 2005 telah mengalokasikan dana Belanja Modal yang

dituangkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) untuk menambah atau

mengembangkan sarana prasarana ruangan dan bangunan lainnya. Jumlah anggaran

untuk kegiatan tersebut pada tahun 2004 dianggarkan sebesar Rp841.854.500,00 untuk

sembilan kegiatan dan telah direalisasikan sebesar Rp775.473.975,00, sedangkan untuk

tahun 2005 telah dianggarkan sebesar Rp1.080.736.000,00 dan sampai dengan bulan

Agustus telah direalisasikan sebesar Rp383.836.900,00.

Pemeriksaan atas dokumen rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dan Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan yang dilakukan

dengan cara swakelola tidak tepat, pelaksanaannya tidak sesuai ketentuan dan nilai

masing-masing pekerjaan tidak dapat diyakini kewajarannya, yaitu setiap pelaksanaan

pekerjaannya tidak didukung dengan laporan kegiatan, seperti buku harian, kerangka

acuan kerja dan setiap pencairan dana tidak didukung dengan prestasi kemajuan fisik

pekerjaan yang diketahui oleh panitia pemeriksa dan pengawas pekerjaan. Adapun

pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :

No. Uraian Anggaran Realisasi Tambahan keterangan 1. Pembuatan Poliklinik 4 220.014.500 220.014.500 2. Penambahan ruang gizi 134.000.000 133.962.000 18.982.500,00 Dana Investasi 3. Pembuatan Kamar mandi ruang

Flamboyan 105.280.000 105.098.000 26.966.000,00

2.920.000,00 Dana Investasi

4. Pengembangan ruang pemulasaran 70.500.000 70.443.000 5. Pembuatan Kamar Mandi Ruang

Edelwais, Cempaka dan Dahlia 90.240.000 89.946.500

6. Pembuatan Kamar mandi ruang Sakura 30.080.000 28.767.000 7. Pembuatan Nurse Stasionere 94.000.000 29.546.600 8. Pembuatan Tempat Parkir 69.740.000 69.705.125 9 Renovasi OK Unit II 28.000.000 27.991.250

10 Sandaran dan pengaman tempat tidur 5.289.000,00 Dana Investasi 11 Poliklinik 2 unit (Dana Askes 2003) 63.500.000,00 Dana Askes

Jumlah : 841.854.500 775.473.975 117.657.500,00

Page 75: Laporan Audit Keuangan

73

Tahun 2005

No. Uraian Anggaran Realisasi (s.d. Agustus)

Dana lnvestasi dan

lainnya 1. Pembuatan Poli VIP 250.000.000 - 2. Perbaikan IRM * 296.604.000 284.136.950 3.050.000,00 3. Pembuatan Nurse Stasionere 222.240.000 49.793.000 4. Pengembangan ruang Aula (Koverensi) 138.900.000 - 5. Pembuatan Tembok Keliling 60.000.000 49.906.950 6. Pembuatan TPA 42.372.000 - 7. Pembuatan Gudang Arsip 70.620.000 - Jumlah : 1.080.736.000 383.836.900 3.050.000,00 *) Diuraikan dalam temuan pemeriksaan tersendiri.

Dilihat dari jenis dan nilai pekerjaan tersebut di atas seharusnya tidak dilaksanakan

dengan cara swakelola. Selain itu hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pelaksanaan

swakelola tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu pekerjaan swakelola tidak didukung

dengan penyusunan rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, tidak dilakukan

perencanaan teknis dan penyiapan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material,

peralatan yang dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari

masing-masing rencana tersebut belum dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

Dengan keadaan demikian baik untuk kualitas, kuantitas maupun kebutuhan material

sulit untuk diukur kewajarannya karena tidak dapat diperbandingkan dengan standarnya

dan sulit dikendalikan.

Pemeriksaan selanjutnya atas Dokumen Anggaran Satuan Kerja dan laporan realisasi

kegiatan, pelaksanaan pekerjaan dan dokumen lainnya diketahui bahwa terdapat lima

kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dana investasi dan belum dikembalikan sebesar

Rp57.207.500,00, serta terdapat pajak sebesar Rp14.004.198,00 belum disetor ke Kas

Negara, seperti tercantum pada tabel berikut:

No. Pekerjaan Peminjaman dari dana investasi

Pajak belum disetor

PPN PPh psl 22 1 Ruang Instalasi Gizi 18.982.500,00 1.725.682,00 284.738,00 2 Kamar mandi ruang flamboyan 26.966.000,00 2.367.818,00 355.172,00 3 Pompa Air untuk IRM 3.050.000,00 277.275,00 41.600,00 4 5000 batu bata Ruang flamboyan 2.920.000,00 265.454,00 39.818,00 5 10 Sandaran tempat tidur 5.289.000,00 480.818,00 72.123,00 6 Kamar mandi ruang Edelweis, Sakura

dan Dahlia - 8.093.700,00

Page 76: Laporan Audit Keuangan

74

Jumlah 57.207.500,00 13.210.747,00 793.451,00 Jumlah Pajak belum disetor 14.004.198,00

Penjelasan dari masing-masing pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Penambahan pekerjaan ruang instalasi gizi tidak dicatat laporan realisasi anggaran

yaitu, pengeluaran untuk pengadaan material sebesar Rp18.982.500,00. Untuk

membayar pengeluaran tersebut, pemimpin kegiatan melakukan peminjaman dari

dana investasi. Sejak bulan Oktober 2004 sampai dengan pemeriksaan bulan

September 2005 pinjaman tersebut belum dikembalikan. Dari pengeluaran tersebut

telah dipungut PPN sebesar Rp1.725.682,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp284.738,00,

namun belum disetor ke Kas Negara.

b. Penambahan Kamar Mandi Ruang Flamboyan selain dari anggaran dan realisasi

tersebut pada tabel sebelumnya, ternyata masih ada pengeluaran untuk pengadaan 14

pintu PVC dan perlengkapannya sebesar Rp26.966.000,00, yang dananya

direalisasikan dengan peminjaman dari dana investasi sejak Tahun 2004, sampai

dengan saat pemeriksaan dana tersebut belum dikembalikan. Dari pengeluaran

tersebut telah dipungut PPN sebesar Rp2.367.818,00 dan PPh pasal 22 sebesar

Rp355.172,00, namun belum disetor ke Kas Negara.

c. Pengadaan Pompa Air untuk ruang IRM sebesar Rp3.050.000,00 dibiayai dari

pinjaman Dana Investasi, namun belum dikembalikan serta dari pengadaan tersebut

telah dipungut PPN sebesar Rp277.275,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp41.600,00

namun belum disetor ke Kas Negara.

d. Pengadaan 5000 batu bata dan lainnya untuk ruang flamboyan senilai Rp2.920.000,00

dibiayai dari pinjaman dana investasi (belum dikembalikan) dan dari pengadaan

tersebut telah dipungut PPN sebesar Rp265.454,00 dan PPh pasal 22 sebesar

Rp39.818,00 namun belum disetor ke Kas Negara.

e. Pengadaan 10 sandaran tempat tidur senilai Rp5.289.000,00 telah dipungut PPN

sebesar Rp480.818,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp72.123,00 namun belum disetor ke

Kas Negara.

f. Dalam RAB Pembangunan Kamar Mandi untuk ruang Edelwais, Sakura dan Dahlia

per ruangan dananya sebesar Rp26.979.000,00 atau seluruhnya sebesar

Rp80.937.000,00 dari masing-masing RAB pekerjaan tersebut dialokasikan untuk

Page 77: Laporan Audit Keuangan

75

PPN sebesar Rp2.697.900,00 atau seluruhnya sebesar Rp8.093.700,00. Dari jumlah

pajak tersebut tidak ditemukan bukti pemungutan dan penyetorannya ke Kas Negara.

g. Pembuatan Poliklinik selain dari realisasi tersebut pada tabel sebelumnya, masih

terdapat penambahan dua poliklinik dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang

dibiayai dari dana pendapatan pelayanan Askes tahun 2003, namun SPJnya sampai

dengan berakhirnya masa pemeriksaan belum ditemukan.

Selain dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, hasil pemeriksaan atas

mekanisme pencairan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana RSUD

menunjukkan bahwa pemegang kas merealisasikan pembayaran tanpa didukung dengan

laporan perkembangan fisik dan keuangan yang dituangkan dalam Berita Acara yang

ditandatangi oleh Panitia Pemeriksa Pekerjaan dan pengawas lapangan, namun hanya

didukung dengan bukti SPK, surat pesanan barang, nota dan kuitansi pembelian material.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 10 ayat (3)

disebutkan bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat

pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia

anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut;

b. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Basrang/Jasa Pemerintah dalam pasal 39 ayat (3)

disebutkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola

adalah :

1) Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya

manusia;

2) Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat

setempat;

3) Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi dan pembiayaannya tidak

diminati penyedia barang/jasa;

4) Pekerjaan secara rinci/detail sulit dihitung/ditentukan;

Page 78: Laporan Audit Keuangan

76

c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A

angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun

rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,

menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang

dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-

masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja

Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan :

a. Hasil pekerjaan baik kualitas maupun kuantitasnya serta biayanya tidak dapat

diyakini kewajarannya;

b. Laporan realisasi keuangan RSUD tidak menggambarkan pengeluaran yang

sebenarnya/ riil;

c. Penerimaan negara dari pajak tertunda sebesar Rp14.004.198,00.

Hal tersebut disebabkan :

a. Direktur RSU kurang memahami ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa di

lingkungan pemerintah;

b. Pemimpin Kegiatan mengabaikan tanggungjawabnya untuk melakukan perencanaan

pada setiap pekerjaan dan menyelenggarakan pencatatan harian serta laporan kegiatan

lainnya;

c. Tidak berfungsinya Panitia pemeriksa pekerjaan/barang dan pengawas pekerjaan;

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa belum disetornya pajak dikarenakan kegiatan tersebut sifatnya

masih meminjam ke Dana Tabungan dengan kode rekening Jasa Pelayanan sehingga

belum ada SPJnya.

Selain penjelasan di atas pada tanggal 6 Oktober 2005 Direktur RSU dan Pemimpin

Kegiatan telah memberikan tambahan data yang dibuat setelah masa pemeriksaan selesai

dilaksanakan. Adapun data tersebut adalah laporan mingguan, kerangka acuan kerja,

Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang serta SPJ pekerjaan dua poliklinik

Page 79: Laporan Audit Keuangan

77

dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang dibiayai dari dana pendapatan pelayanan

Askes tahun 2003. Berdasarkan tambahan data tersebut Badan Pemeriksa Keuangan

belum dapat meyakini kebenarannya sebelum dilakukan pengujian atas tambahan data

tersebut di atas.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

a. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD atas kelemahannya dalam

mengendalikan pekerjaan pembangunan fisik di lingkungan RSUD dan

memerintahkan untuk selanjutnya mengelola pengadaan barang dan jasa sesuai

ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah.

b. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur

Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten

Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas pekerjaan swakelola yang

dilaksanakan oleh RSUD yang didanai dari dana APBD dan dana tabungan investasi.

c. Direktur RSUD untuk memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan dan

Pelaksana Teknis Kegiatan yang mengabaikan tanggungjawabnya untuk mengelola

pekerjaan pengadaan barang dan jasa secara tertib dan memerintahkan segera

menyelesaikan seluruh pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut serta menyetorkan

pajak yang menjadi kewajibannya sebesar Rp14.004.198,00 ke Kas Negara.

d. Direktur RSUD untuk menegur kepada Panitia Pengadaan, Panitia Pemeriksa Barang

dan Pengawas Pekerjaan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.

Page 80: Laporan Audit Keuangan

78

11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam

laporan keuangan

Dalam melaksanakan fungsinya di bidang pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, RSUD menerima pembayaran atas jasa yang telah diberikan kepada pasien.

Dengan kondisi pasien yang sangat heterogen, pembayaran yang diterima tidak selalu

berupa pembayaran tunai namun juga merupakan pembayaran angsuran atau bahkan

terdapat pemberian keringanan atau penundaan pembayaran. Mekanisme tersebut

mengakibatkan timbulnya piutang pasien yang harus dikelola dengan tertib dan

diusahakan penagihannya.

Hasil penelaahan mekanisme pengelolaan piutang menunjukkan bahwa data awal

piutang pasien berasal dari Kasir Penerima RSUD melalui billing system (system

penagihan terkomputerisasi). Pada setiap akhir bulan, data pembayaran atas pasien yang

telah diperbolehkan pulang dicetak dan diantaranya menunjukkan saldo piutang yang

belum terbayar. Atas piutang yang belum terbayar tersebut, pasien diminta untuk

menandatangani surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan piutangnya. Surat

pernyataan tersebut diantaranya memuat nilai yang terhutang dan tanggal jatuh tempo.

Hasil pemeriksaan atas pencatatan administrasi piutang pasien menunjukkan

bahwa piutang pasien tidak dikelola dengan tertib, yang dapat ditunjukkan sebagai

berikut:

a. Data piutang hasil billing system tidak menunjukkan saldo piutang yang riil.

Pemeriksaan atas data pembayaran pasien pulang versi DOS (versi Windows belum

dapat menampilkan data piutang) menunjukkan bahwa kolom saldo piutang tidak

hanya memuat saldo piutang riil, namun juga memuat saldo piutang minus (karena

kelebihan pembayaran), saldo piutang yang ternyata didiskon, saldo piutang yang

ternyata dijamin oleh penjamin seperti Askes, Jamsostek atau perusahaan penjamin.

Hal ini dapat terjadi karena beberapa alternatif kesalahan yaitu di antaranya

kesalahan input, kesalahan tidak mengidentifikasi pengalihan piutang bagi yang telah

dijamin pihak lain, kesalahan mengidentifikasi diskon dan trouble pada system.

Page 81: Laporan Audit Keuangan

79

b. Bukti pelunasan piutang tidak diarsip sehingga pelunasan piutang tidak dapat

ditelusuri kebenarannya

Pemeriksaan atas keabsahan pelunasan piutang pasien menunjukkan bahwa bukti

pelunasan piutang yang berupa surat pernyataan yang telah dicap lunas oleh kasir

tidak diarsip (dibuang), karena petugas kasir sudah menginputkan ke dalam billing

system. Surat penagihan yang telah dicap lunas juga tidak diarsip sehingga pelunasan

piutang sulit ditelusuri keabsahannya.

c. Surat penagihan piutang tidak diregister sehingga sulit ditelusuri kelengkapannya.

Kasubbid Mobilisasi Dana berdasarkan surat pernyataan piutang dari kasir

menerbitkan surat penagihan. Mekanisme penerbitan surat tagihan tidak tertib, yaitu

nomor surat penagihan tidak diregister dan tidak diarsipkan dengan rapi, sehingga

untuk menilai kelengkapan surat penagihan dalam satu periode sulit untuk dilakukan.

Laporan penagihan bulanan dibuat hanya untuk piutang yang telah jatuh tempo pada

bulan tersebut. Sedangkan untuk piutang secara kumulatif belum diketahui

kelengkapan penagihannya. Penagihan melalui surat dilakukan oleh Kasubbid

Mobilisasi Dana dengan diketahui oleh Kepala Bagian Keuangan. Tidak diketahui

adanya tim penagihan yang bertugas menagihkan piutang pasien.

Setelah piutang dilunasi oleh pasien, Kasubbid Mobilisasi Dana memberikan tanda

lunas pada data saldo piutang hasil cetakan billing system. Pemberian tanda lunas

tersebut tidak berdasarkan surat pernyataan yang telah dicap lunas oleh kasir, namun

dengan mengecek data pasien pada billing system yang dilakukan satu persatu. Cara

yang demikian sangat beresiko untuk dapat menyajikan data piutang yang akurat.

d. Laporan penagihan piutang tidak dikirimkan ke Bagian Keuangan sehingga mutasi

piutang tidak dibuat pembukuannya

Data mutasi piutang pada kasir berupa data piutang yang telah ditandai tersebut, tidak

dikirimkan ke Bagian Keuangan untuk dilakukan pembukuan piutang. Bagian

keuangan tidak memiliki data piutang, tidak menyelenggarakan penjurnalan dan

pemostingan pada buku besar. Pantauan atas piutang pasien, pelunasan piutang dan

saldo akhir piutang tidak dapat ditunjukkan oleh Bagian Keuangan.

Page 82: Laporan Audit Keuangan

80

e. Piutang tidak dapat diidentifikasi umurnya sehingga piutang yang telah kedaluwarsa

tidak dapat diketahui nilainya.

Dengan tidak dibukukannya piutang, maka umur piutang tidak dapat diketahui

sehingga penyisihan terhadap piutang-piutang yang telah kedaluwarsa tidak dapat

dilakukan. Dengan tidak dilakukannya penyisihan piutang maka biaya atas piutang-

piutang yang tidak tertagih tidak dapat dinyatakan pada laporan keuangan.

f. Piutang atas penjualan obat pada Instalasi Farmasi Komponen B dilunasi dengan

jasa pemilik modal.

Hasil pemeriksaan atas pengelolaan piutang obat pada Instalasi Farmasi Komponen B

menunjukkan terdapat sejumlah resep kredit yang diberikan kepada pasien khusus

dari kalangan DPRD, Pemda, karyawan dan tamu-tamu RSUD. Dari hasil sampling

atas beberapa bukti pelunasan piutang obat DPRD dan Pemda diketahui bahwa

pelunasan piutang tersebut dilakukan oleh manajemen Farmasi Komponen B dengan

mengurangi bagian jasa yang seharusnya diterima oleh pemilik modal (para dokter

dan apoteker). Hal tersebut ditempuh sebagai salah satu pengendalian agar pemberian

resep oleh dokter memperhatikan kemampuan pasien dalam menebus resep tersebut.

Atas kondisi pengelolaan piutang yang tidak tertib dan tidak transparan tersebut

sebagaimana diuraikan di atas, manajemen RSUD belum melakukan upaya-upaya

penyelesaian yang optimal.

Permasalahan piutang yang tidak dikelola dengan tertib tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang

Perbendaharaan Negara pasal 34 ayat (1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk

mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan Negara/daerah wajib mengusahakan

agar setiap piutang Negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:

Page 83: Laporan Audit Keuangan

81

• pasal 4 “Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”.

• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau

menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan

pendapatan tersebut.

c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan

Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah. Pasal 13

ayat (3) Untuk keperluan pengendalian/pengelolaan keuangan dan barang Unit

Swadana Daerah, dipergunakan penatausahaan menurut Sistem Akuntansi dengan

pembukuan berpasangan.

Pengelolaan piutang yang tidak tertib mengakibatkan:

a. Nilai piutang tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan.

b. Pelunasan piutang berpotensi menimbulkan penyimpangan.

c. Biaya penyisihan piutang tidak dapat diukur dengan tepat sehingga penghapusan

piutang yang telah kedaluwarsa tidak dapat diproses.

d. Pelunasan piutang obat untuk pasien tertentu menjadi beban Instalasi Farmasi

komponen B.

Ketidaktertiban pengelolaan piutang tersebut disebabkan :

a. Billing system atas pengelolaan piutang belum sempurna;

b. Kasir tidak memahami pentingnya pengarsipan bukti pelunasan piutang.

c. Adanya kecenderungan Kasubbid Mobilisasi dana untuk mengelola piutang secara

tidak transparan.

d. Kelalaian Kepala Bagian Keuangan dalam melaksanakan pengendalian piutang dan

menyelenggarakan pembukuan piutang pasien RSUD.

e. Kebijakan pengelola Instalasi Farmasi Komponen B yang melunasi piutang dengan

menggunakan jasa pemilik modal.

Page 84: Laporan Audit Keuangan

82

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan bahwa penagihan piutang sebenarnya bagian keuangan diberi tembusan

surat, namun demikian ada sebagian surat yang tidak dikirim, sehingga mutasi piutang

sulit dilakukan di keuangan. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSUD menjelaskan

bahwa pembenahan atas pengelolaan piutang telah mulai dilaksanakan dan ditertibkan.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :

a. Menegur Kepala Bagian Keuangan yang lalai dalam melaksanakan pengawasan atas

pengelolaan piutang RSUD dan tidak menyelenggarakan pembukuan piutang;

b. Memperingatkan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola piutang

secara tidak tertib dan transparan;

c. Memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk melakukan sosialisasi atas

pengelolaan piutang secara komputerize kepada petugas pada unit-unit pelayanan

sehingga kesalahan input dapat diminimalkan.

d. Memerintahkan Kepala Bagian Keuangan untuk melakukan penertiban atas

pengelolaan piutang yang meliputi:

1) Pengarsipan bukti pelunasan piutang;

2) Penyelenggaraan buku register penagihan piutang;

3) Penyelenggaraan pembukuan piutang;

4) Pembuatan laporan keuangan yang memuat data piutang RSUD.

e. Memerintahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk menghentikan cara

pembayaran piutang dengan menggunakan jasa pemilik modal dan mengupayakan

penagihan piutang yang menjadi tanggungjawabnya.

Page 85: Laporan Audit Keuangan

83

12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga

perolehan sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan

Untuk menangani pengelolaan barang inventaris dan peralatan medis di

Rumah Sakit Umum (RSU) Banyumas, telah ditetapkan pengurus barang dan

bendaharawan barang pada Sub Bagian Umum. Dalam pengelolaan barang inventaris

tersebut pengelola barang telah melakukan pembukuan, yaitu telah membuat Buku

Induk Inventaris, Buku Inventaris, Kartu Inventaris Barang dan setiap semester telah

menyampaikan kepada Bupati Banyumas berupa laporan mutasi barang.

Pemeriksaan atas dokumen pengelolaan barang inventaris diketahui bahwa

terdapat barang-barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak berat serta

tidak dapat dipergunakan lagi sebanyak 104 buah dengan nilai perolehan sebesar

Rp34.085.000,00 belum dikeluarkan dari pembukuan dan diusulkan penghapusannya

kepada Bupati Banyumas. Adapun rincian jumlah dan nilai barang tersebut adalah

sebagai berikut :

No. Nama Barang Jumlah Nilai Keterangan 1. Kursi putar 9 4.050.000,00 Rusak 2. Bangku bulat 12 660.000,00 Rusak 3. Meja komputer 1 450.000,00 Rusak 4. Kereta makan 2 3.000.000,00 Rusak 5. Meja dorong 3 900.000,00 Rusak 6. Kufis 2 2.000.000,00 Rusak 7. Kipas angin 3 225.000,00 Rusak 8. Sterilisator 2 2.000.000,00 Rusak 9. Kursi plastik 10 500.000,00 Rusak 10. AC 3 2.000.000,00 Rusak 11. Water heater 2 1.000.000,00 Rusak 12. Dispenser 4 1.250.000,00 Rusak 13. Kulkas 2 2.000.000,00 Rusak 14. Rak piring 1 500.000,00 Rusak 15. Suction 3 3.000.000,00 Rusak 16. Mesin tik 1 250.000,00 Rusak 17. Sterilisator kering 1 1.500.000,00 Rusak 18. Rak sepatu 10 500.000,00 Rusak 19. Kursi roda 1 900.000,00 Rusak 20. Alat radiologi 1 - Rusak 21. Bangku fiberglass 4 3.600.000,00 Rusak 22. Meja ½ biro 4 1.000.000,00 Rusak

Page 86: Laporan Audit Keuangan

84

23. Box bayi 5 500.000,00 Rusak 24. Almari besar 4 500.000,00 Rusak 25. Kotak saran 2 200.000,00 Rusak 26. ECT 1 500.000,00 Rusak 27. Vacum 1 1.000.000,00 Rusak 28. Calculator 10 100.000,00 Rusak Jumlah : 104 34.085.000,00

Barang-barang tersebut tersimpan pada gudang dan tidak pernah dimanfaatkan

lagi. Pada saat pemeriksaan, Sub Bag Umum belum melaporkan kondisi kerusakan

barang tersebut kepada Direktur RSU agar dapat diproses usulan penghapusannya

kepada Bupati Banyumas.

Permasalahan barang inventaris yang telah rusak namun belum dihapuskan tersebut

tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 tanggal 14 Agustus 1997

tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah, dalam pasal 21 ayat (1) antara

lain menyebutkan bahwa setiap barang daerah yang rusak dan tidak dapat

digunakan lagi/hilang/mati, tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat

dihapuskan dari daftar inventaris;

b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor : 16 Tahun 2001 tanggal 22

November 2001 tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah dalam pasal 21 :

Ayat (1) disebutkan bahwa setiap barang daerah yang sudah rusak dan tidak

dapat dipergunakan lagi, dapat dihapuskan dari daftar inventaris;

Ayat (3) huruf a, Barang bergerak seperti kendaraan perorangan dinas dan

kendaraan operasional dinas ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh

persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris yang nilainya

relatif kecil ditetapkan dengan keputusan Bupati.

Barang inventaris yang rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi belum

diusulkan untuk dihapuskan, mengakibatkan kondisi dan nilai barang inventaris yang

dilaporkan kepada Bupati Banyumas tidak menggambarkan keadaan yang

sebenarnya/tidak riil.

Page 87: Laporan Audit Keuangan

85

Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari pengurus barang dan atasan

langsungnya yang belum mengusulkan penghapusan barang inventaris yang telah

rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten

Banyumas menjelaskan bahwa telah menugaskan kepada Kasub Bag Umum (Sdr.

Tjiptojo) untuk menindaklanjuti sesuai prosedur dari pemerintah kabupaten (sesuai

SOP).

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

untuk memerintahkan Kepala Sub Bagian Umum untuk segera mengusulkan

penghapusan barang inventaris yang telah rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi

kepada Bupati Banyumas.

Page 88: Laporan Audit Keuangan

87

13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang

dipersyaratkan

Hasil observasi fisik alat-lat kesehatan yang terdapat pada sarana dan

prasaranan kesehatan penunjang serta hasil wawancara dengan penanggung jawab

teknis alat kesehatan pada Rumah Sakit Umum Banyumas menunjukkan bahwa alat

kesehatan yang dimiliki Rumah Sakit belum seluruhnya dilakukan kalibrasi sesuai

yang dipersyaratkan, yaitu untuk pengadaan sebelum tahun 2003 sebanyak 131 alat

kesehatan telah dilakukan kalibrasi terakhir pada tahun 2002 dan telah memiliki

sertifikat, namun sampai September 2005 belum dilakukan perpanjangan, sedangkan

alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2003 sebanyak 26 alat belum dilakukan

kalibrasi. Sedangkan alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2004 sebanyak 11 alat

belum berumur satu tahun dan masih dalam masa garansi toko.

Pengujian/Kalibrasi adalah merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi

pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan dengan

standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurannya (Sifat

Metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran, serta kegiatan

peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur. Pengujian/Kalibrasi

atas alat-alat kesehatan seharusnya dilakukan satu kali dalam setahun oleh institusi

penguji sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial Nomor : 394/MENKES-KESOS/SK/V/2001 tanggal 8 Mei 2001, institusi

tersebut dapat berbentuk Organisasi Struktural atau Fungsional yang dimiliki

pemerintah atau swasta.

Kalibrasi alat kesehatan yang telah dilakukan RSU Banyumas pada tahun 2002

dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta, karena di wilayah Kabupaten

Banyumas belum ada lembaga yang bisa melakukan pengujian/kalibrasi atas alat-lat

kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang wajib dikalibrasi sebanyak 122 alat

kesehatan dengan rincian terlampir pada lampiran 9.

Page 89: Laporan Audit Keuangan

88

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

:363/MENKES/PER/IV/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi

Alat Kesehatan pada Sarana dan Prasarana Kesehatan dalam :

a. Pasal 2

. Ayat (1) disebutkan bahwa Setiap Alat Kesehatan wajib dilakukan pengujian dan

atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran kinerja dan keselamatan

pemakaian;

Ayat (2) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan pada alat

kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan dengan kriteria :

1) Belum mempunyai sertifikat;

2) Sudah habis jangka waktu sertifikat.

b. Pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan

dilakukan oleh Instansi penguji secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali

dalam satu tahun.

Alat kesehatan yang terdapat pada sarana pelayanan kesehatan yang belum

dilakukan pengujian dan atau kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan, mengakibatkan

kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian untuk pelayanan

kesehatan kepada masyarakat kurang terjamin.

Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak rumah sakit

untuk melakukan pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Banyumas

menjelaskan bahwa pihak rumah sakit telah menyusun usulan untuk pengajuan

kalibrasi dan pada saat ini data mengenai alat sedang dipilih sesuai dengan prioritas

yang lebih dulu mengingat terbatasnya dana yang tersedia. Pada tanggal 6 Oktober

2005, Direktur RSUD memberikan penjelasan tambahan bahwa RSUD telah

mengusulkan permohonan anggaran kepada Pemerintah Daerah untuk dapat

dilakukannya kalibrasi.

Page 90: Laporan Audit Keuangan

89

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

untuk melakukan kalibrasi atas peralatan yang belum dikalibrasi secara bertahap

sesuai kemampuan anggaran daerah.

Page 91: Laporan Audit Keuangan

90

16. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00

menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah

Dalam rangka meningkatkan sistem administrasi agar menghasilkan laporan secara

lengkap, akurat dan tepat waktu maka Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas bermaksud

menerapkan sistem komputerisasi secara on-line untuk setiap kegiatan pelayanan dan

administrasi rumah sakit, untuk itu maka RSUD Banyumas melakukan pengadaan

perangkat lunak dan keras komputer untuk memperbaharui sistem yang telah ada agar

tujuan tersebut dapat tercapai.

Hasil pemeriksaan atas pengadaan dan pengelolaan perangkat lunak dan keras

komputer pada RSUD Banyumas menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Pekerjaan tahap I senilai Rp149.996.000,00 dilaksanakan dengan tidak cermat,

melalui penunjukan langsung, dan pembayaran tidak sesuai realisasi pekerjaan.

Berdasarkan notulen rapat pada tanggal 16 Maret 2004, didapatkan informasi

bahwa RSUD telah melakukan studi banding di beberapa rumah sakit yang

menggunakan sistem komputerisasi untuk dasar menentukan rekanan dan sistem yang

layak digunakan. Dari ke-empat sistem dari rekanan yang dikaji, peserta rapat

mengusulkan bahwa modul dari RS. Pertamina Jaya layak untuk digunakan, karena

lebih murah dan lebih dapat diaplikasikan karena telah teruji penggunaannya. Hasil

rapat tersebut selanjutnya dilaporkan kepada Direktur RSU untuk diputuskan.

Namun demikian, pada tanggal 22 September 2004 RSUD Banyumas telah

melakukan penunjukkan langsung kepada CV. Cipta Sarana Informatika (CSI)

Purwokerto untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-

RS) berupa Billing Sistem (sistem pembayaran pasien) menggunakan program

Windows dengan nilai kontrak Rp149.996.000,00 dan pekerjaan tersebut harus

diserahkan pada tanggal 5 Nopember 2004 sesuai kesepakatan yang tertuang dalam

Surat Perjanjian (Kontrak) nomor 050/1383.A/2004.

Hasil wawancara kepada ketua tim pengadaan SIM-RS diperoleh keterangan

bahwa penunjukan langsung direalisasikan disebabkan pihak CSI sebelumnya telah

bekerja sama dengan RSUD Banyumas dalam mengembangkan Sistem

Page 92: Laporan Audit Keuangan

91

Komputerisasi Rumah Sakit dengan menggunakan program DOS (Disk Operating

System) sehingga pihak CSI hanya mengembangkan sistem komputer yang lama

menggunakan program baru.

Adapun sistem yang akan diadakan melalui perjanjian kontrak tersebut adalah sebagai

berikut :

NO. NAMA SISTEM VOLUME HARGA (Rp) 1. Modul Registrasi & Informasi 1 Paket 34.120.000,00 2. Modul Perawatan Pasien 1 Paket 54.120.000,00 3. Modul Kas & Bank 1 Paket 48.120.000,00 Jumlah 136.360.000,00 PPN 13.636.000,00 Total 149.996.000,00

Pemeriksaan lebih lanjut atas Surat Perjanjian Kerjasama tersebut tidak diketahui

adanya detail pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh rekanan, sehingga

kelengkapan atas aplikasi yang dikerjasamakan tidak dapat diketahui.

Hasil wawancara dengan tim pemeriksaan barang diperoleh penjelasan bahwa

sistem tersebut telah diserahkan kepada pihak RSUD pada tanggal yang disepakati

akan tetapi pada saat penyerahan belum dapat dipergunakan, sehingga akhirnya

dikembalikan untuk disempurnakan. Meskipun sistem tidak dapat dipergunakan,

RSUD Banyumas telah melunasi pembayaran pekerjaan tersebut pada tanggal 6

Desember 2004 sebesar Rp149.996.000,00, yang berarti tidak sesuai dengan

ketentuan dalam perjanjian yaitu pembayaran baru akan direalisasikan apabila barang

telah diterima dan dapat dipergunakan dengan baik.

Hasil wawancara dengan petugas Pengolahan Data Elektronik (PDE)

menyebutkan bahwa sistem tersebut tidak dapat digunakan disebabkan belum

tersedianya perangkat keras komputer yang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut,

pihak CSI mengirimkan 25 unit perangkat keras komputer untuk dapat dipergunakan

oleh RSUD (dipinjamkan). Berita acara serah terima atas pengiriman komputer

tersebut tidak diketahui. Dokumen penerimaan barang dan pemeriksaan barang juga

tidak ditemukan. Sampai hari terakhir pemeriksaan belum didapat berita acara serah

terima dan berita acara pemeriksaan barang sehingga tidak diketahui secara pasti

status kepemilikan komputer tersebut.

Page 93: Laporan Audit Keuangan

92

Hasil pengecekan fisik dan wawancara dengan pihak PDE membuktikan bahwa

perangkat keras beserta jaringannya telah terpasang pada bulan Nopember 2004,

sehingga sistem yang dipesan RSUD semestinya sudah dapat diinstall dan

dipergunakan. Namun pada kenyataannya sistem tersebut baru dioperasikan pada

pertengahan Bulan Agustus 2005.

Hasil wawancara dengan pihak CSI, diperoleh penjelasan bahwa sistem tersebut

sudah terinstall sejak Nopember 2004, namun program masih perlu diperbaiki.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan atas perkembangan SIM-RS yang

dilaksanakan oleh RSUD pada tanggal 13 Juli 2005, disimpulkan bahwa program

SIM-RS belum dapat dioperasikan.

b. Pekerjaan tahap II senilai Rp620.145.900,00 dilakukan melalui hutang tanpa

persetujuan Kepala Daerah, pembayaran angsurannya direalisasikan tanpa

mempertimbangkan prestasi fisik pekerjaan, dan penyelesaian pekerjaannya

berlarut-larut.

Meskipun pekerjaan pembuatan sistem tahap I belum diterima dengan sempurna,

pada tanggal 1 Desember 2004 pihak RSUD kembali mengadakan kerjasama dengan

CV. Cipta Sarana Informatika Purwokerto untuk mengembangkan kembali program

SIM-RS menjadi lebih sempurna sekaligus menyediakan perangkat keras komputer

beserta jaringannya senilai Rp620.145.900,00 dengan rincian untuk pengadaan

perangkat lunak senilai Rp453.200.000,00 dan untuk perangkat keras senilai

Rp166.945.900,00 dengan sistem pembiayaan oleh pihak ketiga. Pembayaran

angsuran dijadwalkan selama 36 bulan mulai Januari 2005 sampai dengan Desember

2007 dengan angsuran perbulan Rp23.500.000,00 sehingga total pembayaran sampai

akhir periode pelunasan adalah sebesar Rp846.000.000,00. Sampai hari terakhir

pemeriksaan (20 September 2005) pembayaran telah direalisasikan sebesar

Rp211.500.000,00 (9 x 23.500.000,00). Perjanjian dengan sistem pembayaran

angsuran (hutang) tersebut belum dimintakan persetujuan secara tertulis kepada

DPRD dan Bupati.

Adapun rincian pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 94: Laporan Audit Keuangan

93

URAIAN UNIT HARGA JUMLAH 1. PERANGKAT KOMPUTER PC. Work Station :

-. Motherboard Asus P4R800,VGA ATI Radeon 9100,FSB 800, AGP 8x, ATA 100, Audio,NIC/LAN Card 3 Com 3C 940 Giga Byte PCI, Dual DDR PC320

- Processor Intel Pentium 4 2.4 ghz - Memory DDR 256 MB - Keyboard & Mouse Logitech - Speaker Aktif - Monitor LG 15” Digital

19 7.245.000,00 137.655.000,00

2. JARINGAN KOMPUTER : - Kabel Belden STP CAT 6 (Shield) 3 1.195.000,00 3.585.000,00 - Switch Hub 16 Port 10/100/1000 MBPS 1 5.685.000,00 5.685.000,00 - LAN Card 1 Gb 1 450.000,00 450.000,00 - Jasa Instalasi Jaringan 20 75.000,00 1.500.000,00 - Jasa Instalasi Workstation 20 140.000,00 2.800.000,00 - Jasa Instalasi Switch Hub 1 94.000,00 94.000,00 Total Perangkat Keras 151.769.000,00 PPN 15.176.900,00 Total Pembayaran 166.945.900,00

URAIAN UNIT HARGA JUMLAH 3. PERANGKAT LUNAK :

1 Modul Apotik / Inventory 1paket 63.000.000,00 63.000.000,00 2 Modul Medical Record 1paket 56.000.000,00 56.000.000,00 3 Modul Laboratorium 1paket 12.000.000,00 12.000.000,00 4 Modul Radiologi,Mammografi,CT-Scan 1paket 13.000.000,00 13.000.000,00 5 Modul Utility 1paket 13.000.000,00 13.000.000,00 6 Modul Kepegawaian 1paket 23.000.000,00 23.000.000,00 7 Modul Gizi 1paket 16.000.000,00 16.000.000,00 8 Modul Standar asuhan Keperawatan 1paket 39.000.000,00 39.000.000,00 9 Modul Perlengkapan 1paket 22.000.000,00 22.000.000,00

10 Modul Accounting & Keuangan 1paket 73.000.000,00 73.000.000,00 Support & Maintenance (1 th ) 82.000.000,00 82.000.000,00 Nilai Perangkat Lunak 412.000.000,00 PPN 41.200.000,00 Total Pembayaran 453.200.000,00 Total Perangkat Keras dan Lunak 620.145.900,00 Total Pembayaran diangsur 36 bulan @Rp23.500.000,00 846.000.000,00

Berdasarkan tabel di atas, terdapat pembelian 19 komputer sebagaimana

tercantum dalam Surat Perjanjian. Hasil wawancara dan pengecekan fisik

menunjukkan bahwa komputer tersebut adalah komputer yang telah dikirimkan pada

bulan Nopember 2004. Dengan demikian, pengiriman 19 komputer yang dilakukan

Page 95: Laporan Audit Keuangan

94

pada bulan Nopember 2004 tersebut, mendahului perjanjian kerjasama yang

ditandatangani pada 1 Desember 2004.

Sesuai dengan perjanjian kerja sama Nomor 445/2060.A/2004, pekerjaan tahap II

tersebut sudah harus terinstall dan terimplementasi mulai Bulan Januari 2005.

Berdasarkan hasil pengecekan fisik, perangkat lunak SIM-RS dari hasil perjanjian

kedua belum dapat dioperasionalkan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi pihak PDE diketahui

bahwa beberapa komputer belum digunakan sedangkan program SIM-RS yang baru

berjalan hanya program registrasi pasien dan biaya perawatan pasien atau Billing

System, tidak ada perbedaan yang signifikan antara program yang baru (under

Windows) dengan program lama (under DOS). Sedangkan program sub sistem

lainnya belum aktif walaupun sudah terpasang. Hasil konfirmasi kepada pihak PDE

diketahui bahwa belum berjalannya sistem tersebut dikarenakan belum adanya SDM

yang mampu untuk mengoperasikan program tersebut sehingga belum diketahui

apakah program SIM-RS tersebut dapat berjalan atau tidak.

c. Perjanjian Kerjasama tidak mempertimbangkan revisi surat penawaran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen diketahui bahwa CV. Cipta Sarana

Informatika pernah mengajukan revisi Surat Penawaran Nomor 009 / CSI / III / 2004

tanggal 15 Maret 2004 tentang Pengembangan SIM-RS berbasis Windows dengan

jenis dan kualitas yang sama dengan harga yang lebih rendah untuk perangkat lunak

maupun perangkat keras akan tetapi RSUD tidak membuat perjanjian dengan harga

yang sesuai dengan harga revisi tersebut. Perbandingan harga perjanjian pertama dan

kedua dengan harga revisi adalah sebagai berikut :

Page 96: Laporan Audit Keuangan

95

No. URAIAN HARGA PERJANJIAN

HARGA REVISI

SELISIH

1 Modul Registrasi & Informasi 34.120.000,00 22.000.000,00 12.120.000,00 2 Modul Perawatan Pasien 54.120.000,00 42.000.000,00 12.120.000,00 3 Modul Kas & Bank 48.120.000,00 35.000.000,00 13.120.000,00 4 Modul Apotik / Inventory 63.000.000,00 70.000.000,00 -7.000.000,00 5 Modul Medical Record 56.000.000,00 63.000.000,00 -7.000.000,00 6 Modul Laboratorium 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00 7 Modul Radiologi,Mammografi 13.000.000,00 12.000.000,00 1.000.000,00 8 Modul Utility 13.000.000,00 14.000.000,00 -1.000.000,00 9 Modul Kepegawaian 23.000.000,00 25.000.000,00 -2.000.000,00

10 Modul Gizi 16.000.000,00 16.000.000,00 0,00 11 Modul Standar asuhan Keperawatan 39.000.000,00 39.000.000,00 0,00 12 Modul Perlengkapan 22.000.000,00 22.000.000,00 0,00 13 Modul Accounting & Keuangan 73.000.000,00 77.000.000,00 -4.000.000,00

Support & Maintenance (1 th ) 82.000.000,00 75.000.000,00 7.000.000,00 TOTAL 548.360.000,00 524.000.000,00 24.360.000,00

Perbedaan antara perjanjian dengan revisi penawaran dari CSI mengakibatkan RSUD

rugi minimal senilai Rp24.360.000,00 hanya untuk pengadaan perangkat lunak.

d. Inventaris komputer tidak diadministrasikan dengan tertib

Dari hasil konfirmasi pihak PDE dan pengecekan langsung di lapangan atas barang

inventaris komputer yang dimiliki RSUD Banyumas, diketahui terdapat pengadaan 47

unit komputer senilai Rp340.515.000,00 dan jaringan komputer senilai Rp39.727.800,00

tahun 2004 yang sudah terpasang di setiap unit di RSUD tetapi belum dilaporkan

kepada bendahara barang Pemerintah Daerah.

Pengadaan dan pengelolaan perangkat keras dan lunak komputer yang menyimpang

dari ketentuan tersebut tidak sesuai dengan :

a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tanggal 19 Mei

1999 dalam Pasal 12 ayat 1 menyebutkan bahwa pinjaman daerah dilakukan dengan

persetujuan DPRD.

b. Peraturan Pemerintah Nomor : 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 disebutkan

bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan

perundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan

memperhatikan azas Keadilan dan Kepatutan;

Page 97: Laporan Audit Keuangan

96

c. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pasal 3

menyebutkan bahwa Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip

efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil dan akuntabel.

d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara

penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Perhitungan APBD pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh

bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001

tanggal 1 Pebruari 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah pada :

� Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Biro perlengkapan/bagian perlengkapan

sebagai pusat invetarisasi barang bertanggung jawab untuk menghimpun hasil

inventarisasi barang dan menyimpan dokumen kepemilikan.

� Pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa Kepala Unit/satuan kerja bertanggung

jawab untuk menginventarisasi seluruh barang inventaris yang ada dilingkungan

tanggung jawabnya.

f. Pasal 18 ayat (3) menyebutkan bahwa Daftar Rekapitulasi Inventaris sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Biro Perlengkapan/bagian

perlengkapan secara periodik.

Permasalahan tersebut mengakibatkan :

a. Memboroskan keuangan daerah sebesar Rp995.996.000,00 (Rp149.996.000,00 +

Rp846.000.000,00) karena pengadaan SIM-RS belum dapat dipergunakan sedangkan

hasil yang ada tidak berbeda dengan program komputer yang lama;

b. Pinjaman sebesar Rp620.145.900,00 tidak memiliki dasar yang sah sebagai pinjaman

daerah;

c. Merugikan keuangan daerah minimal sebesar Rp24.360.000,00 karena selisih harga

barang antara perjanjian dengan surat revisi penawaran.

d. Komputer dan jaringan belum dicatat sebagai inventaris sehingga rawan untuk

disalahgunakan.

Page 98: Laporan Audit Keuangan

97

Hal tersebut disebabkan :

a. Direktur RSU mengabaikan ketentuan tentang prosedur pinjaman daerah dan

ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah;

b. Tim pengadaan barang tidak melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:

1) Tidak merencanakan kebutuhan barang secara cermat;

2) Tidak melakukan pengadaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Tidak memonitor pekerjaan pihak rekanan apakah sesuai dengan perjanjian atau

tidak.

4) Tidak memperhatikan surat revisi kerjasama yang ditawarkan CV. Cipta Sarana

Informatika.

c. Tim pemeriksa barang tidak melaksanakan tugasnya untuk menentukan kelengkapan

barang yang diterima sehingga dapat direalisasikan pembayaran;

d. Pemegang kas lalai dalam melaksanakan tugasnya merealisasikan pembayaran tanpa

adanya bukti-bukti yang sah untuk dapat dibayarkan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD menjelaskan bahwa

pengadaan software tidak dapat langsung diimplementasikan karena membutuhkan

kesiapan SDM. Pembelian software yang dilakukan RSUD bukan pembelian dalam arti

yang sebenarnya tetapi RSUD membayar jasa pelayanan untuk pembuatan software yang

masih dalam konsep pengembangan dan masih memerlukan masukan dari pihak RSUD

sehingga mundurnya pelaksanaan merupakan risiko yang tidak bisa dihindarkan. Tidak

siapnya program aplikasi karena banyaknya modul yang harus dikerjakan dan saling

terkait menyebabkan mundurnya pelaksanaan implementasi, sehingga hal tersebut perlu

disikapi dengan fleksibel dan kebijakan yang tepat agar tidak merugikan kedua belah

pihak. Proses pembangunan sistem informasi pada prinsipnya tidak akan pernah selesai

jika program tersebut dinyatakan selesai oleh rekanan dan meninggalkan RSUD maka

RSUD akan mengalami kerugian.

Pada tanggal 1 Oktober 2005 pihak RSUD menyampaikan evaluasi program aplikasi

SIMRS dengan hasil beberapa modul belum berjalan yaitu Modul Laboratorium, Modul

Radiologi, Mammografi, CT-Scan, Modul Kepegawaian, Modul Gizi, Modul

Page 99: Laporan Audit Keuangan

98

Perlengkapan dan Modul Accounting & Keuangan. Adapun Modul yang berjalan baru

Billing Sistem.

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada :

a. Ketua DPRD Kabupaten Banyumas agar memberitahukan kepada Bupati untuk

mengelola pinjaman daerah sesuai ketentuan pengelolaan pinjaman daerah;

b. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD yang telah merealisasikan

pinjaman daerah tanpa persetujuan Kepala Daerah dan DPRD serta memerintahkan

untuk mengajukan usulan revisi perjanjian kerjasama pembiayaan pengadaan

perangkat lunak dan keras komputer yang akan disepakati oleh Pemerintah Daerah

dan Pihak Ketiga dengan memperhatikan:

1) Surat Revisi Penawaran dari CV. CSI;

2) Penyelesaian pekerjaan pada saat revisi perjanjian dibuat;

3) Rincian item-item pekerjaan yang menjadi kewajiban pihak ketiga;

4) Penjadwalan kembali masa pembayaran dan besarnya angsuran yang disepakati

oleh kedua belah pihak sepanjang tidak merugikan negara.

c. Direktur RSUD untuk memantau penyelesaian pekerjaan oleh pihak ketiga sesuai

kesepakatan yang tertuang dalam Kontrak Nomor 445/2060.A/2004 dan menarik

kerugian karena selisih harga barang minimal senilai Rp24.360.000,00 untuk

diakomodasi dalam revisi surat perjanjian yang akan disepakati oleh Pemerintah

Daerah dan pihak ketiga;

d. Direktur RSUD untuk menegur Panitia Pengadaan dan Pemeriksa Pekerjaan yang

mengabaikan tanggung jawabnya untuk mengadakan perangkat keras dan lunak

komputer secara tertib;

e. Direktur RSUD untuk melakukan pendiklatan kepada pegawai-pegawai yang terkait

dengan pengoperasian program komputer yang telah diadakan untuk meminimalkan

ketidakefektifan pengadaan software dan hardware komputer.

f. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Sub Bagian Umum bekerjasama

dengan Kepala Bidang PDE untuk menginventaris komputer dan perangkatnya yang

berasal dari pengadaan tahun 2004 dengan tertib.

Page 100: Laporan Audit Keuangan

99

15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi

lain

RSUD Banyumas berdiri di atas tanah seluas 46.560 m2 di desa Kejawar,

Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas. Dalam rangka membantu kelancaran

tugas – tugas kantor BKKBN di daerah maka Pemda Kabupaten Banyumas pada

tanggal 26 Maret 1973 telah memberikan izin kepada Kepala BKKBN Propinsi Jawa

Tengah untuk memakai secara cuma-cuma sebagian tanah RSUD Banyumas seluas

60 x 25 m (1500 m2) untuk didirikan balai diklat BKKBN Kabupaten Banyumas.

Pada Tahun 1999, Bupati Banyumas telah mempersiapkan konsep perjanjian

pinjam pakai tanah RSUD Banyumas antara Pemda Kabupaten Banyumas dengan

kepala Kantor BKKBN Kabupaten Banyumas. Konsep tersebut telah mengatur hak

dan kewajiban kedua belah pihak, yang pada intinya penguasaan tanah tersebut masih

dibawah kewenangan Pemda Kabupaten Banyumas (dhi. RSUD Banyumas) dan

pihak Kantor BKKBN dapat memanfaatkannya sepanjang pihak RSUD Banyumas

belum memerlukan untuk keperluan yang sangat mendesak atau untuk pembangunan

dan pengembangan RSUD. Namun demikian, konsep tersebut pada kenyataannya

belum ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga konsep

tersebut belum dapat dipergunakan sebagai dasar pengaturan hak dan kewajiban

kedua belah pihak.

Hasil konfirmasi dengan Direktur RSUD dan Kepala Kesekretariatan RSUD

Banyumas, didapatkan informasi bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan, RSUD

Banyumas sangat memerlukan pengembangan RSUD di lahan yang telah dimilikinya,

termasuk tanah yang ditempati Diklat BKKBN di Kabupaten Banyumas. Salah satu

upaya yang telah dilakukan oleh RSUD Banyumas untuk mengambilalih penguasaan

hak pakai atas tanah tersebut, antara lain dengan meminta Bupati Banyumas untuk

memproses pengambilalihan penggunaan tanah tersebut dari Diklat BKKBN Propinsi

Jawa Tengah melalui Surat Direktur RSUD Nomor 031/1199/2004 tanggal 28

Agustus 2004.

Hasil konfirmasi dengan Kepala Diklat BKKBN Propinsi Jateng wilayah

Banyumas didapatkan keterangan bahwa BKKBN akan mengikuti ketentuan yang

Page 101: Laporan Audit Keuangan

100

berlaku tentang pengelolaan asset daerah, termasuk di antaranya pengaturan masalah

tanah pemerintah daerah Kabupaten Banyumas yang sedang dipergunakan oleh

instansinya dan apabila proses pengambil alihan tanah tersebut berhasil Kepala

Diklat mengharapkan agar pihak RSUD mempertimbangkan masalah Sumber Daya

(Pegawai) Diklat BKKBN. Kepala Diklat menjelaskan bahwa para pegawai tersebut

sudah bekerja di kantor Diklat relatif lama dan sebagian besar sudah menjadi

penduduk setempat (bermukim di sekitar RSUD).

Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir, 22 September 2005, tanah RSUD

tersebut masih dalam penguasaan Kantor Diklat BKKBN dan proses pengambilalihan

tanah tersebut belum selesai.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan Surat Perjanjian Pinjam Pakai

dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor 00004 yang terletak di Desa Kejawar Kecamatan

Banyumas yang selanjutnya disebut Tanah Pemda Kab Banyumas c.q. Rumah Sakit

Umum Banyumas dalam sertifikat tanah disebutkan bahwa lamanya hak berlaku

selama dipergunakan untuk Rumah Sakit Umum Banyumas.

Tanah RSUD yang dikuasai pihak lain mengakibatkan RSUD tidak dapat

memanfaatkan tanah tersebut untuk melakukan pengembangan RSUD.

Adanya tanah RSUD yang dikuasai pihak lain disebabkan pihak RSUD dan

Pemerintah Daerah kurang proaktif dalam mengupayakan pengambilalihan tanah

tersebut.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas

menjelaskan sependapat dengan permasalahan tersebut dan akan menindaklanjuti

sesuai saran BPK. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSUD memberikan

tambahan penjelasan bahwa RSUD telah melakukan langkah-langkah koordinasi

dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menindaklanjuti permasalahan ini.

Untuk selanjutnya Pemerintah Daerah akan menunggu jawaban dari pihak yang

terkait.

Page 102: Laporan Audit Keuangan

101

Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberikan rekomendasi kepada Bupati Banyumas untuk mengupayakan

pengambilalihan hak atas tanah yang dipergunakan oleh Diklat BKKBN Propinsi

Jawa Tengah dengan mempertimbangkan keberadaan pegawai instansi yang

bersangkutan.

Page 103: Laporan Audit Keuangan

102

Perhitungan Bagi Hasil Pendapatan Administrasi Tahun 2004 - 2005 Bulan/Tahun Setoran ke Kasda Bagi hasil Rawat Inap Rawat Jalan Jumlah 50% 2004 Jan 2,139,250 5,915,100 8,054,350 4,027,175 Feb 1,453,000 4,289,500 5,742,500 2,871,250 Mar 1,785,000 5,355,700 7,140,700 3,570,350 Apr 1,694,250 4,696,750 6,391,000 3,195,500 Mei 1,806,000 4,541,000 6,347,000 3,173,500 Jun 1,699,750 4,549,750 6,249,500 3,124,750 Jul 1,738,750 4,896,500 6,635,250 3,317,625 Agust 1,729,750 4,818,750 6,548,500 3,274,250 Sep 1,582,750 4,261,250 5,844,000 2,922,000 Okt 1,618,250 4,439,000 6,057,250 3,028,625 Nop 1,765,500 4,766,750 6,532,250 3,266,125 Des 1,735,250 5,292,500 7,027,750 3,513,875 Jumlah I 20,747,500 57,822,550 78,570,050 39,285,025 2005 Jan 1,651,000 5,093,250 6,744,250 3,372,125 Feb 1,434,000 4,852,750 6,286,750 3,143,375 Mar 1,648,500 4,922,250 6,570,750 3,285,375 Apr 1,562,506 4,649,750 6,212,256 3,106,128 Mei 1,652,000 5,044,250 6,696,250 3,348,125 Jun 1,514,250 4,823,750 6,338,000 3,169,000 Jul 1,658,000 4,723,000 6,381,000 3,190,500 Agust 1,437,000 4,937,750 6,374,750 3,187,375 Jumlah II 12,557,256 39,046,750 51,604,006 25,802,003 Jumlah I + II 33,304,756 96,869,300 130,174,056 65,087,028

Page 104: Laporan Audit Keuangan

103

Lampiran : 2

PENERIMAAN SEWA DIKLAT

No Tgl Kunjungan Nama Instansi Biaya Diklat

1 28 Januari 2004 RSU Temanggung 150,000.00 2 04 Februari 2004 RSU Cilegon 150,000.00 3 12 Februari 2004 RSU Telogorejo 150,000.00 4 19 Februari 2004 RSU Cilacap 150,000.00 5 28-Apr-04 RSU Dr Soemarno Kaltim 150,000.00 6 06 Mei 2004 RSU Majenang 150,000.00 7 5-7 Mei 2004 RSU Labuang Baji Makasar 150,000.00 8 12 Mei 2004 RSU Wonosobo 150,000.00 9 19 Mei 2004 RSU Kardinah Tegal 150,000.00

10 15 Juni 2004 Bapelkes Gombong 150,000.00 11 14-15 Juni 2004 RSU Simeuleu 150,000.00 12 27 Juli 2004 RSU Palembang Bari 150,000.00 13 28 Juli 2004 RSU Gunung Sitoli 150,000.00 14 31 Agustus 2004 RSU Arjawinangun Cirebon 150,000.00 15 2-Sep-04 Bapelkes Gombong 150,000.00 16 14-Sep-04 RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta 150,000.00 17 RSU Tugurejo 150,000.00 Jumlah I 2,550,000.00 Tahun 2005 1 17 Februari 2005 RS Sarila Husada Sragen 150,000.00 2 23 Februari 2005 RSU Kayu Agung Sumsel 150,000.00 3 17 Maret 2005 Dinkes kota Depok 150,000.00 4 01 Juni 2005 RSUD Dr Soeselo Slawi 150,000.00 5 23 Juni 2005 RSUD Wates 150,000.00 6 29 Juni 2005 RSU Ambarawa 150,000.00 7 31 Agustus 2005 RSU Islam Harapan Anda 150,000.00 Jumlah II 1,050,000.00 Jumlah I dan II 3,600,000.00

Page 105: Laporan Audit Keuangan

104

Lampiran : 3 Rakapitulasi potongan langsung jasa KSO Tahun 2004 - 2005 EEG CT Scan 2,004 Potongan Setoran Dokter Pasien Selisih Potongan Setoran Dokter Jml Pasien Selisih

Jan 1,235,000 1,167,000 - 18 (68,000) 9,425,000 10,887,500 - 67 1,462,500

Feb 2,080,000 2,340,000 - 260,000 3,087,500 3,900,000 - 24 812,500 Mar 4,190,000 4,225,000 220,000 44 255,000 2,112,500 2,762,500 - 17 650,000

Apr 4,200,000 3,705,000 285,000 57 (210,000) 7,800,000 9,587,500 - 59 1,787,500

Mei 3,220,000 3,185,000 245,000 49 210,000 9,912,500 12,187,500 - 75 2,275,000 Jun 2,800,000 2,795,000 215,000 43 210,000 13,975,000 15,275,000 - 94 1,300,000 Jul 3,570,000 4,420,000 340,000 68 1,190,000 14,462,500 15,275,000 - 94 812,500 Agust 3,010,000 2,990,000 230,000 46 210,000 17,550,000 18,687,500 - 115 1,137,500

Sep 3,570,000 3,250,000 250,000 50 (70,000) 17,225,000 20,312,500 - 125 3,087,500

Okt 2,310,000 1,885,000 145,000 29 (280,000) 13,812,500 15,112,500 - 93 1,300,000

Nop 2,030,000 1,690,000 130,000 26 (210,000) 16,575,000 17,875,000 - 110 1,300,000

Des 4,060,000 3,380,000 260,000 52 (420,000) 16,250,000 17,550,000 - 108 1,300,000

Jumlah 36,275,000 35,032,000 2,320,000 482 1,077,000 142,187,500 159,412,500 - 981 17,225,000 2,005

Jan 3,900,000 3,380,000 260,000 52 (260,000) 16,900,000 19,337,500 - 119 2,437,500

Feb 3,150,000 2,730,000 210,000 42 (210,000) 13,000,000 14,462,500 - 89 1,462,500

Mar 2,870,000 2,730,000 210,000 42 70,000 19,825,000 20,312,500 - 125 487,500

Apr 1,820,000 1,560,000 120,000 24 (140,000) 21,287,500 23,400,000 - 144 2,112,500

Page 106: Laporan Audit Keuangan

105

Mei 3,500,000 3,640,000 280,000 56 420,000 22,910,000 27,300,000 - 168 4,390,000 Jun 3,290,000 3,665,000 205,000 41 580,000 21,637,500 23,725,000 - 146 2,087,500

Jul 2,310,000 1,275,000 175,000 35 (860,000) 17,062,500 20,962,500 - 129 3,900,000

Agust 2,730,000 - - (2,730,000) 20,637,500 - - (20,637,500)

Jumlah 23,570,000 18,980,000 1,460,000 292 (3,130,000) 153,260,000 149,500,000 - 920 (3,760,000)

Total 59,845,000 54,012,000 3,780,000 774 (2,053,000) 295,447,500 308,912,500 - 1,901 13,465,000

Page 107: Laporan Audit Keuangan

106

Penghitungan Potongan Kasir Lampiran : 4 Saldo 31/12/2003 40,328,068 Dikurangi: Setoran EEG Des 2003 1/6/2004 2,210,000

Setoran CT SCAN Des 2003 1/12/2004 9,425,000

Setoran Darah Des 2003 1/7/2004 13,769,700 Jumlah 25,404,700 25,404,700 Ditambah : Potongan 2004 663,390,650 Potongan 2005 578,594,000 Jumlah 1,241,984,650 1,241,984,650 Dikurangi : Setoran 2004 664,942,050 Setoran 2005 474,378,500 Jumlah 1,139,320,550 1,139,320,550 Dikurangi: Setoran salah potong yang 5/10/2005 5,025,000 5,025,000

telah dikembalikan ke Kas RSU

Total kewajiban kasir 112,562,468 Rekening giro per 31/8/2005 99,443,415

Kewajiban tunai kasir per 31/8/2005 13,119,053

Page 108: Laporan Audit Keuangan

107

Pendapatan Privat Dokter Lampiran : 5 Tahun 2004 - 2005

Bulan/Tahun Jml Pasien Dokter Anesthesi Askep Jumlah Dana Taktis Mutasi + Mutasi - Saldo

2004 Saldo awal 20,420,104 Jan 56 32,375,000 9,708,342 2,627,092 44,710,434 2,104,167 - 22,524,271 Feb 27 15,125,000 4,708,339 1,257,189 21,090,528 973,917 1,960,000 21,538,188 Mar 52 33,125,000 10,208,342 2,712,192 46,045,534 2,166,667 1,695,000 22,009,855 Apr 44 26,375,000 8,208,341 2,150,524 36,733,865 1,729,167 1,600,000 22,139,022 Mei 26,000,000 7,916,678 2,305,007 36,221,685 1,695,834 - 23,834,856 Jun 38 24,500,000 7,916,672 1,945,422 34,362,094 1,620,834 - 25,455,690 Jul 60 39,500,000 12,416,674 3,284,174 55,200,848 2,550,001 - 28,005,691 Agust 40 22,875,000 7,125,007 1,568,755 31,568,762 1,500,000 5,145,000 24,360,691 Sep 48 29,125,000 9,208,341 2,422,091 40,755,432 1,916,667 1,600,000 24,677,358 Okt 30 17,126,000 5,376,004 1,423,764 23,925,768 1,125,000 1,600,000 24,202,358 Nop 42 23,626,000 7,000,006 1,990,006 32,616,012 1,531,250 - 25,733,608 Des 60 39,500,000 12,416,674 3,284,174 55,200,848 2,595,834 - 28,329,442 Jumlah I 497 329,252,000 102,209,420 26,970,390 458,431,810 21,509,338 13,600,000 2005 Jan 65 42,875,000 13,791,680 3,567,931 60,234,611 2,833,334 - 31,162,776 Feb 51 33,250,000 10,916,681 2,769,182 46,935,863 2,208,334 4,395,000 28,976,110 Mar 70 37,375,008 11,041,688 3,100,440 51,517,136 2,420,835 1,600,000 29,796,945 Apr 52 28,875,004 8,541,680 2,395,431 39,812,115 1,870,834 1,600,000 30,067,779 Mei 57 31,250,000 9,250,013 2,592,514 43,092,527 2,025,001 - 32,092,780 Jun 50 32,875,000 10,041,878 2,730,429 45,647,307 2,145,830 1,800,000 32,438,610 Jul 52 29,500,000 9,166,676 2,451,676 41,118,352 1,933,334 - 34,371,943 Agust 35 20,000,000 6,083,338 1,640,838 27,724,176 1,304,167 10,525,000 25,151,110 Jumlah II 432 256,000,012 78,833,634 21,248,441 356,082,087 16,741,668 19,920,000 Jumlah I + II 929 585,252,012 181,043,054 48,218,831 814,513,897 38,251,006 33,520,000

Page 109: Laporan Audit Keuangan

108

LAMPIRAN : 7 LAMPIRAN PEMAKAIAN DANA INVESTASI SUMBER : SPJ

TGL URAIAN PENGGUNAAN NILAI

27-08-2005 Transpor Chief Anestasi 140,000.00 6/4/2005 Pembelian Gelas Ukur 90,000.00

16-07-2005 Pemakaman Jenazah 250,000.00 26-08-2005 Pembelian Kunci 28,000.00 18-06-2005 Pembelian Selot 32,500.00 13-08-2005 Pembelian cat dll 84,000.00

Biaya penguburan pasien (2 org) 500,000.00 24-08-2005 Pemeliharaan taman 200,000.00 17-05-2005 Perlengkapan sumur IRM 3,050,000.00 17-05-2005 Ongkos pengeboran sumur IRM 4,375,000.00

Perpipaan sumur IRM 760,000.00 5/10/2004 KM/WC R Flamboyan 26,046,000.00 5/10/2005 Pembelian bata dan pasir R Flambyn 2,920,000.00

…-10-2004 Pembl Sandaran dan pengaman t tdr 5,289,000.00 22-10-2004 Perbaikan taman depan IGD 375,000.00 …-10-2004 2 set sandaran dan pengaman t tdr R Anggrek 900,000.00 27-01-2005 Penambahan R Gizi 18,982,500.00

10/9/2005 Ongkos kebersihan taman dan kebun 105,000.00 Ongkos pengecatan ruang Gardena 450,000.00

10/9/2005 Ongkos Tenaga perkayuan 572,500.00 1/9/2005 Ongkos tenaga renovasi R Residen & Coas Unit II 1,992,000.00

Ongkos pengecatan R ICU 750,000.00 25-08-2005 Ongkos Tenaga perkayuan 465,000.00

Ongkos Pengecatan R Cempaka dan ICU 935,000.00 Ongkos pertukangan batu 220,000.00

20-08-2005 Pengecatan R Adelweis, Anggrek dan Bougenvile 6,598,000.00 20-08-2005 Pengecatan marka jalan rumah sakit 3,030,000.00

Jumlah 79,139,500.00

14-02-2005 Membayar Angsuran ke II SIM RS 23,500,000.00 27-10-2004 Dipinjam IPRRS 34,607,000.00

9/5/2005 Pembuatan Sumur bor IRM 12,770,000.00 21-01-2005 Pekerjaan ruang gizi 18,982,500.00

Jumlah 168,999,000.00

Page 110: Laporan Audit Keuangan

109

NO BULAN LABA BIAYA LABA BERSIH PEMBAGIAN KEUANTUNGAN KASDA

DENGAN

BIAYA TANPA BIAYA SELISIH

1 Januari 95,443,400.00 5,787,500.00 89,655,900.00 35,862,360.00 38177360 2315000

2 Februari 134,859,240.00 7,783,750.00 127,075,490.00 50,830,196.00 53943696 3113500

3 Maret 150,006,000.00 6,987,300.00 143,018,700.00 57,207,480.00 60002400 2794920

4 April 173,996,700.00 7,320,000.00 166,676,700.00 66,670,680.00 69598680 2928000

5 Mei 203,628,600.00 9,180,000.00 194,448,600.00 77,779,440.00 81451440 3672000

6 Juni 183,959,150.00 8,262,500.00 175,696,650.00 70,278,660.00 73583660 3305000

7 Juli 137,857,480.00 8,650,000.00 129,207,480.00 51,682,992.00 55142992 3460000

8 Agustus 111,808,900.00 12,628,700.00 99,180,200.00 39,672,080.00 44723560 5051480

9 September 120,631,570.00 8,272,750.00 112,358,820.00 44,943,528.00 48252628 3309100

10 Oktober 130,698,695.00 8,736,250.00 121,962,445.00 48,784,978.00 52279478 3494500

11 Nopember 144,746,750.00 7,474,500.00 137,272,250.00 54,908,900.00 57898700 2989800

12 Desember 81,006,545.00 8,035,000.00 72,971,545.00 29,188,618.00 32402618 3214000

Jumlah 1,668,643,030.00 99,118,250.00 1,569,524,780.00 627,809,912.00 667457212 39647300

1 Januari 100,064,250.00 11,405,000.00 88,659,250.00 35,463,700.00 40025700 4562000

2 Februari 105,844,814.00 6,055,000.00 99,789,814.00 39,915,925.60 42337925,60 2422000

3 Maret 125,782,850.00 6,385,000.00 119,397,850.00 47,759,140.00 50313140 2554000

4 April 184,429,059.00 7,200,000.00 177,229,059.00 70,891,623.60 73771623,60 2880000

5 Mei 147,379,030.00 7,520,250.00 139,858,780.00 55,943,512.00 58951612 3008100

6 Juni 134,044,548.00 10,239,600.00 123,804,948.00 49,521,979.20 53617819,20 4095840

7 Juli 149,497,009.00 7,902,500.00 141,594,509.00 56,637,803.60 59798803,60 3161000

Jumlah 947,041,560.00 56,707,350.00 890,334,210.00 356,133,684.00 378816624,00 22682940

Page 111: Laporan Audit Keuangan

110

Lampiran : 9

DAFTAR ALAT KESEHATAN RSU BANYUMAS YANG WAJIB KALIBRASI

NO NAMA ALAT MERK/TYPE THN

PENGADAAN RUANG 1 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003

2 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003

3 Antepartum Fetal Monitor BD - 4000 HUNLIEGH UK APBN 2003 VK

4 Infant Radiant Warmer DAVID NING BD/ CHINA APBN 2003 VK

5 USG ( Ultrasonography ) Kontron/Iris 880 CE/985176 Radiologi

6 USG ( Ultrasonography ) Toshiba/SAL - 32 B/2534567 Unit II ( km bersalin )

7 CT Scan Hitachi / WSSO/27 Radiologi

8 X - Ray Sanye/X6501/9351 Radiologi

9 X - Ray Siemens/Ergophos 4/3028515 Radiologi

10 X - Ray Hitachi DR - 155 VO 11 Radiologi

11 X - Ray Mobile Siemen Radiologi

12 Suction pump Yamamoto/Gliken/Y65-810 ICU

13 Suction pump Schuco/5711-230/1289383 Kanthil

14 Suction pump Medi-pump/1132-2 ICU

15 Vacccum pump ( Suction pump ) Smat/DXT-1/67-161 IBS

16 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK

17 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK

18 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609003 Anggrek

19 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609005 Flamboyan

20 Suction pump Yamamoto/YGN - 810 HD

21 Defibrilator Odam/minidef II/W144210640 ICU

22 Defibrilator Odam/difigrad - m/835-87-5 IGD

Page 112: Laporan Audit Keuangan

111

23 ECG Kenz/ECG 103/9302-4516 Fisioteraphy

24 ECG Kenz/ECG 107/6127-5913 ICU

25 ECG Monitor Odam/sm- 785/93060142 ICU

26 ECG Monitor Physiogard sm- 786/93160145 ICU

27 ECG Kenz/ECG 106/6056-7379 IGD

28 ECG Fukuda/cardisuny/501B-III Poli Jantung

29 ECG Kenz/ECG 108/9302-4516 Fisioteraphy

30 Photometer Boehringer/photometer 4010 Laboratorium

31 Photometer DTN 410 Laboratorium

32 Auto analizer KHT 410 Laboratorium

33 Centrifuge Gemmy / KAT - 410/89004384 Laboratorium

34 Centrifuge ( mikrohematokrit ) DSC- 024 MH/9605013-7 Laboratorium

35 Centrifuge ( mikrohematokrit ) A/DSC-158/90121905 Laboratorium

36 Price Trace 30 Trace 30 Laboratorium

37 Haematologi Mocros 60 Laboratorium

38 Analyzer Na+ K+ CL- Llyte Laboratorium

39 Timbangan analitik Satornus/BP 211 D Laboratorium

40 Ultra Short Wave Diathermy ( SWD ) Shanghai LDT OD 31/210 Fisioteraphy

41 SWD DR. Morton/Model MP-78 Fisioteraphy

42 Micro Wave Teraphy Appartus( MWD ) OG /Giken ME-210/98021E Fisioteraphy

43 Accusonic 1,2,3 MHz Metron / AC 400/2320 Fisioteraphy

44 EEG Biolog System Fisioteraphy

45 Nebulizer Medic Acid Fisioteraphy

46 Ventilator Airx- home ICU

47 Ventilator ICU

48 Ventilator Hamilton Medrophae/2419 ICU

49 Syringe pump JMS/Model sp-500 ICU

Page 113: Laporan Audit Keuangan

112

50 Syringe pump TERUMO Model 118 ICU

51 Nebulizer KQW - 4B Kanthil

52 Anaeshtesi Soft Landerst 306 IBS

53 Anaeshtesi Soft Landerst SL 180 IBS

54 Anaeshtesi Villa IBS

55 Anaeshtesi Acoma IBS

56 Anaeshtesi IGD

57 Autoclave Hiroyama/HI - 36 ISS

58 Autoclave Hiroyama/HI - 36/981091427 ISS

59 Autoclave Hiroyama/HI - 36/850491549 ISS

60 Ventilator Muraco/Villa/243 IBS

61 Ventilator Acoma/AC 3000a/870 IBS

62 Sterilisator kering Memmert/400/D06060 IBS

63 ESU Captain/SM 2000 F IBS

64 ESU Captain SM 200 F IBS

65 Echo Sounder ES-102EX/Hadeco VK

66 Infant Incubator CMD 91/Meditec VK

67 Tensimeter Riester/NP S/N : 00569538 P3K

68 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK

69 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK

70 Tensimeter Riester/NP VK

71 Tensimeter Riester/NP 17244 stand model VK

72 Tensimeter Smic/Desk Mercurial stand model VK

73 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek

74 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek

75 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek

76 Tensimeter Riester/NP Anggrek

Page 114: Laporan Audit Keuangan

113

77 Tensimeter Riester/NP S/N : 010714323 Bougenville

78 Tensimeter Riester/NP S/N : 94654 Bougenville

79 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville

80 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville

81 Tensimeter Riester/NP 72814 Cempaka

82 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Cempaka

83 Tensimeter Riester/NP S/N : 961141884 Dahlia

84 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais

85 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais

86 Tensimeter Riester/ NP Edelwais

87 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan

88 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan

89 Tensimeter Riester / NP S/N : 010300054 Fisioteraphy

90 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena

91 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena

92 Tensimeter Riester / NP S/N : 0002594446 Gardena

93 Tensimeter Riester /NP HD

94 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial IGD

95 Tensimeter Riester /NP IGD

96 Tensimeter Riester /NP IGD

97 Tensimeter Kosan/Sphygmomanometer IGD

98 Tensimeter Riester/NP stand Model IGD

99 Tensimeter Riester/NP S/N : 926092 Kanthil

100 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Kanthil

101 Tensimeter Riester/ NP Sakura

102 Tensimeter Riester/NP S/N : 010300054 Paviliun III

103 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Syaraf

Page 115: Laporan Audit Keuangan

114

104 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum

105 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum

106 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Jiwa

107 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Orthopaedi

108 Tensimeter Riester/NP S/N : 921679 Bedah Minor ( UGD )

109 Tensimeter Rk meter/300/S/N Poli Mata

110 Tensimeter Meiden S/N Poli Obsgyn

111 Tensimeter Riester/NP Poli Obsgyn

112 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Obsgyn

113 Tensimeter ALPK 2 - S/N Poli Anak

114 Tensimeter Riester/NP S/N : 99250 Poli Bedah

115 Tensimeter Smic Desk Mercurial S/N Poli Dalam

116 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022453 Poli Jantung

117 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022438 Poli Bedah Minor

118 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022282 Poli Umum

119 Tensimeter Riester/NP S/N : 14145 Poli THT

120 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Gigi

121 Tensimeter Riester/NP S/N : 0201817663 Wijaya Kusuma

122 Tensimeter Kramer/Anaroid S/N : 52482-803 Radiologi